Definisi Wacana Pernikahan Beda Agaman Dalam Islam

34 Artinya: Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. QS. Adz Dzariyat: 49 Dari sini ada malam ada siang siang, ada senang ada susah, aa atas ada bawah, demikian seterusnya. Semua - selama dia makhluk - memiliki pasangan. Hanya sang Khalik, Allah swt. yang tidak ada pasangan-Nya, tidak ada pula sama-Nya. Dari segi ilmiah terbukti bahwa listrik pun berpasangan, ada arus positif dan ada juga arus negatif, demikian juga atom, yang tadinya diduga merupakan wujud terkecil dan tidak dapat terbagi, ternyata ia pun berpasangan. Atom terdiri dari elektron dan proton. 38 Sehingga jika dilihat dari tafsir tersebut maka makhluk hidup khususnya manusia adalah makhluk yang berpasang-pasang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Perlu diingat bahwa pernikahan atau perkawinan yang dikehendaki Islam, adalah perkawinan yang menjalin hubungan harmonis antar suai istri, sekaligus antar keluarga, bukan saja keluarga masing-masing, tetapi juga antar keluarga kedua mempelai. 39

B. Wacana Pernikahan Beda Agaman Dalam Islam

1. Definisi

Sebelum diundangkannya Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, di Indonesia pernah berlaku peraturan hukum antar golongan tentang pernikahan campuran, yaitu Regeling op de Gemengde Huwelijken 38 Ibid, Vol. 11, hlm. 539 39 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol 11, hlm. 475 35 GHR atau peraturan tentang perkawinan campuran sebagaimana dimuat dalam Staatblad 1898 Nomor 158. Pasal 1 dari peraturan tentang perkawinan campur GHR itu dinyatakan bahwa yang dinamakan perkawinan campuran ialah perkawinan antara orang-orang di Indonesia yang tunduk kepada hukum yang berlainan. Terhadap pasal ini ada tiga pandangan dari para ahli hukum mengenai perkawinan antar agama, sebagaimana diungkapkan oleh Prof. Dr. Sudargo Gautama sebagai berikut: 1. Perkawinan campuran antar agama dan antar tempat termasuk dibawah GHR. 2. Perkawinan antar agama dan antar tempat tidak termasuk di bawah GHR. 3. Hanya perkawinan antar agama yang termasuk di bawah GHR. 40 Dalam kepustakaan hukum Indonesia, istilah perkawinan campuran mempunyai arti yang luas. Ke dalamnya termasuk juga perkawinan antara orang-orang yang berlainan kewarganegaraan, tempat, golongan, dan agama. Karena perbedaan kewarganegaraan, tempat, golongan, dan agama itu, berlainan pula hukum yang mengatur perkawinan mereka. Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam 40 Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Hukum Islam Menjawab Tantangan Zaman Yang Terus Berkembang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, hlm. 147 36 tulisan ini adalah perkawinan campuran dalam arti yang sempit yaitu perkawinan antara dua orang, pria dan wanita, yang tunduk pada hukum yang berlainan karena perbedaan agama. Perkawinan campuran yang tersebut pada kalimat terakhir ini dapat pula disebut perkawinan campuran antar pemeluk agama yang berbeda. Perkawinan antara dua orang yang berbeda agama, dalam kepustakaan dan juga dalam media massa, sering disebut perkawinan antar agama. Penamaan perkawinan antar agama untuk perkawinan antara orang-orang yang berbeda agama, menurut pendapat penulis adalah salah. 41

2. Perbedaan Pendapat Diantara Ulama