usaha saling menopang sehingga merupakan masalah yang makin lama makin berat Purwoastuti, 2008, hal. 29.
Pada wanita pascamenopause dijumpai pula kelainan pada kulit berupa kulit menipis, keriput, gatal-gatal, kuku rapuh berwarna kuning, mulut kering, dan
lidah seperti terbakar. Keluhan lain adalah mata kering dan kesulitan menggunakan kontak lensa, rambut menipis, dan sering ditemukan tumbuhnya
rambut di sekitar bibir, hidung, dan telinga. Keluhan urogenital dapat berupa nyeri senggama, vagina kering, keputihan, perdarahan pascasanggama, infeksi saluran
kemih berulang, gatal pada vaginavulva, iritasi, prolapsus uterivagina, dan dapat pula terjadi gangguan metabolisme berupa meningkatnya kadar kolesterol.
Baziad, 2003, hal. 8.
F. Medikalisasi Gejala Menopause
1. Terapi Nonhormon
a. Obat antihipertensi, obat penenang, sudah luas penggunaannya pada
perempuan dengan masalah klimakterium Pinem, 2009, hal. 398. b.
Banyak juga wanita yang memilih pendekatan alternatif, atau komplementer, seperti homeopati, herbal, obat Cina ini juga punya
dampak samping. Oleh karena itu sebaiknya selalu menanyakan kepada ahli yang berpengalaman untuk menentukan terapi, dosis dan
skedul terapi apapun yang dipilih Hutapea, 2005, hal. 77. c.
Sebagian perempuan mendapatkan manfaat relaksasi, berolah raga atau konseling dengan tenaga kesehatan Dokter,BidanPerawat
mungkin membantu mengatasi gejala-gejala Pinem, 2009, hal. 398.
Universitas Sumatera Utara
2. Terapi Sulih Hormon TSH
a. Terapi yang logis pada menopause adalah sulih estrogen, karena
gejala menopause disebabkan oleh defisiensi estrogen. Terapi estrogen dapat diberikan melalui rute oral, transdermis seperti koyo
dan jeli subkutan: implant, vagina: krim, pesarium, tablet dan cincin, sublingual atau intranasal Pinem, 2009, hal. 398. Pada wanita yang
telah diangkat rahimnya cukup diberi estrogen saja secara kontinyu tanpa istirahat, tidak perlu di kombinasikan dengan progesteron
Baziad, 2003, hal. 142. b.
Gestagen saja sangat jarang digunakan sebagai TSH karena pada umumnya gestagen diberikan bersamaan dengan progesteron. Namun
kadang-kadang terpaksa juga diberikan gestagen saja, terutama bagi wanita-wanita yang memiliki kontraindikasi pemberian estrogen atau
bagi wanita yang tidak tahan terhadap estrogen. Pemberian Gestagen dosis tinggi, misalnya progesteron alamiah MPA 20-40 mg, dapat
mengurangi keluhan tersebut Baziad, 2003, hal. 143. c.
Kombinasi estrogen-progesteron secara sekunsial adalah pemberian estrogen secara kontinyu dan gestagen secara sekunsial. Misalnya
estrogen saja diberikan pada hari pertama sampai hari ke-28, sedangkan gestagen diberikan dari hari ke-16 sampai hari ke-28
bersamaan dengan sisa estrogen Baziad, 2003, hal. 144. Pemakaian sulih hormon estrogen tanpa imbangan secara substansial
meningkatkan resiko kanker endometrium. Penambahan progesteron ke dalam regimen estrogen mengurangi resiko kanker endometrium
Pinem, 2009, hal. 398.
Universitas Sumatera Utara
d. Wanita pascamenopause umumnya tidak menyukai perdarahan lucut
sehingga pemberian estrogen-progesteron secara kontinyu merupakan pilihan yang tepat. Tujuan pemberian ini adalah agar terjadi
amenorea. Pada bulan-bulan pertama pemberian secara kontinyu ini sering timbul perdarahan bercak, dan kemudian akan hilang dengan
sendirinya. Perdarahan bercak ini dapat diatasi dengan meningkatkan dosis gestagen. Bila setelah 9 bulan pengobatan atau setelah
peningkatan dosis, masih saja terjadi perdarahan, perlu segera dicari penyebab terjadinya perdarahan kelainan organik Baziad, 2003, hal.
144-145.
G. Menjaga Kebugaran Sesudah Menopause