Rancangan Penelitian Kerangka Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional Instrumen penelitian Analisa Data

38

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian pada penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan secara cross sectional.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Patologi Anatomi RS H Adam MalikFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan September 2011 sampai dengan bulan Juni 2012, yang meliputi studi kepustakaan, pengumpulan data, pengumpulan sampel, penelitian, serta pengolahan data dan hasil penelitian.

3.3. Subjek Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah sediaan blok parafin yang berasal dari biopsi kelenjar limfoid yang didagnosa sebagai limfoma pada Laboratorium Patologi Anatomi RSUP. H. Adam MalikFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2011

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah sediaan blok parafin dari jaringan biopsi limfoid yang sesuai dengan kriteria inklusi dan consecutive sampling tahun 2011 Universitas Sumatera Utara 39

3.4. Kriteria Penelitian

3.4.1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sediaan blok paraffin dari jaringan biopsi kelenjar limfoid dengan slaid pewarnaan Hematoksilin Eosin yang terdiagnosa sebagai limfoma.

3.4.2. Kriteria Eksklusi

1. Sediaan blok parafin yang didiagnosa ulang bukan sebagai limfoma. 2. Sediaan blok paraffin dengan pengambilan sample yang tidak representative untuk didiagnosa 3. Sediaan blok parafin yang rusak dan tidak dapat diproses lebih lanjut dengan pulasan imunohistokimia CD20

3.5. Kerangka Operasional

Keterangan: = Kriteria eksklusi Slide biopsi kelanjar limfoid sebagai limfoma pewarnaan HE Pembacaan Ulang Limfoma Sediaan rusak atau tidak representatif Bukan Limfoma Potong Ulang blok parafin Pewarnaan immunohistokimia CD20 Universitas Sumatera Utara 40

3.6. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti di dalam penelitian ini adalah:  Variabel independent bebas yaitu Limfoma  Variabel dependent terikat yaitu Limfoma sel-B dengan pewarnaan imunohistokimia CD20

3.7. Definisi operasional

 Limfoma adalah keganasan primer pada sel limfoid akibat berhentinya proses diferensiasi limfosit pada clone atau fase tertentu .  Limfoma Non Hodgkin adalah keganasan pada sel limfoid primer tanpa dijumpai sel Reed Stenberg RS cell  Limfoma Hodgkin adalah kegansan pada sel limfoid dengan ditemukannya sel Reed Stenberg yang mirip dengan mata burung hantu  C20 positive terwarnainya membrane sel limfoid dengan immunohistokimia  Pewarnaan imunohistokimia CD 20 adalah pewarnaan menggunakan antibodi Rabbit Polyclonal Human antibody CD 20 DAKO, pengenceran 1 : 100.

3.8. Cara Kerja

 Semua slaid yang berasal dari biopsi jaringan limfoid yang telah didiagnosa sebagai limfoma dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin.  Dilakukan pembacaan ulang oleh dua orang ahli patologi bersamaan dengan peneliti untuk menyingkirkan diagnosa lesi bukan limfoma, tidak representative dan sediaan rusak.  Sediaan limfoma dilakukan pemotongan ulang blok parafin untuk dilanjutkan pewarnaan imunohistokimia CD20. Universitas Sumatera Utara 41

3.8.1. Cara pembuatan sediaan mikroskopis untuk pewarnaan imunohistokimia CD20.

 Blok parafin yang telah dikumpulkan disimpan dalam freezer sampai cukup dingin, selanjutnya dipotong tipis dengan mnggunakan mikrotom dengan tebal 4μm. Setiap blok parafin dipotong ulang satu kali untuk persiapan imunohistokimia CD20  Sampel blok parafin yang sudah dipotong tipis 4μm ditempelkan pada kaca objek yang telah di coating dengan poly-L-Lysine atau Silanized slide agar dapat menempel pada kaca objek selama proses pulasan imunohistokimia.  Cara menempelkan potongan tipis pada kaca objek coated adalah menggunakan ujung pisau atau pinset yang runcing. Potongan tipis dipisahkan dan diratakan dengan memasukkannya ke dalam air hangat. Setelah mengembang, pindahkan ke atas kaca objek. Selanjutnya, kaca objek diletakkan di atas alat pemanas hot plate 50-60 o C.  Setelah parafin melunak, kaca objek dikeringkan dan potongan jaringan siap untuk dipulas.

3.8.2. Prosedur sebelum pulasan antibodi primer

 Siapkan preparat berupa potongan tipis jaringan 4μm yang sudah ditempelkan pada kaca objek silanized.  Deparafinisasi dengan mencelupkan preparat ke dalam cairan Xylol sebanyak 3 kali, masing-masing 5 menit.  Rehidrasi dengan mencelupkan ke dalam Etanol 98 secara berturut-turut sebanyak 3 kali, masing-masing dilakukan selama 5 menit, kemudian Alkohol 90, 80 dan 70, masing-masing selama 5 menit.  Bilas dengan air mengalir selama 5 menit.  Blocking preparat dengan mencelupkannya ke dalam Endogen Peroxidase 0,5 Methanol + H2O2 selama 30 menit.  Bilas dengan air mengalir selama 5 menit.  Masukkan preparat ke dalam buffer sitrat dan dipanaskan ke dalam microwave: Universitas Sumatera Utara 42 o Cook I, power level 8, selama 5 menit. o Cook II, power level 1, selama 5 menit.  Dinginkan selama ± 30 menit dalam suhu ruangan.  Bilas dalam cairan PBS pH 7,4 selama 3 menit dan keringkan air di sekitar potongan jaringan.  Tandai dengan Pap pen di sekeliling jaringan yang ingin dipulas.  Blocking preparat dengan meneteskan Normal Horse Serum 5 dan dibiarkan selama 15 menit di dalam bak inkubasi. 3.8.3. Protokol pemulasan CD20 dengan menggunakan The Envision + Dual Link System dari Dako  Bersihkan preparat dari Normal Horse Serum.  Teteskan preparat dengan antibodi primer dan dibiarkan selama 60 menit dalam rak inkubasi.  Cuci dengan PBS pH 7,4 selama 3 menit.  Teteskan preparat dengan Dako REAL En Vision secukupnya dan dibiarkan selama 30 menit dalam rak inkubasi.  Cuci dalam PBS pH 7,4 + Tween 20.  Teteskan preparat dengan DAB + substrat buffer Dako dan biarkan selama 2-5 menit.  Bilas dengan air mengalir selama 10 menit.  Counterstain preparat dengan pewarnaan Hematoksilin selama 1-2 menit.  Bilas dengan air mengalir selama 5 menit.  Masukkan preparat ke dalam larutan Lithium Carbonat jenuh 5 dalam aquadest selama 2 menit.  Bilas dengan air mengalir selama 5 menit.  Dehidrasi dengan cara mencelupkan preparat secara berurutan dalam Etanol 70, 80, 96, dan Etanol absolute masing-masing selama 5 menit.  Clearing dengan cara mencelupkan preparat ke dalam larutan Xylol sebanyak 3 kali, amsing-masing selama 5 menit. Universitas Sumatera Utara 43  Lakukan mounting dan tutup dengan kaca penutup.

3.9. Alat dan Bahan Penelitian

3.9.1. Alat-alat penelitian

Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mikrotom, waterbath, hot plate, freezer, inkubator, staining jar, rak kaca objek, kaca objek, rak inkubasi, Pap pen, pipet mikro, timbangan bahan kimia, kertas saring, pengukur waktu, gelas Erlenmeyer, gelas beker, tabung sentrifuge, microwave, thermolyte stirrer, entelen dan mikroskop cahaya.

3.9.2. Bahan penelitian

 Blok parafin yang telah terdiagnosa dengan pulasan Hematoksilin Eosin sebagai Limfoma  Pulasan imunohistokimia menggunakan metode The En Vision + Dual Link System kit, teknik pulasan imunohistokimia dua langkah.  Antibodi yang digunakan adalah Rabbit Polyclonal Human antibody CD20 dengan pengenceran 1 : 100.  Detection kit terdiri dari: o 1 botol endogenous enzyme block o 1 botol Normal Horse Serum 5 o 1 botol Dako REAL En VISION o 1 botol DAB + substrat chromogen  Larutan Buffer sitrat  Larutan PBS pH 7,4 yang terdiri dari: o Natrium chroride 80 gram o Kalium chloride 2 gram o Na2HPO4 11 gram o KH2PO4 2 gram o Tambahkan aquadest 1000 ml  Larutan Tween 20  Larutan DAB + substrat buffer 1ml larutan cukup untuk 10 jaringan Universitas Sumatera Utara 44 o Langkah 1: masukkan 1ml aliquot substrat buffer secukupnya ke dalam container tergantung dari jumlah specimen yang akan dikerjakan. o Langkah 2: untuk setiap 1ml buffer , tambahkan satu tetes β0μl cairan DAB + substrat chromogen dan campurkan segera.  Larutan counterstain Mayers Hematoksilin  Larutan Lithium karbonas 50 gram Lithium carbonas + aquadest 1000mL  Ethanol absolute 96, 80, dan 70.  Larutan Xylol.

3.10. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah imunohistokimia CD20 terhadap sampel sediaan jaringan biopsi limfoma. . Untuk penilaian terhadap pulasan imunohistokimia CD 20 adalah sebagai berikut:  Kontrol positif adalah menggunakan jaringan yang telah diketahui positif terhadap CD20 pada penelitian terdahulu.  Kontrol negatif adalah menggunakan jaringan yang sama tanpa diberikan antibodi primer.  Hasil positif bila tertampil warna coklat pada membran sel

3.11. Analisa Data

 Untuk melihat gambaran karakteristik penderita limfoma disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan. Universitas Sumatera Utara 45

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dari data rekam medik di Instalasi Patologi Anatomi RS Adam Malik tahun 2011 didapatkan 36 pasien dengan diagnosa Limfoma tapi hanya 16 yang diperiksa Histopatologinya , sedangkan 20 pasien hanya didiagnosa dengan aspirasi biopsi jarum halus. Diagnosa Limfoma pada rekam medik belum memakai klasifikasi WHO tapi hanya membedakan Limfoma Hodgkin dan non Hodgkin. Peneliti tidak mendapatkan hasil pemeriksaan immunohistokimia dari kasus- kasus limfoma pada rekam medik. Profil penderita tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel di bawah ini:

4.1.1 Karakteristik Penderita

Berdasarkan jenis kelamin, perbandingan jenis kelamin penderita laki-laki dengan perempuan hamper berimbang. Yaitu : laki-laki sebanyak 9 orang 56 dan perempuan sebanyak 7 orang 44. Karakteristik jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Penderita berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Laki-laki 9 56 2 Perempuan 7 44 Jumlah Total 16 100 Berdasarkan umur dijumpai gambaran sebagai berikut : 0-10 tahun : 2 orang 12,5, 11-20 tahun 1orang 6,25, 21-40 tahun 4 orang 25, 41-50 tahun 2 orang 12,5 dan lebih dari 50 tahun 7 orang 43,75. Dapat dilihat di table 4.2 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Histopatologi Tumor Phyllodes dengan Pulasan Van Gieson di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2010-2011

0 78 101

Hubungan Usia Penderita dengan Gambaran Histopatologi Hiperplasia Endometrium di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2010-2011

1 51 139

Profil penderita tumor ganas pada testis yang didiagnosa secara histopatologidi Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan 2008 - 2012

0 44 54

karekteristik Klinis Penderita Kanker Payudara Dengan Tampilan Imunohistokimia Reseptor Estrogen (ER) Positif di RSUP Haji Adam Malik/ Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Medan USU Medan pada tahun 2011-2013

0 36 95

Profil Penderita Fibrosarkoma Di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2008 – 2012

1 69 20

Gambaran Histopatologi Tumor Phyllodes Dengan Pulasan Van Gieson Di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dan Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2010-2011

3 62 101

Pemeriksaan Imunohistokimia CD 10 Dibandingkan Dengan Pemeriksaan Mikroskopis Histopatologi Konvensional Dalam Menilai Jenis Kista Coklat Ovarium di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU Medan

2 58 80

Pemeriksaan Imunohistokimia CD 20 pada Kasus-kasus Limfoma di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2011

6 152 69

Gambaran Histopatologi Tumor Phyllodes dengan Pulasan Van Gieson di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2010-2011

0 0 17

Hubungan Usia Penderita dengan Gambaran Histopatologi Hiperplasia Endometrium di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2010-2011

0 0 10