Kualitas Jasa Edy Prasetyo F3209042

commit to user c. Variability keanekarupaan Jasa sangat beraneka rupa, karena tergantung siapa yang menyediakannya dan kapan serta dimana disediakan. Seringkali pembeli jasa menyadari akan keanekarupaan yang besar ini dan membicarakan dengan yang lain sebelum memilih satu penyediaan jasa. d. Perishability tidak dapat tahan lama Jasa tidak dapat tahan lama, karenanya tidak dapat disimpan untuk penjualan atau penggunaan dikemudian hari. Sifat jasa yang tidak tahan lama ini bukanlah masalah kalau permintaan tetap atau teratur, karena jasa-jasa sebelumnya dapat dengan mudah disusun terlebih dahulu. Jika permintaan berfluktasi, perusahaan jasa akan dihadapkan pada berbagai masalah yang sulit.

B. Kualitas Jasa

1. Pengertian Kualitas Jasa Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan Tjiptono, 2006:51 Menurut Wyckof yang dikutip Lovelock, 1988 dalam Tjiptono, 2007: 260, kualitas jasa merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. commit to user Menurut Tjiptono 2006:51, terdapat 5 macam perspektif kualitas yaitu: a. Transcendential approach Kualitas dipandang sebagai imate excellence dimana kualitas dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalisasikan, biasanya diterapkan dalam dunia seni. b. Product-based approach Kualitas merupakan karakteristik atau atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk. c. User-based approach Kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, sehingga produk yang paling memuaskan preferensi seseorang misal perceived quality merupakan produk yang berkualitas tinggi. d. Manufacturing – based approach Kualitas sebagai kesesuaian sama dengan persyaratan. Dalam sector jasa bahwa kualitas sering didorong oleh tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan biaya. e. Value – based approach Kualitas dipandang dari segi nilai dan harga. Kualitas dalam pengertian ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas commit to user paling tinggi belum tentu yang paling bernilai, akan tetapi yang paling bernilai adalah barang atau jasa yang paling tepat dibeli. 2. Model Kualitas Jasa Model kualitas jasa yang populer dan hingga kini banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah model Servqual service quality yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry 1985, 1988, 1990, 1993, 1994 dalam Tjiptono 2007: 262. Model Servqual meliputi analisis terhadap lima gap yang berpengaruh terhadap kualitas jasa, yaitu : a. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen. Manajemen tidak selalu memahami dengan tepat apa yang diinginkan pelanggan.Manajemen PT. Pertani Persero mungkin berfikir bahwa konsumen menginginkan produk yang lebih baik, tetapi konsumen mungkin lebih mementingkan daya tanggap pelayan. b. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa. Manajemen mungkin memahami dengan tepat keinginan-keinginan pelanggan tetapi tidak menetapkan standar kinerja. Manajemen PT. Pertani Persero mungkin meminta staff karyawan memberikan layanan yang cepat tanpa menguraikannya dengan jelas. c. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas dan penyerahan jasa. Karyawan mungkin kurang terlatih, tidak mampu atau tidak mau mematuhi standar kinerja yang telah ditetapkan, atau mereka mungkin dihadapkan pada standar yang saling bertentangan, seperti commit to user menyediakan waktu untuk mendengarkan pelanggan dan melayani mereka dengan cepat. d. Kesenjangan antara penyerahan jasa dan komunikasi eksternal. Harapan-harapan konsumen dipengaruhi pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan perwakilan dan iklan perusahaan. Jika brosur iklan PT. Pertani Persero memperlihatkan tempat yang indah, tetapi konsumen tiba dan menemukan tempat yang tampak murahan dan kotor, komunikasi eksternal telah melenceng jauh dari harapan pelanggan. e. Kesenjangan antara persepsi jasa dan jasa yang diharapkan. Kesenjangan ini terjadi apabila konsumen tersebut memiliki persepsi yang keliru tentang mutu jasa tersebut. Pemilikmungkin tetap mengunjungi konsumen untuk menunjukkan kepeduliannya, tetapi konsumen tersebut manafsirkan hal ini sebagai indikasi bahwa ada sesuatu yang benar-benar tidak beres. 3. Dimensi Kualitas Jasa Dari berbagai dimensi, ada beberapa dimensi yang dapat diterapkan pada jasa, tapi sebagian besar dimensi tersebut dikembangkan berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap manufaktur. Sedang dalam penelitian ini lebih mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Parasuraman et al 1985 dalam Tjiptono 2007: 273 yang melakukan penelitian khusus terhadap beberapa jenis jasa dan berhasil mengidentifikasikan sepuluh faktor utama yang menentukkan kualitas jasa. commit to user Pada perkembangan selanjutnya, Parasuraman, et al 1988 dalam Tjiptono 2007: 273 menyempurnakan dan merangkum sepuluh dimensi tersebut menjadi lima dimensi utama, yaitu : a. Keandalan reliability Yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. Kinerja yang sesuai dengan harapan pengguna adalah ketepatan waktu dan informasi. b. Daya tanggap responsiveness Yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Dimensi ini menekankan pada sikap penyedia jasa yang penuh perhatian, cepat dan tepat dalam menghadapi permintaan, pertanyaan, keluhan dan masalah konsumen. c. Jaminan assurance Yaitu pengetahuan dan kesopansantunan para staf perusahaan serta kemampuan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan.Dengan kata lain, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para karyawan. d. Perhatian emphaty Yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan. commit to user e. Bukti fisik tangible Yaitu suatu bentuk pelayanan yang dapat dilihat secara langsung meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi.

C. Pelayanan