Analisis Atribut Produk Yang Dipentingkan Konsumen Dalam Pembelian Kosmetik Berbahan Alam

ANALISIS ATRIBUT PRODUK YANG DIPENTINGKAN
KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KOSMETIK
BERBAHAN ALAM

TANTRI LARASATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Atribut Produk
yang Dipentingkan Konsumen dalam Pembelian Kosmetik Berbahan Alam adalah
benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Tantri Larasati
H34110062

ABSTRAK
TANTRI LARASATI. Analisis Atribut Produk yang Dipentingkan Konsumen
dalam Pembelian Kosmetik Berbahan Alam. Dibimbing oleh BAYU
KRISNAMURTHI
Sebagai negara yang sangat kaya dengan sumberdaya alamnya, Indonesia
berpotensi untuk mengembangkan industri kosmetik, khususnya kosmetik
berbahan alam. Tetapi pertumbuhan impor kosmetik ternyata lebih tinggi
dibanding pertumbuhan produksi kosmetik lokal. Hal ini menyebabkan turunnya
porsi relatif produk kosmetik lokal di pasar domestik. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengidentifikasi proses keputusan pembelian kosmetik perawatan
berbahan alam, karakteristik produk kosmetik perawatan berbahan alam, serta
atribut produk yang paling dipentingkan dalam pembelian kosmetik perawatan
berbahan alam, dengan membandingkan antara produk dari merek lokal Sariayu
Martha Tilaar dan produk dari merek impor The Body Shop. Hasilnya menunjukan

bahwa proses keputusan pembelian konsumen pada kedua merek, Sariayu Martha
Tilaar dan The Body Shop, relatif sama, kecuali pada tahap evaluasi alternatif dan
tahap pembelian. Meskipun karakteristik produk Sariayu Martha Tilaar dan The
Body Shop cukup berbeda, antara lain dari harga, tempat penjualan produk, desain
kemasan, serta jumlah variasi produk, atribut produk yang dipentingkan oleh
konsumen relatif sama dalam hal label informasi, fitur produk, fisik produk serta
kemasan.
Kata kunci: kosmetik, proses keputusan pembelian, karakteristik produk,
atribut produk
TANTRILARASATI. Analysis of the Most Importants Product Attribute in
Consumer Purchasing Decision of Nature-Based Cosmetics. Supervised by
BAYU KRISNAMURTHI
As a very rich natural resources country, Indonesia is potential to
developing cosmetics industry, especially a nature-based cosmetics. But the
growth of cosmetics import is higher than that of local cosmetics production. Its
cause reduction relative portion of local cosmetics products in the domestic
market. The objective of this research is to identify the purchasing decision
process of nature-based cosmetics, the characteristics of nature-based cosmetics,
and the most important attribute of product in purchasing decision process by
comparing the brand between Sariayu Martha Tilaar and The Body Shop. The

result show that consumer purchasing decision process on both Sariayu Martha
Tilaar and The Body Shop are relatively the same, except in the alternatives
evaluation phase and the purchasing phase. Although the product characteristics
of Sariayu Martha Tilaar and The Body Shop are different, i.e. the price, the
location, the packaging design, and the product variations, the product attribute
that’s considered as important by consumers are relatively the same in term
oflabelling, product features, physical products and packaging.
Keywords: cosmetics, purchasing decision process, product characteristics
product attributes

ANALISIS ATRIBUT PRODUK YANG DIPENTINGKAN
KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KOSMETIK
BERBAHAN ALAM

TANTRI LARASATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skr;psi: Anal isis Atribut Produk yang Dipentingkan Konsumen dalam
Pembelian Kosmetik Berbahan Alam
: Tantri Larasati
Nama
:
H341!0062
NIM

Disetujui oleh

1


Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, M.S
Pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

1I

t,

セ G i@

H

.2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah
perilaku konsumen, dengan judul Analisis Atribut Produk yang Dipentingkan
Konsumen dalam Pembelian Kosmetik Berbahan Alam. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Bapak Dr. Ir.Bayu Krisnamurthi, M.S selaku dosen pembimbing,
serta Bapak Dr. Ir.Burhanuddin, M.M, Ibu Yanti Nuraeni M. SP. M. Agribus, dan
Ibu Tintin Sarianti, SP. MM, yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Yuddy Dermawan dan Ibu Tara
Thalita dari Martha Tilaar, Bapak Martinus Kukuh, Bapak Dwi Andi beserta staf
dariThe Body Shop, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, serta seluruh keluarga, Aqin,
Mela, Bapet, Oki, Umar, Kesayangan, dan Selingkuhan, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Tantri Larasati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


viii

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


5

Tujuan Penelitian

6

Manfaat Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian

6

TINJAUAN PUSTAKA

7

Analisis Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen


7

Atribut-atribut yang Dipentingkan Konsumen dalam Pembelian Produk

9

Jamu

10

Kosmetik

13

KERANGKA PEMIKIRAN

15

Kerangka Pemikiran Teoritis


15

Kerangka Pemikiran Operasional

21

METODE PENELITIAN

23

Lokasi dan Waktu Penelitian

23

Jenis dan Sumber Data

23

Metode Pengambilan Sampel


23

Metode Pengolahan dan Analisis Data

24

Definisi Operasional

26

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

28

Martha Tilaar

28

The Body Shop

29

HASIL DAN PEMBAHASAN

31

Proses Keputusan Pembelian Kosmetik Perawatan Berbahan Alami

31

Karakteristik Produk

38

Analisis Atribut Produk yang Dipentingkan Konsumen dalam Pembelian
Kosmtik Perawatan Berbahan Alami
42

Sintesa
SIMPULAN DAN SARAN

54
58

Simpulan

58

Saran

59

DAFTAR PUSTAKA

60

LAMPIRAN

63

RIWAYAT HIDUP

82

DAFTAR TABEL
1 Ekspor industri kosmetik Indonesia 2009-2013
2 Kinerja industri kosmetik Indonesia 2009-2012
3 Impor industri kosmetik Indonesia 2009-2013
4 Pertumbuhan ekspor-impor industri kosmetik Indonesia 2009-2013
5 Rekapitulasi perkembangan produksi tanaman hortikultura 2009-2013
6 Pertumbuhan produksi tanaman hortikultura 2009-2013
7 Tinjauan pustaka terkait proses pengambilan keputusan pembelian
konsumen
8 Tinjauan pustaka terkait atribut-atribut yang dipentingkan konsumen
dalam pembelian produk
9 Tinjauan pustaka terkait jamu
10 Tinjauan pustaka terkait kosmetik
11 Atribut produk perawatan tubuh dan wajah yang dianalisis
12 Pertumbuhan jumlah Martha Tilaar Shop (MTS) tahun 2010-2015
13 Pertumbuhan penjualan produk Martha Tilaar tahun 2010-2015
14 Pertumbuhan jumlah gerai The Body Shop tahun 2010-2015
15 Pertumbuhan penjualan produk The Body Shop tahun 2010-2015
16 Alasan/motivasi pembelian produk perawatan tubuh dan wajah The
Body Shop
17 Sumber informasi tentang produk perawatan tubuh dan wajah The
Body Shop
18 Pertimbangan konsumen dalam memilih produk perawatan tubuh dan
wajah The Body Shop
19 Konsumen yang menggunakan produk perawatan tubuh dan wajah
selain The Body Shop
20 Pemberi pengaruh konsumen terhadap pembelian produk perawatan
tubuh dan wajah The Body Shop
21 Cara konsumen memutuskan pembelian produk perawatan tubuh dan
wajah The Body Shop
22 Distribusi penggunaan jenis produk perawatan tubuh dan wajah The
Body Shop
23 Tingkat kepuasan konsumen pasca pembelian produk perawatan tubuh
dan wajah The Body Shop
24 Alasan/motivasi pembelian produk perawatan tubuh dan wajah
Sariayu Martha Tilaar
25 Sumber informasi tentang produk perawatan tubuh dan wajah Sariayu
Martha Tilaar
26 Pertimbangan konsumen dalam memilih produk perawatan tubuh dan
wajah Sariayu Martha Tilaar
27 Konsumen yang menggunakan produk perawatan tubuh dan wajah
selain Sariayu Martha Tilaar
28 Pemberi pengaruh konsumen terhadap peembelian produk perawatan
tubuh dan wajah Sariayu Martha Tilaar
29 Cara konsumen memutuskan pembelian produk perawatan tubuh dan
wajah Sariayu Martha Tilaar

1
2
2
2
3
4
7
9
11
13
20
28
29
30
30
31
32
32
33
33
34
34
34
35
35
36
36
37
37

30 Distribusi penggunaan jenis produk perawatan tubuh dan wajah
Sariayu Martha Tilaar
31 Tingkat kepuasan konsumen pasca pembelian produk perawatan tubuh
dan wajah Sariayu Martha Tilaar
32 Karakteristik produk sabun mandi
33 Karakteristik produk sabun pembersih wajah
34 Hasil analisis faktor segmen The Body Shop
35 Hasil analisis faktor segmen Sariayu Martha Tilaar
36 Pilihan produk perawatan tubuh dan wajah oleh segmen umum
37 Hasil analisis faktor segmen umum
38 Perbandingan proses keputusan pembelian konsumen kedua merek
39 Perbandingan atribut produk yang dipentingkan tiap segmen
konsumen

37
38
38
40
43
47
50
51
54
57

DAFTAR GAMBAR
1 Perbandingan jumlah produk kosmetik lokal dan kosmetik impor yang
beredar di Indonesia
2 Pertumbuhan produksi tanaman hortikultura 2009-2013
3 Proses pengambilan keputusan pembelian
4 Konsep produk total
5 Kerangka pemikiran operasional
6 Sabun mandiThe Body Shop
7 Sabun mandi Sariayu Martha Tilaar
8 Sabun pembersih wajah The Body Shop
9 Sabun pembersih wajah Sariayu Martha Tilaar
10 Scree plot segmen The Body Shop
11 Scree plot segmen Sariayu Martha Tilaar
12 Scree plot segmen umum

3
4
16
18
22
40
40
41
41
43
46
50

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kuisioner Penelitian
Hasil uji validitas dan relibilitas kuisioner
Analisis KMO dan Communalities The Body Shop
Anti-images CorrelationThe Body Shop
Total Variance Explained The Body Shop
Rotated Component Matrix The Body Shop
KMO dan Communalities Sariayu Martha Tilaar
Anti-images Correlation Sariayu Martha Tilaar
Total Variance Explained Sariayu Martha Tilaar
Rotated Component Matrix Sariayu Martha Tilaar
KMO dan Communalities segmen umum
Anti-images Correlation segmen Umum
Total Variance Explained segmen umum
Rotated Component Matrix segmen umum

63
66
67
68
70
71
72
73
75
76
77
78
80
81

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat semakin memerhatikan penampilan.Hal ini terlihat
dari semakin banyaknya salon dan klinik kecantikan, model pakaian, dan
beragamnya jenis produk kecantikan. Salah satu penampilan yang menjadi
perhatian adalah penampilan fisik (tubuh). Penampilan fisik (tubuh) dapat
ditunjang salah satunya dengan menggunakan kosmetik. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) kosmetik adalah bahan untuk mempercantik wajah,
kulit, rambut, dan seterusnya (seperti bedak, pemerah bibir). Saat ini kebutuhan
masyarakat terhadap kosmetik semakin berkembang. Berdasarkan data dari AC
Nielsen, saat ini konsumsi kosmetik di Indonesia cenderung terus meningkat,
dimana penjualan kosmetik di perkotaan dan pedesaan tumbuh lebih tinggi
dibanding periode yang sama di tahun lalu1. Hal tersebut didukung juga oleh data
dari Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (2013) yang menyatakan bahwa
terjadi pertumbuhan volume penjualan kosmetik akibat peningkatan permintaan
kosmetik, khususnya dari kalangan ekonomi kelas menengah2. Peningkatan
permintaan ini diduga karena adanya peningkatan pendapatan per kapita,
khususnya dari kalangan ekonomi kelas menengah.
Industri kosmetik adalah industri yang bergerak di bidang perawatan dan
kecantikan untuk tubuh, rambut, wajah, dan lain-lain. Menurut Kementerian
Perindustrian (2004), industri kosmetik mencakup tiga bagian yaitu kosmetik
produk kecantikan, kosmetik wangi-wangian, dan pasta gigi. Perkembangan
industri ini cukup baik jika dilihat dari pertumbuhan nilai ekspor industri
kosmetik dalam negeri tahun 2009-2013 yang nilainya terus tumbuh hingga
mencapai rata-rata 19.55% per tahun.
Tabel 1 Ekspor industri kosmetik Indonesia 2009 - 2013. (Dalam US$)
Sub Kelompok Hasil
Industri
1. Kosmetik(produk
kecantikan)
2. Kosmetik (produk
wangi-wangian)
3. Pasta Gigi
Total

2009

2010

2011

2012

2013

144 045 746

173 808 281

195 403 419

195 981 988

208 060 710

29 754 580

58 092 907

118 702 406

128 107 468

146 200 396

23 419 961

37 889 197

34 984 248

37 398 673

37 758 052

197 220 287

269 790 385

349 090 073

361 488 129

392 019 158

Sumber: Kementerian Perindustrian 2014

Namun dilihat dari nilai produksi total industri kosmetik dalam negeri tahun
2009-2012 ternyata industri kosmetik Indonesia belum menunjukan

AC.
Nielson,
“Permintaan
Kosmetik
Mengalami
Peningkatan”,
diakses
dari
http://thepresidentpostindonesia.com/2013/09/30/survei-nielsen-permintaan-kosmetik-mengalamipeningkatan/ pada tanggal 20 Juni 2015
2
Kementerian Perindustrian, “Indonesia Lahan Subur Industri Kosmetik”, diakses dari
http://kemenperin.go.id/artikel/5897/Indonesia-Lahan-Subur-Industri-Kosmetik, pada tanggal 5
Januari 2015
1

2
perkembangan yang baik karena nilainya masih mengalami fluktuasi.Hal tersebut
dapat terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kinerja industri kosmetik Indonesia 2009-2012. (Dalam Rp ribu)
Indikator
Nilai
produksi total
Nilai output
Nilai input
Nilai tambah

Rata-rata per
tahun

2009

2010

2011

2012

9 128 013 132

8 477 607 900

10 115 072 949

5 734 429 585

8 363 780 891

9 855 458 032
3 989 739 214
5 865 718 818

9 196 187 394
3 017 756 403
6 178 430 991

12 146 653 459
5 554 289 023
6 592 364 436

5 819 701 647
2 021 348 293
3 798 353 354

9 254 500 133
3 645 783 233
5 608 716 899

Sumber: Kementerian Perindustrian 2015

Nilai produksi total industri kosmetik yang berfluktuasi diduga berkaitan
dengan nilai impor industri kosmetik dalam negeri yang terus mengalami
pertumbuhan signifikan hingga mencapai rata-rata 26.37% per tahun.
Tabel 3 Impor industri kosmetik Indonesia 2009-2013. (Dalam US$)
Sub Kelompok Hasil
Industri
1. Kosmetik (produk
kecantikan)
2. Kosmetik (produk
wangi-wangian)
3. Pasta Gigi
Total

2009

2010

2011

2012

2013

185 650 209

226 777 373

289 796 209

320 234 852

370 827 365

23 058 505

52 552 416

91 827 191

100 614 209

147 007 840

6 225 530

10 019 043

10 957 239

18 856 313

23 759 442

214 934 244

289 348 832

392 580 639

439 705 374

541 594 647

Sumber: Kementerian Perindustrian 2014
Tabel 4 Pertumbuhan ekspor-impor industri kosmetik Indonesia 2009-2013
Kelompok
hasil
industri kosmetik

Pertumbuhan per tahun (%)
2009-2010

2010-2011

Total ekspor
36.80
29.39
Total impor
34.62
35.67
Sumber: Kementerian Perindustrian 2014 (diolah)

2011-2012

2012-2013

3.55
12.00

8.45
23.17

Rata-rata
pertumbuhan
per tahun (%)
19.55
26.37

Berdasarkan pertumbuhan ekspor-impor industri kosmetik (Tabel 4), terlihat
bahwa pertumbuhan impor kosmetik yang mencapai 26.37% per tahun
menunjukan bahwa konsumsi kosmetik impor di dalam negeri terus meningkat
secara signifikan. Menurut Hidayat (2013), tingginya nilai impor kosmetik
disebabkan karena tingginya permintaan domestik terhadap produk kosmetik
bermerek mahal (high branded)serta penurunan tarif impor akibat perjanjian
perdagangan bebas3.

Kementerian Perindustrian, “Indonesia Lahan Subur Industri Kosmetik”,diakses dari
http://kemenperin.go.id/artikel/5897/Indonesia-Lahan-Subur-Industri-Kosmetik,pada tanggal 5
Januari 2015
3

3
(Rp milyar)
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
2009

2010
produk lokal

2011
produk impor

2012

Gambar 1 Perbandingan nilai produk kosmetik lokal dan kosmetik impor
yang beredar di Indonesia
Gambar 1 diatas diperoleh dari perbandingkan antara nilai produksi total,
nilai ekspor, dan nilai impor industri kosmetik dalam negeri. Berdasarkan gambar
tersebut, terlihat bahwa jumlah produk kosmetik lokal yang beredar di pasar
domestic mengalami penurunan. Sedangkan produk kosmetik impor terus
mengalami peningkatan. Tingginya pertumbuhan impor kosmetik yang lebih
besar dari pertumbuhan produksi total kosmetik dalam negeri menyebabkan porsi
relatif peredaran kosmetik lokal di pasar domestik semakin menurun.
Pada dasarnya produk yang dihasilkan oleh industri kosmetik dapat berupa
produk berbahan kimia sintetis dan berbahan alam. Perbedaan mendasar dari
kosmetik kimia sintetis dengan kosmetik alami adalah pada komposisi produk.
Misalnya bahan pewangi yang digunakan kosmetik kimia sintetis untuk aroma
mawar berasal dari geraniol yaitu bahan kimia turunan dari minyak mawar yang
dicampur dengan alkohol, sedangkan pada kosmetik alami aroma mawar berasal
dari ekstrak atau minyak mawar.
Selain bunga dan buah-buahan yang lazim digunakan, bahan alam lain yang
juga dapat digunakan sebagai bahan baku produk kosmetik alami adalah rempah.
Rempah termasuk kedalam subsektor hortikultura. Produk hortikultura meliputi
sayur-sayuran, buah buahan, rempah dan tanaman hias. Berdasarkan data dari
Direktorat Jenderal Hortikultura (2014) diketahui bahwa produksi rempah
Indonesia tahun 2009-2013 tumbuh paling signifikan dibandingkan produk
hortikultura lainnya (sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias).
Tabel 5 Rekapitulasi perkembangan produksi tanaman hortikultura 2009-2013
Komoditas
Sayuran
Buah
Tanaman Hias
a. Bunga Potong
b. Daun Potong
c.TanamanPohon
d. Bunga Tabur
e. Lansekap

Satuan
Ton
Ton

Produksi
2009

2010

2011

2012

2013

10 628 285
18 653 900

10 706 386
15 490 373

10 871 224
18 313 507

11 264 972
18 916 731

11 558 449
18 288 279

Tangkai
Pohon
Pohon
Kilogram
Pohon

263 531 374
4 050 498
19 512 944
28 307 326
2 387 452

378 915 785
6 871 141
21 656 442
21 600 442
2 164 323

486 851 880
4 550 551
26 214 980
22 541 485
3 197 469

616 858 625
3 192 945
24 584 077
22 862 322
2 728 074

684 097 623
3 394 093
29 343 407
30 258 648
2 717 464

Rempah*
Kilogram
a. Rimpang
Kilogram
b. Non Rimpang Kilogram

472 863 015
408 187 366
64 675 649

418 683 635
351 154 949
67 528 686

398 481 627
316 572 419
81 909 208

449 446 698
374 656 821
74 789 877

541 425 875
453 206 124
88 219 751

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura 2014
*untuk rempah, pada sumber disebut biofarmaka

4
Tabel 6 Pertumbuhan produksi tanaman hortikultura 2009-2013
Komoditas
Sayuran
Buah
Tanaman hias
Bunga potong
Daun potong
Tanaman pohon
Bunga tabur
Lansekap
Rempah
Rimpang
Non rimpang
Hortikultura

Satuan

Pertumbuhan per tahun (%)
2009-2010

Ton
Ton

2010-2011

0.73
(16.96)
18.27
43.78
69.64
10.98
(23.69)
(9.35)
(11.45)
(13.97)
4.41
(2.35)

Tangkai
Pohon
Pohon
Kilogram
Pohon
Kilogram
Kilogram
Kilogram

2011-2012

1.54
18.26
13.57
28.48
(33.77)
21.05
4.36
47.74
(4.82)
(9.85)
21.30
7.14

2012-2013

3.62
3.29
(4.52)
26.70
(29.83)
(6.22)
1.42
(14.68)
12.79
18.35
(8.69)
3.80

2.61
(3.32)
13.70
10.90
6.30
19.36
32.35
(0.39)
20.46
20.97
17.96
8.36

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura 2014 (diolah)
25
20
15
10
5
0
2009-2010
-5

2010-2011

2011-2012

2012-2013

-10
-15
-20

Sayuran

Buah

Tanaman hias

Rempah

Gambar 2 Pertumbuhan produksi tanaman hortikultura 2009-2013
Pertumbuhan produksi rempah memiliki tren yang terus meningkat secara
signifikan (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa rempah memiliki potensi
yang sangat baik untuk dikembangkan. Potensi ini juga didukung oleh
ketersediaan rempah-rempah yang melimpah di wilayah Indonesia.
Jika tingginya potensi rempah tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh
industri kosmetik dalam negeri dengan mengolahnya menjadi bahan baku produk
kosmetik alami, maka diharapkan industri kosmetik dalam negeri mampu kembali
bersaing dengan produk kosmetik impor. Apalagi saat ini masyarakat Indonesia
mulai mengubah gaya hidupnya kearah gaya hidup sehat, dimana penggunaan
produk yang ramah lingkungan dan terbuat dari alam lebih diminati masyarakat.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kosmetik berbahan alam dengan menggunakan
rempah Indonesia sangat prospektif jika dikembangkan.

5
Perumusan Masalah
Tingginya pertumbuhan impor kosmetik di Indonesia mengindikasikan
bahwa konsumen kosmetik di Indonesia cenderung lebih menyukai produk
kosmetik impor. Hal ini yang mungkin menjadi salah satu penyebab melemahnya
permintaan terhadap kosmetik lokal sehingga produksi total kosmetik dalam
negeri semakin sedikit dan akhirnya menyebabkan keberadaan kosmetik lokal di
pasar domestik semakin menurun.
Martha Tilaar merupakan salah satu produsen kosmetik dalam negeri yang
berfokus pada kosmetik berbahan alam. Sebenarnya sejak dahulu masyarakat
Indonesia sudah memanfaatkan bahan alam, khususnya rempah, untuk berbagai
kebutuhan seperti pengobatan, bahan makanan dan minuman kesehatan, zat
pewarna, hingga perawatan kecantikan, dengan mengolahnya menjadi jamu. Jamu
didefinisikan sebagai ramuan tradisional dari Indonesia yang berasal dari tumbuhtumbuhan alam, yang diracik tanpa menggunakan bahan kimia sebagai aditif
(bahan tambahan)4. Pemanfaatan jamu untuk perawatan dan kecantikan
dikategorikan sebagai pemanfaatan jamu di bidang kosmetik. Sehingga jamu tidak
hanya dimanfaatkan oleh industri jamu, tapi juga oleh industri kosmetik. Salah
satu merek dibawah naungan Martha Tilaar yang menggunakan bahan baku alami
tradisional asli Indonesia dalam produk kosmetiknya adalah Sariayu Martha
Tilaar. Bahan baku alami tradisional yang digunakan serta variasi produk yang
terinspirasi dari kebudayaan Indonesia, menjadi ciri khas tersendiri bagi Sariayu
Martha Tilaar dalam memasarkan produknya. Produk yang ditawarkan Sariayu
Martha Tilaar sangat beragam, dari mulai perawatan tubuh, rambut, wajah,
ramuan herbal, hingga make up dekoratif.
Namun seperti dijelaskan sebelumnya, peredaran produk kosmetik impor
cukup mendominasi pasar kosmetik dalam negeri. Salah satu produsen kosmetik
impor yang produknya banyak beredar di pasar dalam negeri adalah The Body
Shop.
The Body Shop adalah merek produk perawatan kecantikan berbahan alam
yang berasal dari Inggris. Ciri khas dari The Body Shop adalah penggunaan bahan
baku alam yang berasal dari berbagai negara serta slogan-slogannya yang pro
sosial dan lingkungan. Produk yang ditawarkan The Body Shop terdiri dari produk
perawatan tubuh, wajah, rambut, make up dekoratif, hingga wangi-wangian.
Banyaknya varian produk yang ditawarkan perusahaan kosmetik
dikarenakan produk kosmetik terdiri dari dua jenis, berdasarkan kegunaannya,
yaitu produk kosmetik untuk perawatan dan produk kosmetik untuk hiasan
(dekoratif). Biasanya masyarakat menganggap produk kosmetik hanya terdiri dari
produk kosmetik dekoratif saja, padahal dalam kesehariannya masyarakat juga
menggunakan produk kosmetik untuk perawatan. Contoh produk kosmetik
perawatan yang lazim digunakan oleh masyarakat, baik wanita maupun pria,
adalah sabun mandi dan sabun pembersih wajah. Sabun mandi dan sabun
pembersih wajah sering digunakan untuk membersihkan dan merawat kesehatan
kulit, apalagi di kondisi cuaca saat ini yang semakin kurang sehat. Sehingga
penggunaan sabun mandi dan sabun pembersih wajah menjadi sangat penting
dalam keseharian.
Jamu
Indonesia.
2013.
“Sejarah
Jamu”
diakses
http://jamuindonesia.com/shop/index.php?route=news/article&news_id=15pada tanggal 5 Januari 2015
4

dari

6
Perbedaan asal bahan baku serta ciri khas kedua perusahaan diatas
berdampak pada banyak aspek, seperti segmen pasar, strategi pemasaran, dan
atribut-atribut produk yang ditawarkan. Tingginya minat konsumen Indonesia
terhadap produk kosmetik impor menimbulkan pertanyaan, apa yang sebenarnya
dicari konsumen kosmetik Indonesia dalam produk kosmetik impor, dan apakah
mungkin produk kosmetik Indonesia juga dapat diminati oleh konsumen kosmetik
Indonesia. Untuk menjawab pertanyaan besar tersebut dilakukan dengan
merunutkan beberapa pertanyaan yang dimulai dari awal kegiatan konsumsi,
maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah
1.
Bagaimanakah proses keputusan konsumen dalam pembelian produk
perawatan tubuh dan wajah Sariayu Martha Tilaar dan The Body Shop,
2.
Bagaimana karakteristik produk perawatan tubuh dan wajah Sariayu Martha
Tilaar dan The Body Shop,
3.
Atribut-atribut produk seperti apa yang dipertimbangkan konsumen dalam
pembelian produk perawatan tubuh dan wajah Sariayu Martha Tilaar, The
Body Shop, maupun yang tidak menggunakan kedua merek tersebut
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah
1.
Menganalisis proses keputusan konsumen dalam pembelian produk
perawatan tubuh dan wajah Sariayu Martha Tilaar dan The Body Shop,
2.
Mengidentifikasi karakteristik produk perawatan tubuh dan wajah Sariayu
Martha Tilaar dan The Body Shop,
3.
Menganalisis atribut-atribut produk yang dipertimbangkan konsumen dalam
pembelian produk perawatan tubuh dan wajah Sariayu Martha Tilaar dan
The Body Shop.
Manfaat Penelitian
1.

2.

Bagi penulis, sebagai salah satu sarana untuk pengembangan wawasan dan
pengalaman dalam menganalisis proses keputusan pembelian serta atributatribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan
pembelian.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
rekomendasi yang berguna bagi perusahaan, baik Martha Tilaar maupun The
Body Shop, untuk mengenali atribut produk apa saja yang menjadi
pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian serta proses
keputusan pembeliannya. Informasi tersebut diharapkan dapat berguna
untuk pengembangan produk maupun strategi perusahaan agar perusahaan
dapat lebih berkembang.
Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan kepada konsumenyang menggunakan produk
perawatan tubuh dan wajah Sariayu Martha Tilaar dan The Body Shop yang
berada di wilayah Jakarta Selatan, serta yang tidak menggunakan kedua jenis
merek (umum). Penelitian ini dibatasi pada salah satu jenis produk perawatan,

7
yaitu perawatan tubuh dan wajah dengan jenis produk yaitu sabun mandi dan
sabun pembersih wajah. Selain itu penelitian ini lebih berfokus pada atributatribut yang dimiliki masing-masing produk sabun mandi dan sabun pembersih
wajah. Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui atribut produk perawatan
tubuh dan wajah apa saja yang menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam
melakukan pembelian serta bagaimana proses keputusan pembeliannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen
Proses pengambilan keputusan konsumen penting dipelajari bagi pemasar
atau produsen agar dapat menyesuaikan pola pemasaran dan pengembangan bagi
produknya. Tahapan dalam proses pengambilan keputusan pembelian konsumen
dimulai dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, hingga pasca pembelian yang sudah diketahui melalui
penelitian terdahulu. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Teknik
pengambilan sampelnya bisa menggunakan purposive sampling atau convinience
sampling tergantung objek penelitiannya.
Tabel 7Tinjauan pustaka terkait proses pengambilan keputusan pembelian
konsumen
Penulis
(tahun)
Agustini
(2001)

Jenis
pustaka/Instansi
[Jurnal] Jurnal
Manajemen
Vol. 1 No. 1/
Universitas
Katolik
Soegijapranata

Nurmalina
dan Astuti
(2008)

[Jurnal] Jurnal
Sains Terapan/
Institut
Pertanian Bogor

Judul pustaka

Isi pustaka

 Pada tahap pengenalan kebutuhan
diketahui bahwa motivasi nasabah
menabung di bank adalah untuk
simpanan di hari tua, berjaga-jaga,
jaminan bagi anak, dan mengontrol
pengeluaran
 Pada tahap pencarian informasi,
nasabah memproleh informasi terkait
bank tempat ia menabung dari dirinya
sendiri, teman, dan media massa.
 Pada tahap evaluasi alternatif, kriteria
nasabah dalam memilih tabungan
adalah kondisi bank, lokasi dan
pelayanan, serta rekomendasi teman.
 Pada tahap keputusan pembelian,
nasabah membuka rekening tabungan
di bank yang telah dipilihnya.
 Pada pasca pembelian, konsumen
puas
terhadap
keputusan
menabungnya.
Analisis
Proses  Pada tahap pengenalan kebutuhan,
Keputusan Pembelian
motivasi konsumen membeli beras
dan
Kepuasan
adalah untuk memenuhi kebutuhan
Konsumen terhadap
pokok.
Beras ( Studi Kasus  Sumber informasi konsumen dalam
Kecamatan Mulyorejo,
memperoleh beras adalah dari
Jawa Timur)
pedagang beras.
Analisis
Proses
Pengambilan
Keputusan Menabung
di Bank sebagai Dasar
Penentuan
Pola
Pemasaran Tabungan

8

Ketto,
Paskalis
Ferdinan
Bereket
(2014)

[Jurnal] Jurnal
Ilmu
Komunikasi
Vol. 1 No. 10/
Universitas
Atma
Jaya
Yogyakarta

Proses Pengambilan
Keputusan Konsumen
dalam
Membeli
Produk
Sepatu
Olahraga (Studi Kasus
Pembelian
Sepatu
Olahraga
New
Balance di Kalangan
Mahasiswa
Yogyakarta)

Prawira
(2012)

[Skripsi]
Departemen
Manajemen,
Fakultas
Ekonomi dan
Manajemen/
Institut
Pertanian Bogor

Analisis
Proses
Pengambilan
Keputusan dan Atribut
yang
Dipentingkan
Konsumen
dalam
Pembelian
Produk
Telkom Speedy (Studi
Kasus
PT.
Telekomunikasi
Indonesia, Bogor)

Yulianti
(2014)

[Skripsi]
Departemen
Agribisnis,
Fakultas
Ekonomi dan
Manajemen/
Institut
Pertanian Bogor

Analisis
Proses
Pengambilan
Keputusan Pembelian
dan Tingkat Kinerja
Atribut Produk pada
Restoran
Bebek
Goreng H. Slamet
Bogor

 Kriteria evaluasi beras bagi kelas
bawah adalah harga beras sedangkan
bagi konsumen kelas menengah dan
atas adalah penampakan fisik beras
(bersih dan utuh).
 Pada tahap pembelian, konsumen
beras membeli beras lokal di pasar.
 Pada
tahap
pasca
pembelian,
konsumen beras disana belum puas
dengan atribut beras terutama kelas
bawah.
 Pada tahap pengenalan kebutuhan
narasumber membeli produk bukan
karena kebutuhan tetapi keinginan.
 Sumber informasi konsumen melalui
media Facebook, Twitter, katalog,
dan teman.
 Pesan yang diterima selanjutnya
melalui tahap evaluasi alternatif
dengan melakukan pencarian dan
pembandingan dengan informasi lain.
 Pada tahap pembelian ada dua jenis
narasumber, yaitu yang membeli
setelah
membandingkan
dengan
produk lain, dan ada yang langsung
membeli setelah melihat gambar di
katalog atau disarankan teman.
 Mayoritas narasumber merasakan
kepuasan dan ingin melakukan
pembelian ulang pada produk sepatu
New Balance.
 Motivasi pengguna Telkom Speedy
adalah kecepatan akses
 Pengguna
Telkom
Speedy
memperoleh informasi dari brosur
 Kriteria evaluasi pengguna Telkom
Speedy adalah kecepatan akses
 Pengguna Telkom Speedy mendaftar
berlangganan di Plasa Telkom dengan
paket family
 Pengguna merasa puas setelah
menggunakan paket Telkom Speedy
 Motivasi konsumen restoran Bebek
Goreng H. Slamet adalah mencari
makanan enak dan menghilangkan
rasa lapar.
 Konsumen restoran Bebek Goreng H.
Slamet memperoleh informasi dari
teman.
 Kriteria konsumen restoran Bebek
Goreng H. Slamet adalah cita rasa
makanan.
 Konsumen mengunjungi restoran
Bebek Goreng H. Slamet pada siang
hari saat makan siang
 Konsumen merasa puas

9
Dari penelitian-penelitian diatas, diketahui bahwa proses pengambilan
keputusan konsumen tetap terdiri dari 5 tahap (pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan pasca pembelian). Namun belum
tentu semua konsumen melalui kelima tahap tersebut ketika akan membeli
produk. Selain itu proses pengambilan keputusan pembelian ini juga dipengaruhi
oleh beberapa hal seperti karakteristik konsumen, atribut produk, dan bauran
pemasaran.
Atribut-atribut yang Dipentingkan Konsumen dalam Pembelian Produk
Atribut produk adalah unsur-unsur yang menempel dari suatu produk atau
pengembangan dari produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pembelian. Hal ini
menunjukan bahwa pemasar atau produsen perlu mengetahui atribut yang
dipentingkan konsumen agar dapat merancang produk yang sesuai kebutuhan dan
keinginan konsumen.Terdapat beberapa pustaka yang berkaitan dengan atribut
produk, diantaranya.
Tabel 8 Tinjauan pustaka terkait atribut-atribut yang dipentingkan konsumen
dalam pembelian produk
Penulis
(tahun)
Tambunan
(2009)

Jenis
pustaka/Instansi
[Jurnal] Jurnal
Manajemen
Bisnis Vol. 2
No.
2
/
Universitas
Ciputra,
Surabaya

Judul pustaka

Isi pustaka

Atribut yang menjadi
Pertimbangan
Konsumen
dalam
Membeli
Produk
Perumahan

Ferrinadewi
(2005)

[Jurnal] Jurnal
Manajemen &
Kewirausahaan
Vol. 7 No. 2 /
Universitas
Kristen
Petra
Surabaya

Atribut Produk yang
Dipertimbangkan
dalam
Pembelian
Kosmetik
dan
Pengaruhnya
pada
Kepuasan Konsumen
di Surabaya

Izhar,
Sumiati,
Moeljadi

[Jurnal]
Wacana Vol. 13
No.
4/

Analisis
Sikap
Konsumen terhadap
Atribut Sabun Mandi

 Atribut luas tanah, type rumah,
jumlah kamar tidur, jumlah kamar
mandi, dan desain rumah sebagai
atribut
yang
dipertimbangkan
konsumen.
 Urutan atribut yang jadi bahan
pertimbangan
konsumen
yaitu
jumlah kamar tidur, luas tanah, tipe
rumah, desain rumah dan jumlah
kamar mandi.
 Terdapat 13 atribut produk kosmetik.
Yang dikelompokan menjadi tiga
kelompok yaitu
1. Faktor kualitas (bahan tidak cepat
luntur,
mudah
dibersihkan,
samarkan noda hitam, terasa
ringan di kulit, banyak pilihan
warna, mengandung vitamin,
mengandung perlindungan UV,
wangi khas)
2. Faktor risiko (tidak menimbulkan
alergi
dan
ada
petunjuk
pemakaian)
3. Faktor merek (nama merek dan
reputasi merek).
 Dari ketiga faktor tersebut, yang
paling
dipentingkan
konsumen
adalah Faktor kualitas dan Faktor
merek.
 Atribut produk sabun mandi yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah: Daya bersih, Aroma, Warna,

10
(2010)

Universitas
Brawijaya

(Studi Kasus Sabun
Mandi Merek Lux
dan Giv di Kota
Malang)

Rosiana
(2014)

[Skripsi]
Departemen
Manjemen,
Fakultas
Ekonomi dan
Manajemen/
Institut
Pertanian Bogor

Pengaruh
Atribut
Produk
terhadap
Keputusan Pembelian
Handphone
SmartphoneSamsung
Galaxy Young S6310

Iyas (2010)

[Skripsi]
Departemen
Teknologi
Industri
Pertanian,
Fakultas
Teknologi
Pertanian/
Institut
Pertanian Bogor

Analisis
Pendapat
Responden terhadap
Atribut Produk Sabun
Mandi
Kesehatan
Transparan
Mrek
Madu Mutiara

Label, Kemasan, Merek, Prestise.
 Dengan menggunakan pendekatan
Fishbein diketahui bahwa atribut
yang digunakan menunjukkan nilai
positif secara keseluruhan, namun
atribut prestise mempunyai nilai
sikap positif yang paling rendah
dibandingkan dengan atribut yang
lain pada kedua merek sabun ini.
 Dalam penelitian ini, Rosiana
merumuskan tiga kelompok atribut
yaitu:
1. Kualitas Produk (kualitas layar,
kualitas suara, kualitas kamera,
tidak mudah rusak, beroperasi
dengan baik, dan kualitas sesuai
harga)
2. Fitur Produk (wifi, video recorder,
GPS, bluetooth terbaru, android
jelly bean, BBM, 3G, kapasitas
memori besar)
3. Desain Produk (bentuk menarik;
desain berciri khas, simpel, ringan
dan elegan; layar sentuh; variasi
warna; ukuran layar).
 Dari ketiga atribut tersebut, atribut
yang
paling
mempengaruhi
keputusan pembelian adalah atribut
Desain Produk.
 Atribut
yan
digunakan
pada
penelitian ini adalah Daya Bersih,
Aroma, Warna, Label, Harga,
Kemasan, Merek, Iklan, Prestige
 Hasil analisis sikap multiatribut
Fishbein mengidentifikasi atribut
kesehatan merupakan atribut dengan
nilai sikap tertinggi, sedangkan
atribut prestige mempunyai nilai
sikap terendah.

Dari beberapa penelitian diatas, dapat dikatakan bahwa atribut dari masingmasing produk berbeda-beda tergantung jenis produknya. Namun biasanya untuk
memudahkan dalam menganalisis data, atribut tersebut dikelompokan dengan
atribut-atribut yang memiliki relevansi atau kemiripan. Dalam pengambilan
sampelnya biasanya menggunakan teknik sampling yaitu non-probability
sampling, dengan metode pengolahan data menggunakan conjoint atau analisis
faktor.
Jamu
Saat ini seiring dengan perkembangan teknologi, obat tradisional
digolongkan menjadi tiga, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka
(Phapros 2004).
1.
Jamu adalah obat bahan alam yang disediakan secara tradisional. Jamu tidak
memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan
bukti empiris saja.

11
2.

Obat herbal terstandar yaitu obat bahan alam yang disajikan dari ekstrak
atau penyaringan bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang,
maupun mineral. Proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks
dan mahal, serta ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitianpenelitian pra klinik.
3.
Fitofarmaka merupakan bentuk obat bahan alam yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena proses pembuatannya telah terstandar serta
ditunjang oleh bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia.
Namun ketiga jenis obat bahan alam tersebut sering disebut juga sebagai jamu.
Menurut Asosiasi Jamu Indonesia (2013), jamu merupakan ramuan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan alam yang diracik tanpa menggunakan bahan
kimia sebagai aditif. Jamu sering disebut sebagai ramuan tradisional karena jamu
sudah dikenal sejak jaman nenek moyang. Dalam usaha penyembuhan, orang
lebih tertarik untuk menggunakan jamu/ obat herbal daripada menggunakan obat
dokter karena dirasa lebih aman. Jamu/ obat herbal tidak hanya digunakan untuk
pengobatan, tetapi juga digunakan untuk pencegahan penyakit, pemeliharaan
kesehatan, pemulihan kesehatan, kebugaran, kecantikan, supplement harian
penambah tenaga dan gairah hidup. Bentuk jamu pun tidak hanya bubuk tapi ada
yang dibuat dalam bentuk pil, kapsul, kaplet, maupun cair.
Penelitian yang berkaitan dengan jamu cukup sulit ditemukan, karena masih
sedikit yang membahas tentang jamu. Namun ada beberapa penelitian yang cukup
menggambarkan tentang jamu, pemanfaatannya, dan pengembangannya.
Tabel 9 Tinjauan pustaka terkait jamu
Penulis
(tahun)
Lestari, Erni
D (2007)

Jenis pustaka/
instansi
[Skripsi]
Departemen
Ilmu Ekonomi,
Fakultas
Ekonomi
dan
Manajemen/
Institut Pertanian
Bogor

Pribadi,
Ekwasita R
(2009)

[Jurnal]
Perspektif Vol. 8
No. 1/ Balai
Penelitian
Tanaman Obat

Judul pustaka

Isi pustaka

Analisis
Daya
Saing, Strategi, dan
Prospek
Industri
Jamu di Indonesia

 Keunggulan industri jamu antara lain
faktor sumberdaya, faktor industri
terkait dan pendukung serta faktor
kesempatan.
Sedangkan
kelemahannya
adalah
faktor
permintaan,
faktor
persaingan,
struktur, dan strategi indsutri, serta
faktor pemerintah. Kelemahan ini
menyebabkan daya saing industri
jamu
sangat
rendah
dan
perkembangannya sangat lambat.
 Perumusan strategi untuk peningkatan
daya saing industri jamu adalah
bekerjasama
dengan
lembagalembaga
pendukung
seperti
pemerintah, lembaga penelitian dan
pengembangan, serta asosiasi jamu.
 Prospek industri jamu dilihat dari
peramalan nilai output industri jamu
sampai tahun 2015 dirasa cukup baik,
dimana setiap tahun output industri
jamu mengalami peningkatan
 Terdapat 31 tanaman obat yang
volume penggunaannya lebih dari
1.000 ton terna basah/tahun yang
digunakan untuk industri obat
tradisional, industri non jamu, bumbu

Pasokan
dan
Permintaan
Tanaman
Obat
Indonesia
serta
Arah
Penelitian

12
dan Aromatik

dan
Pengembangannya

Balitbangkes
(2011)

[Artikel Ilmiah]
Kementrian
Kesehatan

Riset
Jamu

Purwaningsi
h, Erni H
(2013)

[Jurnal] e-Jurnal
Kedokteran
Indonesia Vol. 1
No.
2/
Universitas
Indonesia

Jamu,
Obat
Tradisional
Asli
Indonesia Pasang
Surut
Pemanfaatannya di
Indonesia

Saintifikasi

dan ekspor.
 Pengembangan
dan
penelitian
tanaman obat di Indonesia diarahkan
kepada:
1) Teknologi pengendalian hama dan
penyakit.
2) Menghasilkan varietas unggul dan
teknologi budidaya.
3) Penangkaran
dan
penentuan
kesesuaian lingkungan tumbuh
 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010, 50%
penduduk Indonesia menggunakan
jamu untuk menjaga kesehatan
maupun
pengobatan.
Hal
ini
menunjukkan bahwa, jamu sebagai
pengobatan tradisional telah diterima
oleh masyarakat Indonesia. Namun
banyak tenaga profesional kesehatan
yang mempertanyakan pengobatan
tradisional (jamu).
 Untuk menyediakan bukti ilmiah
terkait mutu, keamanan, dan manfaat
jamu, maka Kementerian Kesehatan
RI, mengeluarkan Peraturan Menteri
Kesehatan
No.
03/MENKES/PER/2010
tentang
Saintifikasi Jamu. Saintifikasi Jamu
adalah pembuktian ilmiah jamu
melalui penelitian berbasis pelayanan
kesehatan.
 Pemanfaatan jamu di Indonesia tidak
konsisten dan mengalami pasang
surut tergantung pemegang kebijakan.
 Dokter belum secara aklamasi
menerima jamu karena ketidaktahuan
atau karena cara berpikir yang
terfokus pada bukti ilmiah.
 Untuk mengatasi masalah tersebut
diperlukan pendidikan jamu secara
terstruktur atau memasukkan mata
ajar jamu ke dalam kurikulum
pendidikan
dokter.
Selain
itu
koordinasi dan integrasi antara
pemegang kebijakan, akademisi,
pebisnis, masyarakat, serta BPOM
juga sangat perlu dilakukan.

Berdasarkan beberapa pustaka diatas terlihat bahwa pengobatan tradisional
(jamu) sebenarnya sudah diterima oleh masyarakat kebanyakan. Namun
kurangnya penelitian ilmiah, pengembangan, dan dukungan dari berbagai pihak
menyebabkan industri jamu ini kurang berdaya saing dan perkembangannya
sangat lambat. Padahal jika dikembangkan, industri jamu ini sangat prospektif
untuk terus menjadi pilihan masyarakat khusunya untuk penyembuhan maupun
menjaga kesehatan. Sehingga nantinya industri jamu, sebagai salah satu kekayaan
budaya Indonesia, dapat terus terjaga kelestariannya.

13
Kosmetik
Definisi kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk
digunakan pada bagian luar badan (epidermidis, rambut, kuku, bibir, dan organ
kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah
daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,
memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit.
Damayanti (1986) menyebutkan bahwa berdasarkan kegunaannya,
kosmetika dibagi kedalam dua golongan yaitu:
1.
Kosmetika Perawatan Kulit (skin care cosmetics). Jenis ini ditujukan untuk
merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk didalamnya kosmetika
untuk membersihkan, melembabkan, dan melindungi kulit. Misalnya sabun
mandi, sampo, pembersih wajah, masker wajah, serum, dan sebagainya.
2.
Kosmetika Hiasan atau Dekoratif (make up). Jenis ini digunakan untuk
merias, menutup kekurangan sehingga penampilan lebih menarik dan
menimbulkan efek psikologis yang baik. Misalnya bedak, pewarna bibir, cat
rambut, dan sebagainya.
Kosmetika tradisional adalah kosmetika yang dikemas dan dibuat secara
modern akan tetapi menggunakan konsep tradisional dalam pemakaiannya.
Kosmetika tradisional memiliki konsep tersendiri mengenai pemeliharaan,
perawatan, dan mempercantik diri. Menurut Hudyono (1987) produk-produk yang
termasuk kosmetika tradisional Indonesia antara lain:
1.
Kosmetika rambut, seperti cem-ceman, sampo lidah buaya, sampo wortel,
dan sebagainya.
2.
Kosmetika wajah, seperti bedak dingin, astringen, jeruk nipis, dan
sebagainya.
3.
Kosmetika pemelihara kulit tubuh, seperti lulur dan minuman yang
diberikan usai mandi.
4.
Jamu-jamu yang ditujukan untuk perawatan tubuh, seperti jamu pelangsing,
jamu yang membuat wajah lebih cerah, dan sebagainya.
5.
Wangi-wangian tradisional, seperti ramuan pewangi untuk mandi, ramuan
pewangi rambut, dan sebagainya.
Tabel 10 Tinjauan pustaka terkait kosmetik
Penulis
(tahun)
Noor, A.
M,
dkk
(2005)

Jenis
pustaka/Instansi
[Jurnal] Prosiding,
Seminar Nasional
PESAT
2005/
Universitas
Gunadarma

Judul pustaka

Isi pustaka

Analisis
 Tanggapan konsumen kosmetik di ibukota
Pengaruh Suara
dan sekitarnya terhadap desain iklan
Konsumen
kosmetik Indonesia ternyata bertitik berat
Kosmetik
di
pada kelengkapan informasi terkait
Ibukota
dan
manfaat/kegunaan produk, isi pesan yang
Sekitarnya
sederhana sehingga mudah dipahami,
terhadap
gambar serta komposisi warna yang
Perbaikan
menarik.
Kualitas Iklan
di Media Cetak

14
Badan
Pengawas
Obat dan
Makanan
(2006)

[Artikel ilmiah]
Badan Pengawas
Obat
dan
Makanan

Wih,
Ranti, dan
Wiriatmad
ja (2009)

[Jurnal] Majalah
Ilmu Kefarmasian
Vol. VI No. 1/
Martha
Tilaar
Innovation Center

Apsari,
Fitri
(2012)

[Jurnal]
TALENTA
PSIKOLOGI Vol.
1
No.
2/
Universitas Sahid
Surakarta

Putri, E.W
&
Pihastuty,
R (2014)

[Jurnal] Journal of
Social
and
Industrial
Psychology Vol. 3
No. 1/ Universitas
Negeri Semarang

 Dahulu kosmetik diramu dari bahan-bahan
alami, sekarang kosmetik dibuat tidak
hanya dari bahan alami tetapi juga bahan
buatan. Bahan-bahan yang terkandung
dalam kosmetik saat ini antara lain:
1. Waxes dan oils. Wax (malam) diperoleh
dari binatang, tumbuh-tumbuhan, dan
mineral alami.
2. Pengawet. Adanya pengawet dikarenakan
kosmetik terdiri dari berbagai macam
lemak dan minyak sehingga mudah
ditumbuhi mikroorganisme.
3. Antioksidan.
Adanya
antioksidan
dikarenakan kosmetik mudah teroksidasi
sehingga akan berubah warna dan
bentuk.
4. Pewarna. Pewarna yang digunakan dalam
kosmetik umumnya pewarna yang dapat
larut dalam air (alkohol atau minyak) dan
pewarna yang tidak larut dalam air.
Penelitian
 Pasar produk pencerah kulit tumbuh
Bahan Pencerah
semakin pesat. Hal ini terjadi hampir di
dan Pelembab
seluruh negara Asia. Martha Tilaar
Kulit
dari
Innovation Center menemukan bahan
Tanaman
yang secara in vitroberfungsi sebagai anti
Indonesia
oksidan dan anti tirosinase. Bahan-bahan
ini diekstraksi dari tanaman Indonesia
Lansiumdomesticum(LE) atau yang lebih
kita kenal dengan buah langsat dan
Phyllantus niruri (PE) *) atau meniran.
 Dari hasil penelitian dapat diketahui
bahwa ekstrak buah langsat dan
meniranaman
terhadap
kulit
serta
berfungsi sebagai pencerah kulit. Selain
itu ekstrak buah langsat juga memiliki
efek melembabkan kulit.
Hubungan
 Semakin tinggi kecenderungan narsisme,
antara
semakin tinggi minat membeli kosmetik
Kecenderungan
merek asing.
Narsisme
 Selain narsisme, terdapat faktor lain yang
dengan Minat
mempengaruhi minat membeli kosmetik
Membeli
merek asing yaitu faktor psikologis.
Kosmetik
biologis, sosiologis.
Merek
Asing  Kecenderungan narsisme pada subjek
pada
Pria
tergolong tinggi.
Metroseksual
Perceived
 Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
Quality
tingkat perceived quality konsumen
Konsumen
terhadap local cosmetic merek(Martha
terhadap Local
Tilaar)
maupun
global
cosmetic
Cosmetics
merek(The Body Shop). Perceived Quality
Brand
dan
diukur melalui enam dimensi yaitu
Global
kinerja, fitur, keandalan, daya tahan,
Cosmetic Brand
pelayanan serta gaya dan desain.
(Studi
pada  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
Martha Tilaar
terdapat perbedaan perceived quality
dan The Body
konsumen terhadap local cosmetic
Amankah
Kosmetik yang
Anda Pakai?

15
Shop)

merekdan global cosmetic brand. Namun
hasil penelitian per dimensi menunjukkan
adanya perbedaan perceived quality,
dimana local cosmetic merekunggul pada
dimensi kinerja dan daya tahan, sedangkan
global cosmetic merekunggul pada
keandalan, pelayanan serta gaya dan
desain.

Dari beberapa pustaka pada tabel diatas, terlihat bahwa kosmetik sudah
semakin banyak digunakan oleh masyarakat sehingga tidak heran jika
konsumennya semakin peka terhadap informasi yang berkaitan dengan kosmetik.
Selain itu penilaian terhadap kosmetik yang akan dikonsumsi juga tidak hanya
dari harga atau fungsi produk tersebut, tetapi lebih kompleks seperti desain
kemasan, bahan baku yang digunakan, dan informasi pada label kemasan. Hal itu
juga yang menyebabkan penelitian di bidang kosmetik semakin berkembang,
khususnya penelitian untuk penggunaan bahan baku kosmetik dan pemasaran
kosmetik.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsumen
“Konsumen” adalah kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kata ini
identik dengan pengguna, pemakai, pembeli, penikmat. Namun sebenarnya
menurut Sutedi (2008) ada tiga pengertian konsumen yaitu:
1.
Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna, dan/atau pemanfaat
barang dan/atau jasa untuk tujuan tertentu.
2.
Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna, dan/atau pemanfaat barang
dan/atau jasa untuk diproduksi menjadi barang/jasa lain (produsen) atau
untuk memperdagangkannya (distributor) dengan tujuan komersial.
Konsumen disini sama dengan pelaku usaha.
3.
Konsumen akhir, yaitu pemakai, pengguna, dan/atau pemanfaat barang
dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga, atau rumah
tangganya, dan tidak untuk diperdagangkan kembali.
Menurut Sumarwan (2011) terdapat dua jenis konsumen yaitu konsumen
individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa
untuk digunakan sendiri, digunakan anggota keluarga lain/anggota keluarga, atau
untuk hadiah. Sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis,
yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintahan, dan lembaga lainnya, dimana
mereka membeli barang dan jasa untuk menjalankan seluruh kegiatan
organisasinya.
Dari definisi konsumen diatas dapat ditarik simpulan bahwa konsumen
adalah pemakai, pengguna, dan atau pemanfaat barang dan/atau jasa oleh individu
maupun organisasi untuk tujuan tertentu (bisa untuk dikonsumsi langsung atau
diolah lagi atau diperdagangkan kembali). Begitu pentingnya peran konsumen
dalam kehidupan hingga terdapat hak konsumen yaitu hak untuk mendapat

16
keamanan, hak untuk mendapat informasi, hak untuk memilih, dan hak untuk
didengar (The International Organization of Consumers Union).
Perilaku Konsumen
Mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen
membuat keputusan dengan menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk
memperoleh produk dan jasa yang mereka inginkan. Studi ini diperlukan para
pemasar agar mampu mempersiapkan seperangkat kebijakan pemasarannya
seperti merancang bauran pemasaran, menetapkan segmenting, targeting, dan
positioning, dan lain-lain.
Engel, et aldalam Sumarwan (2011) mendefinisikan perilaku konsumen
sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
mengikuti tindakan ini. Solomon, et al (2006) dalam bukunya “Consumer
Behaviour A European Perspective” mengatakan bahwa perilaku konsumen
adalah studi tentang proses yang melibatkan tindakan pemilihan, pembayaran, dan
penggunaan terhadap produk, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan
kebutuhan. Saat ini ketertarikan atau perhatian masyarakat terhadap perilaku
konsumen mulai meningkat, tidak hanya pada bidang pemasaran tapi juga pada
ilmu-ilmu sosial.
M