2.1.2 Modal
Menurut Fashri 2007 terdapat beberapa hal yang mendasari untuk memahami kapasitas modal dalam pandangan Bourdieu antara lain: Pertama, menjembatani
permasalahan Middle Ground Theory misalnya tidak sinergisnya kedudukan individu dalam kapasitas sebagai subjektivisme dan masyarakat sebagai objektivisme, Sehingga
Bourdieu menawarkan Habitus dan ranah atau field sebagai titik yang menengahi
kedudukan individu dan masyarakat pada kajian Middle Ground Theory. Hal ini
ditawarkannya karena mengingat bahwa pada hakikatnya habitus merupakan suatu struktur baik struktur yang dibentuk maupun struktur yang membentuk. Sedangkan
modal dapat dipahami sebagai hasil dari habitus atau ranah itu sendiri. Kedua, konsep modal sebenarnya digunakan untuk memetakan hubungan-hubungan kekuasaan dalam
masyarakat sebab masyarakat dibentuk oleh perbedaan distribusi dan penguasaan modal, disisi lain aktor juga berjuang memperbesar modal mereka. Dimana hasilnya sangat
menentukan posisi dan status di dalam masyarakat, hal ini berarti bahwa modal merupakan pusat segala kekuatan. Ketiga, Pandangan modal Bourdieu berbeda dari
padangan ekonomisme yang melihat modal bercirikan tiga bagian penting antara lain terakumulasi melalui investasi, dapat diberikan kepada orang lain melalui sistim
pewarisan, dan memberi keuntungan sesuai dengan kesempatan yang dimiliki oleh
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
pemiliknya untuk mengoperasikan penempatannya. Bourdieu justru menggolongkan 4 empat jenis modal meliputi
5
: a Modal ekonomi, mencakup
alat-alat produksi materi dan uang yang dengan mudah digunakan untuk segala tujuan serta diwariskan dari suatu generasi
kegenerasi berikutnya. b Modal budaya, mencangkup keseluruhan kualifikasi intelektual yang dapat
diproduksi melalui pendidikan formal maupun warisan keluarga seperti mudah bergaul, cara berbicara dan kemampuan tampil di depan umum.
c Modal sosial, Menunjuk pada hubungan dan jaringan yang dimiliki pelaku individu atau kelompok dalam hubungannya dengan pihak lain yang memiliki
kekuasaan, dan d Modal simbolik, mencangkup segala bentuk prestise, status, otoritas dan
legitimasi.
2.2 Peters tentang kelembagaan