Politik Luar Negeri Bolivia

F. Politik Luar Negeri Bolivia

Dalam sejarah politik luar negeri menitikberatkan pada penjelasan mengenai kepentingan, tindakan, serta unsur power negara besar. Namun disisi lain politik luar negeri memiliki perbedaan dengan politik internasional. Perbedaan tersebut lebih bersifat akademis daripada kenyataan yang bisa dipergunakan untuk memperkirakan perbedaan

antara tujuan dan tindakan (keputusan dan kebijaksanaan). 42 Peneliti yang menganalisis tindakan negara terhadap lingkungan eksternal serta berbagai kondisi domestik yang

menopang formulasi tindakan, pada dasarnya berkaitan erat dengan kajian politik luar negeri, sedangkan peneliti yang memandang tindakan demikian sebagai salah satu aspek pola tindakan suatu negara serta reaksi atau sambutan (respons) oleh negara lain, berkaitan

erat dengan kajian politik internasional. 43 Pola interaksi hubungan internasional tidak

. Incrementalism: The theory that decisions are made not in the light of clear-cut objectives, but through small adjustments dictated by changing circumstances.

42 . Lihat Fred A. Sonderman, “The Linkage Between Foreign Policy and International Politics,” dalam International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory, ed. James Rosenanu (New York:

Free Press, 1961), hlm 8-17. 43 . K.J. Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis (Terjemahan Wawan Juwanda) (Bandung:

Binacipta, 1992), hlm. 26.

dapat dipisahkan dari segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik oleh para pelaku negara ( state-actor ) maupun dari pelaku bukan negara ( non-state actor ). Pola hubungan dan interaksi tersebut dapat berupa kerjasama, persaingan, dan pertentangan. Kerjasama yang terjadi merupakan bentuk

kerjasama yang dijalankan seiring dengan meluasnya globalisasi. 44 Kepentingan nasional suatu negara dapat dilihat dari kondisi internalnya, baik dari

kondisi politik-ekonomi, militer, dan sosial-budaya. Kepentingan juga didasari akan suatu ‘power’ yang ingin diciptakan sehingga negara dapat memberikan dampak langsung bagi

pertimbangan negara. Peran suatu negara dalam memberikan bahan sebagai dasar dari kepentingan nasional tidak dipungkiri akan menjadi kacamata masyarakat internasional sebagai negara yang menjalin hubungan yang terlampir dari kebijakan luar negerinya. Dengan demikian, kepentingan nasional secara konseptual dipergunakan untuk

menjelaskan perilaku politik luar negeri dari suatu Negara. 45 Dalam kepentingan nasional, terdapat pembedaan yang mendasar yakni;

kepentingan nasional yang bersifat vital atau esensial dan kepentingan nasional yang bersifat non-vital atau sekunder. Kepentingan nasional yang bersifat vital biasanya berkaitan dengan kelangungan hidup negara tersebut serta nilai-nilai inti ( core values ) yang menjadi identitas kebijakan luar negerinya. Sedangkan kepentingan nasional non- vital atau sekunder tidak berhubungan secara langsung dengan eksistensi negara itu namun tetap diperjuangkan melalui kebijakan luar negeri. Kepentingan vital menjelaskan seberapa jauh kepentingan tersebut ada dan digunakan, dimana lebih kepada keadaan darurat suatu negara sehingga harus segera diputuskan. Berbeda dengan kepentingan non- vital yang digunakan karena prosesnya berlangsung lama namun hasilnya dan fungsinya

dapat dirasakan lebih baik dikemudian hari dengan jangka waktu yang lama. 46 Bagian terbesar di dalam perumusan politik luar negeri sepenuhnya memperhatikan

usaha menanggulangi masalah sehari-hari (seperti isyu-isyu) yang timbul di dalam dan di luar negeri. Tujuan politik luar negeri bisa bersifat khusus berkaitan dengan beberapa masalah tertentu (seperti membentuk pasaran bersama di kawasan tertentu) misalnya ini ada hubungan dengan politik luar negeri Bolivia yang membuka kerjasama antar negara lain terutama lebih mengedepankan sektor ekonomi dan kesepakatan kerjasama bilateral di dalam membahas isu-isu seperti kerjasama FEALAC (Forum for East Asia and Latin

44 . Joshua S. Goldstein dan Jon C. Pevehouse. 2010. International Relations. Longman: New York. Hlm 5. 45 . P.Anthonius Sitepu. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 163. 46 . Aleksius Jemadu. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 67-69.

America Cooperation), 47 fasilitasi visa dan kerjasama pendidikan. Khusus mengenai kerjasama pendidikan, Dubes RI menyampaikan penawaran program beasiswa

Dharmasiswa dan Kemitraan Negara Berkembang. Penawaran tersebut disambut baik oleh pihak Bolivia. Selain melakukan pertemuan dengan kalangan pemerintah, Dubes RI juga telah melakukan pertemuan dengan kalangan pengusaha Bolivia yang tergabung pada Kamar Dagang Nasional Bolivia. Hadir dalam pertemuan tersebut, Presiden Kamar Dagang Nasional Bolivia, Fernando Cáceres. Melalui pertemuan tersebut, Dubes RI mempromosikan pelaksanaan Trade Expo Indonesia 2013 dan mengundang para

pengusaha Bolivia untuk berpartisipasi pada TEI 2013. 48 Dari sini kita bisa melihat suatu politik luar negeri Bolivia sekarang ini yang berangkat dari basis ekonomi kira-kira seperti

itu.