TA : Rancang Bangun Aplikasi Evaluasi Beban Kerja Tenaga Kesehatan Berdasarkan Metode Workload Indicator Staffing Need.
RANCANG BANGUN APLIKASI EVALUASI
BEBAN KERJA TENAGA KESEHATAN
BERDASARKAN METODE WORKLOAD
INDICATOR STAFFING NEED
TUGAS AKHIR
Program Studi SI Sistem Informasi
Oleh:
ANDREAS CATUR PAMUNGKAS 09410100105
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMASI
INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016
(2)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Pembatasan Masalah ... 4
1.4 Tujuan ... 4
1.5 Manfaat ... 5
1.6 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
2.1 Sumber Daya Manusia ... 7
2.2 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan ... 8
2.3 Beban Kerja ... 9
2.3.1 Pengertian Beban Kerja... 9
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja ... 10
2.3.3 Dampak dari Beban Kerja ... 11
2.4 Analisis Jabatan ... 12
2.4.1 Pengertian Analisis Jabatan... 12
(3)
Halaman
2.4.2 Tujuan Analisis Jabatan ... 12
2.4.3 Manfaat Analisis Jabatan ... 13
2.5 Perencanaan Sumber Daya Manusia ... 14
2.5.1 Definisi Perencanaan Sumber Daya manusia ... 14
2.5.2 Tahapan Dalam Perencanaan Sumber Daya Manusia ... 14
2.5.3 Tujuan Perencanaan Sumber Daya Manusia ... 15
2.5.4 Manfaat Perencanaan Sumber Daya Manusia ... 16
2.6 Prosedur Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kesehatan dengan Menggunakan Metode WISN (Workload Indicator Staff Need) ... 17
2.7 Puskesmas ... 20
2.8 Definisi Data ... 21
2.9 Konsep Dasar Sistem Informasi ... 21
2.10 Metode Pengembangan Sistem ... 22
2.10.1 Analisa Kebutuhan Perangkat Lunak ... 23
2.10.2 Desain Perangkat Lunak ... 24
2.10.3 Konstruksi Perangkat Lunak ... 35
2.10.4 Uji Coba Perangkat Lunak ... 36
2.10.5 Deploy Perangkat Lunak ... 37
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 38
3.1 Identifikasi dan Analisis Permasalahan ... 38
3.1.1 Alir Proses Pengisian Form ABK ... 41
3.1.2 Alir Proses Penghitungan Beban Kerja dan Pelaporan Jumlah Kebutuhan Pegawai ... 43
(4)
Halaman
3.1.3 Alir Proses Persetujuan Laporan Jumlah Kebutuhan
Pegawai ... 47
3.2 Permasalahan... 49
3.2.1 Analisis pada Proses Pengisian Form ABK ... 49
3.2.2 Analisis pada Proses Penghitungan Beban Kerja dan Pelaporan Jumlah Kebutuhan Pegawai ... 49
3.3 Solusi Permasalahan... 50
3.3.1 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 51
3.3.2 Desain Sistem (Software Design) ... 66
3.3.3 Context Diagram ... 79
3.3.4 Hirarki Input Proses Output ... 80
3.3.5 Data Flow Diagram (DFD) ... 81
3.3.6 Entity Relationship Diagram (ERD) ... 98
3.3.7 Struktur Basis Data ... 100
3.3.8 Perancangan Prosedur dan Program Unit ... 106
3.3.9 Program Unit ... 118
3.3.10 Desain Uji Coba Implementasi Data ... 119
3.3.11 Desain Arsitektur ... 132
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 132
4.1 Implementasi ... 133
4.1.1 Uji Coba Fungsional ... 133
4.1.2 Uji Coba Non Fungsional ... 141
4.1.3 Implementasi Data ... 150
(5)
Halaman
4.2 Evaluasi ... 172
4.2.1 Perhitungan Dengan Aplikasi ... 172
4.2.2 Perhitungan Manual Tanpa Aplikasi ... 173
4.2.3 Perbandingan Hasil Evaluasi... 174
BAB V PENUTUP ... 176
5.1 Kesimpulan ... 176
5.2 Saran ... 176
DAFTAR PUSTAKA ... 177
LAMPIRAN ... 179
(6)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Simbol ... 26
Tabel 2.2 Jenis ERD ... 31
Tabel 3.1 Proses Bisnis Berdasarkan Stakeholder ... 39
Tabel 3.2 Penjelasan Alir Proses Pengisian Form ABK ... 42
Tabel 3.3 Penjelasan Alir Proses Penghitungan Beban Kerja ... 45
Tabel 3.4 Penjelasan Alir Proses Persetujuan Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai ... 48
Tabel 3.5 Detail Kebutuhan Fungsional Mengisi Form ABK... 55
Tabel 3.6 Detail Kebutuhan Fungsional Penghitungan Beban Kerja dan Pelaporan Jumlah Kebutuhan Pegawai ... 58
Tabel 3.7 Detail Kebutuhan Fungsional Persetujuan Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai ... 64
Tabel 3.8 Hubungan Fungsional dan Non-Fungsional Sistem ... 65
Tabel 3.9 Kebijakan Berdasarkan Stakeholder Sesuai Sistem Baru ... 68
Tabel 3.10 Penjelasan Alir Sistem Pengisian Form ABK ... 70
Tabel 3.11 Penjelasan Alir Penghitungan Beban Kerja ... 74
Tabel 3.12 Penjelasan Alir Persetujuan Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai .. 78
Tabel 3.13 Penjelasan DFD Level 0 ... 82
Tabel 3.14 Penjelasan DFD Level 1 Pengisian Form ABK ... 85
Tabel 3.15 Penjelasan DFD Level 1 Penghitungan Beban Kerja ... 90
Tabel 3.16 Penjelasan DFD Level 1 Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai ... 95
Tabel 3.17 Penjelasan DFD Level 1 Persetujuan Jumlah Kebutuhan Pegawai . 97 Tabel 3.18 USER_ADMIN ... 100
(7)
Halaman
Tabel 3.19 UNIT_KERJA ... 101
Tabel 3.20 DETAIL_UNIT_KERJA ... 101
Tabel 3.21 KATEGORI_KERJA ... 102
Tabel 3.22 KEGIATAN_POKOK ... 102
Tabel 3.23 KUANTITAS_KEGIATAN ... 103
Tabel 3.24 WKT ... 103
Tabel 3.25 STANDART_BEBAN_KERJA... 104
Tabel 3.26 KELONGGARAN_KERJA ... 105
Tabel 3.27 WISN ... 105
Tabel 3.28 Detail Form Pengisian Form ABK ... 107
Tabel 3.29 Detail Form Perhitungan Beban Kerja ... 109
Tabel 3.30 Detail Form Perhitungan Beban Kerja ... 115
Tabel 3.31 Detail Form Persetujuan Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai ... 117
Tabel 3.32 Program Unit Sistem ... 118
Tabel 3.33 Data Unit Kerja ... 119
Tabel 3.34 Data Kategori Kerja ... 120
Tabel 3.35 Data Kegiatan Pokok ... 120
Tabel 3.36 Data Waktu Kerja Tersedia ... 121
Tabel 3.37 Hasil Penghitungan Waktu Kerja Tersedia ... 122
Tabel 3.38 Data Standart Beban Kerja ... 123
Tabel 3.39 Hasil Penghitungan Standart Beban Kerja ... 124
Tabel 3.40 Data Faktor Kelonggaran ... 126
Tabel 3.41 Hasil Penghitungan Standart Kelonggaran ... 126
(8)
Halaman
Tabel 3.42 Data Kuantitas Kegiatan ... 127
Tabel 3.43 Hasil Penghitungan Kuantitas Kegiatan ... 128
Tabel 3.44 Data Kebutuhan SDM ... 130
Tabel 3.45 Hasil Penghitungan Kebutuhan SDM ... 131
Tabel 4.1 Hasil Uji Fungsional Staff Unit Layanan ... 134
Tabel 4.2 Hasil Uji Fungsional Pada Unit Layanan Puskesmas ... 136
Tabel 4.3 Hasil Uji Fungsional Staff Tata Usaha ... 139
Tabel 4.4 Hasil Uji Fungsional Kepala Puskesmas ... 140
Tabel 4.5 Uji Coba Non-Fungsional Security ... 142
Tabel 4.6 Uji Coba Non-Fungsional Correctness ... 143
Tabel 4.7 Uji Coba Non-Fungsional Interface ... 144
Tabel 4.8 Uji Coba Non-Fungsional Operability ... 145
Tabel 4.9 Uji Coba Non-Fungsional Performance ... 146
Tabel 4.10 Penjelasan Form Login... 151
Tabel 4.11 Proses Pengisian Form ABK ... 152
Tabel 4.12 Proses Penghitungan Beban Kerja ... 158
Tabel 4.13 Proses Pelaporan Jumlah Kebutuhan Pegawai ... 168
Tabel 4.14 Proses Persetujuan Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai ... 170
(9)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model Waterfall ... 23
Gambar 2.2 Simbol External Entity ... 29
Gambar 2.3 Simbol Proses ... 29
Gambar 2.4 Simbol Penyimpanan Data ... 30
Gambar 2.5 Simbol Data Flow ... 30
Gambar 2.6 Relasi One To One ... 33
Gambar 2.7 Relasi One To Many ... 34
Gambar 2.8 Relasi Many To Many ... 34
Gambar 3.1 Alir Proses Pengisian Form ABK Saat Ini ... 42
Gambar 3.2 Alir Proses Penghitungan Beban Kerja dan Pelaporan Jumlah Kebutuhan Pegawai ... 44
Gambar 3.3 Alir Proses Persetujuan Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai . 47 Gambar 3.4 Waterfall Mode... 50
Gambar 3.5 Blok Diagram Aplikasi Evaluasi Beban Kerja Tenaga Kesehatan ... 67
Gambar 3.6 Detail Kebutuhan Fungsional Mengisi Form ABK ... 70
Gambar 3.7 Detail Kebutuhan Fungsional Penghitungan Beban Kerja... 73
Gambar 3.8 Detail Kebutuhan Fungsional Persetujuan Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai ... 78
Gambar 3.9 Context Diagram ... 79
Gambar 3.10 Diagram HIPO Aplikasi Evaluasi Beban Kerja ... 81
Gambar 3.11 DFD Level 0 ... 82
Gambar 3.12 DFD Level 1 Pengisian Form ABK ... 85
Gambar 3.13 DFD Level 1 Penghitungan Beban Kerja ... 89 xvi
(10)
Halaman
Gambar 3.14 DFD Level 1 Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai ... 95
Gambar 3.15 DFD Level 1 Persetujuan Jumlah Kebutuhan Pegawai ... 96
Gambar 3.16 Conceptual Data Model Aplikasi Evaluasi Beban Kerja ... 99
Gambar 3.17 Physical Data Model Aplikasi Evaluasi Beban Kerja ... 100
Gambar 3.18 Arsitektur Aplikasi ... 131
Gambar 4.1 Form Login ... 151
Gambar 4.2 Laporan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kesehatan dengan Aplikasi ... 172
Gambar 4.3 Laporan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kesehatan dengan Manual... 173
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Biodata Penulis ...179
Lampiran 2 Struktur Organisasi Puskesmas Jagir Surabaya ...181
Lampiran 3 Form Daftar Pertanyaan dan Wawancara ...182
Lampiran 4 Hasil Wawancara ...183
(12)
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Permendagri (2008), pengertian beban kerja adalah besaran suatu pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu unit jabatan dalam suatu organisasi dan merupakan hasil dari perkalian antara volume kerja dan norma waktu. Sedangkan menurut Menpan (1997), beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Setiap beban kerja yang diterima seseorang dalam suatu organisasi haruslah sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Dampak yang terjadi apabila beban kerja terlalu berlebihan akan mengakibatkan stress kerja, baik fisik maupun psikis dan reaksi-reaksi emosional, sedangkan beban kerja yang terlalu sedikit dapat mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan serta timbul kebosanan, sehingga secara potensial dapat membahayakan pekerja (Manuaba, 2000). Berdasarkan dari uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan evaluasi beban kerja pada salah satu unit organisasi pemerintahan khususnya di Puskemas Jagir Surabaya.
Puskesmas Jagir merupakan salah satu Puskesmas dibawah SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang juga merupakan suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan Jagir. Berdasarkan data kunjungan pada Puskesmas Jagir Surabaya tahun 2012, pada
(13)
Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap total kunjungan pasien mencapai sekitar 56.514 pasien, atau rata-rata sekitar kurang lebih 235 pasien/hari. Untuk kunjungan pasien tertinggi terdapat pada Unit Pelayanan Umum yaitu sebesar 128 pasien/hari dengan jumlah tenaga medis yang bertugas sebanyak tujuh orang. Dikarenakan banyaknya program Layanan Kesehatan yang ada di Puskesmas Jagir Surabaya, sehingga tenaga medis yang ada tersebar di beberapa Unit Layanan Kesehatan seperti PTRM, PUSTU, Lansia dan lain-lain. Terkadang hanya ada satu atau dua dokter yang bertugas melayani pasien yang datang di Puskemas Jagir Surabaya dikarenakan adanya kendala seperti rapat dokter, training pengembangan, dan lain sebagainya.
Selama ini perhitungan beban kerja yang dilakukan Puskesmas Jagir Surabaya hanya berdasar pada jumlah volume atas uraian tugas dan tanggung jawab yang dilakukan pada salah satu tenaga kesehatan. Padahal pada kenyataannya, penghitungan beban kerja tenaga kesehatan yang dilakukan perlu mengacu pada Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM dengan menggunakan
metode WISN (Work Load Indicator Staffing Need) yang telah ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan untuk dipedomani dan dilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (termasuk rumah sakit). Menurut Nuryanto (2005), penggunaan metode WISN sangatlah tepat digunakan untuk perhitungan beban kerja tenaga kesehatan, hal itu dibuktikan dengan dilakukannya evaluasi menggunakan metode WISN pada RS. Dr. Sardjito Yogyakarta, hasil pengkajian kebutuhan SDM di rumah sakit tersebut menghasilkan perhitungan yang lebih tepat dan akurat daripada dengan menggunakan metode-metode yang lainnya.
(14)
Oleh karena permasalahan tersebut perlu dibuat suatu aplikasi yang dapat membantu pihak Puskesmas Jagir Surabaya dalam melakukan proses penghitungan beban kerja tenaga kesehatan tersebut. Dengan demikian metode yang akan digunakan untuk mendukung proses penghitungan beban kerja tenaga
kesehatan ini adalah dengan menggunakan metode WISN, yang sesuai dengan SK
No.81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di tingkat Provinsi/Kab/Kota Serta Rumah Sakit Berdasarkan Beban
Kerja/Work Load. WISN merupakan suatu metode perhitungan kebutuhan tenaga
kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori tenaga kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis.
Dengan diterapkannya aplikasi tersebut, diharapkan dapat membantu Puskesmas Jagir Surabaya dalam melakukan penghitungan beban kerja di masing-masing Unit Layanan. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari aplikasi tersebut nantinya Puskemas Jagir Surabaya dapat mengetahui jumlah optimal dan komposisi tenaga kesehatan yang diperlukan secara keseluruhan dan dapat juga untuk mengetahui tingkat efektifitas dan ketepatan jumlah tenaga kesehatan di setiap Unit Layanan, serta dapat juga digunakan sebagai pedoman formasi kerja dalam pelaksanaan mutasi, rotasi, promosi dan bahkan bermanfaat pula dalam proses perencanaan SDM kesehatan sehingga kebutuhan SDM kesehatan di Puskesmas Jagir Surabaya dapat terpenuhi dan kualitas serta mutu pelayanan kesehatan dapat lebih optimal sesuai dengan visi serta misi dari Puskesmas Jagir Surabaya.
(15)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang sedang dihadapi oleh Puskesmas Jagir Surabaya saat ini, yaitu bagaimana merancang dan membangun aplikasi evaluasi beban kerja tenaga
kesehatan dengan metode WISN (Workload Indicator Staffing Need) di
Puskesmas Jagir Surabaya.
1.3 Pembatasan Masalah
Batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan di Puskesmas Jagir Surabaya.
2. Proses pengambilan data dalam perhitungan indikator beban kerja diambil dari
masing-masing jabatan atau kategori tenaga yang berada dalam satu instansi Puskesmas Jagir.
3. Data kunjungan pasien yang digunakan pada penelitian ini dimulai pada bulan
Januari tahun 2012 sampai bulan Desember tahun 2012.
4. Waktu kerja tersedia pada masing-masing jabatan atau kategori tenaga
kesehatan tidak dibedakan berdasarkan waktu kerja atau shift.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana merancang dan membangun
aplikasi evaluasi beban kerja tenaga kesehatan dengan metode WISN (Workload
Indicator Staffing Need) yang menghasilkan :
1. Penghitungan Beban Kerja Tenaga Kesehatan.
(16)
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari aplikasi yang akan dibangun nantinya adalah :
1. Membantu pihak Puskesmas dalam proses perencanaan SDM kesehatan
sehingga dapat meningkatkan mutu serta pelayanan kesehatan yang ada pada Puskesmas Jagir.
2. Membantu pihak Kepala Tata Usaha dalam melakukan penghitungan dan
pelaporan jumlah kebutuhan SDM kesehatan agar dapat mengurangi terjadinya tingkat kesalahan penghitungan serta dapat mempersingkat waktu menjadi lebih efektif dan efisien.
1. Membantu pihak Kepala Tata untuk mengetahui tekanan beban kerja dari
kategori SDM kerja dalam suatu unit.
1.6 Sistematika Penulisan
Secara garis besar sistematika penulisan pada laporan ini adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang terjadi, perumusan permasalahan yang didapat dari latar belakang, pembatasan permasalahan, tujuan dilakukannya penelitian,
manfaat yang akan diberikan kepada stakeholder, serta penjelasan
(17)
Bab II : Landasan Teori
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang mendukung atau digunakan sebagai acuan pada saat atau sebelum melakukan penelitian.
Bab III : Analisis dan Perancangan Sistem
Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana awal proses penelitian ini dilakukan hingga menghasilkan sebuah perancangan yang diperoleh melalui beberapa tahapan seperti, pengumpulan data, identifikasi permasalahan, analisis permasalahan, solusi permasalahan, serta
dilanjutkan sampai dengan perancangan sistem, seperti document
flow, system flow, data flow diagram, desain ERD baik conceptual
data model maupun physical data model, struktur basis data, dan
interface.
Bab IV : Implementasi dan Evaluasi
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai implementasi program atau aplikasi yang sudah dibuat, berdasarkan hasil analisis hingga perancangan dan akan dilakukan uji coba fungsional maupun non fungsional terhadap perangkat lunak yang dibangun. Tahap akhir adalah melakukan evaluasi terhadap uji coba yang sudah dilakukan.
Bab V : Penutup
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu hasil dari evaluasi, serta saran terkait dengan sistem yang dikembangkan.
(18)
2.1 Sumber Daya Manusia
Menurut Sumarsono (2003), Sumber Daya Manusia atau human
recources mengandung dua pengertian. Pertama, SDM mengandung pengertian
usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu
tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua, SDM
menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau masyarakat. Sebagai faktor pertama dan utama dalam proses pembangunan, SDM selalu menjadi subjek dan objek pembangunan. Proses administrasi pun sangat dipengaruhi oleh manajemen sumber daya manusia, dan ada tiga macam klasifikasi sumber daya manusia sebagaimana dikemukakan oleh (Suradinata, 1996) :
1. Manusia atau orang-orang yang mempunyai kewenangan untuk menempatkan,
mengendalikan dan mengarahkan pencapaian tujuan yang disebut administrator.
2. Manusia atau orang-orang yang mengendalikan dan memimpin usaha agar
proses pencapaian tujuan yang dilaksanakan bisa tercapai sesuai rencana disebut manajer.
(19)
3. Manusia atau orang-orang yang mempengaruhi syarat tertentu, dingkat langsung melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing atau jabatan yang dipegangnya.
2.2 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan
Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito (2007), Pengertian SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan, pendidikan, dan pelatihan serta terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sedangkan menurut PP No. 32/1996 disebutkan bahwa SDM kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan, maupun tidak untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melaksanakan upaya kesehatan. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan formal dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (PP No. 32/1996).
Jenis tenaga kesehatan dalam Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan, yaitu :
a) Tenaga Medis : Meliputi dokter dan dokter gigi
b) Tenaga Keperawatan : Meliputi Perawat dan Bidan
c) Tenaga Kefarmasian : Meliputi Apoteker, Analis Farmasi dan
Asisten Apoteker.
d) Tenaga kesehatan masyarakat : Meliputi Epidemiologi Kesehatan,
(20)
Kesehatan, Penyuluh Kesehatan, Administrator Kesehatan, Sanitarian.
e) Tenaga Gizi : Meliputi Nutrision dan dietisian.
f) Tenaga Terapan fisik : Meliputi fisioterapis, okupasiterapis,
Terapis wicara.
g) Tenaga Keteknisian Medis : Meliputi Radiografer, Radioterapis,
Teknisi gigi, Teknisi Elektromedik, Analis
Kesehatan, Refraksionis, otorik prostetik, Teknisi Transfusi Dan Perekam Medis.
2.3 Beban Kerja
2.3.1 Pengertian Beban Kerja
Menurut Permendagri (2008), pengertian beban kerja adalah besaran suatu pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu unit jabatan dalam suatu organisasi dan merupakan hasil dari perkalian antara volume kerja dan norma waktu. Sedangkan menurut Menpan (1997), beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajernen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajernen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat
(21)
digunakan sebagai alas untuk menyernpurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumberdaya manusia (Menpan, 1997).
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
Menurut Manuaba (2000) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja adalah sebagai berikut :
1. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti:
a) Tugas (Task).
Meliputi tugas yang bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, kondisi lingkungan kerja, sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat. Sedangkan tugas yang bersifat mental meliputi tanggung jawab, kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya.
b) Organisasi Kerja.
Meliputi masa waktu kerja, waktu istirahat, shift kerja, sistem kerja,
sistem pengupahan, pelimapahan tugas dan wewenang dan sebagainya.
c) Lingkungan Kerja.
Lingkungan kerja ini dapat memberikan beban tambahan yang meliputi, lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.
2. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat dari reaksi
beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai stresor, meliputi faktor somatis
(jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan, dan sebagainya), dan faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan sebagainya).
(22)
Dari faktor-faktor tersebut dapat diperoleh indikator-indikator dari variabel beban kerja sebagai berikut :
1. Faktor eksternal :
a. Tugas-tugas yang bersifat fisik (sikap kerja)
b. Tugas-tugas yang bersifat mental (tanggung jawab, kompleksitas pekerjaan,
emosi pekerja dan sebagainya)
c. Waktu kerja dan waktu istirahat dosen
d. Kerja secara bergilir
e. Pelimpahan tugas dan wewenang
2. Faktor internal :
a. Faktor somatis (kondisi kesehatan)
b. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan sebagainya)
2.3.3 Dampak dari Beban Kerja
Setiap beban kerja yang diterima seseorang dalam suatu organisasi haruslah sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Dampak yang terjadi apabila beban kerja terlalu berlebihan akan mengakibatkan stress kerja, baik fisik maupun psikis dan reaksi-reaksi emosional, sedangkan beban kerja yang terlalu sedikit dapat mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan serta timbul kebosanan, sehingga secara potensial dapat membahayakan pekerja Manuaba (2000).
(23)
2.4 Analisis Jabatan
2.4.1 Pengertian Analisis Jabatan
Analisis jabatan merupakan proses pengumpulan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan dan tanggung jawab suatu jabatan tertentu sehingga merujuk pada seleksi dan penempatan pekerjaan yang sesuai. Menurut Amstrong (2009) berpendapat bahwa Analisis pekerjaan merupakan proses pengumpulan, penganalisisan, dan penyusunan informasi tentang isi pekerjaan dalam rangka memberikan dasar bagi sebuah deskripsi pekerjaan dan data untuk perekrutan, pelatihan, evaluasi kerja, dan manajemen kinerja. Analisis pekerjaan berkonsentrasi pada apa yang diharapkan para pekerja untuk lakukan. Sedangkan Pynes (2004) menyatakan rekrutmen dalam analisis jabatan merupakan proses menarik kandidat yang memenuhi syarat untuk melamar posisi yang kosong dalam sebuah organisasi. Seleksi merupakan tahap akhir dari proses rekrutmen, ketika keputusan dibuat siapa yang akan dipilih untuk posisi kosong yang tersedia. Analisis jabatan merupakan kunci dari fungsi kinerja. Analisis jabatan dapat mempermudah cara kerja karyawan dalam jabatan tertentu yang diembannya.
2.4.2 Tujuan Analisis Jabatan
Secara sederhana, penilaian jabatan dalam analisis jabatan dipahami sebagai suatu proses penilaian yang sistematis, untuk membandingkan nilai suatu jabatan dengan nilai jabatan yang lainnya dengan tujuan untuk mempertimbangkan tingkat balas jasa (gaji, upah) yang tepat. Menurut Priansa
dan Suwatno (2011),beberapa tujuan analisis jabatan antara lain :
1. Menentukan kualifikasi yang diperlukan pemegang jabatan
(24)
3. Mengevaluasi kebutuhan karyawan untuk pemindahan atau promosi jabatan.
4. Menetapkan kebutuhan untuk program pelatihan.
5. Menentukan tingkat upah, gaji, dan pemeliharaan administrasi upah dan gaji.
6. Menetapkan tanggung jawab, pertanggung jawaban, dan otoritas.
Menetapkan tuntunan yang esensi dalam penetapan standar produksi
2.4.3 Manfaat Analisis Jabatan
Hasil dari analisis jabatan dinyatakan dalam bentuk uraian tertulis yaitu mengenai deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan. Informasi yang dihasilkan oleh analisis jabatan dapat bermanfaat untuk :
1. Menentukan klasifikasi pekerjaan.
2. Membantu mengukur, memperkirakan, dan menentukan kompensasi.
3. Memberi pedoman dalam pemberian tugas.
4. Membantu proses pemindahan pekerjaan
5. Sebagai acuan dalam penggolongan jabatan sehingga memudahkan dalam
melakukan promosi dan demosi
6. Membantu klasifikasi jabatan yang diperlukan dengan menentukan jenis dan
lamanya suatu program latihan.
7. Membantu memperbaiki kondisi kerja.
8. Meningkatkan produktivitas karyawan melalui penyederhanaan kerja dan
perbaikan metode yang didasarkan atas penyelidikan jabatan
2.5 Perencanaan Sumber Daya Manusia
2.5.1 Definisi Perencanaan Sumber Daya Manusia
Salah satu definisi klasik tentang perencanaan yang dikemukakan oleh Siagian (2012) mengatakan bahwa perencanaan pada dasarnya merupakan
(25)
pengambilan keputusan sekarang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan. Perencanaan juga memberikan kerangka dasar sebagai acuan dalam pengambilan keputusan di seluruh organisasi. Itu berarti bahwa perencanaan sumber daya manusia tidak bisa dipercayakan hanya kepada tenaga-tenaga professional yang menangani masalah-masalah kepegawaian saja, melainkan harus melibatkan para manajer yang memimpin satuan-satuan kerja yang menyelenggarakan fungsi utama. Kesimpulannya menurut Mathis dan Jackson (2001), perencanaan Sumber Daya Manusia memberikan petunjuk masa depan, menentukan dimana tenaga kerja diperoleh, kapan tenaga kerja akan dibutuhkan, dan pelatihan dan pengembangan jenis apa yang harus dimiliki tenaga kerja
2.5.2 Tahapan Dalam Perencanaan Sumber Daya Manusia
Pada umumnya proses perencanaan SDM dibagi atas dua tahapan besar. Berikut ini beberapa tahap yang terkait dengan perencanaan SDM antara lain yaitu:
2. Tahap Peramalan Kebutuhan SDM di Masa Depan (Needs Forecasting)
Prakiraan kebutuhan (needs forecasting) secara garis besar terbagi atas 4
kelompok yaitu : a) Eksternal dan internal yang meliputi pertumbuhan ekonomi ; b) Persyaratan SDM di masa depan; c) Ketersediaan SDM di masa mendatang; d) Prakiraan kebutuhan SDM.
3. Perencanaan Program (Program Planning)
Rancangan atau rencana program tersebut meliputi dua hal besar yaitu manajemen kinerja dan manajemen karier. Pada manajemen kinerja berkaitan dengan keorganisasian seperti aktivitas kerja, hubungan kerja, tanggung jawab
(26)
kerja, standar kerja dan lainnya. Sedangkan manajemen karier berkaitan dengan kebijakan perusahaan atas kinerja yang dilakukan oleh tenaga kerja, meliputi promosi, seleksi dan penempatan, jenjang karier dan lain-lain.
2.5.3 Tujuan Perencanaan Sumber Daya Manusia
Menurut Priansa dan Suwatno (2011), ketersediaan SDM yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas-tugas pada masa-masa yang akan datang adalah sangat penting untuk memastikan bahwa kegiatan perusahaan dapat terlaksana dengan baik. Ketika diramalkan ada kekurangan dibandingkan dengan kebutuhan, perusahaan dapat melakukan perekrutan pegawai baru, promosi, dan transfer secara proaktif sehingga tidak mengganggu kegiatan perusahaan.
Tujuan perencanaan SDM dalam Priansa dan Suwatno (2011), ialah untuk
: a) Menentukan kualitas dan kuantitas karyawan yang akan mengisi semua jabatan dalam perusahaan; b) Menjamin tersedianya tenaga kerja masa kini maupun masa depan, sehingga setiap pekerjaan ada yang mengerjakannya; c) Menghindari terjadinya mismanajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas; d) mempermudah koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) sehingga produktivitas kerja meningkat; e) Menghindari kekurangan dan atau kelebihan karyawan; f) Menjadi pedoman dalam menetapkan program penarikan, seleksi, pengembangan, kompensasi, kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan; g) Menjadi pedoman dalam melaksanakan mutasi (vertical atau horizontal) dan pension karyawan; dan h) Menjadi dasar dalam penilaian karyawan.
2.5.4 Manfaat Perencanaan Sumber Daya Manusia
Manfaat perencanaan akan memberikan nilai-nilai positif bagi kepentingan organisasi, dan manajemen perlu menyeimbangkan antara fungsi
(27)
perencanaan sumber daya manusia dengan fungsi-fungsi yang lain agar sasaran organisasi tercapai secara keseluruhan.
Menurut Siagian (2012) sedikitnya terdapat 6 manfaat yang dapat diambil dari suatu perencanaan SDM yaitu :
1. Organisasi dapat memanfaatkan SDM yang sudah ada dalam organisasi secara
baik.
2. Melalui perencanaan SDM yang matang, produktivitas kerja dari tenaga yang
sudah ada dapat lebih ditingkatkan.
3. Perencanaan SDM berkaitan dengan penentuan kebutuhan akan tenaga kerja
di masa depan, baik dalam arti jumlah dan kualifikasinya untuk mengisi berbagai jabatan dan menyelenggarakan berbagai aktivitas baru kelak.
4. Dengan perencanaan SDM dapat diperoleh manfaat semaksimal mungkin.
Perencanaan yang matang akan memudahkan manajer dalam
mengoptimalkan SDM yang ada di lingkungan kerjanya. Dengan perencanaan yang matang akan memajukan perusahaan itu sendiri.
5. Perencanaan SDM yang profesional mendorong organisasi menciptakan dan
menyempurnakan sistem informasi SDM agar selalu akurat siap pakai untuk berbagai kegiatan manajemen SDM lainnya.
6. Perencanaan SDM dapat meningkatkan koordinasi antar manajemen unit
kerja/departemen, yang akan berkelanjutan dan dapat dikembangkan dalam melaksanakan kegiatan bisnis yang memerlukan kerjasama
(28)
2.6 Prosedur Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kesehatan dengan Menggunakan Metode WISN (Workload Indicator Staff Need)
Perencanaan Perhitungan SDM kesehatan dengan menggunakan metode
WISN (Workload Indicator Staffing Need) adalah suatu metode perhitungan
kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan beban pekerjaaan nyata yang dilaksanakan oleh setiap kategori SDM kesehatan pada setiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan Depkes (2004). Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis. Metode ini dapat digunakan di rumah sakit, puskesmas dan sarana kesehatan lainnya atau bahkan dapat digunakan untuk kebutuhan tenaga di kantor Dinas Kesehatan. Langkah-langkah perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan metode WISN melalui 5 langkah sebagai berikut :
1. Menetapkan Unit Kerja dan Kategori SDM
Tujuan penetapan ini adalah agar diperolehnya unit kerja dan kategori SDM yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan masyarakat di dalam dan diluar gedung puskesmas.
2. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia
Tujuan penetapan ini adalah diperolehnya waktu kerja tersedia masing-masing kategori SDM yang bekerja di unit pelayanan selama kurun waktu satu tahun. Berikut ini adalah data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia :
����������������� = � −(�+�+�+�) ...Rumus (2.1)
(29)
Keterangan :
A : Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku atau Peraturan Daerah setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja dalam 1 tahun 250 hari kerja (5 hari x 50 minggu)
B : Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja setiap tahun.
C : Pendidikan dan Pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di rumah sakit untuk meningkatkan kompetensi/profesionalisme setiap kategori SDM memiliki hak untuk mengikuti pelatihan/kursus/seminar/lokakarya dalam 6 hari kerja.
D : Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri terkait tentang Hari Libur Nasional.
E : Ketidak hadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidakhadiran kerja (selama kurun waktu 1 tahun) karena alas an sakit, tidak masuk dengan atau tanpa pemberitahuan/izin.
F : Waktu Kerja, sesuai ketentuan yang berlaku pada instansi atau dinas terkait selama satu hari.
3. Menyusun Standar Beban Kerja
Standar Beban Kerja adalah suatu kegiatan pokok yang disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan (rata-rata waktu) yang dimiliki oleh masing-masing kategori SDM. Rata-rata waktu untuk menyelesaikan kegiatan pelayanan sangat bervariasi dan sesuai dengan karakteristik pasien (umur, jenis kelamin) jenis dan beratnya penyakit, prasarana serta kompetensi masing-masing SDM. Untuk itu dalam
(30)
menetapkan rata-rata waktu dapat ditetapkan berdasarkan standar, pengalaman selama bekerja, kesepakatan bersama dan berdasarkan pengalaman.
������������������ = ������������������
���������������������� ...Rumus (2.3)
4. Menyusun Standar Kelonggaran
Penyusunan standar kelonggaran bertujuan untuk diperolehnya faktor kelonggaran setiap kategori SDM, meliputi jenis kegiatan dan dibutuhkan waktu utuk menyelesaikan suatu kegiatan yang rutin dilakukan, baik kegiatan yang berkaitan langsung dengan pelayanan atau program puskesmas atau yang tidak berkaitan langsung. Untuk mengetahui standar waktu kelonggaran dapat dilakukan dengan pengamatan dan wawancara setiap kategori SDM terhadap frekuensi kegiatan dalam satu hari, minggu atau bulan dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.
����������������� = ��������������������
������������������ ...Rumus (2.4)
5. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kesehatan per unit kerja
Perhitungan kebutuhan SDM per Unit kerja bertujuan untuk memperoleh jumlah dan jenis/kategori SDM per Unit kerja sesuai dengan beban kerja selama satu tahun. Data-data yang diperlukan untuk perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja meliputi, waktu kerja tersedia; Standar beban kerja; standar kelonggaran masing-masing kategori SDM dan jumlah kuantitas kegiatan tiap unit kerja selama satu tahun.
(31)
������ℎ�����= �����������������������������������+�������������� .Rumus (2.6)
2.7 Puskesmas
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang mempunyai tanggung jawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes, 2004).
1. Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan kabupaten/kota,
puskesmas memiliki peran menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan di wilayah kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja
Standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah
(32)
(desa/kelurahan atau RT/RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
2.8 Definisi Data
Data merupakan fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, nilai-nilai, uraian karakter yang mempunyai arti pada suatu konteks tertentu. Data merupakan salah satu hal utama yang dibahas dalam teknologi informasi komputer. Penggunaan dan pemanfaatan data sudah mencakup banyak aspek.
Data merepresentasikan suatu objek sebagaimana dikemukakan oleh
Setiawan dan Munir (2006) bahwa “Data adalah nilai yang merepresentasikan
deskripsi dari suatu objek atau kejadian (event)”.
2.9 Konsep Dasar Sistem Informasi
Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Data merupakan bentuk yang masih mentah yang belum dapat bercerita banyak, sehingga perlu diolah lanjut. (Jogiyanto, 2003)
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan sistem informasi, kita perlu mendefnisikan istilah informasi dan sistem. Produk dari sistem informasi adalah informasi yang dihasilkan. Informasi tidak sama dengan data. Data adalah fakta, angka bahkan simbol mentah. Secara bersama-sama mereka merupakan masukan bagi suatu sistem informasi. Sebaliknya, informasi terdiri dari data yang telah
(33)
ditransformasi dan dibuat lebih bernilai melalui suatu pemrosesan. Idealnya, informasi adalah pengetahuan yang berarti dan berguna untuk mencapai sasaran.
Sistem adalah suatu kerangka kerja terpadu yang mempunyai satu sasaran atau lebih. Sistem ini mengkoordinasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mengubah masukan-masukan menjadi keluaran. Sumber daya dapat berupa bahan (material) atau mesin ataupun tenaga kerja, bergantung pada macam sistem yang dibahas. Sistem informasi adalah suatu kerangka kerja dengan mana sumber daya (manusia dan komputer) dikoordinasikan untuk mengubah masukan (data) menjadi keluaran (informasi), guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan.
2.10 Metode Pengembangan Sistem
Metode yang digunakan dalam pembuatan sistem ini adalah Software
Development Life Cycle (SDLC) model waterfall. SDLC sendiri merupakan suatu
metode pengembangan sistem tradisional yang banyak digunakan sebagian besar
organisasi saat ini. SDLC adalah kerangka kerja (framework) yang terstruktur
yang berisi proses-proses sekuensial di mana sistem informasi dikembangkan.
Menurut Sholiq (2010), pada pengembangan perangkat dengan waterfall
ada beberapa tahapan yang dilakukan antara lain: 1. Analisis Kebutuhan, 2.
Desain Sistem, 3. Pengkodean Sistem, 4. Pengujian Sistem, dan 5. Deploy
(34)
Gambar 2.1 Model Waterfall
Berikut ini akan diuraikan tahap-tahap pengembangan perangkat lunak
dengan menggunakan metode waterfall.
2.10.1 Analisa Kebutuhan Perangkat Lunak
Kebutuhan perangkat lunak dapat diartikan sebagai properti yang harus dipamerkan dalam rangka memecahkan beberapa masalah di dunia nyata. Dalam menentukan kebutuhan perangkat lunak, yang pertama perlu harus diperhatikan setelah definisi dari kebutuhan perangkat lunak adalah jenis dari kebutuhan tersebut seperti apakah produk atau proses, fungsional atau non-fungsional, dan properti yang akan muncul.
Kedua yaitu, proses dari kebutuhan itu sendiri. Didalamnya digambarkan model, aktor, dukungan dan manajemen, kualitas dan pengembangan dari proses itu sendiri. Ketiga yaitu, elisitasi kebutuhan yang menjelaskan darimana kebutuhan perangkat lunak berasal dan bagaimana caranya mendapatkannya. Keempat yaitu, analisis kebutuhan yang membahas konflik antar kebutuhan, interaksi perangkat lunak dengan lingkungan sekitar, dan mengkolaborasikan antara kebutuhan sistem dengan perangkat lunak. Selain itu, termasuk di
(35)
dalamnya klasifikasi kebutuhan, pemodelan konseptual, desain arsitektur dan alokasi kebutuhan, dan negosiasi kebutuhan.
Kelima yaitu, spesifikasi kebutuhan yang menghasilkan dokumen spesifikasi kebutuhan perangkat lunak. Keenam yaitu, validasi kebutuhan yang memastikan kebutuhan perangkat lunak yang diabarkan benar-benar telah sesuai sebelum digunakan. Yang terakhir, ketujuh yaitu, pertimbangan praktis, yang menggambarkan beberapa topik yang perlu dupahami dalam pelaksanaannya. Topik itu seperti sifat berulangnya sebuah proses, manajemen dan pemeliharaan, dan pengukuran kebutuhan
2.10.2 Desain Perangkat Lunak
Analisis sistem atau perangkat lunak dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan, sehingga dapat diusulkan perbaikannya.
Perancangan desain perangkat lunak merupakan penguraian suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian komputerisasi yang dimaksud, mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, menentukan kriteria, menghitung konsistensi terhadap kriteria yang ada, serta mendapatkan hasil atau tujuan dari masalah tersebut serta mengimplementasikan seluruh kebutuhan operasional dalam membangun aplikasi.
Menurut Kendall & Kendall (2003), analisis dan perancangan sistem berupaya menganalisis input data atau aliran data secara sistematis, memproses atau mentransformasikan data, menyimpan data, dan menghasilkan output informasi dalam konteks bisnis khusus. Kemudian, analisis dan perancangan sistem tersebut dipergunakan untuk menganalisis, merancang dan
(36)
mengimplementasikan peningkatan-peningkatan fungsi bisnis yang bisa dicapai melalui penggunaan sistem informasi terkomputerisasi.
Tahap analisis merupakan tahap yang kritis dan sangat penting, karena kesalahan di dalam tahap ini juga akan menyebabkan kesalahan di tahap selanjutnya. Dalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh analis sistem sebagai berikut:
1. Identify, yaitu mengidentifikasi masalah.
2. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada. 3. Analyze, yaitu menganalisis sistem.
4.Report, yaitu membuat laporan hasil analisis.
Setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan, maka analis sistem telah mendapatkan gambaran dengan jelas apa yang harus dikerjakan. Tiba waktunya sekarang bagi analis sistem untuk memikirkan bagaimana membentuk sistem tersebut, tahap ini disebut desain sistem atau perangkat lunak.
a. Bagan Alir Dokumen
Bagan alir dokumen (document flowchart) atau disebut juga bagan alir
formulir (form flowchart) atau paperwork flowchart merupakan bagan alir yang
menunjukkan dokumen gambaran arus data dengan menggunakan simbol seperti pada tabel berikut yang dijelaskan pada Tabel 2.1 :
(37)
Tabel2.1Simbol
No. Simbol Nama Simbol
Flowchart
Fungsi
1. Dokumen Untuk menujukkan
dokumen input dan output baik untuk proses manual, mekanik atau komputer.
2. Proses Komputerisasi Menunjukkan kegiatan
dari operasi program komputer.
3. Database Untuk menyimpan data.
4. Penghubung Menunjukkan hubungan
di halaman yang sama.
5. Penghubung Halaman
Lain
Menunjukkan hubungan di halaman lain.
6. Terminator Menandakan awal/akhir
(38)
No. Simbol Nama Simbol Flowchart
Fungsi
7. Decision Menggambarkan logika
keputusan dengan nilai true atau false.
8. Kegiatan Manual Untuk menunjukkan
pekerjaan yang dilakukan secara manual.
9. Simpanan Offline Untuk menujukkan file
non-komputer yang
diarsip urut angka.
b. Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram atau sering juga disebut dengan Bubble Chart atau
diagram, model proses, diagram alur kerja atau model fungsi adalah alat pembuatan model yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alir data baik secara manual maupun komputerisasi. DFD merupakan alat pembuat model yang sering digunakan untuk menjelaskan aliran informasi dan transformasi data yang bergerak dari pemasukan data hingga keluaran. Untuk memudahkan proses pembacaan DFD, maka penggambaran DFD disusun berdasarkan tingkatan atau level dari atas ke bawah, yaitu:
(39)
1. Context Diagram
Merupakan diagram paling atas dan pembahasan berupa global yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup proses. Hal yang digambarkan dalam diagram konteks adalah hubungan terminator dengan sistem dan juga sistem dalam suatu proses. Sedangkan hal yang digambarkan dalam
Context Diagram adalah hubungan antar terminator dan data source.
2. Diagram level 0
Merupakan diagram yang berada diantara diagram konteks dan diagram
detail serta menggambarkan proses utama dari DFD. Hal yang digambarkan dalam
diagaram level 0 adalah proses utama dari sistem serta hubungan entitiy, proses,
alur data dan data source.
3. Diagram Detail (Primitif)
Merupakan penguraian dalam proses yang ada dalam diagram zero. Diagram yang paling rendah dan tidak dapat diuraikan lagi.
Data Flow Diagram (DFD) memiliki empat komponen, yaitu:
a. Terminator
Terminator atau External Entity atau kesatuan luar yang mewakili entitas
external yang berkomunikasi dengan sistem yang dikembangkan. Terminator
merupakan kesatuan di lingkungan sistem yang dapat berupa orang atau sistem yang berada di lingkungan luar sistem yang memberikan inputan maupun yang menerima output dari sistem serta berupa bagian atau divisi diluar sistem yang
berkomunikasi dengan sistem. Terminator ini sering juga disebut entitas
(40)
Gambar 2.2 Simbol ExternalEntity
b. Proses
Proses sering dikenal dengan nama Bubble, fungsi atau informasi.
Komponen proses menggambarkan bagian dari sistem yang
mentransformasikan input ke output, atau dapat dikatakan bahwa komponen
proses menggambarkan transformasi atau empat persegi panjang tegak dengan sudut tumpul. Proses diberi nama untuk menerangkan proses atau kegiatan apa yang sedang atau kegiatan yang dilaksanakan. Dan setiap proses harus diberi penjelasan yang lengkap sebagai berikut:
1. Identifikasi Proses
Umumnya berupa angka yang menunjukkan nomor dari proses dan ditulis pada bagian atas simbol.
Gambar 2.3 Simbol Proses
2. Nama Proses
Menunjukkan apa yang sedang dikerjakan oleh proses tersebut. Nama proses harus jelas dan lengkap menggambarkan bagian prosesnya. Nama proses diletakkan dibawah identifikasi proses.
0 Process
(41)
3. Data Store
Data Store digunakan sebagai sarana untuk pengumpulan data. Data
store disimbolkan dengan dua garis horizontal yang paralel dimana tertutup pada satu ujungnya atau dua garis horizontal. Suatu nama perlu
diberikan pada data store menunjukkan nama filenya. Data Store biasanya
berkaitan dengan penyimpanan file atau database yang dilakukan secara
terkomputerisasi. Data store dihubungkan dengan alur data hanya pada
komponen proses pengertiannya sebagai berikut:
a. Alur data dari store yang berarti sebagai pengaksesan data untuk
suatu proses.
b. Alur data ke proses berarti meng-update data seperti menambah
data, mengurangi data maupun mengubah data.
Gambar 2.4 Simbol Penyimpanan Data
4. Alur Data
Alur data dapat digambarkan dengan anak panah yang menuju ke dalam proses maupun ke luar proses. Alur data digunakan untuk menerangkan perpindahan data atau informasi dari suatu bagian ke bagian lainnya.
Gambar 2.5 Simbol DataFlow
(42)
5. Syarat-syarat pembuatan sebuah DFD adalah:
a. Pemberian nama untuk setiap komponen DFD.
b. Pemberian nomor pada proses DFD.
c. Menghindari pembuatan DFD yang rumit.
d. Memastikan DFD dibangun secara konsisten.
c. Entity Relation Diagram
Entity Relationship Diagram adalah suatu bentuk perencanaan database
secara konsep fisik yang nantinya akan dipakai sebagai kerangka kerja dan pedoman dari struktur penyimpanan data. ERD digunakan untuk menggambarkan model hubungan data dalam sistem, dimana didalamnya terdapat hubungan entitas beserta atribut relasinya dan mendokumentasikan kebutuhan-kebutuhan untuk sistem pemrosesan data. ERD memiliki beberapa jenis model yaitu :
Tabel 2.2 Jenis ERD
No. Jenis ERD Keterangan
1. Conceptual Data Model
(CDM)
Merupakan model universal dan dapat
menggambarkan semua struktur logic
database (DBMS), dan tidak bergantung
dari software atau pertimbangan struktur
data storage. Sebuah CDM dapat diubah
langsung menjadi PDM.
2. Physical Data Model (PDM) Merupakan model ERD yang mengacu
pada pemilihan software DBMS yang
(43)
No. Jenis ERD Keterangan
signifikan dikarenakan oleh struktur tipe
database yang bervariasi, dari model
schema, tipe data penyimpanan dsb.
ERD memiliki beberapa jenis objek yaitu
1. Entity
Sesuatu yang ada dan terdefinisikan bisa berupa nyata maupun abstrak yang dapat dibedakan satu dengan yang lainnya dan adanya hubungan saling
ketergantungan. Ada 2 macam tipe entity, yaitu :
a. Strong Entity
Strong Entity merupakan tipe entity yang mempunyai key attribute untuk
setiap individu yang ada di dalamnya.
b. Weak Entity
Weak Entity merupakan entity yang tidak memiliki key attribute, oleh
karena itu weak entity harus dihubungkan dengan strong entity untuk
menggunakan atribut kunci secara bersama-sama.
2. Attribute
Setiap entity memiliki beberapa attribute, yang merupakan ciri atau
karakteristik dari entity tersebut. Attribute seting disebut juga data elemen atau
(44)
3. Key
Beberapa elemen data memiliki sifat, dengan mengetahui nilai yang telah
diberikan oleh sebagian elemen data dari entity tertentu, dapat diidentifikasikan
nilai-nilai yang terkandung dalam elemen-elemen data lain ada entity yang sama.
Elemen penentu tersebut adalah sebagai elemen data kunci (key).
4. Relationship
Relasi adalah hubungan antar Entity yang berfungsi sebagai hubungan
yang mewujudkan pemetaan antar Entity. Macam-macam relasi itu sendiri antara
lain:
1. One To One (1:1)
Relasi dari Entity satu dengan Entity dua adalah satu berbanding satu. Contoh:
Pada pelajaran privat, satu guru mengajar satu siswa dan satu siswa hanya diajar oleh satu guru.
Gambar 2.6 Relasi One To One
2. One To Many (1:m)
Relasi antara Entity yang pertama dengan Entity yang kedua adalah satu
berbanding banyak atau dapat pula dibalik, banyak berbanding satu. Contoh: Pada sekolah, satu guru mengajar banyak siswa dan banyak siswa diajar oleh satu guru.
1 1
(45)
Gambar 2.7 Relasi OneToMany
3. Many To Many
Relasi antara Entity yang satu dengan Entity yang kedua adalah banyak
berbanding banyak. Contoh: Pada perkuliahan, satu dosen mengajar banyak mahasiswa dan satu mahasiswa diajar oleh banyak dosen pula.
Gambar 2.8 Relasi ManyToMany
Entity Relationship Diagram ini diperlukan agar dapat menggambarkan
hubungan antar Entity dengan jelas, dapat menggambarkan batasan jumlah Entity
dan partisipasi antar Entity, mudah dimengerti pemakai dan mudah disajikan oleh
perancang Database. Untuk itu EntityRelationshipDiagram dibagi menjadi dua
jenis model, yaitu:
a. Conceptual Data Model (CDM)
CDM adalah jenis model data yang menggambarkan hubungan antar tabel secara konseptual.
1 m
Guru Siswa
m n
(46)
b. Physical Data Model (PDM)
PDM adalah jenis model data yang menggambarkan hubungan antar tabel secara fisikal.
2.10.3 Konstruksi Perangkat Lunak
Pada tahap ini ialah melakukan konversi hasil desain ke sistem informasi
yang lengkap melalui tahapan coding atau pengkodean termasuk bagaimana,
membuat basis data dan menyiapkan prosedur kasus pengujian, mempersiapkan
berkas atau file pengujian, pengodean pengompilasian, memperbaiki dan
membersihkan program serta melakukan pengujian. Construction ini memiliki
beberapa tahapan secara umum.
1. Software Construction Fundamentals
Pada tahap pertama yaitu dilakukan pendefinisian dasar tentang prinsip-prinsip yang digunakan dalam proses implementasi seperti minimalisasi kompleksitas, mengantisipasi perubahan, dan standar yang digunakan.
2. Managing Construction
Bagian ini mendefinisikan tentang model implementasi yang digunakan, rencana implementasi, dan ukuran pencapaian dari implementasi tersebut.
3. Practical Considerations
Bagian ini membahas tentang desain implementasi yang digunakan, bahasa pemrograman yang digunakan, kualitas dari implementasi yang dilakukan, proses pengetesan dan integritas.
Dalam proses pengimplementasian saat ini, digunakan beberapa aplikasi pendukung yaitu :
(47)
a. Microsoft Visual Studio 2010
Microsoft Visual Studio 2010 merupakan sebuah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk melakukan pengembangan aplikasi, baik itu aplikasi bisnis, aplikasi personal, ataupun komponen aplikasinya, dalam bentuk aplikasi console, aplikasi windows, ataupun aplikasi berbasis web.
b. Microsoft SQL Server 2008
Microsoft SQL Server 2008 adalah sebuah implementasi dari sistem manajemen basis data relasional (RDBMS) yang dibuat oleh Microsoft. Teknologi ini banyak digunakan pada dunia bisnis, pendidikan, atau juga pemerintahan sebagai solusi database atau penyimpanan data. Berbagai macam
skala bisnis mulai dari skala kecil sampai skala enterprise dapat menggunakan
Microsoft SQL Server sebagai database server. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa SQL (Structured Query Language). SQL adalah sebuah konsep
pengoperasian basisdata, terutama untuk pemilihan atau seleksi dan pemasukan data, yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis.
2.10.4 Uji Coba Perangkat Lunak
Uji coba perangkat lunak meliputi verifikasi yang dinamis dari tingkah laku sebuah perangkat lunak yang diwakili oleh beberapa contoh kasus uji coba. Kasus uji coba tersebut dilakukan dengan memberikan masukan kepada perangkat lunak agar muncul tingkah laku/reaksi yang diharapkan, begitu pula sebaliknya. Dalam uji coba perangkat lunak, yang pertama kali diperhatikan adalah fundamental dari uji coba perangkat lunak tersebut. Di dalamnya dijelaskan
(48)
mengenai terminologi dari uji coba terkait, kunci masalah dari uji coba, dan hubungan uji coba tersebut dengan aktifitas lainnya di dalam perangkat lunak tersebut.
Kedua, yang perlu diperhatikan adalah tingkatan dari uji coba. Di dalamnya dijelaskan tentang target dari uji coba dan tujuan dari uji coba tersebut. Ketiga, yang perlu diperhatikan adalah teknik dari uji coba. Di dalamnya meliputi
uji coba berdasarkan intuisi dan pengalaman dari seorang tester, diikuti oleh
teknik berdasarkan spesifikasi, teknik berdasarkan kode, teknik berdasarkan kesalahan, teknik berdasarkan penggunaan, dan teknik dasar yang relatif tergantung dari aplikasi tersebut.Keempat, yang perlu diperhatikan adalah pengukuran dari uji coba terkait. Di dalamnya dijelaskan bahwa pengukuran tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni yang berhubungan dengan evaluasi ketika uji coba dilakukan serta ketika uji coba selesai dilakukan. Kelima, yang perlu diperhatikan adalah proses uji coba itu sendiri, yang berisi tentang pertimbangan praktis dan aktifitas uji coba.
2.10.5 Deploy Perangkat Lunak
Deploy sistem merupakan sebuah proses pemeliharaan sistem,
pemeliharaan secara berkala dapat mengatasi kendala-kendala seperti error yang
tidak ditemukan pada saat uji coba perangkat lunak atau apabila dilakukan penambahan fitur-fitur baru.
(49)
Pada bab ini membahas tentang metode penelitian dan perancangan sistem dalam Rancang Bangun Aplikasi Evaluasi Beban Kerja Tenaga Kesehatan
Berdasarkan Metode Workload Indicator Staffing Need (WISN). Dalam
melakukan identifikasi dan analisis permasalahan menggunakan teknik wawancara dan observasi yang dilakukan di Puskesmas Jagir Surabaya,
sedangkan untuk pengembangan sistem menggunakan model waterfall.
3.1 Identifikasi dan Analisis Permasalahan
Identifikasi permasalahan dilakukan pada saat maupun setelah proses wawancara pada puskesmas dilakukan, identifikasi dilakukan yaitu untuk menemukan titik permasalahan yang terjadi pada Puskesmas Jagir Surabaya. Selama ini penghitungan beban kerja yang dilakukan Puskesmas Jagir Surabaya hanya berdasar pada jumlah volume atas uraian tugas dan tanggung jawab yang dilakukan pada salah satu tenaga kesehatan. Setelah dilakukan perhitungan beban kerja pada salah satu tenaga kesehatan khususnya tenaga Dokter Umum dan Dokter Gigi, diperoleh hasil bahwa pada Unit Pelayanan Umum terjadi kekurangan dua Dokter Umum dan pada Unit Pelayanan Gigi kekurangan satu tenaga Dokter Gigi, sehingga perlu dilakukan usulan permintaan tenaga kesehatan untuk mengisi kekurangan tersebut. Padahal pada kenyataannya, penghitungan beban kerja tenaga kesehatan yang dilakukan dengan menggunakan metode WISN
(Work Load Indicator Staff Need), yang sesuai dengan SK
No.81/Menkes/SK/I/2004 staf yang bertugas harus melaksanakan
(50)
langkah perhitungan sesuai dengan metode yang diusulkan, yaitu 1. Menetapkan Waktu Kerja tersedia pertahun, 2. Menetapkan Kategori SDM, 3.Menyusun Standar Beban Kerja, 4. Menyusun Standar Kelonggaran, 5. Perhitungan Kebutuhan Tenaga per Unit Kerja. Sebelum menggambarkan proses bisnis
menggunakan desain flowchart, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai peran
(role), aturan (rule) dan kebijakan (policy) yang ada pada puskesmas, lebih
lengkapnya bisa dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Proses Bisnis Berdasarkan Stakeholder
Stakeholder Proses
Bisnis
Phase Rule Policy
Staff Unit Layanan
Pengisian Form ABK
1 Menggunakan Form
Analisis Beban Kerja yang telah diberikan oleh Kepala Tata Usaha dimana untuk prosedur
pengisiannya sebagai
berikut :
1. Membuat Rekap Unit
Kerja sesuai dengan SOP Ketenagakerjaan.
2. Membuat Rekap
Kategori Kerja sesuai
dengan SOP Ketenagakerjaan.
3. Membuat Rekap
Kegiatan Pokok yang dilakukan sehari-hari. 1. SOP ketenagaker jaan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh Dinas Kesehatan kepada masing-masing tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Jagir Surabaya Staff Tata Usaha Penghitung an beban kerja dan pelaporan jumlah kebutuhan pegawai
2 Menggunakan Form
Analisis Beban Kerja (ABK), dimana untuk pengisiannya dilakukan oleh masing-masing staff Unit Layanan yang selanjutnya diterima oleh Kepala Tata Usaha untuk dilakukan pengolahan data sebagai berikut :
1. Membuat standart
1. Waktu
Kerja Efektif Puskesmas 6 hari.
1 hari = 250
mnt
1 minggu =
1500 mnt
1 bln = 6000
(51)
Stakeholder Proses Bisnis
Phase Rule Policy
kategori kerja sesuai dengan hasil dari pengisian form ABK.
2. Membuat standart
Waktu Kerja Efektif tiap hari.
3. Membuat standart
beban kerja dengan mengacu pada jumlah tugas/kegiatan pokok yang dilakukan sehari-hari.
4. Membuat standart
kelonggaran dari setiap kategori kerja.
5. Membuat standart
kuantitas kegiatan atas kegiatan pokok yang telah dilakukan.
6. Melakukan
penghitungan beban
kerja atas hasil ABK yang telah dibuat.
7. Melakukan pelaporan
atas penghitungan beban kerja yang telah
dibuat dan telah
disetujui oleh Kepala
Puskesmas. Hasil
tersebut dicetak hard copy sebanyak 3, selanjutnya diserahkan ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk usulan penambahan tenaga kesehatan
1 tahun =
287 x 250 mnt = 71750 mnt 2. Standart Waktu Penyelesaia n disesuaikan dengan kondisi di masing-masing Unit Layanan Kepala Puskesmas Persetujua n Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai
3 Melakukan persetujuan
atas perhitungan beban kerja dengan acuan sebagai berikut :
1. Melakukan verifikasi
data atas laporan
jumlah kebutuhan
pegawai yang telah dibuat oleh Staff Tata Usaha.
(52)
Stakeholder Proses Bisnis
Phase Rule Policy
2. Melakukan validasi
atas laporan yang telah diverifikasi yang selanjutnya diberikan ke Staff Tata Usaha untuk dilakukan pencetakan.
Dari peran (role), aturan (rule) dan kebijakan (policy) yang didapatkan,
selanjutnya adalah menggambarkan ke dalam bentuk flowchart, sehingga
diharapkan desain yang akan dibuat sesuai dengan peran, aturan, dan kebijakan
yang ada di perusahaan. Serta dengan digambarkan ke dalam flowchart, proses
bisnis mengenai penghitungan beban kerja tenaga kesehatan dapat dengan mudah untuk dipahami. Adapun proses saat ini akan dijelaskan lebih detil untuk masing-masing pengguna sistem, dengan tujuan untuk dapat dengan mudah mengetahui proses-proses yang harus dieliminasi, ditambahkan atau diintegrasikan dengan sistem yang baru nantinya, sehingga sistem yang akan dibuat sesuai dengan kebutuhan pengguna.
3.1.1 Alir Proses Pengisian Form ABK
Berikut ini merupakan alir sistem yang lebih detil untuk Alir Proses Proses Pengisian Form ABK dimana hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3.1.
(53)
System Flow Pengisian Form ABK
Staff Unit Layanan
2.
Membuat Rekap Kategori Kerja
START
1
1.
Membuat Rekap Unit Kerja Form SOP
Ketenagakerjaan
3.
Membuat Rekap Kegiatan Pokok
Master Kategori Kerja
Selesai
Gambar 3.1 Alir Proses Pengisian Form ABK Saat Ini
Adapun penjelasan dari Alir Proses Pengisian Form ABK yang sesuai dengan Gambar 3.1 dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Penjelasan Alir Proses Pengisian Form ABK
Phase No.
Proses
Nama
Proses Input Proses Output
1 1 Membuat
Rekap Unit Kerja
Form SOP Ketenagakerjaan
Proses ini menjelaskan
tentang pembuatan rekap Unit Kerja berdasarkan
inputan dari Form SOP
Ketenagakerjaan
yang ada di Puskesmas
Master Kategori Kerja
2 Membuat
Rekap
Form SOP Ketenagakerjaan
Proses ini menjelaskan
Master Kategori
(54)
Phase No. Proses
Nama
Proses Input Proses Output
Kategori Kerja
tentang pembuatan
rekap Kategori
Kerja berdasarkan inputan dari Form SOP
Ketenagakerjaan
yang ada di Puskesmas
Kerja
3 Membuat
Rekap Kegiatan Pokok
Form SOP Ketenagakerjaan
Proses ini menjelaskan
tentang pembuatan rekap Kegiatan Pokok berdasarkan inputan dari Form SOP
Ketenagakerjaan
yang ada di Puskesmas
Master Kategori Kerja
3.1.2 Alir Proses Penghitungan Beban Kerja dan Pelaporan Jumlah Kebutuhan Pegawai
Berikut ini merupakan alir sistem yang lebih detil untuk Alir Proses Penghitungan Beban Kerja dan Pelaporan Jumlah Kebutuhan Pegawai dimana hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3.2.
(55)
Penghitungan Beban Kerja dan Pelaporan Jumlah Kebutuhan Pegawai
Staff Tata Usaha
7. Membuat Draft Laporan jumlah kebutuhan pegawai 9. Mencetak Perhitungan WISN Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai 8. Mencetak Laporan jumlah kebutuhan pegawai Draft Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai 1. Membuat Standart Kategori Kerja Data Kuantitas Kegiatan 1 tahun Standart Kuantitas Kegiatan Standart Kategori Kerja 4. Membuat Standart Kelonggaran Standart Bebani Kerja Selesai Data Absensi
Kerja 1 Tahun
6. Menghitung beban kerja dengan WISN 3 Laporan Perhitungan WISN 5. Membuat standart kuantitas kegiatan Standart Kelonggaran 1 Standart WKT 3. Membuat Standart Beban Kerja 2. Membuat Standart Waktu Kerja Tersedia 2 START
Gambar 3.2 Alir Proses Penghitungan Beban Kerja dan Pelaporan Jumlah Kebutuhan Pegawai
(56)
Adapun penjelasan dari Alir Proses Penghitungan Beban Kerja dan Pelaporan Jumlah Kebutuhan Pegawai yang sesuai dengan Gambar 3.2 dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Penjelasan Alir Proses Penghitungan Beban Kerja
Phase No.
Proses
Nama
Proses Input Proses Output
2 1 Membuat
Standart Kategori Kerja Master Kategori Kerja Proses ini menjelaskan tentang pembuatan standart kategori kerja berdasarkan inputan dari Master Kategori Kerja Standart Kategori Kerja
2 Membuat
Standart Waktu Kerja Tersedia Data Absensi Kerja Selama 1 Tahun terakhir Proses ini menjelaskan tentang pembuatan standart waktu kerja tersedia berdasarkan data inputan dari data absensi kerja selama pelayanan 1 tahun sebelumnya. Standart WKT
3 Membuat
Standart Beban Kerja Standart WKT Proses ini menjelaskan tentang pembuatan standart beban kerja berdasarkan inputan rata-rata waktu pelayanan dan Standart WKT Standart Beban Kerja
4 Membuat
Standart Kelonggaran Master Kategori Kerja Proses ini menjelaskan tentang pembuatan Standart Kelonggaran
(57)
Phase No. Proses
Nama
Proses Input Proses Output
standart kelonggaran pada tiap-tiap kategori kerja
5 Membuat
Standart Kuantitas Kegiatan Data Kuantitas kegiatan 1 tahun Proses ini menjelaskan tentang pembuatan standart Kuantitas kegiatan berdasarkan inputan dari data kuantitas kegiatan pelayanan 1 tahun sebelumnya Standart Kuantitas Kegiatan
6 Menghitung
Beban Kerja Standart Kategori Kerja, Standart WKT, Standart Beban Kerja, Standart Kelonggaran, Standart Kuantitas Kegiatan
Proses ini
menjelaskan tentang penghitungan beban kerja dengan WISN berdasarkan inputan dari seluruh standart output yang telah dihasilkan diatas.
Hasil Perhitungan WISN
7 Mencetak
Perhitungan WISN
Hasil
penghitungan WISN
Proses ini
menjelaskan tentang pencetakan dari hasil penghitungan WISN yang sudah dilakukan. Laporan Perhitungan WISN
8 Membuat
Draft Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai Hasil penghitungan WISN
Proses ini
menjelaskan tentang pembuatan draft pelaporan jumlah pegawai berdasarkan Draft Laporan Kebutuhan Jumlah Pegawai
(58)
Phase No. Proses
Nama
Proses Input Proses Output
penghitungan
beban kerja dengan WISN.
9 Mencetak
Laporan Kebutuhan Jumlah Pegawai
Hasil Validasi Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai
Proses ini
menjelaskan tentang
pencetakan atas validasi yang dilakukan oleh kepala
puskesmas
berupa laporan
jumlah kebutuhan pegawai
Laporan Kebutuhan Jumlah Pegawai
3.1.3 Alir Proses Persetujuan Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai
Berikut ini merupakan alir sistem yang lebih detil untuk Alir Proses Persetujuan Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai dimana hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Persetujuan Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai Kepala Puskesmas
B
Verifikasi Laporan Jumlah Kebutuhan
Pegawai
Validasi Laporan Jumlah Kebutuhan
Pegawai
C
START
Selesai
(59)
Adapun penjelasan dari Alir Proses Persetujuan Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai yang sesuai dengan Gambar 3.3 dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.4 Penjelasan Alir Proses Persetujuan Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai
Phase No.
Proses
Nama
Proses Input Proses Output
3 1 Verifikasi
Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai Draft Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai Proses ini menjelaskan
tentang verifikasi
data yang dilakukan oleh kepala puskesmas terkait dari hasil penghitungan yang telah dilakukan oleh staff tata usaha Verifikasi Draft Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai
2 Validasi
Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai Verifikasi Draft Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai Proses ini menjelaskan
tentang validasi
data yang dilakukan oleh kepala puskesmas terkait dari verifikasi yang telah dilakukan. Validasi Draft Laporan Jumlah Kebutuhan Pegawai
Pada gambar alur sistem yang sudah dibahas sebelumnya, merupakan gambaran mengenai alur sistem yang sedang berjalan pada Puskesmas Jagir saat ini. Dari alur sistem inilah analisis dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dari masing-masing pengguna. Selain itu melalui hasil analisis pada setiap alur sistem, dapat diketahui proses mana yang harus dieliminasi, proses yang diintegrasikan menjadi satu fungsi, atau membangun fungsi baru, hal ini dilakukan agar fungsi yang akan dibangun sesuai dengan kebutuhan masing-masing pengguna sistem nantinya
(60)
3.2 Permasalahan
Setelah diketahui proses atau alir sistem yang dilakukan oleh masing-masing pengguna, maka proses berikutnya adalah melakukan analisis kebutuhan yang sesuai dengan proses-proses tersebut. Analisis kebutuhan ini diperlukan untuk merancang perangkat lunak yang memiliki fungsi-fungsi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing pengguna sistem. Analisis ini dilakukan pada setiap pengguna yang secara langsung berinteraksi dengan sistem nantinya. Berikut ini merupakan hasil analisis kebutuhan untuk masing-masing pengguna.
3.2.1 Analisis pada Proses Pengisian Form ABK
Dalam proses pengisian yang dilakukan oleh pihak puskesmas sering terjadi kesalahan dalam pengisian dan keterlambatan pengumpulan form laporan ABK, hal seperti ini tentu saja akan membutuhkan waktu yang lama dalam pengumpulan data yang nantinya akan berakibat pada proses selanjutnya yaitu penghitungan beban kerja.
3.2.2 Analisis pada Proses Penghitungan Beban Kerja dan Pelaporan Jumlah Kebutuhan Pegawai
Dalam proses penghitungan yang dilakukan oleh pihak puskesmas memerlukan waktu yang lama serta sering terjadi kesalahan dalam penghitungan. Hal ini tentu saja akan berakibat dalam proses akhir pelaporan jumlah kebutuhan pegawai yang tidak sesuai dengan harapan. Hal seperti ini akan mengakibatkan jumlah SDM kesehatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan (kelebihan/kekurangan) sehingga menjadikan kualitas serta mutu dari pelayanan kesehatan menjadi tidak optimal.
(61)
3.3 Solusi Permasalahan
Setelah dilakukan pengumpulan data melalui proses wawancara dan observasi, pengolahan data dari hasil observasi, dilanjutkan dengan melakukan identifikasi dan analisis permasalahan, didapatkan suatu permasalahan yang harus diselesaikan dengan memberikan solusi yang sesuai dengan permasalahan yang ada. Dalam menyelesaikan permasalahan, solusi yang diberikan adalah dengan membuat suatu aplikasi yang dapat membantu pihak Puskesmas Jagir Surabaya dalam melakukan proses penghitungan beban kerja tenaga kesehatan tersebut
dengan metode WISN (Workload Indicator Staffing Need). Kelebihan metode ini
mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis.
Dalam membangun sebuah aplikasi sebagai solusi pada permasalahan yang ada pada Puskesmas Jagir Surabaya, penulis menggunakan metode
pengembangan perangkat dengan waterfall. Beberapa langkah yang dilakukan
antara lain : 1. Analisis Kebutuhan, 2. Desain Sistem, 3. Pengkodean Sistem, 4.
Pengujian Sistem, dan 5. Deploy Sistem. Secara garis besar digambarkan seperti
Gambar 3.4
(62)
3.3.1 Kebutuhan Perangkat Lunak
Langkah awal dalam membangun sebuah sistem informasi yaitu dengan menganalisa kebutuhan perangkat lunak, hal ini dilakukan agar sistem informasi yang dibangun sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dalam melakukan identifikasi kebutuhan perangkat lunak, ada beberapa tahapan yaitu :
A. Elisitasi Kebutuhan (Requirement Elicitation)
Elisitasi kebutuhan atau pengumpulan kebutuhan merupakan aktivitas
awal untuk proses rekayasa kebutuhan (Requirement Engineering). Proses elisitasi
dilakukan yaitu dengan cara wawancara dan observasi awal, namun yang dilakukan wawancara hanya kepada stakeholder yang terkait saja. Sebelum kebutuhan dapat dianalisis, kebutuhan harus dikumpulkan melalui proses elisitasi. Pada tahapan ini dilakukan penyeleksian data yang diperoleh sehingga dapat diketahui data-data yang digunakan dan yang tidak digunakan terkait dengan pengembangan perangkat lunak.
Berikut ini merupakan data yang telah dikumpulkan melalui proses wawancara ataupun observasi pada Puskesmas Jagir. Data tersebut meliputi :
a. Data Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Unit Kerja
Data uraian tugas pokok dan fungsi unit kerja digunakan sebagai acuan dalam pembuatan data standar kategori kerja meliputi unit kerja, sub unit kerja, kategori SDM, dan kegiatan pokok yang dilakukan masing masing kategori SDM.
b. Data Waktu Kerja Tersedia
Data waktu kerja tahunan meliputi hari kerja, cuti tahunan, diklat, hari libur nasional, ketidakhadiran kerja dan waktu kerja tersedia digunakan sebagai
(63)
acuan dalam menyusun data standart waktu kerja tersedia. Biasanya data tersebut diambil dari data absensi tahun sebelumnya.
c. Data Standart Beban Kerja
Data standart beban kerja digunakan untuk mengukur volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun per kategori SDM. Data tersebut disusun dari waktu rata-rata yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu kegiatan oleh masing-masing kategori SDM. Sebagai contoh waktu penyelesaian yang dibutuhkan dalam kegiatan pemeriksaan pasien lama berbeda dengan kegiatan pemeriksaan pasien baru.
d. Data Standart Kelonggaran
Data standart kelonggaran digunakan untuk mengetahui faktor kelonggaran tiap-tiap kategori SDM.
e. Data Kuantitas Kegiatan
Data kuantitas kegiatan disusun berdasarkan data kegiatan pelayanan yang telah dilakukan selama kurun waktu satu tahun.
f. Data Pengguna
Data pengguna digunakan untuk pengaturan terhadap hak akses setiap pengguna yang terlibat dalam sistem untuk kedepannya.
B. Analisis Kebutuhan (Requirement Analysis)
Sesuai dari hasil elisitasi data-data yang dibutuhkan, maka diperlukan suatu aplikasi yang dapat melakukan perhitungan beban kerja tenaga kesehatan serta menghasilkan suatu informasi yang dapat membantu Puskesmas Jagir dalam pelaporan jumlah kebutuhan pegawai yang seharusnya ada di Puskesmas Jagir Surabaya.
(64)
B.1 Analisis Kebutuhan Staff Unit Layanan (Puskesmas)
Setelah dilakukan analisis pada tahap sebelumnya, maka Unit Layanan membutuhkan peningkatan dalam melakukan pengisian form ABK. Adapun dalam proses peningkatan tersebut membutuhkan beberapa data yaitu :
1. Data Unit Kerja
2. Data Kategori Kerja
3. Data Kegiatan Pokok
Untuk membantu peningkatan dalam melakukan pengisian form ABK, proses yang akan dilakukan yaitu :
a. Unit Layanan dapat melakukan pengisian langsung form ABK secara
terkomputerisasi sehingga apabila terjadi kesalahan dapat segera diketahui dengan memberikan notifikasi.
Dengan adanya perubahan tersebut, maka proses kedepannya akan mengalami peningkatan dalam pengisian form ABK jika dibandingkan dengan saat ini.
B.2 Analisis Kebutuhan Staff Tata Usaha (Puskesmas)
Setelah dilakukan analisis pada tahap sebelumnya, maka Tata Usaha membutuhkan peningkatan dalam melakukan penghitungan beban kerja tenaga kesehatan serta pelaporan jumlah kebutuhan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas. Adapun dalam proses peningkatan tersebut membutuhkan beberapa data yaitu :
1. Data Master Kategori Kerja
(65)
3. Data Standart Beban Kerja
4. Data Faktor Kelonggaran
5. Data Kuantitas Kegiatan
Untuk membantu peningkatan dalam melakukan penghitungan beban kerja tenaga kesehatan serta pelaporan jumlah kebutuhan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas, proses yang akan dilakukan yaitu :
a. Tata Usaha dapat secara langsung melakukan penghitungan beban kerja
secara terkomputerisasi, sehingga penghitungan akan lebih cepat dan mengurangi tingkat kesalahan dalam penghitungan.
b. Tata Usaha dapat melakukan pelaporan jumlah kebutuhan tenaga kesehatan
secara langsung dengan menerima notifikasi tertentu dari sistem.
Dengan adanya perubahan tersebut, maka proses kedepannya akan mengalami peningkatan yang lebih cepat dalam penghitungan beban kerja serta pelaporan jumlah tenaga kesehatan jika dibandingkan dengan saat ini.
C. Analisis Metode Yang Digunakan
Setelah dilakukannya analisis kebutuhan dari pihak stakeholder, maka
metode yang akan digunakan untuk mendukung proses penghitungan beban kerja
tenaga kesehatan ini adalah metode WISN, yang sesuai dengan SK
No.81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di tingkat Provinsi/Kab/Kota Serta Rumah Sakit Berdasarkan Beban
Kerja/Work Load. WISN merupakan suatu metode perhitungan kebutuhan tenaga
kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori tenaga kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
(1)
173
Gambar 4.2 Laporan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kesehatan dengan Aplikasi
Dari Gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa penghitungan beban kerja tenaga kesehatan menghasilkan nilai beban kerja dari masing-masing kategori kerja yang ada di puskesmas dan total jumlah kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan hasil dari penghitungan beban kerja tersebut.
4.2.2 Perhitungan Manual Tanpa Aplikasi
Perhitungan manual yang dimaksud adalah perhitungan beban kerja tenaga kesehatan yang dilakukan oleh Staff Tata Usaha . Lebih jelas mengenai penghitungan yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.3.
(2)
174
Gambar 4.3 Laporan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kesehatan dengan Manual Pada perhitungan manual, penggunaan data-data disamakan dengan perhitungan memakai aplikasi yang meliputi unit kerja, kategori kerja, kegiatan pokok, sehingga diperoleh perhitungan dengan output yang sama agar dapat dilakukan perbandingan dengan hasil dari penggunaan aplikasi.
4.2.3 Perbandingan Hasil Evaluasi
Setelah dilakukan uji coba data melalui aplikasi dan melalui penghitungan secara manual, maka didapatkan perbandingan bahwa hasil penghitungan beban kerja tenaga kesehatan dengan aplikasi dan hasil penghitungan beban kerja dengan cara manual memiliki hasil yang sama. Itu
(3)
175
membuktikan bahwa aplikasi yang telah dibuat dapat membantu puskemas Jagir Surabaya dalam melakukan penghitungan beban kerja di masing-masing unit layanan serta dapat membantu dalam pelaporan jumlah kebutuhan tenaga kesehatan yang diperlukan berdasarkan hasil dari penghitungan yang telah dilakukan.
(4)
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji coba dan evaluasi yang dilakukan saat implementasi aplikasi evaluasi beban kerja tenaga kesehatan dengan menggunakan metode Workload Indicator Staff Need (WISN), maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Aplikasi dapat memberikan hasil penghitungan beban kerja masing-masing tenaga kesehatan yang ada di puskesmas Jagir Surabaya.
2. Aplikasi dapat memberikan hasil pelaporan jumlah kebutuhan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Jagir Surabaya.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah hasil penelitian ini dapat dikembangkan dengan cara menghubungkan data penghitungan beban kerja yang ada di Puskesmas dengan Dinas Kesehatan terkait, sehingga Dinas Kesehatan dapat mengetahui secara langsung beban kerja yang ada di masing-masing Puskesmas dan dapat menentukan berapa jumlah tenaga kesehatan yang dibutuhkan oleh masing-masing Puskesmas.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito. (2007). Sistem Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Gramedia.
Armstrong, M. (2009). Strategic Human Resource Management. London N1 9JN: Kogan Page.
Depkes. (2004). Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.81 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Tenaga kesehatan di tingkat Provinsi/Kab/Kota serta rumah sakit berdasarkan beban kerja/Work Load.
Jogiyanto. (2003). Sistem Teknologi Informasi Pendekatan Terintegrasi : Konsep
Dasar, Teknologi, Aplikasi, Pengembangan dan Pengelolaan. Yogyakarta:
ANDI.
Kendall, K. E., dan Kendall, J. E. (2003). Analisis dan Perancangan Sistem Jilid 1. Jakarta: Prehallindo.
Manuaba. (2000). Ergonomi Kesehatan Keselamatan Kerja. Jakarta: PT. Guna Widya Surabaya.
Mathis, R. L., dan Jackson, J. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.
Menpan. (1997). Definisi Beban Kerja. Diambil kembali dari www.menpan.go.id. Nuryanto. (2005). Kajian Kebutuhan Sumber Daya Manusia dengan
Menggunakan Metode Workload Indicator Staff Need (WISN) di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Tesis.
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Permendagri. (2008). PEDOMAN ANALISIS BEBAN KERJA DI LINGKUNGAN
DEPARTEMEN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH.
Dipetik 12 22, 2013, dari http://www.kemendagri.go.id/media/documents/ 2008/02/20/Permen_No.12-2008.Doc
PP. (1996). Peraturan Pemerintah No. 32 tentang Tenaga Kesehatan. Diambil kembali dari www.depkes.go.id: http://hukor.kemkes.go.id/uploads/ produk_hukum/PP%20No.%2032%20Th%201996%20ttg%20Tenaga%20 Kesehatan.pdf
Priansa, dan Suwatno. (2011). Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan
Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Pynes, J. E. (2004). Human Resources Management for Public and Nonprofit
Organizations, 2nd Edition. San Fransisco: Jossey Bass.
Setiawan, W., dan Munir. (2006). Pengertian Teknologi Informasi: Basis Data. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
(6)
178
Sholiq. (2010). Analisis dan Perancangan Berorientasi Obyek. Bandung: CV. Muara Indah.
Siagian, S. P. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sumarsono, S. (2003). Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.