ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN MENGGUNAKAN KARTU (APMK) DAN UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) TERHADAP PERMINTAAN UANG KARTAL DI INDONESIA (2008:01-2013:12)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN

MENGGUNAKAN KARTU (APMK) DAN UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) TERHADAP PERMINTAAN UANG KARTAL DI INDONESIA

(2008:01-2013:12)

Oleh

LUTFIDA SIWINASTITI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara variabel transaksi pembayaran non tunai menggunakan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan uang elektronik (e-money) terhadap permintaan uang kartal di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam penelitian ini, penggunaan APMK dan e-money dicerminkan dari volume transaksi yang tercipta dari penggunaan kartu kredit, kartu ATM, kartu debit dan e-money. Model analisis yang digunakan adalah alat analisis ekonometrika model koreksi kesalahan Error Correction Model (ECM) Model ini dapat menjelaskan perilaku jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil analisis menunjukkan bahwa transaksi pembayaran non tunai dengan menggunakan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) memiliki pengaruh negatif dan signifikan dalam jangka pendek dan jangka panjang terhadap permintaan uang kartal di Indonesia. Sedangkan, transaksi pembayaran non tunai dengan menggunakan uang elektronik (e-money) berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang kartal di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Kata Kunci : Permintaan Uang Kartal, APMK, Kartu Kredit, Kartu ATM, Kartu Debit, E-Money, Error Correction Model (ECM).


(2)

ABSTRACT

EFFECT ANALYSIS OF THE USE OF PAYMENT CARD (APMK) AND ELECTRONIC MONEY (E- MONEY) TO THE DEMAND FOR CURRENCY

IN INDONESIA (2008:01-2013:12)

By

LUTFIDA SIWINASTITI

This study aims to analyze the influence of variables of non-cash payment transactions using APMK (credit cards, ATM cards, debit cards) and electronic money (e-money) against the demand for currency in Indonesia in the short and long run. In this study, the use of APMK and e-money are reflected on the volume of transactions created by the use of credit cards, ATM cards, debit cards and e-money. Model used the tool of Error Correction Model (ECM) of econometrical analysis This model can explain the behavior of short and long run. The results showedthat non-cash payment transactions using APMK (credit cards, ATM cards, debit cards) have negative and significant impact in the short and long run on the demand for currency in Indonesia. Meanwhile, non-cash payment transactions using electronic money (e-money) has positive and significant impact on the demand for currency in Indonesia in the short and long run.

Keywords: Demand for Currency, APMK, Credit Card, ATM Card, Debit Card, E-Money, Error Correction Model (ECM).


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 24 September 1991, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Adi Purwantoro, S.E., M.M. dan Ibu Atik Yudhiarti, Amd.

Penulis memulai pendidikan formal tahun 1997 di SDN Teladan 02 Rawa Laut, Pahoman, Bandarlampung dan diselesaikan pada tahun 2003. Kemudian, penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 196 Jakarta Timur dan diselesaikan pada tahun 2006 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 58 Jakarta Timur diselesaikan pada tahun 2009.

Tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN dan menjalani aktifitas sebagai mahasiswa jurusan Ekonomi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Pada tahun 2013, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Neglasari Kabupaten Pringsewu. Di tahun yang sama, penulis mengikuti Kuliah Kunjung Lapangan (KKL) di Bank Indonesia, Kementrian Koperasi dan UKM (Usaha Kecil dan Menengah).


(8)

MOTO

“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk

dirinya sendiri” (QS. Al-Ankabut: 6)

“Barangsiapa bertakwa pada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar kepadanya dan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barangsiapa yang bertaqwa pada Allah, maka Allah jadikan urusannya menjadi mudah. barangsiapa yang bertaqwa pada Allah akan dihapuskan dosa- dosa nya dan mendapatkan pahala

yang agung” (QS. Ath-Thalaq: 2, 3, 4)

"Engkau berpikir tentang dirimu sebagai seonggok materi semata, padahal di dalam dirimu tersimpan kekuatan tak terbatas"

(Ali Bin Abi Thalib RA)


(9)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Saya persembahkan untuk Allah SWT, sebagai rasa syukur atas ridho-Nya serta karunia-Nya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Alhamdulillaahirabbil’alamiin.

Untuk Bapak Adi Purwantoro dan Ibu Atik Yudhiarti, terima kasih atas doa, kesabaran, motivasi, bimbingan dan saran yang selama ini tak henti diberikan untuk

kelancaran skripsi ini.

Kedua adik perempuan Saya, Lutfira Abidarini dan Lutfika Radhiansari, terima kasih atas doa, motivasi dan keceriaannya.

Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan saran, motivasi, juga doa yang menambahkan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Juga almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan Uang Elektronik (E-Money) Terhadap Permintaan Uang Kartal di Indonesia (2008:01 – 2013:12)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan;

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan; 4. Ibu Tiara Nirmala, S.E.,M.Sc., selaku Pembimbing atas kesediaannya untuk


(11)

6. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas semangat, doa dan dukungannya selama ini;

7. Seluruh staf pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung; 8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung;

9. Yang tercinta Bapak dan Ibuku atas kasih sayang, doa yang tulus, kesabaran, motivasi, perhatian, pengorbanan, dan dukungannya selama ini;

10.Yang tersayang kedua adikku Lutfira Abidarini dan Lutfika Radhiansari atas doa, motivasi dan keceriaannya selama ini;

11.Yang terkasih Dhani Dharmawan atas doa, perhatian, motivasi, kesetiaan dan kesabarannya selama ini;

12.Keluarga besar Bapak Adi Purwantoro dan Ibu Atik Yudhiarti atas doa, kasih sayang, harapan dan motivasinya;

13.Keluarga besar Bapak Bambang Soewondo dan Ibu Titin Suprihatin atas doa, harapan, kasih sayang, bantuan dan motivasinya;

14.Keluarga besar Bapak Marwan, Ibu Dyah dan Livia Danisha atas doa, dukungan dan bantuannya selama ini;

15.Sahabat tercinta dan tersayang, Gita Krishanti dan Firlana Bunga Fatimah serta teman- teman Vokasi Perumahsakitan Universitas Indonesia yang selalu mendoakan dan mendukung penulis dari sebrang pulau;


(12)

17.Sahabat – sahabat seperjuangan Tutwuri, Shinta, Monica, Dina, Sonia, Dania, Tetik, Desta, Renny, Susanti, Claudya, Dwintha, Devy, Citra, Icha, Hana, Yanu, Irfan, Andhyka, Kevin, Yogi atas motivasi, kerja dan kekompakkannya selama ini;

18.Sahabat- sahabat KKN penulis Lala, Idha, Yosita, Rendy, Angga, Azis, Bang Ryo, Ganda yang telah menjadi penyemangat penulis dalam menyusun skripsi ini; 19.Keluarga kecil Kost Hj. Erma, Ibu Erma, Mbak Tika, Mbak Nopa, Septi, Bebby, Muthia, Fanny, Yuzu cang, Resti, Nurma, Ira, Mbak Rut, Eka, Ungga, atas canda, tawa, harapan, kebersamaan yang selalu kalian berikan kepada penulis;

20.Rekan – rekan angkatan 2010, kakak tingkat dan adik tingkat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

21.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu – persatu yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Ya Rabbalalamiin.

Bandarlampung, Juli 2014 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Kerangka Pemikiran ... 14

E. Hipotesis Penelitian ... 15

F. Ruang Lingkup ... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 16

1. Definisi Sistem Pembayaran ... 16

2. Sejarah Perkembangan Sistem Pembayaran ... 17

3. Sistem Pembayaran di Indonesia ... 18

3.1. Sistem Pembayaran Tunai... 18

3.2. Sistem Pembayaran Non Tunai ... 20

4. APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu) ... 22

4.1. Kartu Kredit ... 22

4.2. Kartu ATM... 24

4.3. Kartu Debit... 24

5. Uang Elektronik (E-Money) ... 28

6. Teori Permintaan Uang ... 33

6.1. Teori Klasik ... 33

6.2. Teori Keynes ... 37

6.3. Teori Pasca Keynes ... 40


(14)

1. Model Ekonomi ... 47

2. Model ECM (Error Correction Model) ... 47

D. Prosedur Analisis Data ... 49

1. Uji Stasioneritas ... 49

2. Uji Kointegrasi ... 50

E. Analisis Data ... 51

1. Uji Asumsi Klasik ... 51

1.1. Uji Normalitas ... 51

1.2. Uji Multikolinearitas ... 52

1.3. Uji Autokorelasi ... 52

1.4. Uji Heteroskedastisitas ... 53

2. Uji Hipotesis ... 53

2.1. Uji t-statistik ... 53

2.2. Uji F-statistik ... 54

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56

1. Uji Stasioneritas ... 56

1.1. Uji Stasioneritas Data pada Ordo Level ... 57

1.2. Uji Stasioneritas Data pada Ordo First Difference ... 58

2. Uji Kointegrasi ... 59

3. Error Correction Model (ECM) ... 60

4. Uji Asumsi Klasik ... 63

4.1. Uji Normalitas ... 63

4.2. Uji Multikolinearitas ... 63

4.3. Uji Autokorelasi ... 64

4.4. Uji Heteroskedastisitas ... 64

5. Uji Hipotesis ... 65

5.1. Uji t-statistik ... 65

5.2. Uji F-statistik ... 65

B. Pembahasan ... 66

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penelitian Terdahulu ... 41

2. Nama, Satuan Pengukuran Variabel, dan Sumber Data ... 45

3. Hasil Uji Stasioneritas Phillips-Perron Unit Root Periode Januari 2008-Desember 2013 pada Ordo Level ... 57

4. Hasil Uji Stasioneritas Phillips-Perron Unit Root Periode Januari 2008-Desember 2013 pada Ordo First Difference ... 58

5. Hasil Uji Stasioneritas Phillips-Perron Unit Root Periode Januari 2008-Desember 2013 pada Ordo Level untuk Data Residual dari Estimasi ... 59

6. Hasil Estimasi ECM ... 60

7. Uji Normalitas ... 63

8. Uji Multikolinearitas ... 63

9. Uji Autokorelasi ... 64

10. Uji Heteroskedastisitas ... 64

11. Hasil Uji t-Statistik pada Persamaan ECM ... 65


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Jumlah APMK dan E-Money yang Beredar di Indonesia ... 6 2. Kerangka Pemikiran ... 14 3. Perkembangan Uang Kartal yang Diedarkan (CUR) di Indonesia ... 19


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pembayaran dalam transaksi ekonomi mengalami kemajuan yang pesat seiring dengan perkembangan teknologi yang canggih. Kemajuan teknologi dalam sistem pembayaran telah menggantikan peranan uang tunai (currency) yang dikenal masyarakat sebagai alat pembayaran pada umumnya ke dalam bentuk pembayaran non tunai yang lebih efektif dan efisien. Hal ini didukung dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan ataupun pusat perbelanjaan di Indonesia yang menerima transaksi pembayaran dengan menggunakan sistem pembayaran non tunai. Cepat, aman, nyaman, mudah dan efesien dalam bertransaksi merupakan alasan masyarakat Indonesia memiliki respon yang besar terhadap sistem pembayaran non tunai dan sistem pembayaran non tunai ini telah dikembangkan oleh pihak bank maupun non bank sebagai lembaga penyelenggara sistem pembayaran di Indonesia.

Perkembangan teknologi informasi yang diikuti dengan tingkat persaingan bank yang semakin tinggi mendorong sektor perbankan atau non bank untuk semakin inovatif dalam menyediakan berbagai alternatif jasa pembayaran non tunai berupa sistem transfer dan alat pembayaran menggunakan kartu elektronis (electronic card


(18)

payment) yang aman, cepat dan efisien, serta bersifat global (Santomero dan Seater, 1996).

Sistem pembayaran yang efisien dapat diukur dari kemampuan dalam menciptakan biaya yang minimal untuk mendapatkan manfaat dari suatu kegiatan transaksi. Pengguna jasa alat pembayaran akan menggunakan jasa alat pembayaran yang memiliki harga yang relatif lebih rendah sehingga biaya transaksi yang harus dikeluarkan juga rendah. Melalui penurunan biaya transaksi dan peningkatan

kecepatan transaksi, inovasi pembayaran elektronik membuat sistem pembayaran non tunai lebih efektif (Snellman dan Vesalla, 1999).

Saat ini pemenuhan kebutuhan masyarakat Indonesia berupa barang dan jasa dapat diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam sistem pembayaran non tunai yang bersifat elektronik. Menurut Listfield dan Montes-Negret (1994), sistem pembayaran yang tanpa kertas ini tidak hanya efektif untuk transaksi bernilai besar, melainkan juga untuk pembayaran rutin (seperti listrik, air ledeng, serta gaji) serta pembayaran yang sensitif terhadap waktu (seperti, pembayaran bunga).

Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas yang mengatur bidang sistem pembayaran di Indonesia telah mencanangkan Grand Desain Upaya Peningkatan Penggunaan Pembayaran NonTunai atau sering disebut dengan Toward a Less Cash Society (LCS). Perkembangan transaksi pembayaran menuju Less Cash Society merupakan arah perubahan yang tidak dapat dihindari. Transaksi dengan pembayaran uang secara fisik sudah mulai digantikan oleh sistem pembayaran non tunai. Dengan keuntungan


(19)

yang diperoleh negara melalui penghematan biaya transaksi, diharapkan adanya kecenderungan arah perubahan transaksi tunai menuju transaksi non tunai. Less cash society dapat didefinisikan sebagai budaya atau tren yang berkembang di masyarakat dalam melakukan transaksi pembayaran menggunakan media pembayaran non tunai. (Van Hove, 2006:21).

Menurut Bank Indonesia (2004), instrumen pembayaran non tunai dapat dibagi kedalam tiga kategori berdasarkan fisik alat yang digunakan,yaitu :

1. Instrumen- instrumen berbasis warkat/kertas atau paper based instrument. 2. Instrumen- instrumen berbasis kartu atau card based instruments.

3. Instrumen- instrumen berbasis elektronik atau electronic based instruments.

Sistem pembayaran adalah suatu mekanisme yang menunjukkan adanya aliran sejumlah nilai dari pembeli ke penjual dalam sebuah transaksi. Jika dikaitkan dengan isu perkembangan sistem pembayaran elektronik yang ternyata terbukti lebih efisien dari sistem pembayaran paper based maka dapat dikatakan sistem pembayaran mengalami proses menuju yang lebih efisien. Sejak berkembangnya sistem

pembayaran non tunai elektronik memerlukan biaya hanya sepertiga sampai setengah dari sistem pembayaran non tunai berbasis kertas (paper based) maka jelaslah bahwa biaya sosial dalam sistem pembayaran dapat dikurangi dengan mengimplementasikan sistem pembayaran elektronik (Humphrey, 2001).


(20)

Beberapa instrumen pembayaran non tunai yang berkembang di masyarakat sekarang ini, selain yang umum diketahui seperti kartu kredit, kartu debit, kartu ATM, kartu prabayar, kartu klub serta e-banking (Bank Indonesia,2004). Isu paling sentral dalam studi mengenai sistem pembayaran elektronis dewasa ini adalah inovasi sistem pembayaran elektronik berbasis kartu, terutama Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) dan uang elektronik (e-money).

Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) adalah seluruh instrumen sistem pembayaran yang pada umumnya berbasis kartu antara lain: kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM), kartu kredit, kartu debit, serta jenis kartu lain yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran seperti misalnya kartu smart, e-wallet, serta beberapa alat pembayaran lain yang dapat dipersamakan dengan kartu (Bank Indonesia, 2005). Pembayaran elektronis tersebut, pada awal perkembangannya masih selalu terkait langsung dengan rekening nasabah bank yang menggunakannya.

Dalam perkembangannya, beberapa negara telah menemukan dan menggunakan produk pembayaran elektronis yang dikenal sebagai uang elektronik (e-money), yang karakteristiknya berbeda dengan pembayaran elektronis yang telah disebutkan sebelumnya APMK (kartu ATM, kartu debit dan kartu kredit). E- money tidak memerlukan proses otorisasi dan keterkaitan langsung (on-line) dengan rekening nasabah di bank karena e-money merupakan produk stored value yaitu penyimpan nilai dana tertentu (monetary value) telah tersimpan dalam alat pembayaran yang digunakan. Bank for International Settlement (BIS, 1996) mendefinisikan uang


(21)

elektronik (e-money) sebagai produk stored-value atau prepaid card dimana sejumlah nilai uang (monetary value) disimpan secara elektronis dalam suatu peralatan

elektronis.

Bank Indonesia mencatat telah ada 22 penerbit kartu kredit yang terdiri dari dua puluh bank dan dua lembaga selain bank. Penerbit kartu ATM tercatat sebanyak 50 penerbit .Sementara itu, sudah terdapat 56 buah bank yang menerbitkan kartu debit. Sedangkan penerbit uang elektronik ada 17 penerbit yaitu terdiri dari sembilan bank dan delapan lembaga non bank.

Pengembangan instrumen sistem pembayaran non tunai berbasis kartu elektronik di Indonesia memiliki potensi yang besar. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan transaksi dengan menggunakan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan e-money yang sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir, adanya kemudahan dalam penggunaan dan pengembangan teknologi, kecenderungan dan tuntutan

masyarakat untuk bertransaksi dengan menggunakan instrumen yang lebih efisien dan aman, serta beberapa keunggulan instrumen pembayaran elektronik dibandingkan dengan penggunaan uang tunai telah mendorong Bank Indonesia untuk lebih mengupayakan terciptanya masyarakat yang berkecenderungan non tunai.

Metode pembayaran secara transfer antar rekening bank semakin banyak

menggantikan peran uang dalam perdagangan besar dan transaksi transaksi keuangan nilai besar, sedangkan alat pembayaran menggunakan kartu khususnya dalam bentuk kartu debit, kartu ATM, kartu kredit, maupun stored value card / prepaid card seperti


(22)

e-money telah mulai menggantikan peran uang tunai dalam pembayaran retail (Lahdenpera, 2001).

Sumber : Bank Indonesia (data diolah)

Gambar 1. Jumlah APMK dan E-Money yang Beredar di Indonesia Tahun 2008–2013

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah kartu pembayaran elektronik yang beredar merefleksikan kepercayaan masyarakat dan tuntutan akan sistem pembayaran yang lebih efisien sangat besar diindikasikan dari jumlah kartu pembayaran elektronis beredar di masyarakat yaitu mencapai 1.044.703.350 dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. Masyarakat pada umumya telah memiliki kepercayaan bahwa sistem pembayaran elektronik yang mengikuti perkembangan teknologi dan tuntutan kebutuhan masyarakat akan dapat meningkatkan efektifitas dalam sistem pembayaran yang juga akan menunjang aktivitas kehidupan masyarakat khususnya di Indonesia.

0 20000000 40000000 60000000 80000000 100000000 120000000 140000000 160000000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Kartu Debit Kartu ATM Kartu Kredit Kartu e-money


(23)

Hal ini yang menarik perhatian para ekonom untuk melakukan kajian ekonomi mengenai sistem pembayaran elektronik dalam cakupan yang lebih luas, tidak hanya sebatas sektor perbankan saja. Penelitian mereka berkesimpulan sama, yaitu besarnya manfaat sistem pembayaran elektronik terhadap perekonomian suatu negara

khususnya bagi lembaga keuangan. Secara empiris, dalam prakteknya di dunia nyata, keberadaan sistem pembayaran elektronik menuntut penyedia jasa pembayaran (dalam hal ini perbankan) mencari cara untuk meningkatkan manfaat jasanya bagi para nasabah yaitu dengan cara menurunkan biaya transaksi. Begitu pula dengan para pebisnis dan pengusaha, mereka akan mencari cara untuk meminimalisir biaya transaksi mereka, khususnya yang terkait dengan penggunaan jasa perbankan.

Perkembangan penggunaan sistem pembayaran elektronik akan memberikan kemudahan transaksi yang akan mendorong penurunan biaya transaksi dan pada gilirannya dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi (Dias, 2001). Penggunaan pembayaran elektronik selain meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penurunan biaya transaksi dan penghematan waktu juga meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pendapatan bunga yang diperoleh dari dana kas yang seharusnya dibawa dalam setiap kali bertransaksi namun ditempatkan di bank dalam bentuk tabungan. Dari sisi bank atau lembaga penerbit alat pembayaran non tunai, peningkatan penggunaan pembayaran elektronik merupakan sumber pendapatan berbasis biaya (fee base income) karena nasabah pengguna pembayaran elektronik akan dikenakan biaya administrasi setiap bulannya. Selain itu, fee based juga diperoleh dari biaya yang dikenakan untuk jenis transaksi tertentu misalnya untuk


(24)

transfer atau pembayaran tagihan. Khusus untuk alat pembayaran elektronik

berbentuk prepaid cards atau e-money, penerbit memperoleh pendapatan tidak hanya dari fee based income namun juga dalam bentuk pembiayaan tanpa bunga (interest-free debt financing) sebesar saldo e-money yang ada di penerbit.

Peningkatan penggunaan sistem pembayaran non tunai seperti APMK (kartu ATM, kartu debit, kartu kredit) dan uang elektronik (e-money) telah berdampak terhadap fungsi permintaan uang yang dimana permintaan uang merupakan salah satu faktor penting untuk bank sentral dalam menentukan kebijakan moneter. Penggunaan alat pembayaran ini secara perlahan telah merubah pola hidup masyarakat dalam melakukan transaksi ekonomi. Sebagaimana diuraikan di atas, gambaran efek substitusi antara sistem pembayaran non tunai dengan uang tunai akan semakin terlihat jelas. Sebab, kini penggunaan kartu pembayaran jenis tersebut menjadi alternatif alat transaksi masyarakat selain uang. Bila ditinjau dari sudut ekonomi makro, apabila perekonomian secara luas menggalakkan penggunaan kartu pembayaran ini maka hal ini akan berpengaruh negatif terhadap permintaan uang (Yilmazkuday, 2006).

Seiring perkembangan APMK yang terdiri dari kartu kredit, kartu ATM dan kartu debit akan berpengaruh negatif terhadap permintaan uang kartal. Kartu kredit yang

memiliki prinsip “buy now, pay later” yaitu dimana transaksi pemilik kartu

ditanggung oleh penerbit kartu terlebih dahulu dan dilunasi oleh pemilik kartu pada jatuh tempo (waktu yang disesuaikan oleh kesepakatan antara pemilik kartu dan


(25)

penerbit kartu). Transaksi tersebut dapat memudahkan pemilik kartu karena tidak perlu membawa uang berlebihan pada saat akan melakukan transaksi, maka kartu kredit akan memiliki hubungan yang negatif terhadap permintaan uang kartal. Hal ini didukung oleh penelitian Sahabat (2009), bahwa transaksi kartu kredit memiliki hubungan yang negatif terhadap permintaan uang kartal.

Selanjutnya, kartu debit dan kartu ATM memiliki hubungan negatif terhadap permintaan uang kartal karena dalam penggunaannya dapat menunjukkan tingkat awareness masyarakat akan kemudahan, keamanan dan kenyamanan yang ditawarkan dari penggunaan kartu debit dan kartu ATM tersebut sehingga, secara perlahan namun pasti penciptaan masyarakat less cash dapat berkembang di Indonesia dan kartu debit dapat mensubtitusi penggunaan uang kartal (Sahabat, 2009). Perkembangan e-money sebagai pengganti uang kartal dalam melakukan transaksi bernominal kecil seperti membayar tol, bensin, transportasi,dll akan berpengaruh negatif terhadap permintaan uang kartal.

Berdasarkan uraian di atas, ternyata dalam sudut pandang ilmu ekonomi studi

mengenai sistem pembayaran non tunai sangat menarik. Isu paling sentral dalam studi mengenai alat pembayaran elektronik dewasa ini adalah bagaimana pengaruh inovasi sistem pembayaran elektronik dengan kartu, dalam hal ini kartu ATM, kartu debit, kartu kredit dan e-money terhadap permintaan uang (money demand) khususnya di masyarakat luas suatu negara. (Yilmazkuday, 2006).


(26)

Ditinjau dari segi makroekonomi, adanya tambahan pendapatan yang diperoleh konsumen dari penggunaan digital money akan mendorong konsumsi dan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang pada gilirannya berpotensi mendorong aktivitas sektor riil (Dias, 2001).

Dewasa ini, masyarakat sudah mulai mengurangi kebiasaan untuk membawa uang dalam jumlah yang besar di dalam dompetnya karena selain dipandang tidak aman juga dinilai tidak praktis. Besar kecilnya uang yang dapat dibawa oleh masyarakat dalam dompet atau sakunya dapat dipertimbangkan sebagai kendala bagi masyarakat untuk melakukan konsumsi. Kehadiran alat pembayaran non tunai berbentuk kartu menghilangkan kendala tersebut dan berpotensi untuk mendorong kenaikan tingkat konsumsi. Kemudahan dalam berbelanja yang diberikan bagi nasabah bank yang memiliki alat pembayaran non tunai dapat mendorong kenaikan konsumsi dari

nasabah tersebut. Kenaikan konsumsi pada akhirnya akan mempengaruhi peningkatan pendapatan nasional dan dapat mendorong meningkatnya permintaan uang (money demand).

Dari sisi produsen, peningkatan konsumsi yang diikuti dengan efisiensi biaya transaksi akan meningkatkan profit bagi produsen yang kemudian berpotensi untuk mendorong aktivitas usaha dan eskpansi usaha. Semakin efisien biaya transaksi yang diperoleh dari penggunaan alat pembayaran non tunai semakin besar potensi

peningkatan output. Hal ini pada gilirannya mendorong peningkatan produksi di sektor riil yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Dari sisi pemerintah,


(27)

penggalakkan penggunaan sistem pembayaran non tunai di masyarakat dalam jangka panjang akan menghemat biaya cetak uang.

B. Rumusan Masalah

Friedman, et al (1999) mengatakan, bahwa perkembangan teknologi informasi akan memberikan implikasi pada berkurangnya uang kartal (base money) dalam transaksi pembayaran. Inovasi sistem pembayaran dengan menggunakan sistem pembayaran elektronik transfer melalui pasar uang yang modern akan mengurangi kebutuhan dan permintaan akan perlunya memelihara sejumlah likuiditas (reserve balances) pada bank sentral.

Perkembangan yang cukup menarik perhatian saat ini adalah kompetisi yang terjadi antara alat-alat pembayaran elektronik tersebut (Greenspan, 1996). Jumlah penerbit kartu ATM, kartu debit, kartu kredit dan e- money serta volume transaksi dengan menggunakan kartu elektronik tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Perkembangan teknologi informasi (IT) telah memacu kompetisi ini untuk meningkatkan kepuasan nasabah terhadap layanan perbankan (Warjiyo, 2006). Perekonomian di berbagai negara kini sedang mencari sistem pembayaran yang ideal (khususnya dalam transaksi pembayaran yang bernilai besar maupun kecil) dan aman (khususnya dalam menggunakan teknologi informasi internet). Pembahasan yang akan dianalisa pada penelitian ini adalah pengaruh penggunaan kartu elektronik (sebagai alternatif media transaksi masyarakat terhadap permintaan uang, khususnya di Indonesia. Walaupun masyarakat Indonesia belum mencapai tahap “less cash


(28)

society” karena terkendala dari kebiasaan masyarakat Indonesia yaitu memegang uang. Namun, penggunaan kartu elektronik sebagai alat transaksi pembayaran telah mendapat tempat dan perhatian tersendiri bagi sebagian masyarakat Indonesia.

Potensi pasar dan bisnis kartu pembayaran kini semakin meningkat seiring dengan bergulirnya proses pemulihan ekonomi. Disamping memberikan berbagai kemudahan dalam bertransaksi, penggunaan alat pembayaran non tunai secara luas diduga

memiliki implikasi pada berkurangnya permintaan terhadap uang yang diterbitkan bank sentral, base money, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas bank sentral dalam melaksanakan kebijakan moneter, khususnya dalam pengendalian besaran moneter (Costa dan Grauwe, 2001).

Beberapa kajian lainnya seperti dilakukan oleh Goodhart (2000), Freedman (2000), dan Woodford (2000) memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap implikasi perkembangan alat pembayaran non tunai pada kebijakan moneter. Mereka

berpendapat bahwa perkembangan teknologi pembayaran tidak akan mempengaruhi pelaksanaan kebijakan moneter. Lebih lanjut, Lahdenpera (2001) dalam kajiannya menyatakan bahwa dampak perkembangan teknologi pembayaran terhadap

pelaksanan kebijakan moneter adalah tergantung pada tingkat preferensi masyarakat dalam memilih alat pembayaran untuk melakukan transaksi. Pramono, et al (2006) mencatat bahwa kenaikan pembayaran menggunakan kartu yaitu kartu ATM, kartu debit, kartu kredit dan e- money dapat menurunkan permintaan uang kartal.


(29)

Terkait dengan perdebatan tersebut, penelitian ini mencoba menambah khasanah literatur dengan mengkaji dampak perkembangan alat pembayaran non tunai khususnya, pembayaran dengan kartu elektronik terhadap permintaan uang dengan studi kasus data Indonesia. Kajian ini relevan untuk dilakukan, mengingat pesatnya perkembangan teknologi sistem pembayaran dan instrumen pembayaran non tunai di Indonesia.

Dengan demikian permasalahan yang akan menjadi fokus pembahasan, yaitu: 1. Apakah penggunaan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan e-money

berpengaruh terhadap permintaan uang kartal di Indonesia dalam jangka pendek? 2. Apakah penggunaan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan e-money

berpengaruh terhadap permintaan uang kartal di Indonesia dalam jangka panjang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, terungkap bahwa kajian empiris antara sistem pembayaran elektronik dengan kartu yaitu kartu ATM, kartu debit, kartu kredit dan e-money yang dilaksanakan di Indonesia. Fokus utama dalam penelitian ini adalah mengkaji pengaruh penggunaan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan e-money terhadap permintaan uang kartal di Indonesia.

Permintaan uang merupakan salah satu parameter utama yang diperhatikan dan dikaji dalam pengambilan kebijakan moneter. Oleh karena itulah, maka tujuan dari


(30)

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan e-money terhadap permintaan uang kartal di Indonesia dalam jangka pendek.

2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan e-money terhadap permintaan uang kartal di Indonesia dalam jangka panjang.

D. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini memiliki fokus dalam mengkaji pengaruh penggunaan kartu

pembayaran elektronik (proxy volume transaksi dari kartu ATM, kartu debit, kartu kredit dan e- money) terhadap permintaan uang kartal. Keterkaitan antara latar

belakang serta perumusan masalah dengan variabel-variabel penelitian diuraikan pada diagram alir (flow-chart) dalam Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

PENGGUNAAN APMK DAN

E- MONEY

KARTU KREDIT

KARTU ATM

KARTU

DEBIT E - MONEY

VOLUME TRANSAKSI


(31)

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berperan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian dan membantu membuat rancangan kesimpulan. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga penggunaan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan e-money berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan uang kartal di Indonesia dalam jangka pendek.

2. Diduga penggunaan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan e-money berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan uang kartal di Indonesia dalam jangka panjang.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini hanya terbatas pada ruang lingkup APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan e-money terhadap permintaan uang kartal (money demand) di Indonesia. Menurut ahli ekonomi J.M. Keynes, permintaan uang adalah yaitu

permintaan uang sebagai alat transaksi dan berjaga-jaga serta untuk spekulasi. Untuk mengetahui hubungan penggunaan APMK dan e-money dengan permintaan uang kartal digunakan variabel dari masing-masing alat pembayaran non tunai tersebut. Variabel tersebut adalah volume transaksi dan nilai transaksi dari kartu ATM, kartu debit, kartu kredit dan e-money.


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Teoritis

1. Definisi Sistem Pembayaran

Mishkin (2001), mengungkapkan secara sederhana bahwa sistem pembayaran adalah metode untuk mengatur transaksi dalam perekonomian.

Sistem pembayaran adalah sesuatu yang penting karena membentuk spesialisasi yang terjadi dalam produksi dan membantu menciptakan transaksi yang efisien (Humphrey, 2001). Hal ini pada akhirnya pun akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan efisiensi dalam pasar uang.

Menurut Listfield dan Montes-Negret (1994), sistem pembayaran adalah peraturan, standar, serta instrumen yang digunakan untuk pertukaran nilai keuangan (financial value) antara dua pihak yang terlibat untuk melepaskan diri dari kewajiban.

Menurut UU Bank Indonesia No.23/1999, sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme, yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.


(33)

2. Sejarah Perkembangan Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran telah mengalami evolusi selama beberapa abad, sejalan dengan perubahan hakikat/sifat dan penggunaan uang sebagai alat pembayaran. Dalam sejarah, koin metalik merupakan jenis uang pertama yang banyak

digunakan oleh berbagai kelompok masyarakat sebagai alat pembayaran. Dalam perkembangannya, peran koin sebagai alat pembayaran dilengkapi dengan

kehadiran uang kertas yang dianggap lebih nyaman dan lebih memudahkan proses transaksi karena lebih ringan dengan biaya pembuatan yang lebih murah. Masalah yang timbul dalam sistem pembayaran adalah emas dan perak cukup berat dalam jumlah tertentu sehingga susah untuk didistribusikan dan tidak praktis, maka evolusi ini berubah ke dalam penggunaan uang fiat (uang kepercayaan). Uang fiat adalah uang kertas yang diumumkan oleh pemerintah sebagai alat transaksi (Miskhin, 2001). Kelebihan dari uang fiat ini adalah beratnya yang lebih ringan daripada koin emas atau perak dan membantu pemerintah untuk berhemat dalam pengadaan uang. Selain itu, uang kertas ini menjadi legal dalam sistem

pembayaran maka dalam perkembangannya setiap negara memiliki jenis mata uangnya sendiri.

Proses perubahan pembayaran adalah munculnya cek. Penggunaan cek dapat memberikan kemudahan masyarakat untuk bertransaksi dalam jumlah besar tanpa harus membawa banyak uang tunai dan juga dapat mengurangi biaya transportasi. Tidak seperti sistem pembayaran tunai, dalam penggunaan cek terjadi dua proses, yaitu aliran cek secara fisik, serta transfer dana yang digunakan dalam transaksi tersebut (Listfield dan Montes-Negret, 1994). Kedua proses ini membutuhkan


(34)

biaya waktu dan transportasi, karena cek bersifat front-office payments, yang hanya bisa dicairkan di kantor bank yang bersangkutan.

Pada tahun 1958, Bank of America mengenalkan kartu kredit (Global Insight, 2003). Untuk kepentingan ekspansi bisnis maka para penerbit Bank of America mendirikan Visa pada tahun 1977. Penggunaan kartu kredit memungkinkan nasabah mendapatkan barang dan jasa secara kredit, dan melunasinya dengan cek atau rekeningnya yang berada pada bank pemegang lisensi penerbit kartu kredit tersebut (Visa, Mastercard, dll). Perkembangan ini terus berlanjut dengan

penemuan varian-varian alat pembayaran elektronik lain seperti kartu debet, smart cards, internet banking, dan lain-lain.

Perkembangan produk pembayaran elektronis yaitu uang elektronik (e-money) sudah mulai dikenalkan ke beberapa negara termasuk Indonesia. Perbedaan uang elektronik (e-money) dengan alat pembayaran elektronis lain seperti (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit, dll) adalah dari sisi penggunaannya. Uang elektronik (e-money) tidak memerlukan otorisasi dan tidak terikat langsung dengan rekening nasabah di bank.

3. Sistem Pembayaran di Indonesia 3.1. Sistem Pembayaran Tunai

Pembayaran tunai merupakan pembayaran yang umum dilakukan di Indonesia. Pembayaran tunai lebih banyak menggunakan uang kartal baik kertas dan logam sebagai alat pembayaran. Di Indonesia, uang kartal masih memegang peran penting dalam pembayaran khususnya, untuk transaksi-transaksi bernilai kecil.


(35)

Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini pemakaian alat pembayaran tunai seperti uang kartal memang cenderung lebih kecil dibandingkan dengan

penggunaan uang giral karena munculnya masalah inefisiensi dalam penggunaan uang kartal. (Bank Indonesia, 2012).

Sumber : Bank Indonesia (data diolah)

Gambar 3. Perkembangan Uang Kartal yang Diedarkan (CUR) di Indonesia Tahun 2008-2013 (Miliar Rupiah)

Sejalan dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, penyediaan uang kartal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam transaksi tunai cenderung semakin meningkat, sebagaimana tercermin dari peningkatan uang kartal yang diedarkan (CUR). Grafik di atas menggambarkan jumlah uang yang didedarkan di Indonesia dari tahun 2008- 2013. Dari grafik tersebut dapat dilihat posisi akhir tahun 2008 sampai dengan 2013 menunjukkan kecenderungan meningkat. Jumlah uang yang diedarkan (CUR) pada akhir 2013 mencapai Rp 47.084.702 miliar atau meningkat 2 kali lipat dibandingkan dengan akhir 2008.

0 50000000 100000000 150000000 200000000 250000000 300000000 350000000 400000000 450000000

2008; 01 2008; 05 2008; 09 2009; 01 2009; 05 2009; 09 2010; 01 2010

; 05

2010; 09 2011; 01 2011; 05 2011; 09 2012; 01 2012; 05 2012

; 09

2013;01 2013;05 2013;09

M il yar Rup iah CUR


(36)

Meskipun secara total jumlah uang kartal yang diedarkan meningkat, namun laju pertumbuhannya berfluktuasi. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada 2011 yang mencapai 33,3% dan terendah pada tahun 2009 yang hanya 2,9% dari tahun 2008 sebesar Rp 16.695.000 miliar menjadi Rp 18.661.100 miliar.

3.2. Sistem Pembayaran Non Tunai

a. Instrumen Berbasis Warkat/Kertas (Paper Based Instruments)

Instrumen- instrumen berbasis warkat ini, umumnya sudah lama dipergunakan dalam praktek perbankan. Beberapa instrumen yang masuk dalam kategori ini adalah cek, bilyet giro, nota debet dan nota kredit (Bank Indonesia, 2006).

1. Cek adalah surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.

2. Bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan namanya.

3. Nota debit adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut.

4. Nota kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain untuk bank atau nasabah yang menerima warkat tersebut.

5. Wesel bank untuk transfer, wesel yang diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer.

6. Surat bukti penerimaan transfer adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar kota yang dapat ditagih kepada bank penerima dana transfer melalui kliring lokal.


(37)

b.Instrumen Berbasis Kartu dan Berbasis Elektronik (Card Based Instruments and Electronic Based Instruments)

Beberapa jenis kartu pembayaran, baik yang bersifat kredit seperti kartu kredit dan private-label cards (misalnya: kartu pasar swalayan) maupun yang bersifat debit, seperti debit cards dan ATM (Automated Teller Machine) telah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Di samping itu, ada juga kartu yang biasa disebut smart card atau chip card, sejenis kartu yang dananya telah tersimpan dalam chip elektronik. Jenis kartu ini contohnya adalah kartu telepon prabayar (Bank Indonesia, 2006). Kartu plastik adalah salah satu bentuk populer dari sistem pembayaran elektronik. Sistem pembayaran elektronik adalah pembayaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi seperti Integrated Circuit (IC), cryptography dan jaringan komunikasi.

Pembayaran elektronis yang banyak berkembang dan dikenal saat ini antara lain phone banking, internet banking, kartu kredit dan kartu debit/ATM. Seluruh pembayaran elektronis tersebut, kecuali kartu kredit selalu terkait langsung dengan rekening nasabah bank yang menggunakannya. Lebih lanjut, beberapa negara dewasa ini mulai memperkenalkan produk pembayaran elektronis yang dikenal sebagai electronic money (e-money) atau dapat disebut juga digital money.


(38)

4. APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu)

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.11/11/PBI/2009, tentang penyelenggaran kegiatan APMK (Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu) adalah alat pembayaran yang berupa kartu kredit, kartu Automated Teller Machine (ATM) dan/atau kartu debit.

4.1. Kartu Kredit

a. Pengertian Kartu Kredit

Kartu kredit adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan atau untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh penerbit atau aquirer dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus ataupun secara angsuran.

b. Manfaat Kartu Kredit 1) Bagi nasabah

a) Transaksi lebih praktis dan tidak perlu membawa uang tunai; b) Tidak khawatir menerima uang palsu;

c) Tidak perlu mengeluarkan uang pada saat itu juga;

d) Berguna disaat-saat darurat, disaat uang tunai tidak tersedia; e) Barang yang anda inginkan bisa dicicil.


(39)

2) Bagi bank atau lembaga pembiayaan a) Iuran tahunan;

b) Bunga yang dikenakan saat berbelanja; c) Biaya administrasi;

d) Biaya denda terhadap keterlambatan pembayaran.

c. Mekanisme Operasional Kartu Kredit

1. Pemegang kartu mengadakan perjanjian dengan penerbit kartu kredit dan berdasarkan perjanjian ini pihak penerbit menerbitkan kartu kredit atas nama pemegang kartu. Pemegang kartu dapat berbelanja pada toko-toko atau bidang jasa lainnya yang bersedia melayani (yang mana sebelumnya pedagang (merchant) telah pula mengadakan perjanjian dengan pihak penerbit kartu kredit).

2. Pemegang kartu kredit mengadakan perjanjian jual beli dengan pedagang (merchant).

3. Selanjutnya, pedagang (merchant) menagih pembayaran kepada penerbit kartu kredit, dan penerbit kartu kredit mengadakan pembayaran terlebih dahulu atas hutang pemegang kartu kredit (dalam hal pembayaran ini perusahaan penerbit kartu kredit mendapat komisi dari pihak pemegang (merchant)).

4. Pada waktu yang ditentukan perusahaan penerbit kartu kredit melakukan penagihan kepada pemegang kartu kredit.


(40)

4.2. Kartu ATM

a. Pengertian Kartu ATM

Kartu ATM adalah alat pembayaran menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan penarikan tunai dan/atau pemindahan dana dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada Bank atau Lembaga Selain Bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

b. Manfaat Kartu ATM

1) Mudah. Tidak perlu datang ke bank untuk melakukan transaksi atau memperoleh informasi.

2) Aman. Tidak perlu membawa uang tunai untuk melakukan transaksi belanja di toko.

3) Fleksibel. Transaksi penarikan tunai/pembelanjaan via ATM/EDC dapat dilakukan dijaringan bank sendiri, jaringan lokal dan internasional.

4) Leluasa. Dapat bertransaksi setia saat meskipun hari libur.

4.3. Kartu Debit

a. Pengertian Kartu Debit

Kartu debit adalah alat pembayaran menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan, dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu


(41)

pada bank atau lembaga selain bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

b. Manfaat Kartu Debit

1. Seorang konsumen yang tidak layak mengkredit dan mungkin merasa sulit atau tidak mungkin untuk mendapatkan kartu kredit dapat lebih mudah mendapatkan kartu debit, sehingga memudahkannya untuk melakukan transaksi "plastik". Misalnya, undang-undang sering mencegah anak-anak dari mengambil hutang, yang mencakup penggunaan kartu kredit, tetapi tidak bagi transaksi kartu debit online.

2. Seperti , kartu debit diterima oleh pemilik usaha dengan identifikasi diri yang kurang dan pengawasan dari cek pribadi, sehingga membuat

transaksi lebih cepat dan lebih efisien. Tidak seperti cek pribadi, pedagang umumnya tidak percaya bahwa pembayaran melalui kartu debet mungkin kemudian ditolak.

3. Tidak seperti kartu kredit, yang membebankan biaya lebih tinggi dan tingkat bunga ketika uang muka diperoleh, kartu debit dapat digunakan untuk mendapatkan uang tunai dari ATM atau transaksi berbasis PIN tanpa tambahan biaya, selain biaya ATM asing.


(42)

c. Mekanisme Operasional Kartu Debit

Terdapat dua mekanisme penggunaan kartu debit untuk transaksi belanja yang saat ini masih menggunakan teknologi magnetic stripe, yaitu:

1. Menggunakan tanda tangan

a) Kartu debit yang di serahkan ke kasir akan diproses dengan cara menggesekan kartu ke mesin EDC (Electronic Data Capture).

b) Setelah digesek, terjadi proses online untuk verifikasi data dan kecukupan saldo pemegang kartu yang ada pada database server penerbit kartu.

c) Setelah proses verifikasi selesai, mesin EDC akan mengeluarkan bukti transaksi yang akan ditandatangani oleh pemegang kartu yang melakukan transaksi.

2. Menggunakan PIN

a) Kartu debit yang diserahkan ke kasir akan diproses dengan cara menggesekan kartu ke mesin EDC.

b) Setelah digesek, kasir akan meminta pengguna untuk mengisi PIN pada mesin EDC. Apabila PIN pengguna benar, akan terjadi proses online untuk verifikasi data dan kecukupan saldo pemegang kartu yang ada pada database server penerbit kartu.

c) Setelah proses verifikasi selesai, mesin EDC akan mengeluarkan bukti transaksi yang akan ditandatangani oleh pemegang kartu yang melakukan transaksi.


(43)

d)Pihak- pihak yang Terkait dalam Penggunaan APMK

Transaksi penggunaan APMK mengikuti proses dasar transaksi sebagai berikut: 1. Card Holder (you)

Orang yang memiliki account pada lembaga institusi yang mengeluarkan kartu pembayaran (kartu debit atau kartu kredit).

2. Retailer/ Merchant

Organisasi yang menerima pembayaran atas barang atau jasa dari cardholder (dapat berupa outlet, supermarket, dan toko).

3. Acquirer

Bank atau lembaga selain bank yang melakukan kegiatan APMK baik sebagai financial acquirer (melakukan kegiatan pembayaran terlebih dahulu kepada pemegang kartu) atau sebagai technical acquirer (menyediakan sarana yang diperlukan dalam pemrosesan kegiatan APMK).

4. Card Scheme

Organisasi penyedia jaringan kartu kredit yang mengontrol dan mengatur transaksi kartu kredit. Misalnya: Visa, MasterCard dan Maestro.

5. Card Issuer

Bank atau lembaga keuangan yang mengeluarkan kartu pembayaran (kredit, debit, dan charge) kepada nasabahnya.


(44)

5. Uang Elektronik (E-Money)

a. Pengertian Uang Elektronik (e-money)

Uang elektronik (e-money) memiliki fisik berbentuk kartu plastik dan definisinya menurut Bank Indonesia adalah uang yang digunakan dalam transaksi internet dengan cara elektronik yaitu penggunaan jaringan komputer (seperti internet dan sistem penyimpanan harga digital).

Perbedaan mendasar antara uang elektronik dengan Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu ( APMK ) seperti kartu kredit, kartu debit dan kartu ATM adalah uang elektronik (e-money) bersifat prabayar (prepaid) sedangkan APMK bersifat akses.

1) Prabayar / prepaid:

a) Nilai uang telah tercatat dalam instrumen e-money atau sering disebut stored value.

b) Dana yang tercatat dalam e-money sepenuhnya berada dalam penguasaan konsumen.

c) Pada saat transaksi, perpindahan dana dalam bentuk electronic value dari kartu e-money milik konsumen kepada terminal merchant dapat dilakukan secara offline, dalam hal verifikasi cukup dilakukan pada level merchant (point of sale) tanpa harus online ke komputer issuer.


(45)

2) Akses (APMK):

a) Tidak ada pencatatan dana pada instrumen kartu.

b) Dana sepenuhnya berada dalam pengelolaan bank sepanjang belum ada otorisasi dari nasabah untuk melakukan pembayaran.

c) Pada saat transaksi, instrumen kartu digunakan untuk melakukan akses secara online ke komputer issuer untuk mendapatkan otorisasi melakukan pembayaran atas beban rekening nasabah, baik berupa rekening simpanan (kartu debet) maupun rekening pinjaman (kartu kredit). Setelah di otorisasi oleh issuer, rekening nasabah kemudian akan langsung di debet. Dengan demikian pembayaran menggunakan kartu kredit dan kartu debet

mensyaratkan adanya komunikasi on-line ke komputer issuer.

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.11/12/PBI/2009 Tanggal 13 April 2009 tentang uang elektronik (e-money) adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

1. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit;

2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip;

3. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang elektonik tersebut; dan


(46)

4. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.

Pengertian e-money mengacu pada definisi yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement (BIS) dalam salah satu publikasinya pada bulan Oktober 1996. Dalam publikasi tersebut e-money didefinisikan sebagai “stored-value or prepaid products in which a record of the funds or value available to a consumer is stored on an electronic devicein the consumer’s possession” (produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah nilai uang disimpan dalam suatu media elektronis yang dimiliki seseorang). Lebih lanjut dijelaskan bahwa nilai uang dalam e-money akan berkurang pada saat konsumen menggunakannya untuk pembayaran. Disamping itu e-money yang dimaksudkan disini berbeda dengan “single-purpose prepaid card” lainnya seperti kartu telepon, sebab e-money yang dimaksudkan disini dapat digunakan untuk berbagai macam jenis pembayaran (multi purposed).

b. Manfaat Uang Elektronik (e-money)

1. Lebih cepat dan nyaman dibandingkan dengan uang tunai, khususnya untuk transaksi yang bernilai kecil (micro payment), disebabkan nasabah tidak perlu menyediakan sejumlah uang pas untuk suatu transaksi atau harus menyimpan uang kembalian. Selain itu, kesalahan dalam

menghitung uang kembalian dari suatu transaksi tidak terjadi apabila menggunakan e-money.


(47)

2. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu transaksi dengan e-money dapat dilakukan jauh lebih singkat dibandingkan transaksi dengan kartu kredit atau kartu debit, karena tidak harus memerlukan proses otorisasi on-line, tanda tangan maupun PIN. Selain itu, dengan transaksi off-line, maka biaya

komunikasi dapat dikurangi.

3. Electronic value dapat diisi ulang kedalam kartu e-money melalui berbagai sarana yang disediakan oleh issuer.

c. Mekanisme Operasional Uang Elektronik (e-money)

1. Penerbitan (issuance) dan pengisian nilai uang (top-up atau loading) Pengisian nilai uang pertama kali kedalam e-money dapat dilakukan terlebih dahulu oleh issuer sebelum dijual kepada ke konsumen. Untuk selanjutnya, konsumen dapat melakukan pengisian ulang (top up) yang umumnya dapat dilakukan melalui ATM dan terminal- terminal

pengisian ulang yang telah dilengkapi peralatan khusus oleh issuer. Proses pengisian ulang melalui ATM/ terminal pada umumnya dirancang agar dapat langsung mempengaruhi/mendebet rekening nasabah yang telah link dengan kartu e-money milik konsumen. Proses pengisian ulang pada umumnya dilakukan secara on-line dengan koneksi langsung ke komputer issuer, namun demikian dimungkinkan pula pengisian dilakukan secara offline dimana penyelesaian transaksi oleh issuer dilakukan setelah saldo di kartu bertambah.


(48)

Dalam beberapa kasus, untuk produk e-money yang “reloadable” dimungkinkan pula bersaldo negatif (overdraft) dimana pada saat ada penagihan, dana tersebut akan ditalangi dari rekening nasabah yang telah diperjanjikan sebelumnya.

2. Transaksi pembayaran

Pada saat seseorang melakukan pembayaran dengan menggunakankartu e-money, maka mekanisme yang dilakukan secara garis besar adalah sebagai berikut :

a. Konsumen meng-insert/ mengarahkan kartu ke terminal merchant;

b. Terminal merchant memeriksa kecukupan saldo e-money terhadap nominal yang harus dibayar;

c. Jika saldo pada kartu e-money lebih besar dari nominal transaksi,terminal memerintahkan kartu untuk mengurangi saldo pada kartu sejumlah nominal transaksi;

d. Kartu milik konsumen kemudian memerintahkan terminal untuk menambah saldo pada terminal sebesar nominal transaksi.

3. Deposit, Collection a) Deposit/Refund

Pada beberapa produk, nasabah pemegang e-money dapat melakukan refund atau penyetoran kembali dana pada e-money yang tidak terpakai/masih tersisa untuk didepositkan ke dalam rekeningnya.


(49)

b) Collection

Proses collection biasanya dilakukan oleh merchant yaitu penyetoran electronic value yang diterima oleh merchant dari konsumen kepada issuer untuk untung rekening merchant.

d. Pihak- pihak yang Terkait dalam Penggunaan Uang Elektronik (e-money) Transaksi penggunaan e-money mengikuti proses dasar transaksi sebagai berikut:

1. Card Issuer

Bank atau lembaga keuangan yang mengeluarkan e-money kepada nasabahnya.

2. Card Holder (you)

Orang yang memiliki account pada lembaga institusi yang mengeluarkan e-money.

3. Retailer/ Merchant

Organisasi yang menerima pembayaran atas barang atau jasa dari card holder (dapat berupa outlet, supermarket, dan toko-toko).

6. Teori Permintaan Uang 6.1. Teori Klasik

Teori ini sebenarnya adalah teori mengenai permintaan dan penawaran akan uang, beserta interaksi antara keduanya. Fokus dari teori ini adalah pada hubungan antara penawaran uang atau jumlah uang beredar dengan nilai uang atau tingkat harga. Hubungan dua variabel dijabarkan lewat konsepsi teori mereka mengenai


(50)

permintaan akan uang. Perubahan akan jumlah uang beredar atau penawaran uang berinteraksi dengan permintaan akan uang dan selanjutnya menentukan nilai uang.

a. Irving Fisher

M.Vt = P.T...(2.1) Dalam setiap transaksi selalu ada pembeli dan penjual. Jumlah uang yang

dibayarkan oleh pembeli harus sama dengan uang yang diterima oleh penjual. Hal ini berlaku juga untuk seluruh perekonomian: didalam suatu periode tertentu nilai dari barang-barang atau jasa-jasa yang dibeli harus sama dengan nilai dari barang yang dijual. Nilai dari barang yang dijual sama dengan volume transaksi (T) dikalikan harga rata-rata dari barang tersebut (P). Dilain pihak nilai dari barang yang ditransaksikan ini harus sama dengan volume uang yang ada dimasyarakat (M) dikalikan berapa kali rata-rata uang bertukar dari tangan satu ke tangan yang lain, atau rata “perputaran uang”, dalam periode tersebut (Vt). M.Vt = P.T adalah suatu identitas, dan pada dirinnya bukan merupakan suatu teori moneter. Identitas ini bisa dikembangkan, seperti oleh Fisher, menjadi teori moneter sebagai berikut: Vt, atau “transaction velocity of circulation” adalah suatu variabel yang

ditentukan oleh faktor-faktor kelembagaan yang ada didalam suatu masyarakat, dan dalam jangka pendek bisa dianggap konstan. T, atau volume transaksi, dalam periode tertentu ditentukan oleh tingkat output masyarakat (pendapatan nasional). Identitas tersebut diberi “nyawa” dengan mentransformasikannya dalam bentuk: Md = 1/Vt.PT...(2.2)


(51)

Permintaan atau kebutuhan akan uang dari masyarakat adalah suatu proporsi tertentu 1/Vt dari nilai transaksi (PT). Persamaan (2), bersama dengan persamaan yang menunjukkan posisi equilibrium di sektor moneter

Md = Ms...(2.3) Dimana Ms = supply uang beredar (yang dianggap ditentukan oleh pemerintah) menghasilkan

Ms = 1/Vt.P.T...(2.4) Persamaan (4) berbunyi : dalam jangka pendek tingkat harga umum (P) berubah secara proporsional dengan perubahan uang yang diedarkan oleh pemerintah. Dalam teori ini, T ditentukan oleh tingkat output equilibrium masyarakat, yang untuk Fisher dan para ahli ekonomi Klasik, adalah selalu pada posisi “full employment” (Hukum Say atau Say’s Law). Vt atau transaction velocity of circulation, Fisher mengatakan bahwa permintaan akan uang timbul dari

penggunaan uang dalam proses transaksi. Besar-kecilnya Vt ditentukan oleh sifat proses transaksi yang berlaku di masyarakat dalam suatu periode (Boediono,2005: 18).

b. Teori Cambridge (Marshall-Pigou)

Teori ini seperti halnya teori Fisher dan teori-teori klasik lainnya, berpangkal pokok pada fungsi uang sebagai alat tukar umum. Karena itu, teori-teori Klasik melihat kebutuhan uang atau permintaan akan uang dari masyarakat sebagai kebutuhan akan alat tukar yang likuid untuk tujuan transaksi. Perbedaan utama antara teori ini dengan Fisher, terletak pada tekanan dalam teori permintaan uang Cambridge pada perilaku individu dalam mengalokasikan kekayaannya antara


(52)

berbagai kemungkinan bentuk kekayaan, yang salah satunya berbentuk uang. Perilaku ini dipengaruhi oleh pertimbangan untung-rugi dari pemegang kekayaan dalam bentuk uang. Teori Cambridge lebih menekankan faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung-rugi) yang menghubungkan antara permintaan akan uang seseorang dengan volume transaksi yang direncanakannya. Teoritisi Cambridge mengatakan bahwa permintaan akan uang selain dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor kelembagaan (Fisher), juga dipengaruhi oleh tingkat bunga, besar kekayaan warga masyarakat, dan ramalan/harapan dari masyarakat

mengenai masa mendatang.

Jadi dalam jangka pendek, teoritisi Cambridge menganggap bahwa jumlah kekayaan, volume transaksi dan pendapatan nasional mempunyai hubungan yang proporsional-konstan satu sama lainnya. Teori Cambridge menganggap bahwa, cateris paribus permintaan akan uang adalah proporsional dengan tingkat pendapatan nasional.

Md = k.P.Y ... (2.5) dimana Y adalah pendapatan nasional riil.

Supply akan uang (Ms) dianggap ditentukan oleh pemerintah. Dalam posisi keseimbangan maka :

Ms = Md ... (2.6) sehingga :

Ms = k.P.Y ... (2.7) atau :


(53)

Jadi, cateris paribus tingkat harga umum (P) berubah secara proporsional dengan perubahan volume uang yang beredar. Tidak banyak berbeda dengan teori Fisher, kecuali tambahan cateris paribus (yang berarti tingkat harga, pendapatan nasional riil, tingkat bunga dan harapan adalah konstan). Perbedaan ini cukup penting, karena teori Cambridge tidak menutup kemungkinan bahwa faktor-faktor seperti tingkat bunga dan expectation berubah, walaupun dalam jangka pendek. Jika, faktor-faktor berubah maka k juga berubah. Teori Cambridge mengatakan kalau tingkat bunga naik, ada kecenderungan masyarakat mengurangi uang yang ingin mereka pegang, meskipun volume transaksi yang mereka rencanakan tetap.

Demikian juga faktor expectation mempengaruhi: bila seandainya masa datang tingkat bunga akan naik (yang berarti penurunan surat berharga atau obligasi) maka orang akan cenderung untuk mengurangi jumlah surat berharga yang dipegangnya dan menambah jumlah uang tunai yang mereka pegang, dan ini pun bisa mempengaruhi “k” dalam jangka pendek (Boediono, 2005: 23).

6.2. Teori Keynes

Meskipun bisa dikatakan bahwa teori uang Keynes adalah teori yang bersumber dari teori Cambridge, tetapi Keynes mengemukakan sesuatu yang berbeda dengan teori moneter tradisi klasik. Pada hakekatnya perbedaan ini terletak pada

penekanan pada fungsi uang yang lain, yaitu sebagai store of value dan bukan hanya sebagai means of exchange. Teori ini kemudian dikenal dengan nama teori Liquidity Preference.


(54)

a. Motif Transaksi dan Berjaga-jaga

Orang memegang uang guna memenuhi dan melancarkan transaksinya, dan permintaan akan uang dari masyarakat untuk tujuan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional dan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat pendapatan semakin besar volume transaksi dan semakin besar pula kebutuhan uang untuk tujuan transaksi. Permintaan uang untuk tujuan transaksi ini pun tidak merupakan suatu proporsi yang selalu konstan, tetapi dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Hanya saja faktor tingkat bunga untuk permintaan transaksi untuk uang ini tidak ditekankan oleh Keynes, akan tetapi tingkat bunga ditekankan pada permintaan uang untuk tujuan spekulasi.

Motif berjaga-jaga (precautionary motive), orang akan mendapat manfaat dari memegang uang untuk menghadapi keadaan-keadaan yang tidak terduga, karena sifat uang yang liquid, yaitu mudah ditukarkan dengan barang-barang lain.

Menurut Keynes, permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama dengan faktor yang mempengaruhi permintaan uang untuk transaksi, yaitu terutama dipengaruhi pula oleh tingkat penghasilan orang tersebut dan dipengaruhi pula oleh tingkat bunga (meskipun tidak kuat

pengaruhnya).

b. Motif Spekulasi

Pada garis besarnya, teori Keynes membatasi pada keadaan dimana pemilik kekayaan bisa memilih memegang kekayaannya dalam bentuk uang tunai atau obligasi (bond). Uang tunai dianggap tidak memberikan penghasilan sedangkan obligasi dianggap memberikan berupa sejumlah uang tertentu setiap periode.


(55)

Dalam teori Keynes, dibicarakan khusus obligasi yang memberikan suatu

penghasilan berupa sejumlah uang tertentu setiap periode selama waktu yang tak terbatas.

Secara umum bisa ditulis dengan persamaan sebagai berikut :

K = R.P ... (2.9) Dimana K adalah hasil per tahun yang diterima, R adalah tingkat bunga, dan P adalah harga pasar atau nilai sekarang dalam obligasi tersebut. Persamaan tersebut bisa juga ditulis sebagai berikut :

P = K/R ... (3.0) yang menunjukkan bahwa (karena K adalah konstan) harga pasar obligasi (P) berbanding terbalik dengan tingkat bunga R bila tingkat bunga turun, maka berarti harga pasar obligasi naik, dan sebaliknya bila tingkat bunga naik maka harga pasar obligasi turun, atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat suku bunga semakin rendah permintaan uang tunai oleh seseorang atau masyarakat. Karena, semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin besar ongkos memegang uang tunai sehingga seseorang atau masyarakat lebih baik membeli obligasi. Sebaliknya apabila tingkat suku bunga semakin rendah maka semakin rendah pula ongkos memegang uang tunai dan semakin besar seseorang atau masyarakat untuk menyimpan uang tunai. Teori permintaan uang Keynes mempunyai implikasi bahwa fungsi permintaan akan uang (Liquidity Preference) adalah fungsi yang tidak stabil, dalam arti bahwa fungsi ini bisa bergeser dari waktu ke waktu. Hal ini karena Keynes menekankan faktor uncertainly dan expectation dalam menentukan posisi permintaan uang untuk tujuan spekulasi (Boediono, 2005 : 27).


(56)

6.3. Teori Pasca Keynes

Teori permintaan uang Keynes mendasarkan pada adanya dua motif memegang uang kas, yakni motif transaksi dan spekulasi. Motif transaksi tergantung dari pendapatan. Sedangkan, motif spekulasi tergantung dari tingkat bunga.

Perkembangan selanjutnya dari teori Keynes ini didasarkan atas dua pembagian tersebut, yang masing-masing dilakukan oleh William J. Baumol dan James Tobin. Dalam menganalisa permintaan uang, keduanya menggunakan pendekatan yang berbeda, antara lain:

a. Permintaan Uang Untuk Tujuan Transaksi

Teori ini diperkembangkan oleh Baumol (1952) dan juga Tobin (1956) yang masing-masing menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan uang untuk tujuan transaksi.

1) Baumol menggunakan pendekatan teori penentuan persediaaan barang yang biasa dipakai dalam dunia perusahaan. Baumol menganalisa tingkah laku individu, dan menganggap bahwa pendapatan mereka diterima sekali (misalnya tiap bulan). Namun, individu tersebut harus membelanjakannnya sepanjang waktu (satu bulan). Hal ini mengingatkan, bahwa kekayaan individu tersebut selain berupa uang kas dapat berupa surat berharga yang menghasilkan bunga, serta adanya ongkos atau biaya unruk memerlukan surat berharga tersebut dengan uang kas.


(57)

2) Elastisitas permintaan uang kas untuk tujuan transaksi terhadap tingkat penghasilan memaksa individu untuk menyediakan alat pembayar guna membiayai transaksinya. Namun, tidak berarti bahwa alat pembayar ini harus berupa uang kas dapat sebagian berupa surat berharga yang memberikan bunga.

Hal ini tergantung besarnya surat berharga tersebut. Apabila tingkat bunga tinggi (dibanding dengan biaya transaksi) maka individu akan mengurangi pembayaran berupa uang kas dan akan mengurangi surat-surat berharga. Sebaliknya apabila surat berharga rendah (dibandingkan dengan biaya transaksi) maka individu tersebut akan memperbanyak uang kas untuk transaksi dan tingkat bunga.

b. Permintaan Uang Untuk Tujuan Spekulasi

Selain dikembangkan oleh Keynes, teori ini juga dikembangkan oleh James Tobin dalam tulisannya yang berjudul “ Liquidity Preference as Behavior Towards Risk “. Review of Economic Studies, Februari 1958. Pokok-pokok teorinya adalah sebagai berikut: kekayaan seseorang dapat diwujudkan dalam bentuk uang kas dan obligasi (pembagian ini sejalan dengan Keynes). Uang kas tidak

menghasilkan, sedangkan obligasi dapat menghasilkan pendapatan yang berupa bunga serta perubahan harga obligasi sebagai akibat terjadinya perubahan tingkat bunga. Dipandang dari seorang pemilik kekayaan (bukan pengusaha) teori tentang permintaan uang dapat disamakan dengan teori permintaan akan barang konsumsi. Sehingga, permintaan terhadap uang kas tergantung pada tiga faktor utama, yaitu: Jumlah total kekayaan, harga dan pendapatan dan selera dan kesukaan dari pemilik kekayaan.


(58)

B. Tinjauan Empiris

Tabel 1. Penelitian Terdahulu 1. 2. Judul Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian Judul Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian

The Effects of Credit and Debit Cards on the Currency Demand

Hakan Yilmazkuday.2006

Generalized Method of Moment (GMM)

Berdasarkan data di Turki menunjukkan bahwa baik kredit dan kartu debit berpengaruh negatif terhadap permintaan uang, efek dari penggunaan kartu debit pada permintaan uang lebih besar dari efek dari penggunaan kartu kredit, efek negatif yang signifikan dari kartu kredit dan debit pada permintaan uang memiliki juga implikasi yang berorientasi kebijakan moneter.

Digital Money: Review of Literature and Simulation of Welfare Improvement of This Technological Advance Joilson Dias, 2001

Analisis Derivatif

Kesejahteraan dan dampak moneter yang disebabkan oleh penggunaan uang digital:

1. Mengurangi kebutuhan uang kertas dan akibatnya mengurangi pendapatan pemerintah dari seignorage 2. Menurunkan permintaan uang

3. Meningkatkan keseluruhan kesejahteraan masyarakat Seperti disebutkan sebelumnya setiap sarana mekanisme pembayaran harus membawa peningkatan kesejahteraan agar dapat diterima masyarakat.


(59)

Tabel 1. Penelitian Terdahulu (Lanjutan).

3. Judul Alternative Monies and the Demand for Media of Exchange

Penulis Anthony M. Santomero and John J. Seater. 2010 Metode Penelitian Analisis Deskriptif

Hasil Penelitian Pola penggunaan media pertukaran berbeda antara rumah tangga dengan pendapatan yang sama tetapi alokasi pendapatan yang berbeda di antara barang-barang konsumsi. Mengingat bahwa pola konsumsi berbeda di seluruh kelompok sosial ekonomi.

4. Judul Effect of Increasing Use the Card Payment Equipment on The Indonesian Economy Penulis Tiara Nirmala dan Tri Widodo. 2011

Metode Penelitian Uji Vector Error Correction Model (VECM) Hasil Penelitian Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan

pembayaran dengan kartu mengakibatkan kepemilikan kas menurun, sedangkan persediaan uang M1 dan M2 meningkat. Peningkatan pembayaran non tunai juga menginduksi pertumbuhan PDB dan sedikit penurunan harga. Implikasinya untuk kebijakan moneter juga dianalisis, menunjukkan penurunan BI rate dan biaya kebijakan moneter.

5. Judul Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Variabel-variabel Makroekonomi terhadap Permintaan Uang di Indonesia

Penulis Zainal Muttaqin. 2006

Metode Penelitian Uji Kointegrasi dan Error Correction Model (ECM)

Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian telah dibuktikan bahwa keberadaan APMK (kartu kredit dan kartu debit) dan ATM berpengaruh secara nyata

terhadap permintaan uang. APMK telah terbukti dapat memberikan efektifitas, efisiensi serta keamanan dalam sistem pembayaran di masyarakat serta dunia keuangan pada umumnya.


(60)

Tabel 1. Penelitian Terdahulu (Lanjutan).

6. Judul Pengaruh Transaksi Pembayaran

Menggunakan Kliring, RTGS, Kartu Kredit, ATM/Debit dan Uang Elektronik (E-MONEY) terhadap Permintaan Uang Kartal di Indonesia Penulis Danang Priyo Aji Wicaksono. 2012

Metode Penelitian Error Correction Model (ECM)

Hasil Penelitian Transaksi pembayaran menggunakan RTGS dan kliring tidak berpengaruh dalam jangka pendek dan jangka panjang terhadap

permintaan uang kartal di Indonesia, tetapi transaksi kartu kredit,kartu ATM/Debit dan e-money berpengaruh dalam jangka pendek dan jangka panjang terhadap permintaan uang kartal di Indonesia.

7. Judul Perkembangan Uang Elektronik dan Kartu Kredit di Indonesia Periode 2007 - 2012 Penulis Dharfan, Khairiyah, Mailany,

Syaima,Rina.2013 Metode Penelitian Regresi Linear Berganda

8. Hasil Penelitian Judul Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian

Industri perbankan secara signifikan dipengaruhi oleh perkembangan inovasi teknologi. Pertumbuhan aplikasi jaringan komputerisasi perbankan mengurangi biaya transaksi dan meningkatkan kecepatan layanan secara substansial yang mendorong

peningkatan penggunan uang elektronik. Hubungan Inovasi Sistem Pembayaran dan Permintaan Uang di Indonesia

Imaduddin Sahabat. 2009

Uji Vector Error Correction Model (VECM) Inovasi sistem pembayaran (Kliring, RTGS, Kartu Kredit, Kartu Debet) memiliki

hubungan jangka panjang yang negatif. Penurunan permintaan uang mengindikasikan adanya subtitusi oleh inovasi sistem

pembayaran, meskipun nilainya relatif kecil atau sedikit berdampak pada permintaan uang, hal itu menunjukkan bahwa Kliring, RTGS, Kartu Kredit, Kartu Debet akan menurunkan permintaan uang


(61)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Sumber Data

Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan melalui pengolahan data yang dihitung secara bulanan dari periode 2008:01 sampai 2013:12. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program aplikasi e-views 4.0.

Tabel 2. Nama, Satuan Pengukuran Variabel, dan Sumber Data No. Nama

Variabel

Satuan Pengukuran

Simbol Sumber

1. Volume Transaksi Kartu Kredit Juta Transaksi VTKK BI 2. Volume Transaksi Kartu ATM Juta Transaksi VTKA BI 3. Volume Transaksi Kartu Debit Juta Transaksi VTKD BI 4. Volume Transaksi e-money Juta Transaksi VTUE BI 5. Permintaan Uang Kartal Miliar Rupiah CUR BI


(62)

B. Definisi Operasional Variabel

1. Volume Transaksi Kartu Kredit

Volume transaksi kartu kredit merupakan jumlah transaksi yang dilakukan masyarakat dengan menggunakan kartu kredit dan dinyatakan dalam. Data diperoleh dari Statistik Sistem Pembayaran Bank Indonesia secara bulanan periode 2008:01 sampai dengan 2013:12.

2. Volume Transaksi Kartu ATM

Volume transaksi kartu ATM yang berarti jumlah transaksi yang dilakukan masyarakat dengan menggunakan kartu ATM. Data diperoleh dari Statistik Sistem Pembayaran Bank Indonesia secara bulanan periode 2008:01 sampai dengan 2013:12.

3. Volume Transaksi Kartu Debit

Volume transaksi kartu debit adalah jumlah transaksi yang dilakukan masyarakat dengan menggunakan kartu debit. Data diperoleh dari Statistik Sistem Pembayaran Bank Indonesia secara bulanan periode 2008:01 sampai dengan 2013:12.

4. Volume Transaksi Uang Elektronik (E-Money)

Volume transaksi uang elektronik (e-money) yang berarti jumlah transaksi yang dilakukan masyarakat dengan menggunakan uang elektronik (e-money). Data diperoleh dari Statistik Sistem Pembayaran Bank Indonesia secara bulanan periode 2008:01 sampai dengan 2013:12.


(63)

5. Permintaan Uang Kartal

Permintaan uang yang dipakai dalampenelitian ini adalah uang kartal. Data diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia secara bulanan periode 2008:01 – 2013:12.

C. Metode Analisis Data 1. Model Ekonomi

Model ekonomi yang menggambarkan hubungan antara permintaan uang kartal, variabel volume transaksi APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan e-money, dapat ditulis sebagai berikut :

CUR = f(VTKK, VTKA, VTKD, VTUE)...(3.1) Dimana:

CUR = permintaan uang kartal VTKK = volume transaksi kartu kredit VTKA = volume transaksi kartu ATM VTKD = volume transaksi kartu debit

VTUE = volume transaksi uang elektronik (e-money)

2. Model ECM ( Error Correction Model)

Uji Error Correction Model atau ECM digunakan untuk mengoreksi ketidak- seimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang. ECM juga digunakan untuk melihat hubungan jangka pendek dari variabel-variabel yang digunakan. Selain dapat mengetahui pengaruh model ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang model ECM juga memiliki kegunaan diantaranya mengatasi data yang tidak stasioner dan masalah regresi lancung.


(64)

Ciri-ciri regresi lancung adalah ditandai dengan adanya R2 yang tinggi namun memiliki nilai Durbin Watson yang rendah (Shocrul ,2011). Model ini dapat menjelaskan perilaku jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun model ECM yang digunakan adalah sebagai berikut:

D(CUR)t = β0 + β1D(VTKK)t + β2D(VTKA)t + β3D(VTKD)t + β4D(VTUE)t + β5(VTKK)t-1+β6(VTKA)t-1 + β7(VTKD)t-1 + β8(VTUE)t-1 +

β9ECT + ut...(3.2) ECT = VTKKt-1 + VTKAt-1 + VTKDt-1 + VTUEt-1 – CURt-1

Dimana:

CUR = permintaan uang kartal VTKK = volume transaksi kartu kredit VTKA = volume transaksi kartu ATM VTKD = volume transaksi kartu debit

VTUE = volume transaksi uang elektronik (e-money) DCUR = CURt – CURt-1

DVTKK = VTKKt – VTKKt-1 DVTKA = VTKAt – VTKAt-1 DVTKD = VTKDt – VTKDt-1 DVTUE = VTUEt – VTUEt-1 β0 = konstanta β1,2,…,8 = koefisien ECM

β9 = koefisien Error Correction Term (ECT) ut = variabel pengganggu

t = periode waktu

Besaran koefisien regresi jangka panjang permintaan uang kartal dicari dengan menggunakan rumus :

Konstanta = β0 / β9

VTKK = (β5+ β9) / β9 VTKA = (β6+ β9) / β9 VTKD = (β7 + β9) / β9 VTUE = (β8 + β9) / β9


(65)

D. Prosedur Analisis Data

Sebelum melakukan analisa data menggunakan model ECM, maka perlu dilakukan beberapa tahap untuk menguji kelayakan model tersebut. Beberapa tahap yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Uji Stasioneritas (Unit Root Test)

Uji stasioneritas akar unit (unit root test) merupakan uji yang pertama harus dilakukan sebelum melakukan analisis regresi dari data yang dipakai. Tujuan uji stasioneritas adalah untuk melihat apakah rata-rata varians data konstan sepanjang waktu dan kovarian antara dua atau lebih data runtun waktu hanya tergantung pada kelambanan antara dua atau lebih periode waktu tersebut. Pada umumnya, data time-series sering kali tidak stasioner. Jika hal ini terjadi, maka kondisi stasioner dapat tercapai dengan melakukan diferensiasi satu kali atau lebih. Metode pengujian unit root yang digunakan dalam penelitian ini adalah Phillips-Perron unit root test.

Prosedur uji unit root adalah:

1. Dalam uji unit root yang pertama dilakukan adalah menguji masing-masing variabel yang kita gunakan untuk penelitian dari setiap level series.

2. Jika semua variabel adalah stasioner pada tingkat level, maka estimasi terhadap model yang digunakan adalah regresi Ordinary Least Square (OLS).

3. Dan jika seluruh data dinyatakan tidak stasioner, maka langkah selanjutnya adalah menentukan first difference dari masing-masing


(1)

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, disarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Sebaiknya, penerbit kartu kredit perlu mengatur kembali tentang syarat- syarat dan peraturan yang harus dipatuhi oleh pemilik kartu kredit sehingga penerbit kartu kredit lebih berhati- hati dan selektif dalam memberikan izin penggunaan fasilitas kepada pemilik kartu kredit. Dan pemerintah Indonesia harus lebih tegas dalam menegakkan peraturan yang ada sehingga tidak ada dampak negatif dalam penggunaan kartu kredit seperti penunggakkan tagihan akibat penyalahgunaan aturan yang telah dibuat dan mencegah menurunnya kepercayaan serta meminimalisir risiko ketidakpastian.

2. Diharapkan dengan penggunaan kartu debit dan kartu ATM dalam

penyelesaian transaksi dapat menggantikan peranan uang kartal sebagai alat pembayaran utama pada saat ini. Keuntungan menggunakan kartu debit dan kartu ATM sangat banyak sehingga masyarakat sebaiknya lebih sering menggunakan kartu debit dan kartu ATM untuk melakukan transaksi agar biaya transaksi dapat ditekan dan membantu pemerintah untuk menghemat biaya pencetakan uang kartal.

3. E-money merupakan produk pembayaran non tunai yang tergolong baru sehingga sosialisasi yang dilakukan Bank Indonesia yang bekerja sama dengan penerbit e-money sangat diperlukan guna memperkenalkan dan

mengembangkan potensi e-money yang berfungsi sebagai pengganti uang kartal untuk transaksi sehari- hari yang bernominal kecil.


(2)

4. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan lebih banyak variabel indikator penggunaan APMK dan e-money untuk memperoleh hasil empiris yang lebih baik dan lebih akurat. Penggunaan APMK dan e-money yang terus berkembang, diharapkan lebih mencerminkan pengaruhnya terhadap

permintaan uang kartal di Indonesia, hal ini dapat dijadikan sebagai penelitian untuk melengkapi penelitian-penelitian terdahulu.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 1999. Peraturan Bank Indonesia Nomor No.23/1999 tentang Pengertian Sistem Pembayaran. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia . 2004. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/30/PBI/2004 tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia . 2005. Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2005 Tentang Alat Pembayaran Non Tunai Elektronik. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia . 2006. Dampak Pembayaran Non Tunai Terhadap Perekonomian Dan Kebijakan Moneter. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia . 2006. Kajian Operasional E-Money.

www.bi.go.id/biweb/utama/publikasi/upload/sistem-pembayaran.pdf [Oktober 2006]

Bank Indonesia . 2006. Overview Sistem Pembayaran Nasional di Indonesia. www.bi.go.id/biweb/utama/publikasi/upload/sistem-pembayaran.pdf [19 Februari 2006]

Bank Indonesia .2009. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/ 11 /PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia . 2009. Peraturan Bank Indonesia Nomor11/12/PBI/2009 Tanggal 13 April 2009 tentang Uang Elektronik (e-money).

Bank for International Settlements. 1996. Implication for central Banks of the Development of Electronic Money (Basel).


(4)

Costa C. and Paul De Grauwe, (2001). “Monetary Policy in A Cashless Society”, International Macroeconomics, Centre for EconomicPolicy Research Discussion Paper, No. 2696.

Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran Departemen Pengelolaan

Uang.2012.“Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012”, Jakarta: Bank Indonesia.

Dharfan, Khairiyah, Mailany, Nur Syaima, Rina. 2013. Perkembangan Uang Elektronik dan Kartu Kredit di Indonesia Periode 2007 – 2012. Jakarta : Jurnal Ekonomi Universitas Gunadarma.

Dias, Joilson. 2001. Digital Money: Review of Literature and Simulation of Welfare Improvemnet of This Technological Advance. Brazil: Department of Economic State University of Maringa.

Freedman, C. 2000.Monetary Policy Implementation: Past, Present, and Future-Will Electronic Money Lead to the Eventual Demise of Central Banking?

InternationalFinance 2:3.

Friedman, Benjamin M. 1999. The Future of Monetary Policy : The Central Bank as an Army With Only A Signal Corps?. NBER Working Paper No.7420. 1050 Massacushetts Avenue Cambridge.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: BP Universitas Diponegoro

Global Insight Visa Internasional. 2003. The Virtuous Circle: Electronic Paymentsand Economic Growth. Visa International & Global Insight, California.

Goodhart, C.A.E, (2000). “Can Central Bank Survive the IT Revolution?” , InternationalFinance No 3:2.

Greenspan, A. 1996. “Remarks on Evolving System Issues”. Journal of Money, Credit and Banking, 28: 689-695.

Humphrey, D. B. 2001. Payment Systems: Principles, Practice, and Improvements. The World Bank, Washington, D. C.

Lahdenpera, Harri, (2001). “Payment and Financial Innovation, Reserve Demand and Implementation of Monetary Policy”, Bank ofFinland Discussion Papers 26. Listfield, R. dan F. Montes-Negret. 1994. “Modernizing Payment System in


(5)

Mishkin, F. S. 2001. The Economic of Money Banking, and Financial Markets. Sixth Edition. Addison Wesley Longman: Columbia University, Columbia

Muttaqin, Zainal. 2006. Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Variabel- Variabel Makroekonomi Terhadap Permintaan Uang di Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Nirmala.T and Widodo. 2011. “Effect of Increasing Use The Card Payment

Equipment on The Indonesian Economy”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Hal.36- 45. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Pramono, Bambang, Yanuarti, Tri, Purusitawati, Emmy Tyas, Yosefin. 2006. “Working Paper: Dampak Pembayaran Non Tunai Terhadap Perekonomian dan Kebijakan Moneter”, Jakarta: Bank Indonesia.

Priyo, Danang, A,W. 2012. Pengaruh Transaksi Pembayaran Non Tunai Terhadap Jumlah Peredaran Uang Kartal di Indonesia. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Rossa, Siera. 2006. Analisis Pengaruh Penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik dan Daya Subtitusi Transaksi Non Tunai Elektronik Terhadap Transaksi Tunai di Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Sahabat, Imaduddin. 2009. “Hubungan Inovasi Sistem Pembayaran dan Permintaan

Uang di Indonesia”. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Depok. Santomero, Anthony M. and John J. Seater, (1996),„Alternative Monies and the

Demand for Media of Exchange‟,Journal of Money,Credit, and Banking,

28(4-2), 942- 960.

Shochrul R, Ajija dan Dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai EViews. Jakarta: PT Salemba Empat.

Snellman, J. dan J. Vessala. 1999. “Forecasting the Electronification of Payments with Learning Curves”. Bank of Finland Discussion Paper. 8/99.

Studentmund, A. H. 2001. Using Econometrics A Practical Guide, Edisi Keempat, Addison Wesley Longman.

Van Hove, Leo. 2006. [“Towards a Less Cash Society in Indonesia”], Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia. Jakarta : Bank Indonesia.


(6)

Warjiyo, Perry. 2006. Non-Cash Payments and Monetary Policy Implications in Indonesia. Di dalam: Bank Indonesia. Seminar Internasional “Toward Less Cash Society in Indonesia”; Jakarta, 17 Mei 2006 – 18 Mei 2006. Jakarta: Bank Indonesia.

Widarjono, Agus, 2007. Pengantar Ekonometrika. Jakarta: Ekonisia.

Woodford, Michael, (2000). „Monetary Policy in a World Without Money‟. NBER

WorkingPaper, No.7853.

Yilmazkuday, Hakan. 2006. “The Effects of Credit and Debit Cards On the Money Demand of a Small Open Economy”. Preliminary journal .

http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_debit

http://sfatiim.blogspot.com/2013/04/kartu-plastik_5.html http://hukum.unsrat.ac.id/inst/pbi_111109.pdf