15 Dua hal lagi konsep keadilan yang dikemukakan oleh Hans
Kelsen: pertama tentang keadilan dan perdamaian. Keadilan yang bersumber dari cita-cita irasional. Keadilan dirasionalkan melalui
pengetahuan yang dapat berwujud suatu kepentingan-kepentingan yang pada akhirnya menimbulkan suatu konflik kepentingan.
Penyelesaian atas konflik kepentingan tersebut dapat dicapai melalui suatu tatanan yang memuaskan salah satu kepentingan dengan
mengorbankan kepentingan yang lain atau dengan berusaha mencapai suatu kompromi menuju suatu perdamaian bagi semua kepentingan
21
. Kedua, konsep keadilan dan legalitas. Untuk menegakkan
keadilan di atas dasar suatu yang kokoh dari suatu tatanan sosial tertentu,
menurut Hans Kelsen pengertian “Keadilan” bermaknakan legalitas. Suatu peraturan umum adalah “adil” jika ia benar-benar
diterapkan, sementara itu suatu peraturan umum adalah “tidak adil”
jika diterapkan pada suatu kasus dan tidak diterapkan pada kasus lain yang serupa
22
. Konsep keadilan dan legalitas inilah yang diterapkan dalam hukum nasional bangsa Indonesia, yang memaknai bahwa
peraturan hukum nasional dapat dijadikan sebagai payung hukum
law umbrella
bagi peraturan peraturan hukum nasional lainnya sesuai tingkat dan derajatnya dan peraturan hukum itu memiliki daya ikat
terhadap materi-materi yang dimuat materi muatan dalam peraturan hukum tersebut
23
.
2. Teori Penerapan Hukum
Soerjono Soekanto
24
menyatakan bahwa untuk dapat terlaksananya suatu peraturan perundang-undangan secara efektif, dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
21
Ibid. hlm. 16.
22
Ibid.
23
Lihat: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan-undangan.
24
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, edisi 1, cet.v, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm. 15.
16 a.
Faktor hukumnya sendiri b.
Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum.
d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan. e.
Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Abddurahman
25
senada dengan Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan berlakunya
undang-undang atau peraturan yaitu: a.
Faktor peraturan hukumnya sendiri baik yang menyangkut sistem peraturannya dalam arti sinkronisasi antara peraturan yang satu dengan
yang lainnya, peraturan yang mendukung pelaksanaan peraturan yang bersangkutan dan substansi atau isi dari peraturan tersebut.
b. Faktor pelaksana dan penegak hukum yang diserahi tugas untuk
melaksanakan peraturan tersebut. c.
Faktor sarana dan prasarana yang mencakup berbagai fasilitas yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan peraturan tersebut.
d. Faktor masyarakat dan budaya setempat banyak mempengaruhi
pelaksanaan undang-undang atau peraturan yang bersangkutan. Faktor-faktor tersebut di atas saling berkaitan erat satu sama lain,
sebab merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari efektivitas berlakunya undang-undang atau peraturan. Keempat
faktor tersebut dapat dikaji berdasarkan Teori Sistem Hukum dari Lawrence M. Friedman.
Teori sistem hukum dari Lawrence M. Friedman
26
menyatakan: bahwa sebagai suatu sistem hukum dari sistem kemasyarakatan, maka
hukum mencakup tiga komponen yaitu:
25
Ibid, hlm. 3.
17 a.
legal substance
substansi hukum; merupakan aturan-aturan, norma- norma dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem,
termasuk produk yang dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum itu, mencakup keputusan yang mereka keluarkan atau
aturan baru yang mereka susun. b.
legal structure
struktur hukum; merupakan kerangka, bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberikan semacam bentuk dan batasan
terhadap keseluruhan instansi-instansi penegak hukum. Di Indonesia yang merupakan struktur dari sistem hukum antara lain; institusi atau
penegak hukum seperti advokat, polisi, jaksa dan hakim. c.
legal culture
budaya hukum; merupakan suasana pikiran sistem dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum itu digunakan,
dihindari atau disalahgunakan oleh masyarakat. Dari ketiga komponen-komponen dalam sistem yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya tersebut, maka dapat dikaji bagaimana bekerjanya hukum dalam praktek sehari-hari. Hukum merupakan budaya
masyarakat, oleh karena itu tidak mungkin mengkaji hukum secara satu atau dua sistem hukum saja, tanpa memperhatikan kekuatan-kekuatan
sistem yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian teori sistem hukum ini menganalisa masalah-masalah terhadap penerapan substansi hukum,
struktur hukum dan budaya hukum. Lawrence M. Friedman juga mengemukakan bahwa sistem hukum
mengemban empat fungsi, yaitu
27
: a.
Hukum sebagai bagian dari sistem kontrol sosial
social control
yang mengatur perilaku; b.
Sebagai sarana untuk menyelesaikan sengketa
dispute settlement
; c.
Sistem hukum memiliki fungsi sebagai
social engineering function
;
26
Lawrence M. Friedman, The Legal System: A Sosial Science Perspective. Russel Sage Foundation, New York, 1969, hlm. 16.
27
Teguh Prasetyo dan Abdul Hakim Barkatullah, Filsafat, Teori Ilmu Hukum – Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm. 41.
18 d.
Hukum sebagai
social maintenance
, yaitu fungsi yang menekankan pada peranan hukum sebagai pemeliharaan status
quo yang tidak menginginkan perubahan.
3. Tinjauan tentang Kebijakan Publik