Analisis Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler Dengan Pola Kemitraan Dan Mandiri Di Kota Sawahlunto/Kab. Sijunjung
ANALISIS RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM
BROILER
DENGAN POLA KEMITRAAN DAN MANDIRI DI KOTA
SAWAHLUNTO/KAB. SIJUNJUNG
PRIMALIA ARWITA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
(2)
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler Dengan Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota Sawahlunto/Kab. Sijunjung adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Primalia Arwita
NIM H34114018
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
(3)
ABSTRAK
PRIMALIA ARWITA. Analisis Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler Dengan Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota Sawahlunto/Kab. Sijunjung. Dibimbing oleh JUNIAR ATMAKUSUMA.
Salah satu komoditas peternakan yang banyak dibudidayakan oleh peternak adalah ayam broiler. Proses budidaya ayam broiler memiliki waktu budidaya lebih singkat dibandingkan komoditas peternakan lainnya. Budidaya ayam broiler
tidak terlepas dari adanya risiko usaha. Risiko yang paling sering ditemukan adalah risiko produksi dan risiko harga. Pada peternak plasma risiko produksi merupakan salah satu risiko yang cukup tinggi sedangkan pada peternak mandiri risiko harga merupakan risiko yang berpengaruh besar terhadap pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sumber risiko yang mempengaruhi pendapatan peternak, pengaruh risiko produksi dan risiko harga terhadap pendapatan peternak, menganalisis pengaruh pola kemitraan, serta menganalisis alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko yang ada. Metode yang digunakan adalah analisis risiko, analisis pendapatan, dan analisis imbangan penerimaan (Rasio R/C). Hasil perbandingan pendapatan antara peternak plasma dan mandiri yaitu Rp 58 618 500 dan nilai R/C Rasio yang diterima peternak mandiri adalah 1.16. Sedangkan pada periode ini peternak plasma mengalami kerugian sebesar Rp -4 465 900 dan R/C Rasio sebesar 0.73.
Kata Kunci : Analisis Pendapatan , Analisis Risiko, Kemitraan, Mandiri
ABSTRACT
PRIMALIA ARWITA. Risk Analysis of Broiler Chicken Business with the Partnership and Independently in Sawahlunto City/Sijunjung Regency. Supervised by JUNIAR ATMAKUSUMA.
One commodity that many farms are cultivated by breeders of broiler chickens. Broiler breeding process has a shorter culture period than other farm commodities. Broiler chicken farming is inseparable from the existence of business risks. The most common risk is the risk of production and price risk. On-farm production of plasma risk is one risk is quite high, while the independent farm price risk is the risk that a major effect on earnings. This study aims to analyze the sources of risk that affecting farmer’s income, the effect of production
risk and price risk to the farmer’s, analyzing the influence of a partnership, as well
analyzing alternative strategies appropriate to address existing risks. The method used is a risk analysis, revenue analysis and analysis of the revenue balance (R/C Ratio). The comparison of income between farmers and the plasma independent of Rp 58 618 500 and the value of R/C Ratio of the received independent farmers is 1.16. while in this period plasma farmers suffered losses of Rp -4 465 900 and R/C Ratio of 0.73.
(4)
DENGAN POLA KEMITRAAN DAN MANDIRI DI KOTA
SAWAHLUNTO/KAB. SIJUNJUNG
PRIMALIA ARWITA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
(5)
Judul Skripsi : Analisis Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler Dengan Pola Kemitraan Dan Mandiri Di Kota Sawahlunto/Kab. Sijunjung Nama : Primalia Arwita
NIM : H34114018
Disetujui oleh
Ir Juniar Atmakusuma, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
(6)
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler Dengan Pola Kemitraan Dan Mandiri Di Kota Sawahlunto/Kab. Sijunjung. Shalawat dan salam semoga selalu tetap tercurahkan kepada panutan kita Nabi Muhammad SAW, beserta sahabatnya, keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir masa.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis risiko-risiko apa yang dihadapi dalam usaha peternakan ayam broiler. Penelitian ini penting dilakukan untuk melihat sumber-sumber risiko yang berpengaruh pada pendapatan peternak sehingga dapat merekomendasikan alternatif strategi kepada peternak. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan hasil optimal yang telah dilakukan penulis. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna karena berbagai keterbatasan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Bogor, September 2013
Primalia Arwita
(7)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 7
Ruang lingkup Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 8
Peternakan Ayam Broiler 8
Sumber-Sumber Risiko dalam Peternakan Ayam Broiler 11
Pola Kemitraan 12
Analisis Risiko 12
Analisis Pendapatan 13
KERANGKA PEMIKIRAN 14
Kerangka Pemikiran Teoritis 14
Konsep Risiko 14
Analisis Risiko 15
Kategori Risiko 16
Manajemen Risiko 17
Penilaian Risiko Bisnis 19
Pola Kemitraan dalam Agribisnis 20
Kerangka Operasional 21
METODE PENELITIAN 23
Lokasi dan Waktu 23
Jenis dan Sumber Data 23
Metode Pengumpulan Data 23
Metode Analisis Data 24
Analisis Deskriptif 25
Analisis Risiko 26
Analisis Pendapatan 30
Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) 30
HASIL DAN PEMBAHASAN 31
Gambaran Umum Peternakan Plasma Ayam Broiler 31
Proses Produksi Peternakan Plasma 34
Gambaran Umum Peternakan Mandiri Ayam Broiler 41
Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Pada PeternakPlasma 44
Risiko Harga 45
Risiko Produksi 47
Analisis Pendapatan Bersih Peternak Plasma 51
Analisis Risiko Pendapatan Peternak Plasma 58
Analisis Risiko Produksi Berdasarkan IP 61
Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Pada Peternak Mandiri 65
(8)
Analisis Pendapatan Bersih Peternak Mandiri 65
Analisis Risiko Pendapatan Peternak Mandiri 66
Analisis Probabilitas Risiko Produksi Peternak Plasma dan Peternak
Mandiri 67
Analisis Perbandingan Biaya Produksi Dan Pendapatan Peternak Plasma
dan Peternak Mandiri 69
Analisis Manajemen Pengelolaan Risiko Pada Peternak Plasma dan Peternak
Mandiri 70
Alternatif Strategi Penanganan Risiko Usaha Pada Peternak Plasma 71 Alternatif Strategi Penanganan Risiko Usaha Pada Peternak Mandiri 72
SIMPULAN DAN SARAN 73
Simpulan 73
Saran 74
(9)
DAFTAR TABEL
1 Konsumsi produk peternakan per kapita per tahun 2009-2011 di Indonesia 1 2 Tingkat kematian pada ayam broiler berdasarkan umur 2 3 Jumlah populasi ayam pedaging tahun 2008-2012 di Sumatera Barat 3 4 Populasi ternak unggas tahun 2009-2011 Kota Sawahlunto/Kab. Sijunjung
(ekor) 3
5 Produksi ayam broiler pada peternakan ayam broiler bermitra 5
6 Fluktuasi harga DOC dan harga pakan 6
7 Pengaruh kepadatan ruang terhadap berat badan dan mortalitas ayam broiler 9 8 Studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian 14
9 Proses pengolahan data 24
10 Data peternak mandiri di Kota Sawahlunto/Kab. Sijunjung 41 11 Waktu produksi peternakan plasma ayam broiler 45 12 Tingkat mortalitas ayam broiler pada peternakan plasma 49
13 Feed Convertion Ratio (FCR) peternak plasma 50
14 Biaya produksi peternakan plasma 52
15 Kontribusi biaya produksi peternak plasma 53
16 Penerimaan peternak plasma 54
17 Pendapatan bersih yang diterima peternak plasma 55 18 Pendapatan bersih yang diterima peternak plasma dengan melakukan
kemitraan 56
19 Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) peternak plasma 57
20 Expected Return peternak plasma 58
21 Nilai ragam usaha peternak plasma 59
22 Indeks Prestasi (IP) produksi aktual 61
23 Indeks Prestasi (IP) produksi standar 62
24 Penyimpangan (selisih) Indeks Prestasi peternak plasma terhadap Indeks
Prestasi standar 63
25 Perhitungan risiko metode Z-Score 64
26 Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) peternak mandiri 66
27 Expected return peternak mandiri 66
28 Analisis risiko pendapatan peternak mandiri 67
29 Jumlah kematian ayam broiler berdasarkan sumber-sumber risiko 68 30 Hasil analisis probabilitas sumber-sumber risiko produksi 69 31 Perbandingan biaya dan pendapatan peternak plasma dan peternak mandiri 70
(10)
1 Hubungan risiko dengan return 16
2 Proses pengelolaan risiko 17
3 Alur kerangka pemikiran operasional 22
4 Kandang ayam broiler peternak plasma 32
5 Struktur Organisasi 33
6 Kegiatan panen pada peternakan plasma 40
7 Alur pemasaran peternak mandiri 43
8 Fluktuasi harga DOC dan harga pakan pada peternakan plasma 46 9 Fluktuasi biaya obat-obatan peternakan plasma 46 10 Fluktuasi harga jual ayam peternakan plasma 47 11 Fluktuasi pendapatan bersih peternakan plasma 57
DAFTAR LAMPIRAN
1 Lampiran kerjasama kemitraan 76
2 Harga kontrak 82
3 Analisis biaya produksi dan pendapatan peternak mandiri 84 4 Analisis perbandingan biaya produksi peternak plasma dan peternak
mandiri 91
5 Analisis perbandingan pendapatan peternak plasma dan peternak mandiri 92
(11)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia adalah sektor pertanian dimana sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia adalah di sektor ini. Sektor pertanian ikut memberi sumbangsih bagi sektor lainnya, yaitu sektor industri dimana sebagian besar bahan baku yang digunakan berasal dari produk pertanian. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari empat subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan, hortikultura dan subsektor peternakan. Salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan adalah subsektor peternakan.
Subsektor peternakan telah memberi kontribusi terhadap pendapatan asli daerah, menyerap tenaga kerja, menambah produktivitas masyarakat dan tentu saja hasil utamanya berupa daging yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dengan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan daging dapat dilihat dari jumlah konsumsi daging segar. Jumlah konsumsi produk peternakan perkapita di Indonesia disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Konsumsi produk peternakan per kapita per tahun 2009-2011 di Indonesia No. Komoditi Daging Segar Tahun (kg/kapita/tahun)
2009 2010 2011
1 2 3 4 5 6 7 8 Sapi Kerbau Kambing Babi Ayam ras Ayam kampung Unggas lainnya Daging lainnya 0.313 0.000 0.000 0.209 3.076 0.521 0.052 0.052 0.365 0.000 0.000 0.209 3.546 0.626 0.052 0.052 0.417 0.000 0.052 0.261 3.650 0.626 0.052 0.052
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2012)
Tabel 1 dapat dilihat peningkatan konsumsi komoditi daging tiap tahunnya. Konsumsi komoditi daging ayam ras atau broiler kg/kapita/tahun sangat tinggi dibandingkan komoditi daging segar lainnya. Konsumsi daging ayam broiler pada tahun 2011 sebesar 3.65 kg/kapita/tahun, sedangkan rata-rata untuk konsumsi komoditi daging segar lainnya cukup kecil yaitu kurang dari 0.65 kg/kapita/tahun.
Peternakan yang merupakan salah satu bagian dari subsektor agribisnis yang produknya memiliki karakteristik seperti bergantung terhadap alam, mudah rusak, membutuhkan tempat. Jadi dalam usaha peternakan sangat rentan terhadap risiko karena yang menjadi komoditi usaha adalah makhluk hidup. Menjalankan usaha yang berkaitan dengan peternakan terdapat beberapa risiko yang akan dihadapi oleh peternak. Adapun bentuk risiko yang akan dialami pada bisnis peternakan seperti produk yang dihasilkan rawan terhadap penyakit, seperti peternakan unggas terserang oleh flu burung, peternakan sapi terserang oleh penyakit sapi gila. Selain itu ternak membutuhkan perawatan yang intensif dan harus dilakukan secara berkala, yaitu termasuk dengan mengundang dokter hewan
(12)
atau orang yang ahli dalam bidang peternakan untuk mengecek agar hewan ternak selalu dalam keadaan baik untuk dijual dan dikonsumsi. Risiko selanjutnya dalam peternakan unggas yaitu kualitas dan mutu bibit ternak serta komoditi yang rawan terhadap penyakit sehingga mempengaruhi hasil perkembangan ternak kedepan serta harga jualnya di pasaran.
Salah satu produk peternakan yaitu ayam broiler yang diminati oleh peternak karena proses pembudidayaannya lebih singkat dibandingkan dengan ternak sapi, domba, kambing yang hasil utamanya juga berupa daging. Selain itu dapat juga dilihat minat masyarakat terhadap ayam lebih tinggi dibandingkan ternak unggas lainnya seperti itik dan burung. Banyaknya daging olahan yang berasal dari ayam seperti nugget, sosis dan lain-lain sehingga dapat mempengaruhi permintaan terhadap daging ayam meningkat tiap tahunnya.
Risiko yang sering ditemukan dalam usaha ternak ayam broiler ini adalah risiko produksi, risiko pasar atau harga dan risiko kebijakan. Pada risiko produksi dilihat dari tingkat kematian yang disebabkan berbagai sumber.Tingkat kematian tinggi terutama terjadi pada minggu pertama pemeliharaan. Angka kematian bisa dilihat sejak umur 1 – 3 hari. Pada 7 hari pertamasistem imunitas ayam pada berbagai penyakit dibentuk, yang nantinya akan menentukan tingkat mortalitas
ayam broiler. Jika pada 7 hari pertama sistem imun pada ayam broiler muda tidak
terbentuk sempurna maka daya hidupnya akan rendah, dan angka mortalitas akan
tinggi1. Berikut disajikan pada Tabel 2 data tingkat kematian standar pada ayam
broiler berdasarkan umur.
Tabel 2 Tingkat kematian pada ayam broiler berdasarkan umur
Umur (hari) % Kematian
1 – 7 1.2
8 – 14 0.8
15 – 21 0.5
22 – 28 0.5
29 – 35 0.5
36 – 42 0.5
Sumber : PT. Minang Ternak Sejahtera
Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat dijual, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lain-lain. Sementara itu risiko harga yang ditimbulkan adalah berfluktuasinya harga input (bibit DOC,
pakan, obat-obatan) dan harga jual ayam. Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain adanya kebijakan-kebijakan tertentu dari pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha.
Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang melimpah. Perkembangan populasi ternak di Sumatera Barat semakin meningkat seiring dengan
1
Tujuh Hari Pertama untuk Memaksimalkan Bobot Panen AyamBroiler.
http://www.pasarpetani.com/2013/04/tujuh-hari-pertama-untuk-memaksimalkan.html. (Diakses 18 Agustus 2013).
(13)
meningkatnya pertumbuhan penduduk Sumatera Barat. Berikut dapat dilihat pada Tabel 3 jumlah populasi ayam pedaging tahun 2008-2012 di Sumatera Barat.
Tabel 3 Jumlah populasi ayam pedaging tahun 2008-2012 di Sumatera Barat
Tahun Jumlah populasi (ekor)
2008 2009 2010 2011 2012
14 202 592 13 495 318 14 946 984 15 117 321 15 247 418
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2012)
Tabel 3 menunjukkan pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah populasi ayam pedaging di Sumatera Barat karena merebaknya kasus flu burung di beberapa daerah di Sumatera Barat. Pada tahun 2010 hingga 2012 populasi ayam pedaging kembali meningkat di Sumatera Barat, hal ini disebabkan karena mulai berkembangnya perusahaan besar yang bergerak di bidang pembibitan ayam
broiler di Sumatera Barat. Salah satu Kota dan Kabupaten di Sumatera Barat yaitu Kota Sawahlunto/Kab.Sijunjung merupakan kota kecil yang memiliki potensi kekayaan alam yang besar seperti pertambangan, pertanian dan peternakan. Dalam beberapa tahun terakhir jumlah populasi ternak unggas di Kota Sawahlunto/Kab. Sijunjung mengalami fluktuasi. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan (2012) populasi dan produksi ayam broiler di Kota Sawahlunto/Kab. Sawahlunto Sijunjung Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Populasi ternak unggas tahun 2009-2011 Kota Sawahlunto/Kab. Sijunjung (ekor)
Ternak Unggas 2009 2010 2011
Ayam kampung 192 018 335 543 249 095
Ayam Ras Pedaging 236 474 271 643 322 981
Itik 32 359 30 055 34 601
Sumber: 1 Badan Pusat Statistik (2012) 2 Data Statistik Peternakan (2012)
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2011 mengalami peningkatan jumlah populasi ternak unggas. Hal ini disebabkan karena mulai berkembangnya peternakan ayam broiler di daerah ini. Masuknya perusahaan inti yang menawarkan sistem kemitraan kepada peternak lokal dalam penyediaan bibit
DOC, pakan ternak, dan obat-obatan membuka peluang bagi para peternak untuk menjalankan usaha ini dan dapat mempengaruhi perkembangan peternakan ayam
broiler. Tabel 4 dapat dilihat peningkatan populasi ayam ras pedaging dari tahun
2009 sebesar 236 474 ekor menjadi sebesar 271 463 ekor pada tahun 2010 (peningkatan 14.87%) dan 2010 sebesar 271 643 ekor menjadi sebesar 322 981 ekor pada tahun 2011 (peningkatan 18.89%).
Peranan peternak sangat menentukan dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan kegiatan produksi, alokasi dana dan tenaga kerja. Pengambilan keputusan yang tepat sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko
(14)
yang berkaitan dengan usaha yang dijalankan. Usaha peternakan dapat dijalankan dengan usaha secara mandiri dan dengan melakukan kerjasama yaitu sistem kemitraan. Usaha peternakan ayam broiler yang dijalankan dengan tidak melakukan kemitraan atau disebut peternak mandiri, semua sarana dan prasarana produksi dipenuhi sendiri oleh peternak. Semua permasalahan dalam kegiatan peternakan ditanggung secara pribadi oleh peternak tersebut. Begitu juga dengan risiko yang dihadapi peternak mandiri akan ditanggung secara keseluruhan oleh peternak tersebut.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para peternak ayam broiler dalam mengurangi risiko yaitu dengan menjalankan kemitraan. Pola kemitraan merupakan suatu kerjasama antara pengusaha dengan peternak dalam upaya pengelolaan usaha peternakan. Kerjasama kemitraan ini dapat menciptakan hubungan saling menguntungkan, saling membutuhkan dan saling memperkuat antara kedua belah pihak. Dalam hubungan kemitraan ini terdapat adanya pembagian risiko dan keuntungan yang proposional antara kedua belah pihak. Peternak ayam broiler Bapak Syafril di /Kab. Sijunjung merupakan salah satu peternakan plasma yang dikembangkan dengan pola kemitraan inti-plasma dari PT. Minang Ternak Sejahtera yang merupakan salah satu perusahaan inti yang cukup besar di Sumatera Barat.
Dalam menjalankan usaha peternakan ini peternak menghadapi berbagai risiko yang menyebabkan pendapatan pemilik berfluktuatif sehingga risiko tersebut perlu dianalisa agar peternakan ini dapat terus berjalan di tengah persaingan usaha yang semakin beragam dengan menjalankan usaha peternakan yang lebih baik lagi. Pengukuran risiko ini juga dilakukan untuk melihat kepastian usaha peternakan ayam broiler yaitu kepastian mengenai besarnya kerugian yang akan dihadapi di masa yang akan datang. Peternak mandiri dan peternak yang melakukan kemitraan sama-sama memiliki kekurangan dan kelebihan dari aktivitas bisnis yang dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukannya penelitian untuk membandingkan besarnya risiko dan pendapatan yang diperoleh dari kedua peternak, serta merumuskan alternatif strategi yang dapat membantu peternak dalam meminimalisir risiko yang akan dihadapi.
Perumusan Masalah
Salah satu peternakan ayam broiler yang menjadi plasma dari PT. Minang Ternak Sejahtera adalah peternakan ayam broiler milik Bapak Syafril yang berlokasi di Desa Batu Gandang Tanjung Ampalu Kab. Sawahlunto Sijunjung Provinsi Sumatera Barat dengan kegiatan budidaya yang dilakukan bersifat semi intensif. Dalam melakukan budidaya, pemilik menyerahkan kegiatan budidaya pada beberapa tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut menangani 19 000 ekor ayam yang terbagi atas 4 kandang.
Usaha yang dijalankan Bapak Syafril merupakan usaha peternakan yang melakukan kerjasama yaitu kemitraan. Peternak melakukan pola kemitraan karena harga kontrak yang relatif stabil, namun dalam menjalankan usaha ini akan menghadapi berbagai macam risiko, salah satunya adalah risiko produksi yaitu: mortalitas, FCR (Feed Convertion Ratio) dan IP (Indeks Prestasi). Mortalitas merupakan salah satu risiko produksi yang sangat berpengaruh bagi peternak
(15)
plasma karena tingkat kematian yang tinggi akan menyebabkan jumlah ayam yang dipanen sedikit sehingga akan mengurangi pendapatan yang diterima. Risiko produksi selanjutnya adalah FCR yaitu salah satu parameter untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan pakan, jika FCR yang diperoleh peternak tinggi ini akan menyebabkan biaya produksi membengkak sehingga dapat menurunkan pendapatan peternak. Selanjutnya adalah IP adalah parameter yang digunakan untuk melihat prestasi ayam broiler pada peternakan yang melakukan kemitraan. Semakin bagus prestasi ayam maka akan semakin efisien penggunaan pakan dan biaya. Berdasarkan standar pengukuran yang telah ditetapkan oleh perusahaan maka dapat diukur tingkat risiko yang dihadapi oleh peternakan plasma dan juga dapat dilihat tingkat fluktuasi pendapatan yang diterimanya.
Peternak plasma juga menghadapi risiko harga (fluktuasi harga jual ayam berdasarkan bobot ayam yang dipanen). Walaupun sudah melakukan kontrak dimana harga sudah ditetapkan pada periode kontrak tersebut, tetapi peternak masih menghadapi risiko harga akibat bobot badan ayam yang tidak seragam pada saat panen. Dalam kontrak terdapat variasi harga berdasarkan bobot ayam. Pemanenan ayam disesuaikan dengan kondisi ayam dan juga permintaan konsumen. Perusahaan inti sangat berperan terhadap penjadwalan panen peternak plasma, sehingga peternak plasma tidak memiliki kekuatan dalam menetapkan bobot badan ayam yang dipanen dan harga jual ayam. Peternak plasma harus mengikuti sistem pemasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan inti sesuai dengan permintaan konsumen yang ada pada saat itu.
Risiko produksi yang dihadapi perusahaan dapat diduga dari data produksi ayam broiler yang berfluktuatif dalam beberapa periode terakhir. Data produksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Produksi ayam broiler pada peternakan ayam broiler bermitra
Periode Waktu Produksi DOC masuk
(ekor)
Ayam panen (ekor)
Mortalitas (%)
1 03 September - 05 Oktober 2011 19 000 18 514 2.56
2 13 Februari - 21 Maret 2012 19 000 17 857 6.02
3 05 April – 2 Mei 2012 19 000 2 017 89.38
4 01 Juni – 7 Juli 2012 19 000 18 267 3.86
5 31 Juli – 5 September 2012 19 000 17 218 9.38
6 24 September – 27 Oktober 2012 19 000 18 484 2.72
7 08 November – 13 Desember 2012 19 000 17 850 6.05
8 07 Januari -14 Februari 2013 19 000 18 540 2.42
9 1 Maret - 1 April 2013 19 000 16 526 13.02
10 30 April - 29 Mei 2013 19 000 14 562 23.36
Sumber : Peternakan ayam broiler Bapak Syafril
Tabel 5 dapat dilihat terdapat fluktuasi pada proses produksi peternakan ayam broiler peternak plasma dalam beberapa periode terakhir. Rasyaf (2007) menyatakan bahwa tingkat mortalitas ayam broiler yang diperbolehkan hanya sebesar 5% sedangkan tingkat mortalitas standar perusahaan yaitu ±4%. Dari beberapa periode diatas tingkat mortalitas ayam broiler milik Bapak Syafril cukup bervariasi. Dimana pada periode ketiga dapat dilihat bahwa tingkat mortalitasnya
(16)
sangat tinggi yaitu mencapai 89.3%, tingginya kematian pada periode ini disebabkan oleh wabah penyakit yang menyerang peternakan ayam.
Selain melihat tingkat risiko yang dihadapi oleh peternak yang bermitra, pada penelitian ini dilihat juga risiko yang dihadapi oleh peternak mandiri. Permasalahan yang dihadapi oleh peternak mandiri dalam usaha beternak ayam
broiler adalah berfluktuasinya harga DOC, harga pakan dan harga obat-obatan
sehingga menyebabkan berfluktuasinya pendapatan yang diperoleh peternak. Berikut dapat dilihat pada tabel 6 fluktuasi harga DOC dan pakan selama 1 periode pengamatan.
Tabel 6 Fluktuasi harga DOC dan harga pakan
1 Periode Pengamatan ( 10 Mei
- 20 Juni)
Harga
DOC
(Rp/Ekor)
Pakan Obat-obatan & Vitamin
Jenis Harga (Rp/kg) Jenis Harga (Rp/Unit)
Minggu 1 (10 Mei) 4 850 311 6 550 Vaksin 15 000
511 6 600 Vita Chik 15 000
Minggu 2 (18 Mei) 4 850 311 6 550 Vita Bro 15 000
511 6 600 Vita Stress 15 000
Minggu 3 (25 Mei) 4 850 311 6 550 Therapy 42 000
511 6 600
Minggu 4 (1 Juni) 6 100 311 6 960 Vaksin 17 000
511 7 000 Vita Chik 19 000
Vita Bro 19 000
Vita Stress 19 000
Therapy 46 000
Tabel 6 menunjukkan kenaikan harga DOC yang cukup tinggi pada minggu keempat disebabkan oleh permintaan DOC yang tinggi sedangkan penawarannya tetap sehingga terjadi kelangkaan DOC. Untuk kenaikan harga pakan dan obat-obatan biasanya akan mengikuti jika salah satu sarana produksi tersebut naik. Berdasarkan kondisi peternakan yang telah dipaparkan di atas, maka beberapa permasalahan yang diteliti adalah sebagai berikut:
1. Apa saja sumber-sumber risiko pada peternakan ayam broiler di Kota Sawahlunto/Kab. Sawahlunto Sijunjung?
2. Bagaimana pengaruh risiko produksi dan risiko harga terhadap pendapatan peternak ayam broiler yang bermitra dan tidak bermitra di Kota Sawahlunto/Kab. Sawahlunto Sijunjung?
3. Bagaimana alternatif strategi dalam mengatasi risiko produksi pada peternakan ayam broiler Kota Sawahlunto/Kab. Sawahlunto Sijunjung?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis sumber-sumber risiko pada peternakan ayam broiler di Kota Sawahlunto/Kab. Sawahlunto Sijunjung
(17)
2. Menganalisis pengaruh risiko produksi dan risiko harga terhadap pendapatan peternak ayam broiler yang bermitra dan tidak bermitra di Kota Sawahlunto/Kab. Sawahlunto Sijunjung
3. Menganalisis pengaruh pola kemitraan terhadap peternak plasma dan perusahaan inti
4. Menganalisis alternatif strategi dalam mengatasi risiko usaha pada peternakan ayam broiler Kota Sawahlunto/Kab. Sawahlunto Sijunjung
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa kegunaan, antara lain:
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi usaha peternakan ayam
broiler dalam mengambil suatu keputusan bisnis, sehinga usaha ini dapat
mengurangi risiko yang dihadapi dan dapat mengambil keputusan yang stategis dan tepat sasaran.
2. Sebagai bahan informasi dan rujukan untuk penelitian selanjutnya, dimana penelitian selanjutnya dapat lebih baik dan bisa menganalisis lebih dalam lagi berkaitan dengan penulisan ilmiah khususnya tentang risiko dalam usaha peternakan ayam broiler.
3. Sebagai sarana bagi penulis untuk melatih kemampuan menulis dan menganalisis terhadap suatu permasalahan yang kompleks terkait dengan agribisnis, khususnya dibidang peternakan ayam broiler. Harapannya adalah penulis bisa mengapresiasikan hasil tulisannya dengan mencoba merintis usaha peternakan di masa yang akan datang.
Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada analisis risiko pada bisnis kemitraan peternakan ayam broiler yaitu milik peternakan ayam milik Bapak Syafril sebagai salah satu peternak plasma yang berlokasi di Desa Batu Gandang Tanjung Ampalu Kab. Sawahlunto Sijunjung dan juga peternak mandiri yang tidak bermitra di Kota Sawahlunto. Dalam pengukuran risiko produksi dan risiko harga penelitian ini menggunakan varian, standar deviasi, koefisien varian. Selanjutnya dilakukan analisis pendapatan untuk melihat seberapa besar pengaruh risiko produksi dan risiko harga terhadap pendapatan peternak plasma dan peternak mandiri . Dalam penelitian ini juga akan mengkaji secara deskriptif pengaruh sistem kemitraan terhadap kegiatan produksi peternak dan perusahaan inti.
(18)
TINJAUAN PUSTAKA
Peternakan Ayam Broiler
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Menurut Fadilah (2006) perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai populer pada awal tahun 1980-an. Rasyaf (2002) menyatakan bahwa ada tiga unsur dalam beternak ayam yaitu, unsur produksi, unsur manajemen, unsur pasar dan pemasaran. Rasyaf menyatakan bahwa satu masa produksi adalah satu kurun waktu dimana dilakukan produksi atau pembesaran anak ayam broiler mulai umur sehari hingga siap jual. Di Indonesia, ayam broiler
siap jual dilakukan pada umur 5-6 minggu dengan bobot jual antara 1.4-1.7 kg per ekor sesuai permintaan konsumen.
Pengetahuan masyarakat mengenai kelebihan budidaya ayam broiler yaitu waktu budidaya yang relatif lebih singkat dan harga komoditi yang relatif lebih murah dibanding produk daging lainnya menjadikan usaha ini makin diminati. Jadi, usaha peternakan ayam broiler merupakan salah satu kegiatan yang paling cepat dan efisien untuk menghasilkan bahan pangan hewani yang bermutu dan bernilai gizi tinggi. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya antara lain, laju pertumbuhan ayam yang lebih cepat dibandingkan dengan komoditas ternak lainnya, permodalan yang relatif lebih kecil, penggunaan lahan yang tidak terlalu luas serta kebutuhan dan kesadaran masyarakat meningkat akan kandungan gizinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler
Dalam kegiatan budidaya terdapat beberapa faktor produksi yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Lahan atau lokasi usaha
Pemilihan lokasi lahan peternakan penting untuk kelangsungan usaha agar berjalan dengan baik. Hal ini menjadi sesuatu yang harus diperhatikan oleh peternak, sebab akhir-akhir ini lokasi peternakan sudah berebut areal dengan kepentingan lain seperti perumahan dan industri berbagai macam barang. Lokasi lahan yang dipilih untuk usaha peternakan ayam broiler harus jauh dari pemukiman penduduk. Selain itu lokasi peternakan sebaiknya tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku dan lokasi pemasaran. Namun syarat ini memang tidak terlalu utama jika transportasi yang digunakan sudah optimal. Untuk menghindari penggusuran sebaiknya lokasi yang dipilih termasuk areal agribisnis .
Dalam penelitian Pinto (2011) menyatakan bahwa lokasi lahan sangat strategis, karena mempunyai akses yang baik terhadap sarana transportasi dan hal terpenting lainnya adalah akses dalam mendapatkan input produksi tergolong mudah selain itu lokasi tersebut juga cukup jauh dari pemukiman penduduk. Jarak terdekat dengan pemukiman penduduk
(19)
adalah sekitar 200 meter. Peternakan ini mempunyai sumber mata air yang cukup dengan sumur yang digunakan untukkebutuhan produksi usahaternak. Kandang yang dibangun di atas lahan seluas ± 2.5 ha ini merupakan kandang yang beralaskan tanah, dan bertingkat dua.
2. Peralatan dan Kandang
Peralatan untuk proses produksi haruslah dijaga kesterilannya, berdasarkan penelitian Solihin (2009) menyatakan bahwa kebersihan tempat pakan dan minum dapat mempengaruhi tumbuhnya bakteri, pada penelitian Solihin tempat minum otomatis atau belldrinker terindikasi menjadi tempat berkembangnya bakteri karena sisa-sisa vitamin dan obat yang berbentuk serbuk tidak terlarut semua sehingga sisa-sisa serbuk tersebut mengendap pada tempat air minum otomatis dan dalam waktu yang singkat menjadi lumut atau kerak berwarna hijau yang menjadi tempat tumbuhnya bakteri E coli.
Hal lainnya yang perlu diperhatikan dalam proses budidaya ayam
broiler adalah pendirian kandang diantaranya adalah, arah kandang,
ukuran kandang, ventilasi kandang, luas lantai dan sistem alas kandang.
Dalam penelitian Aziz (2009) menyatakan bahwa kandang dibangun di atas lahan seluas 1 100 m2 merupakan kandang tipe sangkar (cage types). Kandang ini berbentuk kandang panggung yang dibangun dari bahan kayu dan bambu, bentuk kandang seperti ini sama dengan kandang di lokasi yang akan saya teliti. Kandang tipe sangkar sangat cocok digunakan untuk daerah yang mempunyai temperatur udara cukup panas seperti Desa Tapos. Kandang tipe ini mempunyai sirkulasi udara yang baik sehingga pergerakan udara dalam kandang berjalan lancar. Temperatur di dalam kandang lebih rendah sehingga ayam lebih nyaman.
Menurut Fadilah (2006), perhitungan luas lantai dan kepadatan ayam erat hubungannya dengan rencana akhir berat ayam yang akan dipanen atau dijual. Perhitungan luas lantai ini harus dilakukan karena ada hubungan nyata antara kepadatan ayam dan pertumbuhan ayam, konversi pakan dan tingkat kematian. Berikut disajikan pada Tabel 7 mengenai pengaruh luas lantai terhadap berat badan ayam, dan tingkat kematian. Tabel 7 Pengaruh kepadatan ruang terhadap berat badan dan mortalitas
ayam broiler
Luas lantai (ekor/m2)
Berat hidup rata-rata umur 40 hari (kg)
Tingkat kematian (%)
9 1.88 2.0
8 1.87 2.1
7 1.86 2.3
6 1.83 2.6
5 1.81 3.0
4 1.79 3.6
3 1.75 4.5
(20)
Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa pengaruh kepadatan kandang dan berat ayam sangat perlu diperhatikan dalam kegiatan produksi karena akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kematian dan kualitas ayam yang dihasilkan. Beberapa akibat dari kepadatan kandang yang terlalu tinggi adalah tingkat konsumsi pakan berkurang, tingkat pertumbuhan ayam terhambat, efisiensi pakan berkurang, tingkat kematian meningkat, kejadian dada luka meningkat, persentase ayam ayam yang berbulu jelek meningkat dan keperluan ventilasi kandang meningkat.
3. Bibit ayam atau DOC
Day Old Chick merupakan faktor produksi utama dalam usaha ternak
ayam broiler. Dari penelitian Solihin (2009)menyatakan bahwapada peternakan ayam broiler CV AB Farm di periode keenam dan ketujuh penyakit Newcastle Disease dan Runting Stunting Syndrome (kekerdilan) yang timbul di peternakan ini tidak terlepas dari kualitas DOC yang kurang baik, hal ini diindikasikan oleh DOC yang dikomplain (dikembalikan ke pihak inti karena kualitas yang kurang baik) mencapai 392 ekor dari 14 000 ekor.
4. Pakan
Pakan merupakan faktor produksi utama dalam proses budidaya ayam
broiler. Pakan memiliki kontribusi paling besar dalam pengeluaran untuk biaya produksi. Dimana efisiensi penggunaan pakan dapat diukur dengan nilai Feed Convertion Ratio (FCR). Jika nilai FCR yang dihasilkan lebih besar dari nilai FCR standar akan menyebabkan rendahnya hasil panen sehingga berpengaruh terhadap keuntungan.Periode ke-6 dan ke-12 adalah periode yang menghasilkan nilai FCR terbesar yaitu masing-masing sebesar 2.31 dan 3.86. Nilai FCR 2.31 dan 3.86 tersebut menunjukkan bahwa untuk mendapatkan ayam dengan bobot hidup sebesar 1 kg diperlukan pakan sejumlah 2.31 dan 3.86 kg. Penggunaan pakan yang tidak efisien ini disebabkan sistem pencernaan ayam tidak bekerja secara maksimal (Aziz,2009). Tingginya nilai FCR ini menyebabkan biaya produksi membengkak dan pendapatan bersih yang diterima menurun. 5. Obat-obatan, vaksin dan vitamin
Obat-obatan, vaksin dan vitamin adalah salah satu faktor produksi yang digunakan untuk menjaga kesehatan ayam broiler dari penyakit-penyakit yang mungkin muncul atau apabila sudah terkena penyakit ayam dapat sembuh kembali dan untuk menjaga kualitas ayam broiler. Pinto (2011) menjelaskan antibiotika dapat membasmi hampir semua penyakit, akan tetapi pemakaiannya harus dihindari seminggu sebelum ayam dijual. Antibiotika terdiri dari beberapa jenis diantaranya bacitracin,
chlortetracycline, dihydrostreptornycin, penicilin, tylosin, neomycin.
Penggunaan obat-obatan ini sangat mudah yaitu dengan air minum, suntikan dan melalui ransum. Faktor yang perlu diperhatikan ketika melakukan vaksinasi adalah kondisi ayam, kondisi cuaca, jadwal vaksin, laporan kegiatan vaksin, menghindari faktor yang bisa mematikan vaksin, dan perlakuan pasca vaksin.
(21)
6. Tenaga Kerja
Dalam kegiatan peternakan ayam broiler peran tenaga kerja sangat penting karena usaha ternak ayam broiler mempunyai kesibukan yang temporer. Keterampilan dan kedisiplinan tenaga kerja sangat diperlukan, ini dapat dilihat pada penelitian Pinto (2011) dimana pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu selama ini anak kandang harus menunggu perintah dari manajer dalam penentuan jenis obat yang akan dipakai sekaligus akan memperlambat pemberian obat apabila obat yang akan dipakai tidak tersedia di kandang. Selain itu kedisplinan anak kandang dalam menjaga sarana prasarana seperti sumur sebagai sumber air minum masih kurang baik sehingga hal ini dapat menimbulkan penyakit pada ayam yang menyebabkan tingkat kematian ayam meningkat.
Sumber-Sumber Risiko dalam Peternakan Ayam Broiler
Dalam menjalankan suatu usaha agribisnis sangat rentan terhadap risiko karena produk agribisnis umumnya adalah makhluk hidup. Dimana sifat- sifat dari produk agribisnis dipengaruhi oleh kondisi alam, mudah busuk, mengambil tempat, berat dan lain-lain. Dari beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan peternakan ayam broiler, sumber-sumber risiko yang biasa dihadapi dalam usaha ini adalah risiko produksi, risiko harga, dan ada juga risiko sosial.
Dalam mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi hal yang perlu diperhatikan yaitu keberadaan sumberdaya manusia (SDM), karena SDM memiliki peranan penting dalam setiap kegiatan manusia tidak terkecuali kegiatan bisnis seperti yang dijalankan oleh peternakan ayam broiler. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu adalah kepadatan ruang, cuaca, hama predator dan penyakit. Dimana sumber risiko produksi hama predator memiliki tingkat probabilitas terbesar yaitu 38.4%, kepadatan ruang 33.7%, penyakit dengan tingkat probabilitas 33% dan yang terkecil adalah perubahan cuaca sebesar 12.5% (Pinto, 2011)
Untuk risiko harga, menurut Aziz (2009) Risiko harga (baik harga input maupun harga output) yang dihadapi oleh usaha peternakan X sangat berpengaruh terhadap keuntungan atau pendapatan bersih yang diterima usaha peternakan X. Harga input seperti harga pakan, DOC, dan obat-obatan yang melambung tinggi menyebabkan tingginya biaya produksi. Adapun harga jual output (berupa ayam broiler hidup) yang rendah menyebabkan rendahnya jumlah penerimaan yang didapatkan oleh usaha peternakan X.
Menurut Darmawi (2010) Risiko sosial juga termasuk salah satu sumber risiko yang perlu diperhatikan dimana sumber utama risiko adalah masyarakat , artinya tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan kita. Seperti pada penelitian Aziz (2009) peternakan X menghadapi kecemburuan sosial di lingkungan masyarakat sekitar dan terbentuknya citra yang buruk dari masyarakat sekitar terhadap usahaternak akibat dari polusi udara dan penyakit yang ditimbulkan. Risiko sosial yang dihadapi usaha peternakan X adalah terjadinya pencurian ayam, dimana jumlah ayam yang hilang karena pencurian dicatat sebagai angka mortalitas.
(22)
Pola Kemitraan
Dalam penelitian Deshinta (2006) menjelaskan bahwa penjualan ayam hidup dan pemotongan ayam pada usaha PT Sierad Produce dimulai dengan sistem Bapak Angkat. Dalam sistem ini perusahaan hanya menyediakan sarana dan prasarana sementara peternak melakukan kegiatan pemasaran sendiri. Adanya keterbatasan peternak dalam melakukan pemasaran menjadi salah satu pertimbangan bagi PT Sierad Produce untuk merubah sistem kerjasama ke dalam bentuk kemitraan. Konsep kemitraan yang dijalankan oleh PT Sierad Produce Produce digolongkan ke dalam pola Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA). Konsep tersebut tercantum dalam perjanjian kerjasama antara PT Sierad Produce Produce dengan peternak, dimana kedua belah pihak adalah mitra usaha yang mempunyai peranan yang sama, saling ketergantungan dan saling menguntungkan. PT Sierad Produce Tbk Contract Farming Division juga memiliki biro yang bertugas secara khusus dalam pelaksanaan kemitraan. Biro ini bertugas dalam berbagai kegiatan, seperti merencanakan jadwal masuk sapronak kepada peternak, membantu peternak dalam meningkatkan produksi, melakukan pemanenan dan perhitungan hasil budidaya ayam sehingga memberikan kemudahan pada peternak.
Analisis Risiko
Menurut Harwood, et al (1999) menyatakan bahwa risiko menunjukkan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis. Untuk itu dalam suatu bisnis diperlukan kemampuan untuk menganalisa risiko dan ketidakpastian dari suatu usaha agar pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan dalam bisnis bisa membuat suatu keputusan yang menghasilkan keuntungan. Beberapa contoh indikasi adanya risiko dalam bisnis diantaranya terdapat fluktuasi produksi, fluktuasi harga output atau fluktuasi pendapatan untuk setiap satuan yang sama.
Dalam kegiatan usaha peternakan ini diperlukan kemampuan pemilik dalam menganalisis manajemen risiko karena agribisnis peternakan merupakan jenis usaha dengan objek utamanya adalah makhluk hidup. Risiko dalam agribisnis khususnya risiko produksi dapat dilihat dari berfluktuasinya produksi, gagal panen, kualitas produk yang dihasilkan. Untuk itu seorang pelaku bisnis harus mampu mengidentifikasi risiko usahanya.
Dalam penelitian (Aziz 2009), Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, risiko yang dihadapi usaha peternakan X adalah risiko harga (baik harga input maupun harga jual output), risiko produksi (cuaca dan iklim bisa menyebabkan tingkat mortalitas sebesar 30-50% dan penyakit bisa menyebabkan tingkat mortalitas sebesar 50%), dan risiko sosial. Berdasarkan hasil analisis risiko, risiko yang dihadapi usaha peternakan X yaitu risiko harga, risiko produksi dan risiko sosial sangat berpengaruh terhadap pendapatan usaha peternakan X. Risiko-risiko tersebut menyebabkan pendapatan usaha peternakan X berfluktuasi tajam.
Penelitian Merina (2004) mengenai analisis risiko menggunakan alat analisis pendapatan tunai dan analisis risiko. Berdasarkan nilai R/C rasio yang
(23)
diperoleh sebesar 1.12 yang berarti setiap rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.12 menunjukan bahwa usaha peternakan Perusahaan X sudah cukup efisien, karena penerimaan tunai yang diperoleh lebih besar daripada biaya tunai yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil analisis risiko, nilai return yang diperoleh sebesar Rp 49 747 040.92, dimana nilai tersebut merupakan rata-rata pendapatan bersih selama 12 periode. Nilai simpangan baku sebesar Rp 45 549 095.56, artinya nilai risiko yang harus dihadapi sebesar Rp 45 549 095.56 (cateris paribus). Nilai koefisien variasi sebesar 0.93 yang berarti bahwa risiko yang ditanggung oleh peternak sebesar 93 persen dari pendapatan bersih rata-rata (return) yang diperoleh. Dari analisis regresi yang digunakan untuk melihat risiko perusahaan yang dikaji diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi risiko yang sangat besar pada perusahaan tersebut adalah fluktuasi harga DOC, fluktuasi harga pakan, fluktuasi biaya obat, fluktuasi harga ayam, waktu penjualan dan fluktuasi mortalitas.
Berdasarkan hasil penelitian analisis risiko produksi yang telah dilakukan Pinto (2011) terdapat 4 jenis sumber risiko produksi yaitu kepadatan ruang, perubahan cuaca, hama predator dan penyakit. Sumber risiko produksi hama predator memiliki tingkat probabilitas terbesar yaitu 38.4%, kepadatan ruang 33.7%, penyakit dengan tingkat probabilitas 33% dan yang terkecil adalah perubahan cuaca sebesar 12.5%. Sedangkan analisis dampak dari sumber–sumber risiko memakai metode VaR dengan tingkat keyakinan 95% adalah sumber risiko penyakit memberikan dampak terbesar disusul kepadatan ruang, perubahan cuaca dan hama predator. Oleh karena itu dalam manajemen risiko, setelah mengidentifikasi sumber risiko dan melakukan pengukuran risiko maka dilakukan penanganan terhadap risiko. Strategi pengelolaan risiko peternakan ayam broiler
yang dilakukan meliputi dua hal yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini sama-sama meneliti komoditas ayam broiler.
Persamaan dengan penelitian Merina adalah sama-sama menghitung risiko dan pendapatan usaha. Perbedaannya adalah penelitian Merina menghitung lebih jauh faktor yang mempengaruhi risiko pendapatan dan penelitian ini akan menganalisis pengaruh kemitraan terhadap usaha peternakan tersebut. Persamaan penelitian ini dengan Azis adalah sama-sama menghitung pendapatan dan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan, sedangkan perbedaannya penelitian ini melakukan perhitungan pada peternak bermitra dan mandiri. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Pinto adalah sama-sama menganalisis sumber-sumber risiko produksi dan perbedaannya pada penelitian ini akan membahas lebih lanjut pengaruh risiko produksi dan harga terhadap peternakan.
Analisis Pendapatan
Deshinta (2006) menyatakan bahwa peternak mitra memperoleh penerimaan yang lebih besar, namun peternak mitra hanya mendapatkan pendapatan bersih sebesar Rp 4 972 514 sedangkan peternak mandiri memperoleh Rp 5 850 476. Pendapatan yang diperoleh oleh peternak mitra lebih kecil dari peternak mandiri, karena jumlah biaya yang ditanggung oleh peternak mitra juga lebih besar dari peternak mandiri. R/C atas total biaya peternak mitra sebesar Rp 1.066, sedangkan
(24)
peternak mandiri Rp 1.079. Hasil uji t menunjukkan bahwa hipotesis Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa antara pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri tidak memiliki perbedaan secara nyata (tidak signifikan). Dan dapat diambil kesimpulan akhir bahwa kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak. Walaupun demikian, peternak memperoleh banyak manfaat dari keikutsertaannya di dalam kemitraan seperti bantuan modal, bimbingan dan penyuluhan serta pemasaran hasil.
Tabel 8 Studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian
Nama Penulis Tahun Judul Metode Analisis
Bona Pinto 2011 Analisis Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten
Bogor
Analisis kuantitatif (coefficient variation,
variance, standard deviation, analisis Z-Score dan VaR) dan
Kualitatif Deskriptif Faishal Abdul
Aziz
2009 Analisis Risiko dalam Usaha Ternak Ayam Broiler (Studi Kasus Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)
Analisis
Kuantitatif (nilai
expected return,
coefficient variation,
variance dan standard deviation) dan
Kualitatif Deskriptif Desi Merina 2004 Analisis Pendapatan Tunai,
Risiko dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Usaha Peternakan Broiler
Analisis Pendapatan Tunai, Analisis Risiko, Analisis Regresi Menallya Deshinta
2006 Peranan kemitraan terhadap peningkatan Pendapatan peternak ayam broiler (Kasus Kemitraan : PT Sierad Produce dengan peternak di Kabupaten Sukabumi)
Analisis Deskriptif, Analisis Pendapatan, R/C, uji t
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Risiko
Pada sebuah aktivitas bisnis baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil, para pelaku bisnis tidak terlepas dari risiko (Fariyanti 2008). Dalam beberapa literatur risiko dan ketidakpastian sering digunakan secara bersamaan, yaitu risiko dan ketidakpastian. Namun secara ilmiah risiko dan ketidakpastian merupakan dua konsep yang berbeda. Robinson dan Barry (1987) menyitir
(25)
pendapat Frank Knight, yang menyatakan bahwa risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan. Peluang suatu kejadian dapat ditentukan oleh pebisnis berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Adanya risiko pada umumnya menimbulkan dampak yang negatif terhadap suatu bisnis. Seperti yang dikemukakan oleh Harwood, et al (1999) bahwa risiko menunjukkan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya.
Ketidakpastian menunjukkan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan. Tidak diketahuinya peluang suatu kejadian secara kuantitatif atau sulit diukur oleh pelaku bisnis dapat dikarenakan beberapa hal yaitu tidak ada informasi atau data pendukung baik berdasarkan data historis atau pengalaman pelaku bisnis selama mengelola kegiatan usaha dalam menghadapi suatu kejadian.
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, hal ini sesuai dengan pendapat (Kountur 2008), yaitu ketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa yang akan terjadi. Selanjutnya dijelaskan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko. Oleh sebab itu risiko dapat disebut sebagai suatu keadaan tidak pasti yang dihadapi seorang pebisnis yang bersifat merugikan.
Analisis Risiko
Risiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu aktivitas yang dilakukan manusia, termasuk aktivitas agribisnis. Karena dalam setiap kegiatan, seperti kegiatan budidaya, pasti ada berbagai ketidakpastian
(uncertainty). Faktor ketidakpastian inilah yang kemudian menyebabkan
timbulnya risiko pada suatu kegiatan.
Menurut Kountur (2006), Perusahaan yang mengelola risikonya dengan baik akan mendapatkan beberapa manfaat antara lain; (a) dapat meningkatkan laba perusahaan, (b) memungkinkan terhindar dari kebangkrutan yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa luar biasa, dan (c) memperlancar pencapaian tujuan. Sehingga Hanafi (2006) mengatakan bahwa secara alamiah setiap orang atau organisasi dalam sebuah bisnis akan mengelola risiko yang bertujuan menciptakan sistem atau mekanisme pengelolaan risiko yang bertujuan untuk menghindari perusahaan dari kerugian dan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Pentingnya pengelolaan risiko menurut Hanafi (2006) dapat dilihat melalui Gambar 1 yang menggambarkan pandangan lama bahwa dalam kaitannya antara risiko dan tingkat keuntungan, menganggap bahwa ada hubungan positif antara risiko dengan tingkat keuntungan, semakin tinggi risiko, akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan, jika suatu organisasi ingin menaikkan keuntungan, maka organisasi tersebut harus menaikkan risikonya.
(26)
Return Expected return
Higher risk leads to higher return
Risk
Gambar 1 Hubungan risiko dengan return
Pandangan Lama: Semakin tinggi risiko, semakin tinggi tingkat keuntungan
Sumber : Hanafi (2006)
Penilaian risiko dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Menurut Anderson et al. (1977), Calkin dan DiPietre (1983), Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian
(variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient
variation). Standard deviation diperoleh dari akar kuadrat nilai variance
sedangkan coefficient variation diperoleh dari rasio antara standard deviation
dengan expected return.
Kategori Risiko
Beberapa kategori risiko tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya (Kountur 2008):
a. Penyebab timbulnya risiko b. Akibat yang ditimbulkan c. Aktivitas yang dilakukan, atau d. Kejadian yang terjadi
Menurut Harwood et al (1999), terdapat beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani, yaitu :
1. Risiko produksi
Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia, dan masih banyak lagi.
2. Risiko Pasar atau Harga
Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lain-lain. Sementara itu risiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain harga dapat naik akibat dari inflasi.
3. Risiko Kebijakan
Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain adanya kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari dalam hal ini sebagai pemegang
(27)
kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha. Dalam artian kebijakan tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut. Contohnya adalah kebijakan tarif ekspor.
4. Risiko Finansial
Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun akibat dari krisis ekonomi dan sebagainya.
Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko, juga berarti suatu cara untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul yang disebabkan oleh adanya ketidakpastian (Kountur, 2008). Djohanputro (2006) mendefinisikan manajemen risiko Corporate merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif risiko dan dalam memonitoring serta mengendalikan implementasi penanganan risiko. Sistematika pengelolaan risiko menurut Kountur dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Proses pengelolaan risiko
Sumber: Kountur (2008)
Menurut Kountur (2006), dalam mengelola risiko yang pertama kali harus dilakukan adalah mengidentifikasi risiko dengan :
1. Mengetahui dimana saja risiko berada
Risiko dapat ditemukan di empat tempat utama di dalam perusahaan yaitu; (a) barang; dalam memproduksi barang dan jasa perusahaan juga membutuhkan bahan baku yang digunakan sebagai input dalam proses produksi (barang), yang mempunyai risiko rusak, hilang, tidak sesuai, usang dan tidak berkualitas, (b) orang; perusahaan memiliki sumberdaya manusia (orang) untuk mengelola dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dituntut oleh perusahaan, yang mempunyai risiko sakit, cedera, meninggal, keluar, mogok dan demo, (c) uang; perusahaan memerlukan uang untuk membayar kewajiban-kewajibanya, risiko uang yang merugikan karena hilang, dicuri, diselewengkan, tidak tertagih, berubah nilainya. Uang bisa juga dilihat dari nilainya yang berubah karena harga yang berubah, nilai tukar yang berubah, tingkat bunga yang berubah, (d) prosedur: perusahaan perlu sistem, prosedur dan aturan-aturan untuk
Evaluasi
Penanganan Risiko Pengukuran
Risiko Identifikasi
(28)
melaksanakan suatu pekerjaan (prosedur), risiko prosedur terjadi karena sistem atau prosedur yang salah sehingga menyebabkan kecelakaan atau hasil yang tidak berkualitas, atau karena prosedur yang usang yang tidak dapat berfungsi mengikuti perkembangan teknologi sehingga walaupun prosedur benar namun tidak efisien dan efektif lagi sehingga merugikan perusahaan.
2. Mengetahui penyebab timbulnya risiko
Mengetahui dari awal penyebab kemungkinan terjadinya risiko akan memudahkan penanganan risiko. Risiko dapat disebabkan karena (a) faktor fisik yaitu; bencana alam yang berasal dari gempa, banjir, atau kebakaran, dan faktor fisik seperti kondisi alam (basah, kering, panas, atau dingin). Faktor fisik bisa juga berasal dari mahluk alam (kuman, virus, binatang, atau tumbuhan). Selain faktor fisik, penyebab timbulnya risiko karena faktor non fisik, seperti teknologi yang tidak sesuai, tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tidak berkualitas, maupun yang salah digunakan, (b) faktor sosial yang menjadi penyebab timbulnya risiko berasal dari individu karena kompetensi yang kurang (tidak mampu, lalai, sakit), moral (kejujuran, kesengajaan, keserakahan, keadilan, kekecewaan), selera (mode, keinginan, persepsi) atau dari faktor sosial seperti kelompok masyarakat (sekelompok orang yang bersama-sama melakukan tindakan yang dapat merugikan perusahaan seperti demo karyawan atau masyarakat, mogok kerja, huru-hara), (c) faktor ekonomi; terjadi karena harga beli maupun harga jual yang berubahrubah, nilai tukar mata uang yang berubah, tingkat bunga yang berubah-rubah.
3. Mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan danpenyebab risiko
Untuk mengetahui keberadaan maupun penyebab risiko dapat digunakan (a) metode interaksi yang terdiri dari observasi; dilakukan dengan cara mengamati atau melihat objek yang akan diamati atau yang akan diidentifikasi, wawancara; dilakukan dengan berbicara dan bertanya kepada orang-orang yang berada pada unit kerja yang menjadi objek identifikasi dan studi dokumenter; dilakukan dengan mempelajari berbagai laporan, manual dan materi tertulis lainnya yang terdapat pada unit kerja yang menjadi objek manajemen risiko untuk mengetahui kejadian apa saja yang bisa terjadi dan kemungkinan penyebabnya, (b) metode alur bagan; apabila suatu pekerjaan belum dilakukan dan masih dalam taraf perencanaan, yang tidak memungkinkan dilakukan metode interaksi, sehingga dilakukan alur bagan yang dilakukan dengan menggambarkan alur kegiatan dari suatu pekerjaan, dari alur tersebut akan tampak berbagai aktivitas yang dilakukan, sehingga bisa diidentifikasi risiko yang mungkin dan dapat dilihat apa penyebabnya.
Strategi Penanganan Risiko
Siasat untuk melindungi asset dan kemampuan perusahaan dalam memberikan hasil dengan mengurangi ancaman kerugian akibat dari peristiwa
(29)
yang tidak dapat dikendalikan. Menurut Kountur (2006), jika ada risiko pertama-tama yang diputuskan adalah apakah akan menghindar atau menghadapi risiko. Jika kemungkinan konsekuensi dari risiko tersebut besar maka cara yang terbaik adalah menghindar. Jika risiko tidak dapat dihindari maka risiko tersebut perlu dihadapi. Jika harus dihadapi maka langkah berikut yang harus dilakukan meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko dengan cara-cara pencegahan atau mengurangi kerugian. Pencegahan kerugian dan pengurangan kerugian hanya dilakukan selama manfaat yang diterima lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk pencegahan dan pengurangan kerugian. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kerugian yaitu :
1. Perbaikan fasilitas 2. Perbaikan sistem
Sedangkan cara-cara yang dapat dilakukan untuh mengurangi kerugian yaitu: 1. Cara teknis
2. Cara pemisahan 3. Cara penggabungan
Sekiranya risikonya besar dan tidak dapat dicegah atau dikurangi, langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah mempersiapkan pendanaan risiko. Beberapa cara pendanaan risiko yang dapat dilakukan perusahaan yakni :
1. Pengalihan : asuransi, hedging, factorial, leasing, outsorcing dan kontrak 2. Penahanan aktif
3. Penahanan pasif
Penilaian Risiko Bisnis
Risiko dapat ditunjukkan dengan indikator adanya fluktuasi dari return
atau hasil yang diharapkan. Risiko dapat dinilai dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi terhadap return dari suatu aset. Menurut Anderson et al. (1977), Calkin dan Dipietre (1983), Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran lainnya. Seperti misalnya standard deviation merupakan akar kuadrat dari variance
sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard deviation dengan nilai ekspektasi return dari suatu aset. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga.
Nilai ragam (variance) merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return
dengan ekspektasi return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai
variance menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil
penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha, dan semakin besar nilai variance maka semakin besar penyimpangannya sehingga semakin besar risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha. Nilai standard deviation merupakan akar dari variance. Nilai
standard deviation menunjukkan bahwa semakin kecil nilai standard deviation
maka semakin kecil risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha, dan semakin besar nilai standard deviation maka semakin besar pula risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha.
(30)
Coefficient variation merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih strategi alternatif dari beberapa kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh. Semakin kecil nilai coefficient variation
maka semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha, dan semakin besar nilai coefficient variation maka semakin besar risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha.
Pola Kemitraan dalam Agribisnis
Kemitraan pertanian dalam Surat Keputusan Menteri pertanian No.940/Kpts/ OT.210/10/1997 menerangkan bahwa kemitraan usaha pertanian berdasarkan azas persamaan kedudukan, keselarasan dan peningkatan keterampilan kelompok mitra oleh perusahaan mitra melalui perwujudan sinergi kemitraan yaitu hubungan yang saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan. Saling memerlukan dalam arti perusahaan mitra memerlukan hasil produksi dan kelompok mitra memerlukan pasokan bahan baku dan bimbingan dari perusahaan. Saling memperkuat artinya kelompok mitra maupun perusahaan mitra sama-sama memperhatikan tanggung jawab moral dan etikabisnis. Saling menguntungkan yaitu baik kelompok mitra dan perusahaan mitra memperoleh peningkatan pendapatan dan kesinambungan usaha. Salah satu pola kemitraan dalam agribisnis yaitu kemitraan inti-plasma.
Pola kemitraan inti-plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasmanya. Pola kemitraan ini meliputi 2 pelaku usaha yaitu perusahaan inti dan kelompok/petani mitra. Perusahaan inti berperan dalam membina kelompok/petani mitra dalam pelaksanaan budidaya, memberi pelayanan dan bimbingan teknis budidaya, menyediakan atau memasok sarana produksi, membantu pengelolaan kegiatan produksi, membantu administrasi dan pengelolaan hutang piutang dan membantu memasarkan hasil budidaya. Sedangkan kelompok/petani mitra memiliki peran dalam menyediakan lahan untuk kegiatan budidaya, menyediakan perlengkapan budidaya, menyediakan tenaga kerja, melakukan budidaya, melakukan prosedur administrasi dan tata cara panen yang ditetapkan.
Perjanjian yang dibuat dalam pola kemitraan inti-plasma diantaranya adalah perusahaan inti menjual sarana produksi secara kredit kepada pihak kelompok/petani mitra, selain itu perusahaan inti juga menetapkan harga jual dari hasil produksi yang dibudidayakan oleh kelompok/petani mitra. Setelah seluruh hasil produksi dijual, maka kelompok/petani mitra berkewajiban melakukan pembayaran atas sarana produksi yang diberikan oleh perusahaan inti pada awal dan selama periode produksi.
Risiko yang terjadi pada seluruh kegiatan budidaya dan pemasaran akan ditanggung oleh kedua belah pihak. Perusahaan inti berhak memberikan sanksi kepada kelompok/petani mitra apabila mengalami kerugian secara terus-menerus selama 3 periode pemeliharaan berturut-turut. Jika terjadi keadaan memaksa (force majeure), yang meliputi bencana alam, huru hara, wabah penyakit yang serius dan lain-lain, maka pihak kelompok/petani mitra wajib melaporkan kepada perusahaan inti. Agar perusahaan inti bersama-sama dengan kelompok/petani
(31)
mitra dapat dengan segera mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk mengurangi kerugian/risiko keadaan memaksa yang terjadi
Kerangka Operasional
Usaha peternakan ayam broiler cukup potensial untuk dikembangkan sebab permintaan terhadap daging ayam broiler terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Akan tetapi usaha beternak ayam broiler mempunyai risiko produksi dan risiko harga yang menyebabkan berfluktuatifnya pendapatan peternak. Dalam menjalankan usaha peternakan ayam broiler peternak dapat menjalankan usahanya dengan melakukan kemitraan dan non mitra atau disebut juga mandiri.
Menjalankan usaha peternakan ayam broiler akan ditemui beberapa risiko dan ketidakpastian yang dapat menjadi kendala bagi pebisnis. Pada umumnya kendala dalam kegiatan budidayanya yaitu risiko produksi, hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca, serangan penyakit, predator, afkir dan lain-lain. Indikasi risiko produksi pada peternakan ayam broiler seperti adanya fluktuasi produktivitas yang dilihat dari tingkat mortalitas ayam. Sedangkan untuk risiko harga dapat dilihat dari berfluktuasinya harga pakan dan harga DOC.
Salah satu peternak plasma yaitu peternakan ayam broiler milik Bapak Syafril adalah usaha peternakan ayam broiler yang mempunyai kapasitas produksi sebesar 19 000 ekor setiap periodenya. Usaha peternakan peternak bermitra ini dalam menjalankan produksinya dihadapkan pada tingkat risiko yang tinggi. Risiko-risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan ini diantaranya adalah risiko produksi yang disebabkan oleh cuaca, penyakit, afkir dan lain-lain. Risiko-risiko tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil produksi usaha peternakan ayam
broiler peternak bermitra. Hasil produksi yang didapatkan tidak maksimal dan
sangat berfluktuasi setiap periodenya. Hasil produksi yang berfluktuasi menyebabkan keuntungan atau pendapatan yang diterima usaha peternakan milik Bapak Syafril berfluktuasi.
Untuk melihat perbandingan pendapatan, pada penelitian ini ditambahkan beberapa peternak mandiri. Usaha peternakan mandiri juga tidak lepas dari risiko seperti risiko produksi dan risiko harga sama halnya dengan peternak plasma. Tingkat risiko dilihat dari berfluktuasinya pendapatan yang dihasilkan oleh peternak yang disebabkan oleh risiko-risiko tersebut. Peternak mandiri seringkali mengalami permasalahan risiko harga karena peternak hanya bisa mengikuti harga pasaran yang ada saat itu.
Untuk mengetahui tingkat risiko dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis risiko dengan mengkaji faktor penyebab atau sumber risiko. Penilaian risiko dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan terhadap return
dari suatu aset. Pada penelitian ini dilakukan analisis risiko terhadap peternak bermitra dan peternak mandiri. Selanjutnya dilakukan analisis strategi untuk mengatasi risiko dengan baik dan efektif bagi peternak bermitra dan mandiri.
(32)
Gambar 3 Alur kerangka pemikiran operasional Alternatif strategi pengelolaan
risiko pada peternakan ayam broiler
Peternak Bermitra : Risiko produksi (mortalitas, FCR,IP) Risiko harga ( harga jual ayam berdasarkan bobot badan ayam saat
panen tercantum pada kontrak )
Peternak Mandiri : Risiko Produksi (mortalitas)
Risiko Harga (Fluktuasi harga DOC, harga pakan, harga obat-obatan dan harga jual ayam)
Analisis deskriptif: 1. Identifikasi sumber-sumber
risiko produksi dan harga pada peternakan ayam
broiler
2. Identifikasi pengaruh risiko terhadap pendapatan peternak bermitra dan peternak mandiri 3. Identifikasi pengaruh
kemitraan terhadap usaha peternakan ayam broiler
peternak plasma Analisis risiko:
1. Varian (variance)
2. Standar Deviasi (Standard Deviation)
3. Koefisien Variasi (Coefficient Variation)
4. Metode Z-Score
5. Batas bawah pendapatan Analisis Pendapatan :π = TR-TC Analisis Imbangan Rasio R/C= ��
��
Peningkatan jumlah konsumsi daging ayam broiler
Perkembangan pola kemitraan dengan tujuan berbagi risiko
Usaha peternakan ayam broiler rentan terhadap risiko produksi dan risiko harga
(33)
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan pada peternakan plasma ayam broiler Bapak Syafril Desa Batu Gandang di Kab. Sijunjung sebagai peternak plasma dan 7 peternak mandiri di Kota Sawahlunto/Kab Sijunjung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa terjadi fluktuasi jumlah populasi ternak yang cukup signifikan di daerah ini dikarenakan adanya peralihan penggunaan lahan menjadi pertambangan dan perumahan. Selain itu beberapa tahun terakhir mulai marak perusahaan inti menawarkan pola kemitraan kepada peternak-peternak di daerah ini. Pemilihan lokasi untuk peternak plasma ini dikarenakan peternakan ini merupakan peternakan yang sudah berdiri cukup lama dibanding peternak plasma lainnya dan memiliki populasi yang cukup banyak serta adanya fluktuasi mortalitas yang cukup bervariasi. Untuk peternak mandiri karena jumlah peternak yang cukup sedikit, pada penelitian ini dimasukkan seluruh peternak mandiri yang ada di Kota Sawahlunto dan sebagian di kab. Sijunjung untuk mengimbangi jumlah populasi ayam broiler peternak plasma. Kegiatan pengumpulan data dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan April 2013 sampai dengan bulan Juni 2013.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data pimer diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan, peternak dan anak kandang. Data primer berisikan tentang teknik pengelolaan risiko atau manajemen risiko yang dilakukan oleh perusahaan maupun peternak. Data ini diperoleh dari pemilik peternakan, tenaga kerja (anak kandang), dan teknisi lapang dari perusahaan yang mengetahui dan memahami kondisi peternakan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur yang terkait topik penelitian. Data sekunder tersebut dapat diperoleh dari sumber internal seperti laporan divisi dalam suatu perusahaan, ringkasan produksi, laporan keuangan dan akuntansi, laporan studi pemasaran, laporan studi penjualan. Data sekunder dari sumber eksternal dapat diperoleh buku, artikel, skripsi, jurnal, database online, Dinas Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan, Balai Penelitian Ternak, Badan Pusat Statistik (BPS) dan literatur yang relevan dengan penelitian. Data-data tersebut berkaitan dengan informasi tentang peternakan ayam broiler di Kota Sawahlunto dan Kab. Sawahlunto Sijunjung.
Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data primer yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara, diskusi, dan kuisioner dengan pihak perusahaan, peternak, dan anak kandang. Observasi dilakukan langsung oleh peneliti dengan pencatatan secara langsung tentang kegiatan produksi dan risiko yang dihadapi dalam peternakan ayam broiler. Wawancara dilakukan dengan
(34)
pihak perusahaan yaitu bagian teknisi lapang (TS), pemilik peternakan, anak kandang tentang risiko yang biasa muncul/dihadapi oleh peternakan ayam broiler.
Pada penelitian tentang risiko usaha peternakan ayam broiler ini, proses pengambilan data dilakukan secara sengaja (purposive), sedangkan untuk pengambilan responden juga dilakukan dengan pendekatan (purposive) dengan pertimbangan responden memiliki kapabilitas untuk memberikan data-data yang akurat. Dalam penelitian ini responden yang diambil oleh peneliti dipilih secara subjektif sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Responden yang dipilih adalah orang-orang bagian internal perusahaan seperti pemilik peternakan, anak kandang, dan teknisi lapangan dari perusahaan inti karena para responden ini diperkirakan dapat memberikan informasi-informasi dan data-data yang berkaitan dengan kegiatan dan risiko produksi yang dihadapi perusahaan. Sampel yang diambil ini bertujuan untuk memperoleh suatu kesimpulan dari tujuan penelitian yang dilakukan.
Pada penelitian ini dipilih 1 peternak yang bermitra dengan alasan terjadinya fluktuasi produksi dan pendapatan selama periode pengamatan (10 periode terakhir) dengan menggunakan data time series. Sedangkan untuk peternak mandiri data yang digunakan adalah data pada saat pengamatan langsung di lokasi penelitian atau disebut juga cross section. Untuk pemilihan responden peternak-peternak mandiri, karena keterbatasan jumlah populasi peternak-peternak mandiri yang tidak terlalu banyak maka peneliti mengambil keseluruhan responden yaitu 7 peternak mandiri yang ada di Kota Sawahlunto /Kab. Sijunjung. Adapun peternak mandiri yang masih menjalankan usaha peternakan ayam broiler saat ini mulai berkurang karena persaingan di pasar yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar.
Metode Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang diperoleh akan dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua data ini akan diolah dan dianalisis melalui beberapa metode analisis yang digunakan. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian disajikan dalam Tabel 9.
Tabel 9 Proses pengolahan data
No Tujuan penelitian Jenis data Sumber data Metode
analisis 1 Mengidentifikasi sumber-sumber
risiko pada peternakan ayam
broiler Data Kualitatif Wawancara, kuisioner Analisis deskriptif 2 Menganalisis pengaruh risiko
produksi dan risiko harga terhadap pendapatan peternakan ayam
broiler
Data Kuantitatif
Wawancara, Laporan divisi, keuangan,
pemasaran, penjualan perusahaan
Analisis Risiko dan Analisis Pendapatan
3 Menganalisis alternatif strategi pengelolaan risiko pada peternakan ayam broiler
Data Kualitatif Wawancara, kuisioner, diskusi Analisis deskriptif
(35)
Dalam penelitian mengenai risiko pada usaha peternakan ayam broiler
dengan pola kemitraan dan mandiri ini menggunakan pengukuran risiko yaitu varian, standar deviasi dan koefisien variasi. Ukuran risiko ini bertujuan untuk melihat seberapa besar risiko yang akan dihadapi peternak bermitra dan peternak mandiri pada periode yang akan datang. Untuk membandingkan biaya dan pendapatan bersih yang diterima peternak bermitra dan peternak mandiri dilakukan analisis pendapatan dan R/C Ratio. Setelah diketahui sumber-sumber risiko yang dihadapi oleh peternak bermitra dan peternak mandiri dan besarnya pendapatan yang diperoleh peternak bermitra dan peternak mandiri maka tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah penetapan alternatif strategi dalam menangani risiko yang dihadapi. Hipotesis dari penelitian ini yang pertama adalah kemitraan dilakukan untuk meminimalisir risiko yang dihadapi oleh peternak. Hipotesis berikutnya adalah kemitraan tidak dapat meminimalisir risiko yang dihadapi oleh peternak.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis sumber-sumber risiko dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh perusahaan untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi dan ketidakpastian yang dihadapi. Manajemen risiko yang diterapkan berdasarkan pada penilaian perusahaan sebagai pengambil keputusan secara subjektif. Identifikasi ini dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko. Hal tersebut didasarkan pada tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan. selain itu, analisis deskriptif digunakan untuk melihat pearanan pola kemitraan terhadap usaha yang dijalankan peternak.
Parameter penilaian prestasi produksi ayam broiler:
Parameter penilaian prestasi produksi ayam broiler diperlikan untuk melihat penyimpangan produksi aktual peternak bermitra dengan produksi standar yang ditetapkan perusahan inti. Beberapa parameter prestasi yang biasa dipakai oleh para peternak ayam broiler sebagai berikut :
a. Persentase kematian (Persentase Deplesi)
Persentase kematian adalah jumlah ayam yang mati dan diafkir dibagi dengan jumlah total awal ayam yang dipelihara dalam setiap periodenya.
=( ℎ − ℎ � )
ℎ 100%
b. Rata-rata berat ayam yang dijual
Rata-rata berat ayam yang dijual adalah total dari berat ayam yang dijual dibagi dengan total jumlah ayam yang dijual.
− � = �
(36)
c. Konversi Pakan (Feed Conversion Ration atau FCR)
Konversi pakan adalah banyaknya kilogram pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram berat badan ayam hidup.
���= � � − �
ℎ �
d. Umur Panen dan Rataan Umur Panen
Umur panen adalah umur ayam ketika dijual dalam satuan hari, jika umur panen ayam beragam ketika dijual dalam arti umur setiap ayam berbeda karena berbeda saat kedatangannya maka harus dicari rataan umur panen.
= ℎ ℎ ℎ �
ℎ �
e. Indeks Prestasi atau Performance Numerical (PN)
Indeks Prestasi adalah suatu formula yang paling umum dipakai untuk
mengetahui prestasi ayam broiler komersial. Semakin besar nilai PN yang diperoleh (lebih dari 200), maka semakin bagus Prestasi Produksi ayam dan semakin efisien penggunaan pakan dan biaya.
PN =(100 %− persentase kematian) x Rataan Berat Ayam dipanen x 100
��� x Rataan umur panen
Analisis Risiko
Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return dari suatu aset. Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah varian (variance), standar deviasi
(standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Ukuran-ukuran
tersebut merupakan ukuran statistik. Penjelasan mengenai beberapa ukuran sebagai berikut:
1. Hasil yang Diharapkan atau Expected Return
Hasil yang diharapkan atau expected return dihitung dari penjumlahan hasil kali antara peluang kejadian (probability) dengan return berupa pendapatan bersih dari seluruh periode pengamatan pada peternak plasma dan peternak mandiri. Secara matematis expected return dapat dituliskan sebagai berikut:
� = �
=1
Penjabaran dari rumus expected return dapat dituliskan sebagai berikut:
(37)
Dimana :
Pij = Peluang dari suatu kejadian (i=aset, j=kejadian)
Rij = Return
Ri = Expected return
Jumlah kejadian atau pengamatan di usaha peternakan ayam broiler ada 10 kejadian pada peternak plasma dan 7 kejadian pada peternak mandiri, jadi peluang dari setiap kejadiannya dianggap sama yaitu bernilai satu. Sehingga
expected return dapat dihitung dengan mencari nilai rata-rata atau mean dari
return berupa pendapatan bersih usaha peternakan ayam broiler pada peternak plasma dan peternak mandiri Maka secara matematis expected return dapat dituliskan sebagai berikut :
Ri =
Rij =1 n
Dimana :
Ri = Expected Return atau Pendapatan rata-rata (Rp/Periode) Rij = Pendapatan periode ke-j (Rp/Periode)
n = Jumlah data pengamatan
2. Varian (variance)
Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber,1995):
�2 = =1
(� − �)2
Rumus variance dari return tersebut dapat juga dituliskan dalam bentuk sebagai berikut :
�2=
1(�1− �1)2+ 2(�2− �2)2+ 3(�3− �3)2+⋯+ (� − � )2 Dimana :
σi2 = dari
Pij = Peluang dari suatu kejadian (i=aset, j=kejadian)
Rij = Return
Ri = Expected return
Jumlah kejadian atau pengamatan di usaha peternakan plasma ada 10 kejadian dan peternak mandiri 7 kejadian, jadi nilai peluang dari setiap
(1)
92 Lampiran 5 Analisis perbandingan pendapatan peternak plasma dan peternak mandiri
Uraian
Peternak Plasma
Uraian Peternak
Mandiri
A. Penjualan Ayam Broiler A. Penjualan Ayam Broiler
Jumlah
ekor Berat ayam/ekor Total berat ayam (kg) Harga Ayam/kg Total harga jual (Rp)
Total harga jual (Rp)
1830 0.93 1706.2 15660 26,719,092 1. Penjualan Ayam Potong 4 (0,8kg/ekor)
184,824,000
1932 1.12 2166.2 15180 32,882,916 2. Penjualan Ayam besar
223,226,000
1512 1.19 1802.8 15180 27,366,504 3. Penjualan bagian isi perut ayam & ceker
11,350,000
1296 1.16 1504.4 15180 22,836,792
1303 1.16 1507.2 15180 22,879,296
1496 1.13 1684.8 15180 25,575,264
1093 1.36 1486.6 14980 22,269,268
2240 1.17 2614 15180 39,680,520
520 1.32 685.4 14980 10,267,292
1280 1.24 1583.4 15070 23,861,838
Total Penjualan Ayam Broiler 254,338,782 Total Penjualan Ayam Broiler 419,400,000
B. Penjualan Pupuk 2,320,000 B. Penjualan pupuk 2,110,000
Total Penerimaan 256,658,782 Total Penerimaan 421,510,000
Total Biaya 351,316,260 Total Biaya 362,891,500
Tambahan Discount Feed atau DOC dari PT 90,191,578 Total Pendapatan Bersih 58,618,500
Total Pendapatan Bersih -4,465,900 R/C Rasio Peternak Mandiri 1.16
(2)
93 Kegiatan Produksi Peternakan Plasma
Kandang Ayam Mesin Generator Gudang Pakan
(3)
94
Vitamin Obat-Obatan Panen Penyemprotan Kandang
Kegiatan Produksi Peternakan Mandiri
(4)
95
Gudang Pakan Perkembangan Ayam Broiler
(5)
96
Foto Ayam Mati
Cuaca Penyakit
(6)
PRIMALIA ARWITA dilahirkan di Sawahlunto pada tanggal 01 Juli 1990 dari pasangan Bapak Arson dan Ibu Yusmarita. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara. Riwayat akademis penulis dimulai dari taman kanak-kanak di TK Kemala Bhayangkari pada tahun 1995, kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri 10 Tanah Lapang pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Selanjutnya, pada tahun 2005 penulis lulus dari SLTP Negeri 1 Sawahlunto dan kemudian pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sawahlunto. Pada tahun yang sama penulis diterima masuk sebagai mahasiswa Program Diploma di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Di Diploma Institut Pertanian Bogor penulis diterima pada program keahlian Manajemen Agribisnis. Penulis dapat menyelesaikan pendidikan Diploma III pada tahun 2011 dan mendapat gelar Ahli Madya. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan kembali pada Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.