Implementasi Proses Seleksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Indonesia

3.2.3 Implementasi Proses Seleksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Indonesia

Sejak tahun 2013, tes CPNS sudah menggunakan sistem komputer atau yang lebih dikenal sebagai Computer Assisted Test (CAT). Pada CPNS tahun 2013 memang ada sebagian yang telah menggunakan sistem CAT dan juga sebagian masih menggunakan LJK (Lembar Jawaban Komputer). Menurut Kementrian Pendayaagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi bahwa hasil tes CPNS 2013 pada pelaksaannya di lapangan bahwa telah tercatat ada sekitar 70 instansi pemerintah yang menggunakan system CAT di seluruh Indonesia.

Dengan adanya sistem ini, pemerintah menjamin tidak adanya kecurangan dan memudahkan setiap peserta tes. Dengan sistem ini, banyak keuntungan yang didapat diantaranya lebih kompetitif, adil, obyektif transparan dan bebas dari KKN.

Pada prinsipnya dari segi materi tidak ada perbedaan soal antara sistem CAT dengan sistem lama (LJK). Yang membedakan hanya media soal dan lembar jawabannya. Sistem CAT CPNS ujiannya dilakukan di komputer yang disediakan panitia seleksi, tidak perlu lagi menggunakan pensil dan menghitami lembar jawaban, yang diperlukan hanya membaca soal dan memilih jawaban yang tampil di layar cukup dengan mengklik tombol jawaban. Namun masalahnya, karena CAT adalah sistem baru maka banyak peserta yang belum terbiasa akan cara ini. Bisa saja peserta menguasai materi yang diujikan, namun karena tidak terbiasa/ tidak pernah mengerjakan sistem ini bisa membawa akibat gagalnya dalam ujian. Disisi lain, ada peserta yang tidak terlalu menguasai materi soal yang diujikan namun bisa sukses dalam ujian karena sudah memahami dan mampu mengoperasikan sistem CAT.

Tes CPNS merupakan perintah dari Undang-Undang No. 5/ 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Tujuannya untuk memperoleh PNS yang profesional, jujur, bertanggungjawab dan netral, yakni CPNS yang memiliki karakteristik pribadi, mampu berperan sebagai perekat NKRI, memiliki intelegenisia yang tinggi dan memiliki keterlampilan, keahlian dan perilaku sesuai dengan tuntutan jabatan. Seleksi ini pun tidak dipungut biaya sama sekali alias gratis.

Meskipun tidak diawasi secara ketat seperti layaknya ujian di sekolah-sekolah, yang masih menggunakan lembar jawaban komputer (LJK), tetapi dijamin tidak ada yang saling contek. Pasalnya, soal yang dikerjakan satu sama lain berbeda, meskipun di meja yang bersebelahan. Melalui sistem online ini, peserta tes CPNS langsung mendapatkan hasilnya, tak perlu menunggu lama seperti tes yang dilakukan secara manual.

Menurut Wijayanti, Dian Marta (2014) dalam artikel berjudul Menyelamatkan Seleksi CPNS dari Kecurangan, efektif atau tidaknya sistem CAT pada seleksi CPNS tidak hanya bergantung pada sistem, namun juga kejujuran penyelenggara. Pasalnya, modus kecurangan makin beragam dan ditata rapi. Meskipun berbasis CAT, potensi kecurangan diindikasikan terjadi, karena menjadi PNS sangat didambakan semua orang. Motivasi menjadi PNS tak sekadar mendapat jaminan hidup layak, namun juga orientasi posisi sosial ekonomi, prestise masyarakat, mengejar tunjangan dan jaminan masa tua.

Masih menurut sumber yang sama, potensi kecurangan bisa terjadi di beberapa titik. Modusnya sangat beragam, mulai dari proses seleksi administrasi, pelaksanaan tes hingga pengumuman kelulusan. Menurut data Konsorsium LSM Pemantau Seleksi CPNS (KLPC), per tanggal 6 Januari 2014, terdapat 154 kasus yang dilaporkan ke KLPC. Sebanyak 59 kasus di antaranya terkait dengan honorer K2 dan 95 kasus lain terkiat jalur umum K-1 (Kompas, 8/1/2014). Menurut KLPC, kecurangan paling banyak terjadi adalah pada tahap seleksi administrasi karena minimnya transparansi.

Ada beberapa indikasi, modus dan kecurangan yang harus diselamatkan. Pertama; meskipun berbasis CAT, namun pemalsuan dan manipulasi data

bisa saja terjadi. Apalagi, ada beberapa formasi CPNS diperuntukkan semua jurusan. Kedua; merebaknya pungutan liar (pungli) atau calo yang menawarkan jasa untuk diterima CPNS. Hal itu biasanya terjadi di desa-desa, pasalnya rata-rata pelamar dari desa masih percaya dan awam dengan dunia kepegawaian. Menurut catatan ICW, mereka diminta memberikan uang sebesar 80 sampai 150 juta untuk bisa lolos CPNS (Tempo, 18/3/2013). Padahal, pendaftaran CPNS tahun 2014 ini tidak dipungut biaya alias gratis.

Ketiga; potensi kecurangan juga terjadi pada saat seleksi administrasi. Menurut KLPC, biasanya pada saat seleksi administrasi, ada oknum yang memanipulasi data. Mereka mendiskriminasi pelamar formasi tertentu terkait tempat dan nomor ujian tes.

Keempat; indikasi praktik perjokian juga menjadi catatan kecurangan seleksi CPNS. Kelima; bocornya soal tes CPNS. Hal itu bisa terjadi dari oknum panitia seleksi yang membocorkan soal dan menjual kunci jawaban. Meskipun soal dan tes nanti berbasis CAT, namun bisa saja ada oknum yang menjual kisi-kisi dan kunci jawaban.

Modus lain juga terjadi ketika pengumuman seleksi. Dari pengumuman pusat ketika sampai di daerah, ada beberapa oknum yang mengganti nama peserta yang lolos dengan nama-nama yang tidak jelas. Pengadaan nomor induk pegawai (NIP) juga sering dimanipulasi beberapa oknum.

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecurangan tes CPNS ini. Pertama; kejujuran, transparansi dan objektivitas penyelanggara adalah kunci menciptakan PNS jujur. Kejujuran menjadi kunci suksesnya seleksi CPNS. Penyelanggara yang terbukti menjadi oknum, calo dan pamalsu data harus diberi sanksi.

Kedua; pemerintah harus memperkuat sistem validasi dan verifikasi data, baik di kementerian maupun di daerah. Data formasi dan pelamar harus sesuai kualifikasi akademik. Apalagi banyak formasi CPNS diperuntukkan semua jurusan. Artinya, karena tak spesifiknya bidang pelamar menjadi celah meminimalkan pesaing yang sudah membayar kepada calo.

Ketiga; pelamar di tingkat kota/ kabupaten harus cerdas dan tegas menolak tawaran calo. Keempat; percaya diri dan rajin belajar adalah syarat utama mengikuti seleksi CPNS. Kelima; pemerintah pusat dan daerah, Kemen PAN-RB, BKN, BKD, penegak hukum, LSM dan masyarakat harus bersinergi menyelamatkan seleksi CPNS. Mulai dari tahap pendaftaran, seleksi administrasi, tes dan pengumuman kelulusan.

Dokumen yang terkait

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY PADA PRODUK KARTU SELULER PRABAYAR SIMPATI, IM3, DAN JEMPOL (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember)

2 69 20

FAKTOR–FAKTOR YANG MENJADI DAYA TARIK PENYIAR RADIO MAKOBU FM (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2003 UMM)

0 72 2

PENGARUH PENILAIAN dan PENGETAHUAN GAYA BUSANA PRESENTER TELEVISI TERHADAP PERILAKU IMITASI BERBUSANA (Studi Tayangan Ceriwis Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Komunikasi Angkatan 2004)

0 51 2

PENGARUH TERPAAN LIRIK LAGU IWAN FALS TERHADAP PENILAIAN MAHASISWA TENTANG KEPEDULIAN PEMERINTAH TERHADAP MASYARAKAT MISKIN(Study Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Pada Lagu Siang Seberang Istana)

2 56 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1