Tanda dan Gejala Terapi

29

4.5.5 Terapi

Toksisitas akibat salisilat ditangani dengan pengawasan kadar elektrolit, pemberian cairan dan bila perlu pemberian diuresis. Pemberian oksigen dan ventilasi mekanik mungkin dibutuhkan pada kasus yang berat. 2

4.6 Kuinin

Kuinin awalnya digunakan sebagai terapi pada kasus malaria. Penggunaannya sekarang sudah mulai jarang karena adanya obat pilihan lain yang lebih tidak toksik. 2

4.6.1 Tanda dan Gejala

Toksisitas akibat kuinin dapat mengakibatkan tinitus, gangguan pendengaran dan vertigo. Gangguan dengarnya biasanya sensorineural dan sementara. Temuan khas audiogram berupa gangguan dengar sensorineural dengan penurunan di frekuensi 4.000Hz . Gangguan dengar yang permanen sangat jarang dilaporkan pada toksisitas akibat penggunaan kuinin. 2

4.6.2 Terapi

Terapi utama adalah penghentian terapi, amplifikasi mungkin diperlukan pada kasus gangguan dengar yang permanen meskipun jarang dilaporkan. 2 Universitas Sumatera Utara 30

BAB V HAL PENTING PADA OTOTOKSISITAS

5.1. Deteksi Dini Ototoksisitas

Deteksi dini dengan pemeriksaan pendengaran atau audiometri awal sebaiknya dilakukan sebelum pemberian obat kemoterapi seperti sisplatin dan karboplatin. Pada pasien yang menerima pengobatan amnoglikosid pemeriksaan audiometri awal dapat dilakukan dalam 72 jam sejak terapi diberikan. Keputusan untuk melakukan deteksi dini pada pasien dipengaruhi oleh pasien dengan faktor risiko tinggi ototoksik, keadaan pasien yang dengan penyulit, tingkat kesadaran, usia dan profesi khusus yang memerlukan fungsi pendengaran dan keseimbangan yang baik seperti penyetel nada alat musik piano, gitar, dll, penyanyi, pilot, penari balet dan lainnya. 2 Pemeriksaan pendengaran awal yang dilakukan sebaiknya dilakukan selengkap mungkin, minimal dengan audiometri nada murni dengan frekuensi 0,25 – 8kHz. Lengkapi juga dengan riwayat pasien, riwayat keluarga, pemeriksaan otoskopi telinga dan audiometri tutur bila memungkinkan. 2 Pada pasien yang kurang kooperatif atau tidak dapat diperiksa dengan pemeriksaan audiometri standar, dapat dilakukan pemeriksaan Otoacoustic emission OAE dan atau Auditory Brainstem Response ABR, pemeriksaan dilakukan untuk dokumentasi dan monitoring pasien. OAE khususnya sensitif dan dapat menggambarkan keadaan pada sel rambut luar kokhlea, dan dapat menilai kejadian kokhleotoksik secara objektif. OAE juga dilaporkan lebih sensitif bila dibandingkan dengan audiometri nada murni dalam mendeteksi gangguan kokhlea setelah pemberian gentamisin. Pemeriksaan ABR lebih memakan waktu dan stimulinya terbatas pada frekuensi 1- 4 kHz. 2 , 7 Universitas Sumatera Utara