Pendahuluan T1 702011176 Full text

2

1. Pendahuluan

Pendidikan merupakan indikator pertumbuhan sebuah Negara. Seperti halnya di Indonesia yang merujuk dalam pembukaan Undang-Undang Dasar UUD tahun 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga Negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan setara, terlepas dari keadaan sosial dan budaya.Hal ini berarti pendidikan merupakan suatu hak istimewa yang dimiliki oleh setiap warga negaraIndonesia sejak lahir. Tujuan utama dari pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa demi terwujudnya kesejahteraan bangsa. Berdasarkan tujuan ini pemerintah berupaya untuk terus mewujudkan cita-cita tersebut. Koty berpendapat bahwa, [1] pemerintah memberi kesempatan bagi setiap warga negara untuk mengenyam pendidikan dan telindungi dalam payung hukum. Hal tersebut dimaksudkan agar setiap warga negara bisa mengembangkan diri, berkarya, berprestasi, dan mandiri termasuk warga negara yang membutuhkan pelayanan khusus penyandang cacat.Pendidikan bagi siswa dengan kebutuhan khusus telah menjadi perhatian masyarakat internasional sejak pernyataan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization UNESCO pada tahun 1994 dan framework untuk para peserta didik yang berkebutuhan khusus [2]. Berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia nomor 1 tahun 2008, terdapat lima kategori standar proses pendidikan khusus, diantaranya: Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, dan Tunalaras[3]. Kraglund-Gauthier berpendapat bahwa Penyandang cacat merupakan istilah umum, yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas dan pembatasan partisipasi [4]. Salah satu klasifikasi anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita. Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki tingkat intelegensi yang dibawah rata-rata atau disebut juga dengan istilah dengan keterbelakangan mental atau reterdasi mental [5]. Rachmawati berpendapat bahwa tunagrahita merupakan seseorang yang mempunyai tingkat kemampuan dibawah rata-rata dan mempunyai batasan dalam kemampuan akademik tapi bisa diberikan keterampilan vokasional untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pendidikan secara khusus untuk penyandang tunagrahita lebih dikenal dengan sebutan sekolah luar biasa SLB. Pendidikan Khusus PK dan Pendidikan Layanan Khusus PLK, sekolah-sekolah ini adalah salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan pengelolaan pendidikan luar biasa, juga sebagai usaha untuk membawa masyarakat memahami lebih jauh tentang dunia pendidikan luar biasa. Tujuan sekolah-sekolah ini yaitu menciptakan inklusifitas lebih dini dengan melakukan peningkatan pemberian kecakapan hidup dalam pembelajaran keterampilan, peningkatan kualitas produksi standar, kemampuan memasarkan produk dan sebagai pusat informasi layanan PK dan PLK[6]. Untuk menciptakan suatu komunikas yang lebih interaktif dari sebuah informasi maka teknologi komputasi multimedia dapat mengintegrasikan teks, grafik, suara, animasi, video yang mampu mempengaruhi sebanyak mungkin indera yang dimiliki oleh manusia seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Media teks digunakan untuk menciptakan tulisan- tulisan, sedangkan media gambar dan grafik digunakan untuk menciptakan suatu citra yang dapat menerangkan dan berbicara lebih banyak dari tulisan-tulisan yang ada. Disamping itu penambahan sound dapat lebih menciptakan suasana interaktif bagi pemakainya. Melihat perkembangan teknologi yang sekarang mulai dipakai untuk menunjang proses belajar mengajar disekolah, penelitian ini akan berfokus pada penerapan teknologi terkhususnya penggunaan multimedia pada Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Wantuwirawan yang belum menggunakan teknologi terkhususnya multimedia dalam proses belajar mengajar. Penerapan multimedia di SMPLB Wantuwirawan untuk melihat partisipasi 3 siswa yang kebanyakan hanya pasif dan mendengarkan guru berbicara. Penerapan multimedia menggunakan Power point yang menampilkan video-video, yang diharapkan lebih mengundang partisipasi siswa. Metode penerapan multimedia di SMPLB Wantuwirawan adalah dengan menggunakan metode Drill yang diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dengan kebutuhan khusus.

2. Kajian Pustaka