commit to user
Contoh: 1
Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.
2 Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif,
yaitu 10. 3
Pajak perseroan untuk badan pajak pendapatan untuk perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan PPh yang berlaku bagi
badan maupun perseorangan pribadi.
6. Jenis Pajak
Terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut
lembaga pemungutnya Siti Resmi, 2007. a. Menurut golongan
Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1
Pajak langsung: pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan
kepada orang lain atau pihak lain. Contoh: pajak penghasilan PPh.
2 Pajak Tidak Langsung: pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh: pajak pertambahan nilai PPN.
commit to user
b. Menurut sifatnya Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1 Pajak subjektif: pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaaan
pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya.
Contoh: pajak penghasilan PPh. 2
Pajak objektif: pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang
mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak WP maupun tempat
tinggal. Contoh: pajak pertambahan nilai PPN dan pajak penjualan atas
barang mewah PPnBM, serta pajak bumi dan bangunanPBB c. Menurut lembaga pemungut
Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1
Pajak negara pajak pusat: pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada
umumnya. Contoh: PPh, PPN dan PPn BM, PBB, serta Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB.
2 Pajak daerah: pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat I
pajak provinsi maupun daerah tingkat II pajak kabupatenkota dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-
masing. Pajak Daerah dibagi menjadi dua yaitu:
commit to user
a Pajak provinsi meliputi: Pajak Kendaraan Bermotor dan kendaraan diatas air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan
kendaraan diatas air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, serta Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah
dan Air Permukaan. b Pajak kabupatenkota meliputi: Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir.
7. Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor PKB adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua
kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor
atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang
bersangkutan, termasuk alat alat berat alat alat besar yang bergerak. a. Objek PKB
Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan danpenguasaan kendaraan bermotor yang terdaftar di Provinsi
Jawa Tengah. Dikecualikan dari pengertian kendaraan bermotor adalah:
commit to user
1 kereta api, 2 kendaraan bermotor yang semata mata digunakan untuk
keperluan pertahanan dan keamanan negara, antara lain tank, panser, truck pengangkut pasukan dan logistik,
3 kendaraan bermotor yang dimilki danatau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negaraasing dengan asas timbal balik dan
lembaga lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah,
4 kendaraan bermotor yang dimiliki danatau dikuasai pabrikan atau importir yang semata mata untuk dipamerkan dan dijual,
5 kendaraan bermotor yang dikuasai negara sebagai barang bukti, yang disegel atau disita, dan
6 kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.
b. Subjek pajak kendaraan bermotor dan wajib pajak kendaraan bermotor Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi, badan
yang memiliki danatau menguasai kendaraan bermotor. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi, badan yang memiliki
kendaraan bermotor. c. Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
Dasar pengenaan PKB dihitung sebagai perkalian 2 dua unsur pokok, yaitu:
commit to user
1. Nilai Jual Kendaraan Bermotor adalah Nilai Jual Kendaraan Bemrotor yang berlaku yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur
Jawa Tengah yang berpedoman pada Nilai Jual Kendaraan Bermotor yang ditetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Nilai Jual
Kendaraan Bermotor diperoleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor.
Unsur ini ditentukan berdasarkan faktor: a Isi silinder danatau satuan daya,
b Penggunaan kendaraan bermotor, c Jenis kendaraan bermotor,
d Merk kendaraan bermotor, e Tahun pembuatan kendaraan bermotor, dan
f Berat total kendaraan bermotor dan banyaknya penumpang yang diizinkan.
2. Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan danatau pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan
bermotor. Unsur ini ditentukan berdasarkan faktor:
a Tekanan gandar, b Jenis bahan bakar, dan
c Jenis pengguanaan, tahun pembuatan dan ciri ciri mesin dari kendaraan bermotor.
commit to user
Berdasarkan beberapa faktor tersebut, untuk memudahkan penghitungan dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor dinyatakan
dalam suatu tabel yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan pertimbangan Menteri Keuangan. Dasar pengenaan pajak kendaraan
bermotor akan ditinjau kembali setiap tahun. d. Tarif pajak kendaraan bermotor
Besarnya pajak kendaraan bermotor yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Tarif
Pajak Kendaraan Bermotor sebesar: 1 1,5 satu koma lima persen untuk kendaraan bermotor pribadi dan
badan. 2 1 satu persen untuk kendaraan bermotor angkutan umum.
3 0,5 nol koma lima persen untuk kendaraan bermotor ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial, instansi
pemerintah.
commit to user
B. Analisa Data dan Pembahasan
1. Analisis Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor merupakan salah satu bagian Pajak Daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan tujuan untuk
meningkatkan pendapatan daerah. Pemerintah Daerah Kota Surakarta mengharap perolehan Pajak Kendaraan Bermotor dari tahun ke tahun
meningkat. Besar kecilnya penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor tergantung juga mekanisme pemungutnya. Penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor dapat diketahui dengan perbandingan target terhadap realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor.
Target Pajak Kendaraan Bermotor adalah kemampuan maksimum yang ingin dicapai dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor,
sedangkan realisasi merupakan hasil pungutan dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor.
Penulis akan menganalisa tingkat efektifitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor berdasar laporan target dan realisasi pendapatan
daerah Kota Surakarta untuk tahun 2007-2011. Efektifitas merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk menilai apakah pemungutan yang
dilakukan sudah maksimal sehingga dapat diperoleh hasil yang memuaskan. Efektifitas adalah mengukur hubungan antara hasil
pungutan suatu pajak dengan potensi hasil pajak tersebut, dengan asumsi semua wajib pajak membayar pajak masing-masing dan
commit to user
membayar seluruh pajak terutang. Semakin besar nilai efektifitas, maka semakin tinggi tingkat efektifitas penerimaan. Kebijakan akan tampak
efektif bila mampu menaikkan Pajak Kendaraan Bermotor dalam presentase terbesar. Berikut adalah tabel yang menyajikan perbandingan
antara target yang telah ditetapkan dengan realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dalam kurun waktu 5 tahun, untuk mengetahui
rasio efektifitas.
Tabel 2.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
Tahun anggaran 2007-2011
Tahun anggaran
Target Realisasi
Selisih lebih kurang
Efektifitas 2007
60.475.170.000 59.942.375.320
532.794.680 99,12
2008 76.250.950.000
68.061.249.330 8.189.700.670
89,26 2009
75.900.847.000 74.392.929.275
1.507.917.725 98,01
2010 78.871.713.000
93.122.138.400 14.250.425.400
118,07 2011
105.536.820.000 109.777.162.900 4.240.962.900
104,02
Sumber data: SAMSAT Surakarta Berdasar tabel diatas perhitungan rasio efektifitas menurut Suhaedi, 2000
dalam Irine Putri Rucita, 2009 menggunakan rumus:
Berdasar tabel di atas, dapat dikatakan bahwa selama kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu tahun 2007-2011, tingkat presentase efektifitas Pajak
Kendaraan Bermotor sudah memenuhi target meskipun masih ada beberapa tahun yang mengalami penurunan. Pada tahun 2007 tingkat
commit to user
efektifitas sebesar 99,12, sedangkan pada tahun 2008 tingkat efektifitas menurun menjadi 89,26, di tahun 2009 tingkat efektifitas mengalami
peningkatan kembali menjadi 98,01, kemudian di tahun 2010 tingkat efektifitas juga mengalami peningkatan kembali menjadi 118,07, dan di
tahun terakhir 2011 tingkat efektifitas kembali mengalami penurunan menjadi 104,02. Hal ini dapat dikatakan bahwa realisasi penerimaan
Pajak Kendaraan Bermotor dari tahun 2007-2011 sudah sangat efektif walaupun tingkat efektifitas dari tahun ke tahun ada yang mengalami
penurunan. Penurunan tingkat presentase efektifitas diakibatkan karena banyaknya wajib pajak yang menunggu masa-masa pemutihan yang belum
tentu satu tahun sekali karena pemutihan tersebut yang menentukan dari kantor Pusat. Ini menunjukkan bahwa sistem penagihan Pajak Kendaraan
Bermotor belum cukup baik. Realisasi yang selalu dapat melampaui target disebabkan karena
target ditetapkan sesuai dengan potensi wajib pajak yang ada agar dapat terealisasi dengan baik dan bahkan melampaui target. Adanya peningkatan
penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor tidak disebabkan karena kenaikan tarif, peningkatan kenaikan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
disebabkan karena meningkatnya jumlah wajib pajak, sehingga jumlah penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Kesadaran wajib pajak dalam pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor juga dapat meningkatkan penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor. Dapat dilihat tingkat efektifitas pada tahun 2008 lebih kecil
commit to user
dibandingkan tahun 2007, 2009, 2010, dan 2011, tetapi ternyata penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor terus meningkat dari tahun ke
tahun. Hal ini dipengaruhi karena adanya perkembangan jumlah penduduk, juga pertumbuhan atau perkembangan tingkat perekonomiannya yang
dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Seiring dengan majunya perkembangan di Kota Surakarta, pada
saat ini bahwa kendaraan bermotor di Jawa Tengah menunjukkan angka yang cukup besar karena fungsi dan manfaat dari kendaraan bermotor itu
sendiri yaitu sebagai alat pengangkutan. Tingkat daya beli masyarakat akan berbagai jenis kendaraan bermotor membuat tingkat penerimaan
Pajak Kendaraan Bermotor juga tinggi.
2. Laju Pertumbuhan