ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta dan Surakarta)

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta dan Surakarta)

ANALYZE THE FACTORS THAT INFLUENCE OF AUDIT QUALITY

(The Empirical Study at Public Accountant Firm in Yogyakarta and Surakarta)

SKRIPSI

Oleh :

ZARRA ULFAH WULANDARI 20130420177

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KUALITAS AUDIT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta dan Surakarta) ANALYZE THE FACTORS THAT INFLUENCE OF AUDIT QUALITY

(The Empirical Study at Public Accountant Firm in Yogyakarta and Surakarta)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

ZARRA ULFAH WULANDARI 20130420177

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


(3)

2017

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Zarra Ulfah Wulandari Nomor Mahasiswa : 20130420177

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta dan Surakarta)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 08 Januari 2017


(4)

MOTTO

Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam (Q.S. Al - An’am : 162)

Sesungguhnya dimana ada kesulitan disitu ada kelapangan dan

sesungguhnya disamping kesulitan ada kemudahan, karena itu bila engkau telah selesai dari suatu urusan pekerjaan, maka kerjakanlah yang lain dengan tekun (Q.S. Al – Insyirah : 5-7)

Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh Allah benar-benar maha pengampun lagi maha

penyayang (An - Nahl : 18)

- Jika salah perbaiki, jika gagal coba lagi, tetapi jika kamu menyerah semuanya selesai -


(5)

PERSEMBAHAN

ALHAMDULILLAHIRABILALAMIN …

Sujud syukur Alhamdulillah terimakasih kepada Allah SWT dan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan segala petunjuk, kelancaran, dan kemudahan kepada saya

Karya ini saya persembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku, Bapak Dadang Maszaeni, S.T, MP dan Ibu Dedeh Komara yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat dan segala bentuk dukungannya untukku sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Adik-adikku yang saya sayangi Hesty Rachmawati Lestari dan Salma Mutiara Hapsari yang telah memberikan doa dan dukungannya.

3. Keluarga besarku, terimakasih telah memberikan doa dan motivasinya kepada saya. 4. Bapak Wahyu Manuhara Putra, S.E., M.Si, Ak.,CA terimakasih telah memberikan

bimbingan, nasehat, motivasi dan rasa sabar dalam membimbing saya, memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk saya dan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Untuk semua sahabat-sahabatku yang telah memberikan doa, semangat, motivasi

dan segala bentuk dukungan lain yang akan saya ingat selalu. Terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis selama ini.

6. Terimakasih teman-temanku yang aku kenal semuanya yang sudah membantu dalam segala hal, memberikan kehidupan yang berwarna, dan memberikan berbagai macam pelajaran hidup yang bermakna buat saya.

7. Akuntansi 2013 UMY yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. 8. Almamaterku Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(6)

9. Terimakasih banyak, akhir kata saya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

INTISARI ... x

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Teori Keagenan... 9

2. Kualitas Audit ... 10

3. Independensi ... ...11

4. Pengalaman kerja ... 12

5. Due Professional Care ... 13


(8)

7. Sikap Skeptis ... 15

8. Time Budget Pressure ... 16

B. Hipotesis dan Penurunan Hipotesis ... 16

C. Model Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Obyek/Subyek Penelitian ... 25

B. Jenis Data ... 25

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26

F. Uji Kualitas dan Instrumen Data ... 30

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Gambaran Umum Penelitian ... 35

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 42

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 55

D. Pembahasan Hipotesis ... 57

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 64

A. Simpulan ... 64

B. Keterbatasan Penelitian ... 68

C. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

TABEL 4.1 DAFTAR KANTOR AKUNTAN PUBLIK………..………35

TABEL 4.2 TINGKAT PENGEMBALIAN KUEISIONER ...36

TABEL 4.3 RESPONDEN BERDASARKAN UMUR ...37

TABEL 4.4 RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN………..38

TABEL 4.5 RESPONDEN BERDASARKAN JABATAN ...38

TABEL 4.6 RESPONDEN BEDASARKAN LAMA BEKERJA ...39

TABEL 4.7 HASIL ANALISIS DESKRIPTIF ...40

TABEL 4.8 UJI VALIDITAS INDEPENDENSI ...42

TABEL 4.9 UJI VALIDITAS PENGALAMAN KERJA ...43

TABEL 4.10 UJI VALIDITAS DUE PROFESSIONAL CARE ...44

TABEL 4.11 UJI VALIDITAS AKUNTABILITAS ...45

TABEL 4.12 UJI VALIDITAS SIKAP SKEPTIS ...46

TABEL 4.13 UJI VALIDITAS TIME BUDGET PRESSURE ...47

TABEL 4.14 UJI VALIDITAS KUALITAS AUDIT ...48

TABEL 4.15 UJI RELIABILITAS ...49

TABEL 4.16 UJI NORMALITAS ...50

TABEL 4.17 UJI MULTIKOLINEARITAS ...51

TABEL 4.18 UJI HETEROSKEDASTISITAS ...52

TABEL 4.19 UJI ADJUSTED R SQUARE ...53

TABEL 4.20 UJI NILAI f ...54

TABEL 4.21 UJI NILAI t ...55


(10)

DAFTAR GAMBAR


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 KUISIONER

LAMPIRAN 2 HASIL UJI VALIDITAS LAMPIRAN 3 HASIL UJI RELIABILITAS LAMPIRAN 4 DESKRIPTIF STATISTIK

LAMPIRAN 5 HASIL UJI NORMALITAS

LAMPIRAN 6 HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS

LAMPIRAN 7 HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

LAMPIRAN 8 HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI (ADJ R SQUARE)

LAMPIRAN 9 HASIL KOEFISIEN SIMULTAN (UJI F)

LAMPIRAN 10 HASIL UJI PARSIAL (UJI T STATISTIK)

LAMPIRAN 11 DATA RESPONDEN


(12)

(13)

ABSTRACT

This study aimed to examine te effect of independence, work experience, due professional care, accountability, skeptical attitude and time budget pressure on audit quality. The data analyzed in this study are primary data like questionnaire on Public Accounting Firm (KAP) in Yogyakarta and Surakarta. This study uses a sampling technique convinience sampling. There are 7 KAP with 53 respondents were used as a sample in this study. Analyzer used in this research SPSS version 16.0. The method used to test the hypothesis is multiple regression analysis.

Based on the analysis that has been done shows that the variable independence negative effect on audit quality, and work experience, due professional care and skepticism positive effect on audit quality. This result is inversely proportional to the analysis obtained that accountability and time budget pressure has no effect on audit quality.

Keywords: Independence, work experience, due professional care, accountability, skepticism, time budget pressure, and the quality of the audit.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profesi akuntan publik adalah merupakan profesi mengenai kepercayaan masyarakat. Seorang akuntan publik harus dapat memberikan jasa informasi yang andal, akurat, dan tidak memihak kepada pihak manapun sehingga informasi tersebut dapat dipercaya. Jasa akuntan publik berperan penting dalam memberikan penilaian terhadap kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari penilaian atas pemeriksaan laporan keuangan, yang diberikan kepercayaan untuk dapat membuktikan laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen terbebas dari salah saji material.

Jasa auditor tersebut bertanggung jawab untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai kewajaran laporan keuangan, dimana hal tersebut merupakan dasar dalam pengambilan keputusan bagi para pengguna laporan keuangan yaitu misalnya pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Salah satu dari jasa akuntan tersebut misalnya dapat dilihat dari kualitas audit yang dihasilkan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP). Beberapa kasus keuangan yang terjadi membuat auditor harus dapat lebih memperhatikan kualitas audit yang dihasilkan sebagai hasil dari pekerjaannya.

Salah satu kasus yang terjadi misalnya kasus keuangan yang terjadi pada Enron Corporation yang merupakan salah satu perusahaan energi tersbesar di


(15)

Amerika Serikat yang sebelumnya KAP Arthur Anderson memberikan opini wajar tanpa pengecualian. Enron Corporation kemudian dalam jangka waktu yang singkat dikabarkan mengalami pailit. Dalam kasus tersebut ternyata Enron Corporation melakukan manipulasi pada laporan keuangannya dengan cara mencatat keuntungan fiktif yaitu sebesar 600 juta dollar AS dimana KAP Arthur Anderson berperan dalam skandal tersebut.

Hal tersebut dapat membuktikan bahwa terjadinya skandal dalam pemeriksaan laporan keuangan Enron. Hilangnya sikap independensi, dan akuntabilitas yang kurang diterapkan oleh Arthur Anderson tersebut membuat rendahnya kualitas audit yang dihasilkan. Arti dari independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada orang lain. Auditor yang independen adalah auditor yang tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak siapapun, dan berkewajiban untuk jujur kepada semua pihak pemakai laporan keuangan. Oleh sebab itu, independensi merupakan hal penting yang perlu menjadi fokus utama bagi auditor agar dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Hubungan antara independensi terhadap kualitas audit memiliki hubungan yang searah, artinya hasil audit yang berkualitas berhubungan dengan tingkat independensi yang baik dari seorang auditor (Wiratama dan Budhiarta, 2015).

Sejalan dengan penerapan independensi yang baik, maka seorang auditor juga harus memperhatikan sikap akuntabilitas dalam melakukan pekerjaannya. Arti dari akuntabilitas merupakan bentuk kewajiban sosial yang dilakukan oleh seorang auditor


(16)

dalam menjaga kualitas auditnya. Arianti, dkk (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa seorang auditor yang menerapkan sikap profesionalisme dalam menjalankan tugasnya akan menghasilkan pekerjaan yang berkualitas, yang mencerminkan bahwa auditor telah melakukan pekerjaan dengan etika yang tinggi dan melaksanakan audit secara maksimal.

Jika dilihat dari sisi Agency Theory, Arthur Anderson sebagai auditor KAP yang seharusnya memberikan jasa professional dalam menjalankan tugasnya, yang nyatanya Arthur Anderson justru memberikan informasi yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Maka Anderson telah memberikan informasi palsu kepada pihak principal dan kurangnya pertanggungjawaban dalam menjalankan amanat dari pihak agency kepada pihak principal.

Selain penerapan sikap independensi dan akuntabilitas yang telah dijelaskan tersebut, faktor penting lain yang harus ada dalam diri auditor yaitu salah satunya adalah due proffesional care. Due professional care merupakan penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama, yang berarti sikap yang cermat dan seksama dalam melakukan evaluasi terhadap bukti audit. Standar umum yang ketiga mengatur mengenai kewajiban auditor untuk menggunakan dengan cermat dan seksama kemahiran profesionalnya dalam penyusunan laporan audit. Sikap cermat dan seksama tersebut menjadi tanggung jawab kepada setiap auditor dalam organisasi kantor akuntan publik untuk mengamati standar auditing yang berlaku. Hasil


(17)

penelitian yang dilakukan oleh Febriyanti (2014) diperoleh hasil bahwa due professional care berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit.

Hal lain yang perlu diperhatikan dan diterapkan oleh auditor yaitu sikap skeptis. Skeptisme professional auditor merupakan sikap yang menyeimbangkan antara percaya dan curiga, maksudnya sifat kehati-hatian atau kewaspadaan terhadap suatu informasi. Sikap skeptisme professional tersebut dapat mendeteksi adanya kecurangan yang terjadi pada klien. Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Ramantha (2015) menguji pengaruh positif sikap skeptisme terhadap kualitas audit dengan hasil diterima, berarti jika seorang auditor dapat menerapkan sikap skeptis dengan baik maka akan cenderung dapat mendeteksi kekeliruan atau kecurangan yang ada pada bukti audit. Pendeteksian laporan keuangan yang baik akan menghasilkan hasil audit yang berkualitas.

Selain itu, pengalaman kerja auditor juga dibutuhkan dalam menciptakan hasil audit yang berkualitas. Auditor yang memiliki pengalaman lebih banyak dalam bidang akuntansi dan juga bidang auditing yang disertai dengan penerapan etika, cenderung akan lebih baik dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan. Dalam meningkatkan pengetahuan serta keahlian yang diperoleh, merupakan hal yang penting bagi seorang auditor, yang dapat diperoleh dengan pendidikan formal, yang kemudian dengan semakin bertambahnya pengalaman maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik menurut Wiratama dan Budiartha (2015).


(18)

Selain faktor independensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, dan sikap skeptis, kualitas audit juga dipengaruhi oleh adanya tekanan anggaran waktu (time budget pressure). Ningsih dan Yaniartha (2013) dalam penelitiannya telah menguji dan menemukan hasil bahwa time budget pressure berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengambil judul tentang Analisis Faktor-faktor Yang Memengaruhi Kualitas Audit. Penelitian ini replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wiratama dan Budhiarta (2015) dengan judul Pengaruh Independensi, Pengalaman Kerja, Due Professional Care, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit. Alasan dari replikasi penelitian tersebut adalah berdasarkan saran penelitian sebelumnya yakni dengan mereplikasi dengan lokasi penelitian yang berbeda, dan penambahan variabel lain yang dapat memengaruhi kualitas audit. Penelitian ini menjadi penting karena kualitas audit digunakan oleh banyak pihak, sehingga kualitas audit menjadi sesuatu yang sangat diperlukan dalam dasar pengambilan berbagai macam keputusan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Wiratama dan Budiartha (2015) yaitu dengan melakukan obyek penelitian yang berbeda yaitu jika penelitian Wiratama dan Budiartha dilakukan di seluruh KAP Denpasar, Bali maka obyek penelitian ini ditujukan kepada KAP yang berada di Yogyakarta dan Surakarta. Selain itu, menambahkan variabel sikap skeptis dan time budget pressure. Penambahan variabel tersebut karena hasilnya yang belum signifikan, penelitian yang dilakukan


(19)

oleh Triani dan Latrini (2016) menunjukkan sikap skeptisme profesional berpengaruh positif terhadap kualitas audit kantor inspektorat Kabupaten/Kota di Bali. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian Sari dan Ramantha (2015) yang menunjukkan bahwa sikap skeptisme berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas audit. Sedangkan penelitian Nandari dan Latrini (2015) dengan hasil sikap skeptis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas Audit.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan meneliti lebih jauh mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi kualitas audit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Apakah independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit? 2. Apakah pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas audit? 3. Apakah due professional care berpengaruh positif terhadap kualitas audit? 4. Apakah akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit?

5. Apakah sikap skeptis berpengaruh positif terhadap kualitas audit?


(20)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh independensi terhadap kualitas audit. 2. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit. 3. Untuk menganalisis pengaruh due professional care terhadap kualitas audit. 4. Untuk menganalisis pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit.

5. Untuk mengetahui pengaruh sikap skeptis terhadap kualitas audit.

6. Untuk menganalisis pengaruh time budget pressure terhadap kualitas audit.

D. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan dalam pengembangan ilmu atau manfaat di bidang teoritis.

a. Untuk memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh independensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, sikap skeptis, dan time budget pressure dengan hubungannya terhadap kualitas audit.

b. Bagi akademik, untuk dapat memberikan wawasan dan masukan mengenai hal-hal apa saja yang perlu dihindari dan yang perlu dilakukan dalam menjalankan pekerjaan auditor.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan konseptual serta dapat menjadi suatu referensi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat lebih memajukan dunia pendidikan.


(21)

2. Manfaat di bidang praktik

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dan Kantor Akuntan Publik sebagai masukan yang dapat digunakan untuk dapat mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh independensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, sikap skeptis, dan time budget pressure terhadap kualitas audit.

b. Memberikan bukti empiris mengenai hubungan pengaruh independensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, sikap skeptis, dan time budget pressure terhadap kualitas audit.

c. Dapat digunakan sebagai masukan dan bahan evaluasi untuk semua KAP khususnya bagi pimpinan KAP dan seluruh auditor dalam rangka mempertahankan, dan meningkatkan kualitas audit. Dapat digunakan juga sebagai motivasi auditor untuk dapat meningkatkan kinerja dengan lebih maksimal dan bekerja secara professional.

d. Manfaat bagi klien atau pengguna laporan keuangan untuk dapat mengambil keputusan secara lebih baik dan lebih tepat berdasarkan pada laporan keuangan yang telah diaudit.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan

Teori keagenan dikembangkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976 menjelaskan perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemilik. Agency teory (teori keagenan) membahas mengenai perbedaan kepentingan yang dapat muncul antara principal dan agent. Manajemen dapat dikatakan sebagai seorang agent sedangkan pemegang saham bertindak sebagai principal. Dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak yang menyatakan dimana pihak principal memerintah agent untuk melakukan suatu jasa atas nama principal dan agar dapat memberi wewenang kepada agent untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal. Di satu sisi, manajemen ingin kinerjanya selalu terlihat baik di mata pihak eksternal perusahaan terutama oleh principal, sedangkan di sisi lain principal ingin agar auditor dapat melaporkan keadaan yang sebenernanya. Karena antara agent dan principal memiliki tujuan yang berbeda-beda maka oleh sebab itu timbul perbedaan kepentingan. Oleh sebab itu diperlukannya auditor untuk dapat mendeteksi kecurangan yang dapat dilakukan oleh manajemen. Maka agency theory dapat membantu auditor sebagai pihak ketiga untuk memahami dan


(23)

menyelesaikan konflik dua kepentingan yang berbeda antara agent dan principal tersebut. Dengan demikian auditor sebagai pihak ketiga dalam agency theory tersebut dapat membantu dalam menganalisis faktor yang dapat memengaruhi kualitas audit dengan menyelesaikan kepentingan yang berbeda antara agent dan principal. Diharapkan setelah adanya auditor dapat mengevaluasi kinerja agen sehingga dihasilkan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan.

2. Kualitas Audit

De Angelo (1981) dalam Ningsih dan Yuniartha (2015) kualitas audit merupakan suatu keadaan dimana auditor akan menemukan serta melaporkan ketidaksamaan terhadap prinsip yang terjadi pada laporan keuangan kliennya. Kualitas audit merupakan suatu proses mengevaluasi dan melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan klien digunakan untuk mengetahui kewajaran laporan keuangan tersebut. Hasil dari pemeriksaan tersebut dapat digunakan dalam pengambilan keputusan pihak-pihak yang berkepentingan. Seorang akuntan publik berperan penting dalam memberikan informasi mengenai hasil dari proses pemeriksaan dan evaluasi tersebut. Agar jasa auditnya berkualitas maka auditor harus memenuhi kebutuhan jasa pengguna auditnya secara professional, akurat, dapat diandalkan dan dapat memberikan hasil dalam pengambilan keputusan pihak luar. Rasa bertanggung jawab yang dimiliki auditor akan mempengaruhi terhadap kualitas dari hasil kerja auditor


(24)

(Nirmala, Cahyonowti 2013). Audit yang berkualitas dihasilkan dari adanya peranan auditor dalam mengurangi penyimpangan yang terjadi (Parasayu, 2014).

Audit yang berkualitas dapat dihasilkan jika telah memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu menurut Standar Profesional Akuntan Publik dalam Agustin (2013). Jadi, auditor dalam menjalankan tugas auditnya harus harus memperhatikan dan berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan agar dapat menghasilkan audit yang berkualitas.

3. Independensi

Agustin (2013) menyatakan bahwa independensi adalah suatu keadaan dimana dalam melaksanakan tugasnya seorang auditor tidak mudah dipengaruhi serta tidak memihak kepada pihak manapun. Independensi merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan dan tidak bergantung pada pihak lain. Independensi menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dan diterapkan oleh seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya. Nirmala (2013) jika seorang auditor mudah dipengaruhi pihak lain atau gagal dalam mempertahankan sikap independensinya, maka akan berdampak buruk terhadap kepercayaan masyarakat yang menilai bahwa akuntan publik tersebut tidak menerapkan sikap independensinya.


(25)

Sikap independen merupakan suatu standar auditing harus diterapkan oleh auditor dan merupakan komponen yang sangat penting dalam menghasilkan kualitas audit yang baik. Independensi diatur dalam standar umum kedua SPAP (2001) yaitu “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor” dalam Wiratama dan Budhiarta (2015). Sikap independen harus diterapkan dalam diri auditor agar tidak mudah dipengaruhi oleh pihak lain sehingga akan menghasilkan audit dengan kualitas yang baik.

4. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja seorang auditor dapat menjadi hal penting dalam pemeriksaan laporan keuangan dan yang akan berdampak terhadap kualitas hasil audit. Dengan semakin bertambahnya pengalaman kerja auditor dalam melakukan tugas auditnya, maka kualitas hasil audit dapat lebih berkualitas. Wiratama dan Budhiarta (2015) dalam paragraf ketiga SA seksi 210 menyebutkan: “Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing”.

Pengalaman kerja berhubungan dengan lama masa kerja dan dapat dihasilkan dari jumlah penugasan yang telah dilakukan. Auditor dengan pengalaman kerja yang banyak cenderung akan melakukan kesalahan yang lebih kecil dibandingkan dengan auditor yang belum memiliki pengalaman


(26)

yang banyak. Menurut Lestari, Werastuti, dkk (2015) menyatakan bahwa pertimbangan baik atau tidaknya pengambilan keputusan dapat dilihat dari pengalaman auditor. Pengambilan keputusan seorang auditor dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, selain itu faktor penting lainnya yaitu ditentukan oleh pengalaman kerja (Agustin, 2013).

5. Due professional care

Due professional care adalah sikap cermat dan seksama dalam melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap bukti audit laporan keuangan. Sikap cermat dan seksama tersebut menjadi tanggung jawab kepada setiap auditor dalam organisasi kantor akuntan publik untuk mengamati standar auditing yang berlaku. Penggunaan sikap cermat dan kemahiran professional tersebut dapat memungkinkan auditor dalam menilai bukti audit dengan keyakinan bahwa bukti audit laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji material, yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan yang terjadi (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

Menurut Wiratama dan Budhiarta (2015) jika auditor menggunakan sikap due professional care dengan baik maka ia akan dapat dengan mudah dalam mengungkap berbagai macam kecurangan yang ada. Sikap cermat yang didukung oleh pengalaman kerja yang tinggi akan memudahkan auditor dalam mendeteksi jika adanya penyimpangan atau kecurangan yang ada.


(27)

6. Akuntabilitas

Arianti dan Sudjana (2014) mendefinisikan akuntabilitas yaitu suatu bentuk dorongan terhadap perilaku yang dimiliki untuk dapat menyelesaikan kewajibannya dan dapat dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya. Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban sosial yang dilakukan auditor dalam menjaga kualitas auditnya. Seorang auditor harus mempunyai sikap tanggungjawab yang tinggi untuk menjaga standar perilaku etis baik itu terhadap organisasi, profesi, masyarakat maupun kepada dirinya sendiri. Dengan menerapkan akuntabilitas yang tinggi, maka auditor akan lebih mempunyai rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap pekerjaannya sehingga kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik (Febriyanti, 2014).

Nirmala (2013) menemukan bahwa akuntabilitas auditor terdiri dari 3 hal yakni adanya motivasi, pengabdian pada profesi, serta kewajiban sosial. Auditor yang biasa menerapkan sikap akuntabilitasnya dalam segala hal maka akan cenderung dapat menerapkan sikap tanggungjawabnya tersebut dalam profesinya.

7. Sikap Skeptis

Adrian (2013) mengartikan bahwa skeptisme professional auditor atau sikap skeptis adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan selalu menggunakan sikap skeptis tersebut dalam mengevaluasi bukti audit. Skeptisme professional auditor merupakan sikap


(28)

yang menyeimbangkan antara percaya dan curiga, maksudnya sifat kehati-hatian atau kewaspadaan terhadap suatu informasi. Sikap skeptis merupakan sikap kritis yang ditunjukkan auditor terhadap bukti audit yang dimiliki. Jika seorang auditor dapat menggunakan sikap skeptisnya maka dapat mendeteksi mengenai adanya temuan keadaan yang sesungguhnya dalam laporan keuangan. Sebaliknya, jika sikap skeptisme auditor rendah maka kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan yang terjadi akan semakin rendah pula. Salah satu faktor penting yang membuat laporan keuangan menjadi berkualitas yaitu auditor yang menerapkan sikap skeptisnya (Naibaho, Hardi, dkk, 2014). Bukti atau hasil audit yang kompeten dapat diperoleh jika auditor menerapkan sikap skeptisme professionalnya.

Definisi sikap skeptis adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dalam melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil atau bukti pemeriksaan, definisi menurut Adrian (2013).

8. Time budget pressure

Ratha dan Ramantha (2015) mendefinisikan time budget pressure merupakan suatu bentuk tekanan yang timbul karena keterbatasan waktu yang dianggarkan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan auditnya. Time budget pressure adalah tekanan anggaran waktu yang menekan seorang auditor untuk melakukan efisiensi waktu dalam melakukan tugas auditnya. Jika seorang auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan


(29)

klien diberikan tekanan anggaran waktu yang sempit, maka auditor tersebut harus menjalankan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah dianggarkan. Akibat adanya time budget pressure tersebut biasanya auditor cenderung melakukan tindakan-tidakan yang kurang sesuai dengan ketentuan yang ada, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan penurunan dari kualitas audit.

B. Penurunan Hipotesis

1. Hubungan Independensi dengan Kualitas Audit

Independensi artinya tidak memihak, tidak dikendalikan oleh orang lain dan tidak tergantung kepada orang lain. Auditor tidak dibenarkan untuk memihak pada kepentingan siapapun dan karena alasan apapun. Independensi merupakan suatu standar auditing yang menjadi kunci penting untuk dapat menghasilkan hasil audit yang baik. Dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan klien, seorang auditor harus dapat mempertahankan sikap mental yang independen agar dapat memberikan jasa auditnya secara professional, sebagaimana telah diatur dalam standar profesioanal akuntan publik yang telah ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Semakin auditor bersikap independen dalam menjalankan tugasnya, maka hal tersebut semakin dapat menghasilkan kualitas audit yang baik.


(30)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiratama dan Budhiarta (2015) mengungkapkan bahwa hubungan antara independensi searah dengan pelaksanaan kualitas audit, maksudnya semakin auditor menerapkan sikap independensinya maka akan semakin baik juga kualitas auditnya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya yaitu yang dilakukan oleh Sari dan Ramantha (2013) yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Terdapat pengaruh yang signifikan antara independensi dengan hubungannya terhadap kualitas audit (Lestari, Werastuti, dkk 2015). Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari Febriyanti (2014), yang menemukan bahwa independensi hubungan antara independensi dengan kualitas hasil audit tidak berpengaruh. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:


(31)

2. Hubungan Pengalaman Kerja dengan Kualitas Audit

Auditor yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi cenderung akan dapat memeriksa laporan keuangan kliennya dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas audit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiratama dan Budiartha (2015) menunjukkan bahwa variabel pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas audit diterima. Terdapat hubungan searah antara pengalaman kerja seorang auditor dengan pelaksanaan kualitas audit yang dihasilkannya. Semakin banyak pengalaman kerja auditor yang telah dijalankannya, maka akan semakin baik pula kualitas auditnya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lestari, Werastuti, dkk (2015) yang menjelaskan jika semakin banyak auditor dalam melakukan pekerjaan auditnya maka pengalaman auditor tersebut akan semakin terus meningkat. Pengalaman kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit, yang berarti kualitas audit yang semakin baik dihasilkan dari semakin berpengalamannya seorang auditor (Nirmala, dan Cahyonowati, 2013). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Agustin (2013) pengalaman mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit diterima. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:


(32)

3. Hubungan Due Professional Care dengan Kualitas Audit

Penggunaan due professional care akan memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Seorang auditor harus menggunakan kecermatan yang memadai dalam memeriksa laporan keuangan serta agar menghindari kemungkinan terjadinya salah saji material. Kecermatan professional tersebut dapat digunakan untuk mewaspadai, meminimalisir, dan mendeteksi mengenai adanya kekeliruan atau bahkan kecurangan dalam laporan keuangan klien. Seorang auditor yang menerapkan sikap due professional care akan dapat mengungkapakan apabila terdapat kecurangan dalam laporan keuangan kliennya. Semakin auditor menerapkan kecermatan dan keahlian professionalnya maka semakin meningkatkan kualitas hasil auditnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Wiratama dan Budiartha (2015) menunjukkan hasil bahwa adanya hubungan yang searah antara due professional care dengan pelaksanan audit. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Febriyanti (2014), Purnamasari dan Hernawati (2013) yang menyatakan bahwa due professional care berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian oleh Badjuri (2011) yang menemukan bahwa variabel due professional care berpengaruh positif terhadap kualitas audit ditolak, itu artinya due professional care tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal tersebut menunjukkan bahwa due


(33)

professional care tidak mempengaruhi dalam peningkatan kualitas audit yang dihasilkan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Due Professional care berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

4. Hubungan Akuntabilitas dengan Kualitas Audit

Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban sosial yang dilakukan auditor dalam menjaga kualitas auditnya. Menurut Wiratama dan Budiartha (2015), akuntabilitas merupakan suatu dorongan psikologis yaitu berupa rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap semua tindakan serta keputusan yang diambil terhadap lingkungannya. Kualitas audit dapat dipengaruhi oleh akuntabilitas atau rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh auditor dalam melaksakan pekerjaannya. Jika auditor dalam mengevaluasi bukti audit memiliki akuntabilitas yang tinggi maka akan bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang dilakukannya.

Terdapat hubungan yang searah antara akuntabilitas dengan pelaksanaan kualitas audit (Wiratama dan Budiartha, 2015). Penelitian ini sejalan dengan hasil yang menunjukkan bahwa variabel akuntabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit yakni penelitian yang dilakukan oleh Nirmala dan Cahyonowati (2013) dan Badjuri (2011). Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Arianti, Sudjana, dkk (2014).


(34)

Penelitian yang dilakukan Wiratama dan Budhiarta (2015), Suyanti, Halim dkk (2016) yang menemukan bahwa akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dalam melakukan pekerjaan auditnya seorang auditor seharusnya memiliki akuntabilitas yang terdiri dari motivasi, pengabdian kepada profesi, serta kewajiban sosial. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H4: Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit.

5. Hubungan Sikap Skeptis dengan Kualitas Audit

Adrian (2013) mengartikan bahwa skeptisme professional auditor atau sikap skeptis adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan selalu menggunakan sikap skeptis tersebut dalam mengevaluasi bukti audit. Seorang auditor harus menggunakan sikap skeptisme professionalnya untuk dapat mendeteksi adanya kecurangan dalam laporan keuangan. Sikap skeptis merupakan salah satu faktor penting dalam menghasilkan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan. Auditor yang menerapkan sikap skeptisme professional dalam melakukan tugas auditnya cenderung akan lebih mudah dalam melakukan evaluasi bukti audit, dan dapat lebih baik dalam mengumpulkan bukti audit yang kompeten. Seorang auditor menerapkan sikap skeptis secara wajar maka akan cenderung dapat mendeteksi adanya temuan laporan keuangan yang sebenarnya. Jika auditor


(35)

dapat mengumpulkan bukti audit yang lebih berkompeten maka hal tersebut dampak berdampak pada meningkatnya kualitas audit yang dihasilkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari, Ramantha (2015) memberikan hasil bahwa pengaruh sikap skeptis terhadap kualitas audit diterima, itu artinya bahwa sikap skeptis berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Triarini dan Latrini (2016). Tetapi hasil dari penelitian Nandari dan Latrini (2015) mengemukakan bahwa pengaruh sikap skeptis terhadap kualitas audit ditolak, yang berarti sikap skeptis tidak berpengaruh terhadap kualitas audit, dengan alasan karena pada penelitian dilapangan yang telah dilakukan sebagian besar respondennya merupakan auditor junior. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skeptisme profesional yang dimiliki auditor maka akan semakin baik kualitas audit dari laporan keuangan.

Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Naibaho dan Hardi (2014), yang menemukan bahwa sikap skeptis tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:


(36)

6. Hubungan Time Budget Pressure dengan Kualitas Audit

Time budget pressure merupakan keadaan yang menuntut seorang auditor untuk dapat melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang ketat. Time budget ini digunakan untuk dapat mengukur tingkat efisiensi auditor yang kemudian dapat menjadi tekanan bagi auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Maka hal tersebut dapat memungkinkan auditor untuk melewati prosedur audit atau tidak mematuhi prosedur audit yang kemudian akan dapat menurunkan hasil kualitas audit.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nirmala dan Cahyonowati (2013) menerangkan bahwa time budget pressure berpegaruh negatif terhadap kualitas audit diterima, berarti bahwa tekanan anggaran waktu yang disediakan dapat menurunkan kualitas hasil audit. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya yaitu yang dilakukan oleh Ningsih dan Yuniartha (2013). Dalam penelitian lain menjelaskan hubungan antara tekanan anggaran waktu berpengaruh positif terhadap penurunan kualitas audit (Wintari, Sukartha, dkk, 2015).

Penelitian ini searah dengan penelitian oleh Muhsyi (2013) yang menemukan bahwa auditor yang mengalami tekanan dengan waktu yang telah dianggarkan maka kinerjanya akan menurun karena jika waktu yang diberikan terlalu sempit maka akan ada beberapa pekerjaan yang terlewatkan sehingga dapat menurunkan kualitas audit. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:


(37)

H6 : Time budget pressure berpengaruh negatif terhadap kualitas audit

C. MODEL PENELITIAN

H1 +

H2 +

H3 +

H4 +

H5 +

H6 -

Gambar 2.1 Model Penelitian Independensi

( X1 )

Pengalaman Kerja ( X2 )

Due professional Care ( X3 )

Akuntabilitas ( X4 )

Sikap Skeptis ( X5 )

Time Budget Pressure ( X6 )

Kualitas Audit ( Y )


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek/Subyek Penelitian

Subyek penelitian menerangkan target populasi penelitian dan atau sampel penelitian yang relevan denga tujuan penelitian. Sedangkan obyek penelitian menunjukkan lokasi atau tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik yang berada di Yogyakarta dan Surakarta. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di KAP yang berada di Yogyakarta dan Surakarta.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dengan menggunakan data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari subjek sebagai sumber informasi yang dapat dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung (Sugiyono, 2009:193). Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik kuisioner, yaitu dengan menggunakan kuisioner dan mengantarkannya langsung ke berbagai Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Yogyakarta dan Surakarta.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan non probabilitas atau pemilihan non random, yaitu metode pengambilan


(39)

sampel dengan metode convinience sampling. Metode convenience sampling adalah pemilihan sampel dengan pertimbangan kemudahan, sehingga peneliti mempunyai kebebasan dalam pengambilan sampel. Metode convinience sampling dipilih karena jumlah responden (auditor) di masing-masing KAP yang berada di Yogyakarta dan Surakarta jumlahnya tidak diketahui sebelumnya, sehingga ada kebebasan dalam pemilihan sampel.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik kuisioner. Kuesioner yang disebarkan langsung tersebut berupa daftar pertanyaan dan pernyataan kepada responden mengenai independensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, sikap skeptis, dan time budget pressure terhadap kualitas audit. Penelitian dilakukan pada Kantor Akuntan Publik yang berada di Yogyakarta dan Surakarta.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Definisi Variabel Dependen

a. Kualitas Audit

Kualitas audit merupakan suatu proses mengevaluasi dan melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan klien digunakan untuk mengetahui kewajaran laporan keuangan tersebut. Hasil dari pemeriksaan tersebut dapat


(40)

digunakan dalam pengambilan keputusan pihak-pihak yang berkepentingan. Variabel ini diukur dengan menggunakan kuisioner dari Febriyanti (2014). 2. Definisi Variabel Independen

a. Independensi

Independensi merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan dan tidak bergantung pada pihak lain. Independensi menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dan diterapkan oleh seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya. Sikap independen merupakan suatu standar auditing harus diterapkan oleh auditor dan merupakan komponen yang sangat penting menurut Nirmala dan Cahyonowati (2013). Variabel ini diukur dengan menggunakan kusioner dari Febriyanti (2014). Dalam pengukuran variabel independensi terdapat pertanyaan yang sudah di reverse question yakni pertanyaan yang sudah dibalik nilai skornya. Indikator pertanyaan yang sudah di reverse question adalah pertanyaan nomor 3 sampai dengan 5.

b. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja seorang auditor dapat menjadi hal penting dalam pemeriksaan laporan keuangan dan yang akan berdampak terhadap kualitas hasil audit. Dengan semakin bertambahnya pengalaman kerja auditor dalam melakukan tugas auditnya, maka kualitas hasil audit dapat lebih baik. Indikator yang dapat diukur dari pengalaman kerja yaitu jika dilihat dari segi lamanya auditor bekerja serta banyaknya tugas pemeriksaan yang telah


(41)

dilakukan. Variabel ini diukur dengan menggunakan kusioner dari Sembiring (2013).

c. Due Professional Care

Due professional care adalah sikap cermat dan seksama dalam melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap bukti audit laporan keuangan. Sikap cermat dan seksama tersebut menjadi tanggung jawab kepada setiap auditor dalam organisasi kantor akuntan publik untuk mengamati standar auditing yang berlaku. Variabel ini diukur dengan menggunakan kusioner dari Febriyanti (2014).

d. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban sosial yang dilakukan auditor dalam menjaga kualitas auditnya. Seorang auditor harus mempunyai sikap tanggungjawab yang tinggi untuk menjaga standar perilaku etis baik itu terhadap organisasi, profesi, masyarakat maupun kepada dirinya sendiri. Dengan menerapkan akuntabilitas yang tinggi, maka auditor akan lebih mempunyai rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap pekerjaannya sehingga kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik Febriyanti (2014). Variabel ini diukur dengan menggunakan kusioner dari Febriyanti (2014).


(42)

e. Sikap Skeptis

Sikap skeptis merupakan sikap kritis yang ditunjukkan auditor terhadap bukti audit yang dimiliki. Jika seorang auditor dapat menggunakan sikap skeptisnya maka dapat mendeteksi mengenai adanya temuan keadaan yang sesungguhnya dalam laporan keuangan. Sebaliknya, jika sikap skeptisme auditor rendah maka kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan yang terjadi akan semakin rendah pula. Variabel ini diukur dengan menggunakan kusioner dari Febriyanti (2014).

f. Time Budget Pressure

Time budget pressure adalah tekanan anggaran waktu yang menekan seorang auditor untuk melakukan efisiensi waktu dalam melakukan tugas auditnya. Jika seorang auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan klien diberikan tekanan anggaran waktu yang sempit, maka auditor tersebut harus menjalankan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah dianggrakan. Akibat adanya time budget pressure tersebut biasanya auditor cenderung melakukan tindakan-tidakan yang kurang sesuai dengan ketentuan yang ada, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan penurunan dari kualitas audit. Variabel ini diukur dengan menggunakan kusioner dari Muhshyi (2013).


(43)

3. Teknik Penentuan Skala

Pertanyaan dalam kuisioner setiap variabel diukur dengan menggunakan skala Likert. Skala likert adalah merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial tertentu. Jawaban dari responden akan diberi skor dengan menggunakan 5 poin skala Likert, yang dimulai dari pertanyaan sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju (Ghozali, 2011). Pertanyaan dijawab melalui skala likert 1 sampai 5. Untuk seluruh variabel diberikan 5 jawaban alternatif yakni : skor 1 untuk sangat tidak setuju (STS), skor 2 untuk tidak setuju (TS), skor 3 untuk netral (N), skor 4 untuk setuju (S), skor 5 untuk sangat setuju (SS).

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Uji Validitas

Validitas adalah tingkat keandalan alat ukur yang digunakan. Uji validitas digunakan untuk dapat mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Perhitungan pada uji validitas dilakukan dengan program SPSS (Statistical Package for Social Science). Validitas data pada penelitian ini diukur dengan menggunakan analisis correlate bivariate dengan cara melihat nilai pearson correlation dengan ketentuan yang digunakan jika nilai skor total masing-masing variabel dilihat dari nilai pearson correlation yakni jika bernilai > 0,25 maka data dapat dikatakan valid (Nazaruddin dan Basuki, 2016).


(44)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi derajat ketergantungan dan stabilitas alat ukur. Kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Agar suatu variabel dapat diketahui reliabel atau tidaknya maka perlu dilakukan uji statistik dengan melihat hasil Cronbach’s Alpha. Pengambilan keputusan berdasarkan : Jika nilai Cronbach Alpha melebihi 0,70 maka pertanyaan tersebut reliabel (Ghozali, 2011).

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

(Ghozali, 2011) mengatakan bahwa tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui hubungan model regresi yang terdapat antara variabel independen dan variabel dependen mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan analisis statistik non-parametrik Uji Kolmogrov Smirnov. Ditunjukkan jika nilai signifikansi > 0,05 maka data tersebut dikatakan berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Pendeteksian uji multikolinearitas dilihat melalui nilai Variance Inflation Factors (VIF) dengan kriteria pengujian yaitu apabila nilai VIF < 10 dan


(45)

pada tabel menunjukkan nilai tolerance > 0,10 artinya tidak terjadi multikolinearitas (Nazaruddin dan Basuki, 2016).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik yaitu syarat tidak adanya heteroskedastisitas yang terdapat pada model regresi. Model regresi yang telah memenuhi persyaratan yaitu jika terdapat kesamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji heteroskedatisitas dapat dilakukan dengan uji Glesjer yaitu dengan cara meregres nilai absolut residual terhadap variabel independennya (Ghozali, 2011). Kriteria pengujian model regresi yang tidak mengandung heteroskedastisitas ditunjukkan jika nilai signifikansi masing-masing variabel > 0,05.

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai maksimum, nilai minimum, dan rata-rata dari sampel penelitian. Analisis ini bersifat uraian mengenai penjelasan dengan mengelompokkan serta menganalisis data berdasarkan hasil jawaban kueisioner yang diperoleh.


(46)

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis linear berganda, dengan persamaan berikut ini :

Y = a + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 6X6 + e

Keterangan :

Y = Variabel kualitas audit

a = Konstanta

= Koefisien regresi variabel X1-X6

X1 = Independensi

X2 = Pengalaman kerja X3 = Due professional care X4 = Akuntabilitas

X5 = Sikap skeptis

X6 = Time budget pressure


(47)

3. Uji koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Uji ini digunakan untuk dapat mengetahui seberapa besar keterikatan variabel independen terhadap variabel dependennya. Nilai koefisien dapat dilihat dari nilai adjusted r squarenya antara 0 dan 1. Semakin besar nilai Adjusted- , semakin besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Jika semakin besar koefisien determinasinya maka semakin besar variasi variabel independen mempengaruh variabel dependennya.

4. Uji Nilai f

Uji nilai F digunakan untuk dapat mengetahui apakah seluruh variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikatnya. Yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, sikap skeptis, dan time budget pressure secara bersama-sama dengan variabel dependen yakni kualitas audit. Pengujian nilai f dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi yaitu dengan ketentuan :

1) Apabila nilai signifikasi > 0,05 maka dapat dikatakan variabel bebas (independen) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.


(48)

2) Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka dapat dikatakan variabel bebas (independen) memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

5. Uji Nilai t

Uji nilai t digunakan untuk mengetahui apakah pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat bermakna atau tidak. Yaitu untuk mengetahui pengaruh pengaruh variabel independensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, sikap skeptis, dan time budget pressure terhadap variabel kualitas audit. Untuk dapat melihat apakah variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen dapat di uji dengan

menggunakan tingkat signifikansi α = 0,05. Hipotesis diterima jika nilai sig < α = 0,05 dan koefisien regresi searah dengan hipotesis.


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik yang berada di Yogyakarta dan Surakarta. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di KAP yang berada di Yogyakarta dan Surakarta. Jenis data yang digunakan dengan menggunakan data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari subjek sebagai sumber informasi yang dapat dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik kueisioner. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode convinience sampling. Kueisioner yang diperoleh yakni sebanyak 53 dari hasil observasi yang dilakuakan di KAP berikut :

Tabel 4.1

Daftar Kantor Akuntan Publik

No. Nama Kantor Akuntan Publik Alamat

1. KAP Drs. Hadiono Jl. Kusbini No. 27,

Yogyakarta

2. KAP Drs. Henry & Sugeng Jl. Gajah Mada No. 22, Yogyakarta


(50)

Yogyakarta

4. KAP HLB Hadori Sugiarto Adi & Rekan Jl. Prof. Dr. Sardjito No. 9, Yogyakarta

5. KAP Indarto Waluyo Jl. Ringroad Timur No.

33, Yogyakarta

6. KAP Kumalahadi, Kuncara, Sugeng Pamudji & Rekan

Jl. Godean Km. 5 No. 104, Yogyakarta

7. KAP Wartono & Rekan Graha Nino, Jl. Ahmad Yani No. 335, Solo

Tabel 4.2

Tingkat Pengembalian Kueisioner No

Keterangan Jumlah

Kueisioner

1. Kueisioner yang disebar 53

2. Kueisioner yang kembali 53

3. Kueisioner yang tidak kembali 0

4. Kueisioner yang dapat diolah 53

TOTAL SAMPEL 53


(51)

B. Analisis Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitan ini meliputi umur responden, jenis kelamin, jabatan, dan lama bekerja di KAP. Hasil distribusi frekuensi disajikan dalam tabel berikut ini :

1. Umur responden

Tabel 4.3

Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Responden Frekuensi Presentase

1. < 25 tahun 8 15%

2. Antara 26 – 35 tahun 10 19%

3. Antara 36 – 55 tahun 15 28%

4. > 55 tahun 0 0%

5. Tidak Teridentifikasi 20 38%

Total 53 100%


(52)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari total 53 responden terdapat 8 reponden yang berumur < 25 tahun atau sebesar 15%. Sedangkan responden yang berumur antara 26 – 35 tahun sebanyak 10 responden atau sebesar 19% dan responden dengan umur antaran 36 – 55 tahun sebanyak 15 responden dengan tingkat presentase 28%. Sisanya sebanyak 20 responden atau dengan tingkat presentase 38% tidak memberikan datanya sehingga tidak dapat teridentifikasi.

2. Jenis Kelamin

Tabel 4.4

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jabatan/ Posisi Frekuensi Presentase

1. Pria 18 34%

2. Wanita 15 28%

3. Tidak Teridentifikasi 20 38%

Total 53 100%

(Sumber : Data Primer, 2016)

Berdasarkan tabel 4. Dapat dilihat responden yang memiliki partisipasi terbanyak dalam kuisioner adalah responden yang memiliki jenis kelamin pria dengan jumlah 18 atau sebanyak 34%. Responden wanita dengan jumlah


(53)

15 atau 28%. Sedangkan sisanya sebanyak 20 responden atau dengan tingkat presentase 38% tidak memberikan data identitasnya sehingga tidak dapat teridentifikasi.

3. Jabatan/ Posisi di KAP

Tabel 4.5

Responden Berdasarkan Jabatan di KAP

No. Jabatan/ Posisi Frekuensi Presentase

1. Auditor Junior 18 34%

2. Auditor Senior 12 22%

3. Partner 3 6%

4. Tidak Teridentifikasi 20 38%

Total 53 100%


(54)

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan responden yang memiliki jabatan sebagaai auditor junior berjumlah 18 responden atau 34%. Responden dengan jabatan auditor senior sebanyak 12 responden atau 22%. Responden dengan posisi partner sebanyak 3 responden atau 6%, dan sebanyak 20 responden atau dengan tingkat presentase 38% tidak memberikan identitasnya sehingga tidak dapat diketahui.

4. Lama bekerja di KAP

Tabel 4.6

Responden Berdasarkan Lama Bekerja

No. Lama Bekerja di KAP Frekuensi Presentase

1. < 1 tahun 5 9%

2. Antara 1 – 5 tahun 12 23%

3. Antara 6 – 10 tahun 16 30%


(55)

5. Tidak Teridentifikasi 20 38%

Total 53 100%

(Sumber : Data Primer, 2016)

Berdasarkan tabel 4.6 responden dengan lama bekerja < 1 tahun sebanyak 5 responden atau sekitar 9%. Responden dengan lama bekerja antara 1 - 5 tahun berjumlah 12 responden dengan tingkat presentase 23%. Responden dengan lama bekerja di KAP antara 6-10 tahun sebanyak 16 responden atau 30%, dan responden yang tidak memberikan identitasnya sebanyak 20 responden atau 38% sehingga tidak diketahui lama jumlah lama bekerjanya.

C. Statistik Deskriptif

Tabel 4.7

Hasil Analisis Deskriptif Descriptive Statistics


(56)

KUALITAS AUDIT 53 15 25 20.17

INDEPENDENSI 53 13 24 20.42

PENGALAMAN KERJA 53 11 22 18.91

DUE PROFESSIONAL CARE

53 15 25 20.91

AKUNTABILITAS 53 15 25 20.53

SIKAP SKEPTIS 53 15 25 20.04

TIME BUDGET PRESSURE

53 14 20 17.23

Valid N (listwise) 53

(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa banyaknya data yang diolah adalah sebanyak 53. Variabel independensi memiliki nilai maksimum 24 dan nilai minimum 13 dengan rata-rata 20,42. Variabel pengalaman kerja memiliki nilai maksimum 22 dan nilai minimum 11 dengan rata-rata 18,91. Variabel due professional care memiliki nilai maksimum 25 dan nilai minimum 15 dengan rata-rata 20,91. Variabel akuntabilitas memiliki nilai maksimum 25 dan nilai minimum 15 dengan rata-rata 20,53. Variabel sikap skeptis memiliki nilai maksimum 25 dan nilai minimum 15 dengan rata-rata 20,04. Variabel time budget pressure memiliki nilai maksimum 20 dan nilai minimum 14 dengan rata-rata 17,23. Variabel kualitas audit memiliki nilai maksimum 25 dan nilai minimum 15 dengan rata-rata 20,17.


(57)

D. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas Variabel Independensi

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas


(58)

IDP1 IDP2 IDP3 IDP4 IDP5 IDP IDP1 Pearson Correlation 1 .261 -.053 .082 -.051 .247

Sig. (2-tailed) .059 .704 .558 .715 .074

N 53 53 53 53 53 53

IDP2 Pearson Correlation .261 1 .473** .439** .337* .655** Sig. (2-tailed) .059 .000 .001 .014 .000

N 53 53 53 53 53 53

IDP3 Pearson Correlation -.053 .473** 1 .809** .783** .884** Sig. (2-tailed) .704 .000 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

IDP4 Pearson Correlation .082 .439** .809** 1 .848** .918** Sig. (2-tailed) .558 .001 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

IDP5 Pearson Correlation -.051 .337* .783** .848** 1 .858** Sig. (2-tailed) .715 .014 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

IDP Pearson Correlation .247 .655** .884** .918** .858** 1 Sig. (2-tailed) .074 .000 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)

Item pertanyaan IDP2 (0,655), IDP3 (0,884), IDP4 (0,918), IDP5 (0,858) dan nilai IDP1 (0,247) mendekati 0,25 pembentuk variabel independensi memiliki korelasi dengan skor total masing-masing > 0,25 sehingga item dikatakan valid.

2. Uji Validitas Variabel Pengalaman Kerja Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas


(59)

PK1 PK2 PK3 PK4 PK5 PK PK1 Pearson Correlation 1 .302* .966** .471** .628** .890**

Sig. (2-tailed) .028 .000 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

PK2 Pearson Correlation .302* 1 .332* .476** .385** .616** Sig. (2-tailed) .028 .015 .000 .004 .000

N 53 53 53 53 53 53

PK3 Pearson Correlation .966** .332* 1 .484** .626** .900** Sig. (2-tailed) .000 .015 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

PK4 Pearson Correlation .471** .476** .484** 1 .621** .731** Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

PK5 Pearson Correlation .628** .385** .626** .621** 1 .794** Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

PK Pearson Correlation .890** .616** .900** .731** .794** 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)

Item pertanyaan PK1 (0,890), PK2 (0,616), PK3 (0,900), PK4 (0,731), PK5 (0,794) seluruh item pertanyaan pembentuk variabel pengalaman kerja memiliki korelasi dengan skor total masing-masing variabel > 0,25 sehingga seluruh item dikatakan valid.

3. Uji Validitas Variabel Due Professional Care Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas


(60)

DPC1 DPC2 DPC3 DPC4 DPC5 DPC DPC1 Pearson Correlation 1 .593** .320* .435** .611** .744**

Sig. (2-tailed) .000 .020 .001 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

DPC2 Pearson Correlation .593** 1 .325* .400** .606** .721** Sig. (2-tailed) .000 .018 .003 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

DPC3 Pearson Correlation .320* .325* 1 .543** .426** .735** Sig. (2-tailed) .020 .018 .000 .001 .000

N 53 53 53 53 53 53

DPC4 Pearson Correlation .435** .400** .543** 1 .518** .795** Sig. (2-tailed) .001 .003 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

DPC5 Pearson Correlation .611** .606** .426** .518** 1 .804** Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

DPC Pearson Correlation .744** .721** .735** .795** .804** 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)

Item pertanyaan DPC1 (0,744), DPC2 (0,721), DPC3 (0,735), DPC4 (0,795) dan DPC5 (0,804) seluruh item pertanyaan pembentuk variabel due professional care memiliki korelasi dengan skor total masing-masing variabel > 0,25 sehingga seluruh item dikatakan valid.

4. Uji Validitas Variabel Akuntabilitas

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas


(61)

AKT1 AKT2 AKT3 AKT4 AKT5 AKT AKT1 Pearson Correlation 1 .618** .559** .412** .800** .847**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .002 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

AKT2 Pearson Correlation .618** 1 .320* .569** .583** .830** Sig. (2-tailed) .000 .019 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

AKT3 Pearson Correlation .559** .320* 1 .138 .514** .604** Sig. (2-tailed) .000 .019 .325 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

AKT4 Pearson Correlation .412** .569** .138 1 .333* .722** Sig. (2-tailed) .002 .000 .325 .015 .000

N 53 53 53 53 53 53

AKT5 Pearson Correlation .800**

.583** .514** .333* 1 .802** Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .015 .000

N 53 53 53 53 53 53

AKT Pearson Correlation .847** .830** .604** .722** .802** 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)

Item pertanyaan AKT1 (0,847), AKT2 (0,830), AKT3 (0,604), AKT4 (0,722), AKT5 (0,802) pembentuk variabel akuntabilitas memiliki korelasi dengan skor total masing-masing > 0,25 sehingga seluruh item dikatakan valid.

5. Uji Validitas Variabel Sikap Skeptis

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas


(62)

Correlations

SS1 SS2 SS3 SS4 SS5 SS SS1 Pearson Correlation 1 .378** .403** .426** .423** .691**

Sig. (2-tailed) .005 .003 .001 .002 .000

N 53 53 53 53 53 53

SS2 Pearson Correlation .378** 1 .361** .706** .423** .754** Sig. (2-tailed) .005 .008 .000 .002 .000

N 53 53 53 53 53 53

SS3 Pearson Correlation .403** .361** 1 .529** .728** .781** Sig. (2-tailed) .003 .008 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

SS4 Pearson Correlation .426** .706** .529** 1 .514** .818** Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

SS5 Pearson Correlation .423** .423** .728** .514** 1 .800** Sig. (2-tailed) .002 .002 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

SS Pearson Correlation .691** .754** .781** .818** .800** 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)

Item pertanyaan SS1 (0,691), SS2 (0,754), SS3 (0,781), SS4 (0,818), SS5 (0,800) pembentuk variabel sikap skeptis memiliki korelasi dengan skor total masing-masing > 0,25 sehingga seluruh item dikatakan valid.

6. Uji Validitas Variabel Time Budget Pressure Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas


(63)

TBP1 TBP2 TBP3 TBP4 TBP5 TBP TBP1 Pearson Correlation 1 .038 .330* .124 .009 .631**

Sig. (2-tailed) .785 .016 .375 .949 .000

N 53 53 53 53 53 53

TBP2 Pearson Correlation .038 1 .216 -.288* -.156 .370** Sig. (2-tailed) .785 .120 .036 .264 .006

N 53 53 53 53 53 53

TBP3 Pearson Correlation .330* .216 1 -.097 .258 .760** Sig. (2-tailed) .016 .120 .491 .062 .000

N 53 53 53 53 53 53

TBP4 Pearson Correlation .124 -.288* -.097 1 .271* .319* Sig. (2-tailed) .375 .036 .491 .050 .020

N 53 53 53 53 53 53

TBP5 Pearson Correlation .009 -.156 .258 .271* 1 .408** Sig. (2-tailed) .949 .264 .062 .050 .002

N 53 53 53 53 53 53

TBP Pearson Correlation .631** .370** .760** .319* .408** 1 Sig. (2-tailed) .000 .006 .000 .020 .002

N 53 53 53 53 53 53

(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)

Item pertanyaan TBP1 (0,631), TBP2 (0,370), TBP3 (0,760), TBP4 (0,319), TBP5 (0,408) pembentuk variabel time budget pressure memiliki korelasi dengan skor total masing-masing variabel > 0,25 maka seluruh item dikatakan valid.

7. Uji Validitas Variabel Kualitas Audit

Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas


(64)

KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA KA1 Pearson Correlation 1 .240 .466** .272* .466** .691**

Sig. (2-tailed) .083 .000 .049 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

KA2 Pearson Correlation .240 1 .249 .577** .338* .685** Sig. (2-tailed) .083 .073 .000 .013 .000

N 53 53 53 53 53 53

KA3 Pearson Correlation .466** .249 1 .299* .691** .755** Sig. (2-tailed) .000 .073 .030 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

KA4 Pearson Correlation .272* .577** .299* 1 .299* .659** Sig. (2-tailed) .049 .000 .030 .030 .000

N 53 53 53 53 53 53

KA5 Pearson Correlation .466** .338* .691** .299* 1 .783** Sig. (2-tailed) .000 .013 .000 .030 .000

N 53 53 53 53 53 53

KA Pearson Correlation .691** .685** .755** .659** .783** 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 53 53 53 53 53 53

(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)

Item pertanyaan KA1 (0,691), KA2 (0,685), KA3 (0,755), KA4 (0,659), KA5 (0,783) pembentuk variabel kualitas audit memiliki korelasi dengan skor total masing-masing variable > 0,25 sehingga seluruh item dikatakan valid.

Tabel 4.15 Hasil Uji Reliabilitas

Nomor Variabel Nilai

Cronbach’s


(65)

Alpha

1 Kualitas Audit 0,756 Reliabel

2 Independensi 0,795 Reliabel

3 Pengalaman Kerja 0,841 Reliabel

4 Due Professional Care 0,805 Reliabel

5 Akuntabilitas 0,796 Reliabel

6 Sikap Skeptis 0,823 Reliabel

7 Time Budget Pressure 0,293 Reliabel

(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)

Jika nilai alpha < 0,50 artinya reliabilitas rendah, jika nilai alpha 0,50 – 0,70 artinya reliabilitas moderat, dan jika nilai alpha 0,70 - 0,90 artinya reliabilitas tinggi. Sedangkan jika nilai alpha > 0,90 artinya reliabilitas sempurna.

Nilai cronbachs alpha variabel kualitas audit adalah sebesar 0,756 artinya variabel tersebut termasuk dalam reliabel tinggi. Nilai cronbachs alpha variabel independensi adalah sebesar 0,795 artinya variabel tersebut termasuk dalam reliabel tinggi. Nilai cronbachs alpha variabel pengalaman kerja adalah sebesar 0,841 artinya variabel tersebut termasuk dalam reliabel tinggi. Nilai cronbachs alpha variabel due professional care adalah sebesar 0,805 artinya variabel tersebut termasuk dalam reliabel tinggi. Nilai cronbachs alpha variabel akuntabilitas adalah sebesar 0,796 artinya variabel tersebut termasuk dalam reliabel tinggi. Nilai cronbachs alpha variabel sikap skeptis adalah sebesar 0,823 artinya variabel tersebut termasuk dalam


(66)

reliabel tinggi. Nilai cronbachs alpha variabel time budget pressure adalah sebesar 0,293 artinya variabel tersebut termasuk dalam reliabel rendah.

1. Hasil Uji Asumsi Klasik 3.1Uji Normalitas

Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 53

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .92276321 Most Extreme Differences Absolute .085

Positive .085

Negative -.058

Kolmogorov-Smirnov Z .616

Asymp. Sig. (2-tailed) .843

a. Test distribution is Normal.

(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui model regresi yang terdapat antara variabel independen dan variabel dependen mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Data berdistribusi normal jika nilai sig > alpha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sig 0,843 > 0,05 maka data berdistribusi normal.


(67)

3.2Uji Multikolinearitas

Tabel 4.17

Hasil Uji Multikolinearitas

(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)

Apabila nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel independen. Ouput menunjukkan nilai VIF seluruhnya < 10 dan nilai tolerance > 0,1 sehingga model tersebut tidak mengandung multikolinearitas.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant)

3.675 2.445 1.503 .140

INDEPENDENSI -.145 .061 -.278 -2.384 .021 .564 1.772 PENGALAMAN KERJA .149 .057 .273 2.607 .012 .700 1.429 DUE PROFESSIONAL

CARE .314 .138 .401 2.270 .028 .246 4.066 AKUNTABILITAS .058 .138 .065 .424 .673 .331 3.023 SIKAP SKEPTIS .483 .147 .552 3.280 .002 .271 3.692 TIME BUDGET

PRESSURE -.047 .080 -.054 -.591 .557 .933 1.072 a. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT


(68)

3.3Uji Heteroskedasitas

Tabel 4.18

Output Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.532 1.493 1.026 .310 INDEPENDENSI .064 .039 .260 1.640 .108

PENGALAMAN KERJA -.014 .031 -.068 -.447 .657 DUE PROFESSIONAL

CARE .006 .075 .022 .086 .932

AKUNTABILITAS .048 .080 .144 .595 .555 SIKAP SKEPTIS -.118 .084 -.367 -1.403 .167

TIME BUDGET

PRESSURE .001 .059 .002 .014 .989 a. Dependent Variable: ABS_RES

(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)

Jika semua variabel independen memiliki nilai sig > alpha, maka data bebas dari heteroskedastisitas. Hasil output menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara seluruh variabel independen terhadap variabel absolute residual, karena nilai sig masing-masing variabel > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi non-heteroskedastisitas terpenuhi.


(69)

B. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)

Metode analisis data yang digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan regresi linier berganda.

1. Uji Adjusted R Square

Tabel 4.19

Output Uji Adjusted R Square

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1

.804a .647 .601 .981 a. Predictors: (Constant), TIME BUDGET PRESSURE, DUE PROFESSIONAL CARE, PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS, SIKAP SKEPTIS

b. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT

Nilai R Square sebesar 0,601 artinya variabel independen yaitu independensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, sikap skeptis, dan time budget pressure menjelaskan terhadap variabel kualitas audit adalah sebesar 60,1%, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.


(70)

2. Uji nilai f

Tabel 4.20 Output Uji nilai f

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 81.194 6 13.532 14.059 .000a Residual 44.278 46 .963

Total 125.472 52

a. Predictors: (Constant), TIME BUDGET PRESSURE, DUE PROFESSIONAL CARE, PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS, SIKAP SKEPTIS b. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT

(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)

Uji nilai f digunakan untuk melihat variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen dengan ketentuan nilai sig < alpha 0,05. Dari hasil tabel 4.20 menunjukkan bahwa nilai sig adalah sebesar 0,000, maka dapat dikatakan bahwa variabel independensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, sikap skeptis, dan time budget pressure secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit.


(71)

3. Uji nilai t

Tabel 4.21 Output Uji nilai t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.675 2.445 1.503 .140

INDEPENDENSI -.145 .061 -.278 -2.384 .021 PENGALAMAN KERJA .149 .057 .273 2.607 .012 DUE PROFESSIONAL

CARE .314 .138 .401 2.270 .028 AKUNTABILITAS .058 .138 .065 .424 .673 SIKAP SKEPTIS .483 .147 .552 3.280 .002 TIME BUDGET

PRESSURE -.047 .080 -.054 -.591 .557 a. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT

(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)

Uji Nilai t

1. Pengujian Hipotesis Pertama (H1)

H1 : Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Hasil analisis pada tabel 4.21 menunjukkan variabel indpendensi dengan nilai sig 0,21 < tetapi koefisien regresi bernilai negatif tidak searah dengan beta dengan nilai -0,145 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis ditolak. Independensi berpegaruh negatif terhadap kualitas audit.


(72)

2. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)

H2 : Pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Hasil analisis pada tabel 4.21 menunjukkan variabel pengalaman kerja dengan nilai sig 0,012 < (0,05) dan koefisien regresi searah dengan beta dengan nilai 0,149 maka hipotesis diterima. Pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)

H3 : Due Professioanal care berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Hasil analisis pada tabel 4.21 menunjukkan variabel due professional care dengan nilai sig 0,028 < (0,05) dan koefisien regresi searah dengan beta dengan nilai 0,314 maka hipotesis diterima. Due professional care berpengaruh terhadap kualitas audit.

4. Pengujian Hipotesis Keempat (H4)

H4 : Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit

Hasil analisis pada tabel 4.21 menunjukkan variabel akuntabilitas dengan nilai sig 0,673 > (0,05) dan arah koefisien regresi 0,058 maka hipotesis ditolak. Akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

5. Pengujian Hipotesis Kelima (H5)


(73)

Hasil analisis pada tabel 4.21 menunjukkan variabel sikap skeptis dengan nilai sig 0,002 < (0,05) dan koefisien regresi searah dengan beta dengan nilai positif 0,483 maka hipotesis diterima. Sikap skeptis berpengaruh terhadap kualitas audit. 6. H6 : Time budget pressure berpengaruh negatif terhadap kuaitas audit.

Hasil analisis pada tabel 4.21 menunjukkan variabel time budget pressure dengan nilai sig 0,557 > (0,05) dan koefisien regresi searah dengan beta dengan nilai -0,047 maka hipotesis ditolak. Time budget pressure tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.


(74)

C. Pembahasan (Interpretasi)

Tabel 4.22

Ringkasan Hasil Hipotesis Penelitian

Hipotesis Hasil

H1 : Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit

Ditolak

H2 : Pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas audit

Diterima

H3 : Due professional care berpengaruh positif terhadap kualitas audit

Diterima

H4 : Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit

Ditolak

H5 : Sikap skeptis berpengaruh positif terhadap kualitas audit

Diterima

H6 : Time budget pressure berpengaruh negatif terhadap kualitas audit

Ditolak

(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)

Pengaruh Independensi terhadap kualitas audit.

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel independensi (IDP) mempunyai nilai sig sebesar 0,021 < alpha 0,05. Tetapi, koefisien regresi tidak


(75)

searah dengan beta yaitu bernilai negatif. Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh positif ditolak. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa independensi berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hipotesis yang diajukan. Ini berarti bahwa hubungan antara independensi tidak searah dengan kualitas audit. Terdapat beberapa alasan yaitu salah satunya dalam pembentukan karakteristik audit independensi hanya digunakan untuk memenuhi syarat dalam standar auditing saja. Independensi merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan, tidak bergantung kepada pihak lain, dan tidak memihak terhadap kepentingan siapapun.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tjun, Marpaung dkk (2012) yang menemukan hasil bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak. Hal tersebut disebabkan karena dalam mengukur independensi tidak diturunkan dari sikap mental auditor.

Pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit.

Hasil pengujian hipotesis kedua bahwa variabel pengalaman kerja (PK) mempunyai nilai sig sebesar 0,012 < alpha 0,05 dengan koefisien regresi searah


(76)

dengan beta yang bernilai positif. Maka dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas audit diterima. Hubungan antara pengalaman kerja searah dengan kualitas audit, semakin auditor memiliki pengalaman kerja yang banyak maka akan semakin meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan. Auditor yang berpengalaman cenderung akan lebih ahli dan lebih berkompeten dalam memeriksa laporan keuangan klien. Penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Wiratama dan Budhiarta (2015) yang menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman akan cenderung lebih ahli dan mempunyai pemahaman yang lebih dalam melakukan penugasan audit untuk memeriksa laporan keuangan. Hasil penelitian ini telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Nirmala dan Cahyonowati (2013) bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Auditor dengan tingkat pengalaman yang tinggi akan lebih mudah dalam memeriksa laporan keuangan karena sudah terlatih dengan banyaknya penugasan audit yang dilakukan. Dengan banyaknya penugasan yang dilakukan memungkinkan auditor untuk menemukan mengenai adanya indikasi kecurangan atau manipulasi dalam laporan keuangan klien. Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Ramantha (2015), Agustin (2013) salah satu idikator untuk mengukur pengalaman dapat dilihat dari cara auditor dalam memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh serta dapat dilihat dari cara auditor dalam mengambil keputusan.


(77)

Pengaruh due professional care terhadap kualitas audit.

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa due professional care (DPC) memiliki nilai sig sebesar 0,028 < alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel due professional care berpengaruh positif terhadap kualitas audit diterima. Ini berarti bahwa terdapat hubungan searah variabel due professional care dengan kualitas audit. Hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nirmala dan Cahyonowati (2013) yang menyatakan bahwa penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama dapat memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan yang memadai bhawa laporan keuangan terbebas dari salah saji material atau dari bentuk kecurangan yang lain. Artinya semakin auditor menerapkan sikap cermat dalam melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap bukti audit maka akan cenderung lebih handal dalam memeriksa laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ratha dan Ramantha (2015), Wiratama dan Budhiarta (2015) yang menjelaskan bahwa seorang auditor memerlukan kecermatan yang memadai dalam melakukan pekerjaan auditnya agar menghidari dari kemungkinan terjadinya salah saji material dalam laporan keuangan dalam rangka untuk menghasilkan kualitas audit yang baik.

Pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit.

Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel akuntabilitas (AKT) mempunyai nilai sig sebesar 0,673 > alpha 0,05. Karena nilai sig variabel


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit : Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Yang Terdapat di Jakarta

0 8 131

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta).

0 9 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta).

0 1 20

BAB 1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta).

0 3 11

KUALITAS AUDIT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Kualitas Audit Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta) SKRIPSI.

0 3 14

KUALITAS AUDIT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Kualitas Audit Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta) SKRIPSI.

0 3 19

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta Dan Semarang.

0 3 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta Dan Semarang.

0 2 16

FAKOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) Fakor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Auditor Pada Kantor Akuntan Publik (Kap) (Studi Empiris pada KAP di Wilayah Surakarta, Semarang, dan Yogyakarta.

0 2 15

FAKOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) Fakor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Auditor Pada Kantor Akuntan Publik (Kap) (Studi Empiris pada KAP di Wilayah Surakarta, Semarang, dan Yogyakarta.

0 3 16