Beban Skunder Pembebanan Jembatan

berat, dan frekuensi dari getaran lentur jembatan. Untuk perencanaan, FBD dinyatakan sebagai beban statis ekuivalen. Gambar 2.31 Faktor Beban Dinamis FBD u ntuk BGT, pembebanan lajur “ D ”. Sumber : RSNI T-02-2005. Catatan: Untuk L ≤ η0 m FBD = 0,40 2.38 Untuk 50 m L 90 m FBD = 0,40 – 0,0025 . L -50 2.39 Untuk L 90 m FBD = 0,30. 2.40

2.13.2 Beban Skunder

Beban skunder adalah beban yang merupakan beban sementara yang selalu diperhitungkan dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan.

2.13.2.1 Beban Akibat Gaya REM

Bekerjanya gaya-gaya di arah memanjang jembatan, akibat gaya rem dan traksi, harus ditinjau untuk kedua jurusan lalu lintas. Pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan gaya rem sebesar 5 dari beban lajur D yang dianggap ada pada Universitas Sumatera Utara semua jalur lalu lintas, tanpa dikalikan dengan faktor beban dinamis dan dalam satu jurusan. Gaya rem tersebut dianggap bekerja horisontal dalam arah sumbu jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,8 m di atas Permukaan lantai kendaraan. Beban lajur D disini jangan direduksi bila panjang bentang melebihi 30 m, digunakan rumus be ban “D” diatas. Hubungan antara besar gaya rem yang diperhitungkan dengan panjang bentang jembatan dapat dilihat pada Gambar 2.32. Gambar 2.32 Gaya rem per lajur 2,75 meter keadaan batas ultimate KBU. Sumber : RSNI T-02-2005.

2.13.2.2 Beban Akibat Pengaruh Temperatur

Temperatur dapat menyebabkan material jembatan mengalami rangkak dan susut. Variasi temperatur jembatan rata-rata digunakan dalam menghitung pergerakan pada temperatur dan sambungan pelat lantai, dan untuk menghitung beban akibat terjadinya pengekangan dari pergerakan tersebut. Universitas Sumatera Utara

2.13.2.3 Beban Angin

Gaya nominal ultimit dan daya layan jembatan akibat angin tergantung kecepatan angin rencana seperti berikut, T EW = 0,0006 C w V w 2 A b kN 2.41 Dimana, V w = kecepatan angin rencana ms untuk keadaan batas yang ditinjau. Kecepatan angin rencana harus diambil seperti yang diberikan dalam Tabel 2.4. C w = koefisien seret Tabel 2.5 A b = luas equivalen bagian samping jembatan h x L m 2 . Tabel 2.4 Kecepatan angin rencana, V w . Keadaan Batas Lokasi Sampai 5 km dari pantai 5 km dari pantai Daya Layan 30 ms 25 ms Ultimit 35 ms 30 ms Sumber : RSNI T-02-2005. Tabel 2.5 Koefisien seret, C w . Tipe Jembatan Cw bangunan atas masif 1, 2 bd = 1,0 2,1 3 bd = 2,0 1,5 3 bd ≥ θ,0 1,25 3 bangunan atas rangka 1,2 Sumber : RSNI T-02-2005. Universitas Sumatera Utara Apabila suatu kendaraan sedang berada diatas jembatan, beban garis merata tambahan arah horisontal harus diterapkan pada permukaan lantai seperti diberikan dengan rumus, T EW = 0,0012 C w V w 2 A b kN 2.42 Dimana, C w = 1.2 A b = luas bagian samping kenderaan m 2 .

2.13.2.4 Beban Gempa

Pada perencanaan jembatan, pengaruh gempa rencana hanya ditinjau pada keadaan batas ultimit. Untuk jembatan-jembatan sederhana, pengaruh gempa dihitung dengan metode beban statis ekuivalen. Untuk jembatan besar, rumit dan penting mungkin diperlukan analisa dinamis. Beban rencana gempa minimum diperoleh dari rumus berikut : T EQ = K h I W T 2.43 K h = C S 2.44 Dimana, T EQ = Gaya geser dasar total dalam arah yang ditinjau kN. K h = Koefisien beban gempa horisontal. C = Koefisien geser dasar untuk daerah, waktu dan kondisi setempat yang sesuai, diambil dari Gambar .2.33. I = Faktor kepentingan, Tabel 2.6 S = Faktor tipe bangunan, Tabel 2.7 W T = Berat total nominal bangunan yang mempengaruhi percepatan Universitas Sumatera Utara gempa, diambil sebagai beban mati ditambah beban mati tambahan kN. Gambar 2.33 Koefisien geser dasar C plastis untuk analisis statis Sumber : RSNI T-02-2005 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.34 Wilayah gempa Indonesia untuk perioda ulang 500 tahun Sumber : RSNI T-02-2005 Tabel 2.6 Faktor Kepentingan Jembatan memuat lebih dari 2000 kendaraanhari, jembatan 1,2 pada jalan rayautama atau arteri dan jembatan dimana tidak ada rute alternatif. Seluruh jembatan permanen lainnya dimana rute alternatif 1,0 tersedia, tidak termasuk jembatan yang direncanakan untuk pembebanan lalu lintas yang dikurangi. Jembatan semetara misal: Bailey dan jembatan yang 0,8 direncanakan untuk pembebanan laju lintas yang dikurangi sesuai dengan pasal 6.5 Sumber : RSNI T-02-2005 Tabel 2.7 Faktor Tipe Bangunan Tipe Jembatan dengan Jembatan daerah sendi beton bertulang atau baja Prategang Parsial 2 Prategang Penuh 2 Tipe A 3 1,0F 1,15F 1,3F Tipe B 3 1,0F 1,15F 1,3F Tipe C 3,0 3,0 3,0 Jembatan dengan daerah sendi beton Prategang Sumber : RSNI T-02-2005 Universitas Sumatera Utara

2.13.3 Beban Khusus