Respon Pertumbuhan Bibit Gmelina Arborea Roxb Dan Tectona Grandis Linn.F. Terhadap Penambahan Growth Stimulant Di Persemaian Permanen Ipb.

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT Gmelina arborea Roxb
DAN Tectona grandis Linn.F. TERHADAP PENAMBAHAN
GROWTH STIMULANT DI PERSEMAIAN PERMANEN IPB

ARIF IRWANSYAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Respon Pertumbuhan
Bibit Gmelina arborea Roxb dan Tectona grandis Linn.F. terhadap Penambahan
Growth Stimulant di Persemian Permanen IPB adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Arif Irwansyah
NIM E451120011

RINGKASAN
ARIF IRWANSYAH. Respon Pertumbuhan Bibit Gmelina arborea Roxb dan
Tectona grandis Linn.F. terhadap Penambahan Growth Stimulant di Persemaian
Permanen IPB. Dibimbing oleh YADI SETIADI dan BASUKI WASIS.
Kebutuhan bibit sangat diperlukan untuk kegiatan produksi usaha industri
seperti HTI (Hutan Tanaman Industri), HPH (Hak Pengusahaan Hutan),
perusahaan pertambangan, dan perusahaan sawit. Salah satu cara untuk
menghasilkan bibit yang bermutu diantaranya dengan pemberian growth stimulant
seperti pupuk bioorganik cair (Bionature-50 dan Bionature-AC41). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit Gmelina arborea Roxb dan
Tectona grandis Linn.F. yang diberi growth stimulant dan mengetahui konsentrasi
yang tepat untuk pertumbuhan bibit. Rancangan percobaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan 9 perlakuan yaitu 4
konsentrasi Bionature-50, 4 konsentrasi Bionature-AC41 dan kontrol. Masingmasing perlakuan diulang sebanyak 5 kali.
Perlakuan growth stimulant diberikan pada bibit berumur 3 bulan dan

dipelihara selama 9 minggu di persemaian. Parameter yang diamati: tinggi,
diameter, bobot kering, kekompakan akar, warna daun, dan rasio pucuk akar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bibit G. arborea dengan konsentrasi 1,2 l
growth stimulant Bionature-50 dilarutkan ke dalam 25 liter air memberikan hasil
paling baik untuk semua parameter. Parameter tinggi meningkat 243.05% dan
diameter 194.8%, bobot kering meningkat 118.27%, kekompakan akar diukur
secara deskriptif memiliki jumlah banyak, warna daun dominan hijau, rasio pucuk
akar meningkat 107.08%. Hasil terbaik untuk bibit T.grandis terdapat pada
konsentrasi 1 liter Bionature-AC41 yang dilarutkan ke dalam 40 liter air yaitu
parameter tinggi meningkat 111.21%, diameter 151.74%, bobot kering 125.49%,
akar secara deskriptif memiliki jumlah banyak, warna daun dominan hijau, rasio
akar pucuk meningkat.
Kata kunci: Bionature-50, Bionature-AC41, G. arborea, T. grandis

SUMMARY
ARIF IRWANSYAH.The growth response of Gmelina arborea Roxb and
Tectona grandis Linn.F. seedling in addition to the growth stimulant at Nursery’s
Permanent Dramaga IPB. Guided by YADI SETIADI and BASUKI WASIS.
The requirement of seedling is very indispensable to produce bussiness
activities like HTI (Hutan Tanaman Industri), HPH (Hak Pengusahaan Hutan),

Mining Company, Oil Palm Company. One way to produce quality seedling by
giving bioorganic fertilizer liquid like growth stimulant. The Objective of this
research were to study the growth response of G. arborea and T. grandis
seedling in addition to the growth stimulant at Nursery’s seedling area. Seedling
was selected at one month age for both of them.
Design research was completely randomized design with 3 replications.
Result showed that the growth of G. arborea has been supported by physical,
chemical, and biological soil condition. The main factor of high growth of G.
arborea were growth stimulant in concentrate one liter growth stimulant of
Bionature-50 dissolved into 15 liter water. Giving growth stimulant of Bionature50 have given significant influence on height, diameter, weight’s dry of plant,
compaction of roots, leaf color, root shoot ratio, quality seedling.

Keyword: Bionature-50, Bionature-AC41, G. arborea, T. grandis.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT Gmelina arborea Roxb
DAN Tectona grandis Linn.F. TERHADAP PENAMBAHAN
GROWTH STIMULANT DI PERSEMAIAN PERMANEN IPB

:

ARIF IRWANSYAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Silvikultur Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

Penguji pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Arum Sekar Wulandari, MS

Judul Tesis : Respon Pertumbuhan Bibit Gmelina arborea Roxb Dan Tectona
grandis Linn.F. terhadap Penambahan Growth Stimulant di
Persemaian Permanen IPB
Nama
: Arif Irwansyah
NIM
: E451120011

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Yadi Setiadi MSc
Ketua

Dr Ir Basuki Wasis MS

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Silvikultur Tropika

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 2 September 2015
(tanggal pelaksanaan ujian tesis)

Tanggal Lulus:
(tanggal penandatanganan tesis oleh
Dekan Sekolah Pascasarjana)


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini ialah Respon
Pertumbuhan Bibit Gmelina arborea Roxb dan Tectona grandis Linn.F. terhadap
Penambahan Growth Stimulant di Persemaian Permanen IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Yadi Setiadi MSc dan
Bapak Dr Ir Basuki Wasis MS juga ungkapan terima kasih disampaikan kepada
ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015
Arif Irwansyah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
2
2
2
2

2 TINJAUAN PUSTAKA


3

3 METODE
Bahan
Alat
Prosedur Analisis Data

7
7
7
8

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

11
11
24


5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

27
27
27

DAFTAR PUSTAKA

28

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL
1 Hasil rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan tinggi dan diameter
tanaman G. arborea selama 9 minggu setelah diberikan perlakuan
growth stimulant

2 Hasil rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan tinggi dan diameter
tanaman T. grandis selama 9 minggu setelah diberikan perlakuan
growth stimulant
3 Penilaian warna daun tanaman G. arborea dan T. grandis dengan
menggunakan Bagan Warna Daun
4 Bobot kering akar dan batang G. arborea
5 Bobot kering akar dan batang T. grandis

10

11
15
18
18

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Denah tata letak bibit di bedengan
Rata-rata persentase tinggi (%) tanaman G. arborea selama 9 minggu
Rata-rata persentase tinggi (%) tanaman T. grandis selama 9 minggu
Rata-rata persentase diameter tanaman G. arborea selama 9 minggu
Rata-rata persentase diameter tanaman T. grandis selama 9 minggu
Kekompakan akar G. arborea Bionature-50 dan Bionature-AC41
selama 9 minggu
Kekompakan akar T. grandis Bionature-50 Bionature-AC41
Warna daun G. arborea
Warna daun T. grandis
Rasio pucuk akar G. arborea
Rasio pucuk akar G. arborea Bionature-50
Rasio pucuk akar G. arborea Bionature-AC41
Rasio pucuk akar T. grandis
Rasio pucuk akar G. arborea Bionature-50
Rasio akar pucuk T. grandis Bionature-AC41
Kualitas bibit G. arborea
Kualitas bibit T. grandis

9
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data rata-rata tinggi dan diameter tanaman G. arborea
2 Data rata-rata tinggi dan diameter tanaman T. grandis

25
26

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jati merupakan salah satu tanaman yang berkembang baik di Indonesia. Hal
ini dapat dilihat dari telah tumbuhnya tanaman jati sejak tahun 1842. Pada saat itu,
daerah yang menjadi sentra penanaman jati ada di Pulau Jawa (Sumarna 2012).
Untuk menghasilkan tanaman jati yang unggul, diperlukanteknik pemeliharaan
tanaman jati berdasarkan kriteria mutu bibit.
Penentuan mutu bibit pada umumnya didasarkan kepada hasil penilaian
atau evaluasi terhadap tiga kriteria yaitu mutu genetik,fisik, dan fisiologis. Mutu
genetik didasarkan pada kelas sumber benih. Mutu fisik mencerminkan kondisi
fisik bibit seperti kekompakan media, keadaan batang, dan kesehatan. Sedangkan
mutu fisiologis menggambarkan mutu pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun,
dan warna daun (Pramono & Suhendi 2006). Beberapa pakar juga menetapkan
morfologis bibit dari rasio pucuk akar dengan mengukur biomassa bibit sebagai
indikator daya hidup dan pertumbuhan tanaman di lapangan. Rasio pucuk akar
bibit yang lebih rendah pada umumnya menghasilkan daya hidup dan adaptasi
tumbuhan yang lebih tinggi (Komala et al. 2008).
Standar mutu bibit di Indonesia masih terbatas untuk jenis-jenis tanaman
komersial tertentu. Pusat Standarisasi Lingkungan (PUSTALING) Kementerian
Kehutanan pada tahun 1999 mempublikasikan SNI mutu bibit untuk tujuh jenis
tanaman hutan yang meliputi jenis Acacia mangium, Eucalyptus urophylla,
Gmelina arborea, Paraserianthes falcataria, Pinus merkusii, Shorea sp., Shorea
stenoptera. Di dalam SNI tersebut, syarat mutu bibit meliputi : 1) syarat umum
berupa bibit berasal dari benih mutu dengan bentuk kokoh tegar, batang tunggal
dan utuh, sehat serta pangkal batang berkayu, dan 2) syarat khusus berupa
kekompakan media, tinggi bibit, diameter bibit, kekokohan bibit, jumlah daun,
dan warna daun (Danu et al. 2006).
Pemberian pupuk cukup penting bagi pertumbuhan jati. Pasalnya,
Pemupukan dapat mengoptimalkan penyerapan unsur hara dari dalam tanah. Salah
satu jenis pupuk yang umum digunakan untuk tanaman jati, yakni pupuk organik
cair yang diberikan dalam dosis yang telah ditentukan jumlahnya. Dalam
pemberian dosis pemupukan harus diperhatikan jumlahnya agar hasil tanaman
yang dihasilkan berkualitas baik.
Pupuk organik cair (growth stimulant) merupakan salah satu jenis pupuk
yang banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan
melalui akar dan daun disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara
makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan
organik). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan
kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai
alternatif pengganti pupuk kandang ( Parman 2007). Pupuk organik cair yang
digunakan dalam penelitian ini Bionature-50 dan Bionature-AC41.

2
Perumusan Masalah
Pupuk bioorganik cair sebagai pupuk tanaman yang berfungsi merangsang
pertumbuhan akar pada tanaman khususnya diaplikasikan pada bibit jati berumur
satu bulan. Komposisi jumlah dosis pupuk bioorganik menentukan kualitas
pertumbuhan bibit jati. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan dalam rangka
menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana respon pertumbuhan bibit tanaman G. arborea dan
T. grandis setelah diberikan perlakuan growth stimulant
2. Berapa dosis growth stimulant yang tepat yang diberikan kepada bibit
tanaman G. arborea dan T.grandis berumur tiga bulan
3. Bagaimana bentuk kekompakan akar dari G. arborea dan T. grandis
setelah diberikan growth stimulant
4. Apakah growth stimulant dapat membantu meningkatkan pertumbuhan
G. arborea dan T. grandis yang ditanam pada media tanah normal
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui respon pertumbuhan bibit G. arborea dan T. grandis yang
diberikan growth stimulant
2. Mengetahui konsentrasi yang tepat growth stimulant Bionature-50 dan
Bionature-AC41

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai respon pertumbuhan bibit G. arborea dan T. grandis setelah diberikan
perlakuan growth stimulant ditinjau dari konsentrasi perlakuan yang diberikan.

3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan pohon adalah: genetik,
lingkungan dan silvikultur dan ketiga faktor tersebut saling berinteraksi dan
sangat menentukan hasil akhir dari suatu pertumbuhan pohon.
A. Genetik
Sifat atau karakteristik yang dimiliki suatu individu diwariskan kepada
individu turunannya, namun penampakan dari setiap karakteristik tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor genetik, tetapi lingkungan turut mempunyai
peran (Zobel & Talbert 1984). Peningkatan produktivitas tegakan dapat dilakukan
melalui kombinasi perlakuan antara kegiatan seleksi dan manipulasi kondisi
lingkungan. Kegiatan seleksi akan optimal apabila ada keragaman. Oleh karena
itu penggunaan bahan tanaman yang berasal dari satu pohon dan dilakukan secara
terus menerus akan menurunkan kualitas genetik generasi berikutnya. Beberapa
karakteristik pohon yang dipengaruhi faktor genetik adalah perilaku sel, arsitektur
pohon, arsitektur akar, hormon, zat pengatur tumbuh serta serat kayu.
B. Lingkungan
Faktor cahaya, tanah dan air, mutlak ada untuk mendukung proses
pertumbuhan. Karena pengaruh cahaya matahari yang paling mudah untuk dilihat
adalah pertumbuhan dan perkembangan pertumbuhan. Dengan bantuan cahaya
tumbuhan bisa melakukan fotosintesis dalam rangka memproduksi makanan demi
kelangsungan hidupnya. Namun cahaya juga bisa menghambat pertumbuhan
karena hormon auksin yang terdapat pada pucuk pertumbuhan sehingga pada
tumbuhan yang dibudidayakan dilakukan pengaturan cahaya sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya bisa cepat dan lebih baik.
1. Cahaya matahari
Cahaya matahari sangat diperlukan untuk proses fotosintesa di daun, hasil
fotosintesa diedarkan ke seluruh bagian pohon melalui jaringan phloem (Pandit &
Ramdan 2002). Persaingan mendapatkan cahaya pada pohon, memberikan
pengaruh yang nyata, pohon yang berada dibagian tepi tumbuh lebih subur
dibanding pohon yang berada di bagian tengah. Cahaya yang kurang akan
menghasilkan batang lebih silindris, bebas cabang lebih tinggi, dan diameter
relatif lebih kecil. Tajuk pohon akan berusaha mencari cahaya, dengan mendorong
pertumbuhan ke arah tinggi, namun kurangnya cahaya dari arah lateral (akibat
lateral crowding) mendorong proses prunning alami dari pohon tersebut
(Bramasto et al. 2013).
2. Suhu
Semua makhluk hidup membutuhkan suhu yang sesuai untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangannya. Suhu yang paling sesuai disebut suhu
optimum berkisar antara 10º C sampai 30ºC. Namun demikian, pengaruh suhu
dapat juga menghambat bahkan merusak merusak pertumbuhan tanaman
(Bramasto et al. 2013).
3. Tanah
Tanah berfungsi menyediakan hara dan mineral serta air bagi
pertumbuhan pohon. Meristem primer yang berada di bagian ujung akar akan
menyerap hara, mineral dan air yang berada di dalam tanah, kemudian
disalurkan oleh jaringan xylem ke arah daun. Ketersediaan hara dalam tanah

4
dapat dibantu melalui pemupukan.Sifat fisik tanah mempunyai peranan
terhadap pertumbuhan pohon, misal pada tanah padat, akar lebih sulit untuk
berkembang. Selain itu fisik tanah berkaitan dengan kemampuan tanah
menyimpan air (Bramasto et al. 2013).
4. Air
Air membantu dalam proses fisiologis, ketersediaan air yang cukup akan
membantu dalam proses pertumbuhan pohon, umumnya perlakuan pengairan
dikombinasikan dengan pemupukan, karena fungsi air di sini juga sebagai
katalisator (mempercepat suatu reaksi kimia) (Bramasto et al. 2013).
C. Silvikultur
Praktek silvikultur meliputi kegiatan budidaya dan memelihara pohon
hutan dengan tujuan mendorong pertumbuhan pohon. Prinsip dari praktek
silvikultur adalah meminimalkan persaingan diantara pohon dalam
memperoleh nutrisi, cahaya, dan air. Teknik yang digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut melalui :
1. Pengaturan jarak tanam: jarak tanam lebar akan memacu pertumbuhan lebih
cepat dibandingkan dengan jarak tanam rapat, karena faktor cahaya tidak
menjadi pembatas. Pertumbuhan cepat mengakibatkan proporsi kayu muda
(juvenile wood) lebih besar, dengan berat jenis (spesific gravity) dan kerapatan
kayu (wood density) yang rendah, sehingga mempengaruhi kualitas kayu solid.
Sebaiknya pada awal penanaman, jarak tanam yang digunakan lebih rapat, agar
membentuk batang lebih silindris, bebas cabang lebih tinggi, dan percabangan
ringan sehingga terjadi pemangkasan alami dan jumlah mata kayu lebih sedikit
(Bramasto et al. 2013).
2. Pemupukan dan pengairan: tujuan menambah hara dan memperbaiki kondisi
fisik tanah yang miskin unsur haradan meningkatkan kualitas tanah sehingga
mendorong pertumbuhan lebih baik. Efek langsung yang dapat terlihat adalah
pertumbuhan tajuk lebih cepat, sehingga memperluas bidang fotosintesa, dan
menghasilkan bahan makanan yang cukup untuk pertumbuhan. Pemupukan
pada awal penanaman akan sangat berpengaruh pada keseragaman
pertumbuhan awal tanaman. Ketersediaan hara dan air yang cukup membuat
laju pertumbuhan lebih cepat, hal ini memicu pembentukan kayu muda
(juvenile wood) dan memperlambat pembentukan kayu teras (heart wood)
(Bramasto et al. 2013).
3. Pemangkasan adalah pemotongan cabang dalam rangka pemeliharaan untuk
memperoleh tinggi bebas cabang (clear bole) yang optimal serta
meminimalkan mata kayu. Kegiatan ini dilakukan pada tanaman muda,
pemotongan cabang dilakukan sedekat mungkin dengan permukaan tanah atau
cabang dan ranting yang sudah mulai mengering. Pemangkasan dilakukan
seminimal mungkin (pemangkasan lebih dari ¼ bagian tajuk akan mengurangi
pertambahan diameter, karena mengurangi luas bidang untuk fotosintesa), dan
dilakukan secara berkala (Bramasto et al. 2013).
4. Pembersihan gulma dan tumbuhan bawah: berfungsi untuk mengurangi
persaingan hara antara tanaman pokok (pohon) dengan tanaman bawah/semak.
Tanaman bawah yang menjalar dan melilit dapat menjadi parasit bagi tanaman
pokok serta mengganggu pertumbuhannya. Kegiatan ini dilakukan sejak awal
tanam, maka fungsinya akan sama dengan penggunaan jarak tanam yang lebar
(Bramasto et al. 2013).

5
D. Kualitas bibit
Kualitas pertumbuhan bibit yang normal dicirikan oleh nilai rasio pucuk
akar yang seimbang. Rasio pucuk akar merupakan perbandingan antara berat
kering pucuk dengan berat kering akar. Rasio pucuk akar merupakan faktor
penting dalam pertumbuhan tanaman yang mencerminkan perbandingan antara
kemampuan penyerapan air dan mineral dengan proses transpirasi dan luasan
fotosintesa dari tanaman (Atunnisa 2013).
Bibit bermutu merupakan bibit yang mampu beradaptasi dan tumbuh baik
ketika ditanam pada suatu tapak yang sesuai dengan karakteristik jenisnya
(Mattson 1996, Wilson & Jacobs 2005). Permasalahan standar mutu bibit di
lapangan di antaranya adalah standar yang berlaku belum mencerminkan
kemampuan bibit tumbuh setelah tanam, terbatasnya jenis yang distandarkan, dan
belum adanya standar yang berlaku didasarkan morfologi bibit siap tanam dan
kurang didukung oleh data hasil uji penanaman (Nurhasybi et al. 2007).
Menurut Duryea dan Brown (1984), nilai rasio pucuk akar berkisar antara
1-3 dan yang terbaik adalah mendekati nilai minimum yaitu 1. Sitompul dan
Guritno (1995), menyatakan tanaman yang mempunyai rasio pucuk akar yang
tinggi dengan produksi biomassa total yang besar pada tanah yang subur secara
tidak langsung menunjukkan bahwa akar yang relatif sedikit cukup untuk
mendukung pertumbuhan tanaman yang relatif besar dalam menyediakan air dan
unsur hara. Sedangkan tanaman yang kekurangan air dan unsur hara akan
berusaha membentuk akar yang lebih banyak yang memungkinkan serapan yang
menghasilkan RPA (Rasio Pucuk Akar) yang rendah.
E. Gmelina arborea Roxb
Jati putih adalah pohon penghasil kayu yang memiliki warna putih dan serat
kayu halus, penggunaan kayu untuk industri pulp, kertas kraf, flooring, venner,
papan partikel, kerajinan tangan, dan kayu bakar/arang. Sebagian masyarakat
sudah menggunakan untuk bangunan rumah. Jati putih tergolong pohon cepat
tumbuh yang bisa dipanen pada umur 8-10 tahun, cocok sebagai tanaman pokok
pada Hutan Tanaman Industri (HTI) maupun Hutan Rakyat (HR) dan Hutan Kota
(HK).
Syarat Tumbuh
G. arborea tumbuh dari dataran rendah sampai dengan dataran tinggi (01.000 m dpl) dengan curah hujan 1.000 mm/tahun, jumlah bulan kering
maksimum 6-7 bulan per tahun. Menurut Alrasyid dan Widiarti (1992), untuk
mendapatkan pertumbuhan yang optimal berada pada ketinggian 0-800 m dpl,
dengan curah hujan 1.778 s/d 2.228 mm dengan musim kering 2-4 bulan, suhu
udara yang dikehendaki berkisar 21-26°C ditanam pada tanah subur, berdrainase
baik, pH 4 sampai dengan 7. G. arborea tidak cocok pada tanah pasir, gambut
dengan pengaruh pasang surut. Untuk tanah yang kurang subur, masih dapat
tumbuh tetapi produksinya rendah. Menurut Sumarma (2012) G. arborea relatif
tahan dengan kondisi lahan yang kering.
Tectona grandis Linn.F.
Pohon jati dengan nama ilmiah Tectona grandis Linn.F., famili
Verbenaceae, merupakan penghasil kayu berkualitas tinggi, juga tinggi nilai
ekonominya, termasuk kayu mewah, salah satu komoditas ekspor dan banyak
disukai oleh masyarakat. Nama lain kayu jati adalah deleg, dodolan, jate, jatih,
jatos, kiati, kulidawa (Jawa). Dalam perdagangan internasional jati dikenal dengan
nama teak.

6
Syarat Tumbuh
Secara, umum tanaman jati membutuhkan iklim dengan curah hujan
minimum 750 mm/tahun(optimum 1.000-1.500 mm/tahun), dan maksimum 2.500
mm/tahun. Walaupun demikian, jati masih dapat tumbuh di daerah dengan curah
hujan 3.750 mm/tahun. Suhu udara yang dibutuhkan tanaman jati minimum 13-17
º
C dan maksimum 39 - 45°C. Pada suhu optimal, 32-42°C, tanaman jati akan akan
menghasilkan kayu kualitasbaik (Sumarna 2011).
Secara geologis, tanaman jati tumbuh di tanah dengan bantuan induk
berasal dari formasi limestone, granite, gneis, mica schist, sandstone, quartzite,
konglemarasi, shale, dan clay.Tanaman jati akan tumbuh lebih baik pada lahan
kondisi fraksi lempung berpasir, atau pada liat berpasir. Sesuai sifat fisiologis
untuk menghasilkan pertumbuhan optimal, jati memerlukan kondisi solum lahan
yang dalam dan keasaman tanah (pH) optimum sekitar 6,0. Namun, ada kasus
pada beberapa kawasan pertanaman jati dengan tingkat pH rendah (4-5), dijumpai
pertumbuhan yang baik. Karena tanaman jati sensitif terhadap rendahnya nilai
pertukaran oksigen dalam tanah makalahan yang berporositas dan memiliki
drainase baik, yangakan menghasilkan pertumbuhan baik. Karena akar akan
mudah menyerap unsur hara (Sumarna 2011).

7

3 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 9 minggu di Persemaian Permanen IPB
kerjasama Kementerian Kehutanan dengan Fakultas Kehutanan Kampus IPB
Dramaga Bogor.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu penggaris (100 cm), isolasi,
gunting, gelas ukur (1000 ml), tallysheet, polibag berukuran (15 cm x 20 cm)
sebanyak 210 lembar, jangka sorong digital (mm), bambu (50 cm) sebanyak 180
batang, tali rafia, gunting, dan hygrometer. Bahan yang digunakan dalam
penelitian yaitu bibit G. arborea dan T. grandis yang berumur tiga bulan setelah
penyapihan, Bionature-50 dan Bionature-AC41 (growth stimulant). Media tanah
yang digunakan terdiri dari campuran tanah biasa, arang sekam, serbuk gergaji
dengan komposisi perbandingan media 2 : 1 : 1.
Prosedur Penelitian
A. Penyiapan Bedeng Penelitian
Penyiapan denah penelitian, membuat lokasi bedengan tempat penelitian,
dan mengukur luasan bedengan, dan membersihkan gulma yang berada di sekitar
bedengan.
B. Penyiapan Bibit
Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit G. arborea dan T.
grandis yang berasal dari Persemaian Permanen Dramaga. Persiapan bibit G.
arborea dan T. grandis dengan umur yang sama yaitu tiga bulan setelah
penyapihan. Penyeleksian bibit G. arborea dan T. grandis dilakukan berdasarkan
penglihatan. Pemindahan kedua jenis bibit ke bedengan yang telah dipersiapkan
satu minggu sebelum diberi perlakuan.
C. Penyiapan aplikasi growth stimulant
Bahan growth stimulant dari Bionature-50 dan Bionature-AC41 diberikan
sesuai dosis perlakuan. Masing-masing konsentrasi perlakuan disediakan
sebanyak 15 liter air. Penyiraman growth stimulant untuk dua kali penyiraman
GSA 1: 1.2 l, GSA 2: 0.6 l, GSA 3: 0.15 l dan GSB 1: 0.75 l, GSB 2: 0.376 l GSB
3: 0.25 l, tahap pertama dilakukan pada minggu pertama dan tahap kedua pada
minggu ke-3. Masing-masing diberi 250 ml growth stimulant tiap polibag.
Sebelum dilakukan penyiraman, dihitung T0 (titik awal pengukuran tinggi dan
diameter bibit tanaman), dan diberikan growth stimulant ke bibit tanaman, diukur
parameter penelitian terdiri dari pertumbuhan tinggi (cm), pertambahan diameter
batang (mm), kekompakan akar, rasio akar pucuk, warna daun, kualitas bibit).
Pengumpulan Data
1) Pertambahan tinggi bibit
Pengukuran tinggi bibit dilakukan dengan melakukan penandaan kayu
berukuran 20 cm hingga menyentuh dasar polibag dan kayu yang sudah
dimasukkan ke dalam media tanam, dan diberikan penanda 5 cm dari permukaan

8
tanah. Setelah itu pengukuran dimulai dari kayu yang diberi tanda sampai ke
bagian pucuk daun dengan menggunakan penggaris. Kegiatan ini dilakukan setiap
minggu sampai akhir penelitian.
Pertambahan tinggi bibit diukur dengan menggunakan rumus:
Pertambahan tinggi bibit (∆t) = t2-t1 (cm)
t1 = Pengukuran awal ;t2 = Pengukuran akhir
2) Diameter bibit
Diameter bibit diukur bibit pada penandaan 5 cm dari permukaan tanah
polibag dengan menggunakan jangka sorong digital (mm). Kegiatan ini dilakukan
pada setiap minggu sampai akhir penelitian.
3) Kekompakan akar
Kekompakan akar dilakukan berdasarkan penglihatan yakni menunjukkan
keadaan akar pada bibit tanaman setelah diberikan perlakuan growth stimulant
dengan kriteria banyak atau sedikit. Kekompakan akar ditentukan dengan melihat
kondisi dari fisik perakaran bibit yaitu dengan membuka polibag bibit tanaman,
dan melihat perakaran dari bibit. Kompak, jika akar keluar dari permukaan media
tanah. Tidak kompak (akar tidak keluar dari permukaan media tanah).

4) Warna daun
Pengamatan warna daun bibit dilakukan dengan cara pemotretan dengan
menggunakan kamera pada akhir panen. Dan standar untuk penentuan warna daun
dengan melihat warnanya menggunakan bagan warna daun (BWD).
5) Rasio pucuk akar
Perhitungan rasio pucuk akar dilakukan dengan cara memisahkan bagian
akar, batang, dan daun. Penimbangan dilakukan pada dua tahap: tahap pertama
kondisi segar dan tahap kedua pada saat setelah pengovenan yang suhu diatur 70 80ºC selama 2 x 24 jam. Rasio pucuk akar merupakan perbandingan berat kering
bagian pucuk dan berat kering bagian akar yang diukur pada akhir pengamatan
dengan rumus:
Keterangan

RPA

;

BKP = Bobot Kering Pucuk
BKA = Bobot Kering Akar

6) Kualitas bibit (indeks mutu bibit).
Kualitas bibit ditentukan berdasarkan karakter fisik tunas, akar bibit, tinggi
bibit tanaman (cm), diameter bibit tanaman (mm),dihitung menggunakan rumus:

dimana;
Berat kering total = Berat kering pucuk + Berat kering akar.

9
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuannya adalah pemberian growth
stimulant seperti Bionature-50 dan Bionature-AC41 dengan 5 unit konsentrasi
perlakuan. Bibit yang digunakan ada dua jenis yakni bibit tanaman G. arborea
dan T. grandis. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali dengan masing-masing
ulangan sebanyak 5 unit. Jumlah keseluruhan untuk setiap jenis tanaman adalah
135 bibit dan total keseluruhan bibit 270 bibit.
I

II

III

KTG

GBN50
1-25

TBNAC41
1-25

TBNAC41
1-120

KTT

TBNAC41
1-80

GBNAC41
1-40

GBNAC41
1-80

TBNAC41
1-80

TBNAC41
1-40

GBNAC41
1-40

TBNAC41
1-50

GBN50
1-50

KTG

GBNAC41
1-120

GBN50
1-25

KTT

TBN50
1-100

TBNAC41
1-80

GBN50
1-50

GBN50
1-80

GBNAC41
1-40

TBN50
1-100

GBN50
1-100

GBNAC41
1-120

TBNAC41
1-40

TBN50
1-50

KTT

GBN50
1-100

TBN50
1-100

GBN50
1-25

GBNAC41
1-80

TBNAC41
1-40

GBN50
1-100

TBNAC41
1-120

GBN50
1-50

TBNAC41
1-120

GBNAC41
1-120

TBN50
1-25

TBN50
1-50

TBN50
1-25

KTG

Gambar 1 Denah tata letak perlakuan bibit di bedengan
Keterangan: KTG : Kontrol G. arborea; KTT: Kontrol T. grandis; GBN50: G. arborea 50;
TBNAC41: T. grandis AC41

Adapun model rancangan yang digunakan menurut Mattjik dan Sumertajaya
(2006) adalah sebagai berikut:
Y(ij)= µ +ɑi+εij
Dimana:
i : 1,2,3,4
j : 1,2,3,4,5
Keterangan :
nYij: Pertumbuhan tinggi dan diameter bibit tanaman pada perlakuan ke-i
dan ulangan ke-j
μ : Nilai rata-rata umum
ɑi: Nilai pengaruh perlakuan ke-i
εi: Nilai galat dari unit percobaan yang diberikan perlakuan ke-i pada
ulangan ke-j
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap peubah
yang diamati, maka dilakukan analisis data dengan menggunakan program
Statistik SAS. Bila perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh nyata maka
dilakukan uji Duncan.

10

4. HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Tinggi dan Diameter
Percobaan yang dilakukan selama 9 minggu menunjukkan bahwa setiap
minggu hasil sidik ragam tertinggi untuk tanaman G. arborea GSB-1 14.80 b dan
hasil sidik ragam tertinggi untuk diameter GSA-9 15.11 b (Tabel 1).
Tabel 1 Hasil rekapitulasi sidik ragam pertambahan tinggi dan diameter tanaman
G. arborea selama 9 minggu setelah diberikan perlakuan growth stimulant

Perlakuan
minggu keGSA-1
GSA-2
GSA-3
GSA-4
GSA-5
GSA-6
GSA-7
GSA-8
GSA-9
GSB-1
GSB-2
GSB-3
GSB-4
GSB-5
GSB-6
GSB-7
GSB-8
GSB-9

Tinggi (cm)
growth stimulant
3.49 a
5.96 b
8.96 b
13.89 b
9.25 b
7.51 b
7.23 b
12.19 b
14.11 b
0.30 a
0.06 a
0.50 a
0.48 a
0.58 a
2.19 a
6.13 b
8.60 b
14.80 b

Diameter (mm)
Perlakuan
growth stimulant
minggu
GSA-1
0.80 a
GSA-2
2.44 a
GSA-3
5.97 b
GSA-4
5.67 b
GSA-5
8.73 b
GSA-6
8.73 b
GSA-7
10.23 b
GSA-8
14.84 b
GSA-9
15.11 b
GSB-1
2.14 a
GSB-2
1.52 a
GSB-3
0.62 a
GSB-4
1.23 a
GSB-5
0.68 a
GSB-6
0.49 a
GSB-7
1.16 a
GSB-8
2.65 a
GSB-9
7.71 b

Keterangan: GSA = G. arborea BN-50; GSB = G. arborea BN-AC41
a = tidak berpengaruh berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%, b = berpengaruh berbeda
nyata pada pertumbuhan G. arborea pada selang kepercayaan 95%.

Jati merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan yang komersil, karena
keawetan dan kekuatan kayunya. Pada proses perbanyakan jati di persemaian
memerlukan waktu 4 – 5 bulan sebelum ditanam di lapangan. Proses tersebut
memerlukan waktu yang cukup lama untuk memenuhi kebutuhan jati di
masyarakat. Sehingga salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan jati di
persemaian adalah dengan menggunakan bantuan pupuk organik growth stimulant.
Jati termasuk golongan kayu keras (hardwood) yang memiliki jaringan kuat dan
dalam. Salah satu keuntungan menanam jati di antaranya mampu menahan lapisan
tanah atas dan mencegah erosi. Selain itu, menanam jati dapat membantu dalam
penyelamatan hutan, tanah, dan air. Jati merupakan salah satu jenis tanaman yang
mendominasi hutan di Indonesia. Tanaman ini sangat baik dibudidayakan di
Indonesia. Pasalnya, kondisi cuaca dan lingkunngan yang tropis sangat

11
mendukung untuk pertumbuhan jati. Jenis tanaman ini dapat ditanam di berbagai
kondisi lahan dan lingkungan seperti hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi,
hutan pegunungan, hutan tanaman industri, lahan kering tidak produktif, lahan
basah tidak produktif, dan lahan perkebunan (Mulyana & Asmarahman 2010).
Tabel 2 Hasil rekapitulasi sidik ragam pertambahan tinggi dan diameter tanaman
T. grandis selama 9 minggu setelah diberikan perlakuan growth stimulant

Perlakuan
minggu keGSA-1
GSA-2
GSA-3
GSA-4
GSA-5
GSA-6
GSA-7
GSA-8
GSA-9
GSB-1
GSB-2
GSB-3
GSB-4
GSB-5
GSB-6
GSB-7
GSB-8
GSB-9

Tinggi (cm)
growth stimulant
0.93 a
1.28 a
7.74 b
4.84 b
6.52 b
5.11 b
7.12 b
4.63 b
6.06 a
0.49 a
0.22 a
0.01 a
0.08 a
0.58 a
1.11 a
5.90 b
5.16 b
2.31 a

Diameter (cm)
Perlakuan
growth stimulant
minggu keGSA-1
0.80 a
GSA-2
1.26 a
GSA-3
15.75 b
GSA-4
5.60 b
GSA-5
6.13 b
GSA-6
8.54 b
GSA-7
14.34 b
GSA-8
12.99 b
GSA-9
10.96 b
GSB-1
0.25 a
GSB-2
0.38 a
GSB-3
1.14 a
GSB-4
1.59 a
GSB-5
2.55 a
GSB-6
2.04 a
GSB-7
2.06 a
GSB-8
3.39 a
GSB-9
2.19 a

Keterangan: GSA = G. arborea BN-50; GSB = G. arborea BN-AC41
a = tidak berpengaruh berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%, b = berpengaruh berbeda
nyata pada pertumbuhan G. arborea pada selang kepercayaan 95%.

Pada Tabel 2 diperoleh hasil tinggi tanaman terbaik T. grandis GSA-3 7.74 b
sedangkan diameter terbaik T. grandis pada GSA-3 15.75 b, dan hasil respon ini
menunjukkan pemberian growth stimulant memberikan hasil pengaruh berbeda
nyata untuk kedua parameter pengamatan.
Jati cepat tumbuh adalah tanaman jati yang dikembangkan dari biji,
sehingga sifat yang dimiliki antara lain pertumbuhannya lambat. Jati ini umumnya
memiliki percabangan lebih sedikit dengan batang yang lurus (Sumarni &
Muslich 2008).
Pertumbuhan tinggi tanaman merupakan akibat pertumbuhan tunas muda,
umumnya dipusatkan pada bagian apeks (ujung) yang terdapat tunas terminal.
Pertumbuhan yang lebih tinggi pada dominasi apikal merupakan suatu adaptasi
evolusioner untuk meningkatkan pemaparan terhadap cahaya matahari utamanya
pada habitat yang sesuai atau lokasi yang padat (Campbell et al 2003).

12
Pertambahan rata-rata persentase tinggi tanaman untuk G. arborea memiliki
respon tumbuh yang berbeda. Semakin bertambah umur, rata-rata persentase
pertambahan tinggi tanaman mengalami kenaikan, 1.2 l growth stimulant GBN50
1-25 dilarutkan dengan 15 l air naik sebesar 243.05% memiliki pertambahan
tinggi cenderung meningkat dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Rata-rata
persentase tinggi retanaman G. arborea selama 9 minggu dapat dilihat pada
Gambar 2.
Rata-rata persentase tinggi
(cm)

300

243.05
250
200

171.87

163.09

150

111.09

115.11

GBN50 1-100

GBNAC41 1-40 GBNAC41 1-80 GBNAC41 1-120

99.12

100
50

10.63

0
Kontrol

GBN50 1-25

GBN50 1-50

Perlakuan konsentrasi growth stimulant
Gambar 2 Rata-rata persentase tinggi (%) tanaman G. arborea selama 9 minggu
Pertambahan rata-rata persentase tinggi tanaman untuk T. grandis memiliki
respon tumbuh yang berbeda. Semakin bertambah umur, rata-rata persentase
pertambahan tinggi tanaman mengalami kenaikan, 0.75 l growth stimulant
TBNAC41 1-40 dilarutkan dengan 15 l air naik sebesar 111.21% memiliki
pertambahan tinggi cenderung meningkat dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Rata-rata persentase tinggi tanaman G. arborea selama 9 minggu dapat dilihat
pada Gambar 3.
Rata-rata persentase tinggi
(cm)

120

111.21

106.43

100

83.4

80

56.89
60

47.76

51.24

40
20

7.67

0
Kontrol

TBN50 1-25

TBN50 1-50

TBN50 1-100 TBNAC41 1-40 TBNAC41 1-80 TBNAC41 1-120

Perlakuan konsentrasi growth stimulant
Gambar 3 Rata-rata persentase tinggi (%) tanaman T. grandis selama 9 minggu
Hasil yang diperoleh diameter tanaman G. arborea memiliki respon tumbuh
yang berbeda. Semakin bertambah umur, rata-rata persentase pertambahan

13
diameter tanaman mengalami kenaikan, 1.2 l growth stimulant GSA-1 dilarutkan
dengan 15 l air naik sebesar 194.80% memiliki pertambahan diameter cenderung
meningkat dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Rata-rata persentase diameter
tanaman G. arborea selama 9 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.

Rata-rata persentase
diameter (mm)

250
194.8

200

158.79

150

151.74
125.64

117.48

100.00

100

50
0

2.59
Kontrol

GBN50 1-25

GBN50 1-50

GBN50 1-100

GBNAC41 1-40 GBNAC41 1-80 GBNAC41 1-120

Perlakuan konsentrasi growth stimulant
Gambar 4 Rata-rata persentase diameter (%) tanaman G. arborea selama 9 minggu

Rata-rata persentase
diameter (mm)

Pertambahan rata-rata persentase diameter tanaman untuk G. arborea
memiliki respon tumbuh yang berbeda. Semakin bertambah umur, rata-rata
persentase pertambahan diameter tanaman mengalami kenaikan, 1.2 l growth
stimulant GBN50 1-25 dilarutkan dengan 15 l air naik 136.45% memiliki
pertambahan diameter cenderung meningkat dibandingkan dengan perlakuan
kontrol. Rata-rata persentase diameter tanaman G. arborea selama 9 minggu
dapat dilihat pada Gambar 5.
160
140
120
100
80
60
40
20
0

136.45

131.95

121.90
85.80

92.64

90.70

2.99
Kontrol

TBN50 1-25

TBN50 1-50

TBN50 1-100

TBNAC41 1-40 TBNAC41 1-80 TBNAC41 1-120

Perlakuan konsentrasi growth stimulant
Gambar 5 Rata-rata persentase diameter (%) tanaman T. grandis selama 9 minggu
Pada pertumbuhan diameter batang tanaman T. grandis di konsentrasi
TBN50 1-25 menunjukkan respon pertambahan yang tertinggi dibandingkan
dengan perlakuan kontrol karena adanya upaya adaptasi pada lingkungan
setempat. Salah satu strategi yang dilakukan dalam beradaptasi dengan kondisi
lingkungannya, dalam hal ini media tanam yang miskin hara dan sangat liat
adalah dengan memperbesar diameter batang. Perluasan sel meristem pada batang
tanaman dikendalikan oleh sifat plastis dan elastis dari dinding sel. Pemecahan
material dinding sel terjadi setelah sel sudah mencapai ukuran tertentu sehingga
dinding sel menjadi lebih tebal. Penebalan dinding sel berdampak pada proses
peningkatan ukuran diameter batang (Campbell et al. 2003).

14
Kekompakan akar
G. arborea
Pada Gambar 6 menjelaskan bahwa media tanpa penambahan kontrol
terlihat akar yang sedikit dapat menembus tanah. Dengan adanya penambahan
konsentrasi GBN50 1-25 dan GBN50 1-40 terlihat semakin banyak akar-akar
yang dapat menembus tanah sehingga memberikan respon pertumbuhan yang
positif terhadap pertambahan tinggi dan diameter tanaman.

G. arborea BN50 1-25

G. arborea BN50 1-50

G. arborea BN50 1-100

G. arborea BNAC41 1-80

G. arborea BNAC41 1-120

G. arborea BN50 0

G. arborea BNAC41 1-40

Gambar 6 Kekompakan akar G. arborea Bionature-50 dan Bionature-AC41
Pada Gambar 7 menjelaskan bahwa media tanpa penambahan Bionature-50
tidak terlihat akar yang dapat menembus tanah. Dengan adanya penambahan
konsentrasi Bionature-50 terlihat semakin banyak akar-akar yang dapat
menembus tanah sehingga memberikan respon pertumbuhan yang positif terhadap
penambaha tinggi dan diameter tanaman.

T. grandis BN50 1-25

T. grandis BN50 1-50

T. grandis BN50 1-100

T. grandis BNAC 41 1-80

T. grandis BNAC 41 1-120

T. grandis BN50 0

T. grandis BNAC 41 1-40

Gambar 7 Kekompakan akar T.grandis Bionature-50 dan Bionature-AC41

15
Warna daun
Pengamatan warna daun dilakukan pada saat pemanenan dengan memotret
menggunakan kamera digital. Warna daun untuk G. arborea dan T. grandis
dominan berwarna hijau.

Gambar 8 G. arborea

Gambar 9 T. grandis

Dalam mengidentifikasi warna daun lebih detail digunakan Bagan Warna
Daun (BWD) yang berfungsi untuk mengetahui apakah tanaman perlu segera
diberi pupuk N atau tidak dan berapa takaran N yang diperlukan. Pemberian
pupuk N berdasarkan pengukuran warna daun dengan BWD dapat menekan biaya
pemakaian pupuk sebanyak 15-20% dari takaran yang umum digunakan petani
tanpa menurunkan hasil. BWD berbentuk persegi panjang dengan 4 kotak skala
warna, mulai dari hijau, mulai hijau muda hingga hijau tua.
Tabel 3 Penilaian warna daun tanaman G. arborea dan T. grandis dengan
menggunakan Bagan Warna Daun
Perlakuan
GS-0
GSA-1
GSA-2
GSA-3
GS-0
GSB-1
GSB-2
GSB-3

Nilai Warna Daun dengan BWD
2-3
4-5
4-5
4-5
2-3
4-5
4-5
4-5

Tabel 3 menunjukkan pada perlakuan bibit yang diberikan growth
stimulant memberikan respon perubahan warna daun pada akhir pengamatan
minggu ke-9 dengan memiliki skala penilaian warna daun 4-5 dibandingkan
dengan perlakuan kontrol yang memiliki skala penilaian warna daun 2-3 di awal
pengamatan.

16
Rasio pucuk akar
G. arborea
Nilai rasio pucuk akar tertinggi terdapat pada GBN50 1-25: 1.2 l growth
stimulant dilarutkan dengan 15 l air naik sebesar 5.29, kedua terdapat pada
perlakuan GBNAC41 1-40: 0.75 l growth stimulant dilarutkan dengan 15 l air
naik sebesar 2.14, ketiga terdapat pada perlakuan GBN50 1-100: 0.15 l growth
stimulant dilarutkan dengan 15 l air naik sebesar 1.68 , terendah terdapat pada
perlakuan kontrol sebesar 0.35 dapat dilihat pada Gambar 10.

6.00

5.29

Rasio pucuk akar

5.00
4.00
3.00
2.14
1.61

2.00
1.00
0.00

1.68
1.00

0.35
Kontrol

GBN50 1-25

GBN50 1-50

GBN50 1-100

0.73

GBNAC41 1-40 GBNAC41 1-80 GBNAC41 1-120

Perlakuan konsentrasi growth stimulant

Gambar 10 Rasio pucuk akar G. arborea

Pada Gambar 11 menjelaskan pemberian perlakuan GBN50 1-25 untuk
tanaman G. arborea: 1.2 l growth stimulant GBN50 1-25 dilarutkan dengan 15 l
air memberikan respon lebih baik dibandingkan dengan GS-0. Ini dikarenakan
pada akar G. arborea mempunyai jumlah perakaran yang banyak sehingga dapat
menyerap unsur hara makanan di tanah dalam jumlah yang banyak sehingga
berpengaruh pada pertumbuhan bibit yang tanaman yang berkualitas ditinjau dari
aspek akar, batang, dan daun.

Gambar 11 Rasio pucuk akar
G. aborea Bionature-50

Gambar 12 Rasio pucuk akar
G.arborea Bionature-AC41

17
Pada Gambar 12 menjelaskan pemberian perlakuan GSB-1 untuk tanaman
G. arborea: 0.75 l growth stimulant GBNAC41 1-40 dilarutkan dengan 15 liter air
memberikan respon pengaruh lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Ini
dikarenakan pada akar G. arborea mempunyai jumlah perakaran yang banyak
sehingga dapat menyerap unsur hara makanan di tanah dalam jumlah yang banyak
sehingga berpengaruh pada pertumbuhan bibit yang tanaman yang berkualitas
ditinjau dari aspek akar, batang, dan daun.
T. grandis
Nilai rasio pucuk akar tertinggi terdapat pada GBN50 1-25: 1.2 l growth
stimulant dilarutkan dengan 15 l air naik sebesar 1.40, kedua terdapat pada
perlakuan GBN50 1-50: 0.6 l growth stimulant dilarutkan dengan 15 l air naik
sebesar 1.09, ketiga terdapat pada perlakuan GBNAC41 1-40: 0.75 l growth
stimulant dilarutkan dengan 15 l air sebesar 0.95. Terendah terdapat pada
perlakuan kontrol sebesar 0.65.
1.60

1.40

Rasio akar pucuk

1.40
1.09

1.20

0.95

1.00
0.80

0.79

0.76

0.65

0.68

0.60
0.40
0.20
0.00

Kontrol

GBN50 1-25

GBN50 1-50

GBN50 1-100

GBNAC41 1-40

GBNAC41 1-80

GBNAC41 1-120

Perlakuan

Gambar 13 Rasio pucuk akar T. grandis
Pada Gambar 14 menjelaskan pemberian perlakuan untuk tanaman T.
grandis: 1.2 l growth stimulant TBNAC41 1-25 dilarutkan dengan 15 liter air
memberikan respon lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Ini dikarenakan pada
akar T. grandis mempunyai jumlah perakaran yang banyak sehingga dapat
menyerap unsur hara makanan di tanah dalam jumlah yang banyak sehingga
berpengaruh pada pertumbuhan bibit yang tanaman yang berkualitas ditinjau dari
aspek akar, batang, dan daun.

Gambar 14 Rasio pucuk akar
T. grandis Bionature-50

Gambar 15 Rasio pucuk akar
T. grandis Bionature-AC41

18
Pada Gambar 15 menjelaskan pemberian perlakuan Bionature-AC41 untuk
tanaman T. grandis: 1 liter Bionature-AC41 dilarutkan ke dalam 40 liter air
memberikan respon pengaruh berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Ini
dikarenakan pada akar T. grandis mempunyai jumlah perakaran yang banyak
sehingga dapat menyerap unsur hara makanan di tanah dalam jumlah yang banyak
sehingga berpengaruh pada pertumbuhan bibit yang tanaman yang berkualitas
ditinjau dari aspek akar, batang, dan daun.
Bobot kering
Tabel 4 memperlihatkan bobot kering akar tertinggi pada G. arborea
terdapat pada GSB-3 : 0.25 l growth stimulant dilarutkan dengan 15 l air sebesar
941.17, terendah GS-0 1.7 gram dan bobot kering batang tertinggi GSA-1: 1.2 l
growth stimulant dilarutkan dengan 15 l air, tertinggi sebesar 803.84 gram,
terendah GS-0 2.6 gram.
Tabel 4 Bobot kering akar dan batang G. arborea
Perlakuan
GS-0
GSA-1
GSA-2
GSA-3
GSB-1
GSB-2
GSB-3

Akar (gram)
1.7
547.00
776.00
582.35
682.35
635.29
941.17

Batang (gram)
2.6
803.84
523.07
446.15
392.30
346.15
380.76

Keterangan: GS-0: kontrol; GSA-1: GBN50 1-25; GSA-2: 1-50; GSA-3: 1-100; GSB-1: GBNAC41 1-40; GBN-AC41 1-80; GBN-AC41 1-120

Tabel 5 memperlihatkan bobot kering akar tertinggi pada T. grandis terdapat
pada GSA-1: 1.2 l growth stimulant dilarutkan dengan 15 l air sebesar 803.85
gram, terendah GS-0 2.6 gram dan bobot kering batang tertinggi GSA-1: 1841.18
gram, terendah GS-0 1.7 gram.
Tabel 5 Bobot kering akar dan batang T. grandis
Perlakuan
GS-0
GSA-1
GSA-2
GSA-3
GSB-1
GSB-2
GSB-3

Akar (gram)
2.6
803.85
523.08
446.15
392.31
346.15
380.77

Batang (gram)
1.7
1841.18
941.18
558.82
611.76
417.65
400

Keterangan: GS-0: kontrol; GSA-1: GBN50 1-25; GSA-2: 1-50; GSA-3: 1-100; GSB-1: GBNAC41 1-40; GBN-AC41 1-80; GBN-AC41 1-120

Kualitas bibit
G. arborea
Dari Gambar 18 dapat diketahui bahwa nilai kualitas tertinggi terdapat pada
G. arborea dengan perlakuan GSA-3: 0.15 l growth stimulant dilarutkan dengan

19

Kualitas bibit

15 l air sebesar 7.58, kedua GSA-2: 0.6 l GSA-2 growth stimulant dilarutkan
dengan 15 l air sebesar 6.46, ketiga GSB-1: 0.75 l growth stimulant dilarutkan
dengan 15 l air sebesar 6.35, GSB-3: 0.25 l growth stimulant dilarutkan dengan 15
liter air sebesar 6.41. Terendah terdapat GS-0 sebesar 0.44 dan dapat dilihat pada
Gambar 18.
8
7
6
5
4
3
2
1
0

7.58
6.46

6.32

6.41

6.35
4.72

0.44
Kontrol

GBN50 1-25

GBN50 1-50

GBN50 1-100

GBNAC41 1-40 GBNAC41 1-80 GBNAC41 1-120

Perlakuan konsentrasi growth stimulant
Gambar 16 Kualitas bibit G. arborea
T. grandis
Dari Gambar 19 dapat diketahui bahwa nilai kualitas tertinggi terdapat pada
T. grandis dengan perlakuan GBN50 1-25: 1.2 l growth stimulant dilarutkan
dengan 15 l air sebesar 17.81, kedua GBN50 1-50: 0.6 l growth stimulant
dilarutkan dengan 15 l air sebesar 14.24, ketiga GBN50 1-100: 0.15 liter growth
stimulant dilarutkan dengan 15 l air sebesar 11.46. Terendah pada kontrol sebesar
1.05.

Kualitas bibit

20

17.81
14.24

15

11.6
9.42

10

6.70
5.08
5

1.05
0

Kontrol

GBN50 1-25

GBN50 1-50

GBN50 1-100

GBNAC41 1-40 GBNAC41 1-80 GBNAC41 1-120

Perlakuan konsentrasi growth stimulant
Gambar 17 Kualitas bibit T. grandis

20

PEMBAHASAN
Pertumbuhan tanaman adalah proses terjadinya peningkatan jumlah dan
ukuran daun dan batang. Pertumbuhan tanaman tidak hanya terjadi pada bagian
atas (tajuk) tanaman, tetapi juga terjadi pada bagian bawah (akar) tanaman. Akar
menentukan kemampuan tanaman untuk menyerap nutrisi dan air,
pertumbuhannya ditentukan oleh area daun yang aktif melakukan fotosintesis
karena akar bergantung pada penangkapan energi oleh daun. Pada saat suplai
energi terbatas, maka energi yang digunakan oleh jaringan tanaman yang paling
dekat dengan lokasi fotosintesis. Oleh karena itu akar menerima energi hanya
pada saat ada kelebihan energi yang diproduksi melalui fotosintesis yang tidak
digunakan untuk pertumbuhan tajuk tanaman (Dewi 2007).
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan dalam usaha pemeliharaan
tanaman dan karena itu tindakan ini perlu dimulai sejak permulaan pengadaan
bibit, waktu penanaman di lapangan dan seterusnya sampai akhir tanaman
menghasilkan ( Samsijah & Sudrajat 1976).
Pengaruh pemberian growth stimulant terhadap bibit tanaman G. arborea
dan T. grandis memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap semua parameter
yang diamati (pertambahan tinggi, pertambahan diameter batang, bobot kering
akar). Hal ini disebabkan oleh karena pemberian growth stimulant akan
meningkatkan jumlah hara yang terserap oleh tanaman sehingga menghasilkan
pertumbuhan bibit yang lebih baik.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, perlakuan pemberian growth
stimulant memberikan pengaruh berbeda nyata untuk parameter tinggi bibit,
diameter batang, dan bobot kering akar. Hal ini disebabkan perlakuan ini
menggunakan pupuk cair yang memiliki nilai tertinggi untuk masing-masing
parameter. Hal ini karena pupuk cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman
walaupun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan
pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa
langsung digunakan oleh tanaman.
Hasil analisis sidik ragam yang berbeda nyata terhadap parameter tinggi,
diameter, dan bobot kering akar. Tetapi jika melihat hasil di atas, tinggi tanaman,
diameter, bobot kering akar yang diberikan perlakuan growth stimulant memiliki
nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal ini karena growth stimulant
mengandung unsur hara makro fosfor (P) yang memiliki peran penting dalam
pengadaan ATP dan protein, metabolisme sel, dan merangsang perakaran tanaman.
Menurut Suraya (2002) dalam Anjasary dkk (2007), bobot kering tanaman
merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman, di mana nilai bobot kering
tanaman yang tinggi menunjukkan terjadinya peningkatan proses fotosintesis
karena unsur hara yang diperlukan cukup tersedia. Hal tersebut berhubungan
dengan hasil fotosintat yang ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman, sehingga
memberikan pengaruh yang nyata pada biomassa tanaman.
Dari respon pertumbuhan tinggi dan diameter yang dihasilkan dengan
pemberian perlakuan Bionature-50 pada tanaman G. arborea selama 9 minggu,
menunjukkan bahwa pemberian Bionature-50 yang terbaik untuk pertumbuhan
tinggi tanaman dan penambahan diameter batang tanaman G. arborea di
konsentrasi 1.2 l growth stimulant Bionature-50 1-25 dilarutkan dengan 15 l air
menghasilkan respon berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Kecepatan
pertumbuhan tinggi tanaman merupakan akibat pertumbuhan tunas muda,

21
umumnya dipusatkan pada bagian apeks (ujung) yang terdapat tunas terminal
(terminal bud). Untuk hasil rata-rata persentase tinggi tanaman G. arborea
diperoleh hasil yang terbaik.
Dosis Bionature-50 meningkat akan mengakibatkan meningkatkan
pertumbuhan tanaman tinggi bibit dan diameter batang bibit dan untuk itu
diperlukan perhatian dalam pemberian dosis karena bionature-50 berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan tanaman.
Dalam penelitian ini menggunakan produk cair Bionature-50 yang berguna
untuk memanjangkan akar dan menyediakan makanannya sendiri karena itulah
akarnya diperbanyak untuk menghasilkan enzim. Akar tanaman merupakan
habitat yang baik bagi pertumbuhan mikroba, interaksi antara bakteri dan akar
tanaman akan meningkatkan ketersediaan hara bagi keduanya, permukaan akar
tanaman disebut rhizopl