Pengembangan sumberdaya manusia berbasis keluarga : telaah pengaruh detrimental pola keayahbundaan orangtua yang tidak sehat terhadap deficit karakter pada anak-anak
Oleh:
SYAKRANI
SEKOLAH PASCASARJANA
IN~TITUTPERTANIAN BOGOR
2004
ABSTRAK
SYAKRANI. Pengembangan Sumkdaya Manusia Berbasis Keluarga: Telaah
Pengaruh Detrimental Pola "Keayahbundam" Orangtua Yang Tidak Sehat
terhadap Defisit Karakter pada An&-Anak. D i b i i oleh R. M A R W N O
SLAMET, Ign. DJOKO SUSANTO, MIEUTIA F. HATTA SWASONO,
dm DADANG SUKANDAR
Paradigma pengembangan sumberdaya manusia yang dominan saat ini
memberi perhatian yang sun&-sun&
terhadap htitusi keluarga sebagai
wadah utmm pengembangan sumberdaya manusia. Salah satu aspek institusi
keluarga yang ditekankan oleh sebagian besar aMi adalah pengaruh pola
"keayahbunh" (parenting) terhadap tumbuhkembang anak. Dalam hd ini,
konsep "keayahbundaan" didefinisikan sebagai keterampilan orangtua
memenuhi hak-hak anak untuk mengoptimalkan tumbuhkembangnya.
Tmasuk dalam konsep hi dab mggung jawab moral orangtua untuk
mengembangkan karakter pada diri &.
Penelitian ini
dirancang untuk
rnenganalisis pengaruh pola
"keayahbundaan" terhdap ttlmbuhkembang an& di dua setting etnik, yakni
Madura dan Banjar. Sebuah kerangka pemikiran dikembangkan, yang
mengelaborasi
sejurnlah
determinan
yang
secara
teoretik
diduga
mempengamhi "keayahbundaan" dan tumbuhkembang anak. Sebagai
penelitian survei dengan desain cross-sectional, penelitian ini bertumpu pada
angket sebagai instrumen utarna pengurnpulan data primer. Beberapa teknik
analisis statistik diterapkan untuk mengandisis temuan penelitian.
Temuan-temuan pentingnya adalah sebagai berikut: (1) orangtua pada
kedua etnik kajian belum memiliki sumberdaya yang diperlukan untuk
menjadikan
keluarganya
sebagai
wadah
pengembangan
potensi
tumbuhkembang anaknya; (2) orangtua pada kedua etnik kajian belum mampu
m e i h a k a n salah satu fungsi strategisnya, yakni "keayahbundaan;" ( 3 )
orangtua pada kedua etnik kajian tidak mampu memanfaatkan dengan optimal
kebersamm o w - a n a k ymg tercipta secara tak sadar sebagai momenmomen pendidikan kar*
atau p e n d i d i i informal penanaman kamkter
bagi mak-anaknya; (4) menonton TV menghabiskan sekitar 42,5 6 jamlmhggu
untuk anak etnik Madura dan 44.87 jdminggu untuk an& etnik Banjar,
h g k a n waktu kebersammn orangha-anak sekitar 17 sampai 19 jam per
minggu; ( 5 ) teqiadi ketidaseimbangan antm aspek pertumbuhan dan
perkembangan anak pada kedua etnik kajian; pertumbuhannya cukup optimal
(status gizinya baik clan status kesehatannya sedang); sedangkan tingkat
perkembangamya, terutama EQ dan ESQnya, sangat rendah, (6) peluang
terjadinya "generasi punah" (lost generation) di dua etnik kajian lebih besar
disebabkan oleh rendahnya EQ dan ESQ atau karakter an&-anak; (7)tingkat
perkembangan anak berbeda nyata menurut etnisitas dan komunitas; (8)
tingkat keterampilan "keayahbundaan" berbeda nyata menurut
komunitas,
tetapi tidak nyata menurut etnisitas; (9) "keayahbundaan" menjadi deteminan
utama yang dengan signifikan mempengaruhi tumbuhkembang anak ( d . 9 3 9 ;
h . 8 8 1); (1 0) motivasi "keayahbundaan" juga terbukti menjadi detcrminan
utama yang secara signifikan mempengaruhi "keayahbundaann orangtua
( ~ 0 . 9 2 3 ;h . 8 5 1 ) ; (11) secara umum beberapa peubah baik pada ranah
konteks maupun nonkonteks mempengaruhi secara signifikan motivasi
orangtua clan "keayahbundaan"itu sendiri.
Berdasarkan temuan-temuan tersubut, penelitian ini menyarankan
perlunya dirancang sebuah gerakan pencegahan terjadinya "generasi punah,"
yang antara lain dimaksudkan un*
mengembangkan opini dan kesadaran
lcritis masyarakat, khususnya orangtua, terhadap dampak jangka panjang
ekonomi dan sosial yang merugikan dari "generasi punah." Untuk tujuan
tersebut penelitian ini mengembangkan sebuah model pemasaran sosial
gagasan pola "keayahbundaan" yang sehat, yang dirancmg untuk mencakup
ekoIogi pengembangan SDM yang lebih has, yakni konteks makro
(pengembangan masyarakat), yang dirancang untuk meningkatkan dukungan
komunitas terhadap usaha orangtua melakukan fungsi "keayahbundamnya;"
konteks m m (penguatan institusi keluarga), yang d i c a n g untuk
memberdayakan keluarga sebagai institusi sosial yang vital; dan konteks mikro
(parenting education), yang dirmcang untuk melakukan disserninasi
informasi, komunikasi, advokasi, p e n d i d i i komunitas, pemberdayaan pola
"keayahbundaan." Tujuannya adalah untuk menyediakan intewensi sosial
kuratif bagi anak-anak dan orangtua yang mengalami dan meneqkan pola
"keayahbundaad' tak sehat, clan intervensi preventif bagi kelompok-kelompok
sasaran guna memfasilitasi terbentuknya keluarga yang produktif sebagai
wadah utama pengembangan SDM.
Kaia-Kata Kurtci: Pengembangan sumberdaya manusia berbasis kelwga,
pola "keayahbundaan" yang sehat, tumbuhkembang anak, "generasi
punah,"
pernasaran
sosial,
pengembangan
masyarakat,
pernbwdayaan keluarga, clan penyuluhan "keayahbundaan."
SYAKRANI. Family-based Human Resource Development: Analysis of
Detrimental Effect of Unhealthy Parenting on Characters Deficit of Children.
Under the direction of R MARGONO SLAMET, Ign, DJOKO SUSANTO,
ME=
F. HAl'TA SWASONO, and DADANG SUKANDAR
Mainstreaming paradigm of human resource development recently has
paid serious attention to the family institution as the primary loci of human
development. One of the aspects of the family institution most experts stressed
was the effect of parenting on child development. In this context, parenting is
defined as the skill of parents to meet the rights of their children to optimize
their growth and development. Including in the concept is the moral
responsibility of parents to build character of their children.
This m a r c h was designed to analyze the effect of parenting on child
development in two ethnical setting i.e. Banjareese and Madureese.
A
conceptual mode1 was developed to elaborate a number of determinants that
are theoretically assumed to affect parenting on child development. As a
survey, the research relied on the questionnaire as one and only the main
instrument of observation. Some statistical analysis techniques were applied to
describe and analysis findings of the research.
Some important findings of the research showed that (I) parent both
h m Banjareese and Madureese ethnics do not have parenting resources
required to optimize the potency of their child growth and development; (2)
they are also not capable in performing one of their crucial functions i.e.
parenting; (3) they can not utilize effectively child-parent togetherness that
have been unconsciously created every day as a teachable moment for passing
the lessons of virtue and character for their children; (4) watching television
take about 42.56 to 44.87 hours of child's time allocation in a week,while for
child-parents togetherness about 17 to 19 hours; (5) the level of growth and
development of children of two ethnics
ztre
unbalance; the level of child
growth (nutrition and health status) is high, while the level of development,
especially their social-emotional (EQ) and swid-moral intelligences (ESQ)
are very low; (6) social-emotional (EQ) and social-moral intelligences @SQ)
or child's character will be the prime causes of losing generation in two
ethnics; (7) the level of child development is different significantly based on
ethnical and community setting; (8) significant difference also existed between
parenting from rural and urban areas; (9) parenting is one and only the main
variable that determines significantly the child development (r=0.939;
?=0.881); (10) parenting motivation was identified as a determinant for
parenting (r=0.923; ?=0.851); (1 1) generally, some variables both in context
and non-context factors determine parenting and motivation of parenting
significantly.
Based on these fmdings the research propose to design immediately a
movement to prevent the lost generation to develop public opinion and to raise
critical consciousness toward detrimental effect of lost generation. For this
reason, the research also develops a model of social marketing of the healthy
parenting. This model is designed to cover broader context of human
development ecology both at macro context (community development)
designed to increase community supports, meso context (strengthening family)
planned to achieve a productive family as a vital social institution, and at
micro context (parenting education) designed for disseminating idomtion,
communication, advocacy,
community
education, and empowerment
progmms. Its objectives are (1) to provide curative treatments such as
intervening developmental experiences for children and parents have k e n
experiencing and applying unhealthy parenting, and (2) to provide preventive
intervention for target groups to facilitate the making of productive family as
the primary loci of human development.
Kqwords: Family-based human resource development, healthy parenting,
child growth and development, lost generation, sacial marketing,
community development, strengthening family, and parenting
education.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
Desertasi dengan judul Pengembangan Sumberdaya Manusia Berbasis
Keluap: Telaah Pengaruh Detrimental Pola &KeayahbundaanW
Orangtua
Yang Tidak Sehat terhadrp D e f ~ i Karakter
t
pad. Anak-Anak adalah benar
mempkan karys saya sendiri dan belum pemah dipubWrasikan. Semua sumber
data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas clan dapat
diperiksa kebenarannya
Oleh:
SYAKRANI
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004
: Pengembangan Surnberdaya Manusis Berbasis
Nama
Nomor Pokok
Program Studi
Keluarga: TeIaah Pengaruh Detrimental Pola
"Keayahbundaan" Ormgtua Yang Tidak Sehat
terhadap Defisit Karakter pada Anak-Anak
: Syakrani
: PPN 985051
: Zlmu Penyuluhm Pembangunan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Meutia F. Hatta Swasono
Anggoh
Dr. Ir. Dadan2 Sukandar. MSc.
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
Dr. Ir. Amri Jahi
TanggaI Ujian: 28 Juli 2004
Tanggal LuIus:
')-'rlh
Penulis dilahirkm di sebuah desa tertinggal paling timur di Pulau
Madura, yakni Desa Kalianget, Kabupaten Sumenep pada tanggal 05 April
1963 dari pasangan Ma'iya dan Bunasirn. Masa kecilnya hingga lulus Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Sumenep pada tahun 1982 dihabiskan di pulau garam
ini. Kekuatm doa orangtua dan kebaikan hati Paman Sakipin Ismail sekeluarga
membawa penulis ke Banjarmasin pada 1982 untuk menempuh pendidikan
sajana pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas IImu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin dan tamat
pada 1986.
Pada tahun 1989 penulis rnemperoleh kesempatan untuk mengikuti
program magister sains pada Program Studi Ilmu Administrasi Pembangman,
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, M h s a r dan ahamdulillah
berhasil lulus pads tahun 1992. Sejak memegang gelar akademik magister
sains penulis merencanakan untuk melakukan lompatan keihuan, karena
ketidakpuasan dengan ilmu yang dipelajari sebelumnya Pada tahun 1995
Program Pascasarjana htitut Pertanian Bogor mengabulkan permohonan
penulis untuk mengikuti Program S3 di Program Studi Perencanaan Wilayah
clan Pedesaan. Tetapi karena alasan latar belakang studi, akhirnya penulis
"ditolak" oleh Ketua Program Studinya untuk melanjutkan program studi
tersebut. Pada tahun 1 998 penulis kembali memperoleh kesempatan untuk
mengikuti Program S3 di perguruan tinggi yang sama, tetapi pada program
studi yang lain, yakni Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan.
Berbekal .latar belakang ilmu b m ini, di tengah-tengah kesibukan
mengikuti kuliah, penulis punya kesempatan melakukan penelitian. Dua di
antaranya yang penting adalah Riset Unggulan Bidang Kemanusiaan dan
Kemasyarakat, Kernentrim Riset dan Teknologi, yang berjudul Social Capital
Investment, Ferninisasi Kerniskhan, dan Kesehatan Reproduksi (2003); d m
Riset Masri Singarhbun Research Award, Pusat Studi Kependudukan dan
Kebijakan, Universitas Mjah Mada, Yogyakarta (2003) &ngan judul
Revitalisasi Organisasi Masyamkat Madani dan Penanggulangan Kekerasan
Domestik Behasis Komunitas.
Berbagai artikel ilmiah penulis pernah diterbitkan oleh beberapa jurnal
ihiah. Yang terakhir diterbitkan oleh Jurnal Perempuan, Jurnal Ilmu
Administrasi Negara (Universitas Bmwijaya), clan Jurnal Pembangunan dan
Kebijakm (Fakdtas Ilmu Sosial dan I h u Politik, Universitas Lambung
PRAKATA
Tuntasnya selufilh rangkaian usaha penulis memenuhi pyaratan
untuk meraih gelar akademik Doktor pada Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembmgumq Sekolah Pascawjam, Institut Pertanian Bogor adalah bukti
kekuatan doa yang disertai dengan usaha. Karena itu sudah sewarjarnya
penulis menghatwkan puji syukur kepada Allah SWT atas terkabulnya dm dan
diridhoinya usaha gigih penulis. Namua demikian, ini juga sekaligus menjadi
awal segalanya bagi penulis baik sebagai pendidik, ilmuwan, rnaupun
oranghm Disertasi yang penulis tulis merupakan janji
berusaha
memperbaiki
pola
"keayahbundaannya"
hidup untuk seldu
sendiri
sebelum
memperbaiki "keayahbundaad'orang lain.
Disertasi ini adalah tan-
jawab penulis, Tetapi bentuk terakhirnya
merupakan karya korektif. Karena itu penulis hams menghatwkan ucapan
terima M
i dan permohonan maaf kepada pihak-pihak yang terlibat. Proses
studi dan penywman disertasi selarna f enam tahun telah menelan begitu
banyak "korban." Praktis selma masa itu keempat omgtua dan Iima orang
anak penulis "terabaikan"kebutuhan akan perhatian dan kcbutdun-kebutuhan
lainnya Isteri tercinta pendis, Dra. Sandra Bhakti Mafriana, MSi, merupakan
"korban" berikutnya, karena selama ditinggal, dia menjalankan triple fincfiom
dengan baik, yakni sebagai Ayah, Ibu, dan sekaligus income generator bagi
kami. Dalam kesempatan hi, penulis haturkan ucapan terima kasih atas
semuanya, dan sekaligus permohonan maaf yang sedalarn-dalamnya.
Para pengajar di Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan juga
besar mdilnya dalam pembentukan sikap dan perilaku keilrnuan dan
keseharian penulis. Dari mereka penulis bukan saja berajar tentang ilmu
pengetahuan, tetapi juga karifan-kearifan hidup. Di bagian-bagian terakhir
eposide perjuangan ini, Prof. Dr. R. H. Margono Slamet, Dr. Ign. Djoko
Susanto, SKM, APU., Dr. Meutia F. Hatta Swasono, dan Dr. Ir. Dadang
Sukandar, M.Sc. melengkapi dan menyempumakan pembentukan s k p
kebdmiahan penulis. Kepada mereka penulis juga haturkan ucapan t e h
kasih dengan iringan doa semoga Allah SWT memberi imbalan setimpal.
Ucapan terima kasih yang sama juga penulis haturkan kepada Ketua
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, Sekolah Pascasarjana IPB.
Baik Prof. Dr. R H. Margono Slamet maupun Dr. Ir. Amri Jahi banyak
mendukung kelancaran studi penulis.
Didikasi para pejabat slmktwal di lingkungan Universitas Lambung
Mafigkurat, Banjarmasin dan di lingkungan Sekolah Pascasarjana, hstitut
Pertanian Bogor mernperlmcar proses studi penulis. Ucapan terima kasih yang
tulus juga penulis haturkan kepada mereka. Demikian juga untuk staf
administratif di lingkungan Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Tanpa didikersi mereka, aspek-aspek prosedural studi ini talc kan tertangani
dengan baik.
Drs. H. Muslih Amberi, M.SI sekeluarga sungguh besar jasanya dalam
penyelesaian dis-i
ini. Ban-ya
diberikan ketika penulis berfkir dm
berusaha keras melanjutkan penelitian, penulisan, dan penyelesaian studi,
karena berbagai kendda yang sangat serius. Penulis sekeluarga sangat
berhutang budi kepahya. Terima kasih atas bantuannya. Sernoga Allah SWT
mencatat kebaikannya sebagai a d saleh dan memberi balasan setimpal baik
di dunia maupun di akhirat.
Rekanlrekan pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Panbangunan, yang
tidak bisa penulis sebut satu per satu, memberi dorongan y m g sangat berarti.
Pertanyam rnereka, kapun selesai~upak?, sungguh besar makmnya bagi
penulis. Kepada mereka penulis ucapkan terima kasih. Pak Henrikus adalah
ternan W-satunya seangkatan yang tersisa. Beliau banyak membantu dan
memberi dukungan. Kepadanya saya juga hatuxkan terima kasih. Para ahli
yang penulis kutip pendapatnya, penulis sampaikoln penghargaan. Pandangan-
pandangannya membentuk s e l h bangunan jagad pemikiran penulis tentang
orangtua yang baik.
Haji Masrudin dan Haji Anwar Bustami sekeluarga dengan senanghati
mengizinkan penulis sekeluarga menempati rumahnya. Iyang R.A. Hj. Sri
Aminah W h o juga menerima penulis sebagai bagian kehidupannya ketika
penulis mamasuki fase-fase h i tis penyelesaian diser~asi.Penulis sekelmga
juga ucapkan terima kasih. Jasa bibi Enti' dan bibi Bedah tidak mungkin
dilupakan; rnereka berdua membantu menyelmaikan sebagian besar pekerjaan
domestik, sehingga studi penulis sekeluarga tidak terganggu. Terima kasih
juga penulis sampaikan kepada bibi Enti', bibi Bedah,
dan acil Zainab,yang
banyak membantu menyelesaikan pekerjaan domestik keluarga kami.
Karenanya proses penyelesaian studi hi berjdan lacar.
Keluarga yang rnenjadi responden, tenaga lapang, pejabat, dan tokoh
masyarakat setempat di Iokasi penelitian sangat membantu rnemperlancar
proses penelitian. Penulis haturkan beribu-ribu terima kasih atas waktu dan
kesediaan mmka untuk diganggu oleh penulis.
Penulis sudah berusaha mengikuti prinsipprinsip ilmiah dm kaidahkaidah metode penelitian dengan seksama, tetapi tetap saja ada banyak
kelemahan daIm disertasi ini. Meskipun demikian, penulis berharap disertasi
ini memberi manfaat bagi orangtua dan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan topik disertasi ini. Semoga!
Selakopi Bogor,
Penulis
DAFTAR IS1
ABSTRAK ............................
.
.
....*...............**......................-.
PRAKATA ...........................
.
.........................-......................-*.................................................
DAFTAR IS1 ........................
.
.
.......................................................................
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR ...................................................................
PENDAHULUAN ......................................................................
Latar Belakang .....................................................................
Masalah Penelitian .................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................
Manfaat Penelitian .......................... ................................
.
.
.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
Landasan Filosofk dm Paradigmatik .................................
Hak Anak untuk Mewujudkan Potensi Tumbuhkembangnya
Tumbuhkembang Anak ..........................................................
Keterampilan "Keayahbundaan" dan Perkembangan Anak ..
Pemasaran Sosial sebagai Strategi Memperbaiki
"Keayahbundaan" ................................................................
Determinan dari Pola "Keayahbundaan"Yang Sehat ............
........................................................
Populasi dm Terok (Sample) ....................
.
.
..................-*Rrtncangan Penelitian ............................................................
Data dan Instnunentasi .........................
.
..............................
................................................................
Pengurnpulan Data
Analisis Data ........................................................................
METODE PENELITLAN
...............................................
Sosok Etnik Kajian ........................
.
.
.
.
..............................
..............................................................
Oreng Madhura
Urang Banua ...................
.
.
.
..........................................
Rekonstruksi Ciri-Ciri Pola "Keayahbundaan" ....................
HAS& DAN PEMBAEASAN
Deskripsi tentang Keterampilan "Keayahbundaan"dan
Tumbuhkembang Anak ....................
.
.
.
.............................
......................
..........
Karakteristik Anak ....................
.
.
xvii
ii
xiii
xvii
xix
rari
DAFTAR TABEL
No.
Teks
Profil G e o - D e r n ~ g Puhu
~ s Madura menurut Kabupaten .....
Proporsi Remaja Yang Masih Menggunakan Bahasa Halus ....
Rata-Rata 3 d Kelahiran Anak ..............................................
4. M-Rata Skor Riwayat Kelahiran Anak .....................
......... .
5. Rata-Rata Skor Riwayat Kesehatan Anak ................................
6. Rata-Rata Pendapatan Keluarga (Rp.) .....,...............................
7, Rata-Rata Tingkat Pendidikan Orangtua (Bulan) .....................
8. Rata-Rata Skor Status Kesehatan Orangtua .............................
9. Rata-Rata Skor Status Kesehatan An& ...................................
10. Rata-Rata Skor Status Gizi Anak ............................................
11. Rata-Rata Skor Kemampuan M e n m o p i t i f Anak ...............
12. Rats-bta Skor Kemampuan Motorik Anak ............................
13. Rata-Rata Skor Beda EQ Anak ................................................
14. Rata-Rata Skor ESQ An& ......................,................................
15. Rata-Rata Skor Perilaku Non-diskriminatif Orangtua .............
16. Rata-Rat. Skor Keterampilan Orangtua Menangani Aspek
h u h Anak .............*.........
............... ........................................
17. Rata-Rata Skor Keterampilan Orangtua Mengorganisasi
Lingkungan Perkembangan Anak ............................................
1 8. Raia-Rata Skor Sikap Orangtua terhadap Pola
"Keayahbundaan" Yang Sehat ..................................,..............
19. Rata-Rata Skor Tingkat Kebutuhm terhadap
"Keayahbundaan" Yang Sehat ........................................,........
20. Rata-hta Skor Tingkat Usaha Belajar Pola
"Keayahbundaan"Yang Sehat ................................................
2 1. Rata-Rats Skor Kedinamisan Orangtua ....................................
22. Rata-Rata Skor Persepsi Orangtua tentang "Keayahbundaan"
Yang Sehat ............................................................................
23. Rata-Rata Skor Nilai h a k .......................................................
24. Rata-Rata Skor Tingkat Pengetahuan Orangtua tentang foIa
"Keayahbundaad' Yang Sehat .................................... . ......,.,.
25. Rab-Rata Skor Intensitas Pengalaman Subyektif
"Keayahbundaan" Orangtua .....................................................
26. Rata-Rata Skor Gaya Kepemimphan Orangtua .......................
27. hta-Rata Skor Tingkat Keterbukaan Orangtua terhadap
Gagasan Baru ..............................
.
..........,.,,.,..,..,.,................
28. Rata-Rata Tingkat Aspirasi Orangtua tentang Aspirasi Masa
Depan Anak ............................................................................
1.
2.
3.
.
..,.
29. hta-Rata Skor Tingkat Optimisme Orangtua terhadap
Masa Depan Anak ....................................................................
30. Rata-Rata Skor Tingkat Kerentanan Keluarga .........................
3 1 Rata-Rats Skor Tingkat Kekondusifan Tempat Tinggal ..........
32. Rata-Rata Alokasi Alokasi W h Ibu Bersarna Dengan
Anak dan Untuk h a k (MenitlMinggu) ............................
.......
3 3. Rata-Rata Alokasi Waktu Ayah Bersama Dengan Anak dan
Untuk Anak (MenitlMinggu) ...................................................
'
34. Rata-Rata Skor Partisipasi Orang Lain dalam Aktivitas
"Keayahbundaan".....................................................................
35. Rata-Rata Skor Akses Omngtua ke Modal Sosid ....................
36. Rata-Rata Skor Akses Orangtua ke Fasilitas Sosid .................
37. Rata-Rata Kor T i t Dukungan Komunitas ....,....................
38. EQAnskEtnikBanjar ..............................................................
39. EQ An& Etnik Madura ...........................................................
40. Kaidah Sebab-Akibat Pembelajaran Orangtua-Anak versi
Nolte .....................
..................................................................
4 1 . Fungsi Ekspresifhstrumetal Orangtua Etnik Banjar ...............
42. Fungsi Ekspresif/Tnstrumetal Orangtua Etnik Madura .............
43. Hasil FGD di Delapan Lokasi Penef tian tentang S ikap
Orangha terhadap "Keayahbundaan" Yang Sehat ..................
44. Contoh Positioning Produk Sosid ........,...................................
45. Tipe Produk Sosial, Posisi Pasar, dan Tugas Pemasar Sosial ..
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap orangtua sekarang semestinya bertanya, apakah kita masih
mempunyai hak untuk berharap potensi tumbuhkembang an&-an& kita
berkembmg dengan optimal? Yakinkah kita bahwa ungkapan cinta kasih kita
bisa d h a k a n oleh anak-anak kita? Apakah kita masih boleh berharap anakanak kita mampu mencapai prestasi akadernik spektakuler atau menjadi insan-
insan berkarakter? Kalau jawabnya YA, maka mampukah kita menunjukkan
bukti bahwa kita sudah "berinvestasi" Mam bentuk materi, perhatian, kasih
sayang t u b , rneluangkan waktu untuk membina akhlak dan karakter mereka,
serta tauladan unhk tmjudnya harapan-harapan itu?
Atau juteru
sebaliknya, lataran kita sudah memberinya makan dm perlindungan, ldu
dengan sadar atau tidak sadar kita biarkan mereka tumbuhkembang sendiri
atau kita serahkm pengembangan karakter dan wataknya kepada "orangtua-
oran*
hin" seperti televisi, teman sebaya, atau guru sekali pun?
Giddens (2001) mengemukakan bahwa globalisasi bukm hanya
memberi tekanan ke atas dalam bentuk makin kaburnya batas-batas politik
sebuah negara, tetapi juga ke bawah yang bempa makin rapuhnya keluarga
sebagai wadah proses pelembagaan karakter dan watak rnanusia. Globalisasi
membuat kehidupan berputar dengan amak cepat. Menyiasati kehidupan yang
makin cepat ini, orang mulai meyakini sebuah kredo,yakni bergerak cepat atau
mati. Seperti dikemukakan oleh Leach (1995), ruh aktivitas di abad infomasi
a d a h time is money. Ini menyebabkan unpaid activities seperti parenting
kurang mendapat apresiasi dan penghargaan oleh masyarakat dan bahkan oleh
orangtua sendiri.
Selain itu, globalisasi yang menjadi penggerak dan sekdigus anak
kandung transformasi masyarakat dari masyarakat industri menuju masyarakat
informasi, dengan perangkat ideologi (kapitaIisme) dan budayanya
(postmodernisme), me n i m bu 1k an konsekuensi-konsekuensi logis yang tak
terhindarkan; satu di antaranya a&Iah apa yang oleh Fukuyama (2000) disebut
the peat disruption. Ada bekrapa indikator mengenai ha1 ini. Dua di
antaranya adalah terjadinya defisit modal sosid dan rapuhnya keluarga
(Piliang, 2004). Dua indikator ini sangat penting dalam pembentukan civil
society. Fukuyama rnengemukakan bahwa keluarga menrpakan pilar utarna
civil sociew, karena nilai-nilai pembentuknya seperti trust, kejujuran,
kerjasama, dan resiprositas dikembangkan untuk pertama kalinya dalam
institusi keluarga. Dari perspektif ini kita &pat beragumen bahwa
pemberdayaan keluarga merupakan ha1 yang h i a l . B ahk a n Giddens (2001 )
mengemukakan bahwa berhasilnya implementasi kebijakan ekonomi
politik jalan tengah (third way) juga tergantung pada terbentululya keluarga
yang demokratis.
Strategisnya penguatan institusi keluarga juga bisa dipahami dari
wacana masyarakat madani versi Madjid, yang mengemukakan bahwa
masyarakat madani merupakan sebuah tatanan masyarakat yang warganya
menjunjung tinggi nilai-nilai egalitarian dan supremasi hukum, jujur, adil, dan
menghargai pluralisme (Prasetyo et al., 2002). Watak-watak ini untuk pertama
kalinya berkembang dalam institusi keluarga (Bronfenbrenner, 1979).
Wacana pengembangan surnberdaya manusia di Indonesia beberapa
tahun terakhix mendapat tempat tersendiri baik pada aras (level) reterorika
politik maupun teoretik. Perbincangan isu ini seakan-akan mengingatkan kita
kembdi pada tulisan pujangga Jerman yang sering dikutip oleh Hatta -- von
Schiller - yang mengatakan bahwa sekarang abadnya abad besar yang
melahirkan zaman besar. Namun rnomen sebesar ini hanya mendapatkan
manusia kerdil (Oetama, 2000), yakni mmusia picik, berwawasan sempit, dm
egosentrik. Ada bukti empirik menguatkan pandangan ini untuk kasus
Indonesia sekarang ini . Data tahun 2003 mengungkapkan, negara Indonesia
menempati peringkat ke-6 sebagai negara terkorup di dunia. Pada tahun 2004,
negara Indonesia menempati peringkat ke-1 sebagai negara terkorup di Asia.
Secara konseptual, korupsi bukan hanya menjelaskan tentang penyalahgunaan
milik
publik
untuk
kepentingan
pribadi
atau
keIompok
melalui
penyalahgunaan kekuasaan, tetapi juga rnenggambarkan satu hal, yakni
maknya karakter atau moralitas yang sakit baik secara individual maupun
kolektif.
Pangkahila (2004) mengamati bahwa moralitas bangsa Indonesia kini
'
sedang sakit. Ada sepuluh indikator dia kemukakan, yakni bangsa Indonesia
mudah melakukan kecurangan, menganggap diri paling benar dm hebat,
bersikap dan bertindak tidak rasiond, emosional dan mudah menggunakan
kekerasan, cenderung bertindak seenaknya dm melanggar aturan, cenderung
hidup dalam kelompok dengan wawasan sempit, berpendirian tidak konsisten,
mengalami konflik identitas, bersikap dm bertindak munafk, serta ingin
'~arianKompas, 05 April 2004.
mendapatkan hasil tanpa kerja keras. Karakter
anak-anak dan remaja
Indonesia umumnya juga mengkhawatirkan, terutarna bila dilihat dari sembilan
indikator tentang defssit karakter sebagai berikut:
1 . Meningkatnya tindak kekerasan, seperti t a w a n antarpelajar.
2. Meningkatnya penggunaan kata-kata tak santun dalam tutur wicara.
3. Meningkatnya pengaruh negatifpeergroup.
4. Meningkatnya perilaku mervsak di, seperti merokok dm penggunaan
5.
6.
7.
8.
9.
narkoba
Makin kabumya acuan moralitas ymg tergantikan oleh moralitas
"gad."
Menurunya etos kerja, seperti malas mengerjakan pekerjaan rumah.
Merosotnya sikap respek kepada orang tua.
Meningkatnya sikap menghindar tanggung jawab.
Meningkatnya perilaku tak jujur, seperti "nyontek" dan berbohong
kepada orangtua (Lickona dalam Megawangi, 2003).
Merosotny a peringkat indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia
pada tahun 2003 ke urutan 122 (tahun 2004 naik setingkat ke urutan 1 11)
melengkapi kerumitan masalah mutu sumberdaya manusia 1ndonesia2 Ini
menunjukkan bahwa pembangunan manusia Indonesia selama ini mengalarni
kemunduran. Masalah gizi buruk pada anak balita, yang merupakan salah satu
determinan penting sumberdaya manusia berkualitas, juga tidak mampu
ditanggulangi dengan baik. Perhimpunan Ahli Gizi Indonesia mengemukakan
bahwa selama 10 tahun terakhir penanganan masalah gizi buruk pada balita
mengalarni stagna~i.~
Pada tahun 1989, dari jumlah penduduk sebanyak
177.6 14.965 jiwa, sebanyak 1 -342.796 anak balita mengalami gizi bunk. Pada
-
2 ~ & tahm 1999, IPM ernpat kabupaten di Madura bemt-turut adalah sebagai b M :
Kabupaten Bmgkalan peringkat ke-283, Kabupaten Sampang peringkat ke-292, Kabupaten
Parnekasan peringkat ke-274, dan Kabupaten Sumenep peringkat ke-278. IPM betmapa
kabupatenkota di Provinsi Kalimantan Selatan krturut-hlrut sebagai berikut: Kabupaten Banjar
peringkat ke-161, Kabupaten Hulu Sungai Selatan peringkat ke-215, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah peringkat ke-224,Kabupaten Hulu Sungai Utara peringkat ke-247,dan Kota Banjarmasin
t ke-72 (UNDP dan BPS, 2001).
pe?arian
Kompas, 05 Fcbruari 2004.
tahun 2002, angka ini berubah menjadi 1.469.596 dari jumlah penduduk
sebanyak 208.749.460 jiwa. Woodhouse (1999) pada tahun 1999
mengemukakan bahwa setiap dua menit anak di bawah usia lima tahun
meninggal di Indonesia. Sebagian besar (60%) disebabkan oleh h a n g gizi.
Selain itu, tiap 40 detik lahir bayi dengan berat lahir h a n g dari normal
(BBLR) dm setiap 20 menit Ibu yang meldirkan meninggal dunia selarna
persalinan. Dia juga mengemukakan bahwa setiap tahun di Indonesia lahir
sebanyak 700.000 bayi dengan berat badan lahir rendah, atau setiap hari ada
2.000 bayi bergizi h a n g atau buruk lahir, atau sekitar 100 bayi per jamnya.
Wangan yang peka terhadap dampak detrimental jangka panjang
fenomena tersebut akan sepakat bahwa masalah di atas sangat strategis dan
menentukan masa depan bangsa ini. Kalau sebelumnya istilah lost generation
("generasi punah")
- sebuah konsep yang dikembangkan untuk meramallcan
lahirnya generasi yang hidupnya hanya akan menjadi beban orangtua,
keluarga, masy&t,
dm negara, karena potensi kapasitasnya (pertumbuhan
dan perkembangan) tidak dapat dioptimalkan - diaitkan dengan masalah gizi
buruk, rnaka sekarang konsep tersebut juga diaitkan dengan masdah defisit
karakter atau moralitas yang sakit, terutama di kalangan an&-anak dm remaja.
Tanggapan para ahli terhadap masdah tersebut beragam. Tidak seperti
Illich (I 977) yang menggagas masyarakat tanpa sekolah (deschoolingsociety),
karena dia anggap sekolah telah mati, Freire (1972), Goleman (1996),
Semiawan (1 999), Tilaar ( 1999), dan Lickona (Megawangi, 2003) berharap
banyak bahwa reformasi sistem pendidikan, terutama pendidikan formal,
'~arianKompas, 12 Agustus 1999.
mampu memanusiakan manusia Tetapi kinej a pendidikan formal akhir-akhir
ini dim-
oleh
banyak
kalangan.
Rachman
(2003)
misalnya
mengemukakan bahwa sekolah atau pendidikan formal belurn mampu
menanamkan perilaku terpuji sederhana sekaIi pun kepada peserta didik,
seperti membuang sampah pada ternpatnya.'
Kemguan terhadap beberapa pendekatan tersebut memuncdkan
kembali wacana pengembangan sumberdaya rnanusia berbasi keluarga. Kdau
dalil-ddiI naq2i digmakan, maka wacana ini sudah krkembang 14 abad yang
ldu. Beberapa tahun terakhir, khususnya di Indonesia, wacana ini mengarustengah kembali, khususnya ketika ramalan "generasi punah " akan menjadi
kenyataan, ketika makin banyak bukti tentang merosotnya kualitas sumberdaya
manusia baik karena masdah gizi b u d mapun defisit karakter, dan ketika
pendekatan reformasi sistem pendidikan (formal) beIum menunjukkan kinerja
menggembiian. Dalil-dalil saintifik yang menguatkan pengarus-tengahan
wacana tersebut sudah lama dikemukakan. Aristotle mengemukakan bahwa "...
kasih sayang, cinta kasih, dan rasa hormat anak kepada orangtuanya yang
dibina dalam keluarga akan membuat anak juga hormat dm rnenghargai orang
lain ketika mereka besar" (Berger dan Berger, 1984).
perspektif damp& perubahan sejagad mengemukakan
Lasch (1977) dari
bahwa institusi
keluarga &an menjadi satu-satunya lembaga yang bisa menjadi surga di
tengah kehidupan yang makin tak bemurani; a heaven in the heartless world.
Bennett mengemukakan bahwa,
"Family is the original and most efective Department of Health,
Educarion, and Werfare.lf it fails to teach honesty, courage, desire for
excellence, and a host of basic skills, if is exceedingly dzflculb for any
other agency to make upfor its failures" (Megawangi, 2000).
Menurut Rich (1997) dan Popov et al. (1997), keluarga merupakan
wahana pengembangan keterampilan-keterampilan unggul (mega skills) dan
kebajikan-kabajikan moral (virtues). Kegagalan keluarga mengembmgkan
keterampilan unggul tersebut tidak dapat diatasi oleh institusi sosial lain,
tamasuk oleh sekolah. Begitu pentingnya institusi ini, sehingga Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) pemah merancang program yang menjadikan keluarga
sebagai wahana pengembangan SDM (Myers, 1992).
Penelitian ini menelaah peran keluarga dalarn pengembangan
sumberdaya manusia, yang menernpatkan omgtua pada posisi s e n d . Salah
satu fungsi orangtua yang disorot adalah fungsi "keayahbundaan," yang
didefinisikan sebagai keterampilan orangtua memenuhi hak tumbuhkembang
anak-anaknya Asumsinya adalah bahwa tumbuhkembang anak dipengamhi
oleh tingkat keterampilan orangtua menjalankan fungsi "keayahbundaan," clan
fungsi "keayahbundaan" yang sehat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
menjadi determinannya.
Pilihan
fokus
penelitian
pada
masalah
"keayahbundaan"
dilatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan. Para ahli sepakat bahwa
tantangan global membutuhkan individu-individu yang bukan hanya berotak
cerdas, memiliki &ya saing dm daya sanding, tetapi juga individu-individu
berkarakter atau memiliki daya saring.
Menurut Golernan (1996), keberhasilan sosial seseorang bukan saja
ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, tetapi j uga oleh
kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi pula. Rawley mengemukakan bahwa
"In the corporate world, IQ gets you hired, but EQ gets you promoted"
(Martin 2003). Bahkan Goleman (1996) memastikan bahwa IQ hanya
menyumbang sebagian kecil (20%) pada keberhasilan sosial seseorang.
Sayangnya, sejak pertarna kali metode peningkatan IQ diterapkan, angka IQ
meningkat lebih dari 20 poin. Tetapi ironisnya, sementara dari generasi ke
generasi anak semakin cerdas, keterarnpilan emosional d m sosialnya merosot
tajam (Flynn Mam Shapiro, 1999). Pertanyaannya adalah,
apa yang
menyebabkan itu semua?
Goleman (1 996) mengaitkan madah di atas dengan peristi wa-peristiwa
yang dialami oIeh anak-an& dalam keluarga seperti kesepian karena sering
ditinggal sendiri, asuhannya diserahkan kepada orang lain, overdosis nonton
TV, anak mengalami deprivasi dan perlakuan kejarn orangtuanya, serta
masalah-masalah lain dalarn hubungan pernikahan. Segagasan dengan
Goleman, Zeltner mengemukakan bahwa orangtua sekarang tidak memberikan
sesuatu yang paling dibutuhan oleh anak, yakni waktu untuk berkasih sayang,
karena pekerjaan, kesibukan pribadi di rumah, dan tuntutan karier bagi orang
kota (S indhunata, 2003)~. Tuntutan agar anak berprestasi telah menjadikan
mereka stress seperti yang diamali oleh orang dewasa. Modernisasi di
Indonesia selarna ini telah memperhadapkan anak-anak pada tekanan yang
sangat berat. Fadjar (2001) mengemukakan bahwa anak-anak kini cenderung
stress di tiga tempat: di rumah, sekolah, dm di lingk~n~ann~a.~
Jadi,
rendahnya EQ, ESQ atau defisit karakter pada anak-anakdan remaja dikaitkan
dengan salah satu fungsi strategis orangtua, yakni "keayahbundaan," yang
%dm Kompas, "Republik Anak-An&," 23 Juli 2003.
'~arianKompas, "Hilangkan format itas-Birokratis dalam Penyetaram Guru SD," 6 November 2001.
didefinisikan sebagai pemaharnan, kesadaran, dan keterarnpilan orangtua
memenuhi hak tumbuhkembang an&.
Etzioni (1 993) dengan tesis an&
sejagadnya menyempurnakan
pendekatan alternatif di atas, dengan mengemukakan bahwa meskipun
keluarga merupakan lingkungan utama dan orangtua sebagai deterrninan
b i a I tumbuhkembang anak, tetapi dukungan komunitas, terutama kepada
orangtua dan anak-anak, juga penting artinya. Penelitian ini mengkaji masalah
tersebut dengan menerapkan tesis yang dikembangkan oleh Etzioni.
Masalah Penelitian
Penelitian lintas-budaya tentang hubungan antara "keayahbundaan" dan
tumbuhkembang anak (Rohner, 1986) menunjukkan, pola "keayahbundaan"
yang sehat (dimensi penerimaan) berkorelasi positif dengan berkembangnya
ksrakter pada anak-anak.Demikian juga, pola "keayahbundaan" yang ti&
sehat
(dimensi
penolakadpermusuhan) berkorelasi
positif dengan
terbentuknya watak tidak sehat pada diri an&-anak seperti agresif dm tidak
peka secara sosial dan emosional. Goleman eb al. (2004) rnengemukakan
bahwa pola "keayahbundaan" yang sehat menirnbulkan efek resonan terhadap
anak-anak, sedangkan pola "keayahbundaan" yang tidak sehat menghasilkan
efek disomn, yakni kerangka acuan sikap d m perilah buruk orangtua. Buktibukti empirik dan teoretik ini melandasi asumsi penelitian ini bahwa keluarga
merupakan wadah utama pengembangan SDM dm orangtua dengan pola
"keayahbundaan" yang sehat merupakan determinan utama optimalnya
tumbuhkembang anak. Dengan kata lain, SDM yang berkualitas dapat
diIahirkan oleh orangtua yang marnpu menerapkan pola "keayahbundaan"
yang sehat. Konsep pengembangan sumberdaya manusia berbasis keluarga
dalam penelitian ini mengandung pengertian bahwa penguatan institusi
keluarga dan peningkatan keterarnpilan "keayahbundaan" orangtua menjadi
determinan utarna optimasi potensi tumbuhkembang anak.Masdahnya addah,
apakah keluarga-keiuarga atau orangtua kajian memi1iki sumberdaya yang
dibutuhkan untuk menjdankan fungsi "keayahbundaan" dengan sehat.
Ksjian empirik dan teoretik menunjukkan, pelaksanaan fungsi
"keayahbundaan" yang sehat sebagai determinan utama tumbuhkembang anak
ditenhrkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor hi dikelompokkan ke dalam ( 1 )
sumberdaya komunitas, (2) sumberdaya
keluarga, dan (3) sumberdaya
individu dalarn keluarga. Penelitian hi menganalisis hubungan antara
sumberdaya-sumberdaya tersebut
(peubah
input)
dm
keterarnpilan
"keayahbundaan" serta hubungan antara keterarnpilan "keayahbundaan''
(peubah proses) dan tumbuhkembang anak (peubah output) di dua etnik kajian,
yakni etnik Banjar dan Madura. Output yang baik ditentukan oleh proses yang
sehat, sedangkan proses yang sehat dipengaruhi oleh input yang baik. Dari
perspektif faktor-faktor tersebut, penelitian ini mengajukan beberapa masdah
penelitian sebagai berikut:
1. Seberapa besar sumberdaya individu dalarn keluarga, sumberdaya
keluarga, dan sumberdaya komunitas mendukung pelaksanaan fungsi
"keayahbundaan"orangtua di dua etnik kajian?
2. Seberapa tinggi keterarnpilan "keayahbundaan" orangtua di dua etnik
kajian?
3. Seberapa tinggi tumbuhkembang anak di dua etnik kajian?
4. Apakah dukungan surnberdaya individu ddam keluarga, sumberdaya
keluarga, dan sumberdaya komunitas pada peIaksanaan fungsi
"keayahbundaan"orangtua di dua etnik kajian berbeda nyata?
5. Apakah keterampilan "keayahbundaan" orangtua di dua etnik kajian
berbeda nyata?
6. Apakah ada perbedaan tingkat tumbuhkembang anak yang nyata di dua
etnik kajian?
7. Apakah faktor sumberdaya individu dalarn keluarga, sumberdaya
keluarga, dan sumberdaya komunitas berpengaruh secara nyata
terhadap pelaksanaan fbngsi "keayahbundaan"omgtua?
8. Apakah keterampilan "keayahbundaan" orangtua mempengaruhi secara
nyata tumbuhkembang anak?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pa& rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk:
1. Mendeskripsikan
tingkat dukungan sumberdaya individu dalarn
keluarga, sumberdaya keluarga, dan sumberdaya komunitas pada
pelaksanaan fungsi "keayahbundaan"orangtua di dua etnik kajian.
2. Mendeskripsikan tingkat keterampilan "keayahbundaan" orangtua di
dua etnik kajian.
3. Mendeskripsikan tingkat tumbuhkembang anak di dua etnik kajian.
4. Menganalisis perbedaan dukungan sumberdaya individu dalam
keluarga, sumberdaya keluarga, dm sumberdaya komunitas pada
pelaksanaan fungsi "keayahbundaan" orangtua di dua etnik kajian.
5 . Menganalisis perbedaan keterampilan "keayahbundaan" orangtua di
dua etnik kajian.
6. Menganalisis perbedaan tumbuhkembang anak di dua etmik kajian8
7. Menganalisis hubungan antam faktor surnberdaya individu dalam
keluarga, surnberdaya keluarga, sumberdaya komunitas, dan fungsi
"keayahbundaan" orangtua.
8. Menganalisis hubungan antara
keterampilan "keayshbundaan"
orangtua dan tumbuhkembang anak.
Selain tujuan-tujuan di atas, penelitian ini juga ingin mengembangkan model
teoretik
penyuluhan
"keayahbundaan"
(parenting
education)
untuk
pelembagaan gagasan poIa "keayahbundaan" yang sehat.
Manfaat Penelitian
Hasil penef itian ini diharapkan dapat memberi banyak manfaat sebagai
berikut:
1. Dari aspek penerapan ilrnu, penelitian ini menunjukkan betapa
strategisnya penerapan theoretical endowment ilmu penyuluhan
pembangunan pada upaya pemecahan masalah sosial, antara lain pada
masalah pengembangan SDM.
' ~ e s k i ~ ubukan
n
merupakan fokus utama, deskripsi perbedaan ini juga dilakukan
menurut faktor setting komun itas, yakn i kota dan desa.
2. Dari aspek pengembangan teori, hasil kajian ini memberikan basis
konseptual altematif dalarn pengembangan SDM, khususnya dalarn
meningkatkan kompetensi orangtua "mengasuh" anaknya melalui
learning processes yang sehat, sehingga potensi turnbuhkembangnya
dapat diiembangkan dengan optimal.
3. Dari aspek praksis, hasil kajian ini memberikan basis ilmiah dan
empirik penyusunan kebijakan publik atau intervensi sosial penyuluhan
"keayahbundaan."
4. Bagi orangtua dan calon orangtua hasil penelitian ini bisa memberi
inspirasi yang menurnbuhkan kesadaran tentang betapa pentingnya
mereka bagi masa depan anaknya. Menurut Vannoy (2000a; 2000b),
orangtua adalah kitab besar bagi anak-anak, dan anak-anaknya
merupakan cermin besar bagi orangtuanya.m
T I N J A M PUSTAKA
Landasan Filosofik dan Paradigmatik
Dalam agama-agama samawi seperti agama Islam misalnya, an&
dianggap sebagai amanat. Orangtua diingatkan bahwa mereka memiliki
kewajiban moral untuk menunaikan amanat tersebut, sehingga anak-anakti&
menjadi generasi yang lemah, yakni generasi yang khawatir akan masa
depannya. Tuhan menegaskan bahwa salah ciri dari rnanusia yang
bertanggungiawab atau takwa kepaddya adalah rnereka yang tiduk
rneninggalkan generasi yang lemah (QS : 4 : 9).
Pada tataran p d i k , peringatan tersebut seharusnya menjadi dasar
pernikiran tentang bagaimana program pengembangan SDM sejak dini seperti
digagas oleh Evans ef al. (2000) dan pengembangan SDM umurnnya &pat
diiancang. Pada tataran konseptual-teoretik, peringatan ini bisa menjadi dasar
pengembangan landasan paradigmatik dm teoretik untuk penelitian.
Paling tidak, secara konseptual konsep anak yang tidak lemah, yakni
anak yang berhasil mengoptimalkan tumbuhkembangnya bisa didekati dari
empat paradigma, yakni paradigma anak sejagad atau children of the universe
(Etzioni, 1 993), keluarga sebagai wahana pengembangan SDM (Myers, 1 992),
keseimbangan antara tanggung j awab dan kebebasan anak (Elkind, 198 1 ;
19871,dm paradigma anak yang utuh (Myers, 1992).
Paradigma anak sejagad mengemukakan beberapa ha1 penting yaitu (1 )
orangtua memi li ki tanggung jawab moral kepada masyarakat dan sejagad,
yang hams diwujudkan dalarn bentuk investasi pada "keayahbundaan" yang
sehat; ( 2 ) komunitasjuga memiliki tanggung jawab mernberi dukungan kepada
orangtua atau keluarga agar mereka mampu menunaikan tanggung jawab
moralnya; dan (3) komunitas secara keseluruhan menanggung risiko akibat
"keayahbundaan" yang tidak sehat (Etzioni, 1 993). Paradigma ini secara
eksplisit menunjdckan bahwa "keayahbundaan" yang sehat bukan saja
menrpakan tanggung jawab omgtua atau keluarga, tetapi juga merupakan
tanggung
jawab
bersama.
Etzioni
(1 993)
mengemukakan
bahwa
"keayahbundaan" yang sehat bukan hanya bermanfaat bagi anak-anak, tetapi
juga bagi masyarakat. Myers (1 992) menambahkan kini semakin banyak bukti
menunjukkan bahwa pengembangan SDM sejak dini yang difokuskan pa&
terbenthya anak yang utuh bukan hanya menguntungkan anak, tetapi juga
masyatakat. Sebaliknya, pernerintah harus membangun lingkungan kebijakan
yang memungkinkan keluarga dan komunitas untuk memenuhi tanggung
jawabnya dalam "keayahbundaan" dan perlindungan anak-anak.
Salah satu aspek yang ditekankan oIeh paradigma ini adalah peran
omgtua atau keluarga. h o l d mengemukakan bahwa,
"WorZdwide there is an emphasis on ensuring that early childhood
development programmes are firmly family-and community-based. ?%e
stress on the importance of the family is hardly surprising if we
consider a few simple questions -for example, Who knows the child
best? mere is the young child most of the time? For whom is it most
important that the child develops wells? Children learn who they are
and what lfe is all abod from the people they are with. For the vast
majority of children it is the family, in its many and variedforms, which
is the most important influence on the child's perception of self and
others" (Evans, Myers, and Ilfeld, 2000)
Penekanan tersebut juga sesuai dengan p ar a d i g m a keluarga yang
dikembangkan oleh PBB pada tahun 1982, yakni paradigma keluarga sebagai
wahana pengembangan SDM, yang mengemukakan bahwa keluarga yang
tangguh dm kokoh esensial bagi masa depan dunia; mereka merupakan
wahana bagi generasi mendatang. Resolusinya tahun 1 987 juga menyebutkan
bahwa kelwrga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosidisasi
anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat
menjalankan hgsinya di masymakat dengan baik, serta memberi kepuasan
dm lhgkungan sosial yang sehat guna tercapainya kesejahteraan keluarga
(Megawangi, 1993). Menurut Rich (1997),kelwga merupakan wadah utama
pendidikan clan pengembangan ketmampilan-keterampilan unggul (mega
skills), sedangkan sistem pendidikan lain seperti sekolah menunjang proses
pendidikan di rumah. Penguatan institusi keluarga menjadi kaharusan, karena
orangtua mempunyai tanggung jawab primer membesarkan, mengembangkan,
dan mendidik anak-anaknya (Evans et al., 2000).
Paradigma ketiga menekankan keseimbangan antara tanggung jawab
d m kebebasan.
Orangtua yang membebankan tanggung jawab melebihi
kebebasan mak adalah orangtua yang tidak mampu mengembangkan
"keayahbundaan" yang sehat. Anak yang diasuh dengan cara seperti ini adalah
anak yang terlalu cepat dan terlalu dini berkembang. Elkind (1981) menyebut
anak ini sebagai anak yang mengalami aduItjCed, hurried child atau superkids.
Superkids, menurut dia, berada pada fase atau proses perkembangan yang
penuh risiko. Mereka akan menghadapi masalah baik yang bersifat fisik seperti
sakit kepala dan sakit perui akibat spess maupun psikologis seperti perilaku
memsak diri.
Paradigma keempat menekankan pentingnya perkembangan anak secara
total atau utuh (whole child). Investasi atau program tumbuhkembang anak
dalam konteks pernbangunan sosial bukan hanya difokuskan pada peningkatan
status gizi dan kesehatan, serta perkembangan mental-kognitihya (IQ), tetapi
juga pada perkembangan emosional dan sosialnya. Anak yang menikmati hak
seluruh dirnensi turnbuhkembangnya memiGki peluang dm potensi untuk
menjadi rnanusia bermutu. Landasan filosofik dan paradigmatik penelitian ini
disajikan pada Gambar 1 .
i
Anak ShaIeh
P
k l u a r g r 'Cmgguh
&n Produktir
Tanggungjwab
Btrmmr:
D
u
Keayahbundaan
Yang S o I u t
S u m W p Ycluvp*
k h~
mi-
-lear
pcPsr(n-
( A u M u d r o -ring)
ohnatch. lssl)
o r q
(Eagles d.,1997)
D-4-
Tumbuhlcembg
Armk Y u t g Utuh
(My-. 1992)
Keluarga Yang
Komunitas Yang
Tan
SYAKRANI
SEKOLAH PASCASARJANA
IN~TITUTPERTANIAN BOGOR
2004
ABSTRAK
SYAKRANI. Pengembangan Sumkdaya Manusia Berbasis Keluarga: Telaah
Pengaruh Detrimental Pola "Keayahbundam" Orangtua Yang Tidak Sehat
terhadap Defisit Karakter pada An&-Anak. D i b i i oleh R. M A R W N O
SLAMET, Ign. DJOKO SUSANTO, MIEUTIA F. HATTA SWASONO,
dm DADANG SUKANDAR
Paradigma pengembangan sumberdaya manusia yang dominan saat ini
memberi perhatian yang sun&-sun&
terhadap htitusi keluarga sebagai
wadah utmm pengembangan sumberdaya manusia. Salah satu aspek institusi
keluarga yang ditekankan oleh sebagian besar aMi adalah pengaruh pola
"keayahbunh" (parenting) terhadap tumbuhkembang anak. Dalam hd ini,
konsep "keayahbundaan" didefinisikan sebagai keterampilan orangtua
memenuhi hak-hak anak untuk mengoptimalkan tumbuhkembangnya.
Tmasuk dalam konsep hi dab mggung jawab moral orangtua untuk
mengembangkan karakter pada diri &.
Penelitian ini
dirancang untuk
rnenganalisis pengaruh pola
"keayahbundaan" terhdap ttlmbuhkembang an& di dua setting etnik, yakni
Madura dan Banjar. Sebuah kerangka pemikiran dikembangkan, yang
mengelaborasi
sejurnlah
determinan
yang
secara
teoretik
diduga
mempengamhi "keayahbundaan" dan tumbuhkembang anak. Sebagai
penelitian survei dengan desain cross-sectional, penelitian ini bertumpu pada
angket sebagai instrumen utarna pengurnpulan data primer. Beberapa teknik
analisis statistik diterapkan untuk mengandisis temuan penelitian.
Temuan-temuan pentingnya adalah sebagai berikut: (1) orangtua pada
kedua etnik kajian belum memiliki sumberdaya yang diperlukan untuk
menjadikan
keluarganya
sebagai
wadah
pengembangan
potensi
tumbuhkembang anaknya; (2) orangtua pada kedua etnik kajian belum mampu
m e i h a k a n salah satu fungsi strategisnya, yakni "keayahbundaan;" ( 3 )
orangtua pada kedua etnik kajian tidak mampu memanfaatkan dengan optimal
kebersamm o w - a n a k ymg tercipta secara tak sadar sebagai momenmomen pendidikan kar*
atau p e n d i d i i informal penanaman kamkter
bagi mak-anaknya; (4) menonton TV menghabiskan sekitar 42,5 6 jamlmhggu
untuk anak etnik Madura dan 44.87 jdminggu untuk an& etnik Banjar,
h g k a n waktu kebersammn orangha-anak sekitar 17 sampai 19 jam per
minggu; ( 5 ) teqiadi ketidaseimbangan antm aspek pertumbuhan dan
perkembangan anak pada kedua etnik kajian; pertumbuhannya cukup optimal
(status gizinya baik clan status kesehatannya sedang); sedangkan tingkat
perkembangamya, terutama EQ dan ESQnya, sangat rendah, (6) peluang
terjadinya "generasi punah" (lost generation) di dua etnik kajian lebih besar
disebabkan oleh rendahnya EQ dan ESQ atau karakter an&-anak; (7)tingkat
perkembangan anak berbeda nyata menurut etnisitas dan komunitas; (8)
tingkat keterampilan "keayahbundaan" berbeda nyata menurut
komunitas,
tetapi tidak nyata menurut etnisitas; (9) "keayahbundaan" menjadi deteminan
utama yang dengan signifikan mempengaruhi tumbuhkembang anak ( d . 9 3 9 ;
h . 8 8 1); (1 0) motivasi "keayahbundaan" juga terbukti menjadi detcrminan
utama yang secara signifikan mempengaruhi "keayahbundaann orangtua
( ~ 0 . 9 2 3 ;h . 8 5 1 ) ; (11) secara umum beberapa peubah baik pada ranah
konteks maupun nonkonteks mempengaruhi secara signifikan motivasi
orangtua clan "keayahbundaan"itu sendiri.
Berdasarkan temuan-temuan tersubut, penelitian ini menyarankan
perlunya dirancang sebuah gerakan pencegahan terjadinya "generasi punah,"
yang antara lain dimaksudkan un*
mengembangkan opini dan kesadaran
lcritis masyarakat, khususnya orangtua, terhadap dampak jangka panjang
ekonomi dan sosial yang merugikan dari "generasi punah." Untuk tujuan
tersebut penelitian ini mengembangkan sebuah model pemasaran sosial
gagasan pola "keayahbundaan" yang sehat, yang dirancmg untuk mencakup
ekoIogi pengembangan SDM yang lebih has, yakni konteks makro
(pengembangan masyarakat), yang dirancang untuk meningkatkan dukungan
komunitas terhadap usaha orangtua melakukan fungsi "keayahbundamnya;"
konteks m m (penguatan institusi keluarga), yang d i c a n g untuk
memberdayakan keluarga sebagai institusi sosial yang vital; dan konteks mikro
(parenting education), yang dirmcang untuk melakukan disserninasi
informasi, komunikasi, advokasi, p e n d i d i i komunitas, pemberdayaan pola
"keayahbundaan." Tujuannya adalah untuk menyediakan intewensi sosial
kuratif bagi anak-anak dan orangtua yang mengalami dan meneqkan pola
"keayahbundaad' tak sehat, clan intervensi preventif bagi kelompok-kelompok
sasaran guna memfasilitasi terbentuknya keluarga yang produktif sebagai
wadah utama pengembangan SDM.
Kaia-Kata Kurtci: Pengembangan sumberdaya manusia berbasis kelwga,
pola "keayahbundaan" yang sehat, tumbuhkembang anak, "generasi
punah,"
pernasaran
sosial,
pengembangan
masyarakat,
pernbwdayaan keluarga, clan penyuluhan "keayahbundaan."
SYAKRANI. Family-based Human Resource Development: Analysis of
Detrimental Effect of Unhealthy Parenting on Characters Deficit of Children.
Under the direction of R MARGONO SLAMET, Ign, DJOKO SUSANTO,
ME=
F. HAl'TA SWASONO, and DADANG SUKANDAR
Mainstreaming paradigm of human resource development recently has
paid serious attention to the family institution as the primary loci of human
development. One of the aspects of the family institution most experts stressed
was the effect of parenting on child development. In this context, parenting is
defined as the skill of parents to meet the rights of their children to optimize
their growth and development. Including in the concept is the moral
responsibility of parents to build character of their children.
This m a r c h was designed to analyze the effect of parenting on child
development in two ethnical setting i.e. Banjareese and Madureese.
A
conceptual mode1 was developed to elaborate a number of determinants that
are theoretically assumed to affect parenting on child development. As a
survey, the research relied on the questionnaire as one and only the main
instrument of observation. Some statistical analysis techniques were applied to
describe and analysis findings of the research.
Some important findings of the research showed that (I) parent both
h m Banjareese and Madureese ethnics do not have parenting resources
required to optimize the potency of their child growth and development; (2)
they are also not capable in performing one of their crucial functions i.e.
parenting; (3) they can not utilize effectively child-parent togetherness that
have been unconsciously created every day as a teachable moment for passing
the lessons of virtue and character for their children; (4) watching television
take about 42.56 to 44.87 hours of child's time allocation in a week,while for
child-parents togetherness about 17 to 19 hours; (5) the level of growth and
development of children of two ethnics
ztre
unbalance; the level of child
growth (nutrition and health status) is high, while the level of development,
especially their social-emotional (EQ) and swid-moral intelligences (ESQ)
are very low; (6) social-emotional (EQ) and social-moral intelligences @SQ)
or child's character will be the prime causes of losing generation in two
ethnics; (7) the level of child development is different significantly based on
ethnical and community setting; (8) significant difference also existed between
parenting from rural and urban areas; (9) parenting is one and only the main
variable that determines significantly the child development (r=0.939;
?=0.881); (10) parenting motivation was identified as a determinant for
parenting (r=0.923; ?=0.851); (1 1) generally, some variables both in context
and non-context factors determine parenting and motivation of parenting
significantly.
Based on these fmdings the research propose to design immediately a
movement to prevent the lost generation to develop public opinion and to raise
critical consciousness toward detrimental effect of lost generation. For this
reason, the research also develops a model of social marketing of the healthy
parenting. This model is designed to cover broader context of human
development ecology both at macro context (community development)
designed to increase community supports, meso context (strengthening family)
planned to achieve a productive family as a vital social institution, and at
micro context (parenting education) designed for disseminating idomtion,
communication, advocacy,
community
education, and empowerment
progmms. Its objectives are (1) to provide curative treatments such as
intervening developmental experiences for children and parents have k e n
experiencing and applying unhealthy parenting, and (2) to provide preventive
intervention for target groups to facilitate the making of productive family as
the primary loci of human development.
Kqwords: Family-based human resource development, healthy parenting,
child growth and development, lost generation, sacial marketing,
community development, strengthening family, and parenting
education.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
Desertasi dengan judul Pengembangan Sumberdaya Manusia Berbasis
Keluap: Telaah Pengaruh Detrimental Pola &KeayahbundaanW
Orangtua
Yang Tidak Sehat terhadrp D e f ~ i Karakter
t
pad. Anak-Anak adalah benar
mempkan karys saya sendiri dan belum pemah dipubWrasikan. Semua sumber
data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas clan dapat
diperiksa kebenarannya
Oleh:
SYAKRANI
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004
: Pengembangan Surnberdaya Manusis Berbasis
Nama
Nomor Pokok
Program Studi
Keluarga: TeIaah Pengaruh Detrimental Pola
"Keayahbundaan" Ormgtua Yang Tidak Sehat
terhadap Defisit Karakter pada Anak-Anak
: Syakrani
: PPN 985051
: Zlmu Penyuluhm Pembangunan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Meutia F. Hatta Swasono
Anggoh
Dr. Ir. Dadan2 Sukandar. MSc.
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
Dr. Ir. Amri Jahi
TanggaI Ujian: 28 Juli 2004
Tanggal LuIus:
')-'rlh
Penulis dilahirkm di sebuah desa tertinggal paling timur di Pulau
Madura, yakni Desa Kalianget, Kabupaten Sumenep pada tanggal 05 April
1963 dari pasangan Ma'iya dan Bunasirn. Masa kecilnya hingga lulus Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Sumenep pada tahun 1982 dihabiskan di pulau garam
ini. Kekuatm doa orangtua dan kebaikan hati Paman Sakipin Ismail sekeluarga
membawa penulis ke Banjarmasin pada 1982 untuk menempuh pendidikan
sajana pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas IImu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin dan tamat
pada 1986.
Pada tahun 1989 penulis rnemperoleh kesempatan untuk mengikuti
program magister sains pada Program Studi Ilmu Administrasi Pembangman,
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, M h s a r dan ahamdulillah
berhasil lulus pads tahun 1992. Sejak memegang gelar akademik magister
sains penulis merencanakan untuk melakukan lompatan keihuan, karena
ketidakpuasan dengan ilmu yang dipelajari sebelumnya Pada tahun 1995
Program Pascasarjana htitut Pertanian Bogor mengabulkan permohonan
penulis untuk mengikuti Program S3 di Program Studi Perencanaan Wilayah
clan Pedesaan. Tetapi karena alasan latar belakang studi, akhirnya penulis
"ditolak" oleh Ketua Program Studinya untuk melanjutkan program studi
tersebut. Pada tahun 1 998 penulis kembali memperoleh kesempatan untuk
mengikuti Program S3 di perguruan tinggi yang sama, tetapi pada program
studi yang lain, yakni Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan.
Berbekal .latar belakang ilmu b m ini, di tengah-tengah kesibukan
mengikuti kuliah, penulis punya kesempatan melakukan penelitian. Dua di
antaranya yang penting adalah Riset Unggulan Bidang Kemanusiaan dan
Kemasyarakat, Kernentrim Riset dan Teknologi, yang berjudul Social Capital
Investment, Ferninisasi Kerniskhan, dan Kesehatan Reproduksi (2003); d m
Riset Masri Singarhbun Research Award, Pusat Studi Kependudukan dan
Kebijakan, Universitas Mjah Mada, Yogyakarta (2003) &ngan judul
Revitalisasi Organisasi Masyamkat Madani dan Penanggulangan Kekerasan
Domestik Behasis Komunitas.
Berbagai artikel ilmiah penulis pernah diterbitkan oleh beberapa jurnal
ihiah. Yang terakhir diterbitkan oleh Jurnal Perempuan, Jurnal Ilmu
Administrasi Negara (Universitas Bmwijaya), clan Jurnal Pembangunan dan
Kebijakm (Fakdtas Ilmu Sosial dan I h u Politik, Universitas Lambung
PRAKATA
Tuntasnya selufilh rangkaian usaha penulis memenuhi pyaratan
untuk meraih gelar akademik Doktor pada Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembmgumq Sekolah Pascawjam, Institut Pertanian Bogor adalah bukti
kekuatan doa yang disertai dengan usaha. Karena itu sudah sewarjarnya
penulis menghatwkan puji syukur kepada Allah SWT atas terkabulnya dm dan
diridhoinya usaha gigih penulis. Namua demikian, ini juga sekaligus menjadi
awal segalanya bagi penulis baik sebagai pendidik, ilmuwan, rnaupun
oranghm Disertasi yang penulis tulis merupakan janji
berusaha
memperbaiki
pola
"keayahbundaannya"
hidup untuk seldu
sendiri
sebelum
memperbaiki "keayahbundaad'orang lain.
Disertasi ini adalah tan-
jawab penulis, Tetapi bentuk terakhirnya
merupakan karya korektif. Karena itu penulis hams menghatwkan ucapan
terima M
i dan permohonan maaf kepada pihak-pihak yang terlibat. Proses
studi dan penywman disertasi selarna f enam tahun telah menelan begitu
banyak "korban." Praktis selma masa itu keempat omgtua dan Iima orang
anak penulis "terabaikan"kebutuhan akan perhatian dan kcbutdun-kebutuhan
lainnya Isteri tercinta pendis, Dra. Sandra Bhakti Mafriana, MSi, merupakan
"korban" berikutnya, karena selama ditinggal, dia menjalankan triple fincfiom
dengan baik, yakni sebagai Ayah, Ibu, dan sekaligus income generator bagi
kami. Dalam kesempatan hi, penulis haturkan ucapan terima kasih atas
semuanya, dan sekaligus permohonan maaf yang sedalarn-dalamnya.
Para pengajar di Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan juga
besar mdilnya dalam pembentukan sikap dan perilaku keilrnuan dan
keseharian penulis. Dari mereka penulis bukan saja berajar tentang ilmu
pengetahuan, tetapi juga karifan-kearifan hidup. Di bagian-bagian terakhir
eposide perjuangan ini, Prof. Dr. R. H. Margono Slamet, Dr. Ign. Djoko
Susanto, SKM, APU., Dr. Meutia F. Hatta Swasono, dan Dr. Ir. Dadang
Sukandar, M.Sc. melengkapi dan menyempumakan pembentukan s k p
kebdmiahan penulis. Kepada mereka penulis juga haturkan ucapan t e h
kasih dengan iringan doa semoga Allah SWT memberi imbalan setimpal.
Ucapan terima kasih yang sama juga penulis haturkan kepada Ketua
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, Sekolah Pascasarjana IPB.
Baik Prof. Dr. R H. Margono Slamet maupun Dr. Ir. Amri Jahi banyak
mendukung kelancaran studi penulis.
Didikasi para pejabat slmktwal di lingkungan Universitas Lambung
Mafigkurat, Banjarmasin dan di lingkungan Sekolah Pascasarjana, hstitut
Pertanian Bogor mernperlmcar proses studi penulis. Ucapan terima kasih yang
tulus juga penulis haturkan kepada mereka. Demikian juga untuk staf
administratif di lingkungan Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Tanpa didikersi mereka, aspek-aspek prosedural studi ini talc kan tertangani
dengan baik.
Drs. H. Muslih Amberi, M.SI sekeluarga sungguh besar jasanya dalam
penyelesaian dis-i
ini. Ban-ya
diberikan ketika penulis berfkir dm
berusaha keras melanjutkan penelitian, penulisan, dan penyelesaian studi,
karena berbagai kendda yang sangat serius. Penulis sekeluarga sangat
berhutang budi kepahya. Terima kasih atas bantuannya. Sernoga Allah SWT
mencatat kebaikannya sebagai a d saleh dan memberi balasan setimpal baik
di dunia maupun di akhirat.
Rekanlrekan pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Panbangunan, yang
tidak bisa penulis sebut satu per satu, memberi dorongan y m g sangat berarti.
Pertanyam rnereka, kapun selesai~upak?, sungguh besar makmnya bagi
penulis. Kepada mereka penulis ucapkan terima kasih. Pak Henrikus adalah
ternan W-satunya seangkatan yang tersisa. Beliau banyak membantu dan
memberi dukungan. Kepadanya saya juga hatuxkan terima kasih. Para ahli
yang penulis kutip pendapatnya, penulis sampaikoln penghargaan. Pandangan-
pandangannya membentuk s e l h bangunan jagad pemikiran penulis tentang
orangtua yang baik.
Haji Masrudin dan Haji Anwar Bustami sekeluarga dengan senanghati
mengizinkan penulis sekeluarga menempati rumahnya. Iyang R.A. Hj. Sri
Aminah W h o juga menerima penulis sebagai bagian kehidupannya ketika
penulis mamasuki fase-fase h i tis penyelesaian diser~asi.Penulis sekelmga
juga ucapkan terima kasih. Jasa bibi Enti' dan bibi Bedah tidak mungkin
dilupakan; rnereka berdua membantu menyelmaikan sebagian besar pekerjaan
domestik, sehingga studi penulis sekeluarga tidak terganggu. Terima kasih
juga penulis sampaikan kepada bibi Enti', bibi Bedah,
dan acil Zainab,yang
banyak membantu menyelesaikan pekerjaan domestik keluarga kami.
Karenanya proses penyelesaian studi hi berjdan lacar.
Keluarga yang rnenjadi responden, tenaga lapang, pejabat, dan tokoh
masyarakat setempat di Iokasi penelitian sangat membantu rnemperlancar
proses penelitian. Penulis haturkan beribu-ribu terima kasih atas waktu dan
kesediaan mmka untuk diganggu oleh penulis.
Penulis sudah berusaha mengikuti prinsipprinsip ilmiah dm kaidahkaidah metode penelitian dengan seksama, tetapi tetap saja ada banyak
kelemahan daIm disertasi ini. Meskipun demikian, penulis berharap disertasi
ini memberi manfaat bagi orangtua dan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan topik disertasi ini. Semoga!
Selakopi Bogor,
Penulis
DAFTAR IS1
ABSTRAK ............................
.
.
....*...............**......................-.
PRAKATA ...........................
.
.........................-......................-*.................................................
DAFTAR IS1 ........................
.
.
.......................................................................
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR ...................................................................
PENDAHULUAN ......................................................................
Latar Belakang .....................................................................
Masalah Penelitian .................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................
Manfaat Penelitian .......................... ................................
.
.
.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
Landasan Filosofk dm Paradigmatik .................................
Hak Anak untuk Mewujudkan Potensi Tumbuhkembangnya
Tumbuhkembang Anak ..........................................................
Keterampilan "Keayahbundaan" dan Perkembangan Anak ..
Pemasaran Sosial sebagai Strategi Memperbaiki
"Keayahbundaan" ................................................................
Determinan dari Pola "Keayahbundaan"Yang Sehat ............
........................................................
Populasi dm Terok (Sample) ....................
.
.
..................-*Rrtncangan Penelitian ............................................................
Data dan Instnunentasi .........................
.
..............................
................................................................
Pengurnpulan Data
Analisis Data ........................................................................
METODE PENELITLAN
...............................................
Sosok Etnik Kajian ........................
.
.
.
.
..............................
..............................................................
Oreng Madhura
Urang Banua ...................
.
.
.
..........................................
Rekonstruksi Ciri-Ciri Pola "Keayahbundaan" ....................
HAS& DAN PEMBAEASAN
Deskripsi tentang Keterampilan "Keayahbundaan"dan
Tumbuhkembang Anak ....................
.
.
.
.............................
......................
..........
Karakteristik Anak ....................
.
.
xvii
ii
xiii
xvii
xix
rari
DAFTAR TABEL
No.
Teks
Profil G e o - D e r n ~ g Puhu
~ s Madura menurut Kabupaten .....
Proporsi Remaja Yang Masih Menggunakan Bahasa Halus ....
Rata-Rata 3 d Kelahiran Anak ..............................................
4. M-Rata Skor Riwayat Kelahiran Anak .....................
......... .
5. Rata-Rata Skor Riwayat Kesehatan Anak ................................
6. Rata-Rata Pendapatan Keluarga (Rp.) .....,...............................
7, Rata-Rata Tingkat Pendidikan Orangtua (Bulan) .....................
8. Rata-Rata Skor Status Kesehatan Orangtua .............................
9. Rata-Rata Skor Status Kesehatan An& ...................................
10. Rata-Rata Skor Status Gizi Anak ............................................
11. Rata-Rata Skor Kemampuan M e n m o p i t i f Anak ...............
12. Rats-bta Skor Kemampuan Motorik Anak ............................
13. Rata-Rata Skor Beda EQ Anak ................................................
14. Rata-Rata Skor ESQ An& ......................,................................
15. Rata-Rata Skor Perilaku Non-diskriminatif Orangtua .............
16. Rata-Rat. Skor Keterampilan Orangtua Menangani Aspek
h u h Anak .............*.........
............... ........................................
17. Rata-Rata Skor Keterampilan Orangtua Mengorganisasi
Lingkungan Perkembangan Anak ............................................
1 8. Raia-Rata Skor Sikap Orangtua terhadap Pola
"Keayahbundaan" Yang Sehat ..................................,..............
19. Rata-Rata Skor Tingkat Kebutuhm terhadap
"Keayahbundaan" Yang Sehat ........................................,........
20. Rata-hta Skor Tingkat Usaha Belajar Pola
"Keayahbundaan"Yang Sehat ................................................
2 1. Rata-Rats Skor Kedinamisan Orangtua ....................................
22. Rata-Rata Skor Persepsi Orangtua tentang "Keayahbundaan"
Yang Sehat ............................................................................
23. Rata-Rata Skor Nilai h a k .......................................................
24. Rata-Rata Skor Tingkat Pengetahuan Orangtua tentang foIa
"Keayahbundaad' Yang Sehat .................................... . ......,.,.
25. Rab-Rata Skor Intensitas Pengalaman Subyektif
"Keayahbundaan" Orangtua .....................................................
26. Rata-Rata Skor Gaya Kepemimphan Orangtua .......................
27. hta-Rata Skor Tingkat Keterbukaan Orangtua terhadap
Gagasan Baru ..............................
.
..........,.,,.,..,..,.,................
28. Rata-Rata Tingkat Aspirasi Orangtua tentang Aspirasi Masa
Depan Anak ............................................................................
1.
2.
3.
.
..,.
29. hta-Rata Skor Tingkat Optimisme Orangtua terhadap
Masa Depan Anak ....................................................................
30. Rata-Rata Skor Tingkat Kerentanan Keluarga .........................
3 1 Rata-Rats Skor Tingkat Kekondusifan Tempat Tinggal ..........
32. Rata-Rata Alokasi Alokasi W h Ibu Bersarna Dengan
Anak dan Untuk h a k (MenitlMinggu) ............................
.......
3 3. Rata-Rata Alokasi Waktu Ayah Bersama Dengan Anak dan
Untuk Anak (MenitlMinggu) ...................................................
'
34. Rata-Rata Skor Partisipasi Orang Lain dalam Aktivitas
"Keayahbundaan".....................................................................
35. Rata-Rata Skor Akses Omngtua ke Modal Sosid ....................
36. Rata-Rata Skor Akses Orangtua ke Fasilitas Sosid .................
37. Rata-Rata Kor T i t Dukungan Komunitas ....,....................
38. EQAnskEtnikBanjar ..............................................................
39. EQ An& Etnik Madura ...........................................................
40. Kaidah Sebab-Akibat Pembelajaran Orangtua-Anak versi
Nolte .....................
..................................................................
4 1 . Fungsi Ekspresifhstrumetal Orangtua Etnik Banjar ...............
42. Fungsi Ekspresif/Tnstrumetal Orangtua Etnik Madura .............
43. Hasil FGD di Delapan Lokasi Penef tian tentang S ikap
Orangha terhadap "Keayahbundaan" Yang Sehat ..................
44. Contoh Positioning Produk Sosid ........,...................................
45. Tipe Produk Sosial, Posisi Pasar, dan Tugas Pemasar Sosial ..
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap orangtua sekarang semestinya bertanya, apakah kita masih
mempunyai hak untuk berharap potensi tumbuhkembang an&-an& kita
berkembmg dengan optimal? Yakinkah kita bahwa ungkapan cinta kasih kita
bisa d h a k a n oleh anak-anak kita? Apakah kita masih boleh berharap anakanak kita mampu mencapai prestasi akadernik spektakuler atau menjadi insan-
insan berkarakter? Kalau jawabnya YA, maka mampukah kita menunjukkan
bukti bahwa kita sudah "berinvestasi" Mam bentuk materi, perhatian, kasih
sayang t u b , rneluangkan waktu untuk membina akhlak dan karakter mereka,
serta tauladan unhk tmjudnya harapan-harapan itu?
Atau juteru
sebaliknya, lataran kita sudah memberinya makan dm perlindungan, ldu
dengan sadar atau tidak sadar kita biarkan mereka tumbuhkembang sendiri
atau kita serahkm pengembangan karakter dan wataknya kepada "orangtua-
oran*
hin" seperti televisi, teman sebaya, atau guru sekali pun?
Giddens (2001) mengemukakan bahwa globalisasi bukm hanya
memberi tekanan ke atas dalam bentuk makin kaburnya batas-batas politik
sebuah negara, tetapi juga ke bawah yang bempa makin rapuhnya keluarga
sebagai wadah proses pelembagaan karakter dan watak rnanusia. Globalisasi
membuat kehidupan berputar dengan amak cepat. Menyiasati kehidupan yang
makin cepat ini, orang mulai meyakini sebuah kredo,yakni bergerak cepat atau
mati. Seperti dikemukakan oleh Leach (1995), ruh aktivitas di abad infomasi
a d a h time is money. Ini menyebabkan unpaid activities seperti parenting
kurang mendapat apresiasi dan penghargaan oleh masyarakat dan bahkan oleh
orangtua sendiri.
Selain itu, globalisasi yang menjadi penggerak dan sekdigus anak
kandung transformasi masyarakat dari masyarakat industri menuju masyarakat
informasi, dengan perangkat ideologi (kapitaIisme) dan budayanya
(postmodernisme), me n i m bu 1k an konsekuensi-konsekuensi logis yang tak
terhindarkan; satu di antaranya a&Iah apa yang oleh Fukuyama (2000) disebut
the peat disruption. Ada bekrapa indikator mengenai ha1 ini. Dua di
antaranya adalah terjadinya defisit modal sosid dan rapuhnya keluarga
(Piliang, 2004). Dua indikator ini sangat penting dalam pembentukan civil
society. Fukuyama rnengemukakan bahwa keluarga menrpakan pilar utarna
civil sociew, karena nilai-nilai pembentuknya seperti trust, kejujuran,
kerjasama, dan resiprositas dikembangkan untuk pertama kalinya dalam
institusi keluarga. Dari perspektif ini kita &pat beragumen bahwa
pemberdayaan keluarga merupakan ha1 yang h i a l . B ahk a n Giddens (2001 )
mengemukakan bahwa berhasilnya implementasi kebijakan ekonomi
politik jalan tengah (third way) juga tergantung pada terbentululya keluarga
yang demokratis.
Strategisnya penguatan institusi keluarga juga bisa dipahami dari
wacana masyarakat madani versi Madjid, yang mengemukakan bahwa
masyarakat madani merupakan sebuah tatanan masyarakat yang warganya
menjunjung tinggi nilai-nilai egalitarian dan supremasi hukum, jujur, adil, dan
menghargai pluralisme (Prasetyo et al., 2002). Watak-watak ini untuk pertama
kalinya berkembang dalam institusi keluarga (Bronfenbrenner, 1979).
Wacana pengembangan surnberdaya manusia di Indonesia beberapa
tahun terakhix mendapat tempat tersendiri baik pada aras (level) reterorika
politik maupun teoretik. Perbincangan isu ini seakan-akan mengingatkan kita
kembdi pada tulisan pujangga Jerman yang sering dikutip oleh Hatta -- von
Schiller - yang mengatakan bahwa sekarang abadnya abad besar yang
melahirkan zaman besar. Namun rnomen sebesar ini hanya mendapatkan
manusia kerdil (Oetama, 2000), yakni mmusia picik, berwawasan sempit, dm
egosentrik. Ada bukti empirik menguatkan pandangan ini untuk kasus
Indonesia sekarang ini . Data tahun 2003 mengungkapkan, negara Indonesia
menempati peringkat ke-6 sebagai negara terkorup di dunia. Pada tahun 2004,
negara Indonesia menempati peringkat ke-1 sebagai negara terkorup di Asia.
Secara konseptual, korupsi bukan hanya menjelaskan tentang penyalahgunaan
milik
publik
untuk
kepentingan
pribadi
atau
keIompok
melalui
penyalahgunaan kekuasaan, tetapi juga rnenggambarkan satu hal, yakni
maknya karakter atau moralitas yang sakit baik secara individual maupun
kolektif.
Pangkahila (2004) mengamati bahwa moralitas bangsa Indonesia kini
'
sedang sakit. Ada sepuluh indikator dia kemukakan, yakni bangsa Indonesia
mudah melakukan kecurangan, menganggap diri paling benar dm hebat,
bersikap dan bertindak tidak rasiond, emosional dan mudah menggunakan
kekerasan, cenderung bertindak seenaknya dm melanggar aturan, cenderung
hidup dalam kelompok dengan wawasan sempit, berpendirian tidak konsisten,
mengalami konflik identitas, bersikap dm bertindak munafk, serta ingin
'~arianKompas, 05 April 2004.
mendapatkan hasil tanpa kerja keras. Karakter
anak-anak dan remaja
Indonesia umumnya juga mengkhawatirkan, terutarna bila dilihat dari sembilan
indikator tentang defssit karakter sebagai berikut:
1 . Meningkatnya tindak kekerasan, seperti t a w a n antarpelajar.
2. Meningkatnya penggunaan kata-kata tak santun dalam tutur wicara.
3. Meningkatnya pengaruh negatifpeergroup.
4. Meningkatnya perilaku mervsak di, seperti merokok dm penggunaan
5.
6.
7.
8.
9.
narkoba
Makin kabumya acuan moralitas ymg tergantikan oleh moralitas
"gad."
Menurunya etos kerja, seperti malas mengerjakan pekerjaan rumah.
Merosotnya sikap respek kepada orang tua.
Meningkatnya sikap menghindar tanggung jawab.
Meningkatnya perilaku tak jujur, seperti "nyontek" dan berbohong
kepada orangtua (Lickona dalam Megawangi, 2003).
Merosotny a peringkat indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia
pada tahun 2003 ke urutan 122 (tahun 2004 naik setingkat ke urutan 1 11)
melengkapi kerumitan masalah mutu sumberdaya manusia 1ndonesia2 Ini
menunjukkan bahwa pembangunan manusia Indonesia selama ini mengalarni
kemunduran. Masalah gizi buruk pada anak balita, yang merupakan salah satu
determinan penting sumberdaya manusia berkualitas, juga tidak mampu
ditanggulangi dengan baik. Perhimpunan Ahli Gizi Indonesia mengemukakan
bahwa selama 10 tahun terakhir penanganan masalah gizi buruk pada balita
mengalarni stagna~i.~
Pada tahun 1989, dari jumlah penduduk sebanyak
177.6 14.965 jiwa, sebanyak 1 -342.796 anak balita mengalami gizi bunk. Pada
-
2 ~ & tahm 1999, IPM ernpat kabupaten di Madura bemt-turut adalah sebagai b M :
Kabupaten Bmgkalan peringkat ke-283, Kabupaten Sampang peringkat ke-292, Kabupaten
Parnekasan peringkat ke-274, dan Kabupaten Sumenep peringkat ke-278. IPM betmapa
kabupatenkota di Provinsi Kalimantan Selatan krturut-hlrut sebagai berikut: Kabupaten Banjar
peringkat ke-161, Kabupaten Hulu Sungai Selatan peringkat ke-215, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah peringkat ke-224,Kabupaten Hulu Sungai Utara peringkat ke-247,dan Kota Banjarmasin
t ke-72 (UNDP dan BPS, 2001).
pe?arian
Kompas, 05 Fcbruari 2004.
tahun 2002, angka ini berubah menjadi 1.469.596 dari jumlah penduduk
sebanyak 208.749.460 jiwa. Woodhouse (1999) pada tahun 1999
mengemukakan bahwa setiap dua menit anak di bawah usia lima tahun
meninggal di Indonesia. Sebagian besar (60%) disebabkan oleh h a n g gizi.
Selain itu, tiap 40 detik lahir bayi dengan berat lahir h a n g dari normal
(BBLR) dm setiap 20 menit Ibu yang meldirkan meninggal dunia selarna
persalinan. Dia juga mengemukakan bahwa setiap tahun di Indonesia lahir
sebanyak 700.000 bayi dengan berat badan lahir rendah, atau setiap hari ada
2.000 bayi bergizi h a n g atau buruk lahir, atau sekitar 100 bayi per jamnya.
Wangan yang peka terhadap dampak detrimental jangka panjang
fenomena tersebut akan sepakat bahwa masalah di atas sangat strategis dan
menentukan masa depan bangsa ini. Kalau sebelumnya istilah lost generation
("generasi punah")
- sebuah konsep yang dikembangkan untuk meramallcan
lahirnya generasi yang hidupnya hanya akan menjadi beban orangtua,
keluarga, masy&t,
dm negara, karena potensi kapasitasnya (pertumbuhan
dan perkembangan) tidak dapat dioptimalkan - diaitkan dengan masalah gizi
buruk, rnaka sekarang konsep tersebut juga diaitkan dengan masdah defisit
karakter atau moralitas yang sakit, terutama di kalangan an&-anak dm remaja.
Tanggapan para ahli terhadap masdah tersebut beragam. Tidak seperti
Illich (I 977) yang menggagas masyarakat tanpa sekolah (deschoolingsociety),
karena dia anggap sekolah telah mati, Freire (1972), Goleman (1996),
Semiawan (1 999), Tilaar ( 1999), dan Lickona (Megawangi, 2003) berharap
banyak bahwa reformasi sistem pendidikan, terutama pendidikan formal,
'~arianKompas, 12 Agustus 1999.
mampu memanusiakan manusia Tetapi kinej a pendidikan formal akhir-akhir
ini dim-
oleh
banyak
kalangan.
Rachman
(2003)
misalnya
mengemukakan bahwa sekolah atau pendidikan formal belurn mampu
menanamkan perilaku terpuji sederhana sekaIi pun kepada peserta didik,
seperti membuang sampah pada ternpatnya.'
Kemguan terhadap beberapa pendekatan tersebut memuncdkan
kembali wacana pengembangan sumberdaya rnanusia berbasi keluarga. Kdau
dalil-ddiI naq2i digmakan, maka wacana ini sudah krkembang 14 abad yang
ldu. Beberapa tahun terakhir, khususnya di Indonesia, wacana ini mengarustengah kembali, khususnya ketika ramalan "generasi punah " akan menjadi
kenyataan, ketika makin banyak bukti tentang merosotnya kualitas sumberdaya
manusia baik karena masdah gizi b u d mapun defisit karakter, dan ketika
pendekatan reformasi sistem pendidikan (formal) beIum menunjukkan kinerja
menggembiian. Dalil-dalil saintifik yang menguatkan pengarus-tengahan
wacana tersebut sudah lama dikemukakan. Aristotle mengemukakan bahwa "...
kasih sayang, cinta kasih, dan rasa hormat anak kepada orangtuanya yang
dibina dalam keluarga akan membuat anak juga hormat dm rnenghargai orang
lain ketika mereka besar" (Berger dan Berger, 1984).
perspektif damp& perubahan sejagad mengemukakan
Lasch (1977) dari
bahwa institusi
keluarga &an menjadi satu-satunya lembaga yang bisa menjadi surga di
tengah kehidupan yang makin tak bemurani; a heaven in the heartless world.
Bennett mengemukakan bahwa,
"Family is the original and most efective Department of Health,
Educarion, and Werfare.lf it fails to teach honesty, courage, desire for
excellence, and a host of basic skills, if is exceedingly dzflculb for any
other agency to make upfor its failures" (Megawangi, 2000).
Menurut Rich (1997) dan Popov et al. (1997), keluarga merupakan
wahana pengembangan keterampilan-keterampilan unggul (mega skills) dan
kebajikan-kabajikan moral (virtues). Kegagalan keluarga mengembmgkan
keterampilan unggul tersebut tidak dapat diatasi oleh institusi sosial lain,
tamasuk oleh sekolah. Begitu pentingnya institusi ini, sehingga Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) pemah merancang program yang menjadikan keluarga
sebagai wahana pengembangan SDM (Myers, 1992).
Penelitian ini menelaah peran keluarga dalarn pengembangan
sumberdaya manusia, yang menernpatkan omgtua pada posisi s e n d . Salah
satu fungsi orangtua yang disorot adalah fungsi "keayahbundaan," yang
didefinisikan sebagai keterampilan orangtua memenuhi hak tumbuhkembang
anak-anaknya Asumsinya adalah bahwa tumbuhkembang anak dipengamhi
oleh tingkat keterampilan orangtua menjalankan fungsi "keayahbundaan," clan
fungsi "keayahbundaan" yang sehat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
menjadi determinannya.
Pilihan
fokus
penelitian
pada
masalah
"keayahbundaan"
dilatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan. Para ahli sepakat bahwa
tantangan global membutuhkan individu-individu yang bukan hanya berotak
cerdas, memiliki &ya saing dm daya sanding, tetapi juga individu-individu
berkarakter atau memiliki daya saring.
Menurut Golernan (1996), keberhasilan sosial seseorang bukan saja
ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, tetapi j uga oleh
kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi pula. Rawley mengemukakan bahwa
"In the corporate world, IQ gets you hired, but EQ gets you promoted"
(Martin 2003). Bahkan Goleman (1996) memastikan bahwa IQ hanya
menyumbang sebagian kecil (20%) pada keberhasilan sosial seseorang.
Sayangnya, sejak pertarna kali metode peningkatan IQ diterapkan, angka IQ
meningkat lebih dari 20 poin. Tetapi ironisnya, sementara dari generasi ke
generasi anak semakin cerdas, keterarnpilan emosional d m sosialnya merosot
tajam (Flynn Mam Shapiro, 1999). Pertanyaannya adalah,
apa yang
menyebabkan itu semua?
Goleman (1 996) mengaitkan madah di atas dengan peristi wa-peristiwa
yang dialami oIeh anak-an& dalam keluarga seperti kesepian karena sering
ditinggal sendiri, asuhannya diserahkan kepada orang lain, overdosis nonton
TV, anak mengalami deprivasi dan perlakuan kejarn orangtuanya, serta
masalah-masalah lain dalarn hubungan pernikahan. Segagasan dengan
Goleman, Zeltner mengemukakan bahwa orangtua sekarang tidak memberikan
sesuatu yang paling dibutuhan oleh anak, yakni waktu untuk berkasih sayang,
karena pekerjaan, kesibukan pribadi di rumah, dan tuntutan karier bagi orang
kota (S indhunata, 2003)~. Tuntutan agar anak berprestasi telah menjadikan
mereka stress seperti yang diamali oleh orang dewasa. Modernisasi di
Indonesia selarna ini telah memperhadapkan anak-anak pada tekanan yang
sangat berat. Fadjar (2001) mengemukakan bahwa anak-anak kini cenderung
stress di tiga tempat: di rumah, sekolah, dm di lingk~n~ann~a.~
Jadi,
rendahnya EQ, ESQ atau defisit karakter pada anak-anakdan remaja dikaitkan
dengan salah satu fungsi strategis orangtua, yakni "keayahbundaan," yang
%dm Kompas, "Republik Anak-An&," 23 Juli 2003.
'~arianKompas, "Hilangkan format itas-Birokratis dalam Penyetaram Guru SD," 6 November 2001.
didefinisikan sebagai pemaharnan, kesadaran, dan keterarnpilan orangtua
memenuhi hak tumbuhkembang an&.
Etzioni (1 993) dengan tesis an&
sejagadnya menyempurnakan
pendekatan alternatif di atas, dengan mengemukakan bahwa meskipun
keluarga merupakan lingkungan utama dan orangtua sebagai deterrninan
b i a I tumbuhkembang anak, tetapi dukungan komunitas, terutama kepada
orangtua dan anak-anak, juga penting artinya. Penelitian ini mengkaji masalah
tersebut dengan menerapkan tesis yang dikembangkan oleh Etzioni.
Masalah Penelitian
Penelitian lintas-budaya tentang hubungan antara "keayahbundaan" dan
tumbuhkembang anak (Rohner, 1986) menunjukkan, pola "keayahbundaan"
yang sehat (dimensi penerimaan) berkorelasi positif dengan berkembangnya
ksrakter pada anak-anak.Demikian juga, pola "keayahbundaan" yang ti&
sehat
(dimensi
penolakadpermusuhan) berkorelasi
positif dengan
terbentuknya watak tidak sehat pada diri an&-anak seperti agresif dm tidak
peka secara sosial dan emosional. Goleman eb al. (2004) rnengemukakan
bahwa pola "keayahbundaan" yang sehat menirnbulkan efek resonan terhadap
anak-anak, sedangkan pola "keayahbundaan" yang tidak sehat menghasilkan
efek disomn, yakni kerangka acuan sikap d m perilah buruk orangtua. Buktibukti empirik dan teoretik ini melandasi asumsi penelitian ini bahwa keluarga
merupakan wadah utama pengembangan SDM dm orangtua dengan pola
"keayahbundaan" yang sehat merupakan determinan utama optimalnya
tumbuhkembang anak. Dengan kata lain, SDM yang berkualitas dapat
diIahirkan oleh orangtua yang marnpu menerapkan pola "keayahbundaan"
yang sehat. Konsep pengembangan sumberdaya manusia berbasis keluarga
dalam penelitian ini mengandung pengertian bahwa penguatan institusi
keluarga dan peningkatan keterarnpilan "keayahbundaan" orangtua menjadi
determinan utarna optimasi potensi tumbuhkembang anak.Masdahnya addah,
apakah keluarga-keiuarga atau orangtua kajian memi1iki sumberdaya yang
dibutuhkan untuk menjdankan fungsi "keayahbundaan" dengan sehat.
Ksjian empirik dan teoretik menunjukkan, pelaksanaan fungsi
"keayahbundaan" yang sehat sebagai determinan utama tumbuhkembang anak
ditenhrkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor hi dikelompokkan ke dalam ( 1 )
sumberdaya komunitas, (2) sumberdaya
keluarga, dan (3) sumberdaya
individu dalarn keluarga. Penelitian hi menganalisis hubungan antara
sumberdaya-sumberdaya tersebut
(peubah
input)
dm
keterarnpilan
"keayahbundaan" serta hubungan antara keterarnpilan "keayahbundaan''
(peubah proses) dan tumbuhkembang anak (peubah output) di dua etnik kajian,
yakni etnik Banjar dan Madura. Output yang baik ditentukan oleh proses yang
sehat, sedangkan proses yang sehat dipengaruhi oleh input yang baik. Dari
perspektif faktor-faktor tersebut, penelitian ini mengajukan beberapa masdah
penelitian sebagai berikut:
1. Seberapa besar sumberdaya individu dalarn keluarga, sumberdaya
keluarga, dan sumberdaya komunitas mendukung pelaksanaan fungsi
"keayahbundaan"orangtua di dua etnik kajian?
2. Seberapa tinggi keterarnpilan "keayahbundaan" orangtua di dua etnik
kajian?
3. Seberapa tinggi tumbuhkembang anak di dua etnik kajian?
4. Apakah dukungan surnberdaya individu ddam keluarga, sumberdaya
keluarga, dan sumberdaya komunitas pada peIaksanaan fungsi
"keayahbundaan"orangtua di dua etnik kajian berbeda nyata?
5. Apakah keterampilan "keayahbundaan" orangtua di dua etnik kajian
berbeda nyata?
6. Apakah ada perbedaan tingkat tumbuhkembang anak yang nyata di dua
etnik kajian?
7. Apakah faktor sumberdaya individu dalarn keluarga, sumberdaya
keluarga, dan sumberdaya komunitas berpengaruh secara nyata
terhadap pelaksanaan fbngsi "keayahbundaan"omgtua?
8. Apakah keterampilan "keayahbundaan" orangtua mempengaruhi secara
nyata tumbuhkembang anak?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pa& rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk:
1. Mendeskripsikan
tingkat dukungan sumberdaya individu dalarn
keluarga, sumberdaya keluarga, dan sumberdaya komunitas pada
pelaksanaan fungsi "keayahbundaan"orangtua di dua etnik kajian.
2. Mendeskripsikan tingkat keterampilan "keayahbundaan" orangtua di
dua etnik kajian.
3. Mendeskripsikan tingkat tumbuhkembang anak di dua etnik kajian.
4. Menganalisis perbedaan dukungan sumberdaya individu dalam
keluarga, sumberdaya keluarga, dm sumberdaya komunitas pada
pelaksanaan fungsi "keayahbundaan" orangtua di dua etnik kajian.
5 . Menganalisis perbedaan keterampilan "keayahbundaan" orangtua di
dua etnik kajian.
6. Menganalisis perbedaan tumbuhkembang anak di dua etmik kajian8
7. Menganalisis hubungan antam faktor surnberdaya individu dalam
keluarga, surnberdaya keluarga, sumberdaya komunitas, dan fungsi
"keayahbundaan" orangtua.
8. Menganalisis hubungan antara
keterampilan "keayshbundaan"
orangtua dan tumbuhkembang anak.
Selain tujuan-tujuan di atas, penelitian ini juga ingin mengembangkan model
teoretik
penyuluhan
"keayahbundaan"
(parenting
education)
untuk
pelembagaan gagasan poIa "keayahbundaan" yang sehat.
Manfaat Penelitian
Hasil penef itian ini diharapkan dapat memberi banyak manfaat sebagai
berikut:
1. Dari aspek penerapan ilrnu, penelitian ini menunjukkan betapa
strategisnya penerapan theoretical endowment ilmu penyuluhan
pembangunan pada upaya pemecahan masalah sosial, antara lain pada
masalah pengembangan SDM.
' ~ e s k i ~ ubukan
n
merupakan fokus utama, deskripsi perbedaan ini juga dilakukan
menurut faktor setting komun itas, yakn i kota dan desa.
2. Dari aspek pengembangan teori, hasil kajian ini memberikan basis
konseptual altematif dalarn pengembangan SDM, khususnya dalarn
meningkatkan kompetensi orangtua "mengasuh" anaknya melalui
learning processes yang sehat, sehingga potensi turnbuhkembangnya
dapat diiembangkan dengan optimal.
3. Dari aspek praksis, hasil kajian ini memberikan basis ilmiah dan
empirik penyusunan kebijakan publik atau intervensi sosial penyuluhan
"keayahbundaan."
4. Bagi orangtua dan calon orangtua hasil penelitian ini bisa memberi
inspirasi yang menurnbuhkan kesadaran tentang betapa pentingnya
mereka bagi masa depan anaknya. Menurut Vannoy (2000a; 2000b),
orangtua adalah kitab besar bagi anak-anak, dan anak-anaknya
merupakan cermin besar bagi orangtuanya.m
T I N J A M PUSTAKA
Landasan Filosofik dan Paradigmatik
Dalam agama-agama samawi seperti agama Islam misalnya, an&
dianggap sebagai amanat. Orangtua diingatkan bahwa mereka memiliki
kewajiban moral untuk menunaikan amanat tersebut, sehingga anak-anakti&
menjadi generasi yang lemah, yakni generasi yang khawatir akan masa
depannya. Tuhan menegaskan bahwa salah ciri dari rnanusia yang
bertanggungiawab atau takwa kepaddya adalah rnereka yang tiduk
rneninggalkan generasi yang lemah (QS : 4 : 9).
Pada tataran p d i k , peringatan tersebut seharusnya menjadi dasar
pernikiran tentang bagaimana program pengembangan SDM sejak dini seperti
digagas oleh Evans ef al. (2000) dan pengembangan SDM umurnnya &pat
diiancang. Pada tataran konseptual-teoretik, peringatan ini bisa menjadi dasar
pengembangan landasan paradigmatik dm teoretik untuk penelitian.
Paling tidak, secara konseptual konsep anak yang tidak lemah, yakni
anak yang berhasil mengoptimalkan tumbuhkembangnya bisa didekati dari
empat paradigma, yakni paradigma anak sejagad atau children of the universe
(Etzioni, 1 993), keluarga sebagai wahana pengembangan SDM (Myers, 1 992),
keseimbangan antara tanggung j awab dan kebebasan anak (Elkind, 198 1 ;
19871,dm paradigma anak yang utuh (Myers, 1992).
Paradigma anak sejagad mengemukakan beberapa ha1 penting yaitu (1 )
orangtua memi li ki tanggung jawab moral kepada masyarakat dan sejagad,
yang hams diwujudkan dalarn bentuk investasi pada "keayahbundaan" yang
sehat; ( 2 ) komunitasjuga memiliki tanggung jawab mernberi dukungan kepada
orangtua atau keluarga agar mereka mampu menunaikan tanggung jawab
moralnya; dan (3) komunitas secara keseluruhan menanggung risiko akibat
"keayahbundaan" yang tidak sehat (Etzioni, 1 993). Paradigma ini secara
eksplisit menunjdckan bahwa "keayahbundaan" yang sehat bukan saja
menrpakan tanggung jawab omgtua atau keluarga, tetapi juga merupakan
tanggung
jawab
bersama.
Etzioni
(1 993)
mengemukakan
bahwa
"keayahbundaan" yang sehat bukan hanya bermanfaat bagi anak-anak, tetapi
juga bagi masyarakat. Myers (1 992) menambahkan kini semakin banyak bukti
menunjukkan bahwa pengembangan SDM sejak dini yang difokuskan pa&
terbenthya anak yang utuh bukan hanya menguntungkan anak, tetapi juga
masyatakat. Sebaliknya, pernerintah harus membangun lingkungan kebijakan
yang memungkinkan keluarga dan komunitas untuk memenuhi tanggung
jawabnya dalam "keayahbundaan" dan perlindungan anak-anak.
Salah satu aspek yang ditekankan oIeh paradigma ini adalah peran
omgtua atau keluarga. h o l d mengemukakan bahwa,
"WorZdwide there is an emphasis on ensuring that early childhood
development programmes are firmly family-and community-based. ?%e
stress on the importance of the family is hardly surprising if we
consider a few simple questions -for example, Who knows the child
best? mere is the young child most of the time? For whom is it most
important that the child develops wells? Children learn who they are
and what lfe is all abod from the people they are with. For the vast
majority of children it is the family, in its many and variedforms, which
is the most important influence on the child's perception of self and
others" (Evans, Myers, and Ilfeld, 2000)
Penekanan tersebut juga sesuai dengan p ar a d i g m a keluarga yang
dikembangkan oleh PBB pada tahun 1982, yakni paradigma keluarga sebagai
wahana pengembangan SDM, yang mengemukakan bahwa keluarga yang
tangguh dm kokoh esensial bagi masa depan dunia; mereka merupakan
wahana bagi generasi mendatang. Resolusinya tahun 1 987 juga menyebutkan
bahwa kelwrga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosidisasi
anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat
menjalankan hgsinya di masymakat dengan baik, serta memberi kepuasan
dm lhgkungan sosial yang sehat guna tercapainya kesejahteraan keluarga
(Megawangi, 1993). Menurut Rich (1997),kelwga merupakan wadah utama
pendidikan clan pengembangan ketmampilan-keterampilan unggul (mega
skills), sedangkan sistem pendidikan lain seperti sekolah menunjang proses
pendidikan di rumah. Penguatan institusi keluarga menjadi kaharusan, karena
orangtua mempunyai tanggung jawab primer membesarkan, mengembangkan,
dan mendidik anak-anaknya (Evans et al., 2000).
Paradigma ketiga menekankan keseimbangan antara tanggung jawab
d m kebebasan.
Orangtua yang membebankan tanggung jawab melebihi
kebebasan mak adalah orangtua yang tidak mampu mengembangkan
"keayahbundaan" yang sehat. Anak yang diasuh dengan cara seperti ini adalah
anak yang terlalu cepat dan terlalu dini berkembang. Elkind (1981) menyebut
anak ini sebagai anak yang mengalami aduItjCed, hurried child atau superkids.
Superkids, menurut dia, berada pada fase atau proses perkembangan yang
penuh risiko. Mereka akan menghadapi masalah baik yang bersifat fisik seperti
sakit kepala dan sakit perui akibat spess maupun psikologis seperti perilaku
memsak diri.
Paradigma keempat menekankan pentingnya perkembangan anak secara
total atau utuh (whole child). Investasi atau program tumbuhkembang anak
dalam konteks pernbangunan sosial bukan hanya difokuskan pada peningkatan
status gizi dan kesehatan, serta perkembangan mental-kognitihya (IQ), tetapi
juga pada perkembangan emosional dan sosialnya. Anak yang menikmati hak
seluruh dirnensi turnbuhkembangnya memiGki peluang dm potensi untuk
menjadi rnanusia bermutu. Landasan filosofik dan paradigmatik penelitian ini
disajikan pada Gambar 1 .
i
Anak ShaIeh
P
k l u a r g r 'Cmgguh
&n Produktir
Tanggungjwab
Btrmmr:
D
u
Keayahbundaan
Yang S o I u t
S u m W p Ycluvp*
k h~
mi-
-lear
pcPsr(n-
( A u M u d r o -ring)
ohnatch. lssl)
o r q
(Eagles d.,1997)
D-4-
Tumbuhlcembg
Armk Y u t g Utuh
(My-. 1992)
Keluarga Yang
Komunitas Yang
Tan