15 4.4
AIR BETON DAN BAHAN CAMPURAN TAMBAHAN ADMIXTURE
a.
Air untuk adukan dan untuk merawat beton harus bersih dan bebas dari semua kotoran yang dapat merusak daya lekat semen atau dapat menurunkan mutu beton.
b.
Bahan campuran tambahan bila dipandang perlu dapat digunakan untuk mempercepat pengerasan, perbaikan beton. Bahan
– bahan tersebut tidak boleh mengandung bahan – bahan yang merugikan sifat beton bertulang.
5. BESI BETON
a.
Mutu besi beton yang digunakan adalah : Mutu besi tulangan beton untuk diamater batang polos adalah BJ. Tp 24 fy = 240
Mpa, sedangkan mutu besi beton yang diprofil Deform ulir minimal BJ. TP 32 fy = 320 Mpa, untuk tulangan baja jaring BJ. Tp. 50 fy=500 Mpa dan ukuran sesuai
ketentuan dalam gambar. Simbol “Ø” menunjukkan Baja tulangan polos , Simbol “D” menunjukan Baja Tulangan DeformUlir . Simbol “M” tulangan baja jaring wire
mesh
b.
Semua besi yang dipakai diatas harus mempunyai sertifikat dari produsenpabrik. Ketentuan toleransi ukuran besi disesuaikan dengan standar SII atau SNI.
c.
Jika besi yang di datangkan ke lokasi tidak sesuai dengan yang tercantum dalam sertifikatdiragukan, Direksi pekerjaan berhak memerintahkan kontraktor untuk
melakukan pengujian fisik terhadap besi tersebut. Semua biaya hasil pengujian menjadi tanggungan kontraktor. Bila hasil pengujian tidak sesuai dengan yang tercantum dalam
sertifikat, maka Direksi berhak menolak semua besi tersebut. Berita acara hasil pengujian besi di laboratorium harus sah dan ditanda tangani oleh pejabat laboratorium.
d.
Membengkokkan dan meluruskan besi beton harus dalam keadaan dingin, sesuai dengan aturan yang berlaku. Panjang penyaluran besi beton dan panjang pengangkeran
pada bagian-bagian konstruksi disesuaikan dengan gambar kerja atau menurut aturan dalam SKSNI-1991.
e.
Besi beton harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat dan kotoran lain yang dapat mengurangi daya lekat semen atau dapat menurunkan mutu besi beton.
f.
Besi beton harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar. Kemudian dibentuk dan dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak
berubah tempat.
g.
Kawat beton yang dipergunakan harus lazim dipakai, sehingga dapat mengikat besi beton tetap pada tempatnya. Untuk mendapatkan mutu besi beton yang diinginkan,
dapat dipergunakan besi beton dari produk yang ditunjuk Direksi Teknis.
h.
Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan di alam terbuka untuk jangka waktu yang panjang.
SPESIFIKASI: ROUND BAR Grade 24 CODE NO.
UNIT WEIGHT Diameter
d Tolerance
Kgm Effective
Tolerance Ø 7
0.302 7
7 7
Ø 8 0.395
7 8
7 Ø 10
0.617 5
10 6
Ø 12 0.888
5 12
6 Ø 16
1.578 5
16 5
Ø 19 2.226
4 19
5
16
Ø 22 2.984
4 22
5 Ø 25
3.853 4
25 5
SPESIFIKASI: DEFORMED BAR Grade 40 CODE NO.
UNIT WEIGHT Effective Diameter
Kgm Effective
Tolerance D - 10
0.617 6
10 D - 13
1.042 6
13 D - 16
1.578 5
16 D - 19
2.226 5
19 D - 22
2.984 5
22 D - 25
3.853 5
25 D - 29
5.185 4
29 D - 32
6.313 4
32
SPESIFIKASI : WIRE MESH
CODE NO.
TYPE SIZE
m WEIGHT
kg M 4
Rool 54,0
2,10 154.5
M 5 Rool
54,0 2,10
241.4 M 6
Rool 54,0
2,10 347.6
M 6 Sheet
5,40 2,10
34.76 M 7
Sheet 5,40
2,10 47.31
M 8 Sheet
5,40 2,10
61.79 M 9
Sheet 5,40
2,10 78.21
M 10 Sheet
5,40 2,10
96.55
SPESIFIKASI : PIPA BAJA MEDIUM GALVANIS DIAMETER
NOMINAL DIAMETER LUAR
TEBAL BERAT
inch mm
Maxmm Min mm
mm Kgm
12 15
21.4 21.1
2.65 1.22
34 20
27.2 26.4
2.65 1.58
1 25
34.2 33.4
3.25 2.44
1 ¼ 32
42.9 42.1
3.25 3.14
1 ½ 40
48.8 48.0
3.25 3.61
2 50
60.8 59.8
3.65 5.10
2 ½ 65
76.6 75.4
3.65 6.51
3 80
89.5 88.1
4.05 8.47
4 100
114.9 113.3
4.05 12.00
5 125
140.6 138.7
4.85 16.20
6 150
166.1 164.1
4.85 19.20
17
CETAKANKAN BETON BEKISTING
a.
Bahan -
Cetakan untuk beton bekisting formwork, harus dibuat dari plywood yang tebalnya minimal 9 mm. Rangka penguat cetakan yang di pakai minimal dari kayu kelas kuat II
dan dipasang sedemikian rupa sehingga cukup kuat untuk menahan tekanan beban beton.
- Bahan steger tiang penyangga harus terbuat dari kayu bermutu baik atau
menggunakan schafolding.
b.
Konstruksi -
Cetakan dibuat dan disangga sedemikian rupa sehingga dapat mencegah getaran yang merusak. Dan tidak berubah bentuk sebelum, selama pengecoran berlangsung dan
selama beton belum padat. -
Cetakan dibuat sedemikian rupa mempermudah pengecoran dan pemadatan beton tanpa merusak konstruksi beton.
- Kayu steger penyangga harus dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat menahan beban
yang dipikulnya. -
Kontraktor harus mempuat shop drawing dari bagian – bagian konstruksi cetakan bekisting serta mendapat persetujuan Direksi.
c.
Pelapis cetakan -
Untuk mempermudah membuka bekisting beton, dapat digunakan pelapis cetakan dari bahan yang disetujui Direksi.
- Minyak pelumas, baik bekas maupun baru, tidak dibenarkan dipakai sebagai bahan
pelapis cetakan.
4.5
ADUKAN BETON
a.
Rencana Adukan -
Nama “jenis adukan” di bawah diberikan untuk setiap jumlah bahan pengisi pasir dan kerikil terhadap 40 kg semen.
- Gradasi butiran bahan pengisi harus sesuai dengan syarat – syarat gradasi dalam tabel
dibawah ini :
Ukuran Ayakan Persentase Berat Yang Lolos
Standar mm
Inch in
Agregat Halus
Pilihan Agregat Kasar
50 2
- 100
- -
- 37
1 ½ -
95-100 100
- -
25 1
- -
95-100 100
- 19
¾ -
35-70 -
90-100 100
13 ½
- -
25-60 -
90-100 10
38 100
10-30 -
20-55 40-70
4.75 4
90-100 0-5
0-10 0-10
0-15 2.36
8 -
- 0-5
0-5 0-5
1.18 16
45-80 -
- -
-
18
0.3 50
10-30 -
- -
- 0.15
100 2-10
- -
- -
- Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih
dari ¾ dari jarak minimum antara tulangan baja atau antara tulangan baja dengan acuan, atau antara perbatasan lainnya.
- Jenis adukan Beton :
Catatan : pc
= portland cement m
3
ps = pasir bahan pengisi halus
m
3
krl = kerikil bahan pengisi kasar
m
3
b.
Kekuatan beton kuat tekan beton yang direncanakan adalah K.225
c.
Pengadukan beton Pencampuran bahan-bahan penyusun beton dilakukan agar diperoleh suatu komposisi
yang solid dari bahan-bahan penyusun berdasarkan rancangan campuran beton. Sebelum diimplementasikan dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan, pencampuran
bahan-bahan dapat dilakukan di laboratorium, untuk mendapatkan formula rancangan sesuai rencana membuat Job Mix Formula. Secara umum pengadukan beton dengan
mesin batching plant harus disesuaikan dengan kecepatan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya. Ketentuan waktu pengadukan minimal untuk campuran beton
yang volumenya lebih kecil atau sama dengan 1 m3 adalah 1,5 menit atau menurut petunjuk direksi. Selama proses pengadukan, kekentalan campuran beton harus diawasi
terus dengan cara memeriksa nilai slump yang disesuaikan dengan jarak pengangkutan.
d.
Beton Dekking -
Beton dekking ganjal 1pc : 2ps harus dibuat terlebih dahulu, sebelum pekerjaan beton konstruksi dimulai. Dicetak setebal 2 cm berukuran 4 x 4 cm atau sesuai dengan yang
diisyaratkan, lengkap dengan kawat pengikatnya. -
Sesudah mengeras dan kering udara, beton dekking ini direndam dengan air. -
Untuk beton balok dan kolom, dipasang 10 sepuluh buah untuk setiap 1 m
2
dengan ketebalan 3 cm. Dan untuk beton plat duiker dipasang beton dekking dengan ketebalan
3 cm sebanyak 5 buah untuk setiap 1 m
2
. -
Selain beton dekking untuk balok yang mempunyai dua baris atau lebih tulangan, harus diberikan ganjalan dengan besi beton dengan diameter yang sama dengan tulangan
rangkap. Ganjalan ini dipasang pada bagian samping dan bawah balok sebanyak 3 buah untuk setiap 1 m
2
.
e.
Adukan Beton “Ready Mix” -
Bila dipakai adukan beton “ready mix” nama dan alamat suppliernya harus mendapat persetujuan direksi.
- Kontraktor bertanggung jawab penuh, bahwa adukan yang disuplai tersebut memenuhi
syarat spesifikasi dengan membawa hasil test laboratorium sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan dalam RKS dan menjamin kontinuitas kedatangan setiap delivery.
- Direksi mempunyai wewenang untuk setiap saat meminta kepada kontraktor untuk
mengadakan percobaan mutu beton tersebut. Apabila mutunya diragukan direksi berhak menghentikan dan menolak beton ready mix tersebut dan semua kerugian yang
ditimbulkan oleh hal ini menjadi tanggungan kontraktor.
Adukan beton “Site Mixing” setempat
19
- Adukan beton dibuat dengan alat pengaduk “batch mixer” dengan type dan kapasitas
yang mendapat persetujuan direksi. -
Kecepatan aduk sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya. -
Kapasitas aduk tidak boleh lebih dari yang diijinkan.
4.6
PENGUJIAN BETON
a.
Untuk pengujian beton digunakan silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi 30 cm atau kubus beton berukuran 15 x 15 x 15 cm3 yang hasilnya dikonversikan sesuai aturan
dalam SKSNI -1991.
b.
Pengambilan campuran beton untuk silinder kubus coba specimen dan pengetesannya menjadi tanggung jawab kontraktor dan harus dibawah pengawasan
direksi.
c.
Prosedur pembuatan kubus beton terdiri dari : -
Setiap pembuatan 5 m3 beton harus dibuat minimal 1 buah silinder kubus beton coba specimen untuk pengetesan.
- Jumlah silinder kubus coba yang harus dibuat untuk seluruh volume beton
minimum 21 buah dimana masing – masing sebanyak 7 buah untuk percobaan pada
umur 3, 7, 14, dan 28 hari. Hasil percobaan tahap I ini harus mendapat persetujuan Direksi Teknis sebelum pekerjaan beton dimulai.
- Selanjutnya, setiap saat bila dirasakan perlu direksi berhak meminta kepada
kontraktor untuk membuat silinder kubus coba dari adukan beton yang dibuat. Dalam hal ini silinder kubus beton diberi tanda yang dapat mengidentifikasi
tanggal pengecoran, penggunaan untuk bagian struktur yang bersangkutan dan lain – lain yang dianggap perlu.
d.
Semua silinder kubus coba, ditest di laboratorium yang disetujui Direksi Teknis. Apabila pengetesan akan dilakukan di lapangan, maka tes coba harus mempunyai
sertifikat kalibrasi yang diakui dan pelaksanaan pengetesan ada dibawah pengawasan Direksi Teknis.
e.
Kontraktor juga diharuskan mengadakan slump tes menurut syarat – syarat dalam
SKSNI - 1991.
f.
Apabila terjadi setelah beton dicor tidak memenuhi syarat – syarat sesuai dengan hasil
test, maka seluruh volume beton yang dicor dengan campuran tersebut harus dibongkar. Sebelum dilaksanakan pembongkaran, kontraktor diijinkan untuk mengajukan usulan
pengetesan ulang, loading test pada struktur beton yang sudah dicor dengan persetujuan direksi.
g.
Semua biaya yang diperlukan dalam pengujian mutu beton dibebankan kepada kontraktor.
4.7
MUTU BETON
a.
Standar mutu beton -
Selambat – lambatnya 3 tiga hari setelah waktu pengujian, direksi harus mencantumkan nilai karakteristik, deviasi standar, slump, tanggal pengecoran dan
pengujian. -
Apabila hasil percobaan tidak memenuhi kekuatan yang diisyaratkan, kontraktor harus merubah proporsi adukan, sehingga dapat mencapai syarat yang
direncanakan.
b.
Apabila ternyata kuat tekan silinder kubus coba beton yang diambil dari adonan beton dalam pelaksanaan tidak memenuhi syarat spesifikasi, maka Direksi Teknis berhak
meminta Kontraktor untuk mengadakan percobaan non destruktif.
4.8
PENGECORAN BETON
20
a.
Proporsi perbandingan campuran semen dengan bahan pengisi pasir dan kerikil adalah minimal. Jadi tidak dibenarkan untuk dikurangi semennya.
b.
Sebelum adukan beton dituangkan, semua cetakan harus betul – betul bersih dari
kotoran seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan kotoran lainnya. Kemudian cetakan tersebut dibasahi dengan air secukupnya, namun tidak boleh ada genangan air pada
cetakan tersebut.
c.
Pengecoran baru bisa dimulai setelah mendapat persetujuan Direksi Teknis. Apabila pengecoran beton dilakukan tanpa adanya persetujuan direksi, maka kerugian akibat
pembongkaran, sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.
d.
Adukan harus homogen atau dengan warna yang merata dan harus sudah dicorkan dalam waktu 1 satu jam setelah pencampuran air dimulai.
e.
Pengecoran suatu unit pekerjaan beton harus dilaksanakan terus menerus sampai selesai dengan tanpa berhenti, kecuali mendapat persetujuan direksi. Tidak dibenarkan
mengecor beton saat hujan, kecuali ada tindakan pengaman dari kontraktor, terutama untuk meneruskan pengecoran suatu unit pekerjaan, yang mendapat persetujuan direksi.
Dalam hal ini kontraktor harus berupaya agar beton yang baru dicorkan tidak dirusak oleh air hujan.
f.
Setelah dicorkan pada cetakan, adukan harus dipadatkan dengan alat penggetar vibrator yang berfrekwensi dalam adukan paling sedikit 3000 putaran setiap menit.
Penggetaran dilakukan selama 20 detik setiap satu adukan yang dicorkan, mulai pada saat adukan dicorkan dalamcetakan dan dilanjutkan dengan adukan selanjutnya.
Vibrator tidak boleh menyentuh cetakan dan besi beton yang salah satu bagiannya berhubungan dengan adukan beton yang telah mengeras.
g.
Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat dicegah adanya pemisahan atau pengurangan bagian
– bagian bahan. Adukan tidak boleh dijatuhkan lebih dari 2 meter. Untuk kolom
– kolom yang tinggi, harus dibuatkan jendela – jendela dengan jarak vertikal tidak lebih dari 2 meter.
h.
Siar pelaksanaan contruction joint dipakai ba han penyekat “Styrofoam” yang mudah
hancur dengan bensin, dalam pengecoran beton harus mendapat persetujuan direksi.
i.
Apabila terjadi pertemuan dengan beton yang sudah dicor, bidang pertemuan harus dibersihkan dengan cara menyemprot dengan air. Kemudian disikat sampai agregat
kasar kelihatan dan selanjutnya disiram dengan air semen kental dan ditambah additive, merata keseluruh permukaan yang akan disambung, sedang untuk beton yang
memerlukan kedap air harus memakai “Water Stop” ex Tricosal type yang direkomendasikan untuk setiap jenis sistem sambungan.
4.9
PEMASANGAN ANGKER PEMBENGKOKAN BESI TULANGAN
a.
Pengangkeran perletakan pelat duiker pada pondasitumpuan pasangan menggunakan besi diameter D -16 dengan jarak sesuai gambar rencana.
4.10
TOLERANSI – TOLERANSI
a.
Toleransi pada beton cetakan kasar -
Toleransi terhadap posisi untuk masing–masing bagian konstruksi adalah 1 cm. -
Toleransi terhadap ukuran masing – masing bagian konstruksi adalah – 0,3 cm dan + 0,5 cm.
b.
Toleransi pada cetakan beton halus. -
Toleransi terhadap posisi untuk masing – masing bagian konstruksi adalah 0,6 cm. -
Toleransi terhadap ukuran masing – masing bagian konstruksi adalah – 0,2 cm dan + 0,4 cm
c.
Toleransi posisi vertikal : 2 mmm’
21
d.
Toleransi posisi horisontal : 1 mmm’
4.11
PERLINDUNGAN BETON
a.
Agar beton terlindung dari pengaruh cuaca, beton harus dibasahi secara terus menerus selama 14 empat belas hari setelah pengecoran dengan menutupi jerami karung
basah.
b.
Semua permukaan beton yang terbuka dijaga agar tetap basah sekurang – kurangnya
selama 4 empat hari setelah pengecoran, dengan cara menyemprotkan atau menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut, terutama pada pagi sore hari
atau cuaca teduh.
c.
Beton harus terlindung dari pengrusakan secara mekanis pengeringan sebelum waktunya.
4.12
PEMBONGKARAN CETAKAN
a.
Cetakan beton tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan kubus yang dapat memikul 2 x berat sendiri. Pada bagian
– bagian konstruksi yang memikul beban lebih besar dari rencana rata
– rata, cetakan beton belum boleh dibongkar sampai beton mempunyai kekuatan tersebut.
b.
Untuk pembongkaran cetakan pada bagian – bagian tertentu, kontraktor harus meminta
persetujuan direksi. Untuk pembongkaran cetakan, kontraktor harus berpedoman pada SKSNI 1991. Jika Pemborong mengabaikan perintah Direksi Teknis, maka segala
akibat yang ditimbulkan oleh pembongkaran cetakan ini adalah menjadi tanggungan kontraktor.
4.13
CACAT PADA BETON
a. Yang dimaksud dengan cacat beton adalah hal – hal sebagai berikut :
- Konstruksi beton yang amat keropos
- Konstruksi beton tidak sesuai dengan yang direncanakan
- Konstruksi beton yang berisi benda – benda yang dilarang ada pada beton.
b. Apabila hal ini terjadi, direksi berwenang untuk tidak menerima pekerjaan beton
tersebut dan kontraktor harus segera memperbaikinya sesuai dengan petunjuk direksi. c.
Penggunaan alat pembantu pekerjaan yang membebani struktur harus mendapat persetujuan direksi dan kontraktor harus memperbaiki beton yang rusak akibat
penggunan alat pembantu. d.
Hasil yang diharapkan semua cor beton tidak ada yang menyimpang dari toleransi yang dijinkan, karena tidak ada perbaikan beton dengan plesteran.
5.PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI plesteran dan siaran
PASANGAN BATU KALI UNTUK DRAINAGE, SENDERANDPT, KONSTRUKSI GORONG-GORONG.
- Batu kali yang dipergunakan batu kali yang dibelah atau batu gunung yang keras,
tidak porous dan bersih, besarnya tidak lebih dari 30 cm. -
Tidak dibenarkan menggunakan batu kali bulat atau batu endapan. Pemecahan batu harus dilakukan diluar batas bowplank bangunan.
- Semen, pasir, air dan pasangan adalah sama dengan ditentukan dalam pekerjaan
beton. -
Penggunaan adukan : 1 pc : 5 ps = Digunakan untuk pasangan batu kali secara umum atau sesuai dengan gambar kerja atau dengan Kuat tekan mortar setara 90
kgcm.
22
- Pada setiap pokok galian dibuat profil pasangan terbuat dari kayu atau bambu
dengan ukuran sesuai dengan ukuran drainage dan atau senderan yang akan dibuat. -
Batu kali terpasang padat dan diantara batu kali harus dilapisi oleh adukan. Tepi atas dari pondasi batu kali harus datar.
-
1.1.
Pekerjaan Plesteran dan siaran
a.
Kwalitas Bahan . -
Pasir yang digunakan adalah pasir pasang yang berasal dari sungaikali atau dari daerah quarry.
- Pelaksanaan pekejaan plesteran harus mendapatkan hasil yang baik dan sempurna
dalam arti bidang permukaan harus betul-betul rata, tidak bergelombang, tegak lurus dan padat.
- Jika hasil plesteran menunjukkan hasil tidak memuaskan maka bagian tersebut
sebagian atau seluruhnya harus dibongkar untuk diperbaiki atau diulang kembali atas tanggungan Pemborong.
b.
TeknisCara Pemasangan. -
Permukaan pasangan batu yang akan diplester, dibuatkan kepala dengan jarak kurang lebih 2 meter untuk menghasilkan permukaan yang rata, barulah pekerjaan
plesteran dapat dilaksanakan. Tebalnya plesteran tidak boleh kurang dari 2 cm.
c.
Pekerjaan siaranAcian batu muka -
Pekerjaan siaran dilaksanakan setelah pekerjaan pasangan drainage selesai. Ketebalan acian harus merata berkisar 2
– 3 mm. Permukaan akhir acian harus merata, halus dan tidak retak-retak.
6. PEKERJAAN PAVING BLOCK DAN KANSTEEN KERB