Hubungan Kegiatan Intervensi Spesifik Program 1000 Hari Pertama Kehidupan Dengan Status Kesehatan Dan Status Gizi Baduta Di Provinsi Jawa Tengah

HUBUNGAN KEGIATAN INTERVENSI SPESIFIK PROGRAM
1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN DENGAN STATUS
KESEHATAN DAN STATUS GIZI BADUTA
DI PROVINSI JAWA TENGAH

ULFA MAESYA ZULFIA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Kegiatan
Intervensi Spesifik Program 1000 Hari Pertama Kehidupan dengan Status
Kesehatan dan Status Gizi Baduta di Provinsi Jawa Tengah adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Ulfa Maesya Zulfia
NIM I14134002

________________________________
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

ABSTRAK
ULFA MAESYA ZULFIA. Hubungan Kegiatan Intervensi Spesifik Program
1000 Hari Pertama Kehidupan dengan Status Kesehatan dan Status Gizi Baduta di
Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh FAISAL ANWAR.
Gerakan 1000 HPK merupakan suatu upaya perbaikan gizi pada masa
kehamilan sampai anak berusia dua tahun, terdiri dari dua jenis intervensi yaitu

spesifik dan sensitif. Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis hubungan
kegiatan intervensi gizi spesifik pada program 1000 HPK dengan status kesehatan
dan status gizi baduta di Provinsi Jawa Tengah. Desain penelitian adalah cross
sectional study mengikuti desain penelitian Riskesdas (2013) karena seluruh data
dalam penelitian merupakan data Riskesdas (2013). Jenis intervensi spesifik
diantaranya adalah pemeriksaan kehamilan dan suplementasi zat besi untuk ibu
hamil, IMD dan pemeriksaan kesehatan untuk bayi baru lahir, serta ASI eksklusif,
imunisasi, pemberian MP-ASI, suplementasi vitamin A, dan pemantauan
pertumbuhan untuk bayi dan anak. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan
bahwa terdapat hubungan signifikan antara pendidikan ibu dengan pemeriksaan
kesehatan pasca melahirkan, pemberian MP-ASI dengan status kesehatan baduta,
serta imunisasi dan pemantauan pertumbuhan dengan status gizi baduta.
Kata kunci: 1000 HPK, baduta, intervensi spesifik, status gizi, status kesehatan.

ABSTRACT
ULFA MAESYA ZULFIA. The Correlation of Specific Intervention Activities of
First 1000 Days of Life Program with Health Status and Nutritional Status in
Children Under Two Years in Central Java Province. Supervised by FAISAL
ANWAR.
The first 1000 days of life program is the effort of nutrition improvement

on pregnancy stage until children two years old. The program has two types of
intervention, there were specific and sensitive. The objective of this research was
to analyze the correlation between specific intervention activities of first 1000
days of life program with health status and nutritional status in children under
two years old in Central Java Province. Design of this study was cross sectional
reffered the design study of Riskesdas (2013). There were several types of specific
intervention, antenatal care and iron supplementation for pregnant woman, early
initiations of breastfeeding and postnatal care for infant, also exclusive
breastfeeding, immunization, breastfeeding complementary food, vitamin A
supplementation, and growth monitoring for children. The result of Spearman
analysis test showed that there were significant correlation between mother’s
education with postnatal care, breastfeeding complementary food with health
status, also immunization and growth monitoring with nutritional status.
Keywords: children under two years old, first 1000 days of life, health status,
nutritional status, specific interventions.

HUBUNGAN KEGIATAN INTERVENSI SPESIFIK PROGRAM
1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN DENGAN STATUS
KESEHATAN DAN STATUS GIZI BADUTA
DI PROVINSI JAWA TENGAH


ULFA MAESYA ZULFIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Judul Skripsi

Nama
NIM


: Hubungan Kegiatan Intervensi Spesifik Program 1000 Hari
Pertama Kehidupan dengan Status Kesehatan dan Status Gizi
Baduta di Provinsi Jawa Tengah
: Ulfa Maesya Zulfia
: I14134002

Disetujui oleh,

Prof Dr Ir Faisal Anwar MS
Pembimbing

Diketahui oleh,

Dr Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

i


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dalam
bentuk skripsi ini. Penelitian yang dipilih berjudul Hubungan Kegiatan Intervensi
Spesifik Program 1000 Hari Pertama Kehidupan dengan Status Kesehatan dan
Status Gizi Baduta di Provinsi Jawa Tengah dan dilaksanakan selama November
2015 sampai Februari 2016 di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan
dukungan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS selaku dosen pembimbing akademik sekaligus
dosen pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan ilmu dan
membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pemandu seminar sekaligus
dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan demi
penyempurnaan penulisan skripsi ini.
3. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)
Kemenkes RI yang telah memberikan izin kepada penulis sehingga dapat
menggunakan data hasil penelitian Riskesdas tahun 2013.

4. Ayah (H. Moch Amin Ismail), Ibu (Hj. Euis Aisyah, S.Pd, M.M.Pd), Adik
(Tsani May Sharah), dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan
motivasi dan mendoakan agar penyelesaian pendidikan dan skripsi ini
diberikan kelancaran.
5. Rulia Ramaita S, Dwi Astuti, Masayu Nur Ulfa, dan Rifani Nabila selaku
pembahas seminar atas saran dan koreksinya.
6. Teman-teman seperjuangan Nurul Hikmah, Fitrianisa Tiaranti, Nurzakiah
Ulfah, Tia Rindjani, Meiliana Hanrizon, Syska Dita Violeta, dan Utari
Diahningtias yang sama-sama berasal dari D3 Manajemen Industri Jasa
Makanan dan Gizi IPB.
7. Ika Yunivera, Rakian Nuzulia Utami, Annisa Maulida, Isra Maretfa, Wahyu
Laila, Nunis Retia Mustika, Gusti Warni, Rinda Damayanti, dan Dinur Winda
PM yang telah menjadi teman diskusi selama penulisan skripsi ini.
8. Keluarga besar Alih Jenis Gizi Masyarakat angkatan 7 atas kebersamaan dan
dukungannya selama perkuliahan.
9. Seluruh staff Departemen Gizi Masyarakat yang telah membantu
terlaksananya penelitian dan penyusunan skripsi ini.
10. Alih Jenis GM angkatan 6 dan 8 serta GM 49 dan pihak-pihak terkait yang
tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu atas segala dukungannya.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat. Terimakasih.


Bogor, Maret 2016

Ulfa Maesya Zulfia

iii

DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................................. 2
Manfaat Penelitian ............................................................................................... 3
KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................... 3
METODE ................................................................................................................ 5
Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ............................................................... 5

Jumlah dan Teknik Penarikan Sampel ................................................................ 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................................................... 6
Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................. 7
Definisi Operasional ............................................................................................ 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 11
Karakteristik Keluarga ...................................................................................... 11
Karakteristik Sampel ......................................................................................... 13
Status Kesehatan ................................................................................................ 14
Status Gizi ......................................................................................................... 17
Intervensi Spesifik Program 1000 HPK ............................................................ 19
Pemeriksaan kehamilan ................................................................................. 19
Suplementasi zat besi (Fe) ............................................................................. 21
Inisiasi menyusu dini (IMD) .......................................................................... 22
Pemeriksaan kesehatan .................................................................................. 23
ASI eksklusif.................................................................................................. 27
Imunisasi ........................................................................................................ 30
Pemberian MP-ASI ........................................................................................ 32
Suplementasi vitamin A ................................................................................. 34
Pemantauan pertumbuhan .............................................................................. 35
Uji Hubungan Antar Variabel ........................................................................... 36

Hubungan pendidikan ibu dengan kegiatan intervensi spesifik
program 1000 hari pertama kehidupan .......................................................... 36
Hubungan kegiatan intervensi spesifik program 1000 hari pertama
kehidupan dengan status kesehatan ............................................................... 37
Hubungan kegiatan intervensi spesifik program 1000 hari pertama
kehidupan dengan status gizi ......................................................................... 38
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 39
Simpulan ............................................................................................................ 39
Saran .................................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41
LAMPIRAN .......................................................................................................... 45
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 46

iv

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Jenis dan cara pengumpulan data
Pengkategorian variabel penelitian
Sebaran karakteristik keluarga
Sebaran karakteristik sampel
Sebaran status kesehatan sampel
Sebaran jenis penyakit infeksi
Sebaran status gizi sampel
Sebaran pemeriksaan kehamilan
Sebaran konsumsi tablet besi
Sebaran pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD)
Sebaran riwayat persalinan
Sebaran pemeriksaan postnatal
Sebaran pemberian kolostrum
Sebaran status pemberian ASI
Sebaran waktu pemberian ASI pertama kali dan pemberian makanan
prelakteal
Sebaran status imunisasi
Sebaran umur pemberian MP-ASI
Sebaran suplementasi vitamin A
Sebaran pemantauan pertumbuhan
Hubungan pendidikan ibu dengan kegiatan intervensi spesifik
Hubungan kegiatan intervensi spesifik dengan status kesehatan baduta
Hubungan kegiatan intervensi spesifik dengan status gizi (TB/U) baduta

6
8
11
13
14
15
17
19
22
23
24
25
28
28
29
30
33
34
35
36
37
38

DAFTAR GAMBAR
1

2

Kerangka pemikiran hubungan kegiatan intervensi spesifik program 1000 hari
pertama kehidupan dengan status kesehatan dan status gizi baduta di Provinsi
Jawa Tengah
4
Alur proses cleaning data
5

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Sebaran pemeriksaan kehamilan sampel tiap trimester
Sebaran postnatal care ibu dan anak tiap waktu kunjungan
Sebaran tiap jenis imunisasi sampel

45
45
45

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama
atau investasi dalam pembangunan. Upaya peningkatan kesehatan dan kualitas
hidup masyarakat yang dilakukan antara lain adalah perbaikan gizi yang juga
menjadi sasaran pembangunan dalam bidang pangan dan gizi. Investasi dalam
bidang gizi dapat membantu memutus lingkaran kemiskinan dan meningkatkan
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) hingga 2-3% per tahun (RANPG
2006-2010). Fokus dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan tersebut salah
satunya adalah pada kelompok 1000 hari awal kehidupan melalui suatu program
yang dalam skala global dikenal dengan program Scalling Up Nutrition (SUN)
Movement. Di Indonesia program tersebut lebih dikenal dengan Gerakan Nasional
Sadar Gizi dalam Rangka Percepatan Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan atau disingkat Gerakan 1000 HPK (Bappenas 2012).
Menurut Hadiat (2013), perbaikan gizi pada kelompok 1000 HPK akan
menunjang proses tumbuh kembang janin, bayi, dan anak sampai usia dua tahun.
Selama dalam kandungan, janin mengalami suatu periode kritis dimana sebagian
besar organ dan sistem tubuhnya bersifat plastis dan sensitif terhadap
lingkungannya. Plastisitas ini tidak hanya untuk keadaan kekurangan gizi, tetapi
mencakup semua rentang lingkungan termasuk lingkungan dengan keadaan gizi
yang berlebihan. Respon janin terhadap perubahan gizi ibu menyebabkan bayi
membutuhkan lingkungan luar yang sama dengan saat dalam kandungan. Apabila
lingkungan pasca-salin berbeda, maka akan terjadi suatu ketidaksesuaian antara
apa yang sudah dipersiapkan oleh janin selama dalam kandungan untuk
menghadapi lingkungan luar. Hal tersebut akan meningkatkan risiko terjadinya
penyakit tidak menular (Cleal et al. 2007).
Setelah lahir otak tetap akan mengalami perkembangan fungsi, pada masa 0
– 2 tahun terjadi puncak perkembangan fungsi melihat, mendengar, berbahasa,
serta fungsi kognitif lainnya dan setelah usia lebih dari dua tahun perkembangan
fungsi-fungsi kognitif tersebut menurun diiringi dengan penurunan kebutuhan
energi dan zat gizi per kilogram berat badan anak (Thompson dan Nelson 2001).
Gangguan gizi pada masa janin dan usia dini akan memberikan dampak permanen
sampai dewasa, dan dapat diekspresikan juga dengan tubuh pendek serta
kemampuan kognitif yang rendah sehingga akan berdampak pada penurunan
kualitas hidup yang mempengaruhi tingkat ekonomi dan kesejahteraan keluarga
(Bappenas 2012). Selain itu, keadaan ini juga bisa menggiring pada siklus
penyakit yang bersifat multi-generasi atau diturunkan pada generasi-generasi
berikutnya. Bayi pendek kelak saat dewasa akan menjadi orang tua yang
menyediakan kehidupan baru bagi anaknya, ibu bertugas untuk menyediakan zat
gizi sedangkan ayah bertugas untuk mendonasikan gen, apabila kedua hal ini tidak
optimal maka akan berdampak kurang optimal juga bagi pertumbuhan serta
perkembangan bayinya dan kejadian ini akan terus berulang (Achadi 2014).
Gerakan 1000 HPK memiliki dua jenis intervensi yaitu intervensi gizi
spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi baik spesifik maupun sensitif
keduanya saling melengkapi, tidak dapat berjalan sendiri-sendiri dan juga

2
merupakan upaya bersama (collaborative efforts) antara pemerintah dan
masyarakat. Implementasi kedua intervensi tersebut secara baik akan berdampak
baik pula pada perbaikan status gizi. Intervensi gizi spesifik ditujukan untuk
perbaikan masalah gizi dalam jangka waktu pendek sehingga penyelesaiannya
adalah pada penyebab langsung terjadinya masalah gizi. Kegiatan intervensi ini
dilakukan pada kelompok sasaran yang diklasifikasikan menjadi ibu hamil, bayi
baru lahir, serta bayi dan anak. Intervensi gizi spesifik merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang cukup cost effective untuk mengatasi masalah gizi, khususnya
stunting. Intervensi ini telah banyak dilakukan, namun cakupan dan kualitasnya
masih rendah dan berbeda-beda pada setiap daerah di Indonesia (Bappenas 2012).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, Jawa Tengah
merupakan salah satu provinsi dengan implementasi program yang cukup baik,
dapat dilihat salah satunya dari persentase cakupan pelayanan kesehatan balita
yang mencapai target Renstra 2013 yaitu sebesar 83.07%. Cakupan pelayanan
kesehatan merupakan salah satu indikator dalam upaya yang dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan. Akan tetapi, Jawa
Tengah masih termasuk salah satu provinsi yang memiliki prevalensi balita
stunting tinggi berdasarkan standar WHO (2010), meskipun masih lebih rendah
daripada rata-rata nasional Indonesia, yaitu sebesar 36.7%.
Keberhasilan gerakan 1000 HPK dalam bidang pembangunan memang tidak
dapat dilihat secara langsung, akan tetapi setidaknya dapat memperbaiki status
gizi anak itu sendiri selama dalam periode tersebut (0 - 23 bulan). Oleh karena itu,
menjadi penting untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan intervensi gizi spesifik
yang dilakukan sudah terlaksana dengan baik dan apakah kegiatan-kegiatan
tersebut memiliki hubungan signifikan dengan status kesehatan dan status gizi
baduta khususnya di Provinsi Jawa Tengah.

Tujuan
Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kegiatan
intervensi gizi spesifik pada program 1000 Hari Pertama Kehidupan dengan status
kesehatan dan status gizi baduta di Provinsi Jawa Tengah.
Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini berdasarkan tujuan umum yang telah diuraikan
adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga dan karakteristik baduta.
2. Mengidentifikasi status kesehatan dan status gizi baduta.
3. Menganalisis kegiatan intervensi gizi spesifik program 1000 Hari Pertama
Kehidupan.
4. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga (pendidikan ibu) dengan
kegiatan intervensi gizi spesifik.
5. Menganalisis hubungan kegiatan intervensi gizi spesifik dengan status
kesehatan baduta.
6. Menganalisis hubungan kegiatan intervensi gizi spesifik dengan status gizi
baduta.

3
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tolak ukur sekaligus
bahan evaluasi atas kegiatan pembelajaran yang telah dijalani oleh peneliti. Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai
gerakan 1000 HPK yang saat ini tengah gencar dilakukan dan juga diharapkan
dapat menjadi salah satu acuan bagi berbagai pihak yang terlibat dalam gerakan
1000 HPK untuk melihat jenis kegiatan intervensi spesifik apa yang sudah baik
dilakukan dan jenis intervensi apa yang perlu diperbaiki dalam implementasinya.

KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan kerangka pikir penyebab masalah gizi yang dikeluarkan oleh
UNICEF (1990), faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi terbagi menjadi
tiga bagian yaitu penyebab langsung, penyebab tidak langsung, dan akar masalah.
Gerakan 1000 HPK mendorong perbaikan masalah gizi pada semua faktor
tersebut. Gerakan 1000 HPK dengan kedua jenis intervensi gizinya ditargetkan
untuk memperbaiki masalah gizi pada faktor yang berbeda. Intervensi gizi
spesifik merupakan intervensi yang secara langsung dapat mempengaruhi status
gizi sehingga ditujukan untuk perbaikan gizi dalam jangka pendek. Sasaran
intervensi spesifik ini adalah pada penyebab langsung terjadinya masalah gizi.
Sedangkan intervensi gizi sensitif merupakan kegiatan multisektoral karena
merupakan upaya perbaikan dalam bidang-bidang dasar atau akar terjadinya
masalah gizi sehingga intervensi ini ditujukan untuk pemecahan masalah gizi
dalam jangka panjang (Bappenas 2012).
Masalah gizi merupakan masalah yang kompleks karena berisiko untuk
diturunkan kepada generasi berikutnya dan hal tersebut akan terus berulang,
sehingga perbaikannya harus benar-benar tuntas. Status gizi seseorang, seperti
telah diuraikan sebelumnya dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Akan tetapi,
seorang anak khususnya baduta yang belum bisa melakukan apa-apa memiliki
faktor lain yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi keadaan tubuhnya.
Faktor tersebut adalah karakteristik orang tua atau keluarga dan karakteristik
baduta itu sendiri. Faktor orang tua disini berperan sangat penting, karena baduta
masih sangat tergantung kepada mereka. Karakteristik orang tua tersebut
diantaranya ialah usia, pendidikan, dan pekerjaan. Sedangkan karakteristik baduta
yaitu usia dan jenis kelamin.
Upaya-upaya dalam rangka perbaikan gizi pada kelompok 1000 HPK telah
banyak dilakukan oleh Pemerintah melalui kedua jenis intervensi tersebut. Akan
tetapi, dalam pelaksanaannya di lapangan masih banyak kendala yang ditemui
sehingga tidak semua intervensi dapat diberikan dengan baik kepada masyarakat.
Hasil intervensi yang telah dilakukan dapat dilihat salah satunya pada Laporan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dipublikasikan setiap tiga tahun sekali
dengan laporan terbarunya ialah Laporan Riskesdas tahun 2013. Berdasarkan hasil
uraian diatas, kerangka pemikiran penelitian yang dapat dikemukakan adalah
seperti terdapat pada Gambar 1.

4
Karakteristik baduta:
 Usia
 Jenis kelamin

Karakteristik keluarga:
 Usia orang tua
 Pendidikan orang tua
 Pekerjaan orang tua

Intervensi gizi spesifik
Ibu hamil:
 Pemeriksaan kehamilan
 Suplementasi zat besi (TTD)
Bayi baru lahir:
 Inisiasi menyusu dini (IMD)
 Pemeriksaan kesehatan
Bayi dan anak:
 ASI eksklusif
 Imunisasi
 Pemberian MP-ASI
 Suplementasi vitamin A
 Pemantauan pertumbuhan













Status kesehatan

Intervensi gizi sensitif
Penyediaan air minum dan
sanitasi yang layak
Keluarga berencana
Jaminan kesehatan
masyarakat
Jaminan persalinan universal
Program beras miskin
Fortifikasi
Pendidikan gizi masyarakat
Kawasan bebas rokok
Wajib belajar 9 tahun
PMT-AS
Promosi gizi seimbang dan
aktivitas fisik, dsb.

Status gizi baduta
(TB/U)

Keterangan:
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang diteliti
= hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan kegiatan intervensi spesifik program
1000 hari pertama kehidupan dengan status kesehatan dan status gizi
baduta di Provinsi Jawa Tengah

5

METODE
Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada desain penelitian
Riskesdas (2013) yaitu cross sectional study mengingat data dalam penelitian ini
seluruhnya menggunakan data sekunder dari hasil survei skala nasional Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang dilaksanakan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Pengumpulan data dilakukan oleh tim Riskesdas dari bulan Mei hingga
Juli 2013 di 33 Provinsi dan 497 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
Permintaan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data penelitian dilaksanakan
pada bulan November 2015 hingga Februari 2016 di Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor-Jawa
Barat.

Jumlah dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah seluruh rumah tangga yang memiliki
baduta dan menjadi sampel penelitian Riskesdas (2013) di Provinsi Jawa Tengah.
Provinsi Jawa Tengah dipilih sebagai lokasi penelitian secara purposive. Jawa
Tengah memiliki 35 Kabupaten/Kota dengan jumlah RT dan ART yang berhasil
diwawancarai sebanyak 99.29% dan 91.09%. Sampel yang kemudian digunakan
dalam penelitian adalah yang memenuhi kriteria inklusi yang ditetapkan yaitu
rumah tangga yang memiliki anak berusia 6 – 23 bulan, anak tidak BBLR, dan
memiliki data lengkap sesuai dengan variabel penelitian. Alur cleaning data
sehingga didapatkan sampel yang siap dianalisis dapat dilihat pada Gambar 2.
Jumlah sampel awal (baduta sampel
Riskesdas di Jawa Tengah): 1 625









Proses cleaning data:
Usia 6 – 23 bulan: 400
Tidak ada data BB dan PB: 122
Tidak ada data IMD: 46
Tidak ada data BB dan PB lahir: 321
Bayi BBLR: 21
Tidak ada data ASI dan MP-ASI: 179
Tidak ada data imunisasi: 116
Jumlah sampel yang dianalisis: 321
Gambar 2 Alur proses cleaning data

6
Jumlah sampel yang digunakan untuk analisis setelah cleaning data adalah
321 rumah tangga atau 19.8% dari total populasi. Sampel tersebut kemudian
terbagi menjadi dua berdasarkan daerah tempat tinggal mengacu pada Riskesdas
(2013), yaitu 54.5% atau 175 di perkotaan dan 45.5% atau 146 di perdesaan.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya berupa data
sekunder dengan penelitian induk Riskesdas (2013). Data diperoleh dalam bentuk
electronic files dari Balitbangkes Kemenkes RI. Pengumpulan data Riskesdas
(2013) dilakukan melalui wawancara, pengamatan, dan pengukuran langsung
serta pengisian kuesioner oleh tim Riskesdas dari Balitbangkes, Kemenkes RI.
Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data yang berhubungan dengan
variabel penelitian yang ditetapkan, yaitu karakteristik keluarga, karakteristik
baduta, status kesehatan baduta, status gizi baduta, pemeriksaan kehamilan,
suplementasi zat besi, pelaksanaan IMD, pemeriksaan kesehatan pasca
melahirkan, ASI eksklusif, imunisasi, pemberian MP-ASI, suplementasi vitamin
A, dan pemantauan pertumbuhan. Jenis variabel data yang digunakan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
No

Variabel

1.

Karakteristik keluarga

2.

 Usia orang tua
 Pendidikan orang tua
 Pekerjaan orang tua
Karakteristik baduta

3.

 Jenis kelamin
 Usia
Tipe daerah tempat tinggal

4.

 Perdesaan
 Perkotaan
Status kesehatan baduta

5.

 Riwayat ISPA
 Riwayat Diare
 Riwayat Pneumonia
 Riwayat TB Paru
 Riwayat Hepatitis
Status gizi baduta
 Berat badan
 Tinggi/panjang badan

Sumber data yang
digunakan
Kuesioner Riskesdas
(RKD13. RT)
Blok IV No. 7
Blok IV No. 8
Blok IV No. 9 dan 10
Kuesioner Riskesdas
(RKD13. RT)
Blok IV No. 4
Blok IV No. 7
Kuesioner Riskesdas
(RKD13. RT)
Blok I

Cara pengumpulan
data
Wawancara dan
kuesioner

Kuesioner Riskesdas
(RKD13. IND)
Blok A No. A01 - A02
Blok A No. A03 - A05
Blok A No. A06 - A08
Blok A No. A16 - A20
Blok A No. A21 - A23
Kuesioner Riskesdas
(RKD13. IND)
Blok K No. K01
Blok K No. K02

Wawancara dan
kuesioner

Wawancara dan
kuesioner

Observasi

Pengukuran
langsung

7
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data (Lanjutan)
No
6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Sumber data yang
digunakan
Intervensi gizi spesifik ibu hamil
Pemeriksaan kehamilan
Kuesioner Riskesdas
(RKD13. IND)
Blok Ic No. Ic08 - Ic13
 Riwayat pemeriksaan
kehamilan
Suplementasi zat besi
Kuesioner Riskesdas
(RKD13. IND)
Blok Ic No. Ic14 - Ic15
Intervensi gizi spesifik bayi baru lahir
Inisiasi menyusu dini (IMD) Kuesioner Riskesdas
(RKD13. IND)
Blok Jb No. Jb01 - Jb03
Pemeriksaan kesehatan
Kuesioner Riskesdas
(RKD13. IND)
Blok Ic No. Ic20 - Ic23
 Riwayat persalinan
Blok Ic No. Ic24
 Kunjungan nifas
 Riwayat komplikasi selama Blok Ic No. Ic30
kehamilan, persalinan, dan
nifas
Blok Ja No. Ja01 - Ja04
 Berat bayi saat lahir
 Kunjungan neonatus
Blok Ja No. Ja06 - Ja09
 Kejadian sakit saat usia 0 – Blok Ja No. Ja10 - Ja12
28 hari
Intervensi gizi spesifik bayi dan anak
ASI eksklusif
Kuesioner Riskesdas
(RKD13. IND)
Blok Jb No. Jb04 – Jb07
Imunisasi
Kuesioner Riskesdas
(RKD13. IND)
Blok Ja No. Ja14 dan
Ja20 – Ja22
Pemberian MP-ASI
Kuesioner Riskesdas
(RKD13. IND)
Blok Jb No. Jb08 – Jb12
Suplementasi vitamin A
Kuesioner Riskesdas
(RKD13. IND)
Blok J No. Ja27
Pemantauan pertumbuhan
Kuesioner Riskesdas
(RKD13. IND)
Blok J No. Ja24 – Ja26
Variabel

Cara pengumpulan
data
Wawancara dan
kuesioner

Wawancara dan
kuesioner

Wawancara dan
kuesioner
Wawancara dan
kuesioner

Wawancara dan
kuesioner
Wawancara dan
kuesioner

Wawancara dan
kuesioner
Wawancara dan
kuesioner
Wawancara dan
kuesioner

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah didapatkan kemudian diolah dan dianalisis dengan
menggunakan software IBM SPSS Statistics version 20 for windows. Proses
pengolahan data meliputi cleaning, coding, dan analyzing. Cleaning dilakukan
untuk melihat kesesuaian data dengan kriteria inklusi yang ditetapkan. Setelah itu,

8
kemudian dilakukan pengkategorian variabel secara lebih spesifik (coding).
Kategori tiap-tiap variabel penelitian secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian
No
1.

Variabel
Usia orang tua

2.

Pendidikan
orang tua

3.

Pekerjaan orang
tua

4.

Jenis kelamin

5.

Usia baduta

6.

Tipe
daerah
tempat tinggal
Status kesehatan

7.
8.

Status gizi
a. BB/U

b. TB/U

c. BB/TB

1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.

Kategori
16 - 18 tahun
19 - 29 tahun
30 - 49 tahun
50 – 64 tahun
65 – 80 tahun
Tidak sekolah/tidak tamat SD
Tamat SD/sederajat
Tamat SMP/sederajat
Tamat SMA/sederajat
Tamat Perguruan Tinggi
Tidak bekerja
PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD
Pegawai swasta
Wiraswasta
Petani
Nelayan
Buruh
Lainnya
Laki-laki
Perempuan
6 – 12 bulan
13 – 23 bulan
Perkotaan
Perdesaan
Sehat
Tidak sehat

1. Gizi buruk
(z-score < -3 SD)
2. Gizi kurang
(z-score ≥ -3 SD s.d < -2 SD)
3. Gizi baik
(z-score ≥ -2 SD)
1. Sangat pendek
(z-score < -3 SD)
2. Pendek
(z-score ≥ -3 SD s.d < -2 SD)
3. Normal
(z-score ≥ -2 SD)
1. Sangat kurus
(z-score < -3 SD)
2. Kurus
(z-score ≥ -3 SD s.d < -2 SD)
3. Normal
(z-score ≥ -2 SD s.d ≤ 2 SD)
4. Gemuk
(z-score > 2 SD)

Acuan
AKG 2013

UU RI No. 20
Tahun 2003

Riskesdas 2013

Riskesdas 2013
Ketentuan
peneliti
Riskesdas 2013
Ketentuan
peneliti
Riskesdas 2013

Riskesdas 2013

Riskesdas 2013

9
Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian (Lanjutan)
No

Variabel

9.

Pemeriksaan
kehamilan
(antenatal care)
Suplementasi zat
besi

10.

11.
12.

14.
15.

16.
17.

18.

Kategori
Intervensi gizi spesifik ibu hamil
1. Sesuai
2. Tidak sesuai

1. Tidak mengonsumsi TTD
2. Cukup
3. Kurang
4. Tidak tahu
Intervensi gizi spesifik bayi baru lahir
Inisiasi menyusu
1. Ya
dini (IMD)
2. Tidak
Pemeriksaan
1. Sesuai
kesehatan
2. Tidak sesuai
(postnatal care)
Intervensi gizi spesifik bayi dan anak
ASI eksklusif
1. Ya
2. Tidak
Imunisasi
1. Lengkap
2. Belum lengkap
3. Tidak lengkap
Pemberian MP1. Usia bayi ≥ 6 bulan
ASI
2. Usia bayi < 6 bulan
Suplementasi
1. Ya
vitamin A
2. Belum cukup umur
3. Tidak
4. Tidak tahu
Pemantauan
1. Sesuai
pertumbuhan
2. Tidak sesuai
3. Tidak tahu

Acuan
Ketentuan
peneliti
Ketentuan
peneliti

Riskesdas 2013
Ketentuan
peneliti

Riskesdas 2013
Riskesdas 2013

Riskesdas 2013
Riskesdas 2013

Ketentuan
peneliti

Setelah semua variabel dikategorikan, selanjutnya dilakukan analisis dengan
menggunakan uji statistik deskriptif dan inferensia. Statistik deskriptif digunakan
untuk melihat sebaran karakteristik masing-masing variabel penelitian. Statistik
inferensia digunakan untuk melihat hubungan antar variabel dan jenis uji yang
digunakan adalah uji korelasi Rank-Spearman. Uji ini digunakan karena semua
variabel yang akan diuji hubungan memiliki jenis data kategorik.

Definisi Operasional
1000 HPK adalah upaya perbaikan gizi yang dilakukan pada seribu hari pertama
kehidupan yaitu mulai dari 270 hari selama dalam kandungan sampai 730
hari setelah lahir atau anak berusia dua tahun. Program ini memiliki dua
jenis kegiatan intervensi yaitu spesifik dan sensitif.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman (cairan)
lainnya kepada bayi sampai usia bayi enam bulan, tetapi pemberian ASI
tetap dilanjutkan setidaknya sampai anak berusia dua tahun.
Baduta adalah anak berusia dibawah dua tahun atau 0 – 23 bulan.

10
Imunisasi adalah upaya memasukkan virus yang dilemahkan ke dalam tubuh
dengan maksud untuk kekebalan terhadap jenis-jenis penyakit tertentu.
Inisiasi menyusu dini atau biasa disingkat IMD adalah proses mendekapkan bayi
kepada ibunya segera setelah bayi lahir selama kurang lebih satu jam. Bayi
dibiarkan merangkak untuk mencari sendiri puting susu ibunya kemudian
mulai menyusu untuk pertama kali.
Intervensi gizi spesifik adalah intervensi gizi yang ditujukan untuk perbaikan
masalah gizi secara langsung dalam jangka pendek dan hanya melibatkan
sektor kesehatan. Intervensi ini dibagi berdasarkan kelompok sasaran yaitu
ibu hamil, bayi baru lahir, serta bayi dan anak.
Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh orang tua sampel yang
terdiri dari: umur, pekerjaan, dan tingkat pendidikan.
Karakteristik sampel adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh sampel terdiri atas usia
dan jenis kelamin.
Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh orang tua sampel yang
merupakan sumber pendapatan bagi keluarga.
Pemantauan pertumbuhan adalah kegiatan memperhatikan pertumbuhan
sampel dalam enam bulan terakhir melalui penimbangan berat badan di
Posyandu setiap satu bulan sekali.
Pemberian MP-ASI adalah pemberian makanan tambahan bagi bayi setelah
berusia lebih dari sama dengan enam bulan, pemberian ASI tetap
dilanjutkan pada masa ini setidaknya sampai anak berusia dua tahun.
Pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan keadaaan ibu dan janin dalam
kandungan sebanyak minimal satu kali pada trimester 1, satu kali pada
trimester 2, dan dua kali pada trimester 3.
Pemeriksaan kesehatan adalah pemeriksaan kesehatan pasca melahirkan atau
disebut postnatal care, terdiri dari riwayat persalinan, tiga kali kunjungan
bagi bayi pada usia 0 – 28 hari dan empat kali kunjungan untuk ibu pada
hari ke 0 – 42 setelah melahirkan. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
kunjungan ke tempat kesehatan atau dikunjungi oleh petugas kesehatan.
Pendidikan adalah lamanya jenjang pendidikan yang berhasil ditempuh secara
formal dalam tahun.
Sampel adalah anak berusia 6 – 23 bulan yang menjadi sampel Riskesdas 2013
dan memenuhi kriteria inklusi penelitian ini.
Status gizi adalah keadaan tubuh sampel berdasarkan hasil pengukuran berat
badan dan tinggi atau panjang badan kemudian dihitung menggunakan nilai
z-score dan diterjemahkan dalam berbagai indikator yaitu TB/U, BB/U,
serta BB/TB.
Status kesehatan adalah keadaan tubuh sampel berdasarkan riwayat beberapa
penyakit infeksi yang pernah di derita dalam satu tahun terakhir.
Suplementasi vitamin A adalah pemberian vitamin A dosis tinggi pada sampel
yang didapatkan dalam enam bulan terakhir saat pengambilan data.
Suplementasi zat besi adalah pemberian tablet besi atau tablet tambah darah
(TTD) kepada ibu saat mengandung sampel dan minimal dikonsumsi
sebanyak 90 tablet selama kehamilan untuk dapat mencegah anemia.
Usia adalah lama hidup mulai dari lahir sampai saat penelitian dilakukan, untuk
sampel dinyatakan dalam bulan sedangkan untuk orang tua sampel
dinyatakan dalam tahun.

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Keluarga
Karakteristik keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ciri-ciri
yang dimiliki oleh satu keluarga yang akan berbeda dengan keluarga lainnya yang
menjadi sampel penelitian. Karakteristik keluarga tersebut terdiri atas usia orang
tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua. Analisis deskriptif dalam
penelitian ini membedakan karakteristik keluarga dan variabel lainnya
berdasarkan daerah tempat tinggal untuk mengetahui sebaran dari masing-masing
variabel di kedua daerah tempat tinggal tersebut. Sebaran karakteristik keluarga
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Sebaran karakteristik keluarga
Variabel
Usia






16 – 18 tahun
19 – 29 tahun
30 – 49 tahun
50 – 64 tahun
65 – 80 tahun
Median (min, maks)
Total
Pendidikan
 Tidak sekolah/Tidak tamat SD
 Tamat SD
 Tamat SMP
 Tamat SMA
 Tamat PT
Total
Pekerjaan
 Tidak bekerja
 PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD
 Pegawai swasta
 Wiraswasta
 Petani
 Nelayan
 Buruh
 Lainnya
Total

Ayah
Perkotaan
Perdesaan
n
%
n
%

Perkotaan
n
%

Ibu
Perdesaan
n
%

0
42 24.0
128 73.1
4
2.3
1
0.6
34 (19, 74)
175 100

1
0.7
31 21.2
108 74.0
5
3.4
1
0.7
35 (18, 67)
146 100

3
1.7
80 45.7
92 52.6
0
0
30 (17, 45)
175 100

2
1.4
62 42.5
82 56.1
0
0
30 (16, 45)
146 100

6
46
37
59
27
175

3.4
26.3
21.1
33.7
15.5
100

11
57
45
29
4
146

7.5
39.1
30.8
19.9
2.7
100

9
33
50
58
25
175

5.1
18.9
28.6
33.1
14.3
100

7
55
54
23
7
146

4.8
37.7
37.0
15.7
4.8
100

3
10
48
40
8
1
61
4
175

1.7
5.7
27.4
22.8
4.6
0.6
34.9
2.3
100

4
1
19
32
47
37
6
146

2.7
0.7
13.0
21.9
32.2
0
25.3
4.2
100

121
2
21
14
1
12
4
175

69.1
1.1
12.0
8.0
0.6
0
6.9
2.3
100

87
3
8
17
18
12
1
146

59.6
2.1
5.5
11.6
12.3
0
8.2
0.7
100

Usia orang tua diklasifikasikan menjadi lima kelompok berdasarkan AKG
(2013), disesuaikan dengan usia minimum dan maksimum yang terdapat pada
sebaran orang tua sampel. Ukuran pemusatan data usia orang tua sampel
menggunakan median karena sebaran data tidak normal. Usia ayah di perkotaan
sebagian besar (73.1%) ialah pada rentang 30 – 49 tahun, usia ayah di perdesaan
sebagian besar (74.0%) juga berada pada rentang yang sama. Usia ayah paling
muda di daerah perkotaan adalah 19 tahun dan usia paling tua adalah 74 tahun

12
dengan median 34 tahun. Sedangkan usia ayah paling muda di perdesaan adalah
18 tahun dan usia ayah paling tua adalah 67 tahun dengan median 35 tahun.
Sebagian besar (52.6%) ibu di perkotaan berusia 30 – 49 tahun, begitu juga di
perdesaan (56.2%). Usia ibu paling muda di perkotaan ialah 17 tahun dan di
perdesaan adalah 16 tahun, sedangkan usia ibu paling tua baik di perkotaan
maupun di perdesaan ialah 45 tahun dengan median yang juga sama yaitu 30
tahun. Semua ibu baik di perkotaan maupun di perdesaan termasuk muda karena
tidak ada yang berusia lebih dari 45 tahun. Namun, ada pula orang tua yang
tergolong masih sangat muda karena berusia kurang dari sama dengan 18 tahun,
yaitu 0.7% ayah di perdesaan, 1.7% ibu di perkotaan, dan 1.4% ibu di perdesaan.
Berdasarkan hasil analisis, dapat dilihat bahwa usia orang tua sampel baik
ayah maupun ibu tidak jauh berbeda antara yang tinggal di perkotaan dan di
perdesaan. Usia merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
perilaku seseorang termasuk salah satunya dalam pengambilan keputusan.
Semakin bertambah usia, secara psikologis akan semakin baik pula dampaknya
terhadap kedewasaan seseorang. Usia berpengaruh terhadap terbentuknya
kemampuan, karena kemampuan yang dimiliki dapat diperoleh melalui
pengalaman sehari-hari diluar faktor pendidikan termasuk dalam hal merawat
anak. Semakin bertambah usia, semakin bertambah pula kemampuannya
(Sediaoetama 2006).
Pendidikan orang tua diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu tidak
sekolah atau tidak tamat SD, tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat
SMA/sederajat, dan tamat Perguruan Tinggi (UU RI No. 20 Tahun 2003). Tingkat
pendidikan ayah di perkotaan paling banyak (33.7%) adalah tamat SMA/sederajat,
sedangkan tingkat pendidikan ayah di perdesaan paling banyak (39.0%) adalah
tamat SD/sederajat. Tingkat pendidikan ibu di perkotaan (33.1%) adalah tamat
SMA, sedangkan sebagian besar (37.7%) ibu di perdesaan hanya menyelesaikan
pendidikan sampai tingkat SD/sederajat. Secara umum, tingkat pendidikan orang
tua di perkotaan lebih tinggi daripada tingkat pendidikan orang tua di perdesaan.
Pendidikan adalah kegiatan peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
penguasaan teknologi serta pelatihannya (Sandjaja et al. 2010). Seseorang dengan
tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menyerap informasi dan
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan
yang berpendidikan rendah (Azwar 2002). Pendidikan ibu juga akan berpengaruh
terhadap tingkat pemahaman dalam perawatan kesehatan, higiene, serta kesadaran
terhadap anak dan keluarga (Madanijah 2003).
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang biasanya berhubungan dengan
pendapatan dan memiliki peran penting dalam sosial ekonomi. Pekerjaan orang
tua yang memadai akan dapat menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua
mampu menyediakan semua kebutuhan anak (Soetjiningsih 1995). Pekerjaan
orang tua dalam penelitian terdiri atas PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD, pegawai
swasta, wiraswasta, petani, nelayan, buruh, dan lainnya. Sebanyak 34.9% ayah di
perkotaan bekerja sebagai buruh, sedangkan di perdesaan sebagian besar (32.2%)
ayah adalah petani. Selain buruh, ayah di perkotaan juga banyak yang bekerja
sebagai pegawai swasta (27.4%) dan wiraswasta (22.8%), sedangkan di perdesaan
selain sebagai petani ada juga ayah yang bekerja sebagai buruh (25.3%) dan
wiraswasta (21.9%). Sebagian besar ibu, baik di perkotaan (59.6%) maupun di
perdesaan (69.1%) tidak bekerja. Tetapi selain itu masih ada pula ibu yang

13
bekerja, paling banyak adalah sebagai pegawai swasta (12.0%) dan wiraswasta
(8.0%) di perkotaan serta sebagai petani (12.3%) dan wiraswasta (11.6%) di
perdesaan. Akan tetapi, adanya ibu yang tidak bekerja bukan berarti tidak baik
karena ibu yang sibuk bekerja akan memiliki waktu yang sedikit bersama
keluarga sehingga kesehatan dan perkembangan anak menjadi kurang
diperhatikan. Hal tersebut akan berdampak pada berkurangnya pemenuhan
kebutuhan gizi yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk serta tumbuh
kembang anak yang tidak optimal (Mulyani 1990).

Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah usia
dan jenis kelamin. Usia sampel di klasifikasikan menjadi dua, yaitu 6 – 12 bulan
dan 13 – 23 bulan. Baduta berusia 0 – 6 bulan tidak diikutsertakan dalam
penelitian karena didalam penelitian ini terdapat variabel ASI eksklusif yang baru
bisa dilihat jika anak telah berumur lebih dari sama dengan enam bulan sehingga
dikhawatirkan akan mengganggu hasil penelitian. Sebaran karakteristik sampel
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Sebaran karakteristik sampel
Variabel

Perkotaan
n
%

Perdesaan
N
%

77
44.0
98
56.0
14 (6, 23)
175
100

61
41.8
85
58.2
14 (6, 23)
146
100

92
83
175

71
75
146

Usia

 6 – 12 bulan
 13 – 23 bulan
Median (min, maks)
Total
Jenis Kelamin
 Laki-laki
 Perempuan
Total

52.6
47.4
100

48.6
51.4
100

Sampel baik di perkotaan maupun di perdesaan tersebar hampir sama pada
kedua kelompok usia, meskipun yang berusia lebih dari 12 bulan cenderung lebih
banyak pada kedua daerah tempat tinggal. Usia sampel di perkotaan dan di
perdesaan memiliki median yang sama yaitu 14 bulan dengan usia minimum dan
maksimum sampel yang sama pula yaitu berturut-turut 6 bulan dan 23 bulan.
Sejak kelahiran sampai usia anak dua tahun disebut sebagai masa bayi, pada masa
ini anak akan mengalami perkembangan secara fisik, motorik, dan kognitif.
Perkembangan fisik ditandai dengan adanya pertambahan berat dan panjang badan
(Gunarsa 2008). Almatsier et al. (2011), menyatakan bahwa pada waktu satu
tahun setelah kelahiran, bayi normal akan mengalami pertambahan berat badan
sebanyak tiga kali lipat dan panjang badan bertambah 50% dari berat dan panjang
badan saat lahir. Enam bulan pertama setelah kelahiran terjadi pertumbuhan otak
dan pertumbuhan fisik secara keseluruhan dan pertumbuhan paling cepat terjadi
pada usia empat bulan pertama setelah kelahiran, masa empat hingga delapan
bulan berikutnya adalah masa transisi ke pola pertumbuhan yang lebih lambat.
Makanan dan zat gizi yang didapatkan akan sangat berpengaruh terhadap

14
pertumbuhan dan perkembangannya. Masa baduta merupakan masa yang sangat
kritis dan tidak akan terulang (golden age), sehingga ketidaksempurnaan tumbuh
kembang pada masa ini akan bersifat permanen.
Perkembangan motorik terjadi secara bertahap mulai dari mengangkat
kepala, dada, telungkup, merangkak, duduk, berdiri, berjalan dan seterusnya
meskipun tidak semua bayi melewatinya secara berurutan. Perkembangan kognitif
ditandai dengan adanya rasa ingin tahu bayi melalui panca indera dan organ-organ
tubuhnya mulai dari mata, mulut, gigi, tangan, dan jari sehingga tidak jarang pada
masa ini terlihat bayi memasukkan berbagai benda ke dalam mulutnya. Selain itu,
pada masa ini bayi juga akan mengalami perkembangan bicara dan emosi. Bayi
berusia lebih dari dua belas bulan biasanya sudah bisa mengucapkan satu kalimat
atau lebih. Perkembangan emosi bayi nampak dari ekspresi wajahnya saat senang
atau lainnya akibat adanya rangsangan seperti ia merasa kenyang, mengantuk,
bertemu orang lain, dan sebagainya. Setelah berusia 18 bulan, ia akan mengalami
tahap kebutuhan otonomi dimana ia ingin melakukan segala sesuatu sendiri dan
ingin mendapatkan penghargaan atas itu (Gunarsa 2008).
Sebaran jenis kelamin sampel pada kedua daerah tempat tinggal juga
hampir seimbang, namun sampel yang tinggal di perkotaan cenderung lebih
banyak yang berjenis kelamin laki-laki (52.6%), sedangkan sampel yang tinggal
di perdesaan cenderung lebih banyak perempuan (51.4%). Perbedaan jenis
kelamin anak dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Anak
perempuan akan memiliki kemampuan bicara yang lebih cepat daripada anak lakilaki. Anak perempuan juga memiliki kemampuan membaca tanda-tanda non
verbal lebih baik. Selain itu, anak perempuan akan lebih dahulu menguasai
kemampuan seperti memegang pensil atau menulis sedangkan anak laki-laki akan
lebih cepat menguasai kemampuan motorik seperti melompat, menyeimbangkan
tubuh, serta berlari. Anak laki-laki juga biasanya akan lebih agresif dan impulsif
dalam hal berperilaku (Yusrina 2013).

Status Kesehatan
Status kesehatan pada baduta akan sangat berpengaruh terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangannya, baduta yang tidak sehat akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang kurang optimal. Status kesehatan sampel
dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan riwayat beberapa jenis penyakit
infeksi selama satu tahun ke belakang, yaitu ISPA, diare, pneumonia, TB paru,
dan hepatitis (Riskesdas 2013). Sampel dinyatakan sehat apabila tidak pernah di
diagnosis mengalami minimal satu dari penyakit infeksi yang disebutkan. Sebaran
status kesehatan sampel selengkapnya terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5 Sebaran status kesehatan sampel
Variabel
Status Kesehatan
 Sehat
 Tidak sehat
Total

Perkotaan
N
%
100
75
175

57.1
42.9
100

Perdesaan
n
%
81
65
146

55.5
44.5
100

15
Berdasarkan hasil analisis deskriptif, sebagian besar sampel baik di
perkotaan (57.1%), maupun di perdesaan (55.5%) termasuk dalam kategori sehat.
Definisi sehat menurut WHO adalah keadaan keseimbangan yang sempurna, baik
fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
Berbagai kebiasaan baik dapat membantu menciptakan hidup sehat seperti
memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi, makan makanan sehat, memelihara
kesehatan lingkungan, pemeriksaan kesehatan secara berkala, dan menghindari
kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan (Nasution 2004).
Status kesehatan yang baik atau dalam hal ini bebas dari penyakit infeksi
merupakan salah satu faktor yang dapat ikut mempengaruhi status gizi
berdasarkan kerangka pikir UNICEF (1990). Jenis-jenis penyakit infeksi yang
pernah diderita oleh sampel seperti telah dijelaskan sebelumnya terdapat lima
jenis. Penyakit ISPA dan diare adalah dua jenis penyakit yang paling banyak
pernah diderita oleh sampel baik di perkotaan maupun di perdesaan dalam kurun
waktu satu tahun terakhir. Sedangkan hepatitis adalah penyakit infeksi yang tidak
pernah sama sekali diderita oleh sampel baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Sebaran jenis-jenis penyakit infeksi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Sebaran jenis penyakit infeksi
Variabel
Jenis penyakit
 ISPA
 Diare
 Pneumonia
 TB Paru
 Hepatitis

Perkotaan
n
%

n

60
22
4
5
0

56
15
2
1
0

34.3
12.6
2.3
2.9
0

Perdesaan
%
38.4
10.3
1.4
0.7
0

Penyakit infeksi yang paling banyak pernah diderita oleh sampel dalam satu
tahun terakhir adalah ISPA baik di perkotaan (34.3%) maupun di perdesaan
(38.4%). ISPA adalah suatu infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas atau
saluran pernafasan bagian bawah akibat virus, jamur, atau bakteri yang biasanya
ditandai dengan tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, serta batuk kering atau
berdahak. Data Riskesdas (2013), menunjukkan bahwa kejadian ISPA di Provinsi
Jawa Tengah masih lebih tinggi daripada rata-rata Indonesia dan merupakan
provinsi dengan periode prevalence ISPA kedua tertinggi di Pulau Jawa. Hasil
penelitian Marhamah et al. (2013), menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor
yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita yaitu status imunisasi,
pemberian kapsul vitamin A, dan keberadaan anggota keluarga yang merokok di
dalam rumah. Penyakit ini lebih banyak dialami oleh penduduk pada kelompok
umur 1 – 4 tahun dan juga lebih banyak terjadi pada penduduk dengan kuintil
indeks kepemilikan terbawah serta menengah bawah (Riskesdas 2013).
Diare adalah kondisi sering buang air besar yang bentuknya cair, lebih dari
tiga kali sehari serta dapat disertai darah dan atau lendir. Diare dapat
menyebabkan kehilangan cairan, elektrolit, dan zat gizi lainnya. Diare yang
bersifat akut merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi, terutama di
negara berkembang. Diare umumnya disebabkan oleh infeksi virus, parasit