Keterkaitan Antar Aspek dalam Penentuan Batasan Luas Maksimum Penggunaan Lahan untuk Usaha Perkebunan
Gambar 8. Keterkaitan Antar Aspek dalam Penentuan Batasan Luas Maksimum Penggunaan Lahan untuk Usaha Perkebunan
Bayu Kharisma, dkk. MediaTrend 13 (1) 2018 p. 1-30
(sawit, tebu dan teh). Pada ijin usaha pengaruhnya terhadap akibat akan me- perkebunan yang terintegrasi (IUP) indus- nyebabkan akibat yang meningkat (atau tri pengolahan produk perkebunan berada menurun). Sedangkan anak panah ber- dalam satu kawasan perkebunan yang tanda negatif mempunyai arti bahwa se-
terintegrasi dengan aktivitas budidaya. bab akan mengurangi akibat atau sebab Perbedaan tersebut membedakan kriteria mempengaruhi akibat dalam arah peruba- dan indikator dari setiap aspek yang ijin han yang berlawanan. Arah perubahan usaha perkebunan, baik ijin usaha perke- yang berawanan berarti bahwa jika sebab bunan terintegrasi (IUP) maupun ijin usaha meningkat (atau menurun), pengaruhnya perkebunan budidaya (IUP-B).
terhadap akibat akan sebaliknya yaitu Penetapan kriteria dan indika- menyebabkan akibat yang menurun (atau tor pembentuk kriteria tersebut dilakukan meningkat). dengan menggunakan diagram sebab aki- Lingkar sebab-akibat positif akan bat (causal loop diagram) dimana terdapat menghasilkan suatu perilaku pertumbu- keterkaitan antar aspek dan kriteria pem- han (growth) atau penurunan (peluruhan). bantuknya. Sebagian aspek dan kriteria Lingkar sebab akibat positif (Reinforcing) yang saling terkait dalam struktur diagram yang ditulis dengan notasi “R”. Sedangkan sebab akibat dibangun oleh berbagai un- lingkar sebab-akibat negatif akan meng- sur yang sesuai dengan ketentuan yang hasilkan suatu perilaku pencapaian tujuan terdapat Undang-Undang Perkebunan No- (goal seeking). Lingkar sebab akibat negatif mor 39 Tahun 2014.
merupakan suatu proses penyeimbangan Diagram sebab akibat (causal
(Balancing process) yang ditulis dengan loop diagram) digambarkan dengan notasi ”B”. menggunakan alat analisis yang disebut
Asasberkeadilandanasasefisiensi dengan sistem archetype, alat analisis ini dalam penentuan batas maksimal luas la- digunakan dalam rangka mengenali pola han adalah dua konsep yang pada praktek tingkah laku sistem. Archetype dalam dia- usaha perkebunan saling berinteraksi satu
gram sebab akibat menggambarkan garis sama lain antara kriteria dan indikator dari cerita dengan tema tersendiri dan pola aspek teknis, aspek ekonomi, aspek sosial tingkah laku yang khusus. Keterkaitan an- dan aspek kebijakan. Indikator dan kriteria tar unsur dari berbagai kriteria yang terdiri yang diperoleh dari hasil diskusi kelompok dari aspek teknis, aspek ekonomi, aspek terfokus para pakar di bidang perkebunan sosial serta aspek regulasi dan kebijakan kemudian digabungkan dalam suatu struk- digambarkan dalam sebuah struktur yang tur diagram sebab akibat (Causal Loop di dalamnya dibangun oleh unsur-unsur Diagram/CLD) menggunakan pendekatan perkebunan sebagaimana disebutkan sistem archetype (lihat Gambar 11 dan dalam Undang-undang Perkebunan No- Gambar 12). Causal Loop Diagram Penen- mor 39 Tahun 2014.
tuan Batas Luas Maksimum Penggunaan Hubungan sebab akibat dalam Lahan pada Usaha Perkebunan). Adapun sistem archetype digambarkan dengan saling keterkaitan antar aspek dan kriteria menggunakan anak panah yang ujung- di dalam masing-masing aspek maupun
nya bertanda positif (+) atau negatif (-). keterkaitan antar kriteria dengan aspek Anak panah bertanda positif mempunyai lainnya dapat dilihat pada Gambar 8. arti bahwa sebab akan menambah aki- Perusahan Besar Swasta (PBS) bat atau sebab akan mempengaruhi aki- baik yang terintegrasi (budidaya dan bat dalam arah perubahan yang sama. pengolahan) maupun hanya budidaya Arah perubahan yang sama berarti bahwa saja akan mencapai skala yang ekonomis jika sebab meningkat (atau menurun), apabila biaya produksi dapat ditekan pada
Aspek Hukum dan....... MediaTrend 13 (1) 2018 p.1-30
tingkat yang rendah untuk setiap satuan lingkungan perusahaan besar swasta produk yang dihasilkan. Perusahaan (khususnya kelapa sawit) disebabkan oleh dengan skala ekonomis yang baik akan persaingan usaha yang tidak sehat yang menghasilkantingkatefisiensiyangtinggi. berawal dari tingginya tingkat ketimpangan Perusahaanperkebunanyangefisienakan antara perusahaan besar swasta dengan
menerima pendapatan yang tinggi kare- perkebunan rakyat di sekitarnya. Walau na biaya yang dikeluarkan untuk satuan kecil, namun dampak dari konflik di ling- produksi berada pada titik optimal. Hal kungan perkebunan cukup mengganggu ini disebabkan oleh modal finansial yang jalannya operasional perkebunan, dan digunakan perusahaan untuk investasi apabila dibiarkan dalam beberapa kasus teknologi dan pemenuhan biaya produksi dapat berkembang menjadi skala yang be- mampu meningkatkan produktivitas peru- sar (loop R2 pada Gambar 11). sahaan, terutama pada usaha budidaya.
Pemerintah sebagai regulator se- Bagi perusahaan swasta skala benarnya telah berupaya untuk mengu- besar, tingginya investasi teknologi dan rangi dampak dan mecegah terjadinya besarnya biaya sarana produksi dapat di- ketimpangan yang berlebihan antara jangkau dengan mudah disebabkan oleh perkebunan besar swasta dengan perke-
besarnya modal finansial sebagai aki- bunan rakyat melalui regulasi kewajiban bat dari proses usaha yang efisien baik menjalin kemitraan dan kewajiban mem- dari usaha budidaya perkebunan mau- fasilitasi pembangunan kebun masyarakat pun pengolahan. Siklus ini terus berputar sekitar yang harus dilakukan oleh setiap membentuk suatu umpan balik (feedback) perusahaan besar terhadap perkebunan positif (loop R1 pada Gambar 9) yang me- rakyat. Hal ini bertujuan untuk meredam nimbulkan pertumbuhan dalam usaha pe- konflik antara masyarakat lokal (pekebu- rusahaan besar swasta.
nan rakyat/PR) dengan perusahaan besar Pertumbuhan usaha yang tinggi swasta (loop R3 pada Gambar 11). Namun pada perusahaan besar swasta (PBS) ti- demikian implementasi dari regulasi terse- dak dapat diimbangi oleh usaha perkebu- but kurang berjalan dengan baik disebab- nan rakyat (PR) yang proses pertumbu- kan oleh kompleksitas yang tinggi dalam hannya relatif lebih lambat dibandingkan penyelenggaraan perkebunan termasuk dengan PBS. Hal ini diperlihatkan dengan
pengawasan dan pengelolaan di dalam- penguasaan lahan usaha budidaya perke- nya. bunan kelapa sawit miliki Perusahaan Dilihat dari kacamata sistem arche- Besar Swasta (PBS) yang terus bertam- type, asas berkeadilan (loop R2 dan R3) bah secara progresif pada satu dasa- danasasefisiensi(loop R1) pada dasarnya wasa terakhir . Kondisi ini menimbulkan dapat berjalan bersamaan dalam prak- ketimpangan yang semakin melebar an- tek penyelenggaraan usaha perkebunan. tara perkebunan besar sawasta (PBS) Semakinefisiensisuatupersahaanbesar dengan Perkebunan Rakyat (PR). Per- swasta maka pendapatannya akan terus saingan antara PBS dan PR dilihat dari bertambah. Artinya dari sisi kewajiban ter- besarnya kesenjangan penguasaan lahan hadap lingkungan masyarakat (termasuk menimbulkan persaingan usaha yang ti- fasilitasi pembangunan kebun masyara- dak sehat dan mengikis asas berkeadilan kat sekitar dan kemitraan) akan bertam- yang seharusnya menjadi acuan dalam bah banyak, sehingga dapat mengurangi penyelenggaraan usaha perkebunan (UU konflik dan ketimpangan antara Perkebu- Nomor 39 tahun 2014 tentang Perkebu- nan Besar Swasta (PBS) dengan para
nan).Munculnyaberbagaikonflikdisekitar pekebun atau perkebunan rakyat (PR).
Bayu Kharisma, dkk. MediaTrend 13 (1) 2018 p. 1-30