Inventarisasi Parasit Pada Famili Arcidae Sebagai Dasar Pengelolaan Sumberdaya Kekerangan Di Karangantu Dan Labuan, Banten.

INVENTARISASI PARASIT PADA FAMILI ARCIDAE
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN SUMBERDAYA
KEKERANGAN DI KARANGANTU DAN LABUAN, BANTEN

OTO PRASADI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Inventarisasi Parasit pada
Famili Arcidae sebagai Dasar Pengelolaan Sumberdaya Kekerangan di
Karangantu dan Labuan, Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Oto Prasadi
NRP C251130201

RINGKASAN
OTO PRASADI. Inventarisasi Parasit pada Famili Arcidae sebagai Dasar
Pengelolaan Sumberdaya Kekerangan di Karangantu dan Labuan, Banten.
Dibimbing oleh ISDRADJAD SETYOBUDIANDI, NURLISA A. BUTET dan
SRI NURYATI.
Kekerangan adalah organisme laut yang kosmopolit, mendiami substrat
perairan dan bersifat sedenter, sehingga organisme tersebut sangat rentan
terpengaruh oleh perubahan lingkungan. Di Perairan Indonesia terdapat beberapa
jenis kekerangan. Salah satunya pusat penyebaran dan penangkapan kekerangan
di Indonesia adalah Perairan Karangantu dan Perairan Labuan, Provinsi Banten.
Jenis kekerangan yang dominan di perairan tersebut adalah Famili Arcidae.
Lingkungan perairan yang buruk dapat memicu munculnya parasit, jamur,
bakteri dan virus. Parasit pada organisme akuatik menyebabkan kerugian investasi
dan juga berdampak negatif pada perkembangan budidaya perikanan dan dapat
mengganggu kestabilan stok alam organisme akuatik tersebut. Tingginya

pengaruh antropogenik di Karangantu dan Labuan dapat memperburuk kondisi
biologis kekerangan yang dipicu oleh adanya parasit. Jenis dan tingkat infeksi
pada kekerangan, baik yang disebabkan oleh parasit, jamur, bakteri maupun virus,
belum banyak dilaporkan dari perairan pesisir Banten. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi jenis parasit yang terdapat pada
Famili Arcidae di Perairan Karangantu dan Labuan. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif komparatif dengan teknik survei. Lokasi penelitian
yang dipilih yaitu Perairan Karangantu dan Perairan Labuan, masing-masing dua
stasiun. Setiap stasiun memiliki karakteristik kondisi lingkungan yang berbedabeda, seperti daerah Muara Sungai dan daerah industri. Sampel kerang diambil
dengan metode sapuan menggunakan alat tangkap kerang (garuk). Sampel dari
setiap spesies ditangkap sebanyak 25 individu/stasiun untuk analisis morfologi,
tiga individu/stasiun untuk analisis parasit dan dua individu/stasiun dengan dua
organ yang digunakan yaitu kaki dan mantel untuk analisis histologi.
Potensi sumberdaya kekerangan di Perairan Karangantu yaitu A. granosa
dan A. antiquata, sedangkan di Perairan Labuan yaitu A. granosa, A. scapha dan
B. barbata. Jenis parasit di Perairan Karangantu berjumlah lima jenis yaitu
Microsporidian, Gyrodactylus sp., S. stercoralis, Cirripedia dan Copepoda. Jenis
parasit yang teridentifikasi di Perairan Labuan berjumlah tujuh jenis yaitu
Microsporidian, Mitraspora, C. lanceolata, Gyrodactylus sp., S. stercoralis,
Cirripedia dan Copepoda. Parasit yang mendominasi dari dua perairan tersebut

yaitu Cirripedia. Tiga jenis parasit ditemukan menggunakan metode histologi
yaitu S. stercoralis, Gyrodactylus sp., dan Copepoda pada kaki maupun mantel.
Strategi Pengelolaan yang dapat diterapkan di Perairan Karangantu dan
Labuan dilihat dari kondisi kerang yaitu dengan monitoring status keberadaan
spesies kekerangan, baik keragaman populasi, ukuran maupun jenis parasit dan
kondisi perairan dengan memaksimalkan pengaturan perijinan alih fungsi lahan
dan aktivitas di sekitar perairan serta pengawasaan pembuangan limbah.
Kata kunci: Famili Arcidae, parasit kerang, morfologi kerang, Perairan
Karangantu dan Labuan

SUMMARY
OTO PRASADI. An Inventarization of Parasites in the Family Arcidae as a
Basic on Oyster Resource Management in Karangantu and Labuan, Banten.
Supervised by ISDRADJAD SETYOBUDIANDI, NURLISA A. BUTET dan SRI
NURYATI.
Bivalves are marine organisms inhabiting aquatic substrates. As a
cosmopolit an sedentary organism, the are vulnerable to environmental changes.
The are varieties of bivalves in habit Indonesian coastal waters. Distribution
points and fishing grounds in Indonesia are Karangantu and Labuan, Banten
Province. Bivalve dominating the areas is Family Arcidae.

Fair or bad aquatic environment may drive the prevalent existence of
parasite, fungi, bacteria and virus in the living organisms. Parasites in aquatic
organisms give disadvantage on investment, as well as, marine culture and natural
stock instability. High antropogenic impact in the aquatic environment of
Karangantu and Labuan may harm biological condition of the bivalves. Types and
levels of infection in bivalves of Banten coastal waters by parasites, fungi,
bacteria and virus, have not yet reported. This research was aimed to identifying
types of parasites in Famliy Arcidae in coastal waters of Karangantu and Labuan.
Research method applied was comparative descriptive using survey technique.
Two stations were each selected from Karangantu and Labuan. Each station
occuptes specific characteristics of environmental condition, i.e., downstream of
the river and industrial area. Bivalve samples were caught using swept area
method by garuk. 25 individuals were caught and morphologically analyzed from
each stations, three individuals per station were analyzed for parasites, while two
individuals each two organs, i.e., foot and mantle were histologically analyzed.
There were two dominant spesies in Karangantu, i.e., Anadara granosa and
Anadara antiquata, while in Labuan, there were three dominant spesies, i.e.,
Anadara granosa, Anadara scapha and Barbatia barbata. Five types of parasites
were found in Karangantu, i.e., Microsporidian, Gyrodactylus sp., S. stercoralis,
Cirripedia and Copepoda. In Labuan, there were seven types of parasites found,

i.e., Microsporidian, Mitraspora, C. lanceolata, Gyrodactylus sp., S. stercoralis,
Cirripedia and Copepoda. There were type dominant parasite in Karangantu and
Labuan is Cirripedia. Three types of parasites were found in foot and mantle with
histologically method, i.e., S. stercoralis, Gyrodactylus sp., and Copepoda.
Management strategies are applied in Karangantu and Labuan can from the
condition of bivalves, i.e., monitoring the presence of the bivalves, the diversity of
the population, the size, and types of parasites bivalve and condition of both
coastal waters with maximize permission settings and activity around the coastal
waters as well as the supervision of waste disposal.
Keywords: Family Arcidae, parasites of bivalves, morfology of bivalves,
Karangantu and Labuan coastal waters

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

INVENTARISASI PARASIT PADA FAMILI ARCIDAE
SABAGAI DASAR PENGELOLAAN SUMBERDAYA
KEKERANGAN DI KARANGANTU DAN LABUAN, BANTEN

OTO PRASADI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji luar komisi pembimbing pada ujian tesis: Dr Ir Etty Riani, MS


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 ini ialah
Parasit, dengan judul Inventarisasi Parasit pada Famili Arcidae sebagai Dasar
Pengelolaan Sumberdaya Kekerangan di Karangantu dan Labuan, Banten.
Pelaksanaan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor (IPB) yang telah menyediakan berbagai fasilitas
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
2. Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc selaku Ketua Program Studi SDP untuk tahun studi
2014-2017 yang telah membantu tahapan penyelesaian studi dan penelitian.
3. Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc, Dr Ir Nurlisa A. Butet, MSc dan Dr Sri
Nuryati, SPi, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan
dan masukan kepada Penulis dari tahap awal pelaksanaan penelitian sampai
pada tahap akhir penulisan karya ilmiah ini.
4. Dr Ir Etty Riani, MS selaku dosen penguji dari program studi yang telah

memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan tulisan ini.
5. Seluruh keluarga, terutama kepada ibu, bapak dan adik atas doa dan
dukungan yang tidak pernah putus sehingga tulisan ini berhasil diselesaikan.
6. Seluruh rekan SDP 2012, SDP 2013, SDP 2014 serta teman-teman lainnya
atas dukungan yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2015
Oto Prasadi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Hipotesis

1
1
2
3
3

METODE
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan Penelitian
Alat Tangkap Kerang (Garuk)
Pengambilan Sampel Kerang

Pengambilan Sampel Air
Identifikasi Parasit
Karakteristik Morfologi
Analisis Hubungan Panjang Bobot
Analisis Parasit
Histologi

4
4
6
6
7
7
8
8
9
10
11

HASIL

Analisis Diskriminan
Perhitungan Panjang Bobot
Analisis Parasit Kerang

12
12
15
16

PEMBAHASAN
Kerang dan Lingkungan Perairan
Parasit dan Kerang
Parasit dan Lingkungan Perairan
Karakteristik Parasit Teridentifikasi
Strategi Pengelolaan Sumberdaya Kekerangan

19
19
21
24
26
27

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

29
29
30

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN

34

RIWAYAT HIDUP

42

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Koordinat lokasi pengambilan sampel
Parameter sampel kualitas air
Kriteria prevalensi parasit pada kekerangan
Kriteria intensitas serangan parasit pada kekerangan
Perbandingan nilai statistik panjang cangkang kerang di empat stasiun
dari dua lokasi
6 Perbandingan nilai statistik panjang cangkang kerang di Perairan
Karangantu dan Perairan Labuan
7 Prevalensi, intensitas dan dominasi parasit kerang di Perairan
Karangantu dan Perairan Labuan
8 Indikator parameter aspek ekobiologi dan pemanfaatan kerang di
Perairan Karangantu dan Labuan

6
7
11
11
12
13
19
28

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Lokasi pengambilan sampel di Perairan Karangantu
Lokasi pengambilan sampel di Perairan Labuan
Lokasi pengambilan sampel di Perairan Karangantu dan Labuan
Alat tangkap kerang
Karakteristik morfologi kerang
Grafik fungsi diskriminan karakter morfologi kerang
Grafik fungsi diskriminan karakter morfologi spesies kerang di Perairan
Karangantu dan Perairan Labuan
Hubungan panjang bobot spesies kerang A. granosa
Sebaran jenis parasit kerang berdasarkan tempat penangkapan kerang di
Karangantu dan Labuan
Sebaran jenis parasit kerang berdasarkan spesies kerang yang
tertangkap
Sebaran jenis parasit kerang berdasarkan ukuran kerang yang
tertangkap
Sebaran jenis parasit kerang berdasarkan habitat pada inangnya
Empat spesies kerang yang tertangkap
Cirripedia (Subphylum Crustacea) yang termasuk dalam Phylum
Arthopoda
Jenis parasit

4
5
5
6
9
14
15
15
16
17
17
18
20
23
26

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Analisis karakteristik morfologi (KM) spesies kerang
Parameter kualitas perairan yang diamati di Perairan Karangantu dan
Perairan Labuan
Jenis-jenis parasit yang ditemukan pada spesies kerang di Perairan
Karangantu
Jenis-jenis parasit yang ditemukan pada spesies kerang di Perairan
Labuan
Perhitungan prevalensi, intensitas dan dominasi
Spesies kerang yang tertangkap dengan berbagai ukuran
Jenis-jenis parasit yang ditemukan di Karangantu dan Labuan

34
35
35
36
36
39
40

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Shellfish (kekerangan) merupakan salah satu organisme laut yang rentan
terpengaruh oleh perubahan lingkungan, karena pergerakannya yang bersifat pasif
atau bersifat sedenter. Setiap spesies dari kekerangan memiliki tingkat toleransi
terhadap perubahan lingkungan yang berbeda-beda. Salah satunya yaitu
kekerangan dari Famili Arcidae. Arcidae merupakan bivalvia yang bersifat filter
feeder yang mendiami perairan intertidal dengan substrat lumpur berpasir pada
kedalaman air antara dua sampai 20 m. Bivalvia memiliki peran ekologis dalam
siklus rantai makanan, mempengaruhi struktur komunitas makrozoobentos dan
sebagai bioindikator (Komala et al. 2011)
Arcidae terdiri dari sembilan genus yaitu Arca, Anadara, Bathyarca,
Barbatia, Cucullaea, Litharca, Noetia, Senilia dan Trisidos. Arcidae banyak
dimanfaatkan secara komersial oleh masyarakat sekitar, karena bernilai ekonomi
dan merupakan salah satu sumber protein hewani diantaranya adalah kerang darah
dan kerang bulu (Zahiruddin 1996). Permintaan yang terus meningkat
menyebabkan kerang ini menjadi salah satu target utama dalam penangkapan. Hal
ini menyebabkan harga kerang darah (Anadara granosa Linnaeus, 1758) dan
kerang bulu (Anadara antiquata Linnaeus, 1758) relatif lebih tinggi dibandingkan
jenis kerang lainnya seperti kerang gelatik (Anadara scapha Linnaeus, 1758) dan
kerang mencos (Barbatia barbata Linnaeus, 1758) di daerah perairan sekitar
Teluk Banten dan Teluk Lada.
Penyebaran geografis hewan ini meliputi Red Sea, New Caledonia, China,
Jepang, Vietnam, Thailand, Filipina, Laut China Selatan, Indonesia, Perairan
Pasifik bagian Barat, dan Australia (Nurdin et al. 2006). Menurut Tang et al.
(2009) penyebaran di Perairan Indonesia meliputi Pesisir Sumatera bagian Barat,
Selat Malaka, Pantai Utara Jawa, Pantai Timur Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua. Perairan
Karangantu yang merupakan bagian dari Teluk Banten dan Labuan bagian dari
Teluk Lada merupakan daerah yang potensial bagi perkembangan hidup
kekerangan dari Famili Arcidae. Kekerangan dari Famili Arcidae di Karangantu
maupun Labuan berperan dalam memenuhi kebutuhan sumberdaya kekerangan di
Provinsi Banten, sehingga potensinya perlu ditingkatkan.
Teluk Banten secara geografis berada di Kabupaten Serang, merupakan
perairan semi tertutup yang menghadap Pantai Utara Jawa dengan luas sekitar 120
km2 dengan kedalaman tidak lebih dari 25 m dan memiliki dasar perairan yang
terdiri atas lumpur bercampur pasir pada bagian pesisirnya (Setyobudiandi 2004).
Kegiatan industri yang ada di sekitar perairan diantarannya pabrik plastik, industri
perakitan kapal, industri kerajinan, dan kegiatan antropogenik lainnya. Teluk Lada
secara geografis berada di Kabupaten Pandeglang, merupakan perairan pesisir
yang menghadap ke arah atau merupakan bagian dari Selat Sunda. Selat ini
merupakan selat yang dinamis, karena massa air Laut Jawa bercampur dengan
massa air yang berasal dari Samudera Hindia (Hendarti et al. 2004). Kegiatan
antropogenik di sekitar perairan tersebut diantaranya Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU), perkebunan kelapa, dan pemukiman warga yang dapat berdampak

2
negatif. Salah satu dampak negatif dari kegiatan-kegiatan tersebut akan
menimbulkan agen penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan organisme
akuatik, khususnya yang bersifat sedenter (bivalvia). Salah satu sumber atau agen
penyakit yang akan ditimbulkan yaitu parasit (Jasminandar 2011).
Parasit merupakan suatu mahluk hidup atau organisme yang mengadakan
invasi untuk mendapatkan makanan, tempat tinggal, perlindungan dan kesempatan
untuk berkembangbiak di dalam inangnya dan dapat menginfeksi inangnya. Studi
tentang parasit dan penyakit yang mempengaruhi moluska memiliki nilai ekonomi
yang sangat penting, baik dalam pengelolaan stok alam maupun budidaya, bahkan
dapat membantu untuk mengevaluasi sanitasi untuk konsumsi manusia. Menurut
Boehs et al. (2010) agen biologis utama yang dapat menyebabkan penyakit pada
bivalvia laut umumnya melibatkan virus, bakteri, jamur, protista, trematoda,
polychaeta dan copepoda. Parasit dapat menyebabkan beberapa gangguan, baik
terhadap manusia maupun organisme yang diinvasinya. Parasit yang berdampak
pada manusia (zoonosis) akan mengakibatkan gangguan terhadap sistem
pencernaan, sedangkan dampak terhadap biotanya dapat menurunkan bobot tubuh,
menurunkan ketahanan tubuh dan kualitas, bahkan dapat mengakibatkan kematian,
sehingga mudah terinfeksi oleh patogen lain seperti jamur, bakteri, dan virus
(Rosita 2012).
Penelitian mengenai observasi inventarisasi parasit pada moluska khususnya
dari kelas bivalvia belum banyak dilakukan di Perairan Indonesia, namun telah
banyak dilakukan di berbagai perairan di dunia, seperti studi histopathologi dari
moluska yang terinfeksi Nematopsis sp. di Spanyol (Estevez et al. 1998), parasit
dari tiga spesies bivalvia di Bahia, Brazil (Boehs et al. 2010), studi histopatologi
Crassostrea rhizoporae dari Todos Os, Bahia, Brazil (Nascimento et al. 1986),
observasi oosit Nematopsis sp. pada tujuh spesies dari bivalva, Teluk Thailand
(Tuntiwaranuruk et al. 2004), pengamatan parasit protozoa Nematopsis pada
Penaeus semisulcatus di Chonburi, Thailand (Nunoy et al. 2011) dan penyakit
cangkang dari Pila glabosa di India (Ajesh dan Sreejith 2014).
Parasit pada organisme akuatik dapat mengakibatkan kerugian dan
berdampak negatif terhadap investasi (skala budidaya) dan perkembangan
budidaya perikanan, bahkan dapat mengganggu kestabilan stok alam di suatu
daerah. Suatu organisme yang terserang oleh parasit akan lebih mudah terinfeksi
oleh agen penyakit lainnya seperti jamur, bakteri dan virus, sehingga informasi
mengenai inventarisasi parasit yang masih sedikit pada kekerangan merupakan
langkah awal untuk meminimalisir terjadinya penurunan pada komoditas kerang
baik kerusakan, perubahan struktur populasi bahkan dapat mencegah kematian
pada organisme akuatik. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan pencegahan
dengan melakukan identifikasi sebagai informasi awal. Data mengenai parasit di
suatu perairan seperti inventarisasi perlu diketahui sebagai informasi mengenai
ekologi parasit dan inangnya di perairan.

Perumusan Masalah
Kondisi lingkungan perairan bagi suatu organisme sangatlah penting,
perubahan suatu perairan dari kondisi aslinya, baik yang disebabkan oleh faktor
alami maupun faktor antropogenik akan berdampak pada pertumbuhan suatu

3
organisme, karena akan memicu organisme tertentu yang bersifat negatif untuk
tumbuh dan berkembangbiak, salah satunya yaitu parasit. Parasit merupakan salah
satu sumber atau agen penyakit yang dapat menganggu pertumbuhan organisme
lainnya (inangnnya).
Keberadaan parasit pada suatu organisme akuatik di pengaruhi oleh keadaan
atau kesehatan dari organisme tersebut. Organisme yang terserang oleh parasit
akan lebih mudah terserang oleh agen penyakit lainnya seperti virus, bakteri
maupun jamur. Untuk mengetahui organisme terserang ektoparasit dapat diamati
secara visual keberadaan organisme lain yang menginvasi inangnya dengan
melihat perubahan atau gejala klinis yang terjadi, sedangkan organisme yang
terserang endoparasit sangat jarang disadari karena tidak menunjukkan gejala
klinis eksternal yang jelas, sehingga tidak dapat di ketahui dengan cepat. Infeksi
baru terlihat jika organisme akuatik dibedah dan diamati organ tubuh bagian
dalamnya.
Kondisi
lingkungan
perairan

Identifikasi
dan analisis
parasit

Inventarisasi
parasit

Kesehatan
kerang
Input

Proses

Output

Hasil penelusuran literatur, ternyata belum banyak penelitian mengenai
inventarisasi parasit pada moluska khususnya dari kelas bivalvia di Perairan
Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya observasi mengenai inventarisasi parasit
pada Famili Arcidae sebagai dasar pengelolaan sumberdaya kekerangan di
Perairan Karangantu dan Labuan, Banten.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi jenis
parasit yang terdapat pada famili Arcidae di Perairan Karangantu dan Perairan
Labuan, Banten. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai keberadaan spesies kekerangan dan jenis parasit yang
terdapat pada famili Arcidae di Perairan Karangantu dan Labuan, Banten.

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dari penelitian ini adalah perbedaan lokasi dan
ukuran pada kekerangan dari Famili Arcidae mempengaruhi keberadaan dan jenis
parasit di Perairan Karangantu dan Labuan, Banten.

4

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – April 2015. Lokasi
penelitian di Perairan Karangantu yang berada di Teluk Banten dan Perairan
Labuan yang berada di Teluk Lada. Setiap lokasi terdiri dari dua stasiun seperti
yang disajikan pada Gambar 1, 2 dan 3. Setiap perairan memiliki karakteristik
kondisi lingkungan yang berbeda-beda, seperti kualitas air, substrat dan kegiatan
industri di sekitar perairan. Kegiatan industri dan antropogenik di sekitar Perairan
Karangantu yaitu pabrik plastik, industri perakitan kapal, industri kerajinan dan
Muara Sungai Karangantu. Di Perairan Labuan terdapat Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU), perkebunan kelapa dan Muara Sungai Bama. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif
dengan teknik survei, teknik pengambilan sampel dilakukan berdasarkan
pertimbangan tertentu (purposive sampling). Identifikasi dan analisis di lakukan di
Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan (Proling/MSP),
Laboratorium Biologi Makro (BIMA/MSP), Laboratorium Biologi Mikro
(BIMI/MSP) dan Laboratorium Kesehatan Ikan (LKI/BDP) FPIK IPB. Tabel 1
menunjukkan koordinat lokasi pengambilan sampel di dua perairan.

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel di Perairan Karangantu

5

Gambar 2. Lokasi pengambilan sampel di Perairan Labuan

Gambar 3. Lokasi pengambilan sampel di Perairan Karangantu dan Labuan

6
Tabel 1. Koordinat lokasi pengambilan sampel
Lokasi Sampling
Perairan Karangantu
Perairan Labuan

Stasiun Sampling

Koordinat

Stasiun 1 (Muara)

6001’02.1” S; 106009’56.8” E

Stasiun 2 (Industri)

6000’23.9” S; 106008’12.5” E

Stasiun 3 (PLTU)

6024’04.3” S; 105048’44.5” E

Stasiun 4 (Muara)

6026’05.8” S; 105048’39.0” E

Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan selama penelitian adalah alat tangkap kerang (garuk),
alat bedah, termometer, kertas pH universal, hand refraktosalinometer, mikroskop,
jangka sorong, timbangan digital, botol sampel, coolbox, kertas milimeter blok,
plastik dan buku identifikasi kerang dan parasit. Bahan yang digunakan selama
penelitian adalah spesies kerang, Buffer Netral Formalin 10% (BNF), larutan
fisiologis (NaCl 0,85%), alkohol bertingkat (80, 90, 95 dan 100%), xylol, paraffin
dan Hematoxylin-Eosin (HE).

Alat Tangkap Kerang (Garuk)
Pada prinsipnya alat tangkap kerang (garuk) berbentuk kantong jaring yang
dilengkapi dengan kisi berupa barisan gigi-gigi dari besi yang dipasang di bagian
bawah mulut kantong jaring tersebut. Gambar 4 menunjukkan alat tangkap kerang
yang digunakan pada saat melakukan penangkapan di dua lokasi.

Gambar 4. Alat tangkap kerang: a. Karangantu, b. Labuan (Dokumentasi pribadi).

7
Pada saat operasi, garuk ditarik menyusur di atas dasar perairan seperti
jaring trawl dasar. Gigi-gigi kisi menggaruk kerang yang ada di dasar air,
sebagian akan tergaruk dan masuk ke dalam kantong dan sebagian lainnya lolos
(Nashimoto 1983).

Pengambilan Sampel Kerang
Sampel kerang diambil pada setiap stasiun pengamatan dengan metode
sapuan (Swept Area) menggunakan alat tangkap kerang (garuk). Sampel dari
setiap spesies ditangkap sebanyak 25 individu/stasiun (total 100 individu/spesies)
untuk dilakukan analisis secara morfologi (morfometri dan meristik), tiga
individu/stasiun (total 12 individu/spesies berdasarkan ukuran kecil, sedang dan
besar) untuk analisis parasit dan dua individu/stasiun (total empat
individu/spesies) dengan dua organ yang digunakan yaitu kaki dan mantel untuk
analisis histologi (jumlah tangkapan menyesuaikan dengan potensi setiap spesies
kerang dari setiap lokasi). Sampel yang didapat kemudian disortir, dibersihkan
untuk dilakukan identifikasi dan analisis berdasarkan kebutuhan. Semua spesies
kerang dimasukan dalam kantong plastik serta diberi label, kemudian disimpan
dalam coolbox untuk diidentifikasi lanjut. Dari hasil yang diperoleh kemudian
dicocokkan dengan mengacu pada buku “Compendium of Seashells” (Abbot dan
Dance 1998).

Pengambilan Sampel Air
Pengambilan dan pengukuran kualitas perairan meliputi parameter fisika
(suhu, salinitas, kedalaman dan substrat) dan kimia (pH dan klorin) dari setiap
stasiun dilakukan secara insitu (suhu, salinitas, pH dan kedalaman) dan secara
exsitu (klorin dan substrat) dengan mengacu kepada metode baku APHA 2012.
Tabel 2 menunjukkan parameter kualitas perairan yang diamati dari masingmasing stasiun.
Tabel 2. Parameter sampel kualitas air
No
1.

Parameter
Suhu

Satuan

2.

Salinitas

mg/L

3.
4.
5.
6.

Kedalaman
Substrat
pH
Klorin (Cl2)

m
mg/L

o

C

Metode/Alat
Pemuaian/ Termometer
Refraksi cahaya/
Refraktosalinometer
Handsounder
Pipet (Tekstur 3F)
Visual/Kertas pH
Titrasi/Iodometri

Sumber
APHA, 2012
APHA, 2012
APHA, 2012
APHA, 2012
APHA, 2012
APHA, 2012

8
Identifikasi Parasit
Kekerangan dari Famili Arcidae yang didapat terlebih dahulu
dikelompokkan menjadi tiga individu yang berbeda (berdasarkan perbedaan
ukuran kecil, sedang dan besar). Kemudian pemeriksaan parasit dimulai dengan
mengamati secara visual bagian tubuh kerang untuk memeriksa ada atau tidaknya
parasit yang teramati secara eksternal yaitu dengan mengamati makroinvertebrata
yang menempel pada cangkang kerang dan mengerik bagian cangkang untuk
mengamati mikroinvertebrata, sedangkan secara internal yaitu dengan memeriksa
bagian organ dalam yang akan diamati (mantel dan kaki) secara manual
menggunakan alat bantu mikroskop untuk mengamati makroinvertebrata dan
dengan menggunakan metode histologi untuk mengamati mikroinvertebrata.
Sebelum melakukan pemeriksaan terhadap bagian shell mapun organnya, terlebih
dahulu disiapkan gelas objek, cawan perti dan alat bedah. Untuk pemeriksaan
mikroinvertebrata pada cangkang (shell) dengan cara mengerik bagian cangkang
dari umbo sampai bagian tepi rib radial bawah menggunakan pisau scalpel, baik
pada bagian atas ataupun bawah. Hasil kerikan yang didapat, dioleskan pada gelas
objek, kemudian diteteskan larutan fisiologis secukupnya menggunakan syringe,
lalu ditutup dengan cover glass, sedangkan pemeriksaan untuk mantel dan kaki,
diletakkan pada cawan petri dan diteteskan larutan fisiologis secukupnya
(pengamatan secara manual) dan pembuatan preparat histologi (pengamatan
menggunakan metode histologi). Pengamatan parasit dilakukan menggunakan
mikroskop binokuler dan mikroskop stereo, kemudian dicatat jenis parasit yang
ditemukan pada tabel parasit yang telah disediakan. Jenis parasit yang
teridentifikasi kemudian dicocokkan dengan mengacu pada buku “The Biology of
Animal Parasites” (Noble et al. 1989).
Karakteristik Morfologi
Karakteristik morfologi yang diukur pada kekerangan dari Famili Arcidae
berupa karakter morfometri dan meristik yang meliputi panjang cangkang (P),
tinggi cangkang (T), lebar cangkang (L), panjang ligamen (PL), tinggi umbo (TU),
simetri kanan (SA), simetri kiri (SI), berat total (BT) dan berat daging (BD).
Setiap karakteristik morfologi dari setiap individu (kecuali panjang cangkang),
akan dirasiokan terhadap panjang cangkang (P), sehingga dapat menghindari
diferensiasi yang berkaitan dengan struktur umur pada setiap sampel. Rasio
karakteristik morfologi ini kemudian dianalisis untuk mengetahui rasio mana yang
dapat digunakan sebagai penciri utama setiap spesies Famili Arcidae dari setiap
stasiun. Gambar 5 menunjukkan karakteristik morfologi kerang yang diukur
menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm dan timbangan digital
dengan ketelitian 0,01 gram.

9

Gambar 5. Karakteristik morfologi kerang (Dokumentasi pribadi).
Analisis diskriminan dilakukan untuk mengelompokkan data berdasarkan
variabel-variabel kuantitatif. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
pengelompokkan antara spesies atau untuk mendeskripsikan pola pusat sebaran,
sehingga dapat diketahui hubungan pengelompokkan atau pusat sebaran terhadap
jenis dan jumlah parasit yang teridentifikasi dari setiap daerah berdasarkan
delapan karakter morfologi yang dirasiokan terhadap panjang cangkang. Analisis
diskriminan menggunakan delapan variabel morfologi dari Famili Arcidae yang
berperan sebagai variabel independen secara bersama-sama (simultan) yang
mampu dengan baik membedakan dan memprediksi pola keanekaragaman
morfologi dan populasi dari Famili Arcidae yang didapat di Perairan Karangantu
dan Labuan. Analisis diskriminan dilakukan berdasarkan metode stepwise
menggunakan software SPSS Versi 17 dan Microsoft Excell for windows.

Analisis Hubungan Panjang Bobot
Analisis hubungan panjang bobot dilakukan untuk mengetahui hubungan
panjang bobot dari setiap spesies kekerangan dengan jenis dan jumlah parasit
yang teridentifikasi dari setiap stasiun, karena keberadaan parasit pada suatu
organisme akan mempengaruhi pertumbuhan pada biota yang di infeksinya seperti
bobot tubuh. Perhitungan pola pertumbuhan yang dilakukan pada setiap spesies
dari Famili Arcidae hanya pada spesies dengan jumlah penangkapan yang
memenuhi target dari masing-masing lokasi perairan (dapat mewakili). Model
hubungan panjang bobot mengikuti pola hukum kubik dari dua parameter yang
dianalisis. Asumsi hukum kubik ini adalah bahwa idealnya setiap pertambahan
panjang akan menyebabkan pertambahan berat, sehingga untuk menganalisis
hubungan panjang bobot setiap spesies dari Famili Arcidae yang tertangkap
menggunakan pendugaan sebagai berikut (Smith 1996):
a

b

W adalah bobot total (g), L adalah panjang cangkang (mm), a adalah
intersep, dan b adalah penduga pola pertumbuhan (koefisien regresi) setiap spesies
yang tertangkap dari Famili Arcidae.
Korelasi parameter dari hubungan panjang-bobot dapat dilihat dari nilai
konstanta b, yaitu:

10
Nilai b = 3, menunjukkan pola pertumbuhan isometrik
Nilai b ≠ 3, menunjukkan pola pertumbuhan allometrik:
Jika b>3, pola pertumbuhan allometrik positif (pertumbuhan berat dominan)
Jika b ttabel, maka Tolak H0
thitung < ttabel, maka Gagal Tolak H0, Terima H1
Keeratan hubungan panjang-bobot spesies kekerangan dari Famili Arcidae
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r). Nilai r yang mendekati satu (r>0,7)
menggambarkan hubungan yang erat antar keduanya, sedangkan nilai r yang
mendekati nol atau menjauhi satu (r25-50
>50-75
>75
Sumber : Pusat Karantina Ikan (2005).

Tingkat Serangan
Sehat
Ringan
Sedang
Berat
Sangat Berat

Histologi
Preparat histologi dibuat dengan beberapa tahapan (fiksasi jaringan dan
parafinisasi, pemotongan jaringan dan pewarnaan jaringan menggunakan
hematoxylin-Eosin). Setiap spesies dari setiap lokasi perairan akan dilakukan
pengamatan secara mikroskopis. Sampel organ yang digunakan yaitu mantel dan
kaki. Pemilihan penggunaan dua organ ini selain lebih mudah dibandingkan organ
lainnya yaitu karena mantel merupakan bagian tubuh yang menyelimuti cangkang
pada bagian dalam dan kaki merupakan bagian tubuh yang bergerak aktif dan
merupakan bagian tubuh yang banyak melakukan kontak dengan keadaan di luar
cangkang. Penggunaan metode histologi dalam penelitian ini diperuntukkan untuk
melihat jenis parasit (mikroinvertebrata) yang sulit teramati secara manual pada
bagian tubuh kerang yang terdiri dari mantel dan kaki. Preparat histologi diamati
dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40, 100, 200, 400, dan 600
kali sesuai dengan kejelasan objek (Nascimento et al. 1986).

12

HASIL
Analisis Diskriminan
Spesies kerang yang tertangkap di Perairan Karangantu dan Perairan Labuan
sebanyak empat spesies (Anadara granosa, Anadara antiquata, Anadara scapha
dan Barbatia barbata) dengan jumlah tangkapan yang berbeda-beda. Perbedaan
jumlah dan ukuran tangkapan dari setiap spesies di setiap lokasi disebabkan
karena setiap lokasi pengambilan sampel memiliki karakteristik dan kondisi
lingkungan yang berbeda, seperti kualitas air, substrat dan kegiatan industri.
Stasiun satu cenderung dipengaruhi oleh Muara Sungai Karangantu, stasiun dua
dipengaruhi oleh kegiatan industri seperti pabrik plastik dan industri kerajinan,
stasiun tiga cenderung dipengaruhi oleh kegiatan industri seperti Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan perkebunan kelapa dan stasiun empat
dipengaruhi oleh Muara Sungai Bama. Potensi sumberdaya kekerangan dari setiap
lokasi perairan dapat dilihat dari jumlah tangkapan yaitu 25 individu/stasiun.
Potensi sumberdaya kekerangan di Perairan Karangantu terdiri dari dua spesies
yaitu A. granosa dan A. antiquata, sedangkan di Perairan Labuan terdiri dari tiga
spesies yaitu A. granosa, A. scapha dan B. barbata. Tabel 5 menunjukkan
perbandingan rataan ukuran cangkang kerang dari setiap stasiun.
Tabel 5. Perbandingan nilai statistik panjang cangkang kerang di empat stasiun
dari dua lokasi.
Spesies
A. granosa

A. scapha

B. barbata

A. antiquata

Stasiun
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

Min
24.64
23.94
24.45
28.02
27.93
17.81
18.13
38.69
31.22
33.15
19.43
16.26
33.85
24.45

Max
35.24
38.11
32.5
58.29
32.73
29.86
27.93
42.31
44.01
43.46
52.97
54.56
41
36.92

Mean ± Std
30.23 ± 2.73
30.84 ± 3.18
29.26 ± 1.87
36.33 ± 8. 49
30.33 ± 3.40
23.72 ± 2.87
23.79 ± 2.51
40.34 ± 1.55
38.26 ± 3.29
37.63 ± 2.60
39.75 ± 7.87
41.53 ± 10.14
37.78 ± 2.95
32.50 ± 3.30

N
25
25
25
25
2
25
25
6
1
25
25
25
25
4
12

Spesies yang tertangkap dari dua lokasi yaitu Perairan Karangantu dan
Perairan Labuan memiliki jumlah tangkapan yang berbeda-beda setiap spesiesnya.
Dilihat dari jumlah dan ukuran tangkapan kerang, spesies yang memenuhi target

13
penangkapan yaitu 50 individu/spesies dari setiap lokasi penangkapan, hanya
spesies A. granosa yang jumlah tangkapannya memenuhi target. Menunjukkan
bahwa A. granosa memiliki potensi sumberdaya kekerangan di Provinsi Banten
dan Perairan Labuan memiliki ukuran cangkang terbesar dari spesies A. granosa.
Perbedaan jumlah, ukuran tangkapan dan jenis spesies dari setiap lokasi
disebabkan karena kondisi perairan yang berbeda. Setiap perairan memiliki
karakteristik, kualitas air dan aktivitas manusia disekitar perairan yang berbeda.
Tabel 6 menunjukkan perbandingan rataan ukuran cangkang kerang dari setiap
lokasi perairan.
Tabel 6. Perbandingan nilai statistik panjang cangkang kerang di Perairan
Karangantu dan Perairan Labuan.
Spesies
A. granosa
A. scapha
B. barbata
A. antiquata

Stasiun
KA
L
KA
L
KA
L
KA
L

Min
23.94
24.45
27.93
17.87
38.69
31.22
16.26
24.45

Max
38.11
58.29
32.73
29.87
42.31
44
54.56
41

Mean ± SD
30.53 ± 2.95
32.79 ± 7.05
30.33 ± 3.39
23.76 ± 2.67
40.19 ± 1.48
37.94 ± 2.95
40.64 ± 9.03
33.82 ± 3.91

N
50
50
2
50
7
50
50
16

Berdasarkan hasil perhitungan delapan karakter morfologi (L:P, T:P, PL:P,
TU:P, SA:P, SI:P, BT:P, BD:P), nilai rasio yang dihasilkan, dapat dijadikan
sebagai penciri utama untuk melihat sebaran dari setiap spesies di setiap lokasi.
Hasil analisis diskriminan dari empat spesies yang tertangkap menunjukkan
perbedaan pusat sebaran dari setiap stasiun. Pusat sebaran spesies A. granosa pada
stasiun satu berada pada koordinat (-0.662) stasiun dua (0.662) dengan jumlah
spesies n=7 individu mendekati stasiun satu dan n=6 individu mendekati stasiun
dua. Pusat sebaran A. antiquata pada stasiun satu berada pada koordinat (-0.854)
stasiun dua (0.854) dengan jumlah spesies n=6 individu mendekati stasiun satu
dan n=5 individu mendekati stasiun dua di Perairan Karangantu, sedangkan di
Perairan Labuan pusat sebaran A. granosa pada stasiun tiga berada pada koordinat
(-0.521) stasiun 4 (0.521) dengan jumlah spesies n=6 individu mendekati stasiun
tiga dan n=9 individu mendekati stasiun empat. Pusat sebaran A. scapha pada
stasiun tiga berada pada koordinat (1.109) stasiun empat (-1.109) dengan jumlah
spesies n=3 individu mendekati stasiun tiga dan n=5 individu mendekati stasiun
empat, dan pusat sebaran spesies B. barbata pada stasiun tiga berada pada
koordinat (-0.474) stasiun empat (0.474) dengan jumlah spesies n=9 individu
mendekati stasiun tiga dan n=7 individu yang mendekati stasiun empat. Adanya
kesamaan ciri morfologi antara satu individu dengan individu lainnya pada
masing-masing spesies, menandakan adanya hubungan antara lokasi satu dengan
lokasi lainnya. Gambar 6 menunjukkan sebaran spesies kerang dari setiap stasiun
yang di gambarkan dalam grafik fungsi diskriminan.

14
4

a

4

b

3

2

2
1

0

0
-4

-2

-1 0

2

4

-4

-2

0

2

4

-2

-2
-3
4

c

-4
4

d

3

2

2
1

0
0
-4

-2

-4

-1 0

2

-2

0

2

4

4
-2

-2
-3
3

e

-4

2
1
0
-3

-2

-1

0
-1

1

2

3

Stasiun 1 (a dan b) 3 (c, d dan e)
Stasiun 2 (a dan b) 4 (c, d dan e)
Group Centroid
n=25

-2
-3

Gambar 6. Grafik fungsi diskriminan karakter morfologi kerang a. A. granosa, b.
A. antiquata di Perairan Karangantu dan c. A. granosa, d. A. scapha, e.
B. barbata di Perairan Labuan.
Spesies kekerangan yang tertangkap dari dua lokasi yang berbeda yaitu
Perairan Karangantu dan Perairan Labuan, dilihat dari jumlah tangkapan kerang,
spesies yang memenuhi target penangkapan yaitu hanya A. granosa, sehingga
spesies ini dapat digunakan untuk mengetahui sebaran A. granosa dari setiap
lokasi, apakah ada kesamaan antara Perairan Karangantu dan Perairan Labuan dari
hasil analisis diskriminan.
Berdasarkan hasil analisis diskriminan karakter morfologi A. granosa,
didapatkan perbedaan pusat sebaran di setiap lokasinya. Pusat sebaran A. granosa
di Perairan Karangantu berada pada koordinat (-1.038) dan Perairan Labuan
berada pada koordinat (1.038) dengan jumlah spesies n=9 individu yang
mendekati Perairan Karangantu dan n=8 individu yang mendekati Perairan
Labuan. Adanya kesamaan ciri morfologi pada spesies A. granosa antara
Karangantu dan Labuan. Gambar 7 menunjukkan sebaran A. granosa di
Karangantu dan Labuan yang di gambarkan dalam grafik fungsi diskriminan.

15
Anadara granosa

4
3
2
1
0

-4

-2

-1 0

2

4

-2

Karangantu
Labuan
Group Centroid
n=50

-3
-4

Gambar 7. Grafik fungsi diskriminan karakter morfologi spesies kerang di
Perairan Karangantu dan Perairan Labuan.

Perhitungan Panjang Bobot
Perhitungan hubungan panjang bobot spesies dari Famili Arcidae yang
tertangkap dari dua lokasi dilihat dari jumlah tangkapan kerang, spesies yang
memenuhi target penangkapan yaitu hanya A. granosa dari tiga spesies lainnya
yang dapat dilakukan perhitungan hubungan panjang bobot, karena individu yang
tertangkap dapat mewakili daerah tangkapan. Gambar 8 menunjukkan hubungan
panjang bobot A. granosa di Karangantu dan Labuan yang di gambarkan dalam
grafik.
16

50

a

14

0.0022L2.34

y=
R² = 0.8401

12

b
y = 0.0006L2.7472
R² = 0.9673

40

10

30

8
20

6
4

10

2

n=50

0
0

20

40

n=50

0
60

0

20

40

60

80

Gambar 8. Hubungan panjang bobot spesies kerang A. granosa, (a) Perairan
Karangantu dan (b) Perairan Labuan.
Perhitungan hubungan panjang bobot antara spesies A. granosa dari dua
lokasi penangkapan, nilai koefisiennya memiliki hubungan korelasi yang sangat
erat dari masing-masing perairan, hal ini terlihat dari nilai korelasi yang
mendekati satu dan memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif, dimana
pertumbuhan panjang cangkang lebih cepat dibandingkan dengan bobot totalnya.

16
Analisis Parasit Kerang

Jumlah Parasit (Ind.)

Perbandingan jenis parasit yang teridentifikasi pada kerang dari dua lokasi
(Perairan Karangantu dan Perairan Labuan) memiliki jumlah dan jenis parasit
yang berbeda. Jenis parasit yang ditemukan di Perairan Karangantu berjumlah
lima jenis, sedangkan di Perairan Labuan berjumlah tujuh jenis dengan masingmasing di dominasi oleh Cirripedia. Jenis dari Mitraspora dan C. lanceolata hanya
ditemukan di Perairan Labuan. Jenis parasit yang bersifaat zoonosis pada manusia
yaitu S. stercoralis dan yang merugikan pada kerang yaitu Cirripedia yang
dominan teridentifikasi di Perairan Labuan. Perbedaan jumlah dan jenis parasit
yang teridentifikasi pada spesies kerang dari setiap lokasi disebabkan karena
setiap perairan memiliki karakteristik dan kondisi lingkungan yang berbeda-beda,
seperti kualitas air, substrat dan kegiatan industri di sekitar perairan. Gambar 9
menunjukkan sebaran jenis parasit kerang yang teridentifikasi berdasarkan tempat
penangkapan.
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Karangantu
Labuan

Jenis Parasit

Gambar 9. Sebaran jenis parasit kerang berdasarkan tempat penangkapan kerang
di Karangantu dan Labuan.
Perbandingan jenis parasit yang teridentifikasi berdasarkan empat spesies
kerang yang tertangkap memiliki jumlah dan jenis parasit yang berbeda. Jenis
parasit yang teridentifikasi dari A. granosa terdiri dari enam jenis parasit dengan
di dominasi oleh Cirripedia. A. scapha terdiri dari tiga jenis parasit dengan di
dominasi oleh Microsporidian dan S. stercoralis dengan jumlah individu yang
sama. B. barbata terdiri dari empat jenis parasit dengan di dominasi oleh
Microsporidian, S. stercoralis dan Cirripedia dengan jumlah individu yang sama
dan A. antiquata terdiri dari tujuh jenis parasit dengan di dominasi oleh
Cirripedia. Jenis parasit yang bersifaat zoonosis pada manusia yaitu S. stercoralis
dan yang merugikan kerang yaitu Cirripedia yang dominan teridentifikasi pada
spesies A. granosa dan A. antiquata. Perbedaan jumlah dan jenis parasit yang
teridentifikasi dari setiap spesies kerang disebabkan karena setiap spesies dari
famili Arcidae yang tertangkap memiliki karakteristik morfologi yang berbeda.
Gambar 10 menunjukkan sebaran jenis parasit kerang yang teridentifikasi
berdasarkan spesies kerang yang tertangkap.

Jumlah Parasit (Ind.)

17
12
10
8
6
A. granosa

4

A. scapha

2

B. barbata

0

A. antiquata

Jenis Parasit

Gambar 10. Sebaran jenis parasit kerang berdasarkan spesies kerang yang
tertangkap.

Jumlah Parasit (Ind.)

Perbandingan
jenis
parasit
yang
teridentifikasi
berdasarkan
pengelompokkan cangkang kerang ukuran kecil, sedang dan besar, memiliki
jumlah dan jenis parasit yang berbeda. Jenis parasit yang teridentifikasi dari
ukuran kecil terdiri dari lima jenis parasit dengan di dominasi oleh
Microsporidian, ukuran sedang terdiri dari lima jenis parasit dengan di dominasi
oleh Cirripedia dan ukuran besar terdiri dari enam jenis parasit dengan di
dominasi oleh S. stercoralis. Jenis parasit yang bersifaat zoonosis pada manusia
yaitu S. stercoralis dan yang merugikan kerang yaitu Cirripedia yang dominan
teridentifikasi pada ukuran besar. Perbedaan jumlah dan jenis parasit yang
teridentifikasi dari setiap ukuran disebabkan karena setiap jenis parasit memiliki
kecenderungan menginfeksi berdasarkan ukuran dan kesehatan pada inangnya.
Gambar 11 menunjukkan sebaran jenis parasit kerang yang teridentifikasi
berdasarkan ukuran kerang.
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Kecil
Sedang
Besar

Jenis Parasit

Gambar 11. Sebaran jenis parasit kerang berdasarkan ukuran kerang yang
tertangkap.

18

Jumlah Parasit (Ind.)

Perbandingan jenis parasit yang teridentifikasi pada kerang berdasarkan
tempat parasit ditemukan pada inangnya yaitu ektoparasit maupun endoparasit.
Jenis parasit yang teridentifikasi yang termasuk kedalam golongan ektoparasit
berjumlah enam jenis dengan di dominasi oleh Cirripedia, sedangkan jenis parasit
yang teridentifikasi yang termasuk kedalam golongan endoparasit berjumlah tiga
jenis parasit dengan di dominasi oleh S. stercoralis. Jenis dari Copepoda hanya
ditemukan pada golongan endoparasit. Perbedaan jumlah dan jenis parasit yang
teridentifikasi disebabkan karena setiap jenis parasit yang ditemukan memiliki
kebiasaan atau tempat hidup pada inangnya masing-masing. Gambar 12
menunjukkan sebaran jenis parasit kerang yang teridentifikasi berdasarkan tempat
ditemukan di dalam inangnya.
25
20
15
10
Ektoparasit

5

Endoparasit

0

Jenis Parasit
Gambar 12. Sebaran jenis parasit kekerangan berdasarkan habitat pada inangnya.
Nilai prevalensi pada stasiun satu dan stasiun dua yaitu kategori frequently.
Stasiun tiga kategori frequently dan stasiun empat kategori usually. Nilai
prevalensi di perairan yang dipengaruhi secara vertikal oleh muara (stasiun satu
dan empat) lebih besar dibandingkan dengan perairan yang dipengaruhi kegiatan
industri (stasiun dua dan tiga). Nilai prevalensi di Perairan Karangantu (stasiun
satu dan dua) masuk dalam kategori frequently dan Perairan Labuan (stasiun tiga
dan empat) masuk dalam kategori usually. Tingkat serangan parasit pada stasiun
satu yaitu kategori sedang, stasiun dua yaitu kategori berat, stasiun tiga yaitu
kategori berat dan stasiun empat yaitu kategori sedang. Intensitas serangan parasit
di perairan yang dipengaruhi secara vertikal oleh muara yaitu kategori sedang dan
perairan yang dipengaruhi kegiatan industri yaitu kategori berat. Intensitas
serangan parasit di Perairan Karangantu dan Perairan Labuan yaitu intensitas
serangan parasitnya sedang. Parasit yang mendominasi pada stasiun satu yaitu
Microsporidian dan Cirripedia, stasiun dua yaitu Cirripedia, stasiun tiga yaitu
Strongyloides stercoralis dan stasiun empat yaitu Cirripedia. Jenis parasit yang
mendominasi di perairan yang dipengaruhi secara vertikal oleh muara yaitu
Cirripedia dan Microsporidian dan di perairan yang dipengaruhi kegiatan industri
yaitu Cirripedia dan Strongyloides stercoralis. Jenis parasit yang mendominasi di

19
Perairan Karangantu dan Perairan Labuan yaitu Cirripedia. Tabel 7 menunjukkan
nilai prevalensi, intensitas dan dominasi parasit kerang di setiap lokasi penelitian.
Tabel 7. Prevalensi, Intensitas dan Dominasi parasit kerang di Perairan
Karangantu dan Perairan Labuan.
Karangantu

Labuan

Karangantu

Prevalensi (%)

Labuan

Karangantu

No

Jenis Parasit

1

Microsporidian

27.8

12.5

21.7

25

2

Mitraspora

-

-

-

4.1

3

C. lanceolata

-

-

4.3

12.5

4

Gyrodactylus sp.

4.3

8.3

5

S. stercoralis

22.2

25

39.1

16.7

6

Cirripedia

27.8

50

26.1

33.3

Copepoda
7
Total
Keterangan: S (Stasiun)

11.1

12.5
34.6

4.35

S.1

66.7

S.2

60

64

S.3

68.7

S.4

75

71.9

Intensitas (%)

Labuan

S.1

50

S.2

66.7

S.3

54.5

31.2

Dominasi (%)
S.4

50

30.4

S.1

S.2

11.1

S.3

PEMBAHASAN
Kerang dan Lingkungan Perairan
Status suatu biota disuatu perairan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi
lingkungan perairan di habitatnya. Perubahan kondisi lingkungan di suatu perairan
akan memicu organisme tertentu yang bersifat negatif untuk tumbuh dan
berkembangbiak, salah satunya yaitu agen penyakit berupa parasit yang akan
menganggu pertumbuhan organisme pada inangnya. Kerang merupakan suatu
organisme yang pergerakannya bersifat pasif, sehingga perubahan kondisi
lingkungan perairan yang terjadi akan sangat mempengaruhi terhadap
pertumbuhan kerang. Semua spesies kerang dari Famili Arcidae yang tertangkap
dari dua lokasi yang berbeda yaitu Perairan Karangantu dan Labuan berpotensi
terserang agen penyakit karena kekerangan (bivalvia) bersifat pasif (sedenter) dan
filter feeder. Menurut Jauhari (2006) bivalvia merupakan salah satu organisme
akuatik yang bersifat sedenter dan filter feeder, dimana terjadi proses penyaringan
padatan tersuspensi dan partikel makanan dari air, biasanya dengan melewatkan
air melalui struktur penyaring khusus, sehingga ada kemungkinan organisme yang
bersifat negatif maupun organisme perantara organisme negatif termakan.
Potensi sumberdaya kekerangan dari Famili Arcidae di Perairan Karangantu
yaitu A. granosa dan A. antiquata, sedangkan potensi sumberdaya kekerangan di
Perairan Labuan yaitu A. granosa, A. scapha dan B. barbata. Dilihat dari jumlah
dan ukuran tangkapan kerang, spesies yang berpotensi dari dua perairan (jumlah
penangkapan memenuhi target), hanya spesies A. granosa. Spesies A. granosa
memiliki potensi sumberdaya kekerangan di Provinsi Banten dan Perairan Labuan
(Teluk Lada) merupakan perairan penghasil ukuran cangkang kerang terbesar dari

S.4

29.8

20
spesies A. granosa dengan rataan ukuran panjang ca