Hubungan Beban Kerja, Pengetahuan dan Sikap Gizi Ibu, serta Pola Asuh Makan dengan Status Gizi Balita di Kota Bogor.

HUBUNGAN BEBAN KERJA, PENGETAHUAN DAN SIKAP
GIZI IBU, SERTA POLA ASUH MAKAN DENGAN STATUS
GIZI BALITA DI KOTA BOGOR

NURRAHMA SRI FITAYANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Beban
Kerja, Pengetahuan dan Sikap Gizi Ibu, serta Pola Asuh Makan dengan Status
Gizi Balita di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Nurrahma Sri Fitayani
NIM I4100011

ABSTRAK
NURRAHMA SRI FITAYANI. Hubungan Beban Kerja, Pengetahuan dan Sikap
Gizi Ibu, serta Pola Asuh Makan dengan Status Gizi Balita di Kota Bogor.
Dibimbing oleh IKEU EKAYANTI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan beban kerja,
pengetahuan dan sikap gizi ibu, serta pola asuh makan dengan status gizi balita.
Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan lokasi penelitian di Kelurahan
Paledang, Kota Bogor yang ditentukan secara purposive. Subjek dalam penelitian
ini adalah 80 balita usia 3—5 tahun dengan teknik penarikan contoh proportional
random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga
memiliki pendidikan dan pendapatan yang rendah. Umur balita dan pola asuh
makan memiliki hubungan positif signifikan dengan status gizi balita, namun
beban kerja, pengetahuan dan sikap gizi ibu tidak memiliki hubungan signifikan
dengan status gizi balita (p>0.05). Hubungan yang signifikan terdapat pula antara

beban kerja dengan kuantitas pengasuhan dan sikap gizi dengan pola asuh makan
(p0.05). There were also significant relationship between the
workload with quantity of parenting, and nutrition attitudes with food caring
pattern (p80%
Pengetahuan dan sikap 2. Sedang: 60-80%
Wawancara
gizi
menggunakan kuesioner
3. Kurang: 6 jam
1. Baik: >80%
Wawancara
Pola asuh makan
2. Cukup baik: 60-80%
menggunakan kuesioner
3. Kurang baik: mean (rata-rata) diberi skor
2 dan < mean diberi skor 1, untuk status kerja ibu terbagi dua yaitu ibu yang
bekerja (skor 2) dan ibu yang tidak bekerja (skor 1), besar keluarga terbagi dua
kategori yaitu jumlah anak > 2 (skor 2) dan < 2 (skor 1), untuk ketersediaan
tenaga yang membantu, jika ada (skor 1) dan jika tidak ada (skor 2). Beban kerja
dihitung dan dikelompokkan dengan menggunakan interval kelas dan dibagi

dalam tiga kategori yaitu berat, sedang, dan ringan.
Pengolahan data untuk kuantitas pengasuhan (6 kegiatan pengasuhan)
menggunakan interval kelas dan dibagi dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang,
dan tinggi. Pengetahuan gizi, sikap gizi ibu, dan pola asuh makan anak dinilai dari
kuesioner yang masing-masing untuk pengetahuan dan kesehatan ibu 20
pertanyaan dan sikap gizi serta pola asuh makan anak masing-masing terdiri dari
10 pertanyaan. Jawaban benar pengetahuan gizi ibu diberi skor 1 dan jawaban
salah skor 0. Pola asuh makan diberi 3 opsi jawaban dan diberi skor 1-3. Sikap
gizi diberi 5 opsi jawaban (sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak
setuju) dan diberi skor 1-5. Total nilai pengetahuan dan sikap gizi serta pola asuh
makan dikelompokkan dengan interval kelas dan dibagi dalam tiga kategori yaitu
baik, sedang, dan kurang.
Analisis korelasi Spearman digunakan untuk melihat hubungan antara
karakteristik keluarga dan anak dengan beban kerja, beban kerja dengan kuantitas
pengasuhan, beban kerja dengan pola asuh makan, pengetahuan ibu dengan pola

8

asuh makan anak, dan pola asuh. Analisis regresi linear digunakan untuk
pengaruh antara karakteristik keluarga dan anak dengan beban kerja, beban kerja

dengan kuantitas pengasuhan, beban kerja dengan pola asuh makan, dan
pengetahuan ibu dengan pola asuh makan anak.

Definisi Operasional
Anak balita adalah anak yang berumur 36 bulan sampai 60 bulan baik laki-laki
maupun perempuan.
Beban kerja ibu adalah tanggung jawab atau kewajiban yang dilakukan oleh ibu
yang diukur berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan yang meliputi besar
keluarga, status kerja ibu, alokasi waktu ibu, dan keberadaan tenaga lain
yang membantu. Beban kerja ibu dikategorikan berdasarkan kategori ringan,
sedang, dan berat.
Status kerja ibu adalah keadaan ibu dalam menggunakan waktunya untuk
memperoleh upah/penghasilan. Status kerja ibu dikategorikan atas bekerja
dan tidak bekerja.
Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang digunakan ibu untuk melakukan
kegiatan dalam sehari. Alokasi waktu diukur dengan menggunakan metode
activity recall 2x24 jam (hari biasa dan hari libur).
Alokasi waktu pengasuhan adalah kuantitas atau jumlah waktu yang digunakan
ibu untuk mengasuh anaknya dalam sehari yang diukur dengan
menggunakan motede food recall 2x24 jam (hari biasa dan hari libur).

Tingkat pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang telah
diselesaikan oleh ibu, yang dikategorikan atas tidak tamat SD, tamat SMP,
tamat SMA, dan tamat Perguruan Tinggi.
Pengetahun gizi ibu adalah pengetahuan yang dimiliki ibu yang berkaitan dengan
gizi anak dan keluarganya.
Status gizi balita adalah keadaan tubuh anak akibat konsumsi, absorbsi, dan
penggunaan zat gizi yang ditentukan berdasarkan berat badan menurut umur
dengan menggunakan baku rujukan NCHS (National Centre for Health
Statistic) dari WHO (World Health Organization).
Pola asuh makan adalah seluruh interaksi antara subjek dan objek berupa
bimbingan, pengarahan, dan pegawasan, serta cara-cara dalam pemberian
makan balita yang berlangsung secara rutin sehingga membentuk suatu
pola.

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Keluarga
Usia Orang Tua

Sebagian besar usia suami (67.5%) berada pada kategori dewasa awal (1840 tahun) dan sisanya (32.5%) berada pada kategori dewasa madya (40-60 tahun).
Tidak ada suami yang memiliki usia remaja (60 tahun). Untuk usia istri, hampir seluruhnya (95%) usia istri berada pada
kategori dewasa awal (18-40 tahun) dan sisanya (5%) berada pada kategori
dewasa madya (40-60 tahun).
Tabel 2 Sebaran keluarga contoh berdasarkan umur orang tua
Umur (tahun)
Remaja ( Rp 305 870.
Hampir seluruh keluarga memiliki pendapatan keluarga per kapita per bulan
termasuk kategori tidak miskin (97.5%) dan sisanya (2.5%) tergolong miskin.
Pendapatan terendah keluarga adalah sebesar Rp 120 000 dan pendapatan
tertinggi per kapita per bulan adalah sebesar Rp 7 300 000 dengan rata-rata
pendapatan Rp 1 842 100±1 236 401. Status sosial ekonomi dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat anak dengan sosial
ekonomi tinggi tentunya pemenuhan kebutuhan gizi sangat cukup baik
dibandingkan dengan anak yang sosial ekonominya rendah (Hidayat 2004).

Karakteristik Anak
Karakteristik anak yang diteliti pada penelitian ini adalah usia anak dan
jenis kelamin. Lebih dari separuh anak (54%) berusia 49-60 bulan dan sisanya
(46%) berusia 36-48 bulan, sedangkan untuk jenis kelamin, baik laki-laki maupun

perempuan tersebar secara merata (50%).
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan umur dan jenis kelamin contoh
Kelompok umur (bulan)
36-48
49-60
Total

Laki-laki
n
%
19
47.50
21
52.50
40
100.00

Perempuan
n
%

18
45.00
22
55.00
40
100.00

Total
n
37
43
80

%
46.00
54.00
100.00

Thoha (2004) menjelaskan bahwa salah satu aspek yang penting dalam
masa tumbuh kembang anak adalah aspek gizi. Hidayat (2004) menyebutkan

bahwa manfaat gizi dalam tubuh adalah dapat membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta mencegah berbagai penyakit akibat kekurangan gizi
dalam tubuh. Anak balita merupakan kelompok penduduk yang paling rentan
terhadap gangguan kesehatan dan gizi, karena alasan sebagai berikut: (1) status
imunitas, diet, dan psikologis anak belum matang atau masih dalam tahap
perkembangan yang pesat; (2) kelangsungan dan kualitas hidup anak balita sangat
tergantung pada penduduk dewasa terutama keluarga atau ibunya (Thoha 2004).

Beban Kerja
Gawron (2008) mendefinisikan beban kerja sebagai berikut: “Workload
has been defined as a set of task demands, as effort, and as activity or
accomplishment”, yang artinya bahwa beban kerja telah didefinisikan sebagai
perangkat tuntutan tugas, sebagai upaya, dan sebagai kegiatan atau prestasi.
Beban kerja yang dirasakan oleh seorang pekerja dapat menjadi faktor penekan
menghasilkan kondisi-kondisi tertentu, sehingga menuntut manusia memberikan
energi atau perhatian (konsentrasi) yang lebih.

12

Beban kerja ibu meliputi besar keluarga, status kerja ibu, alokasi waktu,

dan ketersediaan tenaga yang membantu. Sebagian besar keluarga (72.5%)
memiliki besar keluarga 5-6 orang dengan kategori keluarga sedang.
Beban kerja ibu berbeda dengan beban kerja seorang ayah. Ibu selain
perannya sebagai ibu rumah tangga yang mengurus anak dan suami, ibu
seringpula bekerja di luar rumah. Bekerjanya ibu di luar rumah menyebabkan
berpengaruhnya pola asuh anak (pola asuh makan) yang nantinya akan berdampak
terhadap konsumsi dan status gizi anak. Peran ganda ibu rumah tangga baik
pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan mencari nafkah ternyata memiliki
kesulitan dalam menjumlahkan alokasi waktunya.
Alokasi Waktu Ibu
Ibu rumah tangga yang bekerja mencari nafkah (pekerja produktif)
mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dalam tugasnya, yaitu sebagai ibu
rumah tangga dan sebagai pencari nafkah. Tugas rangkap yang dimiliki ibu
tersebut menyebabkan waktu yang dimiliki oleh ibu untuk melakukan tugas
sebagai ibu rumah tangga akan berkurang, keputusan yang sulit dan pilihan yang
terbatas yang dihadapi oleh ibu berekonomi rendah. Mereka berjuang
mengimbangi multi-peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah
yang mempunyai beban yang berat (Myers 1992). Alokasi waktu ibu dalam
penelitian ini meliputi enam kegiatan, yaitu kegiatan produktif, pengasuhan,
domestik, pribadi, sosial, dan istirahat dengan metode activity recall 2x24 jam

pada hari biasa dan hari libur.
Kegiatan produktif dalam penelitian ini adalah kegiatan yang
menghasilkan uang untuk menambah pendapatan keluarga. Kegiatan produktif ini
hanya dilakukan oleh ibu yang bekerja. Hari biasa (hari kerja) menunjukkan
bahwa ibu menghabiskan rata-rata 10.02±1.49 jam diluar rumah untuk bekerja,
sedangkan pada hari libur ibu menghabiskan waktu 6.10±4.67 jam diluar rumah.
Beberapa ibu yang bekerja tidak mengenal hari libur dikarenakan ibu memiliki
pekerjaan sebagian besar adalah pedagang, asisten rumah tangga, buruh, dan
pekerjaan tidak tetap. Kegiatan pengasuhan meliputi kegiatan keluar dengan anak,
yaitu memberi makan anak, memandikan anak, mengerjakan pekerjaan rumah
dengan anak, dan menidurkan anak. Rata-rata kegiatan pengasuhan pada hari
biasa adalah 4.47±2.47 jam. Alokasi waktu pengasuhan yang paling panjang (9.92
jam) pada ibu yang tidak bekerja dan tercepat (0.33 jam) pada ibu yang bekerja.
Hari libur menunjukkan rata-rata pengasuhan menghabiskan waktu selama
4.32±2.15 jam dan waktu yang dihabiskan paling lama (10 jam) pada ibu tidak
bekerja dan tercepat (0.5 jam) pada ibu yang bekerja.
Kegiatan domestik meliputi kegiatan yang dilakukan dirumah, yaitu
bersih-bersih rumah, mencuci dan menyetrika pakaian, serta memasak. Hari biasa
menunjukkan rata-rata ibu menghabiskan waktu 3.06±1.48 jam, sedangkan pada
hari libur, ibu menghabiskan waktu lebih banyak yaitu 3.19±1.12 jam. Kegiatan
berikutnya adalah kegiatan pribadi, termasuk didalamnya adalah tidur, makan,
minum, dan kegiatan personal lainnya. Rata-rata ibu (bekerja dan tidak)
menghabiskan waktu yang cukup banyak pada kegiatan pribadi yaitu 9.45±1.23
jam pada hari biasa dan 9.95±1.33 jam pada hari libur. Kegiatan istirahat pada
hari ibu menghabiskan waktu sebesar 2.44±0.93 jam dan pada hari libur
2.66±1.10 jam.

13

Judith dan Popkin (1989) menyatakan bahwa wanita banyak mencurahkan
waktu dan pekerjaan rumah tangga yaitu sebesar 60%, pekerjaan di luar rumah
sebesar 30% dan kegiatan sosial sebesar 10%.
Tabel 6 Alokasi waktu kegiatan ibu
Kegiatan
Hari biasa
Pengasuhan
Domestik
Sosial
Pribadi
Produktif
Istirahat
Total
Hari libur
Pengasuhan
Domestik
Sosial
Pribadi
Produktif
Istirahat
Total

Min (jam)

Maks (jam)

Rata-rata (jam)

SD

0.33
0.25
0.00
7.00
0.00
0.33
14.41

9.92
6.25
5.50
11.67
12.50
5.50
51.34

4.47
3.06
1.31
9.45
10.02
2.44
24.00

2.47
1.43
1.18
1.23
1.49
0.93
8.03

0.50
1.00
0.00
5.00
0.00
0.33
6.83

10.00
6.00
9.67
12.67
12.25
5.08
55.67

4.32
3.19
1.90
9.95
6.10
2.66
24.00

2.15
1.12
1.75
1.33
4.67
1.10
12.13

Status Kerja Ibu dan Ketersediaan Tenaga yang Membantu
Jumlah ibu yang bekerja dan tidak bekerja pada penelitian tidak tersebar
merata. Sebagian besar ibu (67.5%) tidak bekerja dan sisanya (22.5%) bekerja.
Sebagian besar (11.25%) ibu bekerja sebagai asisten rumah tangga. Pekerjaan ibu
lainnya yang sama besar adalah pedagang/buka toko dan buruh pabrik yaitu
sebesar 8.75%. Lebih dari separuh keluarga (66.25%) tidak memiliki tenaga kerja
yang membantu. Persentase terbesar pada keluarga yang memiliki tenaga yang
membantu adalah ibu/ mertua (26.25%) Berikut adalah sebaran responden
berdasarkan beban kerja yang telah diakumulasikan.
Tabel 7 Sebaran ibu contoh berdasarkan beban kerja
Kategori beban
kerja
Ringan
Sedang
Tinggi
Total
p

Hari biasa
n
%
30
37.50
30
37.50
20
25.00
80
100.00
0.719

Hari libur
n
%
33
41.25
28
35.00
19
23.75
80
100.00

Rata-rata
n
%
28
35.00
36
45.00
16
20.00
80
100.00

Berdasarkan Tabel 7, baik hari biasa maupun hari libur, beban kerja ibu
tergolong kategori beban kerja ringan dan sedang. Hal ini juga sejalan dengan
hasil uji beda yang dilakukan dengan menggunakan uji beda Mann Whitney yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara beban kerja
ibu pada hari biasa dan hari libur (p>0.05).

14

Kuantitas Pengasuhan
Kegiatan pengasuhan anak meliputi enam kegiatan pengasuhan, yaitu
keluar rumah dengan anak, mengerjakan PR dengan anak, memberi makan,
memandikan, bermain dan tidur dengan anak. Alokasi waktu yang digunakan ibu
dalam kegiatan pengasuhan dijabarkan dalam Tabel 8.
Tabel 8 Sebaran ibu contoh berdasarkan kegiatan pengasuhan
Alokasi waktu (jam)
Ibu bekerja
Ibu tidak bekerja
Hari biasa
Hari libur
Hari biasa
Hari libur
0.00
0.00
0.53
0.32
0.00
0.23
0.25
0.33
0.26
0.50
0.73
0.78
0.17
0.20
0.46
0.43
1.27
2.13
3.83
3.06
7.51
7.97
8.43
8.38
9.20
11.04
14.23
13.29

Kegiatan pengasuhan
Keluar rumah dengan anak
Mengerjakan PR dengan anak
Memberikan makan anak
Memandikan anak
Bermain dengan anak
Tidur dengan anak
Total

Pengasuhan adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan, baik pada hari
biasa maupun hari libur. Ibu bekerja memiliki waktu pengasuhan terpanjang, yaitu
14.23 jam pada hari biasa dan 13.29 jam pada hari libur. Penelitian Yulianis et al.
(2008) menyatakan bahwa rata-rata kegiatan pengasuhan (memberi makan anak,
bermain bersama anak, menidurkan anak, dan memandikan anak) adalah selama
4.5 jam. Waktu kegiatan pengasuhan yang terpanjang terdapat pada ibu yang tidak
bekerja yaitu selama 9 jam dan waktu yang terpendek pada ibu yang bekerja yaitu
selama 2 jam.
Tabel 9 Sebaran ibu contoh berdasarkan kategori kegiatan pengasuhan
Kategori pengasuhan
Hari biasa
Rendah: 12.62 jam
Total
p
Hari libur
Rendah: 13.66 jam
Total
p

Ibu bekerja
n
%

Ibu tidak bekerja
n
%

Total
n

%

1
25
0
26

3.85
1
96.15 11
0.00 42
100.00 54
0.000

1.85
20.37
77.78
100.00

2
36
42
80

2.50
45.00
52.50
100.00

1
22
3
26

3.85
1
84.62 31
11.54 22
100.00 54
0.001

1.85
57.41
40.74
100.00

2
53
25
80

2.50
66.25
31.25
100.00

Kegiatan pengasuhan terhadap ibu bekerja dan tidak bekerja diolah dengan
mengggunakan uji Independent Samples t-test. Hasil uji menunjukkan bahwa baik
pada hari biasa maupun hari libur, terdapat perbedaan yang signifikan antara
pengasuhan ibu bekerja dan ibu tidak bekerja (p 80%
Sedang: 60-80%
Kurang: 80%
Sedang: 60-80%
Kurang: 0.005). Hasil
uji beda Independent Samples t-test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara sikap gizi ibu bekerja dan tidak bekerja (p>0.05). Lebih
dari separuh ibu bekerja (61.5%) memiliki sikap gizi baik, meskipun tidak jauh
berbeda dengan ibu tidak bekerja (50%) yang juga termasuk kategori sikap gizi
baik. Hasil studi Khomsan et al. (2006) tentang pengetahuan gizi pada ibu rumah
tangga di daerah tinggi (Bogor) menyatakan bahwa baik kategori miskin maupun
tidak miskin, pengetahuan gizi ibu tergolong baik.

16

Pola Asuh Makan
Pola asuh sebagai praktek pengasuhan anak meliputi banyak aspek, salah
satunya adalah pola asuh pemberian makan. Menurut Karyadi (1985), pola asuh
makan adalah praktek-praktek pengasuhan yang diterapkan oleh ibu kepada anak
yang kerkaitan dengan pemberian makan. Tujuan pemberian makan kepada anak
adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang cukup demi kelangsungan hidup,
pemulihan kesehatan, aktivitas pertumbuhan dan perkembangan.
Pola asuh makan diukur dari beberapa pertanyaan kuesioner yang
dijabarkan melalui analisis secara deskriptif. Hampir seluruhnya (96.25%) ibu
menyatakan memberi kolostrum pada saat bayi lahir. Kurang dari separuh ibu
(43.74%) menyatakan memberikan makanan anak beragam, artinya sisanya
(56.25%) tidak memberikan makanan beragam setiap harinya kepada anak.
Sebesar 27.5% ibu yang membujuk anaknya apabila tidak nafsu makan sedangkan
sisanya (72.5%) tidak melakukan tindakan apapun. Berdasarkan pertanyaan
kuesioner, pola asuh makan kemudian dikelompokkan dalam kategori baik, cukup
baik, dan kurang. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh ibu (70%)
memiliki skor pola asuh makan dalam kategori baik, sedangkan hanya 1.25% ibu
yang memiliki pola asuh makan kurang baik. Lebih dari separuh ibu bekerja
(57.69%) dan tidak bekerja (75.93%) termasuk dalam kategori pola asuh makan
baik. Hasil penelitian yang sama yang dilakukan Yulianis et al. (2008) yang
menyatakan bahwa baik ibu bekerja maupun tidak bekerja, lebih dari separuh ibu
(57.8%) berada pada kategori baik dan hanya 2.2% pada kategori buruk. Hasil uji
beda Mann Whitney juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara pola asuh makan ibu bekerja dan tidak bekerja (p>0.05).

Konsumsi Pangan Balita
Tingkat kecukupan energi, hampir seluruhnya ibu bekerja baik pada hari
biasa (73.08%) dan hari libur (88.46%) anak balita termasuk dalam defisit berat.
Begitu pula dengan ibu tidak bekerja, lebih dari separuh pada hari biasa (66.67%)
dan hari libur (81.48%) anak defisit berat. Berdasarkan uji beda Independent
Samples t-test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
tingkat kecukupan energi anak pada ibu bekerja dan tidak bekerja (p>0.05).
Berikut dijabarkan dalam Tabel 11 mengenai sebaran contoh berdasarkan TKE.
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan TKE pada ibu bekerja dan tidak bekerja
Kategori
Defisit berat
Defisit ringan
Normal
Lebih
Total
p

Ibu bekerja
Ibu tidak bekerja
Hari biasa
Hari libur
Hari biasa
Hari libur
n
%
n
%
n
%
n
%
19
73.08 23
88.46 36
66.67 44
81.48
6
23.08
2
7.96 18
25.93 5
9.26
1
3.85
1
3.85 7
5.56 4
7.41
0
0
0.00 13
1.85
0.00
1.85 1
26
100.00 26
100.00 54
100.00 54
100.00
0.824

17

Berdasarkan perhitungan, tingkat kecukupan protein anak pada ibu bekerja
baik hari biasa dan hari libur tergolong defisit ringan (34.62%). Begitu pula pada
ibu tidak bekerja, hari biasa (33.33%) dan hari libur (29.63%) terbanyak pada
kategori defisit ringan. Hasil uji beda Independent Samples t-test menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara tingkat kecukupan protein anak
pada ibu bekerja maupun tidak bekerja (p>0.05). Berikut dijabarkan tingkat
kecukupan protein anak dalam Tabel 12.
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan TKP pada ibu bekerja dan tidak bekerja
Kategori
Defisit berat
Defisit ringan
Normal
Lebih
Total
p

Ibu bekerja
Ibu tidak bekerja
Hari biasa
Hari libur
Hari biasa
Hari libur
n
%
n
%
n
%
n
%
8
30.77
7
26.92 16
29.63 19
35.19
9
34.62
9
34.62 18
33.33 16
29.63
5
19.23
4
15.38 7
12.96 9
16.67
4
14.38
6
23.08 13
24.07 10
18.52
26
100.00 26
100.00 54
100.00 54
100.00
0.428

Tahap awal dari kekurangan zat gizi dapat diidentifikasikan dengan
penilaian konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang kurang akan berdampak
terhadap kurangnya zat gizi dalam tubuh. Secara umum, terdapat dua kategori
untuk menentukan kecukupan konsumsi pangan, yaitu konsumsi energi dan
protein. Kebutuhan energi biasanya dipenuhi dari konsumsi pangan pokok,
sedangkan kebutuhan protein dipenuhi dari sejumlah substansi hewan, seperti
ikan, daging, telur, dan susu (Supariasa et al. 2002).

Status Gizi Balita
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu, atau perwujudan dari zat gizi dalam bentuk variabel tertentu
(Supariasa et al. 2002). Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
konsumsi dan penggunaan (utilization) zat gizi.
Status gizi dihitung berdasarkan WHO (2007) yaitu berat badan menurut
umur, tinggi badan menurut umur, dan berat badan menurut tinggi badan.
Kategori berat badan menurut umur pada ibu bekerja lebih dari separuh (57.69%)
termasuk kategori normal, begitu pula pada ibu tidak bekerja hampir separuh
(44.44%) termasuk dalam kategori normal. Hasil uji beda Independent Samples ttest menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi
BB/U pada ibu bekerja dan tidak bekerja (p>0.05). Hasil uji beda Independent
Samples t-test pada indeks status gizi tinggi badan menurut umur menunjukkan
tidak ada perbedaan yang signifikan antara indeks status gizi pada ibu bekerja dan
tidak bekerja (p>0.05).
Status gizi anak menurut tinggi badan menurut umur menunjukkan bahwa
lebih dari separuh contoh (61.54%) memiliki status kurang gizi pada ibu bekerja
dan sebesar 53.7% pada ibu tidak bekerja. Status gizi contoh berdasarkan berat
badan menurut tinggi badan menyatakan hampir seluruh contoh (92.31%)
memiliki status gizi kurang gizi pada ibu bekerja dan sebesar 90.74% pada ibu

18

tidak bekerja. Hasil uji beda Independent Samples t-test pada indeks status gizi
berat badan menurut tinggi badan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara indeks status gizi pada ibu bekerja dan tidak bekerja (p>0.05).
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan indeks status gizi
Kategori
BB/U
Kurang gizi: 2SD
Total
p
TB/U
Kurang gizi: 2SD
Total
p
BB/TB
Kurang gizi: 2SD
Total
p

Ibu bekerja
n
%

Ibu tidak bekerja
n
%

n

Total
%

6
15
5
26

23.08 17
57.69 24
19.23 13
100.00 54
0.721

31.48
44.44
24.07
100.00

23
39
18
80

28.75
48.75
22.50
100.00

16
3
7
26

61.54 29
11.54
7
26.92 18
100.00 54
0.479

53.70
12.96
33.33
100.00

45
10
25
80

56.25
12.50
31.25
100.00

24
1
1
26

92.31 49
3.85
1
3.85
1
100.00 54
0.741

90.74
9.26
0.00
100.00

73
6
1
80

91.25
7.50
1.25
100.00

Hubungan Antar Variabel
Hubungan Karakteristik Keluarga dan Anak dengan Beban Kerja
Hubungan karakteristik keluarga dan anak terhadap beban kerja diolah
menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil sebaran ibu menunjukkan bahwa
keluarga yang berpendapatan < Rp 305 870, tidak satupun memiliki beban kerja
berat namun termasuk dalam kategori sedang dan ringan yang masing-masing
persentasenya adalah 50%. Kurang dari separuh ibu yang memiliki beban kerja
berat mempunyai pendapatan lebih dari Rp 305 870 (20.51%). Berdasarkan uji
korelasi Spearman, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan
per kapita dengan beban kerja ibu.
Sebaran ibu contoh berdasarkan pendidikan ibu terhadap beban kerja yaitu
lebih dari separuh ibu yang berpendidikan SD/sederajat (70%) memiliki beban
kerja sedang, sedangkan lebih dari separuh ibu berpendidikan SMA/sederajat
memiliki beban kerja berat (66.67%) dan sisanya (33.33%) ibu berpendidikan
SMA/sederajat memiliki beban kerja ringan. Hasil uji korelasi Spearman
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu
contoh dengan beban kerja ibu (p>0.05).
Sebaran ibu contoh berdasarkan umur ibu terhadap beban kerja didapatkan
bahwa sebesar 25% ibu yang berusia 40-60 tahun memiliki beban kerja yang
berat, lebih banyak daripada ibu yang berusia 18-40 yang memiliki beban kerja
berat pula yaitu sebesar 19.75%. Hasi uji korelasi Spearman menunjukkan tidak

19

ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan beban kerja ibu (p>0.05).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yulianis et al. (2008) yang
menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik
keluarga terhadap beban kerja ibu. Berikut dijabarkan sebaran ibu contoh
berdasarkan karakteristik keluarga terhadap beban kerja ibu dalam Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan karakteristik keluarga terhadap beban
kerja
Karakteristik
keluarga
Pendapatan
Miskin
Tidak miskin
Total
p
r
Pendidikan istri
Tidak tamat SD
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Diploma
Sarjana
Total
p
r
Umur istri
18-40 tahun
40-60 tahun
Total
p
r

Berat

Beban kerja
Sedang
n
%

Ringan
n
%

n

%

Total

n

%

0
16
16

0.00
20.51
20.00

1
35
36

50.00
44.87
45.00
0.233
0.135

1
27
28

50.00
34.62
35.00

2
78
80

100.00
100.00
100.00

5
2
7
2
0
0
16

21.75
10.00
20.59
66.67
0.00
0.00
20.00

8
14
14
0
0
0
36

34.78
70.00
41.18
0.00
0.00
0.00
45.00
0.678
0.047

10
4
13
1
0
0
28

43.38
20.00
38.23
33.33
0.00
0.00
35.00

23
20
34
3
0
0
80

100.00
100.00
100.00
100.00
0.00
0.00
100.00

15
1
16

19.74
25.00
20.00

34
2
36

44.74
50.00
45.00
0.069
0.204

27
1
28

35.52
25.00
35.00

76
40
80

100.00
100.00
100.00

Hubungan karakteristik anak yaitu umur da