Perancangan Jaringan Irigasi Pedesaan Di Desa Leuwisadeng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

PERANCANGAN JARINGAN IRIGASI PEDESAAN
DI DESA LEUWISADENG, KECAMATAN LEUWISADENG,
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

HENDRI SAPUTRO

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Jaringan
Irigasi Pedesaan Di Desa Leuwisadeng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Hendri Saputro
F44110065

ABSTRAK
Hendri Saputro. Perancangan Jaringan Irigasi Pedesaan Di Desa Leuwisadeng,
Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Dibimbing oleh
PRASTOWO.
Abstrak: Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kelangsungan hidup
manusia, binatang dan tanaman. Di Desa Leuwisadeng, lahan pertaniannya masih
kesulitan air untuk irigasi karena lokasi lahan yang berbukit-bukit dan petani
setempat belum bisa memanfaatkan sumber air yang ada. Penelitian ini bertujuan
untuk mendesain bangunan hidrolik serta jaringan irigasi untuk memenuhi
kebutuhan air bagi penduduk, ternak dan tanaman. Air yang akan digunakan
untuk keperluan irigasi diambil dari parit yang ada di dekat lahan. Parit ini
memiliki debit sebesar 16 lt/dt yang dapat mengairi lahan seluas 5 ha. Namun
karena elevasi muka air sungai berada di bawah elevasi lahan pertanian, maka
perlu dibangun bendung untuk meninggikan muka air. Tipe bendung yang

digunakan adalah tipe skot balok. Dari bendung, air sungai dialirkan menuju
reservoir untuk penampungan sementara sebelum dialirkan ke lahan pertanian,
peternakan dan perikanan. Selain parit, terdapat sumber air lainnya yakni mata air.
Debit mata air yang terukur sebesar 1 lt/dt lalu ditampung ke dalam bangunan
penangkap mata air yang nantinya akan digunakan untuk melayani penduduk di
sekitar lokasi.
Kata kunci: bendung, irigasi, mata air, parit, reservoir

ABSTRACT
Hendri Saputro. Designing of Rural Irigation Scheme In Leuwisadeng Village,
Leuwisadeng District, Bogor Region, West Java. Supervised by PRASTOWO
Abstract: Water is very important for human life, animals and plants. In
Leuwisadeng village, agriculture area need irrigation because it’s topographic
condition and the local farmer cannot use the water from the river effectively. The
research aimed to design hydraulic structures and irrigation system to fulfill water
for human being, animal and plants. Water irrigation were taken from the river
near the agricultural field. This river had discharge was 16 lt/s and can irrigate 5
ha land. But, river water level was lower than the farm land. Increased water level
can be using weir. From weirs, river water flowed into the reservoir before
distributed to the field, farm land and fish pond. Except river, there is other water

source in this area to fulfill the demand of water consumption of villager that
source is the spring. This spring had discharge of 1 lt/s.
Keywords: irrigation, reservoir, river, the springs, weir

PERANCANGAN JARINGAN IRIGASI PEDESAAN
DI DESA LEUWISADENG, KECAMATAN LEUWISADENG,
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

HENDRI SAPUTRO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Juli 2015 ini ialah
irigasi, dengan judul Perancangan Jaringan Irigasi Pedesaan di Desa Leuwisadeng,
Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ucapan terima kasih diucapkan kepada Dr. Ir. Prastowo, M.Eng selaku
pembimbing atas bantuannya serta waktu dan kesempatan yang telah diluangkan
dalam memberikan bimbingan, ilmu, arahan, motivasi, dan masukan selama
mengikuti pendidikan, penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, pembuatan
makalah, hingga penyusunan skripsi.
Selanjutnya, ucapan terima kasih diucapkan kepada Bapak Maman beserta
keluarga yang telah banyak memberi bantuan selama di lapangan. Ucapan terima
kasih juga diucapkan kepada Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA dan Dr. Ir. Yuli
Suharnoto, M.Eng sebagai penguji skripsi. Ungkapan terima kasih tidak lupa pula
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan rekan-rekan Teknik
Sipil dan Lingkungan angkatan 48 atas segala doa, dukungan, dan bantuannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.


Bogor, September 2015
Hendri Saputro

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

i

DAFTAR TABEL

i

DAFTAR GAMBAR

i

DAFTAR LAMPIRAN

i


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


Ruang Lingkup Penelitian

2

METODE PENELITIAN

3

Waktu dan Tempat

3

Alat dan Bahan

3

Prosedur Penelitian

3


Analisis Kecukupan Air Irigasi

3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kecukupan Air Irigasi

9
9

Rancangan Tata Letak Jaringan Irigasi Pedesaan

11

Bangunan Bendung

12

Bangunan Reservoir


18

Bangunan Penangkap Mata Air

23

SIMPULAN DAN SARAN

30

Simpulan

30

Saran

30

DAFTAR PUSTAKA


31

LAMPIRAN

32

RIWAYAT HIDUP

42

DAFTAR TABEL
1 Acuan Pemilihan Pompa

7

2 RAB Bangunan Bendung

18


3. RAB Bangunan Reservoir

23

4. Ukuran Bak Penampung Mata Air

24

5. RAB Bangunan Penangkap Mata Air

29

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram Hazan-William

5

2 Skema sistem Mata Air Pompa (MAP)

6

3 Skema sistem Mata Air Grvitasi (MAG)

6

4 Diagram Pipa Hazen Williams untuk Jenis PVC

8

5 Grafik Kebutuhan Daya untuk Pompa

8

6 Grafik Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman dengan Hujan Efektif

10

7 Bangunan Bendung

14

8 Sketsa Pemasangan Lapisan Geotekstil

20

9. Bangunan Reservoir

21

10 Penentuan Dimensi Pipa dengan Diagram Pipa Hazen Williams

25

11 Penentuan Kebutuhan Daya Pompa dengan Diagram Hazen William

26

12 Skema Bangunan Penangkap Mata Air

28

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Wilayah Desa Leuwisadeng

33

2 Peta Kontur

34

3 Data Curah Hujan (mm) Bulanan Stasiun Dramaga Tahun 2000-2009

35

4 Hasil Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ETo)

36

5 Hasil Perhitungan Curah Hujan Efektif

37

6 Kebutuhan Air Irigasi Tanaman padi 1 tahun di Desa Leuwisadeng

38

7 Tabel Perhitungan Debit Sungai Dengan Metode Current Meter

41

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kelangsungan hidup
manusia, binatang dan tanaman. Kebutuhan makhluk hidup akan air tidak dapat
diganti oleh sesuatu apapun. Kebutuhan ini harus terpenuhi setiap harinya demi
kelangsungan hidupnya. Pengelolaan sumberdaya air terpadu merupakan salah
satu usaha yang dilakukan untuk membantu kehidupan manusia. Namun dalam
pengelolaan sumber daya air yang kurang tepat dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran air yang berakibat kualitas air menurun, rusaknya infrastruktur, dan
bahaya terhadap kesehatan.
Irigasi yang baik merupakan salah satu usaha meningkatkan hasil produksi
dari pertanian, untuk itu diperlukan bangunan jaringan irigasi yang baik agar
pengairan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Berdasarkan PP No.20
Tahun 2006 tentang Irigasi pasal 1 nomor 12, untuk mencapai irigasi yang baik
diperlukan sarana dan prasarana penunjang seperti jaringan irigasi berupa saluran,
bangunan utama, dan bangunan pelengkap merupakan kesatuan yang berfungsi
sebagai penyedia, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangannya
termasuk kegiatan membuka pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata nama,
menyusun sistem golongan, menyusun rencana, melaksanakan kalibrasi pintu atau
bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.
Jaringan irigasi merupakan salah satu prasarana yang dibutuhkan dalam
upaya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi pertanian. Dalam kaitan
tersebut jaringan irigasi sangat membantu dalam mengatur tata air dan kebutuhan
bagi petani untuk pengairan areal persawahan. Hal tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan taraf hidup dan perekonomian penduduk. Pembangunan saluran
irigasi untuk menunjang penyediaan bahan pangan nasional sangat diperlukan,
sehingga ketersediaan air di lahan akan terpenuhi walaupun lahan tersebut berada
jauh dari sumber air. Hal ini tidak lepas dari kondisi saluran irigasi yang baik dan
pemeliharaan yang benar dan tepat (Sidra, 2012).
Desa Leuwisadeng berada di Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor
Jawa Barat. Lokasi desa ini berada di daerah perbukitan dan dapat dijangkau
dengan kendaraan roda 2 dan roda 4. Di desa ini, mayoritas penduduknya mencari
nafkah dengan bercocok tanam. Komoditas utama di desa Leuwisadeng
disumbangkan dari bidang pertanian dan perkebunan. Di sektor pertanian,
didominasi dengan tanaman padi sedangkan untuk perkebunan, warga banyak
menanam pohon manggis dan durian. Lokasi lahan pertanian warga berada di
lereng-lereng bukit dan untuk irigasi, menggunakan sistem tadah hujan. Di desa
ini terdapat sungai yang akan dimanfaatkan untuk pengairasn lahan warga agar
produksi pertanian dan perkebunan warga meningkat. Pemanfaatan air sungai
dengan cara membangun bangunan hidrolika untuk menunjang irigasi.

2

Perumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk merencanakan jaringan irigasi yang efektif
dengan memanfaatkan sumber air yang sudah ada. Masalah irigasi merupakan
masalah umum yang dihadapi petani saat ini, mulai dari kekurangan air karena
sistem irigasi yang masih tradisional hingga desain irigasi yang boros yang dapat
membuang-buang air melebihi kebutuhan karena desainnya dibuat tidak
memperhatikan standar yang berlaku. Permasalahan yang akan dibahas sebagai
berikut:
1. Pemanfaatan sumber air untuk proses irigasi yang efektif.
2. Pendistribusian air yang merata sesuai kebutuhan ke lahan pertanian.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangunan hidrolika pada
jaringan irigasi pedesaan di Desa Leuwisadeng, Kecamatan Leuwisadeng,
Kabupaten Bogor, yang meliputi:
1. Analisis kecukupan air irigasi.
2. Rancangan tata letak jaringan irigasi pedesaan.
3. Rancangan bangunan bendung.
4. Rancangan bangunan reservoir.
5. Rancangan bangunan penangkap mata air.
6. Pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) masing-masing bangunan.
Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini adalah:
1. menjadi acuan dalam pembuatan bangunan hidrolika yang diperlukan pada
jaringan irigasi pedesaan di Desa Leuwisadeng, sebagai upaya memenuhi
penyediaan air irigasi khususnya di musim kemarau.
2. Memberikan informasi mengenai mekanisme proses perencanaan jaringan
irigasi pedesaan.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian dideskripsikan secara singkat sebagai
berikut:
1. Penelitian ini dilakukan untuk perancangan jaringan irigasi pedesaan.
2. Penelitian ini membahas tentang analisis kecukupan air irigasi,
perencanaan bangunan bendung, bangunan reservoir, bangunan
penangkap mata air dan rencana anggaran biaya.

3

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2015. Observasi lapang
dilakukan di Desa Leuwisadeng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.
Pada observasi lapang dilakukan pencarian sumber air terdekat dan pola tanam
yang diberlakukan warga. Setelah sumber air diketahui, maka debit air pada
sumber dapat dihitung. Data pola tanam yang diperoleh digunakan untuk
perhitungan satuan kebutuhan air irigasi di petakan sehingga debit air irigasi dapat
dihitung. Setelah kebutuhan air irigasi dan debit sumber air diketahui, maka jika
mencukupi, dilakukan tahap selanjutnya yaitu perancangan bangunan hidrolika.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu Total station, GPS, stopwatch,
roll meter, current meter, laptop, kamera digital, dan alat tulis. Beberapa software
yang digunakan yaitu CROPWAT 8.0, Surfer 9, Microsoft Office, AutoCad
2014, Goolgle Sketch-up dan Google Earth. Sedangkan Bahan yang digunakan
dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari
data kecepatan dan debit aliran pada sumber air dan tracking area. Sedangkan,
data sekunder yang digunakan terdiri dari data iklim selama 10 tahun terakhir,
data curah hujan selama 10 tahun terakhir, pola tanam yang diberlakukan,
data debit sungai, Dokumen Satuan Biaya dan Upah Daerah Kabupaten Bogor.
Prosedur Penelitian
Analisis Kecukupan Air Irigasi
Perhitungan satuan kebutuhan air irigasi di petakan dapat ditentukan
dengan mengetahui curah hujan efektif di daerah penelitian dan kebutuhan
air tanaman (ETc) sesuai dengan pola tanam yang diberlakukan pada lokasi
penelitian. Nilai evapotranspirasi acuan (ETo), hujan efektif, dan koefisien
tanaman (Kc) diperoleh dengan pengolahan data menggunakan program
CROPWAT 8.0. Metode yang digunakan dalam CROPWAT 8.0 untuk
menentukan curah hujan efektif adalah metode fixed percentage dan metode untuk
mendapatkan nilai ETo dengan metode Penman-Monteinth. Nilai Kc tergantung
pada tanaman yang ditanam di lokasi penelitian. Untuk memperoleh nilai ETo,
hujan efektif, dan Kc, dibutuhkan data curah hujan, data pola tanam sesuai yang
diberlakukan pada daerah penelitian, data iklim sepuluh tahun terakhir yang
terdiri dari: lama penyinaran matahari (jam), kelembaban (%), temperatur
maksimum dan minimum (oC), dan kecepatan angin (km/hari).
Nilai Evapotranspirasi tanaman (ETc) ditentukan dengan persamaan (1)
…………………………………………………………..(1)
Setelah dilakukan perhitungan ETc, maka ETc yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan curah hujan efektif. Apabila grafik curah hujan efektif
berada di bawah kurva ETc, maka tanaman tersebut memerlukan irigasi. Satuan
kebutuhan air irigasi (KAI) di petakan, (belum termasuk efisiensi penyaluran),

4

ditentukan dengan persamaan (2) sedangkan debit air yang diperlukan dihitung
dengan persamaan (3). Debit air irigasi dihitung dengan persamaan (4).
. ………….……………………….(2)
…………………………………………...(3)
. ……………………………………..(4)
Untuk mengetahui apakah sumber air mampu memenuhi debit air irigasi,
maka perlu dilakukan perbandingan antara debit air pada sumber dengan debit air
irigasi. Berdasarkan perbandingan yang dilakukan, apabila debit air pada sumber
lebih besar dibandingkan dengan debit air irigasi, maka sumber air tersebut dapat
digunakan sumber penyediaan air irigasi.
Rancangan Tata Letak Jaringan Irigasi Pedesaan
Hasil peninjauan lapang yang telah dilakukan di daerah penelitian,
dijadikan acuan sebagai rencana penentuan lahan yang akan diari dan bangunan
hidrolika yang dibutuhkan. Bangunan hidrolika yang dirancang pada daerah
penelitian yaitu bangunan bendung dengan skot balok, bangunan reservoir, sistem
penyaluran dari bendung ke reservoir, dan sistem penyaluran dari reservoir ke
lahan pertanian. Penentuan dimensi bangunan disesuaikan dengan persyaratan
yang berlaku. Sumber air yang akan digunakan untuk pengairian irigasi pada
petakan lahan berasal dari air sungai yang berlokasi di sekitar lahan. Elevasi
sungai yang akan digunakan sebagai sumber air lebih rendah dari lahan sehingga
untuk dapat mengalirkan air untuk keperluan irigasi, sungai tersebut perlu
dibendung untuk menaikan muka airnya. Jenis bendung yang akan diterapkan
adalah bendung dengan tipe bangunan pengatur muka air berupa skot balok.
Kriteria skot balok yang akan digunakan ditinjau dari dimensi sungai yang akan
dibendung.
Lokasi bendung yang akan dibangun tidak berada di jalur aliran sungai
yang sudah ada melainkan akan dibangun ditempat yang berbeda namun masih
berdekatan. Alasannya adalah jika dibnagun di jalur aliran sungai, lahan sisi
sungai yang lain dimiliki oleh orang lain sehingga akan bermasalah jika
membangun bendung disana yang membutuhkan lahan untuk pengait bangunan.
Untuk itu, sungai akan dibelokkan menuju lokasi bendung yang dibangun yang
masih berada di lokasi lahan milik sendiri.
Air sungai yang telah dinaikkan muka airnya sehingga memiliki elevasi
yang lebih tinggi dari lahan akan dialirkan menuju reservoir terlebih dahulu
sebelum dialiran menuju lahan pertanian. Mekanisme pengaliran air sungai
menuju reservoir ialah menggunakan pipa yang disadap dari bangunan intake.
Debit rencana yang akan mengalir pada pipa ini adalah sejumlah debit sungai.
Dalam pengukuran kontur sebelumnya telah diketahui elevasi dari bangunan
intake hingga reservoir yang akan dipertimbangkan untuk peetapan jalur lokasi
pipa yang akan dipasang. Data yang diperlukan adalah Jarak dari lokasi rencana
bendung hingga lokasi reservoir den beda elevasinya serta debit sungai yang akan

5

diambil maka diameter pipa yang digunakan mengacu pada diagram HazenWilliam (Gambar 1):

Gambar 1 Diagram Hazen-William
(engineeringtoolbox.com)
Volume yang akan ditampung oleh reservoir ini berdasarkan kebutuhan air
tanaman yang diperlukan dalam satu hari pengairan. Bangunan reservoir ini akan
menerima air dari bendung skot balok dan menampungnya untuk digunakan setiap

6

saat. Karena air yang didapat dari air sungai, maka perlu dibangun bangunan
tambahan seperti sedimen trap untuk mengurangi endapan.
Bangunan reservoir yang akan dibangun direncanakan berbenduk
mengikuti pematang sawah dengan kedalaman mengambil dua tingkat elevasi
pematang dengan bangunan sedimen trap yang termasuk didalamnya. Perhitungan
volume reservoir adalah sebagai berikut:
Vtotal = p x l x t…………………………………………………………...(5)
Dimensi untuk sedimen trap mengambil sebagian kecil volume dari reservoir juga
dengan bentuk kubus, sebagai berikut
Vsedimen trap = p x l x t ……………………………………………….... (6)
Volume bersih dari Reservoir adalah:
Vnet = Vtotal – Vsedimen trap …………………………………………...(7)
Pada area proyek pembangunan pertaian terpadu, terdapat sumber air lain
selain air sungai yakni mata air yang berada pada elevasi lahan paling tinggi. Mata
air ini akan dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga. Dalam pemanfaatan
mata air, terlebih dahulu akan dibangun bangunan penangkap mata air. Untuk
mempermudah pemanfaatan mata air tersebut. Jenis Bangunan penangkap mata
air yang akan digunakan ditinjau berdasarkan akan dibawa kemana air yang telah
ditampung, apakah akan dialirkan secara gravitasi menuju hidram atau yang biasa
disebut sistem Mata Air Gravitasi (MAG) atau air akan dipompa menuju
bangunan penampung lanjutan yang memiliki elevasi lebih tinggi atau yang
disebut sistem Mata Air Pompa (MAP).

Gambar 2 Skema sistem MAP

Gambar 3 Skema sistem MAG
Penentuan volume bangunan penampung ialah berdasarkan kebutuhan air
masyarakat yang akan memanfaatkan mata ait tersebut setiap harinya. Rumus
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Kebutuhan air pedesaan per orang = X liter/hari/orang …………………..(8)

7

Dikalikan dengan jumlah warga yang akan tinggal di lokasi sebesar Y orang,
maka kebutuhan air per hari adalah sebagai berikut:
Kebutuhan air perhari = X liter/hari/orang x Y orang = Z liter/hari………(9)
Jika telah diketahui berapa kebutuhan air dalam satu hari, maka volume
tampungan mata air dapat ditentukan. Kriteria penentuan volume tampungan mata
air dapat sejumlah kebutuhan air selama satu hari tersebut atau setengahnya. Jika
setengahnya, berarti pemenuhan kebutuhan air dalam satu hari dicukupi sebanyak
dua kali pengisian tampungan misalnya untuk pagi hari dan sore hari.
Selanjutnya yang akan di desain adalah bangunan PMA itu sendiri.
Pembuatan bangunan PMA telah ada tata caranya dan tinggal diikuti saja dengan
penyesuaian tergantung lokasi. Air dari mata air yang akan dialirkan menuju
bangunan penampung dalam hal ini adalah torrent air, dibantu dengan pompa air
dan pipa penghubung. Rancangan stasiun pompa air dilakukan dengan
mengetahui terlebih dahulu debit air irigasi. Berdasarkan hasil observasi lapangan
diketahui kondisi tempat yang akan digunakan untuk penempatan stasiun pompa.
Total Dynamic Head (TDH) ditentukan dengan penjumlahan head hisap
(HS), head tekan (HL), headloss gesekan di ujung pengambilan air (HfS),
headloss gesekan di sepanjang pipa (HfP), dan head untuk faktor keamanan (HK),
sebesar 20% dari total headloss. TDH ditentukan dengan rumus:
...……………………………………….(10)
Diameter pipa yang digunakan, ditentukan dengan Tabel 1.
Tabel 1 Acuan Pemilihan Pompa
debit air irigasi
ukuran pipa tekan
(lt/dt)
(mm)
(inch)
0-5
25
1
5 - 15
50
2
15 - 25
75
3
25 - 35
100
4
35 - 50
125
5
Headloss gesekan di ujung pengambilan air (HfS) merupakan gabungan dari
penjumlahan headloss yang terjadi di ujung pengambilan air, yaitu karena klep
kaki dan saringan pompa atau dapat dilihat seperti pada rumus (11), (12) dan (13):
………………………………………...(11)
Headloss pada saringan pompa ditentukan dengan rumus:
……………………………………………………..(12)
Headloss pada klep kaki ditentukan dengan rumus:
…………………………………………………….(13)
Headloss gesekan di sepanjang pipa (HfP) dapat ditentukan dari grafik pada
(Gambar 2) sedangkan untuk penentuan daya pompa atau brake horse power
(BHP) ditentukan dari grafik pada Gambar 5.

8

Gambar 4 Diagram Pipa Hazen Williams untuk Jenis PVC
(engineeringtoolbox.com)

Gambar 5 Grafik Kebutuhan Daya Pompa (Kay 1998)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kecukupan Air Irigasi
Kebutuhan air, atau evapotranspirasi adalah jumlah dua istilah, yaitu : (1)
transpirasi, adalah air yang memasuki daerah akar tanaman-tanaman dan
dipergunakan untuk membentuk jaringan tanam-tanaman atau dilepaskan melalui
daun-daun tanaman ke atmosfir, (2) evaporasi, adalah air yang menguap dari
tanah yang berdekatan, permukaan air, atau dari permukaan daun tanaman. Air
yang disimpan dari embun, curah hujan, atau irigasi siraman dan kemudian
menguap tanpa memasuki sistem tanaman merupakan bagian dari kebutuhan air.
Penman telah membuat pendekatan teoritis yang paling lengkap yang
menunjukkan bahwa kebutuhan air adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dengan
radiasi sinar matahari yang baru masuk (Hansen et al. 1979).
Panjang musim pertumbuhan tanaman ditentukan oleh jenis tanaman dan
tersedianya energi selama periode pertumbuhan. Hari yang panas akan
menyebabkan periode pertumbuhan yang lebih pendek dibandingkan biasanya.
Data iklim yang tersedia dari satu tempat ke tempat lain pada umumnya berbeda.
Dikarenakan iklim pada satu tempat ke tempat lain berbeda, maka nilai satuan
kebutuhan air irigasi di petakan juga berbeda.
Pertanian di Desa Leuwisadeng dilakukan sepanjang tahun untuk
meningkatkan hasil produksi dan jenis komoditi yang ditanam tergantung musim
nya sehingga dalam perencanaan yang lebih matang maka diperlukan data iklim
yang lengkap. Data tersebut dapat diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika (BMKG).
Perhitungan satuan kebutuhan air irigasi di petakan (KAI) merupakan
bagian terpenting sebelum melakukan perancangan jaringan irigasi. Satuan
kebutuhan air irigasi dihitung untuk mengetahui jumlah air irigasi yang diperlukan
dan kemudian dibandingkan dengan debit air pada sumber air yang tersedia. Jika
debit tersebut mencukupi, maka jaringan irigasi di sekitar lahan yang akan diairi
dapat dirancang.
Nilai ETc diketahui dengan menggunakan persamaan (1). Berikut adalah
contoh perhitungan nilai ETc pada bulan Agustus 2 dari lampiran 6:
Berdasarkan grafik yang telah disajikan pada Gambar 6, dapat dilihat
bahwa pada skenario tanaman padi, kebutuhana air tanaman dapat dipenuhi
semuanya dari air hujan. Namun dalam pelaksanaannya, terdapat kegiatan
persiapan diawal musim tanam padi yang membutuhkan air lebih banyak sehingga
perlu diberikan air irigasi dari sumber selain air hujan. Waktu persiapan
penanaman padi berdasarkan jadwal yang dibuat adalah selama 2 minggu setiap
awal musim tanam. Setelah diketahui kapan saja tanaman memerlukan irigasi,
maka dihitung satuan kebutuhan air irigasi di petakan (KAI) dengan satuan
l/dt/ha yang dihitung menggunakan persamaan (2). Berikut ini contoh perhitungan
KAI pada bulan Oktober 1:

10

120

mm/dekade

100
80
60

curah hujan efektif

40

Evapotranspirasi
Tanaman (Etc)

20

September

Agustus

Juli

Juni

Mei

April

Maret

Februari

Januari

Desember

November

Oktober

0

bulan

Gambar 6 Grafik Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman dengan Hujan
Efektif untuk Tanaman Padi
Berdasarkan hasil perhitungan satuan kebutuhan air irigasi di petakan
selama 1 tahun, dipilih satuan kebutuhan air irigasi di petakan yang terbesar
yang akan digunakan dalam perhitungan debit air yang diperlukan di petakan.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, satuan kebutuhan air irigasi
(belum termasuk efisiensi penyaluran) untuk skenario tanaman padi adalah
0.36 l/dt/ha.
Seluruh hasil perhitungan satuan kebutuhan air irigasi di petakan untuk
tanaman padi dapat dilihat pada Lampiran (6). Setelah nilai satuan kebutuhan
air diperoleh, maka debit air yang diperlukan di petakan (Qpetak) dan debit
air irigasi (Qirigasi) dapat diketahui dengan menggunakan persamaan (3).
Luas lahan yang dapat diairi secara gravitasi di Desa Leuwisadeng seluas 5 hektar.
Asumsi kehilangan air pada saluran sebesar 10%, sehingga efisiensi penyaluran
sebesar 90%. Perhitungan QPetak dan Qirigasi untuk skenario 1 adalah sebagai
berikut:

Selanjutnya, dapat diketahui kecukupan air yang terdapat pada sumber
air dengan membandingkan debit air irigasi dengan debit air pada sumber.
Debit air pada sumber yang digunakan sebagai pembanding adalah debit parit.
Debit air irigasi yang diperlukan untuk tanaman padi fase persiapan sebesar 2.1
lt/dt dan debit air parit hasil pengukuran menunjukkan nilai sebesar 16 lt/detik
sehingga parit tersebut cocok sebagai sumber air irigasi. Data pengukuran debit
parit dapat dilihat pada Lampiran 7.

11

Rancangan Tata Letak Jaringan Irigasi Pedesaan
Dalam wawancara terhadap pemilik lahan dan ketua RW yaitu bapak
Maman, diketahui bahwa lahan yang akan diberi irigasi seluas 5 hektar. Kondisi
daerah yang berbukit menyebabkan sulitnya pengairan air irigasi secara manual.
Hasil tracking area yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Dasar tiap-tiap sistem irigasi adalah membawa air irigasi ke tempat yang
mungkin diairi. Daerah yang tidak dapat diari dapat digunakan sebagai daerah non
persawahan misalnya perumahan. Sistem yang direncanakan harus mudah
dimengerti dan memperhatikan faktor pemberian air serta pemanfaatan daerah
yang lebih efektif. Data yang dibutuhkan untuk daerah perencanaan daerah irigasi
adalah keadaan topografi, gambaran perencanaan atau pelaksanaan jaringan
utama, kondisi hidrometeorologi untuk menentukan kebutuhan air irigasi atau
pembuangan, serta daerah-daerah tergenang atau kering.
Saluran irigasi direncanakan dengan mempertimbangkan garis kontur,
sistem irigasi menggunakan sistem gravitasi, yaitu air mengalir karena gaya tarik
bumi dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Sebagai contoh, saluran
pembawa biasanya dibuat sejajar searah dengan kontur yang akan mengalirkan air
dari puncak bagian atas menuju ke bawah melalui lembah kontur.
Jaringan irigasi dirancang berdasarkan topografi daerah penelitian
sehingga perancangan dibuat sesuai dengan kondisi di lapangan. Berdasarkan
hasil tracking, maka ditentukan titik ditempatkannya pompa, jaringan distribusi
air, hingga bangunan hidrolik apa saja yang diperlukan. Berdasarkan kajian yang
telah dilakukan, maka bangunan hidrolika yang akan dibangun adalah bangunan
bendung tipe skot balok, bangunan reservoir, bangunan penangkap mata air dan
pipa penyaluran.
Perencanaan awal sebelum memulai memilih lokasi bangunan hidrolik
setelah tracking area ialah dengan membuat kontur lahan untuk mengetahui
elevasi setiap tempat lahan yang akan diusahakan. Pembuatan kontur juga
bertujuan untuk mengetahui bagaimana arah aliran irigasi yang nantinya akan
direncanakan. Hasil pengukuran kontur dapat dilihat pada Lampiran 2. Setelah
perencanaan kontur selesai dilakukan, maka ditentukan dimana lokasi bendung,
reservoir, bangunan penangkap mata air dan pipa-pipa penyalurannya.
Lokasi bendung berada pada elevasi tertinggi dari sungai yakni 311 mdpl
(Lampiran 2) yang masih berada di lahan milik sendiri. Elevasi ini bukan
merupakan elevasi lahan tertinggi namun hanya elevasi tertinggi air sungai.
Dengan demikian, air sungai dapat dipastikan akan mengairi seluruh lahan
dibawahnya. Sedangkan lokasi reservoir yang dipilih berada pada elevasi tertinggi
lahan pertanian di lahan milik sendiri yakni pada titik 310 mdpl. Lokasi ini masih
lebih rendah elevasinya dari bendung dikarenakan air dari bendung akan dialirkan
ke reservoir terlebih dahulu. Pipa penyaluran akan dipasang mengikuti skema Site
Plan yang sudah dibuat sehingga pipa akan dipasang di sisi kanan dan kiri jalan
site plan menyusuri lahan. Bangunan penangkap mata air akan dibanguan di
lokasi dengan elevasi tertinggi yaitu 313 mdpl yang berada di bagian paling
selatan lahan karena lokasi mata air sendiri ada di sekitar wilayah tersebut namun
dengan elevasi lebih rendah. Letak komponen sistem irigasi ini dapat dilihat pada
Lampiran 1 dan Lampiran 2.

12

Bendung
Sumber air yang akan dibendung guna untuk mendapatkan air untuk
keperluan irigasi adalah parit yang bersumber dari sungai di dekat lokasi
penelitian. Parit pada lokasi penelitian memiliki lebar 2 meter. Berdasarkan
perhitungan debit parit yang telah dilakukan, diketahui bahwa debit parit sumber
untuk irigasi sebesar 16 liter/detik. Detil perencanaan bendung yang akan dibuat
adalah bendung yang memiliki lebar 1 m dan skot balok yang akan dipasang
berukuran 80 cm. Kedalaman bendung akan mengikuti kedalaman parit aslinya
yakni sedalam 2 meter. Komponen bendung lainnya adalah jenis bangunan
pengatur tinggi muka air seperti skot balok dengan pintu bawah, mercu tetap
dengan pintu bawah dan mercu tetap dengan skot balok (KP 04). Namun yang
akan dibangun hanya jenis sekot balok saja. Bangunan intake dibuat untuk
mengalirkan air menuju lahan pertanian yang akan diberikan irigasi. Bangunan
bendung akan menempati lahan seluas 10 x 5 m dengan memperhitungkan
ketersediaan lahan yang ada di lahan sendiri.
Pertimbangan pemilihan lokasi bendung harus memperhitungkan aspek
topografis, hidrologis, geologis dan aspek lingkungan. Pemilihan lokasi bendung
dari aspek topografis ditinjau dari dua komponen pertimbangan, yaitu
pertimbangan elevasi dan pertimbangan bentuk regime sungai (bagian lurus, tidak
curam dan lain-lain). Pertimbangan elevasi dalam hal ini adalah tinjauan terhadap
elevasi lahan yang diairi mempengaruhi tinggi mercu bendung. Elevasi dasar
sungai, dipilih lokasi yang memerlukan tinggi bendung paling rendah namun
masih sesuai dengan kebutuhan elevasi mercu minimal. elevasi topografis di
kanan dan kiri bagian hulu bendung, untuk menentukan ketersediaan tanggul
penutup alamiah (misal terdapat bukit dikanan kiri bagian hulu bendung) untuk
keperluan tanggul pengaman banjir rancangan sehingga biaya pembangunan dapat
efisien.
Aspek hidrologis lebih mengacu pada pertimbangan potensi inflow dan debit
banjir. Pertimbangan potensi inflow dilakukan dengan bantuan peta topografi
daerah tangkapan hujan untuk memilih lokasi bendung yang mempunyai daerah
tangkapan hujan seluas mungkin sehingga potensi inflow yang didapat akan
semakin besar. Dan juga jika memungkinkan maka dipilih lokasi dihilir
pertemuan anak sungai, hal ini dilakukan untuk meningkatkan potensi inflow.
Tentunya dengan tetap mempertimbangkan aspek topografis. Pertimbangan
potensi banjir dilakukan untuk mengestimasikan dampak dan pengaruh banjir
rancangan yang akan terjadi serta perlakuan dan langkah antisipasi yang dapat
ditempuh.
Aspek geologis menitik beratkan pada daya dukung tanah dan lokasi yang
berada didaerah patahan atau tidak. Dan untuk aspek lingkungan, mengutamakan
pada pemasalahan alih fungsi lahan.
Lokasi bbendung yang direncanakan berada pada aliran parit yang telah
dipotong sehingga menjadi lurus dan memiliki tanggul pengaman pada bagian kiri
dan kanan. Di lokasi ini pula, jika memperhatikan lokasi sekitar, merupakan
daerah yang memiliki inflow tinggi karena daerah sekitar yang masih berbukit.
Dalam pengoperasian bendung skot balok. Pada musim penghujan dimana
volume air parit melimpah maka jumlah skot balok yang dipasang pada bendung
dapat dikurangi agar tidak terjadi luapan. Dari sejumlah 6 skot balok yang ada,

13

dapat juga hanya digunakan 3 buah skot balok. Dengan 3 skot balok ini,
ketinggian air masih dapat menjangkau bangunan intake untuk disadap ke lahan
pertanian. Jika musim kemarau tiba, skot balok dapat dipasang lagi seluruhnya.
Volume air yang mengalir pada parit di musim kemarau tidak terlalu besar namun
tetap ada, sehingga jika skot balok seluruhnya dipasang, dapat memaksimalkan air
sungai yang disadap ke bangunan intake.
Banguan intake dibuat dengan dua variasi. Pertama, bangunan intake dibuat
langsung di badan bendung dan langsung berhadapan dengan parit tanpa adanya
kantong lumpur. Pipa penyadapan pada variasi pertama dipasang langsung pada
bangunan intake. Komponen tambahan pada intake opsi ini adalah di muka intae
dipasang jari-jari untuk menyaring endapan dan sampah yang terbawa arus untuk
mencegah penyumbatan. Gambar teknik untuk variasi pertama dapat dilihat pada
Gambar 7A. Sedangkan variasi kedua adalah, bangunan intake dilengkapi dengan
bangunan kantong lumpur untuk mengendapkan sedimen dan di ujung bangunan
ini terdapat pipa penyadapan menuju reservoir serta saluran penguras. Gambar
teknik untuk variasi kedua dapat dilihat pada Gambar 7C.
Bangunan pelengkap yang terdapat pada bangunan intake baik pada variasi
pertama dan kedua, selain ada kantong lumpur, bangunan penguras dan saluran
pengambilan primer terdapat pula pipa penyadapan yang terhubung dengan
saluran pengambilan primer kecuali pada variasi pertama, pipapenyaluran berada
langsaung pada bangunan intake. Pipa ini akan mengalirkan air dari bendung
menuju lahan pertanian yang sebelumnya akan ditampung pada reservoir.
Penentuan dimensi pipa ini akan memperhitungkan debit parit dan friction head
yang akan diplotkan pada Gambar 1. Nilai friction head adalah beda ketinggian
Antara hulu dan hilir dengan rentang panjang 100 meter. Jarak dari hulu pipa
penyaluran menuju reservoir tepat 100 meter bedasarkan peta kontur yang telah
dibuat. Peta kontur dapat dilihat pada Lampiran 2. Dengan debit parit sebesar 16
lt/dt dan asumsi debit yang mengalir pada bangunan intake sebesar itu pula, maka
jika nilai debit dan friction head ini diplotkan pada Gambar 1, maka akan
menghasilkan nilai diameter pipa yang memenuhi persyaratan yakni sebesar 6 inci.
Perencanaan bendung telah sebaik mungkin mengacu pada ketentuan
dengan berbagai penyesuaian di lapangan sehingga dianggap layak untuk
dibangun. Lokasi bendung pada peta dapat dilihat pada Lampiran 1.

A
DINDING PENAHAN
C:\Users\user\Documents\logo ipb.jpg

SKOT BALOK

JALAN INSPEKSI

B

B
FREE INTAKE

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

GAMBAR 7A:

PIPA PENYALURAN

A

DENAH BENDUNG
POTONGAN B-B

DENAH BENDUNG
SKALA 1:50
SATUAN

JALAN INSPEKSI
CM
PIPA INTAKE

SKOT BALOK

PIPA INTAKE

SKALA 1:50

SKALA

100

160

20

200

1 : 50

20

100

20

150

40

POTONGAN B-B
SKALA 1:50

150

C:\Users\user\Documents\logo ipb.jpg

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DINDING PENAHAN

GAMBAR 7B:

BETON BERTULANG (K 225)
SKOT BALOK BETON
JALAN INSPEKSI
MUKA AIR

40

DETIL SEKOT BALOK
40

POTONGAN A-A BENDUNG

SKALA 1:50

SKALA 1:50

200

SEKOT TAMPAK MUKA

SATUAN

20

SEKOT TAMPAK ATAS

20

20

20

1,5 2,0 1,5

160

20

CM

20

1 : 50

1,5

10

1,5

SKALA

30

1,5 2,01,5

1,5 2,0 1,5

URUGAN PASIR 10 CM

SEKOT TAMPAK SAMPING
SKALA 1:50

20

80

20

POTONGAN A-A
SKALA 1:50

URUGAN TANAH

C:\Users\user\Documents\logo ipb.jpg

DINDING PENAHAN

A

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SKOT BALOK

JALAN INSPEKSI

B

B

GAMBAR 7C:

LAPISAN PENYARING SAMPAH
FREE INTAKE

DENAH BENDUNG
A

POTONGAN B-B BENDUNG

PEMBILAS

KANTONG LUMPUR

50

PENGAMBIL SALURAN PRIMER

PIPA PENYALURAN

DENAH BENDUNG
SKALA 1:50

CM
SKALA

JALAN INSPEKSI
SKOT BALOK

1 : 50

PENGAMBILAN UTAMA

PIPA INTAKE

100

160

20

200

SKALA 1:50

20

20

20

150

40

100

POTONGAN B-B
SKALA 1:50

SATUAN

DINDING PENGARAH RENDAH

150

C:\Users\user\Documents\logo ipb.jpg

DINDING PENAHAN
A

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SKOT BALOK

JALAN INSPEKSI

B

GAMBAR 7D:

B
LAPISAN PENYARING SAMPAH
FREE INTAKE

DENAH BENDUNG
D

POTONGAN C-C

A
PEMBILAS

KANTONG LUMPUR

POTONGAN D-D

50

PENGAMBIL SALURAN PRIMER

C

C

SATUAN

PIPA PENYALURAN

DENAH BENDUNG

DINDING PENGARAH RENDAH

CM

SKALA 1:50
D

SKALA

JALAN INSPEKSI
1 : 50

120

50

DINDING PENGARAH RENDAH

PIPA PENYALURAN 6 INCI
PINTU PENGAMBILAN

TAMPUNGAN SEDIMEN

50

800

POTONGAN C-C
SKALA 1:50

POTONGAN D-D
SKALA 1:50

18

Tabel 2. Rencana Anggaran Biaya Bangunan Bendung

No

Jenis Pekerjaan

Durasi (hari) Harga (ribuan)

Pekerjaan Persiapan
1.1. Pembersihan lahan
1.2. mobilisasi dan demobilisasi

1.

Pekerjaan Tanah
2.1. Galian tanah
Pekerjaan Timbunan

2.
3.

3.1. timbunan
pekerjaan beton
4.1 Lantai muka
4.2 Tubuh bendung
4.3 Bongkaran
4.4 Bekisting
4.5 Pembesian

4

5

Bobot

10
5

500,000 1.1944577
1,000,000 2.3889154

12

1,800,000 4.3000478

6

40,000 0.0955566

12
14
3
6
8

1,200,000
720,000
1,000,000
900,000
10,000,000

2.8666985
1.7200191
2.3889154
2.1500239
23.889154

mei
1

2

0.836

0.358

juni
3

4

5

6

juli
7

8

9

10

11

12

2.389

1.075

2.508

0.717

0.08

0.016

1.433

1.433
0.123

0.86

0.737
0.796

1.593
1.792

0.358
17.92 5.972289

Pekerjaan lain-lain
5.1. Pipa PVC 5 inch
5.2. Papan Nama
5.3. Pembersihan akhir

4
1
3
total (Rp)

24,000,000 57.33397
200,000 0.4777831
500,000 1.1944577
41,860,000

57.33397
0.477783
0.398153

0.7963051

100 3.23 1.43 2.51 0.8 1.45 1.56 0.86 1.53 3.38 18.3 64.18 0.7963
4.66 7.17 7.96 9.41 11 11.8 13.4 16.7 35 99.2
100
7 14 21 28 35 42 49 56 63 70
77
84

19
Reservoir
Desa Leuwisadeng yang digunakan sebagai lokasi penelitian, pada area
persawahannya belum mempunyai satupun bangunan embung (reservoir). Hal ini
dikarenakan proses irigasi didaerah tersebut masih tradisional yakni dengan
langsung meyadap air dari sungai. Kendala sistem tradisional ini adalah jika air
sungai sedang surut, maka air irigasi akan menurun. Pada lahan pertanian di Desa
Leuwiadeng, akan dibangun reservoir untuk menjamin ketersediaan air agar dapat
dipakai sewaktu-waktu.
Bentuk reservoir yang didesain mengikuti pematang sawah dengan
kedalaman sebesar 2 m dan volume yang dibuat diperkirakan mencapai 298 m3.
Luas lahan yang akan dipakai dalam pembangunan reservoir ini sebesar 149 m2.
Komponen yang ada pada bangunan reservoir ini adalah sedimen trap, spill way,
pipa intake dan outlet, serta pipa penguras lumpur untuk bangunan utama dan
sedimen trap. Arah pembuangan lumpur yang mengendap akan dikembalikan lagi
menuju aliran sungai yang berada dekat lokasi reservoir. Dimensi pipa outlet
reservoir sebesar 4 inci dan dimensi pipa penguras sebesar 5 inci.
Pengembangan lokasi embung harus memenuhi persyaratan lokasi dan
persyaratan petani dan kelompok tani seperti ada daerah pertanian lahan kering
yang memerlukan suplesi air irigasi, air tanahnya sangat dalam, bukan lahan
berpasir, Terdapat sumber air yang dapat ditampung baik berupa air hujan, aliran
permukaan dan mata air atau parit atau sungai kecil, Wilayah sebelah atasnya
mempunyai daerah tangkapan air atau wilayah yang mempunyai sumber air untuk
dimasukkan ke embung, seperti mata air, sungai kecil atau parit dan lain
sebagainya.
Pemanfaatan reservoir ini selain untuk irigasi lahan pertanian, juga dapat
digunakan untuk kebutuhan lain seperti untuk kebutuhan peternakan dan
perikanan yang ada di lokasi penelitian. Air yang digunakan untuk keperluan
peternakan adalah untuk minum ternak dan membersihkan kandang. Jenis
peternakan yang ada pada lokasi penelitian adalah peternakan sapi dan kambing
dengan jumlah kandang sebanyak 2 kandang sapi dan 2 kandang kambing.
Sedangkan untuk perikanan, air dibutuhkan untuk mengisi kolam air dan
pergantian isi air di kolam dengan periode tertentu. Jenis ikan yang dibudidayakan
berupa ikan bawal dan ikan gurame. Jumlah kolam ikan yang ada sebanyak 2
kolam dengan dimensi kolam yaitu panjang 10 meter lebar 5 meter dan kedalaman
1,5 meter. Gambar teknik reservoir dapat dilihat pada Gambar 9 dan dan rencana
anggaran biaya ada pada Tabel 3.
Selain menggunakan beton sebagai bahan pembuatan reservoir, juga
digunakan bahan lain sebagai alternatif yakni bahan geotekstil. Bahan geotekstil
adalah bahan yang termasuk kedalam kelas geosintetik yakni mengacu pada
material sintetik yang digunakan dalam permasalahan geoteknik. Material sintetik
merupakan hasil polimerisasi dari industri-industri kimia atau minyak bumi.
Penggunaan bahan sintetik ini berkaitan dengan sifat ketahanan
(durabilitity) material sintetik terhadap senyawa-senyawa kimia, pelapukan,
keausan, sinar ultra violet dan mikroorganisme. Polimer utama yang digunakan
untuk pembuatan geosintetik adalah Polyester (PET), Polyamide (PM),
Polypropylene (PP), dan Polyethylene (PE). Sifat Geotekstil adalah bahan lulus air
dari anyaman (woven) atau tanpa anyaman (non woven) dari benang-benang atau

PIPA OUTLET
PIPA PENGURAS RESERVOIR
B

SPILL WAY
C:\Users\user\Documents\logo ipb.jpg

BAK RESERVOIR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

GAMBAR 9A:

A
A

PIPA PENGURAS SEDIMEN TRAP

DENAH RESERVOIR
INLET RESERVOIR

3D RESERVOIR

B

SEDIMEN TRAP

SATUAN
DENAH RESERVOIR
SKALA 1:50

CM
SKALA
1 : 50

3D RESERVOIR
SKALA 1:50

C:\Users\user\Documents\logo ipb.jpg

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SEDIMEN TRAP
BAK RESERVOIR
20

20

1000
200

20

PIPA PENGURAS SEDIMEN

30

GAMBAR 9B:

90

20

20

URUGAN PASIR
PONDASI BATU KALI

URUGAN TANAH

5

90

POTONGAN A-A RESERVOIR
POTONGAN B-B RESERVOIR

500

500

SATUAN

POTONGAN A-A

CM

SKALA 1:50
SPILL WAY 180 CM

SEDIMEN TRAP

SKALA

BAK RESERVOIR
90

20

800

PIPA PENGURAS SEDIMEN TRAP

250
60

10

60

10

60

20

INLET RESERVOIR

URUGAN TANAH

20

200

PIPA PENGURAS RESERVOIR

PONDASI BATU KALI

POTONGAN B-B
SKALA 1:50

SPILL WAY 160'

SPILL WAY 140'

5

PIPA OUTLET RESERVOIR

1 : 50

URUGAN PASIR

90

20

23

Tabel 3. Rencana Anggaran Biaya Bangunan Reservoir
No

Jenis Pekerjaan

Durasi (hari) Harga (ribuan)

Pekerjaan Persiapan
1.1. Pembersihan lahan
1.2. mobilisasi dan demobilisasi

1.

Pekerjaan Tanah
2.1. Galian tanah
Pekerjaan Timbunan

2.
3.

3.1. timbunan
pekerjaan beton
4.1 Lantai muka
4.2 Bangunan reservoir
4.3 Bongkaran
4.4 Bekisting
4.5 Pembesian

4

5

Bobot

mei
1

5
5

1,000,000 1.2398949
1,000,000 1.2398949

1.24

10

5,000,000 6.1994743

1.24

6

100,000 0.1239895

7
7
3
3
8

1,200,000
720,000
1,000,000
800,000
35,000,000

1.4878738
0.8927243
1.2398949
0.9919159
43.39632

4
1
7

1,000,000 1.2398949
3,832,000 4.7512771
30,000,000 37.196846

juni

2

3

4.34

0.62

4

5

6

7

8

9

1.24

0.124

1.488
0.893
1.24
0.992
5.425

37.97

Pekerjaan lain-lain
5.1. papan nama, pembersihan akhir
5.2. Pipa penguras dan pelimpah pvc 4 inc9 (20m)
5.3 pipa penyaluran 800 m @5 inci
total (Rp)

80,652,000

1.24
4.751
10.63

26.57

100 3.72 4.34 0.74 1.49 0.89 7.66 38 16.6 26.6
8.06 8.8 10.3 11.2 18.8 56.8 73.4 100
7 14 21 28 35 42 49 56 63

10

juli
11

12

20

serat- serat sintetik yang digunakan dalam pekerjaan tanah. Bahan baku material
ini adalah Polypropylene polymer (PP) dan ada juga dari Polyester (PET).
Bahan geotekstil yang kedap air memiliki nama lain adalah geomembran.
Geomembran terbuat dari bahan high density polyethylene (HDPE) yang diproses
secara khusus dengan teknologi tinggi. Material ini merupakan produk
lembaran lapis kedap untuk tempat penampungan segala macam cairan, yang
dikhawatirkan akan merembes atau bocor. Geomembran menyediakan suatu
solusi yang efektif dan efisien untuk lapisan kedap air (water proofing)
pada berbagai aplikasi. Varian produk ini adalah ketebalan 0.5 mm - 3.00 mm.
Sketsa pemasangan geotekstil dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Sketsa Pemasangan Lapisan Geotekstil (kiosgeotextile.com)
Geomembran dapat dipasang pada bangunan reservoir dengan cara
memasangnya pada lahan yang telah digali dan geomembran akan diletakkan pada
bagian atas tanah dan dinding galian tanah. Harga geomembran dipasaran dijual
tiap meter persegi. Banguan reservoir yang dirancang memiliki luas alas 149 m2
dan luas dindingnya sekitar 110 m2 dan total geomembran yang dibutuhkan
sebesar 259 m2. Harga geomembran di pasaran bervariasi namun dengan rata-rata
sekitar Rp 28.000/m2. Jadi, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 7.250.000
diabndingkan dengan biaya beton sebesar Rp 38.720.000 dapat dilihat pada Tabel
3 tentu harga geomembran lebih murah. Harga ini digunakan sebagai pengganti
harga beton belum termasuk pekerjaan galian dan pekerjaan tanah lainnya.
Beton dan geomembran memiliki kelebihan masing-masing sehingga
pemilihan bahan ini dapat ditentukan berdasarkan tingkat kebutuhan dan prioritas
akan ketahanan, kekuatasn dan bentuk reservoir. Rekomendasi untuk pemasangan
geomembran adalah pemasangan harus dilakukan oleh pekerja yang ahli agar
tidak terjadi kebocoran sehingga geomembran dapat kehilangan fungsinya dan
permukaan tanah harus rata terhindar dari bebatuan, genangan air dan vegetasi.

24

Gambar
Bangunan Penangkap Mata Air

Bangunan penangkap mata air adalah bangunan untuk menangkap atau
menampung dan melindungi mata air terhadap pencemaran dan juga dapat
dilengkapi dengan bak penampung. Desa Leuwisadeng dengan lokasi yang
berbukit-bukit memiliki banyak sekali mata air yang tersebar di setiap perbukitan.
Warga sekitar dalam pemanfaatan mata air tersebut hanya dengan mebuat galian
sederhana dan menyambungkan selang untuk menyadap air yang tertampung.
Cara ini sangat tidak efektif karena volume air yang dapat diambil tergantung
besarnya selang dan kemiringan lahan serta kualitas air yang menurun karena
hanya ditampung dilahan tebuka. Untuk itu akan dilakukan perencanaan bangunan
penangkap mata air untuk memanfaatkan air yang sudah ada agar dapat dipakai
warga Desa Leuwisadeng secara optimal.
Persyaratan umum bangunan penampung ini berbentuk tidak mengikat,
disesuaikan dengan topografi lahan. Bangunan penampung diusahakan berbentuk
elips bersudut tumpul atau empat persegi panjang. Pipa keluar (pipa outlet) pada
bak pengumpul dari bangunan ini tidak boleh lebih tinggi dari muka air asli
sebelum dibangun bangunan penampung. Sedangkan ukuran bak penampung mata
air ditentukan berdasarkan debit mata air, besarnya pemakaian dan waktu, asumsi
kebutuhan 30 sampai dengan 60 liter per orang per hari, dan watu pengambilan
adalah 8 sampai 12 jam sehari sesuai dengan Tabel 4.
Tabel 4. Ukuran bak penampung mata air
Pelayanan per
Debit
Debit
orang
< 0,5 lt/dt
0,5-0,8 lt/dt
200 – 300
5 m3
2 m3
3
300 - 500
10 m
10 m3

Debit
0,7-0,8 lt/dt
2 m3
5 m3

Debit
> 0,8 lt/dt
2 m3
2 m3

Desain bangunan penampung tidak berupa tipe gravitasi karena daerah
disekitar mata air tergolong landai. Dalam pemenuhan kebutuhan akan air bersih,
sumber mata air akan dibangun bangunan penangkap mata air agar memudahkan
dalam pemanfaatan. Alokasi pemanfaatan air dari mata air adalah sebagai berikut:
Kebutuhan air per orang di desa: 60 liter/orang/hari
Jumlah orang yang akan dilayani oleh air dari sumber mata air = 100 orang
Kebutuhan air untuk 100 orang yang akan dilayani oleh mata air:

Setelah air ditampung, air dapat dipindahkan ketempat yang lebih tinggi
agar dapat dialirak lebih jauh dengan gravitasi. Untuk menaikkan menuju tempat
lebih tinggi dapat memakai pompa. Setelah diangkat dengan pompa, air yang akan
ditampung lagi dengan torrent dengan kapasitas setengah dari jumlah kebutuhan
air dalam satu hari yakni sebesar 3 m3 atau 3000 liter. Debit mata air sejumlah 1
liter/detik akan dipompa menuju torrent 2 kali dalam satu hari. Dalam satu kali
pemenuhan torrent dilakukan pemompaan selama:
Waktu pengisian
Bak penampung kedua memiliki elevasi lebih tinggi namun memiliki jarak
sejauh 50 meter dari mata air Perbedaan ketinggian mencapai sekitar 18 meter

25
Gambar
dihitung dari elevasi mata air. Selanjutnya juga akan dihitung jenis pompa yang
dibutuhkan. Berdasarkan Tabel 1, dimensi pipa tekan dan hisap yang digunakan
dalam rancangan adalah 25,4 mm (1 inci). Berikutnya akan dihitung nilai Total
Dynamic Head (TDH) sehingga nantinya dengan diketahui nilai TDH dan
besarnya debit air irigasi (Qirigasi), maka dapat diketahui daya pompa yang
dibutuhkan. Berdasarkan kondisi lapangan, tinggi head hisap adalah sebesar 2
meter dan tinggi head tekan adalah sebesar 18 meter. Berikut ini adalah
perhitungan TDH hingga penentuan kebutuhan daya pompa:

Berdasarkan hasil plot debit rencana air yang dipompa pada Diagram Hazen
Williams, diketahui besar headloss gesekan sepanjang pipa dalam setiap 100 kaki
adalah 4 psi. Hasil plot dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Penentuan Dimensi Pipa dengan Diagram Pipa Hazen Williams
(engineeringtoolbox.com)
Untuk mengetahui headloss gesekan sepanjang pipa keseluruhan, maka
perlu dilakukan konversi agar satuan yang dihasilkan sama dengan satuan yang
digunakan sepanjang perhitungan, yaitu SI. Perhitungan headloss gesekan
sepanjang pipa secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

26

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap pipa sepanjang 30.48
meter, headloss gesekan yang dihasilkan sebesar 2.8 meter. Panjang pipa hisap
yaitu 2.2 meter, sehingga headloss gesekan pipa hisap