Efek Infusa Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Sebagai Larvisida Nyamuk Aedes Aegypty.

(1)

iv

ABSTRAK

EFEK INFUSA

DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) SEBAGAI LARVISIDA NYAMUK AEDES AEGYPTI

Karlina Jayalaksana , 2008, Pembimbing I : Meilinah Hidayat,dr.,M.Kes Pembimbing II : Susy Tjahjani,dr.,M.Kes

Di Indonesia, penyakit-penyakit yang ditularkan melalui nyamuk masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup penting. Pengontrolan populasi nyamuk bisa dengan menggunakan larvasida dan insektisida alami maupun sintetik. Penggunaan larvisida dan insektisida sintetik menyebabkan gangguan pada lingkungan dan juga pertumbuhan resistensi fisiologis dari nyamuk. Produk herbal dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya daun pandan wangi yang mudah diperoleh di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai larvisida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.

Metode penelitian bersifat studi laboratorium eksperimental komparatif, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan hewan coba larva nyamuk Aedes aegypti sebanyak 540 larva. Larva dibagi dalam 3 kelompok yang masing-masing kelompok diberi 6 perlakuan, yaitu diberikan infusa daun pandan wangi 5%, 3%, 1%, 0,5%, kontrol positif, dan kontrol negatif. Jumlah larva yang mati yang dihitung setelah 24 jam. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey dengan α = 0,05.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa infusa daun pandan wangi 5%, 3%, 1%, 0,5% berefek sebagai larvasida.

Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui efek toksis bahan ini terhadap lingkungan.

Kata kunci : Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.), larvisida, Aedes aegypti


(2)

v ABSTRACT

THE EFFECT OF INFUSA OF UMBRELLA TREE LEAVES (Pandanus amaryllifolius Roxb.) AS A LARVICIDE TO AEDES AEGYPTI MOSQUITO

Karlina Jayalaksana , 1st Tutor : Meilinah Hidayat, dr.,M.Kes. 2nd Tutor : Susy Tjahjani,dr.,M.Kes.

In Indonesia, mosquito born diseases are still a health problems. Natural or synthetic larvicide and insecticide can be used to control mosquito population. The usage of synthetic larvicide and insecticide caused many disturbances to the environment and increased mosquito’s physiology resistance. Herbal products can be an alternative solution to solve the problem, umbrella trees is one of the easiest found herbal in Indonesia. The objective of this research is to know the larvicide effect of umbrella tree leaves ( Pandanus amaryllifolius Roxb.) infusion against Aedes aegypti mosquito larvae, so it can be used as a natural larvicide which is safe for environment.

The method of this research is a comparative experimental laboratory study using Randomize Trial Design (RAL), using 540 Aedes aegypti mosquito larvae. Larvae were divided into 3 groups. Each group was treated with 6 treatment, using 5%, 3%, 1% ,0,5% dose of umbrella tree leaves infusion, positive and negative control. The number of dead larvae was counted after it 24 hours. The data was analysed using one way ANAVA and continued with different test mean of Tukey with α = 0,05,

The result shows that the 5%, 3%, 1%, 0,5% umbrella tree leaves infusion have larvicide effect

More research is needed to know the toxic effect upon environment.

Keyword : Umbrella Tree (Pandanus amaryllifolius Roxb.), larvicide, Aedes aegypti.


(3)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT ...v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK... xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Identifikasi Masalah ...3

1.3 Maksud dan Tujuan ...3

1.4 Manfaat Penelitian...3

1.5 Kerangka Pemikiran ...3

1.6 Metodologi Penelitian ...4

1.7 Lokasi dan Waktu...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6

2.1 Nyamuk Secara Umum ...6

2.2 Subfamili Culicinae...8

2.3 Genus Aedes...10

2.3.1 Penyebaran...10

2.3.2 Telur...10


(4)

ix

2.3.4 Pupa ... 12

2.3.5 Dewasa... 12

2.4 Spesies Aedes aegypti ... 14

2.4.1 Taksonomi... 14

2.4.2 Siklus Hidup... 14

2.4.3 Aedes aegypti sebagai Vektor Penyakit ... 16

2.4.3.1 Pendahuluan ... 16

2.4.3.2 Demam Berdarah Dengue ... 16

2.4.3.2.1 Pendahuluan ... 16

2.4.3.2.2 Epidemiologi ... 17

2.4.3.2.3 Etiologi... 18

2.4.3.2.4 Insidensi ... 19

2.4.3.2.5 Patogenesis ... 19

2.4.3.2.6 Manifestasi Klinik... 21

2.4.3.2.7 Diagnosis ... 23

2.4.3.2.7.1 Kriteria Klinik... 24

2.4.3.2.7.2 Kriteria Laboratorik ... 24

2.4.3.2.8 Pengobatan ... 25

2.4.3.2.9 Prognosis ... 26

2.4.3.3 Chikungunya ... 26

2.4.3.3.1 Pendahuluan ... 26

2.4.3.3.2 Epidemiologi ... 26

2.4.3.3.3 Manifestasi Klinik dan Diagnosis... 27

2.4.3.3.4 Pengobatan ... 28

2.4.3.3.5 Prognosis ... 28

2.4.3.3.6 Pencegahan dan Pengendalian... 28

2.5 Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)... 28

2.5.1 Taksonomi...29

2.5.2 Nama daerah...29

2.5.3 Kandungan kimiawi dan khasiat pandan wangi...30


(5)

x

2.6.1 Larvasida...31

2.6.2 Mekanisme kerja Saponin sebagai larvasida ...31

BAB III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN... 34

3.1 Metodologi Penelitian Secara Garis Besar ...34

3.2 Alat dan Bahan... 34

3.3 Metode Penelitian... 35

3.3.1 Variabel Penelitian ... 35

3.3.2 Prosedur Kerja... 36

3.3.3 Metode Analisis... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Hasil dan Pembahasan... 38

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 42

4.2.1 Hal-hal yang mendukung... 39

4.2.2 Hal-hal yang tidak mendukung ... 43

4.3 Kesimpulan ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 44

5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Saran... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN ... 49


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah larva yang mati pada pemberian akuades, temefos 1% dan infusa daun pandan wangi pada berbagai konsentrasi ... 38 Tabel 4.2 Persentasi jumlah larva yang mati (Pengamatan dilakukan setelah 24 Jam)... 39 Tabel 4.3 Uji beda rata-rata Tukey jumlah persentasi larva yang mati antar kelompok perlakuan... 41


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gambaran diagramatik nyamuk dewasa ... 7

Gambar 2.2 Perbedaan antena nyamuk jantan dan betina... 8

Gambar 2.3 Karakter-karakter utama dalam membedakan tiga genera nyamuk yang penting dalam bidang kesehatan... 9

Gambar 2.4 Telur Aedes aegypti... 11

Gambar 2.5 Segmen abdomen terminal dari larva Aedes menunjukkan siphon yang pendek dengan rambut subventral tuft tunggal ... 11

Gambar 2.6 Stadium pupa nyamuk Aedes ... 12

Gambar 2.7 Permukaan dorsal toraks dari nyamuk Aedes dewasa menunjukkan pola sisik hitam dan putih yang bervariasi. ... 13

Gambar 2.8 Nyamuk Aedes tidak membentuk sudut dalam keadaan istirahat ... 13

Gambar 2.9 Siklus hidup nyamuk Aedes ... 15

Gambar 2.10 Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus Betina Dewasa ... 15

Gambar 2.11 Penyebaran Virus Dengue dan vektornya Aedes aegypti di seluruh dunia tahun 2005... 18

Gambar 2.12 Virus Dengue ... 19

Gambar 2.13. Stadium Viremia ... 22

Gambar 2.14 Karakteristik Demam Berdarah Dengue ... 22

Gambar 2.15 Virus Chikungunya ... 26

Gambar 2.16 Penyebaran demam Chikungunya 1952-2006... 27

Gambar 2.17 Pandanus amaryllifolius Roxb... 29

Gambar2.18 Struktur kimia saponin... 32

Gambar 3.1 Peralatan yang digunakan... 35


(8)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Halaman


(9)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Tabel Hasil ANAVA ... 49

Lampiran 2 Tabel Post Hoc Test... 50

Lampiran 3 Tabel Homogenous Subsets ... 51

Lampiran 5 Perhitungan dosis Temefos ... 52

Lampiran 6 Pembuatan Infusa Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)... 53


(10)

49

Lampiran 1

Oneway

Descriptives

hasil

95% Confidence Interval for Mean

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Bound Upper Minimum Maximum Kontrol neg (Akuades)

3 1.111

1 1.92450 1.11111 -3.6696 5.8918 .00 3.33 Kontrol pos (Temefos

1%) 3 100.0

000 .00000 .00000 100.0000 100.0000 100.00 100.00 Pandan 0,5%

3 23.33

33 3.33333 1.92450 15.0529 31.6138 20.00 26.67 Pandan 1%

3 45.55

56 3.84900 2.22222 35.9941 55.1170 43.33 50.00 Pandan 3%

3 71.11

11 3.84900 2.22222 61.5497 80.6726 66.67 73.33 Pandan 5%

3 93.33

33 3.33333 1.92450 85.0529 101.6138 90.00 96.67 Total 18 55.74

07 37.06214 8.73563 37.3102 74.1713 .00 100.00

Test of Homogeneity of Variances

hasil Levene

Statistic df1 df2 Sig.

2.015 5 12 .149

ANOVA

hasil

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2091.611 5 418.322 501.987 .000

Within Groups 10.000 12 .833


(11)

50

Lampiran 2

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: hasil Tukey HSD

95% Confidence Interval (I) kelompok

(J) kelompok

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound Kontrol neg (Akuades) Kontrol pos (Temefos 1%) -29.66667(*) .74536 .000 -32.1703 -27.1631 Pandan 0,5%

-6.66667(*) .74536 .000 -9.1703 -4.1631 Pandan 1% -13.33333(*) .74536 .000 -15.8369 -10.8297 Pandan 3% -21.00000(*) .74536 .000 -23.5036 -18.4964 Pandan 5% -27.66667(*) .74536 .000 -30.1703 -25.1631 Kontrol pos (Temefos

1%)

Kontrol neg (Akuades)

29.66667(*) .74536 .000 27.1631 32.1703 Pandan 0,5% 23.00000(*) .74536 .000 20.4964 25.5036 Pandan 1% 16.33333(*) .74536 .000 13.8297 18.8369 Pandan 3% 8.66667(*) .74536 .000 6.1631 11.1703 Pandan 5% 2.00000 .74536 .150 -.5036 4.5036 Pandan 0,5% Kontrol neg (Akuades) 6.66667(*) .74536 .000 4.1631 9.1703 Kontrol pos (Temefos 1%) -23.00000(*) .74536 .000 -25.5036 -20.4964 Pandan 1% -6.66667(*) .74536 .000 -9.1703 -4.1631 Pandan 3%

-14.33333(*) .74536 .000 -16.8369 -11.8297 Pandan 5% -21.00000(*) .74536 .000 -23.5036 -18.4964 Pandan 1% Kontrol neg (Akuades) 13.33333(*) .74536 .000 10.8297 15.8369 Kontrol pos (Temefos 1%) -16.33333(*) .74536 .000 -18.8369 -13.8297 Pandan 0,5% 6.66667(*) .74536 .000 4.1631 9.1703 Pandan 3% -7.66667(*) .74536 .000 -10.1703 -5.1631 Pandan 5%

-14.33333(*) .74536 .000 -16.8369 -11.8297 Pandan 3% Kontrol neg (Akuades) 21.00000(*) .74536 .000 18.4964 23.5036 Kontrol pos (Temefos 1%) -8.66667(*) .74536 .000 -11.1703 -6.1631 Pandan 0,5% 14.33333(*) .74536 .000 11.8297 16.8369 Pandan 1% 7.66667(*) .74536 .000 5.1631 10.1703 Pandan 5% -6.66667(*) .74536 .000 -9.1703 -4.1631 Pandan 5% Kontrol neg (Akuades)

27.66667(*) .74536 .000 25.1631 30.1703 Kontrol pos (Temefos 1%) -2.00000 .74536 .150 -4.5036 .5036 Pandan 0,5% 21.00000(*) .74536 .000 18.4964 23.5036 Pandan 1% 14.33333(*) .74536 .000 11.8297 16.8369 Pandan 3% 6.66667(*) .74536 .000 4.1631 9.1703


(12)

51

Lampiran 3

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

hasil

Tukey HSD

N Subset for alpha = .05

kelompok 1 2 3 4 5 1

Kontrol neg (Akuades) 3 1.1111

Pandan 0,5% 3 23.3333

Pandan 1% 3 45.5556

Pandan 3% 3 71.1111

Pandan 5% 3 93.3333

Kontrol pos (Temefos

1%) 3 100.0000

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 .150

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(13)

52

Perhitungan dosis :

Dosis Temefos 1 g :

Dosis efektif Temefos 1 g adalah sebesar 1 ppm dimana biasanya digunakan 10 g bubuk temefos dalam 100 liter air.

1 ppm = 1 g temephos 1 g di dalam 1.000.000 ml air.

Sedangkan didalam kemasan bubuk temefos 1 g 10 g kandungan temefosnya hanya 1 %, jadi didalam 10 g hanya ada 0,1 gr temefos.

Berarti didalam 100 liter dilarutkan 0,1 g temefos = 1 gr temefos didalam 1.000 liter air = 1 gr temefos 1g didalam 1.000.000 ml air. = 1 ppm.

Dan didalam percobaan yang dilakukan disini dosis 1 ppm Temefos didapat dari: 10 mg temefos 1 g didalam 100 ml akuades.


(14)

53

Lampiran 5

Pembuatan Infusa Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

Daun pandan wangi yang akan dipakai untuk percobaan dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk percobaan. Daun pandan wangi ditimbang sesuai dengan kadar yang akan dipakai dalam percobaan yaitu 0,5%, 1%, 2%, 3%, 5%, 7 %, 10 %. (Contoh : bila yang digunakan adalah infusa dengan kadar 5% berarti daun pandan wangi kering yang dibutuhkan adalah 5 gram dicampurkan dengan 100 ml akuades).

Masukkan daun pandan wangi yang telah ditimbang tersebut ke dalam panci infusa kecil dan tambahkan akuades ke dalam panci tersebut. Sementara panci infusa besar diisi air kemudian dididihkan. Setelah mendidih, panci infusa kecil yang berisi daun pandan wangi dan akuades dimasukkan ke dalam panci infusa besar dalam keadaan api masih menyala dan panci tertutup, biarkan selama 15 menit lalu matikan api, setelah itu hasil infusa disaring dan diukur. Apabila kurang dari 100 ml, maka ditambahkan air panas yang dilewatkan terlebih dahulu melalui saringan yang masih terdapat sisa daun pandan wangi yang tersaring. Pindahkan hasil infusa yang telah didapat ke dalam gelas-gelas plastik yang telah tersedia.


(15)

54

RIWAYAT HIDUP

Nama : Karlina Jayalaksana

NRP : 0410187

Alamat : Jl. Kejaksaan no 30

Tempat/ Tanggal Lahir : Bandung / 15 April 1986 Riwayat Pendidikan :

1998, Lulus SD Taruna Bhakti, Bandung. 2001, Lulus SLTPSanto Aloysius 1, Bandung 2004, Lulus SMU Santo Aloysius1, Bandung.


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia hingga tahun 2007 diprediksi melebihi jumlah yang diperkirakan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), yakni 125 ribu orang, meningkat dari tahun 2006 yang total sebanyak 113.640 kasus dan 1.184 di antaranya berakibat kematian (Rita Kusriastuti, 2007).

Beberapa daerah seperti DKI Jakarta dan sejumlah kabupaten/kota di Jawa Barat dan Lampung saat ini juga sudah dinyatakan sebagai daerah dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD karena mengalami peningkatan kasus DBD secara bermakna (Rita Kusriastuti, 2007).

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sejak awal tahun mencatat insidensi penyakit demam berdarah terbanyak terjadi di wilayah Kota Bandung (816 kasus 3 meninggal), Kabupaten Bogor (805 kasus, 22 meninggal), Kabupaten Bandung (487 kasus, 6 meninggal), Kota Cimahi (401 kasus, 3 meninggal), Kabupaten Indramayu (373 kasus, 24 meninggal), Kota Bogor (329 kasus, 2 meninggal), Kota Depok (263 kasus, 2 meninggal), Kabupaten Cirebon (213 kasus, 9 meninggal), Kabupaten/Kota lainnya angka kasusnya di bawah 200 kasus dengan korban meninggal kurang dari 4 orang (Ahmad Fikri, 2007).

Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Barat terus meningkat, sejak Januari hingga pertengahan Februari tercatat sebanyak 5.263 kasus dan 91 orang meninggal dunia akibat penyakit itu (Yudhi Prayudha, 2007).

Hal tersebut sebenarnya dapat diantisipasi dengan memutus siklus perkembangan nyamuk Aedes aegypti dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan dan kesehatan lingkungan melalui 3M (menguras, menutup dan menimbun), fogging, penggunaan bubuk abate, dan secara individual dengan menggunakan repelen .


(17)

2

Menurut Hadi Suwasono(1997) dalam pemberantasan larva dan nyamuk digunakan zat-zat kimia organik sintetik seperti Temephos (Abate), Methoprene (OMS-1697), Diflubenzuron (OMS-1804), Vetrazin (OMS-2014). Namun pemutusan mata rantai penularan penyakit oleh nyamuk menggunakan zat kimia organik sintetik, memiliki efek samping yang cukup berbahaya. Pemberantasan menggunakan zat kimia menyebabkan gangguan pada lingkungan dan juga pertumbuhan resistensi fisiologis daripada vektor. Penggunaan zat kimia organik sintetik sebagai insektisida dan larvisida secara luas dan berulang-ulang menyebabkan timbulnya efek samping pada manusia misalnya gangguan pernafasan (sesak nafas), gangguan pencernaan (mual, muntah), dan iritasi kulit (Mittal, Subbarao, 2003).

Produk-produk herbal dapat digunakan, baik yang berefek sebagai larvisida, insektisida, maupun pengusir nyamuk. Produk-produk herbal ini dapat menjadi suatu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah penanggulangan penyebaran penyakit melalui vektor nyamuk (Mittal, Subbarao, 2003).

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif larvasida adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.). Pandan wangi merupakan jenis tanaman yang banyak ditemukan di Indonesia. Khasiat tanaman pandan wangi sudah banyak dikenal mulai dari penggunaannya untuk mengatasi: lemah saraf (neurasthenia), anoreksia, rematik, myalgia, sakit disertai gelisah, rambut rontok, menghitamkan rambut dan menghilangkan dandruff (PDPERSI, 2002). ). Pandan wangi mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, dan polifenol. Ekstrak daun pandan wangi mempunyai pengaruh terhadap tingkat kematian larva Aedes aegypti (Dewi Susanna, Rahman, dkk. 2003).

Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk mengetahui efek dari pandan wangi sebagai larvisida nyamuk Aedes aegypti dalam bentuk sediaan infusa yang lebih mudah untuk dibuat dibandingkan dengan bentuk sediaan ekstrak.


(18)

3

1.2.Identifikasi Masalah

Apakah infusa daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) mempunyai efek sebagai larvisida alami terhadap larva nyamuk Aedes aegypti

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud : Untuk mengetahui efek larvisida dari infusa daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) terhadap nyamuk Aedes aegypti Tujuan : Untuk mendapat data jumlah larva nyamuk Aedes aegypti yang mati

dengan menggunakan daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai larvisida alami.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis : Menambah pengetahuan tentang tanaman

pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai larvisida alami.

Manfaat praktis : Menurunkan populasi jumlah nyamuk Aedes aegypti sehingga angka kejadian penyakit yang disebarkan nyamuk Aedes aegypti dapat berkurang

1.5 Kerangka Pemikiran

Serangga mempunyai 3 habitat utama, yaitu terestrial, semi akuatik, dan akuatik. Nyamuk mempunyai kehidupan yang bergantung pada lingkungan air, sehingga nyamuk adalah golongan serangga semi akuatik. Dalam hidupnya nyamuk mengalami metamorfosis mulai dari telur, larva, pupa, hingga nyamuk dewasa (Service, 2000).


(19)

4

Nyamuk dapat menyebarkan penyakit melalui tusukan pada kulit manusia. Hanya nyamuk betina yang menusuk dan mengambil darah. Protein darah diperlukan untuk melengkapi siklus produksi telur pada nyamuk (Service, 2000).

Telur dapat diletakkan secara langsung di air atau di area yang akan tergenang oleh air. Stadium larva dan pupa berada di air, sedangkan stadium dewasa di luar air. Masing-masing stadium ini dapat dengan mudah dikenali dari penampilan fisiknya yang khusus.

Tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) mempunyai kandungan alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, polifenol .Senyawa saponin inilah yang efektif untuk membasmi jentik nyamuk (larva dan pupa ) yang berkembang dalam air. Saponin mengandung hormon steroid yang berpengaruh dalam pertumbuhan larva nyamuk. Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding traktus digestivus menjadi korosif (Nunik St.Aminah, Singgih H.Sigit, dkk., 2001).

Hipotesis Penelitian

Infusa daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) mempunyai efek

larvisida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.

1.6 Metodologi Penelitian

Desain penelitian : menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan ruang lingkup penelitian prospektif laboratorium eksperimental, bersifat komparatif. Penelitian menggunakan infusa daun Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan berbagai konsentrasi. Digunakan temefos sebagai kontrol.

Metode statistik : data yang didapat dianalisis menggunakan ANAVA satu


(20)

5

1.7 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Insttitut Teknologi Bandung mulai dari bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2008.


(21)

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Infusa daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan dosis 0,5%, 1%, 3% , 5% memiliki efek sebagai larvisida.

5.2 Saran

1. Diperlukan penelitian lanjutan mengenai efek toksis yang dapat terjadi pada lingkungan bila larvisida pandan wangi ini digunakan secara luas dan berulang-ulang.

2. Perlu dilakukan penelitian tentang sediaan yang paling tepat untuk larvasida ini.

3. Infusa daun pandan wangi dapat digunakan sebagai alternatif dari temefos karena memiliki efek larvisida yang sama dengan temefos 1%.


(22)

45

DAFTAR PUSTAKA

Agençe France-Presse., 2003., Outbreak of dengue fever spreads in Cairns, Australia., http://www.abc.net.au/science/news/stories/s804792.htm., January 9th, 2008

Adleens., 2005., Bagaimana Mengenali Vektor Pembawa Virus Dengii.,

http://www.jiwang.org/portal/modules/news/article.php?storyid=1215., January 8th, 2008

Ahmad Fikri., 2007., DBD Kota Bandung Tertinggi di Jawa Barat.,

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2007/02/15/brk,2007021 5-93285,id.html., 9 Mei 2007

Ajcann., 2007., Dengue Virus Infection Activates the Unfolded Protein

Response., http://microbiologybytes.wordpress.com/2007/10/23/dengue-virus-infection-activates-the-unfolded-protein-response/., January 7th, 2008

BlogGang, 2005.,

http://www.bloggang.com/viewdiary.php?id=duen&group=7&month=10-2005&date=08&gblog=15., December 4th, 2007

CDC., 2005., Dengue Fever., http://www.cdc.gov/NCIDOD/DVBID/dengue/map-distribution-2005.htm., January 6th, 2008

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2007. Vectors of Lymphatic Filariasis. www.cdc.gov/.../mosquitoes_lymphatic_filar.htm.. 8 September 2007.

Charlotte County Government., 2008., Environmental & Extension Services Department - Pest Management Division.,

http://charlottecountyfl.com/EnvironmentalServices/PestManagement/Mosquit o/., January 9, 2008

Dewi Susanna, A. Rahman, Eram Tunggul Pawenang. 2003. Potensi Daun Pandan Wangi untuk Membunuh larva Nyamuk Aedes aegypti In: Jurnal Ekologi Kesehatan .Vol 2, No 2. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal 228 – 231.

Entomology and Plant Pathology., 2008., General Mosquito Biology.,

http://www.ento.okstate.edu/mosquito/biology.html#pupae., January 9th, 2008 Fairfax County (Virginia). 2007. Larvicide. http://www.fairfaxcounty.gov/hd/west


(23)

46 Gandhi M., 2007., Dengue Fever.,

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/17148.htm., November 8th, 2007

Gaüzère, B-A., 2007., Infection à virus Chikungunya Actualités basées sur

l’épidémie de l’océan indien.,

http://www.urml-reunion.net/chikungunya/2007/20070104_cours_gauzere_chik.htm., January 7th, 2008

Hadi Suwasono. 1997. Berbagai Cara Pemberantasan Larva. In: Cermin Dunia Kedokteran.No.119. Hal 32.

Herms W.B., James M.T. 1989. Medical Entomology. New York : Macmillan Publisher. P. 169-169.

Herry Garna, Heda Melinda Nataprawira, Sri Endah Rahayuningsih, 2005, Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-3. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. h: 247

IASR., 2004., Imported Dengue Fever and DengueHemorrhagic Fever in Japan, April 1999-December 2003., http://idsc.nih.go.jp/iasr/25/288/tpc288.html., Oktober 23rd, 2007

IPTEKnet. 2005.Tanaman Obat Indonesia.http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/ view.php?id=124. 26 April 2007.

IPTEKnet. 2006. Nyamuk Si Pembawa Penyakit.http://www.iptek.net.id/ind/?ch= infopop&id=298&PHPSESSID=81fbfd139aa8fdad77f6dfe54029e172 . 2 Mei 2007.

Linnaeus., 1762., Aedes aegypti., http://en.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti., September 13th, 2007

Lockard V., Barry P.C., 2000., Mosquito Bytes.,

http://www.turtletrack.org/Issues00/Co08122000/CO_08122000_Cricket.htm., December 4th, 2007

Marg S., 2007., Chikungunya Fever., http://www.nvbdcp.gov.in/Chikun-Status.html., January 7th, 2008

Mittal P.K, Subbarao S.K. 2003. Prospects of Using Herbal products in the Control of Mosquito Vectors. Meddapa N.)eds). ICMR Bulletin, 1 (33) :2-5.


(24)

47

Mortimer R., 1998., Aedes aegypti and Dengue fever., http://www.microscopy-

uk.org.uk/mag/indexmag.html?http://www.microscopy-uk.org.uk/mag/art98/aedrol.html., September 13th, 2007

Oi F. M., Anderson2 R., 2004., Mosquitoes In and Around the Home.,

http://www.biotechpestcontrols.com/html/mosquitoes.html., December 4th, 2007

Pemkot Malang., 2007., Musim Hujan, Kota Malang Siaga DBD.,

http://www.pemkot-malang.go.id/berita/berita.php?subaction=showfull&id=1130134616&archive= &start_from=&ucat=1&., 15 November 2007

Pusat Data dan Informasi – Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERSI). 2002. Obat Tradisional. http://www.pdpersi.co.id/?show=detail news&kode=967&tbl=alternatif. 26 April 2007.

Raj Mohan, D., M. Ramaswamy. 2007. Full Length Research Paper: Evaluation of larvicidal activity of the leaf extract of aweed plant, Ageratina adenophora, against two important species of mosquitoes, Aedes aegypti and Culex quinquefasciatus. http://www.academicjournals.org/AJB/PDF/pdf2007/5Mar /Raj%20Mohan%20and%20Ramaswamy.pdf . 26 Maret 2007.

Rampengan, T.H., I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC. Hal. 232-243.

Rita Kusriastuti., 2007., Demam Berdarah.,

http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/03/26/nrs,20040326-02,id.html., 9 September 2007

Sawahel W., 2007., 'Doomed' mosquitos could cut dengue infection rates., http://www.scidev.net/News/index.cfm?fuseaction=readNews&itemid=3512&l anguage=1., October 22nd, 2007

Service M.W. 2002. Medical Entomology for Students. 2nd ed. Cambridge (UK) : Cambridge Publisher. P. 6 -12, 19.

Soedarto. 1995. Entomologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Hal. 60-61.

Vcharkarn., 2007. Principal Characters for Identifying the Three Genera of Medical Importance. http://www.vcharkarn.com/include/vcafe/showkratoo. php?Pid=27946&page=4. 4 Desember 2007.

Warren K.S., Mahmod A.A.F., 2007., Tropical and Geographical Medicine.,


(25)

http://www.indo-48

friendster.com/forums/view.php?page=1&&board=30&&topic=244&&quote= 705#forum_body., November 9th, 2007

Wikimedia Foundation., 2007., DEET., http://en.wikipedia.org/wiki/DEET., January 4th, 2008

Yudhi Prayudha., 2007., 91 Orang Tewas Akibat DBD di Jabar., http://www.antara.co.id/arc/2007/2/14/91-orang-tewas-akibat-dbd-di-jabar/., 9 Mei 2007

Zumpt F., 1956., Very Welcome to Mosquito’s Home.,http://www.biologie.uni-regensburg.de/Zoologie/Boeckh/Bosch/index.htm.,


(1)

5

1.7 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Insttitut Teknologi Bandung mulai dari bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2008.


(2)

44 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Infusa daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan dosis 0,5%, 1%, 3% , 5% memiliki efek sebagai larvisida.

5.2 Saran

1. Diperlukan penelitian lanjutan mengenai efek toksis yang dapat terjadi pada lingkungan bila larvisida pandan wangi ini digunakan secara luas dan berulang-ulang.

2. Perlu dilakukan penelitian tentang sediaan yang paling tepat untuk larvasida ini.

3. Infusa daun pandan wangi dapat digunakan sebagai alternatif dari temefos karena memiliki efek larvisida yang sama dengan temefos 1%.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agençe France-Presse., 2003., Outbreak of dengue fever spreads in Cairns, Australia., http://www.abc.net.au/science/news/stories/s804792.htm., January 9th, 2008

Adleens., 2005., Bagaimana Mengenali Vektor Pembawa Virus Dengii.,

http://www.jiwang.org/portal/modules/news/article.php?storyid=1215., January 8th, 2008

Ahmad Fikri., 2007., DBD Kota Bandung Tertinggi di Jawa Barat.,

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2007/02/15/brk,2007021 5-93285,id.html., 9 Mei 2007

Ajcann., 2007., Dengue Virus Infection Activates the Unfolded Protein

Response., http://microbiologybytes.wordpress.com/2007/10/23/dengue-virus-infection-activates-the-unfolded-protein-response/., January 7th, 2008

BlogGang, 2005.,

http://www.bloggang.com/viewdiary.php?id=duen&group=7&month=10-2005&date=08&gblog=15., December 4th, 2007

CDC., 2005., Dengue Fever., http://www.cdc.gov/NCIDOD/DVBID/dengue/map-distribution-2005.htm., January 6th, 2008

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2007. Vectors of Lymphatic Filariasis. www.cdc.gov/.../mosquitoes_lymphatic_filar.htm.. 8 September 2007.

Charlotte County Government., 2008., Environmental & Extension Services Department - Pest Management Division.,

http://charlottecountyfl.com/EnvironmentalServices/PestManagement/Mosquit o/., January 9, 2008

Dewi Susanna, A. Rahman, Eram Tunggul Pawenang. 2003. Potensi Daun Pandan Wangi untuk Membunuh larva Nyamuk Aedes aegypti In: Jurnal Ekologi


(4)

46 Gandhi M., 2007., Dengue Fever.,

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/17148.htm., November 8th, 2007

Gaüzère, B-A., 2007., Infection à virus Chikungunya Actualités basées sur l’épidémie de l’océan indien., http://www.urml-reunion.net/chikungunya/2007/20070104_cours_gauzere_chik.htm., January 7th, 2008

Hadi Suwasono. 1997. Berbagai Cara Pemberantasan Larva. In: Cermin Dunia

Kedokteran.No.119. Hal 32.

Herms W.B., James M.T. 1989. Medical Entomology. New York : Macmillan Publisher. P. 169-169.

Herry Garna, Heda Melinda Nataprawira, Sri Endah Rahayuningsih, 2005,

Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-3. Bandung:

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. h: 247

IASR., 2004., Imported Dengue Fever and DengueHemorrhagic Fever in Japan, April 1999-December 2003., http://idsc.nih.go.jp/iasr/25/288/tpc288.html., Oktober 23rd, 2007

IPTEKnet. 2005.Tanaman Obat Indonesia.http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/ view.php?id=124. 26 April 2007.

IPTEKnet. 2006. Nyamuk Si Pembawa Penyakit.http://www.iptek.net.id/ind/?ch= infopop&id=298&PHPSESSID=81fbfd139aa8fdad77f6dfe54029e172 . 2 Mei 2007.

Linnaeus., 1762., Aedes aegypti., http://en.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti., September 13th, 2007

Lockard V., Barry P.C., 2000., Mosquito Bytes.,

http://www.turtletrack.org/Issues00/Co08122000/CO_08122000_Cricket.htm., December 4th, 2007

Marg S., 2007., Chikungunya Fever., http://www.nvbdcp.gov.in/Chikun-Status.html., January 7th, 2008

Mittal P.K, Subbarao S.K. 2003. Prospects of Using Herbal products in the Control of Mosquito Vectors. Meddapa N.)eds). ICMR Bulletin, 1 (33) :2-5.


(5)

Mortimer R., 1998., Aedes aegypti and Dengue fever., http://www.microscopy-

uk.org.uk/mag/indexmag.html?http://www.microscopy-uk.org.uk/mag/art98/aedrol.html., September 13th, 2007

Oi F. M., Anderson2 R., 2004., Mosquitoes In and Around the Home.,

http://www.biotechpestcontrols.com/html/mosquitoes.html., December 4th, 2007

Pemkot Malang., 2007., Musim Hujan, Kota Malang Siaga DBD.,

http://www.pemkot-malang.go.id/berita/berita.php?subaction=showfull&id=1130134616&archive= &start_from=&ucat=1&., 15 November 2007

Pusat Data dan Informasi – Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERSI). 2002. Obat Tradisional. http://www.pdpersi.co.id/?show=detail news&kode=967&tbl=alternatif. 26 April 2007.

Raj Mohan, D., M. Ramaswamy. 2007. Full Length Research Paper: Evaluation of larvicidal activity of the leaf extract of aweed plant, Ageratina adenophora, against two important species of mosquitoes, Aedes aegypti and Culex

quinquefasciatus. http://www.academicjournals.org/AJB/PDF/pdf2007/5Mar

/Raj%20Mohan%20and%20Ramaswamy.pdf . 26 Maret 2007.

Rampengan, T.H., I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC. Hal. 232-243.

Rita Kusriastuti., 2007., Demam Berdarah.,

http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/03/26/nrs,20040326-02,id.html., 9 September 2007

Sawahel W., 2007., 'Doomed' mosquitos could cut dengue infection rates., http://www.scidev.net/News/index.cfm?fuseaction=readNews&itemid=3512&l anguage=1., October 22nd, 2007

Service M.W. 2002. Medical Entomology for Students. 2nd ed. Cambridge (UK) : Cambridge Publisher. P. 6 -12, 19.


(6)

48

friendster.com/forums/view.php?page=1&&board=30&&topic=244&&quote= 705#forum_body., November 9th, 2007

Wikimedia Foundation., 2007., DEET., http://en.wikipedia.org/wiki/DEET., January 4th, 2008

Yudhi Prayudha., 2007., 91 Orang Tewas Akibat DBD di Jabar., http://www.antara.co.id/arc/2007/2/14/91-orang-tewas-akibat-dbd-di-jabar/., 9 Mei 2007

Zumpt F., 1956., Very Welcome to Mosquito’s Home.,http://www.biologie.uni-regensburg.de/Zoologie/Boeckh/Bosch/index.htm.,