KAJIAN MUATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA LKS BIOLOGI SMA YANG DIGUNAKAN SMA NEGERI DI KABUPATEN PRINGSEWU
KAJIAN MUATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA LKS BIOLOGI SMA YANG DIGUNAKAN SMA NEGERI
DI KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
SUGENG PRANATA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(2)
xiv DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Lembar Kerja Siswa ... 6
B. Keterampilan Proses Sains dalam Lembar Kerja Siswa ... 13
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 22
C. Desain Penelitian ... 23
D. Prosedur Penelitian ... 23
E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 24
F. Teknik Analisis Data ... 25
G. Alur Penelitian ... 28
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29
(3)
xv V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 60
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA……... 61
LAMPIRAN………. 63
1. Lembar Penilaian Kesesuaian Materi dengan KD dan Lembar Observasi Indikator KPS pada LKS kelas X semester 1 ... 64
2. Lembar Penilaian Kesesuaian Materi dengan KD dan Lembar Observasi Indikator KPS pada LKS kelas XI semester 1 ... 67
3. Lembar Penilaian Kesesuaian Materi dengan KD dan Lembar Observasi Indikator KPS pada LKS kelas XII semester 1 ... 72
(4)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biologi memiliki karakteristik khusus, yang berbeda dengan ilmu lainnya dalam hal objek, persoalan, dan metodenya. Biologi sebagai proses sains diperoleh melalui kegiatan ilmiah yang disebut metode ilmiah (Depdiknas, 2003:23). Satu hal yang seharusnya disadari ketika seorang guru
mengembangkan pembelajaran biologi adalah bahwa biologi lebih dari sekedar kumpulan fakta ataupun konsep, karena dalam biologi juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata (Saptono, 2003 :11).
Banyak siswa yang tidak dapat mengembangkan pemahamannya terhadap konsep-konsep biologi tertentu, karena antara perolehan pengetahuan dan prosesnya tidak terintegrasi dengan baik dan tidak memungkinkan siswa untuk menangkap makna secara fleksibel. Sebagai contoh, siswa dapat
menghafalkan berbagai konsep dan fakta, namun tidak mampu
menggunakannya untuk menjelaskan fenomena dalam kehidupan yang berhubungan dengan konsep dan fakta yang sudah dihafal tersebut. Sebagai konsekuensinya, pembelajaran biologi di sekolah diharapkan mampu
(5)
2
memberikan pengalaman kepada siswa, sehingga memungkinkan siswa melakukan penyelidikan tentang fenomena biologi (Saptono , 2003 :11). Jika biologi hanya diajarkan dengan hafalan, maka siswa yang mungkin memiliki pengetahuan awal tentang berbagai fenomena biologi tidak menggunakan pengetahuan mereka selama proses pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Belajar biologi seharusnya dapat mengakomodir kesenangan dan kepuasan intelektual bagi siswa dalam usahanya membongkar dan memperbaiki berbagai konsep yang mungkin keliru. Pembelajaran biologi akan lebih bermakna jika memungkinkan siswa menjalani perubahan konsepsi (Saptono, 2003 :12).
Salah satu cara yang banyak ditempuh oleh guru-guru dalam mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar biologi adalah dengan menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa). Karena dengan adanya LKS dapat memudahkan guru dalam kegiatan pembelajaran dan siswa akan belajar secara mandiri,
memahami serta dapat menjalankan tugas secara tertulis. Hampir setiap guru di berbagai sekolah menggunakan LKS sebagai sarana atau acuan untuk memandu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, terutama praktikum.
Sehingga banyak jenis LKS yang diterbitkan oleh berbagai penerbit beredar di toko-toko buku maupun langsung ke sekolah-sekolah.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, hampir semua sekolah negeri di Kabupaten Pringsewu menggunakan LKS Biologi kelas X, XI dan XII yang disusun oleh suatu penerbit. Menurut Rustaman dan Wulan (2007:27), saat ini masih banyak guru yang segan membuat LKS sendiri sehingga dalam proses
(6)
pembelajaran lebih memilih menggunakan LKS sudah jadi atau LKS yang dibuat penerbit. Hal ini disebabkan oleh guru yang masih malas membuat LKS sendiri dan guru menganggap lebih praktis menggunakan LKS dari penerbit karena tidak harus susah membuat LKS sendiri. Akhirnya guru lebih senang untuk menggunakan LKS buatan penerbit.
Buku LKS sebagai salah satu penunjang pembelajaran dan latihan bagi siswa harus dapat menunjang pencapaian kompetensi dasar yang akan dicapai, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran kesesuaian materi dalam LKS dengan KD karena penyusunan materi dalam LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai (Depdiknas, 2008: 19). Selain itu LKS Biologi harus dapat mengembangkan keterampilan proses sains karena biologi sebagai salah satu bidang IPA turut berperan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir, pemahaman konsep, dan keterampilan proses sains (KPS). Menurut Dahar (1985:11), Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam
mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
(7)
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah materi dalam LKS Biologi kelas X, XI dan XII semester 1 yang digunakan SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu sesuai dengan
kompetensi dasar (KD)?
2. Bagaimanakah muatan keterampilan proses sains (KPS) yang
dikembangkan dalam LKS Biologi kelas X, XI dan XII semester 1 yang digunakan SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kesesuaian materi dengan KD dalam LKS Biologi kelas X, XI dan XII semester 1 yang digunakan SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu.
2. Untuk mengetahui muatan KPS yang dikembangkan dalam LKS Biologi kelas X, XI dan XII semester 1 yang digunakan SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu.
(8)
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yaitu: 1. Bagi guru dan siswa, yaitu agar dapat menggunakan LKS yang lebih
mendukung Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
2. Bagi peneliti, yaitu menambah wawasan sebagai calon guru dalam memilih ataupun membuat LKS yang baik dalam mendukung KBM. 3. Bagi pengarang atau penyusun, yaitu diharapkan dapat dijadikan sebagai
masukan untuk lebih teliti dalam menyusun LKS.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahan persepsi, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. LKS yang dimaksud dalam penelitian ini adalah LKS berupa cetakan berisi ringkasan materi dan soal-soal latihan yang digunakan oleh siswa kelas X, XI dan XII semester 1 pada SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu yaitu LKS Biologi SMA Quadra.
2. Kajian LKS yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan penyelidikan terhadap isi LKS Biologi yaitu kesesuaian materi dalam LKS dengan KD dan muatan KPS yang dikembangkan dalam LKS.
(9)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembar Kerja Siswa
1. Pengertian Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kerja harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. LKS dapat digunakan untuk mata pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya (Madjid, 2007: 177).
Dalam proses belajar mengajar, LKS sering dimanfaatkan sebagai buku latihan siswa yang didalamnya memuat:
a. Ringkasan Materi
Dengan adanya ringkasan materi ini, siswa akan lebih mudah memahami materi
b. Soal-soal latihan
Bentuk-bentuk soal latihan yang dimuat dalam lembar kerja siswa umumnya berisi:
(10)
1) Soal-soal subyektif (uraian)
Soal-soal subyektif disebut juga soal uraian yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukan jawaban. Kebebasan ini berakibat data jawaban bervariasi, sehingga tingkat kebenaran dan tingkat kesalahan juga menjadi variasi, hal inilah yang mengundang subyektivitas penilai ikut berperan menentukan (Thoha, 1994: 55).
Beberapa kelebihan soal bentuk subyektif ini diantaranya:
a) Peserta didik dapat menorganisasikan jawaban dengan fikiran sendiri
b) Dapat menghindarkan sifat tertekan dalam menjawab soal c) Melatih peserta didik untuk memilih fakta relevan dengan
persoalan, serta mengorganisasikannya sehingga dapat diungkapkan menjadi satu hasil pemikiran terintegrasi secara utuh.
d) Jawaban yang diberikan diungkapkan dalam kata-kata dan kalimat yang disusun sendiri, sehingga melatih untuk menyusun kalimat dengan bahasa yang baik, benar dan cepat.
e) Soal bentuk uraian tepat untuk mengukur kemampuan analitik, sintetik dan evaluative.
Sedangkan kelemahan soal bentuk ini antara lain:
a) Membutuhkan waktu banyak untuk memeriksa hasilnya b) Pemberian skor jawaban kadang-kadang tidak ajeg (reliable)
(11)
8
peserta didik, kelelahan penilaian, situasi, dll.
c) Variasi jawaban terlalu banyak dan tingkat kebenarannya menjadi bertingkat-tingkat, sehingga dalam menetukan criteria benar-salah menjadi agak kabur.
2) Soal-soal obyektif (Fixed response item)
Pada tipe ini, butir-butir soal yang diberikan kepada peserta didik disertai dengan alternatif jawaban, sehingga peserta didik tinggal memilih satu diantara alternatif jawaban yang tersedia. Jawaban tersebut hanya ada satu yang paling benar atau yang paling benar, sedangkan yang lainnya salah (Thoha, 1994: 69).
Soal bentuk obyektif ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: a) Peserta didik menampilkan keseragaman data, baik bagi yang
menjawab benar, maupun yang menjawab salah. b) Subyektivitas pendidik rendah.
c) Memudahkan pendidik dalam memberikan penilaian. d) Tidak membutuhkan waktu yang lama dalam mengoreksi Sedangkan kelemahannya, diantaranya:
a) Memberikan kemungkinan adanya siswa menebak jawaban. b) Membutuhkan waktu yang lama dalam penyusunnya, karena
(12)
2. Ciri-ciri Lembar Kerja Siswa
Adapun ciri-ciri LKS adalah sebagai berikut : a. LKS terdiri dari beberapa halaman
b. LKS dicetak sebagai bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh satuan tingkat pendidikan tertentu
a. Didalamnya terdiri uraian singkat tentang pokok bahasan secara umum, rangkuman pokok bahasan, puluhan soal pilihan ganda dan soal-soal isian (Azhar, 1993: 78).
3. Fungsi Lembar Kerja Siswa
Adapun fungsi lembar kerja siswa sebagai berikut:
b. Bagi siswa LKS berfungsi untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang didapat.
c. Bagi guru LKS berfungsi untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikannya serta mempertimbangkan proses berfikir yang bagaimana yang akan ditumbuhkan pada diri siswa. Selain itu dengan adanya LKS siswa tidak perlu mencatat atau membuat ikhtisar atau resume pada buku catatannya lagi, sebab dalam tiap LKS biasanya sudah terdapat ringkasan seluruh materi pelajaran. Berdasarkan fungsi lembar kerja di atas, maka guru sebagai pengelola proses belajar, kedudukannya tidak dapat digantikan oleh adanya lembar kerja.
(13)
10
Karena keberadaan lembar kerja siswa ini adalah hanya membantu
kemudahan dan kelancaran aktivitas pada saat proses belajar mengajar serta interaksi antara guru dan murid. Sehingga tujuan utama proses belajar dapat tercapai atau berhasil (Azhar, 1993: 78).
4. Penulisan dalam LKS
Penulisan dalam LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perumusan KD yang harus dikuasai; rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari dokumen SI( Depdiknas, 2008: 19 ). 2. Penentuan alat penilaian; bahwa penilaian dilakukan terhadap proses
kerja dan hasil kerja siswa. Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi yang penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Kriteria (PAK) atau Criterion Referenced Assesment.
3. Penyusunan materi; yakni sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku,
majalah,internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat
(14)
melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama waktunya
4. Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut : a. Judul
b. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru) c. Kompetensi yang akan dicapai
d. Informasi pendukung
e. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja f. Penilaian
5. Macam-macam LKS
Menurut Azhar (1993:79) ada dua macam LKS yang dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah.
1. LKS Tak Berstruktur.
Lembar kerja siswa tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana untuk materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran. LKS merupakan alat bantu mengajar yang dapat dipakai untuk mempercepat pembelajaran, memberi dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau lisan untuk mengarahkan kerja pada peserta didik.
(15)
12
Contoh:
a) Lembaran yang memuat suatu kelompok data dan sajiannya berupa grafik yang dikutip dari media masa dan dapat dimanfaatkan guru dalam membahas materi yang relevan dalam statistik.
b) Lembaran berupa kertas bertitik, kertas berpetak atau kertas milimeter.
2. LKS Berstruktur.
Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS telah disusun petunjuk dan pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikan peran guru dalam kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan dorongan belajar dan memberi bimbingan pada setiap siswa.
LKS yang baik harus memenuhi persyaratan konstruksi dan didaktik. Persyaratan konstruksi tersebut meliputi syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna LKS yaitu peserta didik sedangkan syarat didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang efektif. Lembar kerja dapat digunakan
sebagai pengajaran sendiri, mendidik siswa untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggung jawab dan dapat mengambil keputusan.
(16)
LKS dalam kegiatan pembelajaran dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap penemuan konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep). Menurut Dewiana (2001:10) LKS dapat digunakan dalam penyajian mata pelajaran secara eksperimen maupun non- eksperimen, sehingga berdasarkan penggunaan metode dikenal dua jenis LKS, yaitu LKS eksperimen yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan eksperimen, dan LKS non-eksperimen yang dijadikan pedoman dalam memahami konsep atau prinsip tanpa eksperimen. Kedua macam LKS tersebut dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa.
B. Keterampilan Proses Sains dalam Lembar Kerja Siswa
LKS adalah salah satu media pengajaran yang berorientasi kepada
keterampilan proses sehingga diharapkan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal (Semiawan, 1992:12). Menurut Dahar (1985:11), Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu
pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
(17)
14
Pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses sains. Pendekatan ini diperlukan karena sains tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja, tetapi juga terkandung hal lain. Cain dan Evans (Rustaman, 2005:74) menyatakan bahwa sains mengandung empat hal, yaitu konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi. Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta, prinsip-prinsip dan teori. Sains sebagai proses atau metode mengandung arti bahwa sains merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. Selain sebagai produk dan proses, sains juga sebagai sikap, artinya bahwa dalam sains terkandung sikap ilmiah, seperti terbuka, jujur, tekun dan objektif. Sains sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Jika sains mengandung empat hal di atas, maka ketika belajar sains pun siswa perlu mengalami keempat hal tersebut. Dalam belajar sains siswa seharusnya tidak hanya belajar produk saja, tetapi harus belajar aspek proses, sikap dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh. Selain itu, pembelajaran yang menekankan pada
pengembangan keterampilan proses berarti membimbing siswa untuk
memiliki keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengemukakan hasilnya (Rustaman, 2005:74).
Keterampilan proses sains sebagai pendekatan dalam pembelajaran sangat penting karena menumbuhkan pengalaman selain proses belajar. Mengingat semakin banyaknya sekolah yang telah memiliki laboratorium biologi, sehingga perlu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran, khususnya
(18)
prestasi hasil belajar kognitif yang didukung oleh keterampilan serta sikap dan prilaku yang baik. Oleh karena itu para guru hendaknya secara bertahap mulai bergerak melakukan penilaian hasil belajar dalam aspek keterampilan dan sikap (Rustaman, 2005:75). Menurut Blosser (dalam Kamriantiramli, 2011), proses pembelajaran sains cenderung menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan menumbuhkan kemampuan berfikir. Pembentukan sikap ilmiah seperti ditunjukan oleh para ilmuawan sains dapat dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan proses sains. Sehingga keterampilan proses sains, dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran.
Gagne (dalam Purwandono, 2000:21) mendeskripsikan keterampilan proses sains sebagai berikut:
1. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan khas yang
digunakan oleh semua saintis, serta dapat diterapkan untuk memahami fenomena.
2. Setiap keterampilan proses sains merupakan sains tingkah laku ilmuwan yang dapat dipelajari oleh siswa.
3. Keterampilan proses dapat ditransfer antara isi pelajaran-pelajaran dan memberi sumbangan pada pikiran rasional dalam kehidupan sehari-hari.
(19)
16
Dalam keterampilan proses terdapat tiga komponen yang perlu dikembangkan, yaitu: 1) kemampuan menggunakan pikiran (keterampilan intelektual), 2) kemampuan nalar, 3) perbuatan efisien dan efektif untuk mencapai hasil tertentu termasuk kreativitas. Komponen keterampilan intelektual dalam keterampilan proses sains terjadi sebagai hasil proses tranformasi atau informasi yang diterima otak. Menurut Rustaman (2005:78) keterampilan proses meliputi: 1) keterampilan melakukan pengamatan (observasi), 2) mengelompokkan (klasifikasi), 3) menafsirkan pengamatan (interpretasi), 4) meramalkan (prediksi), 5) sains mengajukan pertanyaan, 6) berhipotesis, 7) merencanakan percobaan atau penyelidikan, 8) menggunakan alat dan bahan , 9) menerapkan konsep atau prinsip, 10) berkomunikasi.
Tabel 1. Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains
No Indikator Keterampilan Proses Sains Sub Indikator Keterampilan Proses Sains
1 Mengamati (observasi)
- Menggunakan sebanyak mungkin indera
- Mengumpulkan/ menggunakan fakta-fakta yang relevan 2 Mengelompokkan (klasifikasi)
- Mencari perbedaan dan persamaan
- Mengontraskan ciri-ciri
- Membandingkan - Mencari
dasar penggolongan
3 Menafsirkan (interpretasi)
- Menghubungkan hasil-hasil pengamatan - Mencatat setiap
pengamatan - Menyimpulkan
(20)
4 Meramalkan (prediksi)
- Menggunakan pola-pola hasil pengamatan - Mengemukakan apa
yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati
5 Sains mengajukan pertanyaan
- Bertanya mengapa, apa, atau bagaimana - Bertanya untuk
meminta penjelasan - Bertanya yang berlatar
belakang hipotesis
6 Berhipotesis
- Mengetahui bahwa ada lebih dari satu
kemungkinan penjelasan dari satu kejadian
- Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya
7 Merencanakan penelitian/percobaan
- Menentukan alat, bahan dan sumber yang akan dipakai
- Menentukan
variabel/faktor penentu - Menentukan apa yang
diamati, diukur atau ditulis
- Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah-langkah kerja
8 Menggunakan alat/bahan
- Memakai alat dan bahan
- Mengetahui bagaimana menggunakan alat dan bahan
9 Menerapkan konsep
- Menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam suatu situasi baru
- Menerapkan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi
(21)
18
10 Berkomunikasi
- Menggunakan grafik, tabel atau diagram - Menyusun dan
menyampaikan laporan secara sistematis Sumber : Rustaman (2005:78)
Berikut adalah deskripsi mengenai indikator keterampilan proses sains menurut Rustaman (2005:78):
1. Mengamati
Suatu proses untuk mengenal sesuatu dengan jalan memperhatikan atau menyadari obyek/peristiwa, untuk hal ini siswa harus menggunakan semua alat inderanya seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penciuman. Dalam kegiatan ilmiah mengamati berarti menyeleksi fakta-fakta yang relevan dan memadai dari hal-hal yang diamati. Dengan membandingkan hal-hal yang diamati siwa mengembangkan kemampuan mencari persamaan dan perbedaan suatu benda/peristiwa. 2. Mengelompokkan/Klasifikasi
Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses
mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.
(22)
3. Menafsirkan
Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya. Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu, dari mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya siswa mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat kesimpulan.
4. Meramalkan
Keterampilan meramalkan atau mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu pola yang sudah ada, menggunakan pola-pola atau hubungan informasi/ukuran/hasil observasi dan
mengantisipasi suatu peristiwa berdasarkan pola atau kecenderungan. Apabila siswa dapat mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan fakta yang menunjukkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada.
5. Mengajukan pertanyaan
Kemampuan mengajukan pertanyaan baik pertanyaan yang meminta penjelasan tentang apa, mengapa dan bagaimana ataupun menanyakan sesuatu hal yang berlatar belakang hipotesis. Keterampilan proses mengajukan pertanyaan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya, baik yang bersifat penyelidikan maupun yang tidak secara langsung bersifat penyelidikan, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencerminkan cara berpikir siswa
(23)
20
dan dapat pula dikatakan bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat berpikir siswa.
6. Merumuskan hipotesis
Keterampilan proses menggunakan informasi dengan mengemukakan dugaan atau generalisasi sementara yang dapat menjelaskan atau menghubungkan sifat-sifat benda peristiwa, berhipotesis melibatkan keterampilan menduga sesuatu, menguraikan sesuatu yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara dua variabel pengetahuan yang telah dimilikinya.
7. Merencanakan percobaan
Agar siswa dapat memiliki keterampilan merencanakan percobaan maka siswa tersebut harus dapat menentukan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam percobaan. Selanjutnya, siswa harus dapat menentukan variabel-variabel, menentukan variabel yang harus dibuat tetap, dan variabel mana yang berubah.
Demikian pula siswa perlu untuk menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara dan langkah-langkah kerja.
Selanjutnya siswa dapat pula menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan.
8. Menggunakan alat/bahan
Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya siswa harus menggunakan secara langsung alat dan bahan agar
(24)
dapat memperoleh pengalaman langsung. Selain itu, siswa harus
mengetahui mengapa dan bagaimana cara menggunakan alat dan bahan. 9. Menerapkan konsep
Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau menemukan penjelasan (konsep) tentang suatu peristiwa yang sedang terjadi. Keterampilan menerapkan konsep/prinsip menjadi penunjang dalam memantapkan dan mengembangkan konsep/prinsip yang telah dimiiki siswa, mengembangkan kemampuan intelektual siswa dan merangsang siswa untuk lebih banyak mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam.
10.Berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi mengandung arti mencatat hasil pengamatan yang relevan dengan penyelidikan, mentransfer suatu bentuk penyajian ke bentuk penyajian yang lainnya atau menggunakan kriteria untuk
menyajikan data ke bentuk yang dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Untuk mencapai keterampilan berkomunikasi siswa harus dapat menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan yang telah dikerjakan dengan sistematis dan jelas, selain itu diharapkan siswa mampu
menjelaskan hasil kegiatan, mendiskusikan dan menggambarkan data yang diperoleh ke bentuk diagram, grafik atau tabel.
(25)
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di seluruh SMA Negeri Kabupaten Pringsewu.
B. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah semua LKS Biologi yang digunakan di setiap tingkatan kelas, baik kelas X, XI atau XII SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu. Sampel yang digunakan adalah LKS Biologi kelas X, XI dan XII semester 1 yang disusun oleh suatu penerbit dan digunakan oleh SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu pada tahun ajaran 2012-2013.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling (Sugiyono, 2011:15). Pada penelitian ini, sampel yang diambil yaitu buku LKS Biologi kelas X, XI dan XII semester 1 yang digunakan oleh SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu pada tahun ajaran 2012-2013.
(26)
C. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang ditujukan untuk mengambil informasi langsung yang ada di lapangan kemudian diberikan deskripsi kenyataannya secara tersendiri tanpa dikaitkan atau dihubungkan dengan kenyataan yang lain, sehingga desain penelitian ini disebut sebagai desain penelitian deskriptif sederhana.
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan, meliputi:
a. Studi literatur dan survei lapangan untuk merumuskan masalah yang diteliti.
b. Penyusunan proposal penelitian.
c. Seminar proposal penelitian dan perbaikan proposal. d. Menyusun instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan, meliputi:
Kesesuaian materi LKS dengan kompetensi dasar (KD) a. Menentukan LKS yang dianalisis.
b. Mencocokkan/mencari kalimat pada materi dalam LKS yang sesuai dengan KD yang dicapai.
c. Menuliskan skor pada lembar penilaian jika sesuai dengan KD maka skornya 1, jika tidak sesuai dengan KD maka skornya 0.
(27)
24
Pengembangan muatan KPS pada LKS a. Menentukan LKS yang dianalisis.
b. Mendata indikator muatan KPS yang muncul pada LKS untuk melihat apa saja KPS dikembangkan.
c. Menghitung jumlah skor dan menganalisisnya.
3. Tahap akhir, meliputi:
a. Pengolahan data hasil analisis dengan menghitung jumlah skor yang diperoleh dari data tingkat kesesuaian materi dengan KD pada LKS yang dianalis
b. Penghitungan presentase tingkat kesesuaian materi dengan KD pada LKS yang dianalisis.
c. Melakukan pendataan terhadap indikator muatan KPS yang muncul pada LKS dan menganalisisnya.
E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data Penelitian
Data penelitian ini berupa data kuantitatif yakni banyaknya jumlah skor yang diperoleh dari hasil penskoran terhadap kesesuaian materi LKS dengan kompetensi dasar dan indikator muatan KPS yang dikembangkan dalam LKS.
(28)
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik non tes, yaitu dengan model pengisian lembar observasi. Lembar observasi tersebut digunakan untuk
menentukan LKS yang dianalisis mengenai kesesuaian materi dengan KD dan muatan KPS yang dikembangkan dalam LKS.
F. Teknik Analisis Data
Analisis kesesuaian materi dalam LKS dengan KD
Data yang diperoleh berupa LKS yang digunakan oleh guru dianalisis kesesuaian materi dalam LKS dengan kompetensi dasar. LKS yang
digunakan dianalisis kesesuaian materi dalam LKS dengan kompetensi dasar dengan cara memberikan skor 1 (satu) jika sesuai dengan kompetensi dasar tersebut dan 0 (nol) jika tidak sesuai. Data yang diperoleh dari analisis LKS berupa data kuantitatif yang kemudian diubah menjadi data kualitatif. Adapun rumus yang digunakan dalam menganalisis LKS yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Untuk analisis deskriptif persentase adalah : % = n
N× 100%
Keterangan : n = skor yang diperoleh sampel
N = skor yang semestinya diperoleh sampel % = kesesuaian materi dalam LKS dengan KD
(29)
26
b)Menganalisis data penelitian yakni aspek kesesuaian materi dengan kompetensi dasar dengan menggunakan analisis persentase. Hasil perhitungan dalam bentuk persentase diinterpretasikan dengan kriteria tingkat kesesuaian materi dalam LKS dengan KD kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Untuk mengetahui kriteria hasil perhitungan dilihat berdasarkan tabel berikut.
Tabel 2. Kriteria tingkat kesesuaian materi dalam LKS dengan kompetensi dasar
No Interval Kategori
1 76 % - 100 % Tinggi
2 55 % - 75 % Sedang
3 40 % - 55 % Rendah
4 0 % - 39 % Kurang
Sumber: Arikunto (1988:86)
Analisis data jenis keterampilan proses sains dalam LKS a) Menentukan LKS yang dianalisis
b) Mendata indikator KPS yang muncul pada LKS untuk melihat apa saja indikator KPS dikembangkan oleh LKS. Indikator muatan KPS yang dikembangkan meliputi keterampilan melakukan pengamatan (observasi), keterampilan menafsirkan pengamatan (interpretasi), keterampilan proses berkomunikasi, keterampilan meramalkan (prediksi), keterampilan menerapkan konsep/ prinsip, keterampilan proses sains mengajukan pertanyaan, keterampilan proses
berhipotesis, keterampilan merencanakan percobaan, dan keterampilan menggunakan alat dan bahan.
(30)
c) Menghitung persentase jumlah indikator muatan KPS yang muncul pada setiap KD dengan menggunakan rumus:
% =s
S× 100%
Keterangan : s = jumlah seluruh indikator muatan KPS yang muncul pada setiap KD
S = jumlah seluruh indikator muatan KPS yang diharapkan pada setiap KD
d) Menghitung persentase masing-masing indikator muatan KPS yang muncul pada setiap LKS dengan menggunakan rumus:
% = t
T× 100%
Keterangan : t = jumlah total masing-masing indikator muatan KPS pada LKS
T = jumlah total KD pada LKS yang ingin dicapai e) Menghitung rata-rata persentase untuk masing-masing indikator muatan KPS yang muncul pada setiap LKS dengan menggunakan rumus:
% =q
Q× 100%
Keterangan : q = jumlah persentase masing-masing indikator muatan KPS yang muncul pada setiap LKS Q = jumlah LKS
f) Menganalisis data penelitian yakni aspek indikator muatan KPS yang dikembangkan dalam LKS dengan menggunakan analisis persentase. Hasil perhitungan dalam bentuk persentase
diinterpretasikan dengan kriteria tingkat persentase indikator muatan KPS dalam LKS kemudian ditafsirkan dengan kalimat
(31)
28
yang bersifat kualitatif. Untuk mengetahui kriteria hasil perhitungan dilihat berdasarkan tabel.
Tabel 3. Kriteria tingkat persentase indikator muatan KPS dalam LKS
No Interval Kategori
1 76 % - 100 % Tinggi
2 55 % - 75 % Sedang
3 40 % - 55 % Rendah
4 0 % - 39 % Kurang Sumber: Arikunto (1988:86)
G. Alur Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Analisis kesesuaian materi dengan KD dan indikator muatan KPS yang dikembangkan dalam LKS
Menyusun instrumen analisis kesesuaian materi dengan KD dan muatan KPS yang
dikembangkan dalam LKS
Survei mengenai buku LKS yang banyak digunakan oleh SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu
Buku LKS yang diteliti
Pengumpulan data
Pengolahan dan analisis
(32)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Materi pada ketiga buku LKS Biologi yaitu kelas X, XI dan XII semester 1 yang digunakan oleh 50% SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu sesuai dengan KD yang ingin dicapai dan termasuk ke dalam kategori tinggi. 2. LKS Biologi Quadra telah mengembangkan muatan KPS dan termasuk ke
dalam kategori rendah.
B. Saran
Dalam penelitian ini terdapat kekurangan-kekurangan sehingga peneliti menyarankan sebaiknya melakukan penelitian LKS dari suatu sekolah tetapi dengan kelas yang berbeda.
(33)
DAFTAR PUSTAKA
.
Arikunto, S. 1988. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta : Jakarta.
Azhar, L. 1993. Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Usaha Nasional : Surabaya. Dahar, R. W. 1985. Kesiapan Guru Mengajarkan Sains di Sekolah Dasar Ditinjau dari
Pengembangan Keterampilan Proses Sains. UPI : Bandung.
Darkuni, N. 2010. Pengembangan Bahan Ajar Bidang Studi Biologi. FMIPA Universitas Negeri Malang: Malang.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
________. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
Dewiana, R. 2001. Analisis Relevansi LKS dengan GBPP Biologi SMU. UPI : Bandung. Dhari, HM dan Haryono. AP. 1998. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud: Malang. Indrianto. 1998. Pemanfaatan Lembar Kerja Siswa dalam Pengajaran Sebagai
Upaya Peningkatan Prestasi Belajar. IKIP Semarang: Semarang. Kamriantiramli. 2011. Keterampilan Proses Sains (Online).
http://kamriantiramli.wordpress.com/2011/03/21/keterampilan-proses-sains/, diakses tanggal 21 september 2012.
Madjid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). PT Remaja Rosdakarya : Bandung.
Nuryanti, N. 2013. Analisis Keterampilan Proses Sains dalam LKS Biologi SMA yang digunakan di Wilayah Kota Yogyakarta. (Skripsi). Universitas Negeri
Yogyakarta : Yogyakarta. http//:journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel. 24 Desember 2013 (10.45 WIB).
(34)
Purwandono, E. 2000. Penerapan Pertanyaan Produktif dalam Mengembangkan Keteramilan Proses Sains Siswa pada Pembelajaran Konsep Pemencaran organisme. UPI : Bandung.
Rustaman, A, dan A. R.Wulan. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi. Universitas Terbuka: Bandung.
Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. UM Press : Malang.
Saptono, S. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Universitas Negeri Semarang: Semarang.
Semiawan, C. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. P.T. Gramedia Widiasarana Indonesia : Jakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. CV AFABETA : Bandung.
(1)
26
b)Menganalisis data penelitian yakni aspek kesesuaian materi dengan kompetensi dasar dengan menggunakan analisis persentase. Hasil perhitungan dalam bentuk persentase diinterpretasikan dengan kriteria tingkat kesesuaian materi dalam LKS dengan KD kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Untuk mengetahui kriteria hasil perhitungan dilihat berdasarkan tabel berikut.
Tabel 2. Kriteria tingkat kesesuaian materi dalam LKS dengan kompetensi dasar
No Interval Kategori
1 76 % - 100 % Tinggi
2 55 % - 75 % Sedang
3 40 % - 55 % Rendah
4 0 % - 39 % Kurang
Sumber: Arikunto (1988:86)
Analisis data jenis keterampilan proses sains dalam LKS a) Menentukan LKS yang dianalisis
b) Mendata indikator KPS yang muncul pada LKS untuk melihat apa saja indikator KPS dikembangkan oleh LKS. Indikator muatan KPS yang dikembangkan meliputi keterampilan melakukan pengamatan (observasi), keterampilan menafsirkan pengamatan (interpretasi), keterampilan proses berkomunikasi, keterampilan meramalkan (prediksi), keterampilan menerapkan konsep/ prinsip, keterampilan proses sains mengajukan pertanyaan, keterampilan proses
berhipotesis, keterampilan merencanakan percobaan, dan keterampilan menggunakan alat dan bahan.
(2)
27
c) Menghitung persentase jumlah indikator muatan KPS yang muncul pada setiap KD dengan menggunakan rumus:
% =s
S× 100%
Keterangan : s = jumlah seluruh indikator muatan KPS yang muncul pada setiap KD
S = jumlah seluruh indikator muatan KPS yang diharapkan pada setiap KD
d) Menghitung persentase masing-masing indikator muatan KPS yang muncul pada setiap LKS dengan menggunakan rumus:
% = t
T× 100%
Keterangan : t = jumlah total masing-masing indikator muatan KPS pada LKS
T = jumlah total KD pada LKS yang ingin dicapai e) Menghitung rata-rata persentase untuk masing-masing indikator muatan KPS yang muncul pada setiap LKS dengan menggunakan rumus:
% =q
Q× 100%
Keterangan : q = jumlah persentase masing-masing indikator muatan KPS yang muncul pada setiap LKS Q = jumlah LKS
f) Menganalisis data penelitian yakni aspek indikator muatan KPS yang dikembangkan dalam LKS dengan menggunakan analisis persentase. Hasil perhitungan dalam bentuk persentase
diinterpretasikan dengan kriteria tingkat persentase indikator muatan KPS dalam LKS kemudian ditafsirkan dengan kalimat
(3)
28
yang bersifat kualitatif. Untuk mengetahui kriteria hasil perhitungan dilihat berdasarkan tabel.
Tabel 3. Kriteria tingkat persentase indikator muatan KPS dalam LKS
No Interval Kategori 1 76 % - 100 % Tinggi
2 55 % - 75 % Sedang
3 40 % - 55 % Rendah
4 0 % - 39 % Kurang Sumber: Arikunto (1988:86)
G. Alur Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Analisis kesesuaian materi dengan KD dan indikator muatan KPS yang dikembangkan dalam LKS
Menyusun instrumen analisis kesesuaian materi dengan KD dan muatan KPS yang
dikembangkan dalam LKS
Survei mengenai buku LKS yang banyak digunakan oleh SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu
Buku LKS yang diteliti
Pengumpulan data
Pengolahan dan analisis
(4)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Materi pada ketiga buku LKS Biologi yaitu kelas X, XI dan XII semester 1 yang digunakan oleh 50% SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu sesuai dengan KD yang ingin dicapai dan termasuk ke dalam kategori tinggi. 2. LKS Biologi Quadra telah mengembangkan muatan KPS dan termasuk ke
dalam kategori rendah.
B. Saran
Dalam penelitian ini terdapat kekurangan-kekurangan sehingga peneliti menyarankan sebaiknya melakukan penelitian LKS dari suatu sekolah tetapi dengan kelas yang berbeda.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
.
Arikunto, S. 1988. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta : Jakarta.
Azhar, L. 1993. Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Usaha Nasional : Surabaya. Dahar, R. W. 1985. Kesiapan Guru Mengajarkan Sains di Sekolah Dasar Ditinjau dari
Pengembangan Keterampilan Proses Sains. UPI : Bandung.
Darkuni, N. 2010. Pengembangan Bahan Ajar Bidang Studi Biologi. FMIPA Universitas Negeri Malang: Malang.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
________. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
Dewiana, R. 2001. Analisis Relevansi LKS dengan GBPP Biologi SMU. UPI : Bandung. Dhari, HM dan Haryono. AP. 1998. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud: Malang. Indrianto. 1998. Pemanfaatan Lembar Kerja Siswa dalam Pengajaran Sebagai
Upaya Peningkatan Prestasi Belajar. IKIP Semarang: Semarang. Kamriantiramli. 2011. Keterampilan Proses Sains (Online).
http://kamriantiramli.wordpress.com/2011/03/21/keterampilan-proses-sains/, diakses tanggal 21 september 2012.
Madjid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). PT Remaja Rosdakarya : Bandung.
Nuryanti, N. 2013. Analisis Keterampilan Proses Sains dalam LKS Biologi SMA yang digunakan di Wilayah Kota Yogyakarta. (Skripsi). Universitas Negeri
Yogyakarta : Yogyakarta. http//:journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel. 24 Desember 2013 (10.45 WIB).
(6)
62
Purwandono, E. 2000. Penerapan Pertanyaan Produktif dalam Mengembangkan Keteramilan Proses Sains Siswa pada Pembelajaran Konsep Pemencaran organisme. UPI : Bandung.
Rustaman, A, dan A. R.Wulan. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi. Universitas Terbuka: Bandung.
Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. UM Press : Malang.
Saptono, S. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Universitas Negeri Semarang: Semarang.
Semiawan, C. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. P.T. Gramedia Widiasarana Indonesia : Jakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. CV AFABETA : Bandung.