POTENSI GORDEN CELUP EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti (Linn.)

(1)

POTENSIAL DYE CURTAIN WITH PANDANUS LEAF (Pandanus amaryllifolius Roxb.) EXTRACT AGAINS

Aedes aegypti (Linn.) MOSQUITO

AZATU ZAHIRAH SAYOETI

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a dangerous disease with the vector is Aedes aegypti in subtropical countries. It is necessary for vector control, one of them is to discover the potential of dye curtains to assesses extract fragrant pandan leaves (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) residue. The study was conducted in the Field, Laboratory of Biology and of Organic Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Lampung within 2 months. The design used was a completely randomized design (CRD) with the extract concentration of 30%, 35%, 40%, 45%, 50%, and 0%. The results of this study indicate fragrant pandan extract residue with the presence of death and fainted on the test mosquitoes. Research conclusions contained residual effect of fragrant pandan extract to cause death of Aedes aegypti, early in dyeing and continue to decline with increasing time with the value of p> 0.05.


(2)

POTENSI GORDEN CELUP EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) TERHADAP NYAMUK

Aedes aegypti (Linn.)

AZATU ZAHIRAH SAYOETI

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dibawa oleh vektor nyamuk Aedes aegypti di negara-negara subtropis. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian vektor, salah satunya dengan melihat potensi gorden celup untuk menilai residu ektrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) Penelitian dilakukan di Lapangan, Laboraturium Biologi dan Kimia Organik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung selama 2 bulan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak 30%, 35%, 40%, 45%, 50%, dan 0%. Hasil penelitian ini menunjukkan residu ekstrak pandan wangi pada gorden celup dengan terdapat kematian dan pingsan pada nyamuk uji. Kesimpulan penelitian terdapat pengaruh residu dari ekstrak pandan wangi berpotensi menyebabkan kematian nyamuk

Aedes aegypti di awal pencelupan dan terus berkurang dengan bertambahnya waktu dengan nilai p>0,05.


(3)

(4)

POTENSI GORDEN CELUP EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) TERHADAP NYAMUK

Aedes aegypti (Linn.) (Skripsi)

Oleh:

AZATU ZAHIRAH SAYOETI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

v

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1. Kerangka Teori ...18 Bagan 2. Kerangka Konsep ...19 Bagan 3. Alur Penelitian ...33


(6)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Daun Pandan Wangi ...7 Gambar 2. Nyamuk Aedes aegypti ...11


(7)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR BAGAN ...v

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ...1

1.2Rumusan Masalah ...3

1.3Tujuan Penelitian ...3

1.4Manfaat Penelitian ...4

1.5Kerangka Penelitian ...5

1.5.1 Kerangka Teori ...5

1.5.2 Kerangka Konsep...6

1.6Hipotesis ...7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Biologi Daun Pandan Wangi ...8

2.1.1 Klasifikasi Daun Pandan Wangi ...8

2.1.2 Morfologi Daun Pandan Wangi ...8

2.1.3 Penyebaran Daun Pandan Wangi ...9

2.1.4 Kandungan Daun Pandan Wangi ...10

2.2Biologi Aedesaegypti ...12

2.2.1 Klasifikasi Aedes aegypti ...12

2.2.2 Siklus Hidup Aedes aegypti ...14

2.2.3 Pengendalian Vektor ... 15

2.3Insektisida Botani ...18

2.4Pandanwangi dan Insektisida Botani ...19

2.5Gorden Celup ...20

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ...21

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...21

3.3 Populasi dan Sampel ...21


(8)

ii

3.5 Prosedur Penelitian ...24

3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ...28

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ...30

3.8 Aspek Etik Penelitian ...31

3.9 Alur Penelitian ...33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil ...34

4.2Pembahasan ...37

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ...40

5.2Saran ...40

DAFTAR PUSTAKA ...41


(9)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah Sampel ...22

Tabel 2. Volume Ekstrak Daun pandan Wangi yang Dibutuhkan ...26

Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...29

Tabel 4. Persentase Nyamuk Aedes aegypti yang Mati ...35

Tabel 5. Hasil EDNyamuk Mati ...35

Tabel 6. Persentase Nyamuk Aedes aegypti yang Pingsan ...36

Tabel 7. Hasil ED Nyamuk Pingsan ...37

Tabel 8. Dummy Tabel ...45


(10)

(11)

(12)

(13)

Ku persembahkan karyaku ini kepada :

Allah Subhanahu

Wa Ta ‘ala

Sebagai salah satu bentuk rasa syukurku

atas segala pertolongan dan kemudahan yang telah diberikan hingga

saat ini.


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1993 di Bandar Lampung. Penulis merupakan anak ke-3dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Abdullah Sayoeti dan Ibu Noni Agustini. Pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Al-Kautsar, dilanjutkan Sekolah Dasar Al-Kautsar Bandar Lampung dan tamat belajar pada tahun 2005.

Penulis melanjutkan pendidikan kejenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2008 dan dilanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Atas di SMA Al- Kautsar Bandar Lampung dan tamat belajar pada tahun 2011.

Pada tahun 2011penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Kedokteran, di Program Studi Pendidikan Dokter. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota GEN–C Fakultas Kedokteran Unila pada tahun 2012–2014.


(15)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, dan karunia yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tak lupa shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang syafaatnya sangat diinginkan dan dirindukan kelak di Yaumil Akhir.

Skripsi dengan judul “POTENSI GORDEN CELUP EKSTRAK DAUN

PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) TERHADAP NYAMUK

Aedes aegypti (Linn.) adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Dr. Sutyarso, M.Biomed selaku Dekan Fakultas Kedokteran.

3. Dr. Emantis Rosa, M.Biomed selaku Pembimbing Utama atas segala kesediaan dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan, saran, kritik, dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(16)

4. dr. Catur Ariwibowo selaku Pembimbing Kedua atas waktu, pikiran, saran, bimbingan, serta kesabarannya dalam membimbing saya hingga skripsi ini selesai.

5. Prof. Dr. dr. Efrida Warganegara, M.Kes, Sp. MK selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. Terima kasih atas motivasi, dukungan, saran dan kritik membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

6. dr. Reni Zuraida selaku dosen Pembimbing Akademik yang sudah memberikan pengalaman, memberi motivasi, dan membimbing saya dalam mengatur strategi perkuliahan.

7. Staf–staf dosen yang telah menjadi guru saya, sangat banyak ilmu yang telah diberikan, dan hanya Tuhan yang bisa membalas semua hal yang telah beliau–beliau berikan kepada saya.

8. Staf Akademik dan Tata Usaha Fakultas Kedokteran yang telah membantu saya dalam segala administrasi di kampus.

9. Kedua orang tuaku papi Abdullah Sayoeti dan mami Noni Agustini yang senantiasa mendukung dan selalu ada untukku. Terima kasih atas segala doa yang tak pernah terlupa di setiap shalatmu, segala bentuk dukungan, motivasi, nasehat, pengalaman hidup, dan kesabaran dalam menghadapi anakmu ini. Maaf bila ananda sering mengecewakan dan belum bisa membanggakan, sesungguhnya aku takkan menjadi seperti sekarang ini bila tanpa genggaman tanganmu. You’re hero in my world.

10.Abang M. Fitra Wardana Sayoeti, kakak Talitha Badzlina Sayoeti dan ade M. Fahri El- Rumi Sayoeti yang tersayang. Terimakasih untuk selalu


(17)

memberikan dukungan, perhatian, menjadi teman dikala jenuh, dan menjadi contoh yang baik sehingga adek bisa menjadi seorang wisudawan. 11.Sahabatku, teman seperjuanganku, geng terbaik sepanjang masa dan teman seperjuangan penelitian dan skripsi Aini Putri, Dwitya Rilianti, muflikha Sofiana Putri, Zuryati Toiyiba Qurbany dan Nycho Alva Chindo. Terimakasih atas segala suka dan duka yang telah kita lewati bersama dan juga segala waktu bahagia, tenaga tanpa pamrih, serta selalu memberikan jalan keluar disetiap permasalahanku. Semoga semua angan dan harapan yang kita inginkan akan tercapai kelak dan persahabatan ini tetap terjaga selamanya. Thanks for always cheers me up, you’re the best cheerleader in my life.

12.Sahabatku, yang selalu menemaniku meskipun kita jauh, yang selalu memberi semangat dan dukungan dikala senang dan susah Annisa Silvera, Aulia Nadia Putri Amelia, Desty Ayu Putri dan Rahma Kusuma Dewi. Terimakasih untuk semua waktu dan dukungannya selama ini.

13.Sahabatku, yang sudah menemaniku sejak masih SMP sampai sekarang Arthadina Julianda, Ayu Martiana Putri, Ica Rizki Aneftasari. Terimakasih untuk dukungannya selama ini.

14.Teman-teman yang selama ini mendukung, membantu dan memberi semangat Danar Fahmi Sudarsono, M.Yogie Fadli, Diano Ramadhan Fauzan, Putu Filla Wijaya, Alvionita Nur Fitriana, Dea Lita Barozha. Terimakasih untuk dukungan, bantuan dan semangatnya dikala susah, canda tawa dan hiburannya yang memberi semangat.


(18)

15.Teman sejawat satu angkatan 2011 dari absen 1118011001 sampai absen 1118011143, terimakasih telah memberikan saya kesempatan untuk mengenal kalian, kalian sungguh menyenangkan dan membanggakan. Terimakasih kita sudah menjadi satu bagian dan satu keluarga yang senang dan susah selalu bersama. Semoga kita dapat membanggakan almamater tercinta dan menjadi dokter yang berguna untuk nusa dan bangsa.

16.Teman–teman tutorial 1, alvionita, fauzia, giok, rifka, sakinah, zuryati, topaz, mahendra yang telah berbagi ilmu pada akhir semester di fakultas kedokteran.

17.Dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih telah membantu dalam kelancaran skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis


(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di negara-negara subtropis. Penyakit ini endemik dibeberapa negara-negara antara lain Afrika, Amerika, Mediterranea Timur, Pasifik Barat serta Asia Tenggara seperti Laos, kamboja, Vietnam, Malaysia, Philipina, Thailand dan Indonesia (WHO, 2005; Depkes R.I., 2009). Dari laporan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2013, terdapat 50-100 juta kasus Dengue di seluruh dunia. 250.000-500.000 kasus adalah Demam Berdarah Dengue dengan 24.000 kasus kematian setiap tahun. Di Indonesia periode tahun 2011 terdapat 65.725 dengan kematian mencapai 597 jiwa, tahun 2012 tercatat 90.245 penderita dengan angka kematian mencapai 816. Dan tahun 2013 kasus penderita DBD terdapat 50.348 orang, 384 di antaranya meninggal dunia. Untuk provinsi Lampung tahun 2012 terdapat 6.386 kasus dengan angka kematian mencapai 351 (Gibbons et al., 2002 dalam Yong et. al., 2006).

Aedes aegypti merupakan vektor utama dan Aedes albopictus sebagai vektor potensial dari DBD, kedua jenis nyamuk ini tersebar di daerah pedesaan dan perkotaan (Anggraeni, 2011). Nyamuk Ae. aegypti aktif menggigit pada pagi dan sore hari di dalam maupun di luar rumah. Setelah nyamuk Ae.


(20)

2

aegypti menggigit, nyamuk akan beristirahat di tempat peristirahatan yang disukainya yaitu, benda-benda yang tergantung yang ada di dalam rumah, seperti gordeng, kelambu dan pakaian (Suroso dan Umar, 2005; Depkes R.I., 2007).

Dari berbagai kasus yang terjadi harus dilakukan upaya pengendalian, sampai saat ini upaya pengendalian vektor masih banyak menggunakan insektisida kimia. Penggunaan insektisida kimia secara terus menerus akan menimbulkan dampak antara lain terjadinya resistensi pada serangga. Selain itu juga dapat menimbulkan keracunan yang dapat mengancam jiwa manusia dan menimbulkan penyakit atau cacat, serta dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. (Depkes R.I., 2009; Safar, 2010). Melihat banyak efek samping yang ditimbulkan oleh insektisida kimia maka dirasa perlu upaya pengendalian alternativ lain yaitu penggunaan insektisida botani yang berasal dari tanaman, yang lebih ramah lingkungan dan tidak menimbulkan efek samping yang berarti (Kardinan, 2004). Untuk itu dalam rencana penelitian digunakan insektisida yang berasal dari ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) yang dicelupkan pada tempat peristirahatan nyamuk di dalam rumah yaitu gorden (Dalimartha, 2009; Hastuti, 2008).

Penggunaan gorden celup dengan insektisida alami merupakan salah satu alternatif untuk upaya pengendalian vektor. Gorden celup adalah gorden yang telah dicelup dengan ekstrak yang telah ditentukan konsentrasinya. Penelitian gorden celup dengan menggunakan permetrin telah dilakukan


(21)

3

oleh Rosa pada tahun 1999. Namun penelitian menggunakan gorden celup dengan ekstrak daun pandan wangi yang mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, dan polifenol belum ada informasinya. Untuk itu dilakukan penelitian menggunakan ekstrak daun pandan wangi dengan gorden celup yang diduga efektiv untuk membunuh nyamuk Ae. aegypti.

1.2 Perumusan Masalah

a. Apakah gorden celup ekstrak daun pandan wangi berpotensi sebagai insektisida terhadap nyamuk Ae. aegypti?

b. Pada konsentrasi berapakah ekstrak daun pandan wangi paling efektif sebagai insektisida terhadap nyamuk Ae. aegypti?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui potensi gorden yang dicelup dengan ekstrak daun pandan wangi terhadap nyamuk Ae. aegypti.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui potensi dari residu ekstrak daun pandan wangi yang dicelupkan pada terhadap nyamuk Ae. aegypti.

b. Mengetahui konsentrasi yang paling efektif dari ekstrak daun pandan wangisebagai insektisida terhadap nyamuk Ae. aegypti.


(22)

4

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu Parasitologi, khususnya bidang Entomologi selain itu diharapkan sebagai salah satu alternatif pengendalian vektor demam berdarah dengue khususnya di Provinsi Lampung.

1.4.2 Manfaat praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai wujud dalam mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari sehingga menambah pengetahuan mengenai cara pengendalian vektor dengan menggunakan insektisida alami yang aman bagi lingkungan dan kesehatan.

b. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat memberikan informasi mengenai manfaat lain dari ekstrak daun pandan wangi sebagai insektisida alami terhadap vektor demam berdarah yaitu nyamuk Ae. aegypti.

c. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dan masukan dalam upaya pengendalian vektor dan pencegahan penularan penyakit Demam Berdarah Dengue dengan ekstrak daun pandan wangi sebagai insektisida alami.


(23)

5

d. Bagi Peneliti selanjutnya

Memberikan informasi dan acuan dalam pengembangan penelitian selanjutnya, sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik dari sebelumnya.

1.5 Kerangka Penelitian

1.5.1 Kerangka teori

Bagan 1. Kerangka Teori (Diah, 2014) dengan modifikasi.

Polifenol

Inhibitor pencernaan serangga

Kematian nyamuk Ae. aegypti Gorden Celup

Ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.)

Alkaloid

Insektisida Gangguan fertilitas

flavonoid saponin Tanin

menimbulkan kelayuan syaraf pada sistem pernafasan Mengganggu aktivitas enzim dan protein usus

pencernaan serangga Mendegra dasi membran sel


(24)

6

1.5.2 Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah :

Bagan 2. Hubungan Antar Variabel (Diah, 2014) dengan modifikasi.

Variabel terikat

Ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.)

Dosis 1 0% Dosis 2 30% Dosis 3 35% Dosis 4 40% Dosis 5 45% Dosis 6 50% Kelompok I (kontrol negative) Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI Jumlah nyamuk yang mati analisis Variabel bebas


(25)

7

1.6 Hipotesis

H0: Gorden celup ekstrak daun pandan wangi tidak berpotensi sebagai insektisida nyamuk Ae. aegypti.

Hi: Gorden celup ekstrak daun pandan wangi berpotensi sebagai insektisida nyamuk Ae. aegypti.


(26)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) 2.1.1 Klasifikasi

Klasifikasi Pandan Wangi: Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta Classis : Monocotyledonae

Ordo : Pandanales

Familia : Pandanaceae

Genus : Pandanus

Species : Pandanus amaryllifolius, Roxb. (Van steenis, 2008)

2.1.2 Morfologi

Pandan wangi merupakan tanaman yang tumbuh banyak di daerah tropis. Pandan wangi dapat tumbuh secara liar ataupun ditanam di halaman rumah atau kebun. Bentuk pohon atau perdu pandan wangi bercabang lebar dan kadang-kadang berbatang banyak dengan tinggi 3-7 m.


(27)

9

Gambar 1. Daun Pandan Wangi (Sumber: Koleksi pribadi, 2014)

Bentuk batangnya bulat bercabang dan berwarna coklat. Pandan wangi berdaun tunggal, berbentuk pita denan ujung runcing dan tepi rata. Panjang daun ± 2 m dan lebar ± 10 cm, licin dan berwarna hijau. Bunga dari tumbuhan ini termasuk dalam bunga majemuk, berbentuk bongkol, dan berumah dua. Sedangkan buahnya termasuk dalam buah batu dengan bentuk bola, menggantung, berdiameter 4-7,5 cm berwarna jingga dan memiliki akar tunggang berwarna putih kekuningan (Van Steenis, 2008).

2.1.3 Penyebaran

Tanaman pandan wangi dapat dengan mudah dijumpai di daerah tropis dan banyak ditanam di halaman, di kebun, di pekarangan rumah maupun tumbuh secara liar di tepi-tepi selokan yang teduh.


(28)

10

Selain itu, tumbuhan ini dapat tumbuh liar di tepi sungai, rawa, dan tempat-tempat lain yang tanahnya agak lembab dan dapat tumbuh subur dari daerah pantai sampai di daerah dengan ketinggian 500 m dpl (dibawah permukaan laut) (Dalimartha, 2009).

2.1.4 Kandungan Senyawa Kimia

Pandan wangi merupakan tumbuhan yang berasal dari famili

Pandanaceae yang mengandung senyawa kimia berupa alkaloid, saponin, sterol, terpenoid, flavonoida, tanin, polifenol, minyak atsiri dan zat warna yang merupakan macam-macam senyawa metabolik sekunder (Rohmawati 1995 dalam Susanna et. al., 2003).

Pandan wangi memiliki aroma yang khas pada daunnya. Komponen aroma dasar dari daun pandan wangi itu berasal dari senyawa kimia 2-acetyl-1-pyrroline (ACPY) yang terdapat juga pada tanaman jasmin, hanya saja konsentrasi ACPY pada pandan wangi lebih tinggi dibandingkan dengan jasmin (Cheetangdee dan Siree, 2006).

Pandan wangi memiliki senyawa metabolik sekunder yang merupakan suatu senyawa kimia pertahanan yang dihasilkan oleh tumbuhan di dalam jaringan tumbuhannya, senyawa tersebut bersifat toksik dan berfungsi sebagai alat perlindungan diri dari gangguan pesaingnya (hama) (Kardinan 2002 dalam Mardalena, 2009).

Daun pandan wangi mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, dan polifenol (Dalimartha, 2009).


(29)

11

Diketahui bahwa, saponin dan polifenol dapat menghambat bahkan membunuh larva nyamuk, saponin dapat merusak membran sel dan mengganggu proses metabolisme serangga sedangkan polifenol

sebagai inhibitor pencernaan serangga (Hastuti, 2008).

Alkaloid pada serangga bertindak sebagai racun perut serta dapat bekerja sebagai penghambat enzim asetilkolinesterase sehingga mengganggu sistem kerja saraf pusat, dan dapat mendegradasi membran sel telur untuk masuk ke dalam sel dan merusak sel telur (Cania, 2012)

Tanin dapat menurunkan kemampuan mencerna makanan dengan cara menurunkan aktivitas enzim pencernaan (protease dan amilase) serta mengganggu aktivitas protein usus. Serangga yang memakan tumbuhan dengan kandungan tanin tinggi akan memperoleh sedikit makanan, akibatnya akan terjadi penurunan pertumbuhan (Hastuti, 2008).

Selain itu senyawa flavonoid juga memiliki sifat anti insektisida yaitu dengan menimbulkan kelayuan syaraf pada beberapa organ vital serangga yang dapat menyebabkan kematian, seperti


(30)

12

2.2 Biologi Nyamuk Aedes aegypti 2.2.1 Klasifikasi

Menurut Mullen dan Durden (2002), kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut:

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Diptera

Sub Ordo : Nematocera Infra Ordo : Culicomorpha Superfamili : Culicoidea Famili : Culicidae Sub Famili : Culicinae

Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti (Linn.)

Nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor dari penyakit DBD dikenal dengan sebutan black white mosquito atau tiger mosquito

karena tubuhnya memiliki ciri khas tersendiri, yaitu dengan adanya garis-garis dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam dibandingkan dengan nyamuk lainnya. Sedangkan yang menjadi ciri khas utamanya adalah ada dua garis lengkung yang


(31)

13

Gambar 2. Nyamuk Aedes aegypti

(Sumber: Centers for Disease Control, 2012).

berwarna putih keperakan dikedua sisi lateral dan dua buah garis lengkung sejajar digaris median yang berwarna dasar hitam dari punggungnya (lyre shaped marking). Nyamuk Ae. aegypti

mempunyai 3 pasang kaki yang melekat pada thorax dan tiap kaki terdiri atas 1 ruas femur, 1 ruas tibia, dan 5 ruas tarsus. Panjang nyamuk ini sekitar 3-4 mm(Gillot, 2005).

Ae. aegypti sendiri dalam siklus hidupnya mengalami empat stadium yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Pada stadium telur, larva, dan pupa hidup di genangan air tawar yang jernih dan tenang. Sebagai tempat perindukannya Ae. aegypti menyukai genangan air yang terdapat di suatu wadah atau container, bukan genangan di tanah. Telur pada tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur-telur ini kemudian akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 1-2 hari terendam air (Herms, 2006).


(32)

14

2.2.2 Siklus Hidup

Telur nyamuk Ae. aegypti yang berada di dalam air dengan suhu 20-40oC akan menetas dan menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Kecepatan dari pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu temperatur, tempat dan keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada dalam tempat perindukan selama fase pertumbuhan. Pada kondisi optimum, larva akan berkembang menjadi pupa dalam waktu 2-3 hari. Sehingga dalam pertumbuhan dan perkembangannya mulai dari telur, larva, pupa, sampai dewasa memerlukan waktu kurang lebih 7-14 hari. Pada saat bertelur, induk nyamuk Ae. aegypti meletakkan telurnya satu per satu pada benda yang terapung atau pada dinding permukaan bagian dalam tempat penampungan air yang berbatasan langsung pada permukaan air (Soegijanto, 2006).

Setelah 2-3 hari, telur menetas menjadi larva (jentik) yang selalu hidup di dalam air. Selama proses pertumbuhannya larva nyamuk mengadakan pengelupasan kulit (moulting) sebanyak 4 kali. Perkembangan dari instar I ke instar II berlangsung dalam 2–3 hari, kemudian dari instar II ke instar III dalam waktu 2 hari, dan perubahan dari instar III ke instar IV dalam waktu 2–3 hari. Larva mengambil makanan dari tumbuhan atau mikroba di tempat perindukannya (CDC, 2012).

Pada nyamuk Ae. aegypti dewasa hidup secara domestik atau lebih menyukai hidup di dalam ruangan atau rumah dibanding di luar


(33)

15

rumah. Nyamukbetina menggigit dan menghisap darah lebih banyak pada siang hari dan dapat menggigit hingga beberapa kali sampai nyamuk merasa cukup kenyang (Soegijanto, 2006).

2.2.3 Pengendalian Vektor

Pengendalian vektor Aedes aegypti dapat dilakukan dengan cara perlindungan perseorangan dengan memasang kawat kasa di lubang angin, tidur dengan menggunakan kelambu, penggunaan repellent

pada kulit saat berkebun atau berpergian. Mencegah nyamuk meletakkan telurnya dengan cara membuang dan mengubur benda-benda di pekarangan yang dapat menampung air hujan seperti kaleng atau pot yang tidak digunakan. Selain itu, pemberian larvasida, melakukan fogging dan pendidikan kesehatan masyarakat (Natadisastra dan Agoes, 2009).

2.2.3.1 Pengendalian Secara Alami

Pengendalian alami ini diantaranya adalah faktor ekologi yang berpengaruh terhadap perkembangan vektor, seperti lautan, gunung, danau, sungai yang dapat menghalangi penyebaran vektor. Perubahan musim yang merupakan suatu ancaman bagi vektor, serta adanya hewan lain sebagai pemangsa vektor (Naria, 2005).


(34)

16

2.2.3.2Pengendalian Secara Buatan

Pengendalian secara buatan adalah suatu upaya dari manusia untuk menekan populasi vektor, dengan beberapa cara di antaranya:

a. Pengendalian lingkungan hingga menjadi tidak baik bagi perkembangan vektor

Cara ini paling aman yaitu seperti memodifikasi lingkungan dan pengendalian tanpa mencemari lingkungan dengan cara pengaturan sistem irigasi, penimbunan tempat yang dapat menampung air dan sampah, pengaliran air yang tergenang menjadi kering, pengubahan rawa menjadi sawah.

Atau dapat dengan memanipulasi lingkungan dengan cara melancarkan aliran got sehingga tidak menjadi tempat perindukan, membuang tumbuhan air yang tumbuh di kolam dan rawa yang dapat menekan populasi (Anies, 2006.

b. Pengendalian Kimiawi

Cara ini dipakai bahan yang berkhasiat untuk membunuh vektor (insektisida) atau menghalau serangga (rapellent). Kelebihan dari cara ini adalah dapat mencapai daerah yang luas secara segera, sehingga dapat menekan populasi serangga dalam waktu singkat. Kekurangan dari


(35)

17

cara ini dapat membunuh serangga lain atau tumbuhan disekitarnya (soemirat, 2007).

c. Pengendalian Mekanik

Cara ini dapat menggunakan alat yang dapat membunuh, menangkap, menghalau, menyisir, dan mengeluarkan vektor dari jaringan tubuh. Dengan dimisalkan dengan penggunaan baju pelindung dan pemasangan kawat kasa pada jendela rumah dengan maksud untuk menghalangi kontak antara manusia dengan vektor (Ditjen PP dan PL, 2013).

d. Pengendalian Fisik

Pengendalian ini dengan penggunaan alat fisika untuk pemanasan, pembekuan, dan penggunaan alat listrik untuk pengadaan angin, penyinaran cahaya yang dapat membunuh atau mengganggu kehidupan vektor tersebut. Dengan adanya suhu yang dingin, angin akan menghambat aktivitas perkembangan dari vektor, seperti penggunaan AC, hembusan angin kencang dari kipas dan penggunaan pencahayaan lampu yang terang (Safar, 2010).


(36)

18

e. Pengendalian Biologik

Pengendalian ini dapat dilakukan dengan memperbanyak pemangsa atau musuh alami dari vektor atau hospes perantara (Gandahusada, 2006).

2.3 Insektisida Botani

Insektisida merupakan suatu sarana pengendalian hama alternatif yang diekstrak dari tumbuhan yang mudah terurai di lingkungan dan relatif aman terhadap mahkluk bukan sasaran. Insektisida botani memiliki zat metabolik sekunder yang mengandung senyawa bioaktif seperti alkaloid, fenolik, terpenoid, dan zat-zat kimia sekunder lainnya. Senyawa tersebut ini dapat dimanfaatkan seperti layaknya senyawa pada insektisida sintetik, perbedaannya bahan aktif insektisida botani disintesa oleh tumbuhan dan jenisnya dapat lebih dari satu macam campuran. Apabila insektisida botani diaplikasikan pada tanaman yang terinfeksi organisme pengganggu tidak berpengaruh terhadap fotosintesa, pertumbuhan atau aspek fisiologis tanaman lainnya (Safar, 2010).


(37)

19

2.4 Pandan Wangi dan Insektisida Botani

Telah diketahui bahwa, daun pandan wangi mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, dan polifenol. saponin dan polifenol dapat menghambat bahkan membunuh larva nyamuk, saponin dapat merusak membran sel dan mengganggu proses metabolisme serangga sedangkan

polifenol sebagai inhibitor pencernaan serangga (Hastuti, 2008). Alkaloid

pada serangga bertindak sebagai racun perut serta dapat bekerja sebagai penghambat enzim asetilkolinesterase sehingga mengganggu sistem kerja saraf pusat, dan dapat mendegradasi membran sel telur untuk masuk ke dalam sel dan merusak sel telur (Cania, 2012). Tanin dapat menurunkan kemampuan mencerna makanan dengan cara menurunkan aktivitas enzim pencernaan (protease dan amilase) serta mengganggu aktivitas protein usus. Serangga yang memakan tumbuhan dengan kandungan tanin tinggi akan memperoleh sedikit makanan, akibatnya akan terjadi penurunan pertumbuhan (Hastuti, 2008). Selain itu senyawa flavonoid juga memiliki sifat anti insektisida yaitu dengan menimbulkan kelayuan syaraf pada beberapa organ vital serangga yang dapat menyebabkan kematian, seperti pernapasan. Kandungan zat yang terdapat pada pandan wangi tersebut yang dapat di jadikan insektisida botani (Hastuti, 2008).


(38)

20

2.5 Gorden Celup

Seperti yang telah diketahui, gorden merupakan salah satu tempat peristirahatan nyamuk Aedes aegypti. Gorden celup itu sendiri terbuat dari goren yang seing digunakan dikehidupan sehari-hari yang kemudian dicelupkan dengan ekstrak yang telah ditentukan konsentrasinya. Penelitian gorden celup dengan permetrin sudah pernah dilakukan oleh Rosa pada tahun 1999, dengan hasil residu yang masih menempel dari ektrak yang digunakan efektiv membunuh nyamuk Aedes aegypti.


(39)

21

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun pandan wangi yaitu 30%, 35%, 40%, 45% dan 50% serta aquades sebagai kontrol (0%) dengan pengulangan sebanyak 4 kali.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, sedangkan pembuatan ekstrak daun pandan wangi dilakukan di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung pada bulan Desember 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nyamuk Ae. aegypti betina yang diperoleh dari Loka Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2)


(40)

22

Ciamis, Jawa Barat, yang masih dalam stadium telur yang kemudian dipelihara sampai dewasa di lab. Telur didapatkan dalam bentuk kering dengan menggunakan kertas saring.

3.3.2 Sampel

a. Kriteria Inklusi

Nyamuk dewasa yang pingsan atau mati b. Kriteria Eksklusi

Nyamuk dewasa yang tidak pingsan atau mati c. Besar Sampel

Jumlah sampel nyamuk uji yang digunakan sebanyak 10 ekor nyamuk mengikuti penelitian Rosa (1999) dan ulangan 4 kali sehingga didapatkan 240 sampel nyamuk. Uji bio assay dilakukan berdasarkan standar WHO modifikasi Rosa (2005). (Tabel 1).

Tabel 1. Jumlah Nyamuk Uji yang Dibutuhkan

Perlakuan Jumlah nyamuk x jumlah

pengulangan

Total

Kontrol (-) : 0% 10 nyamuk x 4 40 nyamuk

Perlakuan I : 30% 10 nyamuk x 4 40 nyamuk

Perlakuan II : 35% 10 nyamuk x 4 40 nyamuk

Perlakuan III : 40% 10 nyamuk x 4 40 nyamuk

Perlakuan IV : 45% 10 nyamuk x 4 40 nyamuk

Perlakuan V : 50% 10 nyamuk x 4 40 nyamuk

Jumlah total nyamuk yang dipakai dalam penelitian


(41)

23

3.4 Alat dan Bahan Penelitian 3.4.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Alat preparasi bahan uji.

1. Gorden ukuran 25x25 cm,

2. Mangkuk plastik untuk perangkap nyamuk, 3. Kapas,

4. Paper cup,

5. Kotak kawat untuk pengembang biakan nyamuk, 6. Aspirator,

b. Alat untuk pembuatan larutan uji.

1. Timbangan untuk menimbang daun pandan wangi yang diperlukan.

2. Blender untuk menghaluskan daun pandan wangi.

3. Stoples dan kain kasa untuk proses maserasi daun pandan wangi.

4. Rotary evaporator untuk membuat ekstrak daun pandan wangi. 5. Pipet tetes untuk mengambil ekstrak pandan wangi.

6. Gelas ukur dan botol tertutup sebagai tempat untuk ekstrak daun pandan wangi.

7. Gelas ukur 100 ml untuk mengukur ekstrak daun pandan wangi.


(42)

24

c. Alat untuk uji efektivitas.

1. Gelas ukur 250 ml untuk mengukur jumlah air yang dibutuhkan.

2. Gorden yang akan di celup dengan ekstrak pandan wangi. 3. Tali penggantung gorden.

4. Mangkuk plastik untuk perangkap nyamuk.

3.4.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah a. Daun pandan wangi sebanyak 10 kg

b. 5 Liter Ethanol 96% sebagai pelarut saat pembuatan stock ekstrak. c. Aquades sebagai pengencer stock ekstrak untuk mendapatkan

konsentrasi yang diinginkan. d. Nyamuk Ae. aegypti.

e. Larutan air gula 10% f. 2 ekor marmut

3.5 Prosedur Penelitian

Penelitian dibagi menjadi 3 tahap :

3.5.1 Tahap Persiapan a. Preparasi Bahan Uji

Nyamuk Ae. aegypti yang dipakai pada penelitian adalah nyamuk hasil pelihara telur yang diperoleh dari ruang insektarium Loka Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Ciamis, Pangandaran, Jawa Barat


(43)

25

kemudian telur dipelihara, ditetaskan dan diriring. Sedangkan daun pandan wangi diambil dari suplier yang telah di homogenkan jenisnya.

b. Pembuatan Ekstrak pandan wangi

Pembuatan ekstrak ini dilakukan sesuai dengan metode Harborne tahun 1996, ekstrak yang akan digunakan adalah daun pandan wangi. Daun pandan wangi sebanyak 10 kg lalu dibersihkan dengan air, lalu dicacah dan di keringkan dalam suhu ruangan 3x24 jam. Setelah kering, kemudian daun pandan wangi dibelender kering tanpa menggunakan air. Kemudian daun pandan wangi ditimbang sebanyak 30 gr, selanjutnya simplisia daun pandan wangi dimaserasi selama 3x24 jam menggunakan larutan etanol 96% sebanyak 5L, kemudian disaring dan dipekatkan pada suhu 400C –500C dalam rotary evaporator sehingga dihasilkan ekstrak pekat daun pandan wangi konsentrasi 100% (Tabel 2).

c. Pembuatan Dosis Ekstrak daun pandan wangi

Untuk membuat berbagai konsentrasi yang diperlukan dapat digunakan rumus:

Dimana :

VІ = volume larutan yang akan diencerkan (ml).

MІ = konsentrasi ekstrak daun pandan wangi yang tersedia (%).

VЇ = volume larutan (air + ekstrak) yang diinginkan (ml).


(44)

26

MЇ = konsentrasi ekstrak daun pandan wangi yang dibuat (%).

Jumlah volume ekstrak daun pandan wangi disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Volume Ekstrak Daun Pandan Wangi yang Dibutuhkan.

MІ VЇ MЇ VІ = VЇMЇ

100 % 200 ml 50 % 100 ml

100 % 200 ml 45 % 90 ml

100 % 200 ml 40 % 80 ml

100% 200 ml 35 % 70 ml

100 % 200 ml 30 % 60 ml

Total 400 ml

Keterangan:

M1: Konsentrasi ekstrak daun pandan wangi yang tersedia

M2: Konsentrasi ekstrak daun pandan wangi yang dibuat

V1: Volume larutan yang diencerkan V2: Volume larutan (air + ekstrak)

3.5.2 Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsentrasi optimum bahan uji yang dapat membunuh nyamuk yang kemudian digunakan sebagai patokan pada pengujian akhir. Uji pendahuluan pada penelitian ini menggunakan larutan uji yaitu ekstrak ethanol daun pandan wangi dengan konsentrasi 15%, 20%, 25%, 30%, dan 35% (Lampiran I).

Gorden yang telah disiapkan dicelupkan pada ekstrak ethanol daun pandan wangi dengan berbagai konsetrasi lalu dikering anginkan,


(45)

27

setelah gorden kering pengujian dilakukan. Kemudian dilakukan uji

bio assay dengan memasukkan 10 ekor nyamuk Ae. aegypti betina pada mangkuk plastik yang telah dipasang dan kemudian ditutup dengan kapas, selanjutnya dilakukan pengamatan selama 30 menit, setelah itu jumlah nyamuk yang mati dihitung. Nyamuk yang masih hidup dikeluarkan dari mangkuk plastik, dimasukkan ke dalam paper cup, diberi makan larutan air gula 10% pada kapas, lalu diamati selama 24 jam. Nyamuk yang mati pada periode ini dihitung jumlahnya dan ditentukan persentase kematiannya. Uji bio assay

dilakukan selama 30 menit dengan 4 kali pengamatan. Maka didapatkan mulai dari konsentrasi 30% pada uji sebenarnya dari uji pendahuluan tersebut.

3.5.3 Tahap Penelitian

Pertama dilakukan pengenceran ekstrak yang telah ditentukan konsentrasinya yaitu 30%, 35%, 40%, 45%, 50% , dan 0% sebagai kontrol negatif dan siapkan gorden ukuran 25x25 cm. Kemudian celupkan gorden pada masing-masing konsentrasi ekstrak dan angkat, lalu gorden digantung dan dikering anginkan dalam ruangan, seltelah gorden kering pengujian dapat langsung dilakukan.

Untuk mengetahui dosis efektifitas ekstrak daun pandan wangi terhadap nyamuk Ae. aegypti dilakukan uji bio assay dengan memasukkan 10 ekor nyamuk Ae. aegypti betina pada mangkuk plastik yang telah dipasang dan kemudian ditutup dengan kapas,


(46)

28

kemudian dilakukan pengamatan selama 30 menit, setelah itu jumlah nyamuk yang mati dihitung. Nyamuk yang masih hidup dikeluarkan dari mangkuk plastik, dimasukkan ke dalam paper cup, diberi makan larutan air gula 10% pada kapas, lalu diamati selama 24 jam. Nyamuk yang mati pada periode ini dihitung jumlahnya dan ditentukan persentase kematiannya. Uji bio assay dilakukan selama 30 menit dengan 4 kali pengulangan pada 0 jam, 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Atau penelitian dihentikan bila kematian nyamuk uji kurang dari 70%.

3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel 3.6.1. Identifikasi Variabel

a. Variabel Bebas

Gorden celup dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun pandan wangi dengan 6 konsentrasi yaitu 0%, 30%, 35%, 40%, 45% dan 50%.

b. Variabel Terikat

Banyaknya nyamuk Ae. aegypti betina yang mati dan pingsan.

3.6.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dan agar penelitian tidak menjadi terlalu luas maka dibuat definisi operasional (Tabel 3).


(47)

29

Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Penelitian.

Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

ukur Variabel bebas: Berbagai konsentrasi ekstrak daun pandan wangi Ekstrak daun pandan wangi didapatkan dengan proses masserasi dengan menggunakan etanol 96 % serta dinyatakan dalam persen (%). Masing-masing konsentrasi dibuat dengan cara pengenceran. Pada penelitian ini dipakai konsentrasi 30%, 35%, 40%, 45 %, 50% .

Menimbang ekstrak dan menghitung rumus M1V1=M2V2

Analytical balance, Gelas ukur, pipet tetes Didapatkan konsentrasi ekstrak daun pandan wangi (30%, 35%, 40%, 45%, 50%) ordinal Variabel terikat: Nyamuk Ae. aegypti betina yang pingsan dan mati Nyamuk yang pingsan atau mati setelah di

masukkan kedalam perangkap nyamuk dengan gorden yang telah di celup ekstrak daun pandan wangi Melihat, mengecek dan mencatat jumlah nyamuk yang mati pada tiap pengulangan selama 30 menit setelah nyamuk dimasukkan dalam perangkap Hand counter Nyamuk Ae. aegypti yang mati (0-10 nyamuk) Rasio

Parameter efektivitas pada penelitian ini adalah berdasarkan penelusuran pustaka, karena belum ditemukan standar efektivitas insektisida. Oleh karena itu, parameter efektivitas hanya diinterpretasikan berdasarkan uji statistik yang dilakukan,

suatu larutan dikatakan efektif jika memiliki perbedaan yang bermakna dengan kontrol (kosentrasi 0%) sebagai pembandingnya yaitu p <0,05


(48)

30

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah didapat dari hasil pengamatan akan diolah dengan menggunakan software statistik. Data dari hasil penelitian akan dianalisis secara statistik dengan uji normalitas (Shapiro-Wilk). Jika distribusi data normal, dilanjutkan dengan menggunakan uji analisis repeated ANOVA. Berikut ini adalah langkah-langkah melakukan uji analisis repeated

ANOVA:

1. Memeriksa syarat uji parametrik repeated ANOVA untuk lebih dari 2 kelompok berpasangan:

a. Distribusi data harus normal;

b. Varians data tidak menjadi syarat (karena berpasangan)

2. Jika memenuhi syarat uji parametrik (distribusi data normal), dipilih uji

repeated ANOVA;

3. Jika tidak memenuhi syarat, maka akan diupayakan untuk melakukan transformasi data supaya distribusi menjadi normal dan varians sama; 4. Jika variabel transformasi data memenuhi syarat, maka dipilih uji

parametrik repeated ANOVA;

5. Jika variabel hasil transformasi tidak memenuhi syarat, maka alternatifnya dipilih uji nonparametrik friedman, jika menghasilkan

nilai p<α(p<0,05) dilanjutkan dengan melakukan analisis Post Hoc

dengan wilcoxon untuk membandingkan signifikansi antar kelompok pada taraf kepercayaan 0,05(Dahlan, 2011).


(49)

31

3.8 Aspek Etik Penelitian

Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, dengan menerapkan prinsip 3R dalam protokol penelitian, yaitu:

1. Replacement, adalah keperluan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh makhluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan.

2. Reduction, adalah pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer yaitu (r-1)(t-1) ≥ 15, dengan r adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan.

3. Refinement, adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi, dengan prinsip dasar membebaskan hewan coba dalam beberapa kondisi, yaitu:

a. Bebas dari rasa lapar dan haus, pada penelitian ini hewan coba diberikan pakan standar dan minum secara ad libitum.

b. Bebas dari ketidak-nyamanan, pada penelitian hewan coba ditempatkan di animal house dengan suhu terjaga 20-25ºC, kemudian hewan coba terbagi menjadi 300 ekor tiap kandang. Animal house berada jauh dari gangguan bising dan aktivitas manusia serta kandang dijaga kebersihannya sehingga, mengurangi stress pada hewan coba.


(50)

32

c. Bebas dari penyakit dan menjalankan program pemantauan, pada penelitian hewan coba dilakukan pengambilan sampel menggunakan aspirator dengan mempertimbangkan kenyamanan dan mengurangi rasa sakit pada hewan serta kerusakan struktur organ seminimal mungkin.


(51)

33

3.9 Alur Penelitian

Untuk memperjelas proses penelitian, maka disajikan diagram alur penelitian sebagai berikut,

Bagan 3. Diagram Alir Efektivitas Ekstrak Daun Pandan Wangi Insektisida Nyamuk Ae. aeg

Ekstrak pandan wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.)

0% 30% 35% 40% 45% 50%

Kelompok 1 (kontrol negative)

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

Kelompok 5

Kelompok 6

Tiap kelompok dilakukan pengulangan 4 kali

Diamati selama 30 menit

Data dianalisis


(52)

40

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Residu ekstrak daun pandan wangi dapat menyebabkan kematian nyamuk Aedes aegypti di awal pencelupan dan terus berkurang dengan bertambahnya waktu.

2. Potensi residu dari ekstrak daun pandan wangi akan berkurang seiring berjalannya waktu, dibuktikan berkurangnya efek terhadap nyamuk.

5.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meningkatkan konsentrasi ekstrak dengan tekhnik pembuatan ekstrak atau media lain.


(53)

41

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, D.S. 2011. Stop Demam Berdarah Dengue. Bogor: Bogor Publishing.

Anies. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan: Solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Menular. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Cania, E. 2012. Uji efektivitas ekstrak daun legundi (Vitex negundo) sebagai larvasida terhadap Larva Instar III Aedes Aegypti linn [Skripsi]. Mahasiswa Kedokteran. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Cheetangdee, V., Siree, C. 2006. Free Amino Acid and Reducing Sugar Composition of Pandan (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) Leaves. Thailand: Departement of Food Science and Technology, Faculty of Agro-Industry. Kasetsart University.

Centers for Disease Control (CDC). 2012. Mosquito Life-Cycle. Dengue homepage centers for Disease Control and Prevention. USA Government. Tersedia dari http://www.cdc.gov/dengue/entomologyecology/m_lifecycle.html. (Diakses tanggal 23 September)

Dahlan, M.S. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 5. Seri Evidence Medicine 1. Jakarta: Salemba Medika.

Dalimartha, S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta: Pustaka Bunda.

Depkes, R.I. 2007. INSIDE (Inspirasi dan Ide) Litbangkes P2B2 vol II : Aedes aegypti Vampir Mini yang Mematikan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes Republik Indonesia.

Depkes, R.I. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Diah, S. 2014. Efektivitas Ekstrak Buah Mahkota Dewa Merah (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) sebagai ovisida Aedes aegypti [Skripsi] Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyakit Lingkungan Kemenkes R.I.. 2013.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.


(54)

42

Gillot C. 2005. Entomology. Plenum Press, New York.

Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia. Terjemahan Kosasih Padmawinata. Terjemahan dari: Phytochemical Methods. Ed. ke-2. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Hastuti, H. 2008. Daya Bunuh Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) terhadap Larva Anopheles aconitusDonitz [Skripsi] Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS.

Herms, W. 2006. Medical Entomology. The Macmillan Company, United States of America. Kardinan, A. 2004. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Cetakan ke-2. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Mardalena, M.L. 2009. Efektivitas Ekstrak Daun Nimba (A. Indica Juss.) Sebagai Ovisida Nyamuk Aedes aegypti Linn [Skripsi] Lampung: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Mullen, G.; L. Durden. 2002. Medical and Veterinary Entamology. Amsterdam: Academic Press.

Naria E. 2005. Insektisida nabati untuk rumah tangga. Info kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan 9(1).

Natadisastra D; R. Agoes. 2009. Parasitologi kedokteran ditinjau dari organ tubuhyang diserang. Jakarta: EGC

Rosa, E. 1999. Perbandingan Dua Jenis Gorden yang Dicelup Dengan Permetrin Terhadap Kematian Aedes Aegypti. Seminar Nasional Sains MIPA dan Aplikasinya. Lampung: Universitas Lampung

Safar, R. 2010. Parasitologi Kedokteran. Edisi khusus. Bandung: Yrama Widya.

Soegijanto, S. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi kedua. Surabaya: Airlangga University Press.

Soemirat. 2007. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Susanna, D.; A. Rahman; T.P. Eram. 2003. Potensi Daun Pandan Wangi Untuk Membunuh Larva Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Ekologi Kesehatan, Agustus 2003 : 228-231. Jakarta: Jurusan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Vol 2 No 2.

Van Steenis. 2008. Flora, Cetakan ke-12. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

World Health Organization. 2005. Guidelines For Laboratory and Field Testing of Mosquito Larvacides. WHO/CDS/WHOPES/GCDPP/2005.13. (Diakses tanggal 23 September 2014).


(55)

43

World Health Organization. 2012. Dengue, http://www.who.int/topics/dengue/en/html. (Diakses tanggal 23 September 2014).

Yong, Y.K.; H.T. Chong; C.T. Tan; S. Devi. 2006. Rapid Detection, Serotyping and Quantitation of Dengue Viruses By TaqMan Real-Time One-Step RT-PCR. Journal of Virological Methods.


(1)

c. Bebas dari penyakit dan menjalankan program pemantauan, pada penelitian hewan coba dilakukan pengambilan sampel menggunakan aspirator dengan mempertimbangkan kenyamanan dan mengurangi rasa sakit pada hewan serta kerusakan struktur organ seminimal mungkin.


(2)

3.9 Alur Penelitian

Untuk memperjelas proses penelitian, maka disajikan diagram alur penelitian sebagai berikut,

Bagan 3. Diagram Alir Efektivitas Ekstrak Daun Pandan Wangi Insektisida Nyamuk Ae. aeg

Ekstrak pandan wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.)

0% 30% 35% 40% 45% 50%

Kelompok 1 (kontrol negative)

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

Kelompok 5

Kelompok 6

Tiap kelompok dilakukan pengulangan 4 kali

Diamati selama 30 menit

Data dianalisis


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Residu ekstrak daun pandan wangi dapat menyebabkan kematian nyamuk Aedes aegypti di awal pencelupan dan terus berkurang dengan bertambahnya waktu.

2. Potensi residu dari ekstrak daun pandan wangi akan berkurang seiring berjalannya waktu, dibuktikan berkurangnya efek terhadap nyamuk.

5.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meningkatkan konsentrasi ekstrak dengan tekhnik pembuatan ekstrak atau media lain.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, D.S. 2011. Stop Demam Berdarah Dengue. Bogor: Bogor Publishing.

Anies. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan: Solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Menular. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Cania, E. 2012. Uji efektivitas ekstrak daun legundi (Vitex negundo) sebagai larvasida terhadap Larva Instar III Aedes Aegypti linn [Skripsi]. Mahasiswa Kedokteran. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Cheetangdee, V., Siree, C. 2006. Free Amino Acid and Reducing Sugar Composition of Pandan (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) Leaves. Thailand: Departement of Food Science and Technology, Faculty of Agro-Industry. Kasetsart University.

Centers for Disease Control (CDC). 2012. Mosquito Life-Cycle. Dengue homepage centers for Disease Control and Prevention. USA Government. Tersedia dari http://www.cdc.gov/dengue/entomologyecology/m_lifecycle.html. (Diakses tanggal 23 September)

Dahlan, M.S. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 5. Seri Evidence Medicine 1. Jakarta: Salemba Medika.

Dalimartha, S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta: Pustaka Bunda.

Depkes, R.I. 2007. INSIDE (Inspirasi dan Ide) Litbangkes P2B2 vol II : Aedes aegypti Vampir Mini yang Mematikan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes Republik Indonesia.

Depkes, R.I. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Diah, S. 2014. Efektivitas Ekstrak Buah Mahkota Dewa Merah (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) sebagai ovisida Aedes aegypti [Skripsi] Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyakit Lingkungan Kemenkes R.I.. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.


(5)

Gillot C. 2005. Entomology. Plenum Press, New York.

Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia. Terjemahan Kosasih Padmawinata. Terjemahan dari: Phytochemical Methods. Ed. ke-2. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Hastuti, H. 2008. Daya Bunuh Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) terhadap Larva Anopheles aconitusDonitz [Skripsi] Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS.

Herms, W. 2006. Medical Entomology. The Macmillan Company, United States of America. Kardinan, A. 2004. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Cetakan ke-2. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Mardalena, M.L. 2009. Efektivitas Ekstrak Daun Nimba (A. Indica Juss.) Sebagai Ovisida Nyamuk Aedes aegypti Linn [Skripsi] Lampung: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Mullen, G.; L. Durden. 2002. Medical and Veterinary Entamology. Amsterdam: Academic Press.

Naria E. 2005. Insektisida nabati untuk rumah tangga. Info kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan 9(1).

Natadisastra D; R. Agoes. 2009. Parasitologi kedokteran ditinjau dari organ tubuhyang diserang. Jakarta: EGC

Rosa, E. 1999. Perbandingan Dua Jenis Gorden yang Dicelup Dengan Permetrin Terhadap Kematian Aedes Aegypti. Seminar Nasional Sains MIPA dan Aplikasinya. Lampung: Universitas Lampung

Safar, R. 2010. Parasitologi Kedokteran. Edisi khusus. Bandung: Yrama Widya.

Soegijanto, S. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi kedua. Surabaya: Airlangga University Press.

Soemirat. 2007. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Susanna, D.; A. Rahman; T.P. Eram. 2003. Potensi Daun Pandan Wangi Untuk Membunuh Larva Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Ekologi Kesehatan, Agustus 2003 : 228-231. Jakarta: Jurusan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Vol 2 No 2.

Van Steenis. 2008. Flora, Cetakan ke-12. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

World Health Organization. 2005. Guidelines For Laboratory and Field Testing of Mosquito Larvacides. WHO/CDS/WHOPES/GCDPP/2005.13. (Diakses tanggal 23 September 2014).


(6)

World Health Organization. 2012. Dengue, http://www.who.int/topics/dengue/en/html. (Diakses tanggal 23 September 2014).

Yong, Y.K.; H.T. Chong; C.T. Tan; S. Devi. 2006. Rapid Detection, Serotyping and Quantitation of Dengue Viruses By TaqMan Real-Time One-Step RT-PCR. Journal of Virological Methods.