Dualitas Struktur Dalam Strukturasi Radio Komunitas Di Perdesaan Bantul Dan Kulon Progo Provinsi Di Yogyakarta

DUALITAS STRUKTUR DALAM STRUKTURASI RADIO
KOMUNITAS DI PERDESAAN BANTUL DAN KULON
PROGO PROVINSI DI YOGYAKARTA

IKA YULIASARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Dualitas Struktur
dalam Strukturasi Radio Komunitas di Perdesaan Bantul dan Kulon Progo
Provinsi DI Yogyakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2017
Ika Yuliasari
NIM I362120031

RINGKASAN
IKA YULIASARI. Dualitas Struktur dalam Strukturasi Radio Komunitas di
Perdesaan Bantul dan Kulon Progo Provinsi DI Yogyakarta. Dibimbing oleh
AMIRUDDIN SALEH (KETUA),
MUSA HUBEIS dan SARWITITI
SARWOPRASODJO (ANGGOTA).
Pendirian Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK) di Indonesia merupakan
kebijakan pemerintah Republik Indonesia (RI) seperti termaktub dalam UU
Nomor 32 tahun 2002. LPK seperti radio komunitas diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan informasi masyarakat di perdesaan, daerah terisolir dan wilayah
perbatasan. Kementerian Komunikasi dan Informatika RI mencanangkan Program
Desa Informasi yang disinergikan dengan program Desa Dering (desa yang
memiliki telepon), Desa Pinter (desa yang memiliki akses internet), Pusat
Layanan Internet Kecamatan (PLIK), Mobil Pusat Layanan dan Internet
Kecamatan (M-PLIK), Media Komunitas dan Kelompok Informasi Masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, radio komunitas menemui hambatan operasional seperti
perizinan yang bertahap di Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID), kanal
frekuensi terbatas, kesulitan finansial, kendala pengembangan lembaga radio dan
kurang jalinan kemitraan. Radio komunitas dapat digunakan sebagai media
komunikasi pembangunan di perdesaan. Berdasarkan kebutuhan informasi warga
desa, komunikator dapat menyusun program berita dan melakukan diseminasi
informasi.
Penelitian dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: (1) Menganalisis
arena media komunitas Radio Paworo FM di Desa Gadingsari Bantul dan Radio
Trisna Alami di Desa Kaliagung Kulon Progo; (2) Menganalisis teks berita radio
komunitas di Desa Gadingsari dan Desa Kaliagung; (3) Menganalisis strukturasi
dan resistansi radio komunitas dalam proses strukturasi di perdesaan; (4)
Merancang strategi yang berkaitan dengan proses dualitas agen struktur di
perdesaan.
Sesuai dengan permasalahan komunikasi pembangunan di perdesaan dan
strukturasi media komunitas, penelitian dilaksanakan di dua perdesaan wilayah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Adapun media komunitas pertama
yang menjadi obyek penelitian adalah Radio Paworo FM di Desa Gadingsari.
Radio Paworo FM berdiri pada tahun 2006 sebagai radio informasi mitigasi
bencana di Desa Gadingsari Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul Provinsi DIY.

Media komunitas kedua adalah Radio Trisna Alami FM di Desa Kaliagung
Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo Provinsi DIY. Radio Trisna Alami
didirikan pada tahun 2003 sebagai radio komunitas pertanian di Desa Kaliagung
Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Waktu penelitian
berlangsung pada bulan April-Agustus 2015.
Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif. Paradigma
konstruktivisme menjadi acuan peneliti untuk memaknai tindakan komunikasi
aktor media komunitas dan interaksi komunikasi warga desa. Kasus yang diangkat
dalam penelitian ini berkaitan dengan keunikan komunitas masyarakat perdesaan
Kaliagung dan Gadingsari dalam strukturasi dan mempertahankan eksistensi radio
komunitas di perdesaan. Sesuai dengan prinsip dualitas agen struktur, peneliti
melakukan pengamatan terhadap peranan aktor individu (mikro), kelembagaan

radio komunitas (meso) dan relasi radio komunitas dengan pihak eksternal
(makro). Peneliti juga menemukan fenomena kritis berkaitan dengan resistansi
radio komunitas di dua wilayah tersebut.
Pengumpulan data dilakukan dengan merekam teks berita, wawancara
pegiat radio komunitas, wawancara komunitas pendengar radio, focus group
discussion (FGD), dan observasi terhadap operasionalisasi media komunitas. Data
dokumentasi diambil dari monografi desa, Katalog Badan Pusat Statistik, regulasi

media, arsip naskah berita, arsip media komunitas, dokumentasi Komisi Penyiaran
Indonesia dan berita media massa. Analisis data dilakukan dengan pedoman
analisis kualitatif didukung dengan teknik analisis semiotika sosial Halliday dan
etnografi komunikasi.
Hasil penelitian memberikan luaran yakni: (1) Arena media komunitas
Radio Paworo FM di Gadingsari dan Radio Trisna Alami di Kaliagung dapat
ditinjau dari perkembangan historis, kegiatan pengelolaan finansial, pengelolaan
SDM, khalayak pendengar, legalitas dan perizinan, kemitraan lembaga radio,
program siaran berkesinambungan, jangkauan siaran di sekitar perdesaan, dan
pemanfaatan perangkat Teknologi Informasi Komunikasi (TIK). (2) Informasi
utama Radio Paworo FM di Desa Gadingsari adalah mitigasi bencana, budaya,
kesehatan, perikanan dan kelautan dan informasi pembangunan desa. Informasi
utama Radio Trisna Alami FM di Desa Kaliagung adalah informasi pertanian.
Penggunaan bahasa Jawa dalam program siaran dan muatan nilai-nilai lokal
merefleksikan upaya pengelola radio untuk menjunjung kearifan lokal. Meskipun
komponen wacana Halliday tidak terpenuhi secara lengkap pada medan wacana,
pelibat wacana dan mode wacana proses diseminasi informasi tetap berlanjut dan
menjadi sarana pemenuhan kebutuhan informasi warga desa. Dari hasil analisis
etnografi komunikasi, peristiwa komunikasi dalam ruang lingkup Radio Paworo
FM lebih semarak dan menggunakan intonasi tinggi. Proses komunikasi yang

berlangsung dalam operasionalisasi Radio Trisna Alami FM lebih tenang, teratur,
tertata dan menggunakan intonasi cenderung datar. (3) Proses dualitas agen
struktur Radio Paworo FM dan Radio Trisna Alami FM berlangsung secara
berkesinambungan. Dimensi signifikansi menunjukkan pemetaan kode
komunikasi dalam program siaran radio dan simbolisasi radio sebagai agen
informasi di desa. Dimensi legitimasi yang terbentuk adalah legitimasi sosial di
perdesaan. Resistansi radio komunitas dalam proses strukturasi didukung oleh
partisipasi komunikasi warga desa, partisipasi warga desa dalam kegiatan radio
komunitas, dukungan pemangku kepentingan dan pengakuan eksistensi radio
komunitas oleh pemerintah desa. (4) Strategi yang dapat diimplementasikan
dalam proses strukturasi radio komunitas di perdesaan adalah penguatan legalitas
lembaga radio komunitas, pengaturan kanal frekuensi siaran radio komunitas,
memperluas jalinan kemitraan dan jaringan komunikasi, pengembangan struktur
dan pengelola radio komunitas, peningkatan kemampuan jurnalistik aktor radio
dan optimalisasi pemanfaatan TIK secara optimal dalam operasionalisasi radio
komunitas. Penelitian merekomendasikan penguatan kearifan lokal dalam
diseminasi informasi, peningkatan kualitas jurnalistik radio, perluasan jalinan
kemitraan dan perbaikan kebijakan LPK oleh pemerintah RI.
Kata kunci: agen, proses dualitas, resistansi, strukturasi, teks berita.


SUMMARY
IKA YULIASARI. Duality of Structure in Structuration of Community Radio in
Bantul and Kulon Progo in the Province of Yogyakarta Special Region.
Supervised by AMIRUDDIN SALEH (SUPERVISOR), MUSA HUBEIS and
SARWITITI SARWOPRASODJO (MEMBERS).
Establishment of Community Broadcasting Institution in Indonesia was
based on the government policy of Indonesian Republic that has stipulated in
Law No. 32 of 2002. Community Broadcast Institution is known as lembaga
Penyiaran Komunitas (LPK). LPK such as community radio is expected to meet
the information needs of communities in rural, isolated and border areas. The
Ministry of Communication and Information launched a Village Information
Program synergized with Desa Dering (village has a phone), Desa Pinter (village
that has internet access), Internet Service Center Subdistrict (PLIK), Mobil
Service Center and District Internet (M-PLIK), Community Media and
Information Society Group. In practice, community radio has obstacles such as
legality, limited frequency channels, financial difficulties, less radio institutional
development and less partnership. Community radio can be used as the
development communication media in the village. Based on the information need
of the villagers, the communicator constructs the news program and disseminate
the information. The effects of communication process .

The research was conducted with the following objectives: (1) to analyze the
community media arena Paworo FM Radio in the village of Bantul and Radio
Gadingsari Trisna Alami in the village Kaliagung Kulon Progo; (2) to analyze the
news construction of community radio in Gadingsari Village and Kaliagung
Village; (3) to analyze the structuration and resistance in the process of
structuration community radio in rural areas; (4) Designing strategies related to
the duality of agency structure in rural areas.
In accordance with the communication problems in rural development and
structuration of community media, research was conducted in two rural areas of
Special Region of Yogyakarta. The first community media object was Paworo FM
Radio in Gadingsari Village. Paworo Radio FM was established in 2006 as a
radio information on disaster mitigation in Gadingsari Sanden Bantul DIY. The
second community media was Trisna Alami FM Radio in Kaliagung Sentolo
District of Kulon Progo Yogyakarta Province. Radio Trisna Alami was
established in 2003 as a farming community radio. The study was held in AprilAugust, 2015.
The research was conducted with a qualitative approach. Constructivism
paradigma has been the reference of researchers to interpret the communication
act of community media actor and communication interaction of villagers. The
cases of the study relates to the uniqueness of rural communities in structuration
and maintain the existence of community radio stations in rural areas. In

accordance with the principle of duality of structure agent, researchers conducted
observations on the role of individual actors (micro), institutional community
radio (meso) and community radio relationships with external parties (macro).
Researchers also found the critical phenomena associated with durability
(resistance) of community radio in the two areas.

The data collection was done by recording the text of news, interviews of
community radio activist, community radio listeners interviews, focus group
discussion (FGD), and observation of the operation of community media. Data
has taken from the documentation of village monograph, catalog of Central
Bureau of Statistics, the regulation of the media, the news manuscript archive, the
archiveof community media, documentation of Indonesian Broadcasting
Commission and the news media. Data was analyzed using qualitative analysis
guidelines supported by analytical techniques of Halliday social semiotics and
ethnography of communication.
Results of the study provide outcomes namely: (1) Community media arena
of Paworo FM Radio and Trisna Alami FM Radio can be viewed from historical
development,financial management, human resources management, public
audience, legality and licensing, partnership of radio organization, continuous
broadcast program, broadcast coverage and the use of ICT tools (2) The main

information of Paworo FM Radio in the village are focused on disaster
mitigation, culture, health, fishery and development information. The main
information of Trisna Alami FM Radio is agricultural information. The use of the
Java language in the broadcast program and the local values reflects the local
wisdom. Although the components of discourse were not found completely in the
news discourse, dissemination process still continues and becomes a means of
meets the information needs of the villagers. As the results of the analysis of
communication ethnography, communication events within the scope of the
Paworo FM Radio more vibrant and uses high intonation. The process of
communication that takes place in the operation of the Trisna Alami FM Radio
more calm, organized, orderly, and uses flat intonation. (3) Duality of agent
structure of Paworo FM Radio and Trisna Alami FM were hold on sustainable
process. Dimensions of significance shows the mapping of communication code
in radio programs and radio symbolization as information agent in the village.
Dimensions of legitimacy was formed as social legitimacy in rural area.
Resistance of community radio in the structuration process communication is
supported by the communication participation of the villagers, the villagers
participation in the activities of community radio, stakeholder support and
recognition of the existence of community radio by the village government.(4)
Strategies that can be implemented in the process of structuration of community

radio in rural areas are: strengthening the legality of community radio, setting the
frequency channel of community radio, expanding partnership and
communication networks, developing the structures and managers of community
radio institution, upgrading the journalistic skill of radio actors and optimizing the
utilization of ICTs in the operation of community radio. Recommendations in this
study are the strengthening of local wisdom in the dissemination of information,
improving the quality of radio journalism, expansion of media partnership and
policy improvements for LPK by the Indonesian government.
Keywords: agent, duality process, news text, resistance, structuration.

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


DUALITAS STRUKTUR DALAM STRUKTURASI RADIO
KOMUNITAS DI PERDESAAN BANTUL DAN KULON
PROGO PROVINSI DI YOGYAKARTA

IKA YULIASARI

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup:
1. Dr Lukiati Komala, MSi.
(Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Padjadjaran )
2. Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA.
(Dosen Sosiologi Pedesaan Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
FEMA Institut Pertanian Bogor)
Penguji Luar Komisi pada Sidang Promosi :
1. Dr Lukiati Komala, MSi
(Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Padjadjaran )
2. Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA.
(Dosen Sosiologi Pedesaan Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
FEMA Institut Pertanian Bogor)
Pelaksanaan Sidang Promosi :
Hari/Tanggal : 14 November 2016
Waktu
: 09.00 WIB - selesai
Tempat
: Ruang SPS 202

PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban ilmiah, penulis menyusun karya ilmiah
dengan topik yang berjudul Dualitas Struktur dalam Strukturasi Radio Komunitas
di Perdesaan Bantul dan Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Dr.Ir. Amiruddin Saleh, MS, Prof.Dr. Ir. Musa S Hubeis MS, Dipl.Ing.,
DEA dan Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS selaku pembimbing yang senantiasa
memberikan motivasi dan saran selama proses penyusunan karya ilmiah. Terima
kasih penulis ucapkan kepada seluruh jajaran pimpinan IPB, Dekan Pascasarjana,
Dekan FEMA dan seluruh dosen IPB yang memberikan kesempatan menimba
ilmu di IPB. Terima kasih kepada Rektor Universitas Jayabaya Jakarta, Dekan
FIKOM Universitas Jayabaya, KaProdi FIKOM Universitas Jayabaya yang telah
menugaskan dan mendukung proses penyelesaian studi doktor di IPB. Terima
kasih sebesar-besarnya kepada pengelola Radio Paworo FM, pengelola Radio
Trisna Alami FM, perangkat Desa Gadingsari Bantul, kelompok monitor Radio
Paworo FM, kelompok tani “Tani Mulya” Dusun Ngrandu Desa Kaliagung,
perangkat Desa Gadingsari, perangkat Desa Kaliagung Kulon Progo, Divisi
Publikasi Puskesmas Sanden, warga Desa Gadingsari dan sekitarnya, warga Desa
Kaliagung dan sekitarnya, Ketua Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta, Staf
Kementerian Komunikasi dan Informatika Provinsi DI Yogyakarta, staf Komisi
Penyiaran Indonesia Pusat, penerjemah Jogja TV dan penyiar Radio Pemda
Bantul. Penulis memperoleh dukungan dan bantuan selama pengumpulan data di
dua lokasi penelitian. Terima kasih kepada Kementerian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi karena penyelesaian studi dan penelitian di lapangan didukung
dengan dana beasiswa BPPDN serta Hibah Disertasi Doktor Kemenristekdikti RI.
Apresiasi penulis haturkan kepada rekan-rekan seperjuangan selama
menempuh studi Maya Safrina, Novianty Elizabeth, Yenny Oktavia, David Rizar,
Fuad Muchlis, Anuar Rasyid, Indah Sulistyani, Syarif, Edhy Aruman, M.Luthfi,
Ikhsan Fuady, Deden, Retno Dewi, Nala Sari Tanjung, Naila Vellayati dan rekanrekan KMP yang mendukung penyelesaian karya ilmiah ini.
Ungkapan terima kasih secara khusus kepada orangtua tercinta Bapak Broto
Soepono dan Ibu Tuti Lestari yang selalu memberikan doa restu serta motivasi
kepada penulis. Kepada Bapak Sunarno dan Ibu Sunaryani, terima kasih atas doa
restu dan motivasi kepada penulis hingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Terima kasih kepada yang tercinta Andi Eko Nugroho, suami yang telah
mendampingi, memberikan motivasi dan doa restu selama proses belajar,
penelitian hingga ujian berlangsung. Terima kasih untuk Indria Yuliasari adik
tercinta dan Galuh Anindya atas bantuan dan dukungannya selama penulis berada
di lapangan.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan keilmuan dan kontribusi dalam kehidupan masyarakat.
Bogor, Januari 2017
Ika Yuliasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kebaruan (Novelty)

1
1
5
6
6
6

TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan dan Perubahan Sosial
Komunikasi Pembangunan
Radio Komunitas sebagai Sarana Komunikasi Partisipatif
Komunitas sebagai Khalayak Pendengar di Perdesaan
Kearifan Lokal sebagai Basis Operasional Radio Komunitas
Teori Strukturasi
Kajian Literatur
Kerangka Pemikiran

9
9
11
13
16
17
20
22
25

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Strategi Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Unit Analisis
Data dan Definisi Konseptual
Pengumpulan Data
Analisis Data

29
29
31
32
32
33
35
36

KONDISI WILAYAH DAN SISTEM SOSIAL BUDAYA DALAM
PROSES STRUKTURASI DI PERDESAAN
Abstrak
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

39
39
39
41
41
48

RADIO KOMUNITAS DALAM STRUKTURASI PENYIARAN DI
PERDESAAN
Abstrak
Pendahuluan
Metode

49
49
49
51

Hasil Dan Pembahasan
Simpulan

52
75

RADIO KOMUNITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEBAGAI
SARANA DISEMINASI INFORMASI
Abstrak
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

76
76
76
78
79
98

STRUKTURASI DAN RESISTANSI RADIO KOMUNITAS DI
PERDESAAN
Abstrak
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

99
99
99
101
102
122

PEMBAHASAN UMUM

124

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

129
129
131

DAFTAR PUSTAKA

132

LAMPIRAN

137

RIWAYAT HIDUP

165

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Pendekatan konseptual komunikasi pembangunan
Arena penelitian media komunitas
Tipe radio komunitas
Definisi konseptual
Analisis data kualitatif
Gambaran jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan warga Desa
Gadingsari
Gambaran jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan Desa Kaliagung
Pengurus Radio Paworo, 2016
Daftar mitra kerja Radio Paworo FM, 2016
Penyiar Radio Paworo FM, 2016
Jadwal siaran Radio Paworo FM, 2016

12
14
16
33
36
43
46
55
56
60
61

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Perangkat siaran Radio Paworo FM, 2016
Daftar penyiar Trisna Alami FM, 2016
Mitra kerja dan bentuk kerjasama Radio Trisna Alami FM, 2016
Jadwal siaran Radio Trisna Alami FM, 2016
Perangkat siaran Radio Trisna Alami FM, 2016
Analisis semiotika sosial berita budaya, 2016
Analisis semiotika sosial berita iklim dan perkiraan cuaca, 2016
Analisis semiotika sosial berita perikanan dan kelautan, 2016
Analisis semiotika berita kesehatan, 2016
Hasil analisis semiotika berita sektor pertanian Radio Trisna Alami FM,
2016
Konteks etnografi komunikasi pada topik budaya di Radio Paworo FM,
2016
Konteks etnografi komunikasi pada topik prakiraan cuaca, 2016
Konteks etnografi komunikasi pada topik perikanan dan kelautan di
Radio Paworo FM, 2016
Konteks etnografi komunikasi pada topik kesehatan di Radio Paworo
FM, 2016
Konteks etnografi komunikasi pada topik pertanian di Radio Trisna
Alami FM, 2016
Konsep komunikasi partisipatoris, 2016
Ringkasan konsep strukturasi Radio Paworo FM, 2016
Ringkasan Strukturasi Radio Trisna Alami FM, 2016
Produk jurnalistik Radio Paworo FM, 2016
Produk Radio Trisna Alami FM, 2016

64
66
67
69
70
79
81
82
82
83
85
88
89
91
94
97
110
112
116
121

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Hubungan struktur sosial (Salim 2002)
Relasi antara masyarakat, sistem sosial, media dan efek komunikasi
(Quail 2010)
Hubungan antara kesadaran praktis dan kesadaran diskursif (Giddens
2010)
Dualitas agensi-struktur (Giddens 2010)
Kerangka Pemikiran
Peta Kecamatan Sanden
Peta Desa Kaliagung
Logo Paworo Buana Maha Wira
Proses alur strukturasi radio komunitas, 2016
Skema resistansi operasionalisasi Radio Paworo FM, 2016
Skema resistansi operasionalisasi Radio Trisna Alami FM, 2016

10
19
20
21
27
44
47
54
105
114
119

12

Model relasi media komunitas dalam strukturasi, 2016

126

DAFTAR LAMIPRAN
1
2
3

Panduan wawancara
Transkrip wawancara
Dokumentasi penelitian

139
150
158

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan sebagai proses perubahan sosial memiliki potensi dalam
peningkatan kualitas hidup masyarakat. Untuk menjaga harmonisasi sistem
kehidupan, pembangunan berkelanjutan saat ini menjadi isu utama dalam
perspektif pembangunan yang bersifat partisipatif. Bentuk pembangunan
berkelanjutan menjadi manifestasi perspektif pembangunan yang mengedepankan
kesinambungan program pembangunan dengan mengutamakan suara dan
partisipasi akar rumput. Pergeseran pandangan dunia terhadap paradigma
pembangunan lama yang menggunakan model trickle down effect membawa arus
perubahan dalam tahapan pembangunan di negara ketiga. Model pembangunan
trickle down effect seperti yang diterapkan memberikan beberapa implikasi buruk
bagi masyarakat dunia ketiga seperti di kawasan Asia dan Amerika Latin. Seperti
dikemukakan oleh Mosse (2007) hal tersebut merupakan bukti bahwa modernisasi
tidak dapat serta merta diterapkan dalam kondisi negara bangsa baru yang belum
memiliki kemapanan demokrasi dan sistem sosial.
Pada tahun 1960-1980 muncul perspektif dependensi dimana negara-negara
pinggiran tergantung pada perkembangan negara-negara yang melakukan
ekspansi. Dalam perkembangannya, sistem ketergantungan menimbulkan pro
kontra berkaitan dengan poros kapitalisme dan berdampak pada sektor ekonomi
negara pinggiran. Pada era 1980an dikenal paradigma pembangunan partisipatif
dimana masyarakat berperan aktif dalam pembangunan. Peran aktif masyarakat
diwujudkan dalam bentuk pendapat, sikap dan perilaku yang tercermin saat proses
pemecahan masalah. Memasuki era millennium, dikenal Millenium Development
Goals (MDGs) yang dicetuskan oleh United Nation Development (UNDP).
Tujuan utama MDGs adalah mengentaskan kemiskinan dan memajukan sektor
kesehatan. Kerangka pembangunan MDGs berakhir pada tahun 2015 dan
digantikan dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Sebagai agenda pada
tahun 2016, kerangka pembangunan SDGs memiliki tujuan untuk memerangi
kemiskinan dan kelaparan, mencapai ketahanan pangan, meningkatkan pertanian
berkelanjutan, mendukung kesehatan serta kesejahteraan masyarakat. Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) diaplikasikan untuk mendukung kesuksesan
program SDGs (UNDP 2016).
Dalam implementasi pembangunan berkelanjutan, Presiden Republik
Indonesia mencanangkan The Sustainable Development Solutions Network
Indonesia–South East Asian (SDSN-SEA) pada saat konferensi Asia-Pacific
Economic Cooperation (APEC) berlangsung di Pulau Bali. Program SDSN-SEA
dicanangkan saat inagurasi Konferensi Internasional Tri Hita Karana pada
konferensi APEC 2013 di Bali (APEC 2013). Implementasi kegiatan SDSN-SEA
di Indonesia berfokus pada isu-isu utama seperti memanfaatkan keanekaragaman
hayati untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan fasilitas kesehatan dan
pendidikan yang memadai bagi masyarakat.
Setelah berlangsungnya proses reformasi, Pemerintah RI menetapkan
kebijakan UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan UU Nomor 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran (KPI 2004). Ditetapkannya undang-undang tersebut merupakan

2

momentum kebebasan informasi publik dan transparansi publik. Proses
komunikasi dalam era globalisasi sebaiknya mengindikasikan adanya keterbukaan
dan transformasi sistem informasi. Sistem informasi di wilayah kota dan desa
yang dikembangkan seyogyanya mendukung program diseminasi informasi
pembangunan nasional. Sebagai bentuk dukungan kepada pembangunan sektor
informasi publik, pemerintah RI menetapkan beberapa kebijakan berkaitan
dengan kebebasan informasi publik yang tertuang dalam UU Nomor 14 Tahun
2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik dan UU Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) (KIP 2013).
Menurut Rao dan Schramm seperti dikemukakan oleh Nasution (2007) di
jelaskan bahwa komunikasi pembangunan memiliki kontribusi bagi masyarakat
dalam menemukan norma baru, mendorong partisipasi dalam pengambilan
keputusan, mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat yang bercirikan
tradisional, dan menciptakan kesetiaan pada nilai-nilai lokal tradisional. Program
komunikasi pembangunan di tingkat lokal (mikro) lebih mudah untuk
direncanakan sesuai kebutuhan masyarakat dan dievaluasi pelaksanaannya.
Jayaweera (1997) memberikan batasan tentang istilah Komunikasi Pembangunan
(KP) sebagai program komunikasi dalam aktivitas pembangunan di tingkat
nasional, sedangkan Komunikasi Pendukung Pembangunan (KPP) merupakan
penerapan strategi komunikasi yang dirancang untuk program pembangunan
tingkat lokal (mikro). Pergeseran pada paradigma komunikasi pembangunan yang
bersifat partisipatif mendukung program pemberdayaan masyarakat dan
komunikasi sosial. Dalam era millennium, kemajuan teknologi mendukung
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI mencanangkan Program Desa
Informasi yang disinergikan dengan program Desa Dering (desa yang memiliki
telepon), Desa Pinter (desa yang memiliki akses internet), Pusat Layanan Internet
Kecamatan (PLIK), Mobil Pusat Layanan dan Internet Kecamatan (M-PLIK),
Media Komunitas, dan Kelompok Informasi Masyarakat. Kemitraan program
pembangunan daerah dengan sinergi media komunikasi di daerah terpencil,
wilayah perbatasan, dan komunitas telah ditentukan dalam Peraturan Menteri
Kominfo RI Nomor 07/per/m.kominfo/6/2010.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 memuat ketentuan bahwa
media komunitas bersifat independen, non komersial, dan diharapkan dapat
menggalang partisipasi komunikasi warga desa. Instruksi Menteri Komunikasi
dan Informatika Nomor 01/INS/M.KOMINFO/01/2010 memuat tentang
pelaksanaan program desa informasi di wilayah perbatasan Indonesia dengan
negara tetangga. Target penyediaan Radio Komunitas merupakan penyediaan
bertahap, yang telah diatur berdasarkan Peraturan Menteri Nomor:
02/PER/M.KOMINFO/1/2010. Target pencapaian pada tahun 2014 adalah 500
Desa Informasi dilengkapi dengan radio komunitas (Kemenkominfo 2010).
Leeuwis (2009) menjelaskan bahwa media komunikasi dapat dipergunakan
untuk intervensi komunikatif dengan selektivitas khalayak. Pemilihan jenis media
komunitas dan target khalayak akan mempengaruhi ide yang akan dikomunikasikan, strategi komunikasi, penentuan peran pekerja komunikasi, dan identifikasi
masalah komunikasi.

3

Permasalahan terkait media lokal di Indonesia dikemukakan Awaludin
(2011) dimana media lokal saat ini cenderung menjadi perpanjangan tangan
penguasa di tingkat lokal dan sarana komunikasi politik yang mengesampingkan
netralitas berita. Di beberapa wilayah Indonesia, pelaksanaan program Desa
Informasi belum mendapatkan respon dari masyarakat dan terhambat dengan
fasilitas yang kurang memadai (Wahyono 2011). Sajian iklan komersial dengan
keterlibatan sponsor dan investor tetap bertaburan di media lokal dan radio
komunitas mengalami masa pasang surut (CRI 2009).
Pegiat radio komunitas adalah individu-individu yang berperan sebagai
pelaku (aktor) dan mengonstruksikan realitas berita sebagai materi siaran radio
komunitas. Berger dan Luckmann (1990) mengungkapkan bahwa realitas
dibentuk dan dikonstruksi oleh individu dengan perbedaan pengalaman,
preferensi, tingkat pendidikan, dan lingkungan sosial.
Berkaitan dengan prinsip jurnalistik radio, masing-masing radio komunitas
memiliki target pendengar berbeda. Servaes (2002) menjelaskan bahwa proses
persepsi dan interaksi individu didukung dengan aspek sosial budaya masyarakat.
Salah satu unsur menonjol dalam praktek media di perdesaan adalah muatan
kearifan lokal. Istilah tersebut sering disebut dengan local wisdom. Echols dan
Shadily (1998) mengemukakan local berarti setempat, sedangkan wisdom
(kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Local wisdom (kearifan setempat) dapat
dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana,
penuh kearifan, bernilai baik, dan dipatuhi oleh anggota masyarakatnya.
Pemerintah Provinsi DIY menetapkan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun
2011 tentang tata nilai budaya Yogyakarta (Pemprov DIY 2011). Tata nilai
budaya Yogyakarta mengandung beberapa nilai-nilai yakni: (1) religio spiritual;
(2) nilai moral; (3) nilai kemasyarakatan; (4) nilai adat dan tradisi; (5) nilai
pendidikan dan pengetahuan; (6) nilai teknologi; (7) nilai penataan ruang dan
arsitektur; (8) nilai mata pencaharian; (9) nilai kesenian; (10) nilai bahasa; (11)
nilai benda cagar budaya dan kawasan cagar budaya; (12) nilai kepemimpinan dan
pemerintahan; (13) nilai kejuangan dan kebangsaan; dan (14) nilai semangat khas
keyogyakartaan.
Radio merupakan media penyiaran yang memiliki kekuatan audio. Morrisan
(2008) menjelaskan bahwa media penyiaran adalah organisasi yang menyebarkan
informasi berupa produk budaya atau pesan yang mencerminkan budaya dalam
masyarakat. Berkaitan dengan pesan media, Littlejohn dan Foss (2009)
mengemukakan tradisi semiotika yang memberikan pemahaman tentang apa yang
terjadi dalam pesan, bagian-bagiannya, dan bagaimana semua itu disusun.
Strukturasi sebagai bagian proses pembentukan struktur sosial masyarakat
dapat diimplementasikan dalam operasionalisasi radio komunitas di perdesaan.
Giddens (2010) menjelaskan bahwa dualitas merupakan hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam rentang waktu dan ruang sosial tertentu. Dualitas agen
komunikasi dengan struktur sosial memiliki peranan dalam mengkonstruksikan
kenyataan subyektif dan berhubungan secara dialektis dengan masyarakat (Berger
dan Luckmann 1990). Di Provinsi DI Yogyakarta telah dirintis organisasi JRKY
(Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta) yang memiliki 80 jaringan radio
komunitas. Radio komunitas didirikan dan tumbuh dalam komunitas masyarakat
yang mandiri dan partisipatif (CRI 2009). Latar belakang pendirian JRKY adalah

4

mendukung potensi radio komunitas sebagai media komunikasi lokal yang
bersifat independen, non komersial, dan melayani kepentingan komunitas. Radio
komunitas didirikan oleh warga desa untuk mengatasi kemacetan komunikasi
antar warga dan memantau kinerja pemerintah desa (Nasir 2008).
Sebelum menentukan lokasi penelitian, ditetapkan beberapa kriteria radio
komunitas di Yogyakarta. Pertama, radio komunitas merupakan media alternatif
untuk mengakses informasi sesuai kebutuhan informasi warga desa. Kedua, radio
komunitas merupakan media independen, non komersial dan non partisan di
perdesaan. Ketiga, radio komunitas mendukung proses komunikasi dan
terciptanya partisipasi komunikasi masyarakat di desa. Keempat, radio komunitas
dapat menjalankan fungsi sebagai agen perubahan sosial dimana informasi, ide
dan gagasan dikomunikasikan secara berkesinambungan.
Berdasarkan kriteria tersebut, penulis menentukan dua radio komunitas
sebagai obyek penelitian. Pertama, Radio Paworo FM di Desa Gadingsari
Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY). Berawal dari fungsi mitigasi bencana alam di pesisir selatan Bantul, radio
ini berkembang menjadi radio yang menginformasikan pesan di bidang budaya,
perikanan dan kelautan, kesehatan, pembangunan desa, pemasaran lokal, dan
hiburan lokal. Kedua, radio komunitas petani Trisna Alami FM di Desa Kaliagung
Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo DIY. Radio ini beroperasi atas
prakarsa Lembaga Swadaya Masyarakat Lestari Mandiri (LSM Lesman) yang
mendampingi petani di Desa Kaliagung. Hingga saat ini Trisna Alami masih
melakukan siaran dan secara berkesinambungan menyiarkan informasi di bidang
pertanian, pembangunan desa, agama, budaya, pemasaran lokal, dan hiburan
lokal.
Fenomena komunikasi tersebut membutuhkan telaah riset ilmiah berupa
kajian yang berfokus pada aspek operasionalisasi media komunitas, diseminasi
pesan media komunitas dan proses strukturasi yang berlangsung. Perspektif
konstruktivisme dapat dipergunakan untuk menelaah realitas sosial di lapangan
berkaitan dengan eksistensi radio komunitas. Sesuai pandangan konstruktivisme,
pendekatan penelitian yang bersifat kualitatif mendukung upaya untuk
mengungkapkan makna atas realitas yang dijumpai dalam dunia kehidupan para
aktor komunikasi. Dalam proses pengumpulan data di lapangan, peneliti
menjumpai fenomena menarik berkaitan dengan ketahanan (resistansi) radio
komunitas di desa. Catatan di lapangan tersebut merefleksikan realitas kritis yang
terjadi berkaitan dengan eksistensi radio komunitas di desa.
Dari hasil penelitian sebelumnya, beberapa permasalahan berkaitan dengan
eksistensi media komunikasi adalah representasi kearifan lokal dan identitas lokal
masyarakat pada media (Johnson 2001; Ridwan 2007; Deuze 2006; Georgiou
2001; Liswijayanti 2005; Widya 2009; Putro 2009), penerapan TIK dalam
operasionalisasi media (Ogan et al. 2009; Allema dan Sam 2007), penggunaan
wacana lokal (Pyysianen dan Vesala 2008), strukturasi gender industri televisi di
Indonesia (Sunarto 2007), representasi struktur media (Achdiat 2012),
demokratisasi dan ruang publik (Rachmiati 2005), resistansi media komunitas
(Maryani 2007), dan hegemoni pemerintah melalui media komunitas (Subarkah
2012).

5

Hegemoni sebagai dominasi ide atau gagasan yang didoktrinasikan kepada
masyarakat merupakan kondisi yang kontroversi dengan visi dan misi
pembangunan kerakyatan (people centered development). Korten (2002)
menyebutkan alternatif pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered
development) dapat membangkitkan partisipasi rakyat. Sesuai dengan jargon
masyarakat partisipatoris di era millennium, maka radio komunitas dapat menjadi
alternatif bagi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan informasi. Dalam hingarbingar media mainstream, media komunitas hadir dengan semangat dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep ideal tentang media komunitas merupakan
cita-cita luhur dalam membangun masyarakat informasi di wilayah lokal.

Perumusan Masalah
Radio komunitas merupakan LPK yang melibatkan kemandirian dan
partisipasi akar rumput. Berbeda dengan media massa pada umumnya, radio
komunitas tidak berorientasi komersial. Berkaitan dengan eksistensi radio
komunitas, dijumpai kendala berupa keterbatasan manajemen media dan regulasi
media komunitas. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian berkaitan
dengan arena media komunitas, wacana teks berita, dan strukturasi radio
komunitas sebagai berikut:
1. Sebagai LPK, radio komunitas merepresentasikan media rakyat yang bersifat
mandiri. Berdasarkan realitas tentang keterbatasan manajemen media
komunitas (Hakam 2011; Effendy 2012) dan hambatan TIK (Wahyono 2011),
bagaimana analisis arena media komunitas Radio Paworo FM di Desa
Gadingsari Bantul dan Radio Trisna Alami FM di Desa Kaliagung Kulon
Progo?
2. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa wacana media lokal belum
sepenuhnya merepresentasikan kearifan lokal (Rahayu et al 2014; Putro 2009).
Teks berita merupakan bagian praktik sosial dan mendukung proses
signifikansi dalam strukturasi. Dari perspektif semiotika sosial dan etnografi
komunikasi, bagaimanakah kemasan nilai-nilai kearifan lokal dalam teks berita
radio komunitas?
3. Strukturasi yang berlangsung dalam kegiatan media komunikasi berkaitan
dengan perspektif tentang hegemoni , dominasi dan ekonomi politik media
(Achdiat 2012;Sunarto 2007). Tinjauan atas beberapa luaran penelitian tersebut
mendukung perumusan masalah: bagaimana skema signifikansi, dominasi dan
legitimasi dalam proses strukturasi dan resistansi Radio Paworo FM dan Trisna
Alami FM di perdesaan?
4. Berkaitan dengan operasionalisasi radio komunitas, terdapat hambatan
rendahnya respon masyarakat (Takariani 2013), rendahnya penerapan
teknologi informasi (Wahyono 2011), wadah partisipasi warga dalam proses
komunikasi (Maryani 2011). Bagaimana rancangan strategi yang dapat
diterapkan untuk mendukung proses strukturasi di sektor penyiaran perdesaan?

6

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan, secara garis besar
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana konstruksi pemaknaan
proses komunikasi dan interaksi komunikasi berlangsung dalam dualitas agenstruktur media komunitas. Adapun tujuan penelitian secara rinci adalah sebagai
berikut:
1. Menganalisis aspek manajemen, legalitas, kemitraan, dan praktik media Radio
Paworo FM di Desa Gadingsari Bantul dan Radio Trisna Alami di Desa
Kaliagung Kulon Progo.
2. Menganalisis proses signifikansi berkaitan dengan kemasan teks berita radio
komunitas di Desa Gadingsari dan Desa Kaliagung.
3. Menganalisis proses strukturasi dan resistansi radio komunitas dalam
strukturasi di perdesaan.
4. Merancang strategi yang dapat diimplementasikan dalam strukturasi di
perdesaan.

Manfaat Penelitian
Luaran penelitian diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Memberikan kontribusi ilmiah dalam pengembangan ilmu komunikasi,
khususnya kajian komunikasi pembangunan di perdesaan, jurnalistik radio,
semiotika, etnografi komunikasi, manajemen media komunitas, konstruksi
realitas dan strukturasi.
2. Mendukung pengembangan radio komunitas sebagai media penyiaran yang
memenuhi kebutuhan informasi masyarakat perdesaan.
3. Memberikan kontribusi bagi pemerintah RI berkaitan dengan pengembangan
Lembaga Penyiaran Komunitas sesuai amanat UU Nomor 32 Tahun 2002
Tentang Penyiaran.

Kebaruan (Novelty)
Penelitian ini berkaitan dengan fenomena di bidang media penyiaran
komunitas yang menjadi program pemerintah Republik Indonesia. Lembaga
Penyiaran Komunitas telah ditetapkan sebagai media penyiaran di wilayah
perdesaan, wilayah terisolir dan wilayah perbatasan negara. Kementerian
Komunikasi dan Informasi melaksanakan program Desa Informasi dengan radio
komunitas sebagai pendukungnya. Idealisme konsep LPK yang bersifat
independence, non komersial, non partisan dan berpihak kepada kepentingan akar
rumput menghadapi berbagai tantangan selama lebih dari satu dasawarsa.
Penelitian terkait dengan interaksi agen dan struktur dalam proses strukturasi
radio komunitas di perdesaan.
Berkaitan dengan media komunikasi sebagai agen informasi, telah dilakukan
penelitian dengan tinjauan kritis radio komunitas dan demokratisasi komunikasi di
perdesaan (Rachmiatie 2005); penelitian Maryani (2007) tentang resistansi
komunitas dengan media alternatif dikaji dengan perspektif kritis ruang publik;

7

penelitian Subarkah (2012) tentang kegagalan radio komunitas sebagai media
Counter Hegemony; Liswijayanti (2005) meneliti tentang keterkaitan media
dengan identitas etnis; representasi struktur media majalah dan respon agen
terhadap isi media telah diteliti oleh Achdiat (2012) dengan perspektif strukturasi
dan paradigma konstruktivis; riset tentang konvergensi radio komunitas dengan
pemanfaatan internet telah dilakukan oleh Hakam (2011); determinasi teknologi
program Desa Informasi dapat dioptimalkan dengan faktor sosial budaya
(Wahyono 2011); Masduki (2004) memberikan luaran penelitian bahwa radio
komunitas dapat berkembang jika didukung dengan regulasi dan kekuatan
eksternal (kemitraan); pengembangan nilai-nilai budaya Jawa dapat dilakukan
dengan pewarisan melalui media komunikasi (Rahayu et al. 2014); radio
komunitas memiliki peluang untuk berkembang di era konvergensi (Takariani
2013); strategi JRKI dalam menyelamatkan radio komunitas dikaji oleh Subarkah
(2012); berkaitan dengan kearifan lokal, Wagiran (2012) mengemukakan tentang
karakter hamemayu hayuning bawana sebagai kearifan lokal Yogyakarta;
Hasandinata (2014) melakukan kajian tentang peran pengelola radio komunitas
dalam pengembangan siaran kearifan lokal; dualitas agen struktur dalam
pembangunan secara kritis diteliti oleh Chitnis (2005); penggunaan semiotika
sosial sebagai teknik analisis teks komunikasi diteliti oleh Imran (2014) dan
Santoso (2008).
Dari beberapa rujukan penelitian sebelumnya, dapat digarisbawahi bahwa
penelitian tentang radio komunitas yang sudah banyak dilakukan berkisar pada
tinjauan kritis hegemoni pemerintah, eskalasi ruang publik, konvergensi media
komunikasi, pengembangan kearifan lokal melalui media komunitas, hubungan
antara media dengan determinasi teknologi dan pengabaian faktor sosial budaya
dalam program Desa Informasi.
Penelitian ini mempergunakan landasan teoritis dan konsep yang
mendukung proses strukturasi radio komunitas di perdesaan seperti semiotika,
etnografi komunikasi, jurnalistik penyiaran, teori strukturasi, strukturasi teknologi
dalam lembaga, identitas dan media komunikasi, konsep arena penelitian media
komunitas, partisipasi komunikasi dan perubahan sosial. Penekanan pandangan
konstruktivis dalam penelitian merupakan upaya untuk memaknai dunia
kehidupan aktor radio dan radio komunitas sebagai agen informasi. Sebagai
proses interaksi yang direproduksi, agen dan struktur melakukan hubungan
dualitas dalam sistem sosial. Bekal pengetahuan yang dikonstruksi oleh individu
dan kolektif dalam operasionalisasi radio komunitas merepresentasikan proses
strukturasi yang cair dalam sistem sosial di desa.
Dengan topik tentang dualitas agen struktur dalam strukturasi radio
komunitas, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan luaran terbaru sebagai
berikut:
1. Pengembangan teoritis dan konseptual tentang strukturasi, semiotika, etnografi
komunikasi, jurnalistik penyiaran, partisipasi komunikasi dan arena media
komunitas.
2. Secara metodologis, penelitian ini diharapkan menghasilkan luaran berupa
perspektif konstruktivisme sebagai paradigma dalam penelitian. Berbeda
dengan penelitian sebelumnya, implikasi penelitian tentang strukturasi dengan
paradigma konstruktivisme diharapkan dapat menggambarkan secara
komprehensif tentang dualitas agensi struktur radio komunitas di perdesaan.

8

3. Pada tataran praktis, penelitian ini dapat memberikan luaran baru yakni strategi
berkaitan dengan praktik jurnalistik radio komunitas, pengembangan lembaga
radio komunitas dan regulasi media penyiaran.
Kebaruan atau novelty dalam penelitian memberikan kontribusi dalam aras
komunikasi pembangunan adalah sebagai berikut:
1. Menemukan realitas berkaitan dengan pemaknaan aktor media komunitas
dalam strukturasi di perdesaan. Kekhasan proses signifikansi, dominasi dan
legitimasi terletak pada basis kearifan lokal yang memuat nilai-nilai budaya
Jawa.
2. Menemukan konteks wacana dalam operasionalisasi radio komunitas. Sebagai
pendukung aspek signifikansi, hasil analisis semiotika dan etnografi
komunikasi memberikan kontribusi dalam kajian teks berita media dengan
konteks komunikasi masyarakat Jawa.
3. Menemukan tindakan partisipatif warga desa sebagai aktor dalam praktik
media. Proses strukturasi tidak dapat berlangsung secara optimal tanpa inisiatif
dan partisipasi warga desa. Proses dualitas agen struktur berlangsung interaktif
dan berkelanjutan dengan keunikan aktor adalah warga desa yang memiliki
tindakan kritis untuk melayani kebutuhan informasi di desa.
4. Menemukan catatan metodologis dalam penelitian berkaitan dengan
penggunaan paradigma konstruktivisme yang digunakan untuk meninjau
realitas dunia kehidupan aktor dan kolektif warga desa. Ketahanan radio
komunitas dengan hambatan operasionalisasi menjadi fenomena kritis dalam
penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti memiliki kedekatan dengan
konteks penelitian dan menemukan pemikiran kritis yang memberdayakan
warga desa. Penelitian ini menggunakan kerangka bidang ilmu komunikasi dan
ilmu sosiologi.
5. Menemukan strategi yang dapat diimplementasikan dalam operasionalisasi
radio komunitas: penguatan legalitas lembaga radio komunitas, pengaturan
kanal frekuensi siaran radio komunitas, memperluas jalinan kemitraan dan
jaringan komunikasi, pengembangan struktur dan pengelola radio komunitas,
peningkatan kemampuan jurnalistik aktor radio dan optimalisasi pemanfaatan
TIK.

9

TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan dan Perubahan Sosial
Pembangunan yang terfokus pada pencapaian Gross National Product dan
kemajuan teknologi telah dilaksanakan di negara ketiga sejak era modernisasi,
akan tetapi pada tahun 70-an terjadi fenomena perubahan konsep pembangunan
(Ardianto dan Rochajat 2011). Sudut pandang modernisasi di negara ketiga
dengan konsep Trickle Down Effect (TDE) mulai diragukan karena dampak nyata
dari konsep TDE adalah disparitas negara kaya-miskin, meningkatnya wilayah
kantung kemiskinan, pudarnya kesetaraan gender dan HAM, serta kerusakan
lingkungan (Mosse 2007). Berkaitan dengan paradigma pembangunan, Servaes
(2002) menekankan pada paradigma pembangunan yang mengutamakan identitas,
pemberdayaan, dan aspek multidimensi. Sebagai tindak lanjut perspektif
modernisasi, dependensi, interdependensi, dan sistem ekonomi terpusat diajukan
asumsi Servaes (2002) sebagai berikut:
...there are no societies that function completely autonomously and
are completely selfsufficient, nor are there any communities whose
development is exclusively determined by external factors. Every
society is dependent in one way or another, both in form and in
degree...
Pernyataan tersebut dikuatkan dengan tujuh prinsip pembangunan: basic
needs, endogeny, self reliance, ecology, sustainability, participative democracy,
structural and sustainable changes. Konsep pembangunan yang bersifat
pluralistis mengacu pada tujuan baru pembangunan di negara ketiga, yakni:
persamaan dalam distribusi informasi, partisipasi aktif masyarakat akar rumput,
kebebasan komunitas lokal dalam adaptasi program pembangunan, perpaduan ideide lama dan baru, serta perpaduan sistem tradisional dan modern.
Lebih lanjut tentang partisipasi masyarakat, Dilla (2007) memberikan
pandangan bahwa pembangunan adalah perubahan menuju pola-pola masyarakat
yang lebih baik dengan nilai kemanusiaan yang memungkinkan suatu masyarakat
mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungan dan tujuan politiknya.
Sistem sosial menurut Giddens (2010) tidak hanya dipahami sebagai
kumpulan relasi sosial yang memiliki batasan tegas satu sama lain. Tidak seperti
analogi formasi biologis, tingkat kesisteman akan bervariasi serta bersifat
memberdayakan dan menghambat. Struktur, sistem, dan kondisi yang mengatur
keterulangan dalam sistem sosial akan melibatkan aktivitas individu sebagai agen
perubahan.
Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras
sehingga memiliki kemajemukan dalam sistem sosial. Furnivall menjelaskan
tentang masyarakat majemuk seperti dikutip oleh Nasikun (2007) bahwa
masyarakat majemuk (plural society) ditandai dengan keberadaan masyarakat
yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa adanya
pembauran. Proses pembauran masyarakat plural di Indonesia mengisyaratkan
adanya masyarakat komunikatif.

10

Hardiman (1993) memberikan penjelasan tentang masyarakat komunikatif
seperti didefinisikan oleh Habermas sebagai masyarakat yang memiliki
information literacy dan memiliki kemampuan untuk memanfaatkan informasi
sebagai dasar tindakan komunikatif yang kritis. Dalam hal ini, sistem komunikasi
yang terbentuk dengan keberadaan media radio komunitas akan menjadi wadah
interaksi sosial dan partisipasi komunikasi warga desa.
Perubahan sosial dapat dipahami sebagai perubahan yang terjadi di dalam
ruang lingkup sistem sosial dan menunjukkan perbedaan antara keadaan sistem
tertentu dalam jangka waktu berlainan. Definisi perubahan sosial yang relevan
dengan dinamika sistem sosial masyarakat dikemukakan oleh Parsell, Ritzer, dan
Farley dan termaktub dalam pemaparan Sztompka (1993):
Perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam
pengorganisasian masyarakat, mengacu pada variasi hubungan
antar individu, kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat pada
waktu tertentu , dan perubahan pola perilaku, hubungan sosial,
lembaga, dan struktur sosial pada waktu tertentu.
Salim (2002) mengemukakan tentang hubungan struktur sosial sesuai
dengan pandangan strukturalisme. Hubungan struktur social ditentukan oleh
komponen Ideological Super Structure, Social Structure, dan Material Infra
Structure seperti digambarkan pada Gambar 1.

Ideological Super Structure
General ideology, religion,
sciences, arts,literature

Social Structure
Social structure (or its absences