DAMPAK PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN TERHADAP PEMBANGUNAN (Studi Pada Kelurahan Tugusari Kecamata Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat)

(1)

ABSTRAK

DAMPAK PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN TERHADAP PEMBANGUNAN

(Studi Pada Kelurahan Tugusari Kecamata Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat)

Oleh

Hendro Adiprayogo

Pemberian otonomi daerah kepada pemerintah kabupaten memungkinkan munculnya variasi di daerah mengenai model pemerintahan. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat menyikapi pemberian otonomi daerah ini dengan mengeluarkan kebijakan Pembentukan Kelurahan dengan merubah status desa menjadi kelurahan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 17 tahun 2004 tentang pembentukan, penghapusan dan atau penggabungan serta struktur organisasi dan tata kerja kelurahan. Diberlakukannya peraturan daerah tersebut maka Desa Tugusari yang sebelumnya berstatus sebagai desa berubah menjadi Kelurahan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana dampak yang di timbulkan akibat perubahan status tersebut terhadap kegiatan pembangunan di Kelurahan Tugusari. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu sebagai rangkaian kegiatan atau proses


(2)

Hendro Adiprayogo

menjaring data atau informasi mengenai suatu masalah dalam aspek dan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa dokumen-dokumen, serta data primer, meliputi wawancara mendalam untuk mengungkap permasalahan yang terjadi. Teknik analisis menggunakan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa akibat dari perubahan status desa menjadi kelurahan telah berdampak negatif terhadap kegiatan pembangunan di Kelurahan Tugusari, hal tersebut karena terjadi penurunan pada hasil pembangunan. Pada kurun waktu empat tahun setelah perubahan status tersebut hasil pembangunan yang terlaksana hanya dua pembangunan fisik, sedangkan pada kurun waktu empat tahun sebelum perubahan status tersebut pembangunan yang telah terlaksana adalah empat pembangunan fisik. Untuk mengatasi kondisi tersebut maka Pemerintahan Kelurahan Tugusari saat ini diharapkan lebih aktif lagi untuk mengusulkan dan mengajukan program-program pembangunan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat. Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat diharapkan dapat memberikan proyek-proyek dan program-program pembangunan untuk Kelurahan Tugusari.


(3)

ABSTRACT

IMPACT OF CHANGES IN STATUS VILLAGES INTO SUB DISTRICT ON DEVELOPMENT

(Studies in Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumber Jaya District of West Lampung)

by

Hendro Adiprayogo

Granting autonomy to the district allows the emergence of regional variations in the model of government. West Lampung regency government granting autonomy to address this by issuing a policy formation by changing the status of rural villages into urban villages through the West Lampung District Regulation No. 17 year 2004 about the creation, deletion and / or merger and the organizational structure and working procedures of the district. The implementation of these local regulations, the Village Tugusari that previously existed as the village turned into a Sub district.

The purpose of this research is to study and analyze how the impact caused by change in the status of development activities in sub district Tugusari. The method used in this study is a qualitative method that is as a series of activities or processes to capture data or information to know a problem in the aspects and dynamics of the relationship between the observed phenomena, using scientific logic. Types of data used are secondary data from documents, as well as primary


(4)

data, including in-depth interviews to uncover the problems that occurred. Analysis techniques are using data reduction, data presentation and data verification.

Based on research results show that the effects and changes in the status of the village became Sub district have a negative impact on development activities in Sub district Tugusari, it is because after changing its status to a village development activities has decreased due to the many development programs are not running. To overcome such conditions, the Government is expected to be more active in Tugusari Village again to propose and submit the programs of development to the West Lampung District Government and to the Government of West Lampung district can provide projects and programs for implement development in Sub district Tugusari.


(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, maka penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilaksanakan dengan asas otonomi. Asas otonomi daerah merupakan hal yang hidup sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan di masyarakat. Dilaksanakannya otonomi maka pemerintahan daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Kewenangan otonomi yang diberikan kepada suatu pemerintah daerah dimaksudkan untuk memaksimalkan penyelenggaraan fungsi-fungsi pokok pemerintahan yang mencakup pelayanan (service), pemberdayaan (empowerment) dan pembangunan (development).

Pemerintah daerah secara umum diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 18 adalah:

“Pembagian daerah Indonesia atas dasar daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”.

Berdasarkan penjelasan tersebut diketahui bahwa pembagian daerah yang dimaksud terdiri atas daerah propinsi, daerah kabupaten dan daerah kota serta desa sebagai daerah yang terendah tingkatnya.


(6)

2

Penerapan otonomi daerah yang terfokus pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 mengenai pemerintah daerah, yang lebih menitik beratkan pada pemberian kewenangan kepada daerah. Pemberian kewenangan itu dipakai untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Landasan pengaturan dalam pemikiran mengenai pemerintahan desa adalah keragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Partisipasi pada umumnya dapat diberi pengertian keikutsertaan masyarakat atas kesadaran dan kemauan sendiri dan atau diajak dalam suatu kegiatan untuk mencapai hasil dan tujuan yang telah ditetapkan. Otonomi asli adalah otonomi yang didasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat dan tidak berdasarkan atas dasar penyerahan wewenang dari pemerintah.

Sadu Wasistino (2001:49) menyebutkan bahwa:

“Adanya perubahan kebijakan otonomi daerah perlu diikuti dengan penataan kembali organisasi pemerintahan daerah secara mendasar, penataan tersebut dapat berupa:

1. Pembentukan unit organisasi baru;

2. Penggabungan organisasi yang sudah ada; 3. Penghapusan unit organisasi yang sudah ada; 4. Perubahan bentuk unit-unit yang sudah ada.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat No. 17 tahun 2004, tentang pembentukan, penghapusan dan atau penggabungan serta struktur organisasi dan tata kerja kelurahan, dan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat No. 01 tahun 2005, tentang pembentukan dan perubahan status desa menjadi kelurahan, maka Desa Tugusari yang sebelumnya berstatus sebagai desa berubah menjadi kelurahan di bawah Pemerintahan


(7)

3

Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat. Berubahnya status Desa Tugusari menjadi kelurahan tersebut dikarenakan letak Desa Tugusari yang merupakan ibukota dari Kecamatan Sumber Jaya, sehingga perubahan status Desa Tugusari menjadi kelurahan merupakan bentuk dari upaya peningkatan status yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dalam rangka tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam mengelola wilayahnya.

Perubahan status Desa Tugusari menjadi kelurahan harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan seperti yang tercantum pada Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 17 tahun 2004 tentang pembentukan, penghapusan dan atau penggabungan serta struktur organisasi dan tata kerja kelurahan, adapun persyaratan-persyaratan yang telah terpenuhi oleh Desa Tugusari untuk menjadi kelurahan adalah sebagai berikut:

1. Faktor Penduduk

Faktor pertama yang menjadi persyaratan pembentukan kelurahan adalah faktor jumlah penduduk. Berdasarkan peraturan daerah tersebut ditetapkan bahwa untuk dapat diubah status desa menjadi kelurahan penduduk desa tersebut harus berjumlah minimal 3.000 jiwa atau 6.00 kepala keluarga (KK). Kelurahan Tugusari memiliki jumlah penduduk sebanyak 6.184 jiwa atau 1.425 kepala keluarga (KK), penyebaran jumlah penduduk di Kelurahan Tugusari didominasi oleh masyarakat pendatang yang berasal dari berbagai daerah, oleh karena itu masyarakatnya bersifat majemuk dan dinamis.


(8)

4

2. Faktor Luas Wilayah

Pada Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat nomor 17 tentang pembentukan, penghapusan dan atau penggabungan serta struktur organisasi dan tata kerja kelurahan disebutkan bahwa syarat untuk merubah status desa menjadi kelurahan adalah faktor luas wilayah yaitu mampu dijangkau secara berdayaguna dalam rangka pelayanan masyarakat. Kelurahan Tugusari sendiri memiliki luas wilayah 1.773 Ha yang sebagian besar wilayahnya digunakan sebagai lahan untuk pemukiman penduduk. Wilayah Kelurahan Tugusari sendiri telah tersedia fasilitas umum dalam rangka pelayanan masyarakat seperti kantor kelurahan, puskesmas dan kantor pos.

3. Faktor Letak

Pada Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 17 tentang pembentukan, penghapusan dan atau penggabungan serta struktur organisasi dan tata kerja kelurahan disebutkan bahwa syarat untuk dapat dilakukanya perubahan status desa menjadi kelurahan adalah faktor letak yaitu komunikasi, transportasi dan jarak tempuh dengan pusat kegiatan pemerintahan dan pusat pembangunan. Kelurahan Tugusari sendiri merupakan ibukota kecamatan sehingga mejadikan letaknya cukup strategis. Sarana komunikasi di Kelurahan Tugusari cukup baik karena telah dijangkau oleh adanya jaringan telepon baik telepon kabel ataupun telepon nirkabel. Jarak tempuh dari Kelurahan Tugusari ke pusat


(9)

5

pemerintahan kabupaten adalah berjarak 48 Km dan untuk mencapai pusat pemerintahan propinsi berjarak 260 Km.

4. Faktor Prasarana

Prasarana yang dimiliki oleh Kelurahan Tugusari sudah cukup memadai untuk menunjang kehidupan masyarakatnya, hal ini dikarenakan di Kelurahan Tugusari terdapat fasilitas-fasilitas umum, yakni tersedianya sarana kesehatan berupa puskesmas dan posyandu, sarana peribadatan seperti masjid dan mushola, sarana komunikasi berupa kantor pos, sarana pendidikan berupa taman pendidikan Alquran, taman kanak-kanak, sekolah dasar dan pesantren, sarana olahraga berupa lapangan tempat berolahraga. Keberadaan fasilitas umum tersebut dapat mendukung kegiatan-kegiatan mayarakat di Kelurahan Tugusari.

5. Faktor Kehidupan Masyarakat

Kelurahan Tugusari berada di Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat. Jumlah penduduk pada Kelurahan Tugusari ini sebanyak 6.184 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1.425 dan termasuk kelurahan dengan kepadatan penduduk yang sedang. Penyebaran jumlah penduduk ini didominasi oleh masyarakat pendatang dari berbagai daerah, sehingga Kelurahan Tugusari memiliki masyarakat yang multikultur. Mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Tugusari mayoritas sebagai petani dan pedagang/wiraswasta. Sektor perekonomian yang berjalan adalah berupa agrobisnis yaitu berupa jual beli hasil pertanian dan perkebunan.


(10)

6

6. Faktor Sosial Budaya

Jika ditinjau dari segi faktor sosial dan budaya, di Kelurahan Tugusari memiliki berbagai keragaman. Keragaman ini dapat dilihat dari adanya berbagai suku yang terdapat di kelurahan ini dan hidup secara berdampingan. Kehidupan sosial yang berkembang di masyarakat Kelurahan Tugusari juga berjalan dengan baik, ditandai dengan tidak pernah terjadi konflik antar suku di dalam kehidupan bermasayarakat. Di Kelurahan Tugusari juga masyarakatnya mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan budaya, berupa pengembangan kelompok kesenian. Kelompok kesenian berupa pengembangan tari-tarian tradisional dan kesenian daerah lainnya.

Berlakunya peraturan daerah tersebut maka telah terjadi perubahan yang sangat mendasar pada satuan unit kerja terbawah yaitu kelurahan serta pada struktur organisasi dan tata kerja pemerintahan. Ditetapkannya status desa menjadi kelurahan maka kewenangan desa sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang berhak mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat telah berubah menjadi wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten di bawah kecamatan. Kebijakan untuk merubah status desa menjadi kelurahan tersebut pasti akan menimbulkan dampak yang bersifat positif atau negatif, artinya dampak yang diharapkan dan dampak yang tidak diharapkan. Dampak yang terjadi dapat dinilai dengan membandingkan antara kondisi sebelum perubahan dan setelah perubahan status tersebut.


(11)

7

Dampak perubahan status desa menjadi kelurahan tersebut dilihat terhadap kegiatan pembangunan yang berlangsung di Kelurahan Tugusari. Pembangunan tersebut berupa pembangunan fisik yang antara lain meliputi: 1. Pembangunan jalan dan jembatan;

2. Pembangunan tempat ibadah; 3. Pembanguanan pasar dan

4. Pembangunan fasilitas umum lainnya.

Menurut Kagungan dan Tresiana (2004:60), pembangunan fisik adalah: “Pembangunan sarana dan prasarana, seperti tempat-tempat ibadah, sekolah, jalan, jembatan, irigasi, waduk-waduk, bendungan dan lain-lain. Pembangunan non fisik menjadi aspek strategis guna membentuk daerah potensial dan berdaya saing tinggi. Pembangunan non fisik dilakukan melalui peningkatan potensi sumber daya manusia seperti pendidikan, kesehatan dan sosial budaya”.

Pada dasarnya pembangunan pada tingkat kelurahan memegang peranan yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan bersinergi terhadap pembangunan daerah, hal tersebut terlihat melalui program pembangunan yang dirancang pemerintah daerah, tentunya berlandaskan pemahaman bahwa kelurahan sebagai kesatuan geografis terdepan yang merupakan tempat sebagian besar penduduk bermukim. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis dalam hal ini terdorong untuk mengkaji lebih dalam dan memfokuskan pada bagaimana dampak yang ditimbulkan terhadap kondisi pembangunan di Kelurahan Tugusari setelah adanya perubahan status desa menjadi kelurahan.


(12)

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah sebagai fokus penelitian ini adalah ”bagaimana dampak dari perubahan status desa menjadi kelurahan terhadap pembangunan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat ?’’

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis dampak perubahan status desa menjadi kelurahan terhadap pembangunan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat.

D. Kegunaan Penelitian a. Secara Akademis

Secara akademis kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumbangan bagi perkembangan studi ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan kajian mengenai dampak perubahan status desa menjadi kelurahan terhadap pembangunan.

b. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini sebagai bahan koreksi, referensi dan evaluasi untuk para peneliti lain yang hendak melakukan penelitian dalam topik yang sejenis mengenai dampak perubahan status desa menjadi kelurahan terhadap pembangunan.


(13)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab hasil dan pembahasan mengenai dampak perubahan status desa menjadi kelurahan terhadap pembangunan di Kelurahan Tugusari maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa perubahan status desa menjadi kelurahan tidak berdampak negatif terhadap proses perencanaan pembangunan yang dilaksanakan di Kelurahan Tugusari karena proses perencanan pembangunan masih dilakukan melalui proses musyawarah rencana pembangunan (MUSRENBANG).

2. Perubahan status desa menjadi kelurahan berdampak negatif terhadap pelaksanaan pembangunan di Kelurahan Tugusari karena mengalami penurunan dibandingkan saat masih menjadi desa.

3. Perubahan status desa menjadi kelurahan telah menimbulkan dampak negatif terhadap hasil pencapaian pembangunan di Kelurahan Tugusari. Hasil pencapaian pembangunan setelah berubah status menjadi kelurahan saat ini mengalami penurunan dibandingkan saat masih berstatus menjadi desa.


(14)

65

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat penulis kemukakan beberapa saran yang dianggap perlu untuk mengatasi menurunnya kondisi pembangunan akibat perubahan status desa menjadi kelurahan, yaitu sebagai berikut:

1. Pemerintahan Kelurahan Tugusari harus lebih aktif lagi untuk mengusulkan dan mengajukan program-program pembangunan kepada pemerintah daerah sehingga proses pembangunan di kelurahan tersebut dapat terlaksana.

2. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat diharapkan dapat memberikan bantuan berupa proyek-proyek dan program-program untuk pembangunan di Kelurahan Tugusari. Hal tersebut dimaksudkan agar pembangunan benar-benar dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.


(1)

pemerintahan kabupaten adalah berjarak 48 Km dan untuk mencapai pusat pemerintahan propinsi berjarak 260 Km.

4. Faktor Prasarana

Prasarana yang dimiliki oleh Kelurahan Tugusari sudah cukup memadai untuk menunjang kehidupan masyarakatnya, hal ini dikarenakan di Kelurahan Tugusari terdapat fasilitas-fasilitas umum, yakni tersedianya sarana kesehatan berupa puskesmas dan posyandu, sarana peribadatan seperti masjid dan mushola, sarana komunikasi berupa kantor pos, sarana pendidikan berupa taman pendidikan Alquran, taman kanak-kanak, sekolah dasar dan pesantren, sarana olahraga berupa lapangan tempat berolahraga. Keberadaan fasilitas umum tersebut dapat mendukung kegiatan-kegiatan mayarakat di Kelurahan Tugusari.

5. Faktor Kehidupan Masyarakat

Kelurahan Tugusari berada di Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat. Jumlah penduduk pada Kelurahan Tugusari ini sebanyak 6.184 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1.425 dan termasuk kelurahan dengan kepadatan penduduk yang sedang. Penyebaran jumlah penduduk ini didominasi oleh masyarakat pendatang dari berbagai daerah, sehingga Kelurahan Tugusari memiliki masyarakat yang multikultur. Mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Tugusari mayoritas sebagai petani dan pedagang/wiraswasta. Sektor perekonomian yang berjalan adalah berupa agrobisnis yaitu berupa jual beli hasil pertanian dan perkebunan.


(2)

6

6. Faktor Sosial Budaya

Jika ditinjau dari segi faktor sosial dan budaya, di Kelurahan Tugusari memiliki berbagai keragaman. Keragaman ini dapat dilihat dari adanya berbagai suku yang terdapat di kelurahan ini dan hidup secara berdampingan. Kehidupan sosial yang berkembang di masyarakat Kelurahan Tugusari juga berjalan dengan baik, ditandai dengan tidak pernah terjadi konflik antar suku di dalam kehidupan bermasayarakat. Di Kelurahan Tugusari juga masyarakatnya mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan budaya, berupa pengembangan kelompok kesenian. Kelompok kesenian berupa pengembangan tari-tarian tradisional dan kesenian daerah lainnya.

Berlakunya peraturan daerah tersebut maka telah terjadi perubahan yang sangat mendasar pada satuan unit kerja terbawah yaitu kelurahan serta pada struktur organisasi dan tata kerja pemerintahan. Ditetapkannya status desa menjadi kelurahan maka kewenangan desa sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang berhak mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat telah berubah menjadi wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten di bawah kecamatan. Kebijakan untuk merubah status desa menjadi kelurahan tersebut pasti akan menimbulkan dampak yang bersifat positif atau negatif, artinya dampak yang diharapkan dan dampak yang tidak diharapkan. Dampak yang terjadi dapat dinilai dengan membandingkan antara kondisi sebelum perubahan dan setelah perubahan status tersebut.


(3)

Dampak perubahan status desa menjadi kelurahan tersebut dilihat terhadap kegiatan pembangunan yang berlangsung di Kelurahan Tugusari. Pembangunan tersebut berupa pembangunan fisik yang antara lain meliputi: 1. Pembangunan jalan dan jembatan;

2. Pembangunan tempat ibadah; 3. Pembanguanan pasar dan

4. Pembangunan fasilitas umum lainnya.

Menurut Kagungan dan Tresiana (2004:60), pembangunan fisik adalah: “Pembangunan sarana dan prasarana, seperti tempat-tempat ibadah, sekolah, jalan, jembatan, irigasi, waduk-waduk, bendungan dan lain-lain. Pembangunan non fisik menjadi aspek strategis guna membentuk daerah potensial dan berdaya saing tinggi. Pembangunan non fisik dilakukan melalui peningkatan potensi sumber daya manusia seperti pendidikan, kesehatan dan sosial budaya”.

Pada dasarnya pembangunan pada tingkat kelurahan memegang peranan yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan bersinergi terhadap pembangunan daerah, hal tersebut terlihat melalui program pembangunan yang dirancang pemerintah daerah, tentunya berlandaskan pemahaman bahwa kelurahan sebagai kesatuan geografis terdepan yang merupakan tempat sebagian besar penduduk bermukim. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis dalam hal ini terdorong untuk mengkaji lebih dalam dan memfokuskan pada bagaimana dampak yang ditimbulkan terhadap kondisi pembangunan di Kelurahan Tugusari setelah adanya perubahan status desa menjadi kelurahan.


(4)

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah sebagai fokus penelitian ini adalah ”bagaimana dampak dari perubahan status desa menjadi kelurahan terhadap pembangunan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat ?’’

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis dampak perubahan status desa menjadi kelurahan terhadap pembangunan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat.

D. Kegunaan Penelitian

a. Secara Akademis

Secara akademis kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumbangan bagi perkembangan studi ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan kajian mengenai dampak perubahan status desa menjadi kelurahan terhadap pembangunan.

b. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini sebagai bahan koreksi, referensi dan evaluasi untuk para peneliti lain yang hendak melakukan penelitian dalam topik yang sejenis mengenai dampak perubahan status desa menjadi kelurahan terhadap pembangunan.


(5)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab hasil dan pembahasan mengenai dampak perubahan status desa menjadi kelurahan terhadap pembangunan di Kelurahan Tugusari maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa perubahan status desa menjadi kelurahan tidak berdampak negatif terhadap proses perencanaan pembangunan yang dilaksanakan di Kelurahan Tugusari karena proses perencanan pembangunan masih dilakukan melalui proses musyawarah rencana pembangunan (MUSRENBANG).

2. Perubahan status desa menjadi kelurahan berdampak negatif terhadap pelaksanaan pembangunan di Kelurahan Tugusari karena mengalami penurunan dibandingkan saat masih menjadi desa.

3. Perubahan status desa menjadi kelurahan telah menimbulkan dampak negatif terhadap hasil pencapaian pembangunan di Kelurahan Tugusari. Hasil pencapaian pembangunan setelah berubah status menjadi kelurahan saat ini mengalami penurunan dibandingkan saat masih berstatus menjadi desa.


(6)

65

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat penulis kemukakan beberapa saran yang dianggap perlu untuk mengatasi menurunnya kondisi pembangunan akibat perubahan status desa menjadi kelurahan, yaitu sebagai berikut:

1. Pemerintahan Kelurahan Tugusari harus lebih aktif lagi untuk mengusulkan dan mengajukan program-program pembangunan kepada pemerintah daerah sehingga proses pembangunan di kelurahan tersebut dapat terlaksana.

2. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat diharapkan dapat memberikan bantuan berupa proyek-proyek dan program-program untuk pembangunan di Kelurahan Tugusari. Hal tersebut dimaksudkan agar pembangunan benar-benar dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.


Dokumen yang terkait

DAMPAK PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (STUDI KASUS DI KELURAHAN URANG AGUNG KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO)

0 8 2

Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan di Kabupaten Bandung

0 4 12

PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN PANARAGAN JAYA KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

0 8 64

IMPLIKASI ATAS PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN TERHADAP BIROKRASI PUBLIK DI KABUPATEN SRAGEN

0 6 75

IMPLEMENTASI PERSYARATAN PERUBAHAN DARI STATUS DESA MENJADI KELURAHAN Implementasi Persyaratan Perubahan Dari Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Berdasarkan Peraturan Menteri dalam N

0 2 15

IMPLEMENTASI PERSYARATAN PERUBAHAN DARI STATUS DESA MENJADI KELURAHAN Implementasi Persyaratan Perubahan Dari Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Berdasarkan Peraturan Menteri dalam N

0 1 15

Kajian Strategi Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) Di Kelurahan Tugusari Kabupaten Lampung Barat.

1 1 17

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERUBAHAN STATUS DARI DESA MENJADI KELURAHAN DILIHAT DARI STATUS TANAH KAS DESA DAN APARAT PEMERINTAH DESA ( Studi Kasus di Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali ).

0 0 16

Perda No. 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan

0 0 7

PENGARUH PERUBAHAN ORGANISASI TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI KELURAHAN DI KOTA BANJAR (Studi Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan) - repo unpas

0 0 20