Pengaruh Akses Media Televisi Dan Peniruan Muatan Kekerasan Terhadap Perilaku Bullying Siswa Sekolah Dasar

PENGARUH AKSES MEDIA TELEVISI DAN PENIRUAN
MUATAN KEKERASAN TERHADAP PERILAKU BULLYING
SISWA SEKOLAH DASAR

NUNKY AJENG ARIFINDA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Akses Media
Televisi dan Peniruan Muatan Kekerasan Terhadap Perilaku Bullying Siswa
Sekolah Dasar adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk karya apa pun kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan ke dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Nunky Ajeng Arifinda
NIM I24110052

ABSTRAK

NUNKY AJENG ARIFINDA. Pengaruh Akses Media Televisi dan Peniruan
Muatan Kekerasan Terhadap Perilaku Bullying Siswa Sekolah Dasar. Dibimbing
oleh DWI HASTUTI.
Tayangan televisi yang banyak mengandung kekerasan dapat secara
bebas diakses oleh anak usia sekolah. Akibatnya, anak dapat berulang-ulang
terpapar muatan kekerasan tersebut dan berpotensi meniru adegan kekerasan
tersebut dan melakukan perilaku bullying terhadap teman-teman bahkan
orangtuanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh akses media
televisi terhadap perilaku bullying anak usia sekolah di Perdesaan Bogor.
Penelitian ini melibatkan 60 anak usia sekolah berusia 10-13 tahun yang duduk di

kelas 4 dan 5 SD yang dipilih secara proportional random sampling. Penelitian ini
berlokasi di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Hasil analisis menunjukkan
bahwa lama menonton televisi, preferensi menonton televisi, preferensi
mengakses muatan kekerasan, dan peniruan muatan kekerasan berhubungan
positif signifikan dengan perilaku bullying. Uji regresi linier berganda
menunjukkan bahwa akses media televisi dan peniruan muatan kekerasan
berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku bullying anak usia sekolah.
Kata kunci: akses media televisi, peniruan muatan kekerasan, perdesaan, perilaku
bullying, siswa sekolah dasar
ABSTRACT

NUNKY AJENG ARIFINDA. The Influence of Television Access and
Impersonating Violence Contents to Bullying Behavior on Elementary School
Children. Supervised by DWI HASTUTI.
Television program that contain violence now free to access by school
age children. This cause children constantly seen violence content,had potential to
impersonate this violence act then done bullying to their friends even their parent.
This research aimed to analyze the influence of television access to bullying for
school age children at Bogor villages. This research involved 60 school age
childrenaround 10-13 years oldin class 4 and 5 chosen with proportional random

sampling. This research located in Pamijahan Subdistrict, Bogor District. Analysis
result showed that television watching time, television watching preferences,
preferences to access violence contents, and impersonation of violence contents
significantly positively associated with bullying behavior. Multiple linier
regression showed that television access and impersonating violence contents had
significant positive effect to bullying behavior for school age children.
Keywords: bullying behavior, elementary school children, impersonating violence
contents, rural area, television access

RINGKASAN

NUNKY AJENG ARIFINDA. Pengaruh Akses Media Televisi dan Peniruan
Muatan Kekerasan Terhadap Perilaku Bullying Siswa Sekolah Dasar. Dibimbing
oleh DWI HASTUTI.
Arus modernisasi dapat menimbulkan munculnya beberapa perilaku
antisosial. Perilaku bullying adalah salah satu perialku antisosial yang dapat
disebabkan adanya arus modernisasi. Perilaku bullying merupakan perilaku
kekerasan yang dapat dipelajari melalui media massa. Media massa terutama
media televisi berkembang seiring dengan adanya arus modernissasi. Kebutuhan
untuk mendapatkan informasi yang penting dengan cepat menyebabkan akses

terhadap media televisi meningkat. Televisi juga dapat diakses oleh anak,
terutama anak usia sekolah. Anak usia sekolah membutuhkan media televisi agar
dapat mengaktualisasikan diri dan acuan untuk dapat diterima oleh kelompok
teman sebayanya.
Saat ini, anak usia sekolah mempunyai akses yang tinggi terhadap media
televisi. Akses yang tinggi tersebut diikuti dengan permasalahan, yaitu acaraacara di televisi yang sering ditonton oleh anak-anak, banyak mengandung
kekerasan. Acara-acara yang mengandung kekerasan tersebut dapat ditonton
berulang-ulang oleh anak-anak. Acara-acara televisi tersebut dijadikan model bagi
anak-anak untuk dapat belajar berperilaku. Anak-anak dapat melakukan peniruan
terhadap perilaku kekerasan yang ditampilkan pada acara televisi tersebut.
Perilaku kekerasan yang dipelajari melalui acara televisi tersebut dengan mudah
terekam di pikiran anak-anak dan dapat dilakukan secara berulang-ulang. Perilaku
bullying merupakan perilaku kekerasan yang dilakukan secara sengaja dan
berulang-ulang.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Hibah Kompetensi dengan
judul “Model Pendidikan Karakter pada Keluarga Perdesaan melalui Family
School Partnership” (Hastuti dan Alfiasari 2015). Penelitian ini dilakukan pada
bulan Mei 2015 di Desa Ciasihan dan Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian dipilih secara purposive sebagai representasi
wilayah perdesaan dalam kategori rumah tangga petani sawah lahan lima terbesar

di Kabupaten Bogor.
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga lengkap yang mempunyai
anak usia sekolah yang tinggal di Desa Ciasihan dan Desa Ciasmara, Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor. Contoh dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4
dan 5 SD di sekolah terpilih. Responden dalam penelitian ini adalah ibu dan siswa
kelas 4 dan 5 SD di sekolah terpilih yang berjumlah 60 orang. Penarikan contoh
dalam penelitian ini dilakukan dengan metode proportional random sampling
berdasarkan jumlah siswa kelas 4 dan 5 di sekolah terpilih dan berdasarkan jenis
kelamin.
Hasil analisis menunjukkan bahwa anak usia sekolah mempunyai lama
menonton televisi yang cukup tinggi, yaitu rata-rata selama 3-4 jam. Anak usia
sekolah juga lebih suka menonton televisi dibandingkan melakukan aktivitas lain,
seperti belajar dan bermain bersama teman-temannya di luar rumah. Anak usia
sekolah mengakses muatan kekerasan dalam tayangan televisi rata-rata selama 2-3

jam dalam satu hari dan mengakses muatan kekerasan dalam tayangan televisi
dengan frekuensi rata-rata selama 2-3 hari dalam satu minggu. Anak sering
menonton tayangan yang mengandung kekerasan, terutama kartun yang
mengandung kekerasan, contohnya “Boboiboy” dan “Tom and Jerry”. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa anak dapat meniru beberapa muatan

kekerasan dan lebih banyak melakukan bullying verbal, namun perilaku bullying
anak masih tergolong rendah karena anak tidak melakukan intimidasi secara terusmenerus.
Hasil analisis menunjukkan bahwa lama menonton televisi, preferensi
menonton televisi, preferensi mengakses muatan kekerasan, dan peniruan muatan
kekerasan berhubungan positif signifikan dengan perilaku bullying. Analisis
regresi (R2= 0.138) menunjukkan bahwa akses media televisi dan peniruan
muatan kekerasan berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku bullying anak.
Semakin tinggi akses media televisi dan peniruan muatan kekerasan, semakin
tinggi pula perilaku bullying anak.
Kata kunci: akses media televisi, peniruan muatan kekerasan, perdesaan, perilaku
bullying, siswa sekolah dasar

PENGARUH AKSES MEDIA TELEVISI DAN PENIRUAN
MUATAN KEKERASAN TERHADAP PERILAKU BULLYING
SISWA SEKOLAH DASAR

NUNKY AJENG ARIFINDA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Pengaruh Akses Media Televisi dan Peniruan Muatan
Kekerasan Terhadap Perilaku Bullying Siswa Sekolah Dasar
: Nunky Ajeng Arifinda
: I24110052

Disetujui oleh


Dr Ir Dwi Hastuti, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Akses Media Televisi dan
Peniruan Muatan Kekerasan Terhadap Perilaku Bullying Siswa Sekolah Dasar”
dapat diselesaikan.
Skripsi ini dibuat sebagai pedoman pelaksanaan penelitian bagi penulis
dalam kegiatan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
atas bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak, yakni:
1. Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.

2. Ibu Dr Ir Dwi Hastuti, MSc sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan selama ini.
3. Tim peneliti Hibah Kompetensi dengan judul “Model Pendidikan Karakter
pada Keluarga Perdesaan melalui Family School Partnership dengan ketua, Ibu
Dr Ir Dwi Hastuti, MSc dengan anggota, Ibu Alfiasari, SP, MSi, Leni Novita,
SSi, Zervina Ruby, SSi, Rety Puspitasari, SPd, Fathimah Musthafa, Fadilahtul
Husna, Briliana Harum Indi Abadi, Farhatilwardah, Melinda Yani Junianti,
Adelia Ratih Indrawati, Meilia Rachmawati, Nayla Humaeda, dan Risa
Umasyah.
4. Bapak Dr Ir Hartoyo, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan kemudahan dalam proses bimbingan akademik selama ini serta
seluruh dosen IKK yang telah memberikan ilmu serta pengetahuan berharga
bagi penulis.
5. Semua pihak yang telah memberikan dukungannya kepada penulis dalam
menyelesaikan usulan penelitian ini.
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang
tepat sehingga dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi dalam upaya
mengontrol akses media televisi dan peniruan muatan kekerasan dalam rangka
menurunkan dan menghilangkan perilaku bullying siswa sekolah dasar.


Bogor, Agustus 2015

Nunky Ajeng Arifinda
NIM I24110052

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
HASIL
Karakteristik Contoh
Karakteristik Keluarga Contoh
Usia Orangtua
Pendidikan Orangtua
Jenis Pekerjaan Orangtua
Pendapatan
Besar Keluarga
Akses Media Televisi
Intensitas Menonton Televisi
Akses Muatan Kekerasan
Peniruan Muatan Kekerasan
Perilaku Bullying
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Bullying
Hubungan Antara Akses Media Televisi dengan Peniruan Muatan Kekerasan
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Bullying
PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ix
ix
ix
1
1
2
4
4
4
4
6
6
6
7
9
9
10
10
11
11
11
11
12
12
13
13
13
15
16
17
17
19
19
21
22
22
22
25
31

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

17

1
2
3
1
2
3
4
5
6
7
8

Variabel, skala data, dan kategori data
Sebaran contoh berdasarkan kelompok usia orangtua
Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orangtua
Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orangtua
Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita
Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
Sebaran contoh berdasarkan kategori lama menonton televisi
Sebaran contoh berdasarkan kategori lama mengakses muatan
kekerasan
Sebaran contoh berdasarkan kategori preferensi mengakses muatan
Sebaran contoh berdasarkan frekuensi mengakses muatan kekerasan
Judul dan deskripsi acara yang paling sering ditonton oleh contoh
Sebaran contoh berdasarkan kategori peniruan muatan kekerasan
Sebaran contoh berdasarkan jenis tayangan yang paling sering ditonton
dan kategori perilaku bullying
Sebaran contoh berdasarkan jenis perilaku bullying yang dilakukan
Hasil uji korelasi antara lama menonton televisi, preferensi menonton televisi,
lama mengakses muatan kekerasan, dan preferensi mengakses muatan
kekerasan dengan peniruan muatan kekerasan
Hasil uji korelasi antara karakteristik anak, karakteristik orangtua,
lama dan preferensi menonton televisi, lama dan preferensi mengakses
muatan kekerasan, frekuensi mengakses muatan kekerasan, akses
media televisi, serta peniruan muatan kekerasan, dengan perilaku
bullying
Hasil uji regresi antara karakteristik anak, karakteristik orangtua,
akses media televisi, dan peniruan muatan kekerasan terhadap
perilaku bullying
DAFTAR GAMBAR
Kerangka pemikiran pengaruh akses media televisi dan peniruan
muatan kekerasan terhadap perilaku bullying siswa sekolah dasar
Kerangka penarikan contoh
Sebaran contoh berdasarkan kategori preferensi menonton televisi
DAFTAR LAMPIRAN
Sebaran contoh berdasarkan jawaban terhadap pernyataan lama
menonton televisi
Sebaran contoh berdasarkan jawaban terhadap pernyataan preferensi
menonton televisi
Sebaran contoh berdasarkan jawaban terhadap lama mengakses
muatan kekerasan
Sebaran contoh berdasarkan jawaban terhadap pernyataan preferensi
mengakses muatan kekerasan
Sebaran contoh berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan jenis
tayangan yang paling sering ditonton
Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan frekuensi mengakses muatan
kekerasan
Sebaran contoh berdasarkan jawaban terhadap pernyataan peniruan
terhadap muatan kekerasan
Sebaran contoh berdasarkan jawaban terhadap pernyataan perilaku
bullying

8
11
11
12
12
12
13
14
14
14
15
16
16
17

18

18

19

5
6
13

26
26
27
28
28
28
29
29

12

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Media televisi merupakan bagian dari media elektronik audiovisual yang
tidak hanya diakses oleh orang dewasa, tetapi juga dapat diakses secara bebas
oleh anak-anak, terutama anak sekolah. Penelitian Pradekso (2014) yang
menggunakan metode kuasi-eksperimental di Kecamatan Tembalang, Semarang,
Jawa Tengah menunjukkan bahwa 64 persen dari 28 anak kelas 5 SD dapat
menghabiskan waktu 3-6 jam untuk menonton televisi.
Media televisi memiliki keterbatasan (Nando dan Pandjaitan 2011). Acara
yang ditayangkan di televisi tidak selamanya aman bagi anak. Banyak acara-acara
televisi yang dibuat hanya untuk hiburan semata dan tidak diisi dengan nilai-nilai
edukatif yang baik untuk anak. Acara televisi untuk anak banyak diisi dengan
tayangan atau adegan yang mengandung kekerasan. Data Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2008, jumlah acara yang
ditegur sebanyak 51 dan yang dihentikan sementara sebanyak dua acara. Data ini
meningkat pada tahun 2009, jumlah pengaduan masyarakat sebanyak 7513.
Program acara yang diadukan paling banyak mengandung unsur kekerasan
sebanyak 835 acara. Jumlah acara yang ditegur sebanyak 55 acara, diberi
himbauan sebanyak 43 acara, yang diklarifikasi sebanyak 8 acara, yang dibei
peringatan sebanyak 8 acara, dan yang dihentikan sementara sebanyak 8 acara.
Sebagian besar pengaduan masyarakat dan pelanggaran tersebut menyangkut
kekerasan dan pornografi (Surokim 2011).
Penelitian Chris, Gina, dan Kristen (1995) diacu dalam Wilson (2008)
menemukan bahwa beberapa kartun yang sering ditonton anak banyak
mengandung kekerasan, contohnya Power Rangers yang mengandung
perkelahian. Penelitian eksperimental Chris, Gina, dan Kristen (1995) diacu dalam
Wilson (2008) menemukan bahwa anak laki-laki yang menonton kartun Power
Rangers tersebut melakukan kekerasan fisik, seperti menendang dan memukul
yang lebih sering dibandingkan anak laki-laki yang tidak menonton tayangan
tersebut. Hal ini dapat menunjukkan bahwa adegan dalam tayangan kekerasan
dapat menimbulkan perilaku kekerasan dalam diri anak. Salah satu bentuk
kekerasan yang dapat ditiru oleh anak dari tayangan televisi adalah bullying.
Fekkes, Pijpers, & Verloove-Vanhorick 2004, Kaltiala-Heino, Rimpelae, &
Rantanen (2000), Srabstein, Mc Carter, Shao, & Huang (2006) diacu dalam
Rivers et al. (2009) mendefinisikan bullying sebagai bentuk dari kelainan mental
psikosomatis yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan korban-korban
yang mengalami bullying akan mengalami depresi dan kecemasan yang
berlebihan.
Olweus (1999) diacu dalam Laeheem, Kuning, dan Mc Neil (2010)
menyatakan bahwa perilaku bullying di sekolah adalah perilaku yang termasuk
menyakiti, baik fisik maupun verbal. Wang (2009) mengklasifikasikan bullying
menjadi empat jenis, yaitu bullying verbal, bullying fisik, bullying tidak langsung
(relational bullying), dan bullying melalui media internet (cyber bullying).
Penelitian ini akan membahas tiga jenis perilaku bullying, yaitu bullying verbal,
bullying fisik, dan bullying tidak langsung (relational bullying). Bullying fisik

2

adalah bullying yang mengintimidasi dengan fisik secara langsung seperti
memukul, mencubit, mendorong, menyembunyikan atau merusak barang orang
lain dan menendang. Bullying verbal adalah bullying yang mengintimidasi dengan
verbal secara langsung seperti mengejek, memanggil dengan sebutan yang tidak
baik, dan menertawakan. Bullying tidak langsung (relational bullying) adalah
bullying yang tidak terlihat atau disebut bullying secara tidak langsung seperti
membuat gosip, mengucilkan teman, dan memandang sinis.
Kasus bullying sudah banyak terjadi di Indonesia. Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) mencatat selama tahun 2010 hingga 2014, terdapat peningkatan
sebesar 926 kasus terhadap laporan kekerasan di bidang pendidikan anak. Tahun
2010 KPAI mencatat terjadi 2413 kasus, tahun 2011 meningkat menjadi 2508
kasus kekerasan, tahun 2012 kembali meningkat menjadi 2637 kasus, tahun 2013
kembali meningkat menjadi 2792 kasus, dan tahun 2014 meningkat menjadi 3339
kasus. Bullying yang dimaksud KPAI adalah berbagai bentuk kekerasan di
sekolah, tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar
(KPAI diacu dalam Purbasari 2014).
Kasus-kasus bullying yang terjadi pada anak tentu sangat meresahkan.
Perilaku bullying dapat dipelajari anak dari berbagai sumber, terutama dari
tayangan televisi. Penelitian Kuntsche (2006) menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara banyaknya waktu yang dihabiskan anak untuk menonton televisi
dengan perilaku bullying terutama bullying verbal. Hal ini diperkuat oleh
penelitian Stavrinides et al. (2013) yang melibatkan 417 siswa kelas 6 SD di
Cyprus menyatakan bahwa pemilihan tayangan kekerasan oleh anak akan
menyebabkan perilaku bullying pada anak. Hal inilah yang mendasari penelitian
mengenai pengaruh akses media televisi terhadap perilaku bullying anak.
Kabupaten Bogor juga mempunyai masalah terkait perilaku bullying yang
cukup tinggi. Penelitian Latifah (2012) terhadap 60 orang anak usia sekolah di
perdesaan di daerah Cibinong, Kabupaten Bogor, menyatakan kasus bullying
yang terjadi di sekolah dan dilakukan oleh siswa kelas 4 dan 5 SD mencapai 65
persen. Hal inilah yang mendasari pemilihan Kabupaten Bogor sebagai lokasi
penelitian.
Perumusan Masalah
Perilaku bullying merupakan perilaku antisosial yang bertujuan untuk
menyakiti orang lain. Perilaku bullying dilakukan karena pelaku merasa lebih kuat
dan lebih berkuasa dibandingkan korban. Wang (2009) menunjukkan bahwa
bullying adalah perilaku intimidasi yang dilakukan secara sengaja dan berulangulang dengan tujuan menyakiti. Benitez dan Justicia (2006) mendefinisikan
bullying terjadi ketika adanya ketidakseimbangan antara pelaku dan korban.
Pelaku yang merasa lebih kuat dan berkuasa akan mengintimidasi pihak yang
lemah secara berulang-ulang agar mendapat pengakuan dari lingkungan sekitar.
Perilaku bullying dapat dilakukan oleh anak usia sekolah, terutama yang
berada pada akhir masa kanak-kanak, yaitu sekitar 10-12 tahun. Hal ini dapat
disebabkan oleh anak yang berada pada usia 10-12 tahun yang mulai membentuk
kelompok-kelompok teman sebaya. Widayanti (2013) mengemukakan bahwa usia
10-12 tahun adalah saat anak memasuki gang age. Ciri khas anak pada usia ini

3

adalah kebiasaan menghabiskan waktu untuk bermain dengan kelompok teman
sebayanya (Widayanti 2013).
Anak-anak pada usia ini membutuhkan kelompok teman sebaya sebagai
tempat untuk mengaktualisasikan diri. Oleh karena itu, anak membutuhkan suatu
model perilaku yang dapat diamati dan ditiru agar dapat diterima oleh
kelompoknya. Anak dapat belajar berperilaku melalui pengamatan beberapa
model, seperti keluarga, tetangga, dan media massa (Bandura 1973 diacu dalam
Susantyo 2011). Hasil penelitian Bandura dan Walters (1959, 1963) diacu dalam
Susantyo (2011) menunjukkan bahwa anak-anak dapat belajar banyak perilaku
hanya melalui peniruan, tanpa adanya penguat (reinforcement) lain. Hal ini
menunjukkan bahwa perilaku kekerasan dapat dipelajari melalui peniruan
terhadap suatu model yang telah diamati sebelumnya. Proses pembelajaran seperti
ini disebut observational learning.
Media massa terutama televisi membawa dampak besar bagi anak usia
sekolah. Hal ini disebabkan oleh televisi yang kini tidak hanya diakses oleh orang
dewasa, namun anak-anak pun kini dapat mengaksesnya secara bebas dalam
jangka waktu yang lama. Penelitian Pradekso (2014) di Kecamatan Tembalang,
Semarang menunjukkan bahwa 43 persen dari 28 orang siswa kelas 4 dan 5 SD
menghabiskan waktu 3-4 jam untuk menonton televisi.
Lama anak dalam menonton televisi dapat berpengaruh terhadap perilaku
anak. Penelitian Rech et al. (2013) menunjukkan bahwa anak yang menonton
televisi lebih dari tiga jam cenderung merasa tidak bahagia dengan lingkungannya
sehingga dapat menimbulkan perilaku kekerasan. Penelitian Singer et al. (2009) di
16 negara (Argentina, Brazil, China, Perancis, India, Indonesia, Irlandia, Maroko,
Pakistan, Portugal, Afrika Selatan, Thailand, Turki, Inggris Raya, Amerika
Serikat, dan Vietnam) menunjukkan bahwa 66 persen ibu setuju bahwa anak yang
hanya menonton televisi sepanjang waktu dan tidak mempunyai waktu yang
cukup untuk bermain di luar rumah akan merasa sulit untuk berinteraksi sosial dan
merasa tidak bahagia.
Pemilihan tayangan yang mengandung kekerasan dapat menimbulkan
perilaku kekerasan oleh anak. Apabila tayangan tersebut ditonton terus-menerus
akan menimbukan perilaku kekerasan yang berulang-ulang yang disebut perilaku
bullying. Penelitian Laeheem et al. (2010) di Thailand dengan 1440 contoh yang
menyatakan siswa sekolah dasar yang menonton kartun dan tayangan televisi lain
yang mengandung adegan atau tayangan kekerasan, seperti menampilkan
perkelahian, lebih berpeluang melakukan perilaku bullying. Berdasarkan latar
belakang dan perumusan masalah, peneliti tertarik untuk mengetahui:
1. Bagaimana akses media televisi siswa sekolah dasar, yaitu intensitas menonton
televisi dan akses muatan kekerasan?
2. Bagaimana peniruan muatan kekerasan yang dilakukan oleh siswa sekolah
dasar?
3. Bagaimana bentuk perilaku bullying verbal, fisik, dan bullying tidak langsung
(relational bullying) yang dilakukan oleh siswa sekolah dasar?
4. Bagaimana hubungan akses media televisi dengan peniruan muatan kekerasan?
5. Bagaimana hubungan karakteristik orangtua, karakterisitik anak, akses media
televisi, dan peniruan muatan kekerasan dengan perilaku bullying?
6. Bagaimana pengaruh karakteristik orangtua, karakterisitik anak, akses media
televisi, dan peniruan muatan kekerasan terhadap perilaku bullying?

4

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh akses media televisi dan peniruan muatan kekerasan
terhadap perilaku bullying siswa sekolah dasar.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi akses media televisi siswa sekolah dasar, yaitu intensitas
menonton televisi, akses muatan.
2. Mengidentifikasi peniruan muatan kekerasan yang dilakukan oleh siswa usia
sekolah dasar.
3. Mengidentifikasi bentuk perilaku bullying verbal, fisik, dan bullying tidak
langsung (relational bullying) yang dilakukan oleh siswa sekolah dasar.
4. Menganalisis hubungan akses media televisi dengan peniruan muatan
kekerasan.
5. Menganalisis hubungan karakteristik orangtua, karakterisitik anak, dan akses
media televisi dengan perilaku bullying.
6. Menganalisis pengaruh akses media televisi dan peniruan muatan kekerasan
terhadap perilaku bullying.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pihak-pihak
terkait, terutama pihak yang paling dekat dengan anak, yaitu orangtua tentang
pentingnya mengawasi akses anak terhadap media televisi agar anak-anak
terutama anak usia sekolah tidak terpapar pengaruh negatif tontonan televisi,
khususnya terhindar dari perilaku bullying yang dapat timbul akibat akases anak
terhadap tayangan televisi yang tidak baik. Bagi pemerintah, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan agar dapat menjalankan peraturan tentang
program dan adegan atau tayangan televisi yang telah dibuat dan memberikan
pengawasan yang sebaik-baiknya agar masyarakat terutama anak-anak usia
sekolah tidak terpapar pengaruh negatif dari tayangan televisi. Penelitian ini
diharapkan juga dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan
terutama ilmu keluarga dan perkembangan anak, serta dapat menjadi
pertimbangan untuk pengembangan penelitian sejenis berikutnya.
KERANGKA PEMIKIRAN
Bandura (1965) menunjukkan bahwa perilaku bullying merupakan
perilaku kekerasan yang dapat dipelajari melalui tayangan televisi yang
mengandung kekerasan. Karakteristik anak, seperti jenis kelamin dan urutan
kelahiran diduga dapat memengaruhi dan perilaku bullying anak. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak melakukan perilaku
bullying dibandingkan perempuan (Solberg dan Olweus 2003; Tapper dan
Boulton 2004). Benitez dan Justicia (2006) menunjukkan bahwa perilaku bullying
terjadi akibat ketidakseimbangan antara pelaku dan korban. Anak sulung dapat
merasa lebih berkuasa dibandingkan adik-adiknya, sehingga dapat berpeluang
lebih besar untuk melakukan bullying (Benitez dan Justicia 2006).

5

Karakteristik orangtua, seperti usia, pendapatan, lama pendidikan, dan
besar keluarga diduga memengaruhi akses media televisi, peniruan muatan
kekerasan, dan perilaku bullying anak. Penelitian Bradley dan Noirin (2007) dan
Verlinden et al. (2014) menunjukkan semakin tinggi usia dan lama pendidikan
orangtua terutama ibu akan dapat memberikan sosialisasi yang tepat mengenai
akses media televisi yang baik untuk anak, peniruan muatan kekerasan dan
perilaku bullying anak. Verlinden et al. (2014) menunjukkan semakin baiknya
pendapatan orangtua, akan dapat memberikan perhatian yang cukup dan
sosialisasi yang tepat mengenai akses media televisi yang baik untuk anak,
sehingga dapat mencegah peniruan muatan kekerasan dan perilaku bullying anak.
Semakin besar keluarga memungkinkan anak tidak mendapatkan perhatian yang
cukup dari orangtua, sehingga dapat menimbulkan akses media televisi yang tidak
baik, dari segi lama menonton televisi dan preferensi acara, perilaku peniruan
muatan kekerasan dan perilaku bullying (Bradley dan Noirin 2007).
Karakteristik orangtua dapat memengaruhi pengasuhan orangtua.
Pengasuhan orangtua juga dapat memengaruhi akses anak terhadap media televisi
dan perilaku bullying anak, namun penelitian ini tidak mengkaji lebih dalam gaya
pengasuhan orangtua. Cantor (2006) mengemukakan bahwa peniruan muatan
kekerasan berhubungan dengan adanya akses media televisi. Penelitian Laeheem,
Kuning, dan Mc Neil (2010) menunjukkan bahwa akses media televisi, yaitu lama
menonton dan pemilihan tayangan dapat mengubah cara anak dalam berinteraksi
sosial. Perilaku bullying adalah salah satu tindakan intimidasi yang dapat terjadi
saat anak membangun interaksi sosial, sehingga dapat dilihat pengaruh akses
media televisi terhadap perilaku bullying anak.
Karakteristik
Orangtua
- Usia
- Pendapatan
- Lama
Pendidikan
- Besar keluarga
Karakteristik Anak
- Jenis Kelamin
- Urutan kelahiran

Pengasuhan
Orangtua

Akses Media Televisi
- Intensitas menonton
televisi (lama dan
preferensi menonton
televisi)
- Akses muatan
kekerasan (lama dan
preferensi
mengakses muatan
kekerasan)

Perilaku
Bullying
- Verbal
- Fisik
- Relasional

Peniruan muatan kekerasan
Teman Sebaya(Peer Group)

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh akses media televisi dan peniruan muatan
kekerasan terhadap perilaku bullying siswa sekolah dasar

6

Keterangan :
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Hubungan yang dianalisis
Pengaruh yang dianalisis
Pengaruh yang tidak dianalisis
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode cross-sectional study. Lokasi
penelitian berada di Kecamatan Pamijahan yang dipilih secara purposive sebagai
representasi wilayah perdesaan dalam kategori rumah tangga petani sawah lahan
lima terbesar di Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian
Hibah Kompetensi dengan judul “Model Pendidikan Karakter pada Keluarga
Perdesaan melalui Family School Partnership” (Hastuti dan Alfiasari 2015).
Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2015.
Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga lengkap yang mempunyai
anak usia sekolah dasar yang tinggal di Desa Ciasihan dan Desa Ciasmara,
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Contoh dalam penelitian ini adalah
siswa kelas 4 dan 5 SD di sekolah terpilih. Responden dalam penelitian ini adalah
ibu dan siswa kelas 4 dan 5 SD di sekolah terpilih yang berjumlah 60 orang.
Penarikan contoh dalam penelitian ini dilakukan dengan metode proportional
random sampling berdasarkan jumlah siswa kelas 4 dan 5 di sekolah terpilih dan
berdasarkan jenis kelamin. Cara pemilihan contoh ini dapat dilihat pada gambar 2.
Desa Ciasihan dan Desa Ciasmara,
Kecamatan Pamijahan

SDN Ciasihan 1
142 anak
L=74; P=68

purposive

SDN Ciasmara 1
215 anak
L=121; P=94

SDN Ciasihan 1
n=24 anak
L=13; P=11

purposive

SDN Ciasmara 1

n=36 anak
L=20; P=16

n=60
Gambar 2 Kerangka penarikan contoh

proportional
random
sampling

7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer diperoleh secara langsung dari hasil pengisian kuesioner kepada contoh.
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer yang diperoleh melalui
teknik wawancara menggunakan alat bantu kuesioner, meliputi:
1. Karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, dan urutan kelahiran).
2. Karakteristik keluarga contoh (usia orangtua, lama pendidikan orangtua,
pendapatan keluarga, pekerjaan orangtua, dan besar keluarga).
3. Instrumen intensitas menonton televisi, terdiri dari lama menonton televisi
dan preferensi menghabiskan waktu lebih lama untuk menonton televisi
merupakan pengembangan dari kuesioner penelitian Rahmawati (2014) yang
berjumlah 11 item pernyataan dengan poin skala Likert (1=sangat tidak
setuju sampai 4=sangat setuju) dan nilai cronbach alpha sebesar 0.774
(instrumen lama menonton televisi dapat dilihat pada lampiran 1 dan
instrumen preferensi menonton televisi dapat dilihat pada lampiran 2).
4. Instrumen akses terhadap muatan kekerasan, terdiri dari lama mengakses
muatan kekerasan dalam tayangan televisi dan preferensi mengakses muatan
kekerasan merupakan pengembangan dari kuesioner Muniandy (2013) yang
berjumlah 9 item pernyataan dengan poin skala Likert (1=sangat tidak setuju
sampai 4=sangat setuju) dan nilai cronbach alpha sebesar 0.706 (instrumen
lama mengakses muatan kekerasan dalam tayangan televisi dapat dilihat
pada lampiran 3 dan instrumen preferensi mengakses muatan kekerasan
dapat dilihat pada lampiran 4 ).
5. Pertanyaan terbuka mengenai jenis tayangan yang paling sering ditonton
(dapat dilihat pada lampiran 5).
6. Pertanyaan terbuka mengenai frekuensi mengakses muatan kekerasan merupakan
pengembangan dari kuesioner Muniandy (2013) (dapat dilihat pada lampiran 6).
7. Instrumen peniruan muatan kekerasan berjumlah 4 item pernyataan dengan

poin skala Likert (1=sangat tidak setuju sampai 4=sangat setuju) dan nilai
cronbach alpha sebesar 0.864 (dapat dilihat pada lampiran 7).
8. Instrumen perilaku bullying yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dari kuesioner Hastuti, Karina, dan Alfiasari (2013) yang
berjumlah 20 item pernyataan dengan poin skala Likert (1=tidak pernah
sampai 4=selalu) dan nilai cronbach alpha sebesar 0.887 (dapat dilihat pada
lampiran 8).
Variabel, skala data, dan kategori data dapat dilihat pada tabel 1.

8

Tabel 1 Variabel, skala data, dan kategori data
Variabel
Jenis kelamin

Skala data
Nominal

Usia anak
Urutan kelahiran
Usia ayah

Rasio
Rasio
Rasio

Usia ibu

Rasio

Lama pendidikan ayah
Lama pendidikan ibu

Rasio
Rasio

Jenis pekerjaan orangtua

Nominal

Pendapatan per kapita

Rasio

Besar keluarga

Rasio

Akses media televisi

Rasio

Peniruan muatan
kekerasan

Rasio

Perilaku bullying

Rasio

Kategori data
1. Perempuan
2. Laki-laki
Anak usia sekolah kelas 4 dan 5 SD
Hurlock (1980)
1. Dewasa awal (18-40 tahun)
2. Dewasa madya (41-60 tahun)
3. Dewasa lanjut (> 60 tahun)
Hurlock (1980)
1. Dewasa awal (18-40 tahun)
2. Dewasa madya (41-60 tahun)
3. Dewasa lanjut (> 60 tahun)

1.
Tidak bekerja
2.
Petani pemilik
3.
Petani penyewa
4.
Petani penggarap
5.
Petani buruh harian
6.
PNS
7.
Pegawai swasta
8.
Wirausaha/pedagang
9.
Buruh
10.
Penambang
11.
Lainnya
BPS (2014)
1. Miskin (≤ Rp 288 741)
2. Hampir miskin (Rp 288 742- Rp
433112)
3. Tidak miskin (> Rp 433 112)
BKKBN (1998)
1. Keluarga kecil (≤ 4 orang),
2. Keluarga sedang (5-7 orang),
3. Keluarga besar (> 7 orang).
1. Intensitas menonton televisi
2. Akses muatan kekerasan dalam tayangan
televisi

1. Perilaku bullying verbal
2. Perilaku bullying fisik
3. Perilaku bullying tidak langsung
(relational bullying).

9

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scorring,
entrying, cleaning, recoding serta analyzing menggunakan Microsoft Excel dan
SPSS. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Analisis statistik deskriptif
digunakan untuk menganalisis karakteristik anak, karakteristik orangtua, data
akses anak pada media televisi, data peniruan muatan kekerasan dan data perilaku
bullying anak usia sekolah. Analisis statistik inferensia yang digunakan untuk
menganalisis pengaruh akses anak pada media televisi terhadap perilaku bullying
anak usia sekolah.
Pembagian interval dilakukan terlebih dahulu pada hasil jawaban
kuesioner akses anak terhadap media televisi, yang terdiri dari intensitas
mengakses televisi, akses terhadap muatan kekerasan yang ada dalam tayangan
televisi, dan peniruan anak terhadap kekerasan yang ada dalam tayangan televisi.
Uji regresi linier berganda dilakukan untuk menganalisis pengaruh akses media
televisi terhadap perilaku bullying anak usia sekolah. Formulasi notasi uji regresi
linier berganda adalah:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + β7 X7 + ε.
Keterangan:
Y
= Perilaku bullying
= Konstanta
= Koefisien regresi
(1-7)
X1
= Usia anak (tahun)
X2
= Urutan kelahiran (anak ke-)
X3
= Usia ibu (tahun)

X4 = Lama pendidikan ibu
(tahun)
X5 =Pendapatan per kapita
(Rp/bulan)
X6 = Akses media televisi
X7 = Peniruan muatan kekerasan
= Error

Definisi Operasional
Karakteristik orangtua adalah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh orangtuadan keluarga
contoh, seperti usia, lama pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga.

Data ini diambil dengan melakukan wawancara terstruktur menggunakan
kuesioner.
Karakteristik contoh adalah ciri-ciri khas yang dimiliki contoh seperti usia, jenis kelamin,
dan urutan kelahiran. Data ini diambil dengan melakukan wawancara

terstruktur menggunakan kuesioner.
Akses media televisi adalah aktivitas penggunaan media televisi, yaitu aktivitas
menonton siaran televisi yang dilakukan melalui berbagai alat. Terdiri dari
tiga dimensi, yaitu intensitas menonton televisi dan akses muatan kekerasan.
Data ini diambil dengan melakukan wawancara terstruktur menggunakan
kuesioner.
Intensitas menonton televisi adalah lama dan preferensi contoh dalam menonton
televisi. Lama dalam intensitas menonton televisi dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu: ≤ 1-2 jam untuk kategori rendah, 3-4 jam kategori sedang,
dan > 5 jam untuk kategori tinggi. Preferensi dalam intensitas menonton

10

televisi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu hampir tidak suka, suka, dan
sangat suka.
Akses muatan kekerasan dalam tayangan televisi adalah lama dan preferensi
contoh dalam menonton tayangan televisi yang mengandung kekerasan.
Lama dalam mengakses muatan kekerasan dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu: ≤ 1 jam untuk kategori rendah, 2-3 jam untuk kategori sedang, dan > 3
jam untuk kategori tinggi. Preferensi mengakses muatan kekerasan dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu hampir tidak suka, suka, dan sangat suka.
Frekuensi mengakses muatan kekerasan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu ≤
1 hari dalam satu minggu untuk kategori rendah, 2-3 hari dalam satu minggu
untuk kategori sedang, dan 4-7 hari dalam satu minggu untuk kategori tinggi.
Peniruan muatan kekerasan adalah perilaku meniru atau mengikuti tindakan
kekerasan yang ditampilkan tayangan televisi. Peniruan muatan kekerasan
dalam tayangan televisi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tidak ada atau
sangat sedikit muatan kekerasan yang ditiruuntuk kategori rendah, beberapa
muatan kekerasan yang ditiru untuk kategori sedang, hampir semua muatan
kekerasan yang ditiruuntuk kategori tinggi.
Perilaku bullying adalah perilaku kekerasan, baik verbal, fisik, dan bullying tidak
langsung (relational bullying) yang dilakukan oleh anak usia sekolah
(contoh) sebagai akibat dari akses anakterhadap media televisi. Data ini
diambil dengan melakukan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner.
Bullying verbal adalah perilaku mengintimidasi yang dilakukan dengan menyerang
langsung dengan kata-kata kasar secara sengaja, seperti menghina, mengejek,
dan mencaci.
Bullying fisik adalah perilaku mengintimidasi yang dilakukan dengan menyerang
langsung secara fisik secara sengaja, seperti memukul, mencubit, dan
menendang.
Bullying tidak langsung (relational bullying) adalah perilaku mengintimidasi yang
dilakukan secara tidak langsung, namun berniat untuk menghina korban,
seperti membuat gosip atau perkataan yang tidak benar mengenai seseorang
dan menatap sinis seseorang.

HASIL
Karakteristik Contoh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (55.00%)
berjenis kelamin laki-laki, sedangkan kurang dari separuh contoh (45.00%) berjenis
kelamin perempuan. Usia contoh berkisar antara 10-13 tahun. Rata-rata usia contoh
adalah 11.25 tahun. Lebih dari separuh contoh (56.67%) berusia 11 tahun. Sebanyak
25.00 persen contoh berusia 12 tahun, sedangkan 11.67 persen contoh berusia 10
tahun dan sebanyak 6.67 persen contoh berusia 13 tahun. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa kurang dari separuh dari total contoh (48.33%) menempati
urutan tengah dalam urutan kelahiran di keluarganya. Sebanyak 26.67 persen
merupakan anak sulung, sedangkan sebanyak 25.00 persen contoh merupakan anak
bungsu.

11

Karakteristik Keluarga Contoh
Usia Orangtua
Berdasarkan tabel 2, lebih dari separuh usia ayah contoh (53.33%) termasuk ke
dalam kelompok dewasa madya. Usia ibu contoh dalam penelitian ini berkisar antara
27-60 tahun. Lebih dari separuh usia ibu contoh (56.67%) berada pada kelompok
usia dewasa awal.
Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan kelompok usia orangtua
Kelompok usia
n
25
32
3
60

Dewasa awal (18-40 tahun)
Dewasa madya (41-60 tahun)
Dewasa lanjut (> 60 tahun)
Total
Min-Maks (tahun)
Rata-rata±Stdev (tahun)

Ayah
Persentase (%)
42.67
53.33
5 .00
100.00
29-80
44.80±10.16

Ibu
n
Persentase (%)
34
56.67
26
43.33
0
0.00
60
100.00
27-60
38.57±8.03

Pendidikan Orangtua
Berdasarkan tabel 3, lama pendidikan ayah contoh berkisar antara 0-16 tahun.
Kurang dari separuh ayah contoh (45.00%) mengenyam pendidikan hingga tamat
sekolah dasar atau selama 6 tahun. Lama pendidikan ibu contoh dalam penelitian ini
berkisar antara 0-16 tahun. Empat dari sepuluh ibu contoh (40.00%) mengenyam
pendidikan hingga lulus sekolah dasar.
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orangtua
Pendidikan
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
D1/D2/D3
S1/S2/S3
Total
Min-Maks lama
pendidkan (tahun)
Rata-rata±Stdev lama
pendidikan (tahun)

n
3
15
27
10
4
0
1
60

Ayah
Persentase (%)
5.00
25.00
45.00
16.67
6.67
0.00
1.67
100.00
0-16
6.37±2.84

n
2
23
24
9
1
0
1
60

Ibu
Persentase (%)
3.33
38.33
40.00
15.00
1.67
0.00
1.67
100.00
0-16
5.65±2.71

Jenis Pekerjaan Orangtua
Jenis pekerjaan orangtua contoh dalam penelitian ini beragam. Jenis pekerjaan
yang paling banyak dimiliki oleh ayah contoh adalah wirausaha atau pedagang.
Berdasarkan tabel 4, satu dari tiga ayah contoh (33.33%) bekerja sebagai
wairausaha/pedagang, sedangkan lebih dari dua per tiga ibu contoh (71.67%) tidak
bekerja dan menjadi ibu rumah tangga.

12

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orangtua
Jenis pekerjaan
Tidak bekerja
Petani pemilik
Petani penyewa
Petani penggarap
Petani buruh harian
PNS
Pegawai swasta
Wirausaha/Pedagang
Buruh
Penambang
Lainnya
Total

n
0
2
0
1
11
0
2
20
15
0
9
60

Ayah
Persentase (%)
0.00
3.33
0.00
1.67
18.00
0.00
3.33
33.33
25.00
0.00
15.00
100.00

n
43
0
0
1
4
0
0
5
0
0
7
60

Ibu
Persentase (%)
71.67
0.00
0.00
1.67
6.67
0.00
0.00
8.33
0.00
0.00
11.67
100.00

Pendapatan
Tabel 5 menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga contoh (53.33%)
berada pada kategori miskin menurut Garis Kemiskinan Jawa Barat BPS (2014),
yaitu berada pada rentang kurang dari Rp 288 741. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa anak yang mempunyai tingkat bullying yang tinggi berada pada keadaan
ekonomi yang miskin (Khoury-Kassabri et al. 2005, Perera et al. 2004, Wolke et al.
2001 diacu dalam Chaux, Molano, dan Podlesky 2009).
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita
Pendapatan per kapita
Miskin (≤ Rp 288 741)
Hampir miskin (Rp 288 742-Rp 433 112)
Tidak miskin (≥ Rp 433 112)
Total
Min-Maks (rupiah)
Rata-rata±Stdev

Jumlah
Persentase (%)
32
53.33
16
26.67
12
20.00
60
100.00
37 500-1 500 000
320,705.66±247 337.01

Besar Keluarga
Tabel 6 menunjukkan bahwa lebih dari separuh besar keluarga contoh (55.00%)
berada pada kategori keluarga sedang yang terdiri dari 5-7 orang anggota keluarga.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
Besar keluarga
Kecil (≤ 4)
Sedang (5-7)
Besar (> 7)
Total
Min-maks (orang)

Jumlah
19
33
8
60

Persentase (%)
31.67
55.00
13.33
100.00
4-10

13

Akses Media Televisi
Akses media televisi dalam penelitian ini dibagi menjadi dua dimensi, yaitu
intensitas menonton televisi dan akses muatan kekerasan dalam tayangan televisi.
Intensitas menonton televisi terdiri dari lama anak menonton televisi dan preferensi
atau kesukaan anak dalam menonton televisi lebih lama dibandingkan melakukan
aktivitas lain. Akses muatan kekerasan dalam tayangan televisi terdiri dari lama anak
mengakses muatan kekerasan dan preferensi atau kesukaan anak dalam mengakses
tayangan televisi yang mengandung muatan kekerasan.
Intensitas Menonton Televisi
Intensitas menonton televisi dalam penelitian ini terdiri dari lama menonton
televisi dan preferensi menonton televisi. Lama menonton televisi dalam penelitian
ini adalah waktu yang dihabiskan anak untuk menonton televisi dalam satu hari.
Tabel 7 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (66.67%) mempunyai lama
menonton televisi yang sedang, yaitu 3-4 jam dalam satu hari.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kategori lama menonton televisi
Kategori
Rendah (≤ 1-2 jam)
Sedang (3-4 jam)
Tinggi (> 4 jam)
Total
Min-Maks
Rata-rata±Stdev

Jumlah
9
40
11
60

Persentase (%)
15.00
66.67
18.33
100.00
0.00-73.33
37.67±1.58

Preferensi menonton televisi dalam penelitian ini adalah kesukaan anak untuk
menonton televisi dibandingkan melakukan aktivitas lain, seperti belajar dan bermain
bersama teman-temannya di luar rumah. Gambar 3 menunjukkan bahwa lebih dari
separuh contoh (66.67%) lebih suka menonton televisi dibandingkan melakukan
aktivitas lain, seperti belajar, dan bermain bersama teman-temannya di luar rumah.

18,33%

15,00%

hampir tidak suka ( < 26.66)
suka (26.67-53.34)
sangat suka (> 53.34)

66,67%
Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan kategori preferensi menonton televisi
Akses Muatan Kekerasan
Akses muatan kekerasan dalam penelitian ini terdiri dari lama mengakses
muatan kekerasan dalam tayangan televisi dan preferensi mengakses muatan
kekerasan. Lama mengakses muatan kekerasan dalam penelitian ini adalah waktu

14

yang dihabiskan anak untuk mengakses muatan kekerasan dalam satu hari. Tabel 8
menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (68.33%) mempunyai lama
mengakses muatan kekerasan dalam tayangan televisi yang sedang, yaitu 2-3 jam
dalam satu hari.
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kategori lama mengakses muatan kekerasan
dalam tayangan televisi
Kategori
Rendah (≤ 1 jam)
Sedang (2-3 jam)
Tinggi (> 3 jam)
Total
Min-Maks
Rata-rata±Stdev

Jumlah
4
41
15
60

Persentase (%)
6.67
68.33
25.00
100.00
0.00-80.95
44.92±1.32

Preferensi mengakses muatan kekerasan dalam penelitian ini adalah kesukaan
anak dalam memilih mengakses tayangan televisi yang mengandung muatan
kekerasan. Tabel 9 menunjukkan bahwa lebih dari dua per tiga contoh (85.00%)
suka mengakses tayangan televisi yang mengandung muatan kekerasan.
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan kategori preferensi mengakses muatan
kekerasan
Kategori
Hampir tidak suka (< 33.33)
Suka (33.33-66.67)
Sangat suka (> 66.67)
Total
Min-Maks
Rata-rata±Stdev

Jumlah
7
51
2
60

Persentase (%)
11.67
85.00
3.33
100.00
0.00-100.00
43.61±1.97

Tabel 10 menunjukkan bahwa lebih dari dua per tiga contoh (78.33%) selama
2-3 hari dalam satu minggu mengakses muatan kekerasan.
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi mengakses muatan kekerasan
Kategori
Rendah (≤ 1 hari dalam satu
minggu)
Sedang (2-3 hari dalam satu
minggu)
Tinggi (4-7 hari dalam satu
minggu)
Total
Min-Maks (hari)
Rata-rata±Stdev (hari)

Jumlah
7

Persentase (%)
11.67

47

78.33

6

10.00

60

100.00
0-7
2.57±1.28

Tabel 11 menunjukkan bahwa contoh dalam penelitian ini paling sering
menonton enam acara yang mengandung kekerasan dan tiga acara yang tidak
mengandung kekerasan. Hal ini menunjukkan bahwa contoh lebih banyak menonton
acara yang mengandung kekerasan.

15

Tabel 11 Judul dan deskripsi acara yang paling sering ditonton oleh contoh
No.

Deskripsi acara

1.

Sinetron yang
mengandung
kekerasan fisik,
seperti memukul
dan menendang.
Sinetron yang
mengandung
kekerasan fisik,
seperti memukul
dan menendang.
Berita khusus
kriminal yang
ditayangkan di
atas pukul 21.00
WIB

2.

3.

4.

5.

6.

Kartun yang
menampilkan
perkelahian yang
mengandung
beberapa
kekerasan fisik,
seperti memukul
dan menendang.
Kartun yang
menampilkan
perkelahian yang
mengandung
beberapa
kekerasan fisik,
seperti memukul
dan menendang.
Acara musik
namun lebih
banyak candaan
yang banyak
mengandung
kekerasan fisik.

Judul
acara
(dengan
kekerasan)
GantengGanteng
Serigala

Stasiun
TV

Deskripsi acara

Judul acara
(tanpa
kekerasan)

Stasiun
TV

SCTV

Kuis pengetahuan

Olimpiade
Indonesia
Cerdas

Rajawali
TV

Tujuh
Manusia
Harimau

RCTI

Ceramah pemuka
agama

Islam Itu
Indah

Trans
TV

Berita
kriminal

TV
One,
ANTV

Perbincangan
dengan tokoh
atau artis yang
dikemas dengan
candaan, namun
telah diatur agar
tidak
mengandung
kekerasan)

Ini
Talkshow

NET

Boboiboy

MNC
TV

Tom and
Jerry

Global
TV

Dahsyat

RCTI

Peniruan Muatan Kekerasan
Peniruan terhadap muatan kekerasan merupakan salah satu akibat dari
peluberan informasi, yaitu tidak adanya penyaringan informasi yang diperuntukkan
bagi anak usia sekolah (Rahmi 2013). Tabel 12 menunjukkan bahwa lebih dari

16

separuh contoh (63.33%) mempunyai peniruan terhadap muatan kekerasan dalam
acara televisi yang sedang.
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kategori peniruan muatan kekerasan
Kategori
Rendah (< 33.33)
Sedang (33.33-66.67)
Tinggi (> 66.67)
Total
Min-Maks
Rata-rata±Stdev

Jumlah
22
38
0
60

Persentase (%)
36.67
63.33
0.00
100.00
0.00-58.33
25.69±18.37

Perilaku Bullying
Tabel 13 menunjukkan bahwa kurang dari separuh contoh (43.33 %) contoh
menonton kartun yang mengandung kekerasan, namun mempunyai perilaku bullying
yang masih tergolong rendah. Hal ini dapat disebabkan contoh hanya meniru
beberapa muatan kekerasan, sehingga perilaku kekerasan yang disebabkan oleh jenis
tayangan yang tidak mengandung kekerasan tidak terjadi berulang-ulang. Bandura
(1965) menunjukkan apabila anak hanya meniru beberapa perilaku muatan
kekerasan, artinya anak telah menjalankan proses motivasi, yaitu mengevaluasi dan
memilih untuk terus melakukan atau berhenti melakukan perilaku kekerasan tersebut.
Anak akan meniru perilaku yang tidak menimbulkan hukuman atau konsekuensi.
Apabila perilaku kekerasan tersebut menimbulkan hukuman dari orang terdekat anak,
terutama orangtua, anak tidak akan melakukan perilaku kekerasan atau intimidasi
yang berulang-ulang, sehingga perilaku bullying akan tergolong rendah.
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan jenis tayangan yang paling sering ditonton dan
kategori perilaku bullying
Jenis tayangan

Sinetron bergenre
remaja
Kartun yang
mengandung
kekerasan
Berita kriminal
Acara musik
Acara religi
Kuis pengetahuan
Perbincangan dengan
tokoh atau artis
(talkshow)
Total
Min-Maks
Rata-rata±Stdev

Kategori perilaku bullying
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(%)
(%)
(%)
23
38.33
1
1.67
0
0.00
26

43.33

2

3.33

0

0.00

2
2
1
1
2

3.33
3.33
1.67
1.67
3.33

0
0
0
0
0

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

0
0
0
0
0

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

57

95.00

3

5.00
0-60
11.67±11.05

0

0.00

17

Tabel 14 menunjukkan bahwa hampir seluruh anak (93.33%) melakukan
bullying secara verbal. Contoh lebih memilih bullying secara verbal karena hal tersebut
dianggap masih lumrah dan tidak menyakiti orang lain.
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan jenis perilaku bullying yang dilakukan
Jenis perilaku bullying

Contoh perilaku
bullying
Mendukung dan
menyemangati teman
yang sedang
menyakiti teman lain,
memberikan julukan
kasar, mengejek,
membentak, dan
menyindir teman.

Jumlah

Persentase (%)

56

93.33

Fisik

Menyembunyikan
barang milik teman,
mendorong tubuh
teman, dan memukul.

2

3.33

Relasional

Mengucilkan dan
menatap sinis teman.
Melakukan perilaku
bull