DETERMINAN TINGKAT LITERASI KEUANGAN PELAKU UMKM PEREMPUAN DI KABUPATEN MEMPAWAH KALIMANTAN BARAT

(1)

DETERMINAN TINGKAT LITERASI KEUANGAN PELAKU UMKM PEREMPUAN DI KABUPATEN MEMPAWAH KALIMANTAN BARAT

DETERMINANTS OF THE LEVEL OF FINANCIAL LITERACY OF WOMEN IN MICRO SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES IN

MEMPAWAH REGENCY WEST KALIMANTAN

Oleh :

DELLA CAHAYA KAMILA 20130430333

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

i

DETERMINAN TINGKAT LITERASI KEUANGAN PELAKU UMKM PEREMPUAN DI KABUPATEN MEMPAWAH KALIMANTAN BARAT

DETERMINANTS OF THE LEVEL OF FINANCIAL LITERACY OFWOMEN IN MICRO SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES IN

MEMPAWAH REGENCY WEST KALIMANTAN SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

DELLA CAHAYA KAMILA 20130430333

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

ii

PERNYATAAN Dengan ini saya ,

Nama : Della Cahaya Kamila Nomor Mahasiswa : 20130430333

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “DETERMINAN TINGKAT LITERASI KEUANGAN PELAKU UMKM PEREMPUAN DI KABUPATEN MEMPAWAH KALIMANTAN BARAT “ tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 6 Februari 2017


(4)

iii MOTTO

Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Imran :126)

Berangkat dengan penuh keyakinan. Berjalan dengan penuh keikhlasan. Istiqomah dalam dalam berusaha. YAKIN, IKHLAS,

ISTIQOMAH.

Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka

bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi.

(Ernest Newman)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka

menyerah

Saat-saat yang luar biasa sulit dalam perjuangan adalah pertanda bahwa kesuksesan sudah mendekat


(5)

iv

PERSEMBAHAN Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang senantiasa melimpahkan segala nikmat, rahmat, karunia serta hidayah-Nya,

sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Dengan kerendahan hati yang tulus dan penuh dengan rasa syukur ku persembahkan skripsi ini untuk :

Ayahanda dan Ibunda

Orang yang sangat ku sayangi dan banggakan, selalu menjadi motivator, selalu memberikan doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang tiada tara, hingga aku selesai dalam studi sarjanaku. Karya sederhana ini salah satu bentuk baktiku kepada Bapak dan Ibu. Semoga senantiasa diberikan nikmat,

kesehatan dan selalu dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Amin.

Ranggi Firdauzi dan Mia Kurnia Sari, kedua saudara yang selalu memberikan doa, semangat dan perhatian, semoga selalu bisa menjadi

kebanggaan Bapak dan Ibu. Amin.

Ini adalah hasil usaha dan perjuanganku selama aku di tanah rantau, dengan tekad dan semangat yang tangguh demimencapai gelar Sarjana.


(6)

v

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar, meskipun masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Rasulullah Muhammad SAW, yang telah berjuang membawa umat islam dari zaman kegelapan ke zaman serba berpengetahuan seperti sekarang ini.

Suatu kebahagiaan serta rasa syukur bagi peneliti yang akhirnya telah menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Semuanya tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dukungan serta semangat yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Terutamanya Ibu Dr. Endah Saptutyningsih,M.Si. Selaku pembimbing dalam penyusunan skripsi ini.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu dalam proes pnyusunan skripsi ini, yaitu :

1. Bapak Dr. Nano Prawoto, M.Si. selau Dekan Fakultas Ekonomi yang telah mengesahkan secara resmi skripsi ini.

2. Bapak Dr. Imammudin Yuliadi, M.Si. selaku Kaprodi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.


(7)

vi

3. Ibu Dr. Endah Saptutyningsih, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, masukan dan saran yang berguna bagi kesempurnaan penelitian ini.

4. Seluruh staf dosen Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah menyalurkan ilmu, dan membantu dalam memfasilitasi kelancaran proses penelitian ini. 5. Bapak dan Ibu (Dedy Mulyadi dan Nurhayati), dan kedua saudara (Ranggi

Firdauzi dan Mia Kurnia Sari) yang sangat penulis sayangi dan banggakan, selalu menjadi motivator terampuh, selalu memberikan doa, semangat, masukan yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Keluarga besar yang selalu memberikan masukan positif kepada penulis. 7. Sahabat-sahabat seangkatan dan seperjuangan (Konco Kentel) , Bupey,

Bujes, Ical, Kipok, Mbak Ca, Mbak Tina, Om Awi, Papi Cello, Yanyun, yang selalu jadi sahabat dengan paket komplit. Sahabat dari awal sampai akhir perkuliahan. Susah senang dijalani bersama. Terimakasih telah menjadi tempat curhat, telah membantu dalam berbagai hal, memberikan masukan, semangat, ide-ide cemerlang sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Sahabat (Para Makcik), Cik Azmi, Cik Ezza, Cik Fit, Mang Febby, yang selalu menjadi sahabat dalam susah maupun senang.

9. Seluruh teman-teman Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan angkatan 2013, yang telah membantu selama masa


(8)

vii

perkuliahan, teman berdiskusi, dan memberikan masukan dalam penyelesaikan skripsi ini.

10.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan melimpahkan rahmat -Nya kepada kita semua. Amin.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 6 Februari 2017


(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Landasan Teori ... 17

1. Sistem Keuangan Keuangan (Financial System) ... 17

2. Lembaga-Lembaga Keuangan ... 17

3. Literasi Keuangan (Financial Literacy) ... 21

a. Pengertian Literasi Keuangan (Financial Literacy) ... 21

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Literasi Keuangan ... 23

c. Kategorisasi Literasi Keuangan ... 24

4. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ... 25


(10)

ix

b. Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ... 27

B. Penelitian Terdahulu ... 28

C. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 33

D. Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 35

A. Objek Penelitian ... 35

B. Jenis Data ... 35

C. Teknik Pengambilan Sampel... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Definisi Operasional... 38

F. Metode Analisis ... 40

G. Alat Analisis Data ... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 45

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45

1. Profil Pemerintah Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat ... 45

2. Perkembangan UMKM di Kabupaten Mempawah ... 48

3. Hasil Penyebaran Kuisioner ... 53

4. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 53

5. Aspek Penilaian Tingkat Literasi Keuangan Terhadap Pelaku UMKM Perempuan Kabupaten Mempawah ... 59

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Analisis Statistik Tingkat Literasi Keuangan di Kabupaten Mempawah ... 67

1. Uji Validitas ... 67

2. Uji Reliabilitas ... 68

3. Uji Model Fit (Overasll Model Fit Test) ... 70

4. Uji Kelayakan Model Regresi ... 71

5. Uji Koefisien Determinasi ... 72

6. Uji Klasifikasi Model Analisis ... 73

7. Estimasi Parameter ... 74


(11)

x

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 85 A. Kesimpulan ... 85 B. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1.Tingkat Literasi Keuangan Penduduk Indonesia 2013. ... 3

Tabel 1.2.Data Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia 2012-2013 ... 5

Tabel 1.3.Data Pengusaha UMKM Perempuan Indonesia 2012 ... 7

Tabel 1.4.Data Perkembangan Jumlah UMKM di Kalimantan Barat ... 10

Tabel 1.5.Data Perkembangan Jumlah UMKM Kabupaten Mempawah 2009-2015 ... 11

Tabel 1.6.Data Jumlah UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah 2012-2014 ... 12

Tabel 4.1.Data Kabupaten/Kota Kalimantan Barat... 46

Tabel 4.2.Perbatasan Kabupaten Mempawah ... 47

Tabel 4.3.Data Kecamatan dan Luas Wilayah Kecamatan ... 47

Tabel 4.5.Hasil Penyebaran Kuisioner ... 53

Tabel 4.6.Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54

Tabel 4.7.Karakteristik Berdasarkan Usia Usaha ... 55

Tabel 4.8.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha ... 56

Tabel 4.9.Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Usaha ... 56

Tabel 4.10.Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 57

Tabel 4.11.Karakteristik Responden Berdasarkan Akun Rekening ... 58

Tabel 4.12.Aspek Penilaian Pengetahuan Dasar Keuangan Pada Pelaku UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat ... 60

Tabel4.13.Aspek Penilaian Pengetahuan Laporan Keuangan Pada Pelaku UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat ... 62

Tabel4.14.Aspek Penilaian Manajemen Keuangan Pelaku UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat ... 64

Tabel 4.15.Aspek Penilaian Manajemen Kredit/Pembiayaan dan Utang Pada Pelaku UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat ... 66

Tabel 4.16.Aspek Penilaian Pengetahuan dalam Perencanaan Keuangan Masa Depan Pada Pelaku UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat ... 67

Tabel 4.17.Aspek Penilaian Manajemen Resiko Pada UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat ... 68

Tabel 5.1.Hasil Uji Validitas ... 69

Tabel 5.2.Hasil Uji Reliabilitas ... 70

Tabel 5.3.Hasil Uji Keseluruhan Model ... 71


(13)

xii

Tabel 5.5.Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 73 Tabel 5.6.Klasifikasi Model Analisis ... 74 Tabel 5.7.Estimasi Parameter ... 75


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Kerangka Pemikiran. ... 33 Gambar 4.1.Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil Kabupaten Mempawah

Kalimantan Barat 2009-2015 ... 48 Gambar 4.2.Perkembangan Usaha Menengah Kabupaten Mempawah Kalimantan

Barat 2009-2015 ... 49 Gambar 4.3.Perbandingan Perkembangan Jumlah Usaha Miro dan Kecil dan

Usaha Menengah Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat 2009-2015 ... 51 Gambar 4.4.Perkembangan UMKM Prempuan di Kabupaten Mempawah


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Hasil Rekap Data

Lampiran 2 : Hasil Uji Validitas Lampiran 3 : Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 4 : Hasil Uji Model Fit (Overall Model Fit Test) Lampiran 5 : Hasil Uji Kelayakan Model Regresi

Lampiran 6 : Hasil Uji Koefisen Determinasi Lampiran 7 : Hasil Uji Klasifikas Model Analisis Lampiran 8 : Hasil Uji Estimasi Parameter Lampiran 9 : Kuesioner


(16)

(17)

(18)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan tingkat literasi keuangan terhadap pelaku UMKM perempuan di kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Subjek dalam penelitian ini adalah para pelaku UMKM perempuan di kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 100 responden yang dipilih dengan menggunakan metode Simple randomsampling. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi logistik. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa usia usaha, tingkat pendidikan dan akun rekening masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat literasi keuangan pada pelaku UMKM perempuan di kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Sedangkan usia pelaku UMKM, jenis usaha, kategori usaha tidak berpengaruh terhadap tingkat literasi keuangan pada pelaku UMKM perempuan di kabupaten Mempawah Kalimantan Barat.

Kata kunci : Literasi Keuangan, UMKM, Regresi Logistik, Kabupaten Mempawah

ABSTRACT

This study aims to analyze the determinants of financial literacy against perpetrators of Micro, Small and Medium Enterprises of women in the course of Mempawah regency West Kalimantan. The subject in this study are the perpetrators of Micro, Small and Medium Enterprises of women in the course of Mempawah regency West Kalimantan. In this study the sample amounted to 100 respondents were selected using a simple random sampling method. This study uses regression logistic analysis tools.

The results of this study has done that age of business, level of education and banking account each significant and positive effect toward the level of financial literacy at perpetrators of Micro, Small and Medium Enterprises of women in the course of Mempawah regency West Kalimantan. While the age of perpetrators of Micro, Small and Medium Enterprises, type of business, business category does not affect the level of financial literacy at perpetrators of Small Medium Enterprises of women in the course of Mempawah regency West Kalimantan.

Keywords : Financial Literacy, Micro, Small and Medium Enterprises, Regression Logistic, Mempawah Regency.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Literasi keuangan (financial literacy) telah menjadi perhatian khusus di berbagai negara dalam beberapa tahun belakangan ini, hal ini dikarenakan setiap negara berkeinginan untuk membentuk cara berpikir penduduknya agar memiliki pola pikir keuangan yang baik dan berkualitas dalam mengelola keuangan. Dengan demikian, diharapkan mampu membawa dampak positif terhadap roda perekonomian negara itu sendiri.

Di Indonesia literasi keuangan telah menjadi salah satu fokus kebijakan pemerintah dan lembaga keuangan. Terdapat kekhawatiran bahwa masyarakat cenderung kurang memahami konsep keuangan dan tidak memiliki pengetahuan untuk mengelola dan membuat keputusan keuangan dimasa yang akan datang. Dengan adanya perhatian khusus terhadap literasi keuangan ini diharapkan masyarakat lebih berpengetahuan, berkemampuan dan memiliki keterampilan dalam mengelola dan membuat keputusan keuangan dengan baik, sehingga dapat memberikan kontribusi pada kestabilan sistem keuangan dan dapat mengurangi kerentanan pada sistem keuangan di Indonesia.


(20)

Literasi keuangan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengetahuan atau kemampuan dalam mengelola keuangan pribadi (Chen dan Volpe (1998). Literasi keuangan berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mengelola dan melakukan perencanaan terhadap keuangan.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perencanaan keuangan adalah cara menjalani kehidupan saat ini sesuai dengan kemampuan keuangan (secara sederhana) dan merancang kehidupan masa depan yang lebih sejahtera. Lemahnya tingkat literasi keuangan sesorang dan kurangnya pengetahuan akan pengelolaan keuangan yang baik akan berdampak pada penggunaan layanan jasa keuangan, hal ini disebabkan karena adanya hambatan akses ke lembaga keuangan, sehingga ini akan memepermudah seseorang untuk dipengaruhi oleh penjual produk keuangan lain yang tidak termasuk dalam lembaga keuangan resmi. Hal tersebut tentunya dapat menghambat proses pembangunan perekonomian negara.

Menurut Wibowo (2014) salah satu penyebab kurangnya kesejahteraan masyarakat di Indonesia yaitu dikarenakan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia yang masih rendah. Berdasarkan survei nasional literasi keuangan Indonesia yang dilakukan pada tahun 2013, diketahui bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat indonesia yang tergolong well literate yaitu hanya sebesar 21,8%, sufficient literate sebesar 75,69%, less literate sebesar 2,06% dan not literate sebesar 0,14%, dengan tingkat penggunaan produk dan jasa keuangan (inklusi) sebesar 59,7%.


(21)

TABEL 1.1

Tingkat Literasi Keuangan Penduduk Indonesia, 2013

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, 2013

Sedangkan menurut laporan Bank Indonesia pada bulan Juli 2014 (www.bi.go.id) menyebutkan bahwa 49% dari masyarakat Indonesia sudah memiliki akses yang cukup baik terhadap lembaga keuangan, artinya hanya sebagian penduduk Indonesia yang memiliki pengetahuan keuangan yang baik terutama dalam sektor perbankan. Namun hasil ini masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara Asia lainya. Seperti Malaysia misalnya, 65% dari total penduduknya, Singapura 98% dan Thailand 73%, India 55%, China 65%, Filipina 75%, dan Pakistan 85%. Selain itu hampir 100% penduduk dari Malaysia dan Thailand memiliki akun di bank, sementara Indonesia hanya memiliki 41%, (Muat,dkk., 2014).

Berdasarkan angka indeks tersebut mencerminkan bahwa masyarakat Indonesia dalam hal literasi keuangan masih rendah, dan kurang dari separuh penduduk Indonesia belum mengakses produk dan jasa keuangan. Dalam hal ini pemerintah perlu berupaya untuk memupuk dan meningkatkan literasi keuangan masyarakat mulai dari usia dini hingga dewasa, salah satu cara yang bisa dilakukan yaitu dengan melalui pendidikan keuangan (financial Education).

NO INDEKS LITERASI KEUANGAN %

1 Well Literate 21,84

2 Sufficent Literate 75,69

3 Less Literate 2,0

4 Not Literate 0,41


(22)

Pendidikan keuangan adalah proses pembelajaran atau pembekalan yang dilakukan yang bertujuan untuk memacu individu agar lebih mengerti dalam pengelolaan keuangan dan memiliki perencanaan keuangan dimasa depan dengan baik sehingga berdampak pada kesejahteraan (Nababan dan Sadalia, 2011).

Pendidikan keuangan di Indonesia masih menjadi hal serius yang harus diperhatikan dan ditindaklanjuti, meskipun dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah membentuk program Strategi Nasional Keuangan Indonesia (SNLKI) sebagai upaya dalam peningkatan literasi keungan bagi anak sejak usia dini. Akan tetapi upaya tersebut tidak membuahkan hasil yang baik dan masih perlu adanya perhatian lebih dari pemerintah. Adapun negara-negara yang saat ini sedang gencar-gencarnya memberikan pendidikan literasi keuangan kepada masyarakatnya terutama kepada para pelajar dan mahasiswa dengan harapan generasi muda di negara tersebut memiliki literasi keuangan yang lebih baik dan meningkat yaitu Amerika Serikat, Kanada, Jepang, dan Australia ( Nababan dan Sadalia, 2011).

Pemahaman akan literasi keuangan sangat diperlukan bagi setiap individu agar dapat mengelola dan merencanakan keuangannya. Begitu pula bagi para pelaku usaha khususnya bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Di Indonesia UMKM merupakan salah satu sektor yang berperan sebagai penopang perekonomian negara yang tidak bisa di kesampingkan begitu saja, hal ini dikarenakan UMKM memiliki daya tahan yang cukup tinggi. Hal ini terbukti pada saat terjadi krisis ekonomi pada


(23)

tahun 1998 hingga krisis keuangan global pada tahun 2007-2008, UMKM mampu menunjukkan eksistensinya dengan tetap survive dalam menghadapi guncangan perekonomian dunia. Perkembangan data UMKM dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.2

Data Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia Tahun 2012-2013

No Indikator Tahun

2012 Tahun 2013 Perkembangan Tahun 2012-2013 (%) 1 Unit Usaha 56.543.592 57.895.721 1.361.129 2.41

Usaha Mikro kecil &

Menegah 56.534.592 57.895.721 1.361.129 2.41 - Usaha Mikro 55.856.176 57.189.393 1.133.217 2.39 - Usaha Kecil 629.418 654.222 24.803 3.94 - Usaha Menengah 48.997 5.066 3.110 6.35 2 Tenaga Kerja 107.657.509 114.144.082 6.873.090 6.03

Usaha Mikro Kecil &

Menegah 107.657.509 114.144.082 6.873.090 6.03 - Usaha Mikro 99.859.517 104.624.466 4.764.949 4.77 - Usaha Kecil 4.535.970 5.570.231 1.034.262 22.8 -Usaha Menengah 3.262.023 3.949.385 687.363 21.8 Sumber : Departemen Koperasi, 2013

Berdasarkan data Departemen Koperasi (Depkop) tahun 2012-2013 menunjukan bahwa jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 56.534.592 unit dengan total penyerpan tenaga kerja sebesar 107.567.509 orang. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah UMKM di Indonesia sebesar 57.589.721 unit dengan total penyerapan tenaga kerja sebesar 114.144.082 orang. Data tersebut menunjukan bahwa peningkatan jumlah UMKM dari tahun 2012-2013 sebesar 2,41% dan penyerapan tenaga kerja sebesar 6,03%.


(24)

Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukan bahwa jumlah pelaku ekonomi mengalami peningkatan. Akan tetapi peningkatan jumlah UMKM yang signifikan ini tidak didukung dengan kualitas pendidikan dan pengetahuan para pelaku usahanya dalam pengelolaan dan perencanaan keuangan (literasi keuangan), sehingga masih banyak UMKM yang kurang produktif hal ini dikarenakan rendahnya pengetahuan akan pengelolaan dan perencanaan keuangan (literasi keuangan) yang dimiliki oleh para pelaku usaha. Para pelaku UMKM wajib mengerti tentang pengelolaan dan prencanaan keuangan sehingga kelak dapat bermanfaat dalam proses pengembangan usahanya, oleh karena itu literasi keuangan sudah menjadi hal mutlak yang harus dipahami oleh pelaku UMKM (Cahyono, 2012).

Menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menegah pada 2011 terdapat 52 juta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang 60% dari totalnya melibatkan pekerja perempuan. UMKM merupakan salah satu sektor yang sangat membantu dalam ketahanan perekonomian negara, hal ini dikarenakan UMKM mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Akan tetapi, literasi keuangan yang dimiliki pelaku UMKM khususnya wanita masih terbilang rendah. Hal ini perlu perhatian khusus agar para pelaku usaha perempuan dalam skala UMKM dapat juga meningkatkan kecerdasannya akan perencanaan keuangan dan dapat menikmati layanan jasa perbankan sesuai kebutuhan mereka. Layanan perbankan yang dapat membantu para pengusaha UMKM antara


(25)

lain: pemberian kredit untuk modal kerja dan juga layanan perbankan lainnya (Purnomo, 2011).

Laporan Bank Dunia 2012 menunjukan bahwa kesetaraan gender penting dalam proses peningkatan literasi keuangan. Dampak pemberdayaan perempuan dalam ekonomi sangatlah penting bagi pertumbuhan ekonomi karena hal ini merupakan cara yang cerdas secara ekonomi. Jika perempuan dapat diberdayakan secara ekonomi, ini akan membantu pengentasan kemiskinan. Di Indonesia kontribusi perempuan sebagai pengusaha khususnya pengusaha UMKM sudah cukup lama berkembang, dimana dapat dilihat dari jumlah pengusaha UMKM Perempuan di Indonesia pada tahun 2012 totalnya mencapai 60% dari total pengusaha UMKM, seperti dibuktikan pada data berikut:

Tabel 1.3

Data Pengusaha UMKM Perempuan Indonesia

Sumber: IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia), 2012

Dari Tabel 1.3 dapat dijelaskan bahwa jumlah pelaku UMKM Perempuan sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat yang mana jumlahnya telah mencapai 60% dari jumlah UMKM secara keseluruhan. Dalam hal kategori usaha UMKM Perempuan terdiri dari 85% usaha mikro, 13% Usaha menengah, dan 2 % usaha besar.

Jumlah Pengusaha UMKM Perempuan di Indonesia

60% dari total pengusaha UMKM

Kategori Usaha

- 85% Usaha Mikro - 13% Usaha Menengah - 2% Usaha Besar


(26)

Dengan melihat perkembangan UMKM Perempuan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari intervensi pemerintah untuk lebih melirik, membina serta mendukung para pengusaha perempuan terutama dalam skala UMKM agar eksistensinya tetap diakui dan lebih meningkat. Pengusaha perempuan di Indonesia perlu mendapat dukungan modal dari lembaga keuangan (perbankan) untuk dapat mengembangkan dan membantu kelancaran usahanya. Menurut International Finance Corporation (IFC), hal ini sebagai potensi bagi lembaga keuangan (perbankan) dan menjadikannya target pemasaran produk pembiayaan. Berdasarkan data IFC, perempuan memiliki potensi untuk menghasilkan hubungan perbankan yang berkelanjutan dan menguntungkan. Hampir 90% pengusaha UMKM perempuan, modal usahanya berasal dari modal mereka sendiri. IFC mendorong perbankan untuk mengembangkan produk khusus bagi wirausaha perempuan (Kementerian Koperasi dan UKM, 2012).

Perhatian kepada pengusaha perempuan juga ditunjukkan dengan cara meningkatkan kualitas produk dan layanannya bagi nasabah dari kaum hawa ini (Kementerian Koperasi dan UKM, 2012). Perempuan merupakan pasar yang sangat potensial bagi bank komersial, mengingat masih banyak di antaranya yang belum terlayani oleh akses perbankan. Pihak perbankan dapat memperluas akses dan fasilitas bagi UMKM bagi para pengusaha perempuan dengan melakukan pemberian kredit untuk memperluas usaha.


(27)

Melihat hal ini maka peneliti merasa tertarik dan merujuk pada beberapa hasil studi empiris terdahulu untuk melakukan penelitian tentang determinan tingkat literasi keuangan pelaku UMKM perempuan, adapun UMKM perempuan yang akan dilakukan penelitian yaitu UMKM perempuan yang berada di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

UMKM di Kalimantan Barat jika dilihat dari jumlahnya sudah berkembang dengan pesat yang mana terbukti bahwa pada tahun 2009 jumlah UMKM di Kalimantan Barat mencapai 61.793 unit, pada tahun 2010 mengalami kenaikan dan berjumlah 93.746 unit, selanjutnya pada tahun 2011 mengalami sedikit penurunan yaitu menjadi 72.117 unit, kemudian pada tahun 2012 kembali mengalami peningkatan yaitu berjumlah 77.059 unit, selanjutnya pada tahun 2013 meningkat dengan jumlah 89.287 unit, selanjutnya pada tahun 2014 kembali meningkat dan berjumlah 107.515 unit, dan pada tahun 2015 berjumlah 108.006 unit. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan data berikut :


(28)

Tabel 1.4

Data Perkembangan Jumlah UMKM di Kalimantan Barat

Sumber : Dinas Koperasi UMKM Provinsi Kalimantan Barat, 2015

Dari Tabel 1.4 dapat disimpulkan bahwa jumlah UMKM Di Kalimantan barat mengalami fluktuasi yang terus menerus. Kondisi tersebut juga dialami oleh UMKM di Kabupaten Mempawah yang mana dapat dilihat pada data berikut :

NO KABUPATEN

/KOTA

TAHUN

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Kota Pontianak 5.625 5625 3.577 2240 4407 4407 5767

2 Kabupaten

Mempawah 3762 4122 1997 1997 2094 4135 3135

3 Kota Singkawang 3529 4117 3689 3689 3695 3695 3701

4 Kabupaten Sambas 5905 6838 4242 7987 8038 8652 8743

5 Kabupaten

Bengkayang 12563 7903 11653 12653 12653 12653 12871

6 Kabupaten Landak 2471 15900 15900 15900 25584 24984 25436

7 Kabupaten Sekadau _ 107 874 860 860 1993 1977

8 Kabupaten Sanggau _ 5545 5545 5545 5545 5873 6064

9 Kabupaten Sintang 16369 31305 16372 16372 16372 24277 24074

10 Kabupaten Melawi 854 854 _ 891 1013 1583 1122

11 Kabupaten Kapuas

Hulu 7469 7463 7710 7710 7710 13693 13034

12 Kabupaten

Ketapang 962 1009 95 752 935 1015 896

13 Kabupaten Kubu

Raya 982 1656 192 192 110 284 897

14 Kabupaten Kayong

Utara 1302 1302 271 271 271 271 289


(29)

Tabel 1.5

Data Perkembangan Jumlah UMKM Kabupaten Mempawah Tahun 2009-2015

No Kategori Usaha TAHUN

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Usaha Mikro 761 1.547 1.479 1.479 1.539 2.664 1.664

2 Usaha Kecil 1.623 1.779 472 472 501 1.266 1.266

3 Usaha Menengah 1.378 796 46 46 54 205 205

Jumlah 3.762 4.122 1.997 1.997 2.094 4.135 3.135

Sumber : Dinas Koperasi UMKM Provinsi Kalimantan Barat, 2015

Dari Tabel 1.5 disebutkan bahwa pada tahun 2009 jumlah UMKM di Kabupaten Mempawah yaitu berjumlah 3.762 unit, pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 4.122 unit, selanjutnya pada tahun 2011 mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu tersisa 1.997 unit, pada tahun 2012 jumlah UMKM tidak mengalami perubahan yaitu masih berjumlah 1.997 unit, selanjutnya pada tahun 2013 jumlah UMKM mengalami kenaikan yaitu berjumlah 2.094 unit, selanjutnya pada tahun 2014 jumlah UMKM kembali mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu berjumlah 4.135 unit, dan pada tahun 2015 jumlah UMKM mengalami penurunan yaitu menjadi 3.135 unit.

Data diatas merupakan data jumlah UMKM secara keseluruhan yang ada di Kabupaten Mempawah. Sedangkan untuk jumlah UMKM Perempuan sendiri di Kabupaten Mempawah jumlahnya dalam tiga tahun terakhir ini berkembang sangat pesat, dapat dibuktikan dengan data berikut:


(30)

Tabel 1.6

Data Jumlah Pelaku UMKM Perempuan Kabupaten Mempawah

NO KATEGORI USAHA TAHUN

2012 2013 2014

1 Usaha Mikro 887 923 998

2 Usaha Kecil 283 300 759

3 Usaha Menengah 27 32 133

Jumlah 1197 1255 1890 Sumber : Dinas Koperasi UMKM Provinsi Kalimantan Barat, 2015

Dari Tabel 1.6 disebutkan bahwa jumlah pelaku UMKM Perempuan pada tahun 2012 berjumlah 1.197 unit, selanjutnya pada tahun 2013 jumlah pelaku UMKM Perempuan mengalami peningkatan yaitu berjumlah 1.255 unit, dan pada tahun 2014 kembali mengalami peningkatan yaitu berjumlah 1.890 unit.

Berdasarkan data di atas jumlah pelaku UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah sudah berkembang dengan pesat. Namun hal ini tidak didukung dengan SDM para pelaku usaha tersebut. Kondisi UMKM di Kabupaten Mempawah saat ini masih memiliki keterbatasan dengan berbagai permasalahan, baik kelembagaan usaha, maupun permodalan, yang masih merupakan faktor pembatas ruang gerak UMKM. Namun bila dipelajari permasalahan yang ada, pada dasarnya secara umum terletak pada keterbatasan SDM dari pelaku UMKM itu sendiri. Keterbatasan yang dialami tersebut diantaranya dalam permodalan, pengelolaan keuangan perusahaan, kurang mantapnya pelaksanaan manajemen keuangan, terbatasnya akses informasi dan teknologi, serta sempitnya lingkup pasar.


(31)

Seperti pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Haque dan Zulfiqar (2016), melakukan penelitian tentang literasi keuangan pada wanita

dengan judul “Women’s Economic Empowerment through Financial Literacy, Financial Attitude and Financial Wellbeing”. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa Wanita yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan memiliki usia yang sudah dewasa memiliki tingkat literasi keuangan yang baik. Tingginya tingkat literasi akan mempengaruhi kesejahteraan dan pemberdayaan wanita.

Penelitian selanjutnya yaitu yang dilakukan Fernandes, dkk. (2013), menyimpulkan bahwa usia, gender, pendapatan, tabungan dan diversifikasi resiko berpengaruh positif terhadap tingkat literasi seseorang. Almenberg and Dreber (2012), dalam penelitianya menyebutkan bahwa tingkat literasi wanita lebih rendah dibanding pria, wanita cenderung tidak berani dalam mengambil resiko dan lebih cenderung terjadi kesenjangan gender dalam partisipasi pasar saham. Lusardi (2008), menemukan bahwa pendidikan rendah dan perempuan memiliki tingkat literasi yang rendah sehingga kurang berpatisipasi dalam pasar saham dan kurang dalam perencanaan pensiun. Penelitian lainya, Amaliyah dan Witiastuty (2015), menunjukan bahwa tingkat literasi pelaku UMKM di Kota Tegal masuk dalam kategori tinggi. Gender dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat literasi UMKM di kota Tegal, dan tingkat pendapatan tidak berpengaruh terhadap tingkat literasi keuangan pada pelaku UMKM kota Tegal.


(32)

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penulis merasa sangat tertarik untuk meneliti serta merujuk pada beberapa hasil studi empiris terdahulu dengan mengingat masih terdapat permasalahan maupun kendala yang dialami oleh UMKM perempuan di Kabupaten Mempawah dalam hal SDM dalam mengelola keuangan penulis ingin mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan maupun pengetahuan para pelaku usaha dalam melakukan pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik :

“Determinan Tingkat Literasi Keuangan Pelaku UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat”


(33)

B. Rumusan Masalah

Mengingat masih banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh pelaku UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah terutama pada SDM dan pengelolaan keuangan maka akan dilakukan analisis mengenai determinan tingkat literasi keuangan pada pelaku UMKM perempuan di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

Dengan mengacu pada permasalahan yang di kemukakan diatas, maka muncul pertanyaan dalam penelitian ini sebagai berikut: “Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat literasi keuangan pada pelaku UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui pengaruh usia terhadap tingkat literasi keuangan pada

pelaku UMKM perempuan di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. 2. Untuk mengetahui pengaruh usia usaha terhadap tingkat literasi keuangan

pada pelaku UMKM perempuan di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

3. Untuk mengetahui pengaruh jenis usaha terhadap tingkat Literasi Keungan pada pelaku UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.


(34)

4. Untuk mengetahui pengaruh kategori usaha terhadap tingkat literasi keuangan pada pelaku UMKM perempuan di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

5. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat literasi keuangan pada pelaku UMKM perempuan di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

6. Untuk mengetahui pengaruh akun rekening terhadap tingkat literasi keuangan pada pelaku UMKM perempuan di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai penelitian dan saran dalam mengambil sebuah keputusan atau kebijakan dalam meningkatkan potensi maupun eksistensi para pelaku UMKM khususnya pelaku usaha perempuan.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini bagi masyarakat khususnya para pelaku UMKM perempuan dapat dijadikan solusi untuk meningkatkan pemahaman akan literasi keuangan atau melek finansial.

3. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau pembanding untuk penelitian berikutnya.


(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Sistem Keuangan (Financial System)

Sistem keuangan terdiri dari institusi-institusi dalam perekonomian yang membantu dalam memcocokan tabungan seseorang dengan investasi orang lain. Tbungan dan investasi adalah unsur penting dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Ketika suatu negara menyimpan bagian yang besar dari PDB nya, maka sumberdaya pun lebih banyak tersedia untuk diinvestasikan dalam bentuk modal, sedangkan modal yang lebih besar menaikan produktivitas dan standar hidup negara tersebut.

2. Lembaga-lembaga Keuangan

Pada tingkat yang lebih luas, sistem keuangan memindahkan sumberdaya ekonomi langka dari penabungkepada peminjam. Penabung menyimpan karena berbagai alasan diantaranya persiapan dana pendidikan anak, tabungan saat pensiun (simpanan hari tua), tabungan masa depan. Begitu juga dengan peminjam, mereka meminjam karena berbagai alasan diantaranya untuk modal usaha, perluasan usaha, dan lain-lain.

Sistem keuangan disusun oleh beragam lembaga keuangan yang membantu dalam mengoordinasikan penabung dan peminjam. Lembaga


(36)

keuan gan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu pasar keuangan dan perantara keuangan.

a. Pasar Keuangan (financial Markets)

Pasar keuangan (financial markets) adalah lembaga tempat dimana orang yang ingin menyimpan dapat secara langsung menyediakan dana kepada orang yang ingin meminjam. Dua pasar kauangan yang paling penting dalam perekonomian adalah :

 Pasar Obligasi (Bond Markets)

Obligasi (Bond) adalah surat utang yang menyatakan kewajiban-kewajiban pihak peminjam kepada pihak pemegang obligasi tersebut. Sederhananya obligasi adalah sebuah instrumen utang.

 Pasar Saham

Saham adalah surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas suatu perusahaan. Jika anda membeli saham berarti anta membeli sebagian kepemilikan atas perusahaan tersebut, dan berhak atas keuntungan perusahaan dalam bentuk deviden, jika perusahaan membukukan keuntungan, maka anda juga bisa mengambil keuntungan dari naiknya harga saham tersebut dari waktu ke waktu.


(37)

b. Lembaga-lembaga Perantara Keuangan (Financial Intermediaries) Lembaga-lembaga perantara keuangan adalah lembaga keuangan tempat dimana penabung dapat secara tidak langsung menyediakan dana kepada peminjam. Istilah perantara melambangkan peran lembaga-lembaga keuangan yang berdiri antara pihak penabung dan pihak peminjam. Perantara keuangan yang sangat penting dikelompokan menjadi dua yaitu :

 Bank

Bank adalah perantara keuangan yang sangat dikenal oleh masyarakat. Tugas utama bank adalah menerima tabungan dari orang-orang yang ingin menyimpan uang dan menggunakan tabungan tersebut untuk memberikan pinjaman kepada orang-orang yang ingin meminjam uang. Bank memberikan bunga kepada penabung dari tabungannya dan membebankan bunga sedikit lebih tinggi kepada peminjam dari pinjamanya. Selisih antara suku bunga yan diberikan kepada penabung dan yang diambil dari peminjam akan digunakan untuk menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pihak bank serta memberikan keuntungan bagi pemilik bank.

Selain menjadi lembaga perantara keuangan, bank memainkan peran kedua yang sangat penting bagi perekonomian yaitu bank memfasilitasi pembelian barang dan jasa dengan mengizinkan orang-orang untuk menulis cek


(38)

dari tabungannya. Dengan kata lain bank membantu dalam menciptakan aset istimewa yang dapat digunakan oleh orang-orang sebagai alat tukar.

 Reksa Dana (Mutual Fund)

Reksa dana adalah lembaga yang menjual saham kepada publik dan menggunakan hasilnya untuk membeli seleksi, portofolio, berbagai jenis saham, dan obligasi. Pemegang saham reksa dana menerima semua resiko dan hasil investasi yang berhubungan dengan potofolio. Jika nilai portofolio naik, maka pemegang saham akan memperoleh keuntungan, begitu pula sebaliknya jika nilai portofolio mengalami penurunan maka pemegang saham akan merugi.

Perekonomian yang matang terdiri atas banyaknya ragam lembaga keuangan. Selain pasar obligasi, pasar saham, bank, dan reksa dana, ada juga dana pensiun, perusahaan kredit, perusahaan asuransi, bahkan lintah darat. Untuk mengefisiensikan kegunaan dari lembaga keuangan tersebut tentunya harus didukung pengetahuan seseorang tentang lembaga keuangan maupun pengelolaan dari keuangan itu sendiri, agar dapat digunakan sebaik mungkin dan tepat guna. Pengetahuan akan keuangan (melek keuangan) disebut juga dengan istilah literasi keuangan.


(39)

3. Pengertian Literasi Keuangan (Financial literacy) a. Pengertian Literasi Keuangan

Literasi keuangan secara sederhana dapat diartikan sebagai melek keuangan. Dengan kata lain literasi keuangan juga merupakan pengetahuan tentang cara mengelola dan merancang keuangan. Literasi keuangan secara luas dapat didefinisikan sebagai pemahaman akan kondisi keungan yang dapat mempengaruhi rumah tangga dalam mengambil keputusan secara ekonomi. Sedangkan secara sempit dapat didefinisikan bahwa literasi keuangan mengedukasikan pada alat manajemen keuangan dasar seperti menabung, investasi dan asuransi (Galery, dkk. 2010).

Istilah literasi keuangan (financial literacy) mempunyai banyak definisi menurut beberapa ahli, definisi yang paling dasar literasi keuangan merupakan kemampuan dalam melakukan pengelolaan keuangan secara individu (Remund, 2010). Menurut Chen dan Volpe (1998) literasi keuangan (financial literacy) merupakan pengetahuan dalam mengelola dan mengambil keputusan keuangan pribadi. Menurut Monticone 2011, literasi keuangan adalah keterampilan seseorang dalam menggunakan pengetahuanya untuk mengelola penghasilan (kekayaan) secara efektif untuk kehidupan yang sejahtera. Selanjutnya, Garman dan Forgue (2010) menyebutkan bahwa literasi keuangan merupakan pengetahuan yang mendasari kecerdasan sesorang dalam menggunakan uang sesuai dengan prinsip,


(40)

konsep, alat teknologi dan fakta. Sedangkan, menurut Huston (2010) literasi keuangan merupakan modal yang dimiliki seseorang yang digunakan dalam kegiatan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan keuangan. Menurut Otoritas Jasa Keuangan dalam surat edaran OJK 2014 menyatakan bahwa literasi keuangan adalah proses edukasi untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan keyakinan masyarakat luas sehingga mampu mengelola keuangan dengan bijak.

Adanya literasi keuangan bertujuan untuk meniadakan segala bentuk hambatan terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan. OJK membentuk program yang bertujuan untuk meningkatkan indeks literasi keuangan di Indonesia yaitu Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI). Kerangka dasar SLNKI terdiri atas tiga pilar yaitu: (1) Edukasi dan Kampanye Nasional Literasi Keuangan, (2) Penguatan Infrastruktur Literasi Keuangan, dan (3) Pengembangan Produk dan Jasa Keuangan.

Misi dari literasi keuangan ini adalah melakukan edukasi di bidang keuangan secara cerdas, meningkatkan akses informasi dan penggunaan produk jasa keuangan melalui pengembangan infrastruktur pendukung literasi keuangan (Kusumaningtuti, 2013).

Berdasarkan definisi literasi keuangan di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan utama akan pentingnya pemahaman dan kemampuan dalam mengelola keuangan yaitu demi kesejahteraan. b. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Literasi Keuangan


(41)

Pada dasarnya tingkat literasi keuangan yang dimiliki masing-masing individu berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan faktor yang mempengaruhinya sehingga terjadi perbedaan yang signifikan antara individu satu dengan yang lain. Dalam penelitiannya Monticone (2010) menjelaskan bahwa tingkat literasi keuangan seseorang dipengaruhi oleh :

1. Karakteristik Sosio-demografi

Dalam hal ini dikatakan bahwa perempuan dan etnis minoritas memiliki pengetahuan keuangan yang rendah, dan laki-laki memiliki pengetahuan keuangan dan ekonomi makro yang baik. Hal tersebut disebabkan oleh tinggi rendahnya pendidikan yang di tempuh, akan tetapi selain pendidikan formal, kemampuan kognitif memiliki peran untuk meningkatkan pengetahuan keuangan. Jadi pada intinya, faktor-faktor yang terdapat dalam demografi yaitu meliputi etnis, gender dan kemampaun kognitif. 2. Latar Belakang Keluarga

Selain sosio-demografi dan kemampuan kognitif, literasi keuangan juga dilatar belakangi oleh keluarga seperti pendidikan orang tua terutama ibu. Jadi pendidikan yang diperoleh dari orang tua atau keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan keuangan seseorang.


(42)

3. Kekayaan

Pengetahuan keuangan merupakan modal penting manusia untuk berinvestasi jangka panjang dan merupakan bekal untuk menjalankan kehidupanya di masa sekarang dan masa yang akan datang, pengetahuan keuangan sangat dibutuhkan oleh investor guna memperoleh tingkat income yang lebih tinggi (Monticone, 2010). Oleh karena itu setiap individu yang memiliki kekayaan yang memadai harus memiliki dan menguasai pengetahuan keuangan agar dapat mengelola kekayaanya dengan baik dan seefisien mungkin.

4. Preferensi Waktu

Huston (2010) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan finansial (financial behavior) seperti kegiatan ekonomi, keluarga, teman, kemampuan kognitif individu, kebiasaan, komunitas dan institusi. Berdasarkan penjelasaan di atas dapat disimpulkan bahwa literasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu interal maupun eksternal.


(43)

c. Kategorisasi Literasi Keuangan

Didalam penelitianya Chen dan Vlope (1998) mengatakan bahwa kategori literasi keuangan dapat dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu kategori rendah (<60%), sedang (60%-80%) dan tinggi

(≥80%). Pengelompokan kategori ini berdasarkan presentase dari

jawaban responden yang benar dan beberapa jawaban yang digunakan dalam mengukur literasi keuangan individu (personal financial literacy).

2. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) a. Pengertian UMKM

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia merupakan salah satu elemen penggerak perekonomian rakyat yang tangguh dan mampu menunjukkan eksistensinya di dunia usaha. Hal ini terbukti dengan adanya pertumbuhan jumlah UMKM setiap tahunnya.

Menurut Bank Indonesia, usaha kecil adalah usaha produktif milik warga negara Indonesia yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum seperti koperasi; bukan merupakan anak perusahaan atau cabang yang dimiliki, dikuasai atau berafilisasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 200 juta per


(44)

tahun. Sedangkan usaha menengah merupakan usaha yang memiliki kriteria aset tepatnya dengan besaran yang dibedakan antara industri, manufaktur (Rp 200 juta sampai dengan Rp 500 juta) dan non manufaktur (Rp 200 juta sampai dengan Rp 600 juta).

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja sebanyak 20 sampai dengan 99 orang.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/ 1994 tanggal 27 Juni tahun 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan usaha yang mempunyai hasil penjualan atau omset per tahun yaitu setinggi-tingginya Rp 600 juta atau aset setinggi-setinggi-tingginya Rp 600 juta (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : (1) badan usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumah).

Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Menegkop dan UMKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1 miliar. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga


(45)

negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200 juta sampai dengan Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan.

b. Kriteria Usaha Kecil dan Menengah (UMKM)

Kriteria UMKM digolongkan berdasarkan asset dan omset yang dimiliki oleh sebuah usaha menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, menjelaskan bahwa : 1) Kriteria Usaha Mikro yaitu maksimal memiliki kekayaan bersih

sebesar Rp 50 juta, ini tidak termasuk bangunan dan tanah tempat usaha. Serta memiliki pendapatan tahunan maksimal Rp 300 juta. 2) Kriteria Usaha Kecil yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp

50 juta sampai dengan Rp 500 juta ini tidak termasuk bangunan dan tanah tempat usaha.Serta memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan Rp 2,5 miliar.

3) Kriteria Usaha Menengah yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai dengan Rp 10 miliar ini tidak termasuk bangunan dan tanah tempat usaha. Serta memiliki pendapatan tahunan lebih dari Rp 2,5 miliar sampai dengan Rp 50 miliar.

Selain berdasarkan Undang-undang, menurut Rahmana (2008) dalam perspektif perkembangannya kriteria Usaha Kecil dan Menengah dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :


(46)

1. Livelihod Activitie, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.

2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3. Small Dynamic Enterprice, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

4. Fast Moving Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB).

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Haque dan Zulfiqar (2016) melakukan penelitian tentang literasi

keuang pada wanita dengan judul “Women’s Economic Empowerment through Financial Literacy, Financial Attitude and Financial Wellbeing” penelitian ini menggunakan metode Non-Probability (Convenient Sampling) technique, analisis perbandingan digunakan melalui data skunder dan primer dari beberapa sumber. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa Wanita yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan memiliki usia yang sudah dewasa memiliki tingkat literasi keuangan yang baik. Tingginya tingkat literasi akan mempengaruhi kesejahteraan dan pemberdayaan wanita.


(47)

Fernandes, dkk. (2013), melakukan penelitian tentang dampak literasi keuangan dan pendidikan keuang dengan judul “The Effect of Financial Literacy and Financial Education on Downstream Financial Behaviors” penelitian ini menggunakan metode Meta- Analysis (Meta-Analysis Overview, Meta-Analysis Result). Dari penlitian ini disimpulkan bahwa usia, gender, pendapatan, tabungan dan diversifikasi resiko berpengaruh posiif terhadap tingkat literasi seseorang.

Almenberg dan Dreber (2012), melakukan penelitian dengan topik

“Gender, Stock Market Participation and Financial Literacy” penelitian ini

menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) ,dalam penelitianya menyebutkan bahwa tingkat literasi wanita lebih rendah dibanding pria, wanita cenderung tidak berani dalam mengambil resiko dan lebih cenderung terjadi kesenjangan gender dalam partisipasi pasar saham.

Lusardi, dkk. (2010), melakukan penelitian tentang literasi keuangan

dengan judul “Financial Literacy Among THE YOUNG: Evidence and

Implications for Consumer Policy” , penelitian ini menggunakan data metode

Analisis Regresi Ordinal Probit dan menggunakan data sekunder dan primer dari beberapa sumber, dari hasil penelitian ini menyebutkan bahwa kemampuan kognitif seseorang berpengaruh positif terhadap tingkat financial Literacy yang dimiliki.

Lusardi dan Mitchell (2008), telah melakukan penelitian mengenai literasi keuangan dan perencanaan keuangan masa depan, dengan judul


(48)

“Planning and Financial Literacy:How Do Women Fare”,penelitian ini menggunakan metode HRS, dengan data sekunder dan primer dari beberapa sumber, dari penelitian ini menyimpulkan bahwa wanita yang lebih tua tingkat literasi keuanganya sangat rendah. Bahkan, sebagian besar perempuan tidak melakukan perhitungan perencanaan pensiun (simpanan hari tua).

Chen dan Volpe (1998) telah melakukan penelitian tentang financial literacy mahasiswa yang berjudul “An Analysis of Personal Financial Literacy Among College Students”. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan variance analysis (ANOVA) dan logistic regression models, teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Dari penelitian ini disimpulkan bahawa Jurusan non-bisnis,wanita umur dibawah 30 tahun, mahasiswa tingkat awal dan pengalaman kerja yang rentah memiliki tingkat literasi keuangan lebih rendah.

Lusardi (2008) melakukan penelitian dengan topik “Financial

Literacy: An Essential Tool for Informed Consumer Choice?” penelitian ini

menggunakan metode Analisis Deskriptif , dari hasil penlitian ini menyebutkan bahwa pendidikan rendah dan perempuan memiliki tingkat literasi yang rendah sehingga kurang berpatisipasi dalam pasar saham dan kurang dalam perencanaan pensiun.

Steelyana (2013) telah melakukan penelitian tentang inklusi keuangan pada pelaku UMKM dengan judul “ Peran Inklusi Keuangan Terhadap


(49)

menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Analisis perbandingan dilakukan berdasarkan data sekunder dari berbagai sumber. Penelitian menyimpulkan agar inklusi keuangan dapat dijalankan secara menyeluruh di Indonesia dan dapat berdampak secara signifikan terhadap pengusaha UMKM, khususnya bagi para pengusaha perempuan.

Setiawan (2014) melakukan penelitian mengenai inklusi keuangan pada perilaku keuangan masyarakat dengan judul “Analisis Keterkaitan Inklusi Keuangan Terhadap Perilaku Keuangan Personal Masyarakat Di

Wilayah Kota dan Kabupaten Provinsi Jawa Timur”. Dalam penelitian ini

menggunakan jenis penelitian ekplanatori dengan pendekatan kuantitatif. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis indeks inklusi keuangan atau Index of Financial Inclusion (IFI). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menyebarkan angket penelitian berupa keusioner kepada masyarakat kota dan kabupaten di provinsi Jawa Timur.

Rohmah (2014) mengadakan penelitian tentang Financial Literacy

pelaku usaha mahasiswa yang berjudul “Perbedaan Financial Literacy Mahasiswa Pelaku Usaha di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Yogyakarta Berdasarkan Gender dan Kemampuan Kognitif”. Dalam

penelitiannya peneliti menggunakan metode kuantitatif dan jenis penelitian komparatif dengan metode analisis validitas dan reliabilitas, statistik deskriptif dan analisis chi square. Teknik pengumpulan data menggunakan


(50)

kuesioner dan tes yang sesuai dengan tujuan penelitian dan variabel yang akan diteliti.

Nababan dan Sadalia (2012) telah mengadakan penelitian tentang financial literacy dan financial behavior mahasiswa yang berjudul“Analisis Personal Financial Literacy dan Financial Behavior Mahasiswa Strata I

Fakultas Ekonomi Universitas Suametera Utara”. Penelitian ini

menggunakan metode kuantitatif dengan metode analisis deskriptif yaitu statistik deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket dengan penyebaran kuesioner pada mahasiswa.

Amaliyah dan Witiastuty (2015) melakukan penelitian tentang literasi

keuangan dengan judul “ Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Literasi Keuangan di Kalangan UMKM Kota Tegal “ penelitian ini menggunakan variabel gender, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan, jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tingkat literasi pelaku UMKM di Kota Tegal masuk dalam kategori tinggi. Gender dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat literasi UMKM di Kota tegal, dan tingkat pendapatan tidak berpengaruh terhadap tingkat literasi keuangan pada pelaku UMKM Kota Tegal.


(51)

C. Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat Literasi Keuangan pada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah khususnya pengusaha perempuan, untuk studi kasus penelitian ini dilakukan di Daerah Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Berikut ini adalah gambar dari kerangka pemikiran dalam penelitian ini:

Usia

+ Usia Usaha + Jenis Usaha +

TingkatLiterasi Kategori Usaha + Keuangan

Tingkat Pendidikan + Akun Rekening +

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


(52)

D. Hipotesis

Hipotesis adalah praduga atau asumsi yang harus diuji melalui data atau fakta yang diperoleh melalui penelitian (Dantes, 2012). Adapun hipotesis yang diajukan yaitu :

1. Diduga bahwa usia pelaku usaha berpengaruh positif terhadap tingkat literasi keuangan pelaku UMKM perempuan di Kabupaten Mempawah. 2. Diduga usia usaha berpengaruh positif terhadap tingkat literasi keuangan

pelaku UMKM perempuan di Kabupaten Mempawah.

3. Diduga Jenis usaha berpengaruh positif terhadap tingkat literasi keuangan pelaku UMKM perempuan di Kabupaten Mempawah.

4. Diduga Kategori usaha berpengaruh positif terhadap tingkat literasi keuangan pelaku UMKM perempuan di Kabupaten Mempawah.

5. Diduga Tingkat Pendidikan berpengaruh positif terhadap tingkat literasi keuangan pelaku UMKM perempuan di Kabupaten Mempawah.

6. Diduga akun rekening berpengaruh positif terhadap tingkat literasi keuangan pelaku UMKM perempuan di Kabupaten Mempawah.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di 9 Kecamatan di Kabupaten Mempawah yakni kecamatan Siantan, Segedong, Sungai Pinyuh, Anjongan, Mempawah Hilir, Mempawah Timur, Sungai Kunyit, Toho dan Sadaniang. Sedangkan subjek penelitian ini adalah para pelaku UMKM perempuan yang tersebar di 9 kecamatan di Kabupaten Mempawah.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan yang terkait dengan penelitian ini yakni pelaku sektor UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah dan Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM di Kabupaten Mempawah. Data primer tersebut akan diolah untuk mengetahui tingkat literasi keuangan pelaku sektor UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lembaga atau instansi, yaitu berupa data dari ininstansi pemerintah, literature, studi pustaka atau penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Perindustrian, Koperasi


(54)

dan UMKM Kabupaten Mempawah. Selain itu sumber data juga berasal dari literatur yaitu jurnal, artikel, buku, dan internet.

C. Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit atau objek analisa yang ciri-ciri karakteristiknya hendak diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah wilayah Kabupaten Mempawah dimana total populasi berjumlah 1890 UMKM perempuan.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi sebagai wakil terhadap kasus yang di selidiki. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan rumus Slovin dengan perhitungan sebagai berikut :

Keterangan : n = sampel N = Populasi


(55)

Dengan demikian jumlah sampel apabila d = 10% pada pada pelaku UMKM perempuan di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat diperoleh jumlah sebagai berikut :

= = 94,97 atau dibulatkan menjadi 100.

Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 pelaku UMKM perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa interview (wawancara), kuesioner dan studi kepustakaan.

1. Interview (wawancara) yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab langsung secara lisan terhadap reponden.

2. Teknik Kuesioner (angket) merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pernyataan tertulis atau dalam bentuk daftar pertanyaan yang terkait dengan penelitian yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan harus diisi oleh responden. Dalam penelitian ini pengumpulan data kuisioner menggunakan skala likert ini merupakan teknik yang digunakan peneliti dengan tujuan untuk memperoleh jawaban yang jelas dari responden atas pernyataan atau


(56)

pertanyaan yang diajukan, selanjutnya dijadikan rujukan untuk mengetahui tingkat literasi keuangan pada pelaku UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah.

3. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan cara membaca literatur yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam studi kepustakaan ini data diperoleh dari Dinas Prindustrian, Koperasi dan UMKM Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Prindustrian, Koperasi dan UMKM Kabupaten Mempawah, Instansi-Instansi terkait, jurnal, artikel dan buku-buku terkait.

E. Definisi Operasional

Definisi variabel yang ada di dalam penelitian ini antara lain : 1. Literasi Keuangan

Secara sederhana literasi keuangan atau melek keuangan didefinisikan sebagai pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam hal mengaplikasikan keuangan (Mitchel, 2007). Dalam penelitian ini tingkat literasi dinyatakan dengan variabel dummy, yaitu : 1 = tingkat literasi tinggi, 0 = tingkat literasi rendah.

2. Usia

Usia didefinisikan sebagai rentang hidup manusia yang diukur dengan satuan tahun.


(57)

3. Usia Usaha

Usia Usaha didefinisikan sebagai rentang waktu berdirinya usaha sejak start-up hingga saat sekarang yang diukur dengan satuan tahun. 4. Jenis Usaha

Jenis Usaha adalah segala betuk usaha yang di lakukan oleh seseorang guna memperoleh keuntungan, baik itu perdagangan (penyediaan barang) maupun penyediaan jasa. Dalam penelitian ini jenis usaha dinyatakan dengan variabel dummy, yaitu : 1 = usaha perdagangan (barang), 0 = usaha penyedia jasa.

5. Kategori Usaha

Pada penelitian ini kategori usaha dikelompokan menjadi tiga yaitu Usaha Mikro dan Kecil dan Usaha Menengah. Dalam penelitian ini kategori usaha dinyatakan dengan variabel dummy, yaitu : 1= usaha menengah, 0 = usaha mikro dan kecil.

6. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan didefinisikan sebagai tahapan pada pendidikan yang dimiiki seseorang melalui lembaga pendidikan formal yang diukur dengan satuan tahun (lama pendidikan yang ditempuh).

7. Akun Rekening

Akun rekening didefinisikan sebagai penggunaan seseorang atas jasa perbankan (kepemilikan rekening). Dalam penelitian ini akun


(58)

rekening dinyatakan dengan variabel dummy, yaitu : 1 = memiliki akun rekening, 0 = tidak memiliki akun rekening.

F. Metode Analisis Data

1. Uji Kualitas Instrumen dan Data a. Uji Validitas

Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner yang harus di hilangkan atau diganti karena dianggap tidak relevan (Umar, 2008).

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dalam sebuah penelitian dengan maksud untuk mengetahui seberapa besar tingkat keabsahan sehingga dapat menghasilkan data yang benar-benar sesuai dengan kenyataan dan dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda, pengujian ini menggunakan metode alpha.

c. Uji Model Fit (Overall Model Fit Test)

Uji Model Fit adalah uji keseluruhan model dimana uji ini dilhat dari Log Likelihood value (nilai -2LL), yaitu dengan cara membandingkan nilai -2 Log Likelihood awal (block/step 0), simana model hanya memasukan konstanta, kemudian dibandingkan dengan nilai -2 Log Likelihood terakhir (block/step 1), dimana model memasukan konstanta dan variabel bebas. Apabila nilai – 2 Log Likelihood block 0 > nilai – 2 Log Liklihood


(59)

block 1, maka hal ini menunjukan model regresi yang baik (Ghozali, 2013).

d. Uji Kelayakan Model Regresi

Dalam menilai model regresi logistik, dapat dilihat dari pengujian Hosmer and Lemeshow test. Pengujian ini dilakukan untuk menilai model yang dihipotesiskan agar data empiris cocok atau sesuai dengan model. Adapun ketentuanya adalah sebagai berikut :

 Nilai statistik Hosmer and Lemeshow test ≤ 0,05 = ditolak.

 Nilai statistik Hosmer and Lemeshow test ≥ 0,05 = diterima, artinya model mampu memprediksi nilai observasinya atau cocok dengan data.

e. Uji Koefisien Determinasi

Apabila dalam pengujian regresi linier berganda untuk menentukan besarnya variabilitas dari variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan nilai sebagai koefisien determinasi. Sedangkan pada pengujian regresi logistik digunakan sebagai koefisien determinasi adalah nilai Nagelkerke R square.

f. Uji Klasifikasi Model Analisis

Pengujian ini dilakukan untuk mengamati nilai Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test. Dari uji ini dapat dilihat


(60)

bahwa dalam setiap pengamatan untuk nilai observasi dan nilai prediksinya menunjukan hasil yang tidak terlalu jauh.

2. Teknik Analisis

Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif untuk mendapatkan gambaran tingkat literasi keuangan terhadap pelaku UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah apakah masuk dalam kategori tinggi atau rendah. Pengkategorian tersebut mengacu pada metode penyusunan interval data sebagai berikut :

Interval =

Interval =

Skor nol sampai dengan 45 akan dimasukan dalam kategori pemahaman keuangan rendah dan skor diatas 45 tergolong pemahaman keuangan tinggi. Skor dihitung dari total jawaban benar dari masing-masing responden saat menjawab pertanyaan seputar literasi keuangn (melek keuangan).


(61)

G. Alat Analisis Data

1. Analisis Regresi Logistik

Untuk menganalisis determinan tingkat literasi keuangan terhadap pelaku UMKM Perempuan di kabupaten Mempawah Kalimantan Barat, pada penelitian ini yaitu menggunakan model regresi logistik. Data diolah dengan program SPSS.

Regresi logistik menggunakan variabel dependen yang bersifat dikotomi (tepat atau tidak tepat). Teknik analisis dalam mengolah data tidak lagi memerlukan uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2011).

Menurut Ghozali (2013) kelebihan model regresi logistik adalah lebih fleksibel dibanding teknik lainya, antara lain regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model. Artinya variabel penjelas tidak harus memiliki distribusi normal linier maupun memiliki varian yang sama setiap grup. Selain itu variabel bebas dalam regresi logistik bisa campuran dari variabel kontinyu, diskrit dan dikotomi. Regresi logistik juga mengabaikan masalah heteroskedasitas, artinya variabel terikatnya tidak memerlukan homosdedasitas untuk masing-masing variabel bebasnya (Gujarati dan Porter, 2012).


(62)

Model Fungsi Persamaan dasar pertama dalam penelitian ini adalah :

=

Dimana :

p : peluang bahwa pelaku UMKM Perempuan memiliki literasi keuangan yang lebih tinggi.

1-p : peluang bahwa pelaku UMKM Perempuan memiliki tingkat literasi keuangan yang lebih rendah.

β0 : Konstanta

β1 : Koefisien regresi Usia

β2 : Koefisien Regresi Usia Usaha β3 : Koefisien regresi Jenis Usaha β4 : Koefisien regresi Kategori Usaha

β5 : Koefisien regresi Tingkat Pendidikan β6 : Koefisien Akun Rekening


(63)

BAB IV

Gambaran Umum Objek Penelitian A. Gambaran Umum

1. Profil Pemerintah Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat a. Letak Geografis

Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan dengan Ibu kota provinsi kota Pontianak. Luas wilayah provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 (7,53 % luas Indonesia). Provinsi Kalimantan juga merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Kalimantan Barat berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia. Walaupun sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang selat Karimata dan laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah provinsi Kepulauan Riau. Provinsi Kalimantan Barat memiliki 14 kabupaten/kota, yaitu :


(64)

Tabel 4.1

Data Kabupaten / Kota Kalimantan Barat

No Kabupaten/Kota

Pusat Pemerintah 1 Kabupaten Bengkayang Bengkayang 2 Kabupaten Kapuas Hulu Putussibau 3 Kabupaten Kayong Utara Sukadana 4 Kabupaten Ketapang Ketapang 5 Kabupaten Kubu Raya Sungai Raya 6 Kabupaten Landak Ngabang 7 Kabupaten Melawi Nangapinoh 8 Kabupaten Mempawah Mempawah 9 Kabupaten Sambas Sambas 10 Kabupaten Sanggau Sanggau 11 Kabupaten Sekadau Sekadau 12 Kabupaten Sintang Sintang 13 Kota Pontianak - 14 Kota Singkawang -

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2013

Didalam penelitian ini penulis mengambil kabupaten Mempawah sebagai studi kasus. Kabupaten Mempawah (sebelumnya bernama kabupaten Pontianak) adalah salah satu daerah tingkat II di provinsi Kalimantan Barat. Ibu kota Kabupaten ini terletak di kota Mempawah. Kabupaten Mempawah memiliki luas wilayah 1.276,90 dan berpenduduk sebanyak 298.978 jiwa. Secara administratif perbatasan Kabupaten Mempawah adalah sebagai berikut :


(1)

2. Usia Usaha

Hasil pengujian menunjukkan variabel usia usaha memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,574 dengan nilai probabilitasnya berada pada tingkat signifikansi 0,007 yang artinya lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel usia usaha berpengaruh positif pada tingkat literasi keuangan pada UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Hubungan antara odds dan variabel usia usaha dapat dijelaskan sebagai berikut: yaitu jika variabel bebas lain dianggap konstan maka ketika usia usaha bertambah 1 tahun maka kecenderungan tingkat literasi keuanganya lebih tinggi sebesar 1,776 kali. berarti sesuai dengan hipotesis awal. Hal ini berbeda dengan penelitian Ichwan (2016), yang menyatakan bahwa lama usia usaha tidak mempengaruhi tingkat literasi keuangan. Dalam penelitian ini lama usaha berpengaruh karena semakin lama usaha tersebut berdiri maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh pelaku usahanya baik itu pengelolaan usaha maupun dalam manajemen keuangan perusahaanya baik dalam pengelolaan, maupun dalam pengambilan keputusan keuangan.

3. Jenis Usaha

Hasil pengujian menunjukkan variabel jenis usaha memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,199 dengan nilai probabilitasnya berada pada tingkat signifikansi 0,863 yang artinya lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel jenis usaha tidak berpengaruh pada tingkat literasi keuangan pada UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Ini berarti tidak sesuai dengan hipotesis awal. Artinya jenis usaha tidak mempengaruhi tingkat literasi keuangan pelaku UMKM. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis usaha yaitu penyedia barang (perdagangan) dan jasa. Hasil ini mengindikasi bahwa antara usaha penyedia barang (perdagangan) dan usaha jasa tidak terdapat perbedaan dalam hal literasi keuangan. Jadi tingkat literasi keuangan tidak tergantung pada jenis usaha yang ditekuni, melainkan manajamen pengelolaan usaha tersebut.

4. Kategori Usaha

Hasil pengujian menunjukkan variabel jenis usaha memiliki koefisien regresi positif sebesar 18,847 dengan nilai probabilitasnya berada pada tingkat signifikansi 0,999 yang artinya lebih besar dari


(2)

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel kategori usaha tidak berpengaruh pada tingkat literasi keuangan pada UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Ini berarti tidak sesuai dengan hipotesis awal. Artinya kategori usaha tidak mempengaruhi tingkat literasi keuangan pelaku UMKM. Hal ini sesuai dengan penelitian Desiyana (2015), karena mayoritas responden dalam penelitian ini adalah pelaku usaha dengan kategori mikro dan kecil. Jadi, dalam merancang dan mengelola usaha serta bertindak sebagai pengambil keputusan yang bersangkutan dengan usaha semua ditangani oleh pemilik usaha itu sendiri. Jadi dalam hal ini tingkat literasi tentunya tergantung pada pengetahuan maupun kemampuan dari pemilik usaha bukan dari kategori usahanya.

kemampuan pelaku usahalah yang bisa menentukan sejauh mana pengetahuan serta kemampuan dalam mengelola dan mengambil keputusan keuangan (literasi keuangan) yang baik untuk usahanya.

5. Tingkat Pendidikan

Hasil pengujian

menunjukkan variabel usia usaha memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,979 dengan nilai

probabilitasnya berada pada tingkat signifikansi 0,017 yang artinya lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh pada tingkat literasi keuangan pada UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Hubungan antara odds dan variabel tingkat pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut: yaitu jika variabel bebas lain dianggap konstan maka ketika tingkat pendidikan bertambah 1 tahun maka kecenderungan tingkat literasi keuanganya lebih tinggi sebesar 2,662 kali. Ini berarti sesuai dengan hipotesis awal. Hal ini sesuai dengan penelitian Ichwan (2016) bahwa semakin lama (tinggi) jenjang pendidikan yang ditempuh maka tingkat literasinya semakin tinggi. Karena orang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih memahami dalam merencanakan mengelola, dan bertindak dalam pengambilan keputusan keuangan dengan baik. Pelaku usaha yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi juga cenderung melibatkan lembaga jasa keuangan guna menunjang kegiatan usahanya.

6. Akun Rekening

Hasil pengujian

menunjukkan variabel akun rekening memiliki koefisien regresi positif sebesar 5,496 dengan nilai


(3)

probabilitasnya berada pada tingkat signifikansi 0,010 yang artinya lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel akun rekening berpengaruh pada tingkat literasi keuangan pada UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Hubungan antara odds dan variabel akun rekening dapat dijelaskan sebagai berikut: yaitu jika variabel bebas lain dianggap konstan maka ketika akun rekening bertambah 1 akun maka kecenderungan tingkat literasi keuanganya lebih tinggi sebesar 243,691 kali. ini berarti

sesuai dengan hipotesis awal. Hal ini sesuai dengan penelitian Anggraeni (2014), kepemilikan atas rekening, tentu pelaku usaha memiliki tingkat literasi keuangan yang baik (tinggi). Karena dengan memiliki akun rekening di lembaga keuangan tentunya para pelaku usaha mengerti dan memahami segala bentuk prosedur, transaksi serta produk yang bisa digunakan guna menunjang kegiatan usahanya, ini berarti bahwa pelaku UMKM dapat mengelola dan mengambil keputusan yang baik terhadap keuangan usahanya.

KESIMPULAN

Mengacu pada hasil penelitian yang telas dijelaskan sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian telah didapatkan hasil bahwa variabel usia usaha secara positif berpengaruh terhadap tingkat literasi keuangan pada pelaku UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Karena semakin lama usaha tersebut berdiri maka semakin banyak pula pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki oleh

pelaku usahanya baik dalam mengelola, memanajemen serta mengambil keputusan dalam hal keuangan. Dengan demikian hipotesis diterima.

2. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa lama pendidikan secara positif berpengaruh terhadap tingkat literasi keuangan pada kalangan pelaku UMKM Perempuan di kabupaten


(4)

Mempawah Kalimantan Barat. Karena semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh maka semakin banyak pula pengetahuan serta pemahaman akan pengelolaan serta pengambilan keputusan atas keuangan, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka tingkat literasi keuangan yang dimiliki juga tinggi. Dengan demikian hipotesis diterima.

3. Dilihat dari hasil penelitian bahwa variabel akun rekening secara positif berpengaruh terhadap tingkat literasi keuangan pada

pelaku UMKM Perempuan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Karena dengan memiliki akun rekening di lembaga keuangan tentunya pelaku UMKM sudah menggunakan jasa lembaga keuangan dan mereka sudah mengerti dan paham akan prosedur serta produk yang bisa digunakan guna menunjang kegiatan usahanya, ini berarti bahwa pelaku UMKM dapat mengelola dan mengambil keputusan yang baik terhadap keuangan usahanya. Dengan demikian hipotesis diterima.

SARAN

Dengan mengacu pada kesimpulan, maka didapatkan beberapa saran diantaranya :

1. Lamanya usia usaha tentunya harus didukung dengan pengelolaan usaha dengan baik dalam hal manajemen usaha, pengelolaan keuangan dan lebih menambah wawasan lagi tentang literasi

keuangan agar bisa

mempertahankan eksistensi usahanya.

2. Pelaku usaha juga harus memperhatikan pendidikan karena pendidikan akan mencetak kepribadian yang berpengetahuan serta dapat membuka pola pikir pelaku usaha dalam mengelola usahanya, dan dapat mengambil keputusan yang tepat atas segala hal


(5)

yang dapat menunjang kesuksesan usahanya.

3. Dengan memiliki akun rekening di lembaga keuangan tentunya pelaku UMKM sudah menggunakan jasa lembaga keuangan dan mereka sudah mengerti dan paham akan prosedur serta produk yang bisa

digunakan guna menunjang kegiatan usahanya. Saran untuk hal ini yaitu pelaku usaha harus lebih melek lagi terhadap jasa lembaga keuangan karena dengan menggunakan layanan jasa keuangan maka dapat membantu dan menunjang kegiatan usaha.

DAFTAR PUSTAKA

Amaliyah dan Witiastuti, 2015, ” Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Literasi Keuangan di Kalangan UMKM Kota Tegal”. Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Anggraeni, 2014, “Pengaruh Tingkat Literasi Keuangan Pemilik Usaha Terhadap Pengelolaan Keuangan UMKM Depok”. Jurnal. Program Vokasi Universitas Indonesia.

Bank Indonesia, 2011, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK 016/1994, Indonesia.

Cahyono, 2012, “Pentingnya Melek Finansial Bagi Pelaku Usaha Kecil dan Menengah”. Skripsi. STIE Rajawali Purworejo.

Chen dan Vlope, 1998, “An Analysis of Personal Financial Literacy Among College Studen”t. Journal Financial Service Review.

Dantes, Nyoman, 2012, Metode Penelitian. Yogyakarta

Departemen Koperasi, 2011, ”Data Perkembangan UMKM di Indonesia”. Departemen Koperasi, 2013, ”Data Perkembangan UMKM di Indonesia”.

Desiyana, 2015, “Analisis Tingkat Literasi Keuangan Pada Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Provinsi Kalimantan Barat, 2015, ”Data Perkembangan UMKM”. Pontianak

Fernandes, dkk., 2013, “The Effect of Financial Literacy and Financial Education on Downstream Financial Behaviors”. School of Management, Erasmus University, The Netherlands.. Garman dan Raymond, 2010, “Personal Finance International Edition”. Canada: South Western

Cengage Learning.

Ghozali, 2011, Aplikasi Analisis Miltivariate dengan IBM SPSS 19. Edisi Kelima. Semarang: Universitas Diponegoro.


(6)

Ghozali, 2013, Aplikasi Analisis Mutivariate dengan Program SPSS. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Semarang: BP Universitas Diponegoro.

Gujarati dan Porter, 2012, Dasar-Dasar Ekonometrika. Buku 2. Jakarta : Salemba Empat. Huston, 2010, “Measuring Financial Literacy”. Journal of Consumer Affairs.

Ichwan, 2016, “Studi Literasi Keuangan Pengelola Usaha Kecil dan Menengah Pada Wilayah Gerbangkertasusila”. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya. Ikatan Pengusaha Wanita Indonesia (IWAPI), 2012,”Data Perkembangan Pengusaha Wanita

Indonesia”.

Kementerian Koperasi dan UKM, 2012,“Melirik Potensi Pengusaha Perempuan” . Lusardi, 2008, “Financial Literacy : An Essential Tool For Informed Consumer Choice?., Lusardi,dkk. 2010. Financial Literacy Among the Young. Journal of Consumer Affairs. Monticone, 2011, “Financial Literacy and Financial Advice Theory ang Emprical Evidenc”. Muat, dkk., 2014, “Analisis Tingkat Literasi Keuangan dan Dampaknya terhadap Keputusan

Pinjaman Pribadi”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Riau.

Nababan dan Sadalia, 2011, “Analisis Personal Financial Literacy dan Financial Behavior Mahasiswa Strata I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara”.Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

OJK, 2013, Literasi keuangan. Indonesia.

OJK, 2013, Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia. Jakarta.

Purnomo, H., 2011. 52 Juta UMK di Indonesia, 60% Dijalankan Perempuan.

Remund, 2010, “Financial Literacy Explicated: The Case for a Clearer Definition in an Increasingly Complex Economy”. Journal of Consumer Affairs

Rohmah, 2014, “Perbedaan Financial Literacy Mahasiswa Pelaku Usaha di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Berdasarkan Gender dan Kemampuan Kognitif”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Setiawan, 2014, “Analisis Keterkaitan Literasi Keuangan Terhadap Perilaku Keuangan Personal Mayarakat Di Wilayah Kota Dan Kabupaten Di Jawa Timur”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Steelyana, Evi, 2013, “Perempuan dan Perbankan : Sebuah Tinjauan Tentang Peran Inklusi Keuangan Terhadap Pengusaha UMKM Perempaun di Indonesia”. Jurnal. Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Universitas Bina Nusantara.

Wibowo, 2014, “Tingkat Literasi Keuangan Masyarakat Masih Rendah, OJK sasar UMKM”, ekonomi.metrotvnews.com.

www.bi.go.id