Keterampilan Proses Sains Pada Lks Biologi Yang Digunakan Man Se-Jakarta Selatan
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)
Oleh Wiwin Pratiwi NIM 108016100004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1434 H./ 2013 M
(2)
(3)
(4)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Wiwin Pratiwi
Tempat/Tgl lahir : 17 November 1990
NIM : 108016100004
Jurusan/ Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi
Judul Skripsi : “ Keterampilan Proses Sains pada LKS Biologi yang digunakan Madrasah Aliyah Negeri Se- Jakarta Selatan”
Dosen Pembimbing : 1. Ir. Mahmud Maratua Siregar, M.Si 2. Yanti Herlanti, M.Pd
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 27 Mei 2013 Mahasiswa Ybs,
Matrai 6000
Wiwin Pratiwi 108016100004
(5)
iii
tercurahkan kepada seluruh hamba-Nya. Penulis senantiasa memanjatkan puji syukur kepada-Nya atas segala nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga. Dengan nikmat iman dan islam, sehat wal’afiat, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keterampilan Proses Sains Pada LKS Biologi yang digunakan MAN Se-Jakarta Selatan”
Salawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengarahkan umatnya kepada jalan kebenaran dan untuk menuju cahaya kemuliaan. Semoga Allah mencurahkan salawat dan salam kepada beliau, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga di hari kemudian.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada orang-orang yang telah mendukung dan membantu atas terselesainya skripsi ini, orang-orang tersebut adalah:
1. Bapak Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, MA selaku dekan fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc selaku ketua jurusan pendidikan IPA UIN Syarif Hidayatullah
3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd selaku sekretaris jurusan pendidikan IPA 4. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd selaku ketua program studi pendidikan biologi 5. Bapak Ir. Mahmud Maratua Siregar, M.Si selaku pembimbing satu yang
telah memberikan pencerahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi
6. Ibu Yanti Herlanti, M.Pd selaku pembimbing dua yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi
(6)
iv
9. Muhammad Ishari Magek Sutan, ST suami tersayang yang senantiasa mendukung serta mendoakan penulis
10. Seluruh Keluarga besar H. Uhmid (alm) dan Keluarga besar Drs. H. Amarullah(alm) yang telah memberikan semangat dan doa selama penyusunan skripsi ini.
11. Teman – teman kosan bunga ( Lia Kurniawati, Aan, irma, Mukromah, Wulan, Nurhabibah, Tias, Sarah, niken, yusra) yang telah memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
12. Teman – teman Biologi A dan Biologi B( Sifat, Lala, Kiki, Vivi, Fiqih, Trisu, Haris, Afan, Tifa, Indar, Fitri, Aisah) yang telah memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata teriring do’a semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan orang-orang yang penulis sebutkan di atas mendapat ganjaran yang setimpal dari Allah Subhanallahu Wata’ala.
Jakarta, 09 April 2012
(7)
v
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Teoritis ... 7
1. Lembar Kerja Siswa ... 7
a. Pengertian Lembar Kerja Siswa ... 7
b. Fungsi Lembar Kerja Siswa ... 8
c. Tujuan penyusunan Lembar Kerja Siswa ... 11
d. Cara Penggunaan Lembar Kerja Siswa... 12
2. Keterampilan Proses Sains ... 13
a. Perlunya Pembelajaran Keterampilan Proses Sains ... 15
b. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains ... 16
c. Keterampilan Proses Sains dalam Praktikum ... 23
d. Peranan Guru dalam Mengembangkan Keterampilan Proses Sains .. 23
e. Keunggulan dan Kelemahan Keterampilan Proses Sains ... 24
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 24
(8)
vi BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
B. Metode Penelitian ... 27
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
D. Rancangan Penelitian ... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ... 29
F. Instsrumen Penelitian ... 29
G. Teknis Analisis dan Pengolahan Data ... 31
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian ... 33
B. Pembahasan .. ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60
B. Implikasi ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62
(9)
vii
2.2 Aspek keterampilan proses sains dan indikatornya menurut Harlen dan
Rustaman ... 21
3.1 Data LKS biologi yang digunakan Madrasah Aliyah Negeri Se-Jakarta Selatan 28 3.2 Instrumen untuk mengukur keterampilan proses sains ... 30
3.3 Kriteria Interpretasi Skor ... 31
3.4 Tabel kontigensi kesepakatan ... 32
4.1 Hasil analisis LKS antar Pengamat 1, 2, dan 3 ... 33
4.2 Persentase kemunculan keterampilan proses sains untuk setiap LKS yang dianalisis ... 41
4.3 Persentase pada setiap Aspek Keterampilan Proses Sains ... 42
4.4 Hasil observasi pada MAN B, D, dan E ... 42
4.5 Tabel kesepakatan pengamat 1 dan 2 ... 43
4.6 Tabel kesepakatan pengamat 1 dan 3 ... 44
(10)
viii
4.1 Grafik Hasil Analisis Lks pada Aspek Observasi ... 35
4.2 Grafik Hasil Analisis Lks pada Aspek Klasifikasi ... 35
4.3 Grafik Hasil Analisis Lks pada Aspek Interpretasi... 36
4.4 Grafik Hasil Analisis Lks pada Aspek Mengajukan pertanyaan ... 37
4.5 Grafik Hasil Analisis Lks pada Aspek Berhipotesis ... 37
4.6 Grafik Hasil Analisis Lks pada Aspek Merencanakan percobaan ... 38
4.7 Grafik Hasil Analisis Lks pada Aspek Menggunakan alat dan bahan ... 38
4.8 Grafik Hasil Analisis Lks pada Aspek Menerapkan konsep ... 39
(11)
1 A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan pengetahuan ilmiah, yang berupa pengetahuan dan telah mengalami uji kebenaran. Uji kebenaran yang dilakukan melalui metode ilmiah, diantaranya harus objektif, metodik, sistematis, universal dan tentative. 1
Ilmu pengetahuan alam merupakan sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.2 Dalam hal ini, ilmu pengetahuan alam berkenaan dengan cara mencari tahu mengenai gejala alam secara sistematis. Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa ilmu pengetahuan alam bukan hanya produk tetapi juga proses.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) mencakup Biologi sebagai salah satu disiplin ilmu. Biologi termasuk ke dalam pelajaran IPA yang mulai diajarkan di tingkat Sekolah Dasar (SD). Lingkup materi yang mencakup biologi sering dimasukan ke dalam ilmu-ilmu yang mengkaji tentang manusia, selain ilmu lain, yakni sosiologi dan psikologi. Akan tetapi, biologi juga termasuk ke dalam studi tentang alam, seperti astronomi, geologi, fisika, dan kimia. 3 Terlibatnya biologi ke dalam ilmu lain, memiliki keunikan tersendiri dalam bidang yang dikaji oleh ilmu tersebut.
Sains adalah sebuah pencarian untuk pengetahuan4 Biologi sebagai salah satu cabang sains merupakan sebuah proses dan produk. Proses yang
1
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet 1, h. 46.
2
BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: BSNP, 2006), h. 459
3
Nuryani Y Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi, ( Malang : UM Press, 2005), h 12
4
J.N.Ambross, A case study of the implementation of science process skills for Grades 4 to 7 learners in Natural Sciences in a South African Primary School, (Metropolitan University, Januari 2011), h. 23.
(12)
dimaksud di sini adalah proses melalui kerja ilmiah, yaitu kritis terhadap masalah, sehingga peserta didik mampu merasakan adanya masalah, menggembangkan hipotesis atau pertanyaan-pertanyaan, merancang percobaan atau melakukan pengamatan untuk menjawab pertanyaan dan menarik kesimpulan. Produk dalam IPA adalah konsep-konsep, azas, prinsip, teori dan hukum. Proses melalui kerja ilmiah dapat dikembangkan oleh guru, antara lain melalui pendekatan keterampilan proses sains.5
Siswa memperoleh setiap keterampilan proses sains melalui tahapan tertentu 6 Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.7 Dalam pendekatan keterampilan proses sains, siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah dan sikap kritis melalui langkah-langkah ilmiah. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran.8 Banyak siswa tidak dapat mengembangkan pemahamanya terhadap konsep-konsep tertentu, karena antara perolehan pengetahuan dan prosesnya tidak terintegrasi dan tidak memungkinkan siswa untuk menangkap makna secara fleksibel. Sebagai contoh, siswa dapat menghafalkan berbagai konsep, fakta, namun tidak dapat menggunakannya
5
Yanti Hamdiyati dan Kusnadi, profil keterampilan proses sains mahasiswa melalui pembelajaran berbasis kerja ilmiah pada matakuliah biologi , (Jurnal Pendidikan Biologi FPMIPA UPI, 2006).
6
Adnan Menderes, An investigation of the relationship between science process skills with efficient laboratory use and achievement in chemistry education, (Journal of Turkish Science Education, volume 6, issue 3 December 2009).
7
BSNP, op.cit., h. 451.
8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi standar proses pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), cet ke 5. h. 1.
(13)
untuk menjelaskan fenomena dalam kehidupan yang berhubungan dengan konsep dan fakta yang sudah di hafal tersebut. Sebagai konsekuensinya, pembelajaran biologi disekolah diharapkan mampu memberikan pengalaman kepada siswa sehingga memunkinkan siswa melakukan penyelidikan tentang fenomena biologi. 9
Belajar adalah sebuah proses yang komplek yang didalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek aspek tersebut yaitu bertambahnya jumlah pengetahuan, adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, adanya penerapan pengetahuan, menyimpulkan makna, menafsirkan dan mengkaitkannya dengan realitas dan adanya perubahan sebagai pribadi.10 Jika belajar biologi hanya diajarkan dengan hafalan, maka siswa yang mungkin memiliki pengetahuan awal tentang berbagai fenomena biologi tidak menggunakan pengetahuan mereka selama proses pembelajaran yang dikembangkan oleh guru.
Pemahaman konseptual berkorelasi sangat penting kepada kinerja di berbagai bidang tertentu dari ilmu pengetahuan. begitu juga pemahaman konseptual secara luas diakui sebagai salah satu tujuan utama dari pendidikan sains11
Belajar biologi seharusnya dapat mengakomodir kesenangan dan kepuasan intelektual bagi siswa dalam usahanya membongkar dan memperbaiki berbagai konsep yang mungkin keliru. Pembelajaran biologi akan lebih bermakna jika memungkinkan siswa menjalani perubahan konsepsi.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disertai arus globalisasi yang cepat, menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber informasi tidak munkin lagi dapat dipertahankan. Oleh karena itu pendekatan dengan starategi belajar mengajar yang berpusat pada guru tidak sesuai lagi
9
Yuningsih Anggraini S, Skripsi, Analisis LKS biologi SMP kelas VII semester 1yang
digunakan SMP negeri dikota semarang tahun pelajaran 2005/2006, Semarang
10
Eveline Siregar, Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran, 2010, Ghalia Indonesia: Bogor, h. 4.
11
Vivien Mweene Chabalengula, How Pre-service Teachers’ Understand and Perform Science Process Skills, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2012, 8(3), 167-176.
(14)
dengan perkembangan yang dihadapi dunia pendidikan. Sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan dapat mengarahkan peserta didik untuk dapat terlibat secara langsung dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 12 Dengan demikian dalam pembelajaran guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang melibatkan semua siswa serta dapat membangkitkan minat, sikap, dan kreativitas sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
Dalam merancang pembelajaran guru harus mampu mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian. Dalam pembelajaran guru harus secara penuh melaksanakan fungsinya sebagai perencana, pelaksana, dan pengevaluasi pembelajaran jika fungsi ini dipenuhi guru secara benar, berarti guru telah melaksanakan perannya, dan diharapkan akan memberi implikasi positif dalam proses pembelajaran dikelas. 13
Keberhasilan suatu pembelajaran tergantung pada pendekatan, metode, media, dan keterampilan-keterampilan yang dipilih guru dan semuanya itu harus sesuai dengan materi yang diberikan. 14 Dalam hal ini penggunaan LKS sebagai media mempermudah para guru untuk mengetahui penguasaan materi dari siswa itu sendiri. Disamping itu dapat mengaktifkan siswa dalam memacu pemahaman dan daya nalar yang dimiliki siswa.
Hampir setiap guru di berbagai sekolah menggunakan LKS sebagai sarana atau acuan untuk memandu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, terutama dalam kegiatan praktikum. Penggunaan LKS saat ini sangat tinggi, hampir semua siswa di tiap sekolah menggunakan LKS. Sering kali guru mewajibkan siswa mempunyai LKS. Siswa beranggapan hanya dengan memiliki LKS saja sudah cukup. Ini membuktikan fungsi LKS sudah mulai
12
Yanti Hamdiyati, op.cit., jurnal pendidikan biologi FPMIPA UPI, 2006.
13 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet 1, h. 165.
14 Nuryani Y Rustaman, dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi, Cetakan 1 ( Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), h.110
(15)
bergeser yang awalnya hanya sebagai pemandu siswa, justru dijadikan pedoman utama dalam belajar.
Hasil wawancara pada beberapa madrasah aliyah, guru banyak menggunakan LKS sebagai sarana untuk mengaktifkan siswa dan penggunaanya melebihi buku referensi. Hasil observasi terhadap LKS yang digunakan pada beberapa madrasah aliyah merupakan LKS praktikum yang memiliki beberapa komponen diantaranya tujuan, alat dan bahan, langkah kerja, hasil pengamatan, serta latihan soal. Apakah LKS yang digunakan dapat mengembangkan keterampilan proses sains? Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) yang di gunakan Madrasah Aliyah Negeri Se Jakarta Selatan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Tidak semua LKS dapat mengembangkan keterampilan proses.
2. Fungsi LKS sudah mulai bergeser yang awalnya hanya sebagai pemandu siswa, justru dijadikan pedoman utama dalam belajar.
3. Guru lebih suka membeli LKS daripada membuat sendiri
C. Pembatasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian yang akan dilaksanakan adalah : 1. Lembar kerja siswa yang akan dianalisis adalah LKS Biologi kelas XI IPA
yang digunakan oleh MAN Se-Jakarta Selatan
2. Analisis LKS dibatasi pada konsep yang di sesuaikan dengan pembelajaran pada masing masing sekolah.
3. Mendeskripsikan keterampilan proses sains (KPS) yang ada dalam kalimat maupun soal di LKS sesuai dengan kriteria yang dijadikan tolok ukur untuk kesesuaian dengan keterampilan proses sains (KPS), dan membuat pernyataan tertulis berdasarkan pola yang berasal dari data berbagai sumber. Perangkat alat ukur yang dipergunakan disusun berdasarkan
(16)
instrumen yang memuat pengembangan keterampilan proses sains yang telah divalidasi oleh tim pakar (dosen).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada halaman sebelumnya, maka disusunlah suatu rumusan masalah yang akan dicari pemecahan masalahnya, yaitu :
“Bagaimanakah keterampilan proses sains pada lembar kerja siswa (LKS) biologi yang digunakan MAN Se-Jakarta selatan?”
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keterampilan proses sains pada LKS Biologi kelas XI yang digunakan MAN Se-Jakarta Selatan tahun pelajaran 2012/2013
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yaitu:
1. Bagi guru, harapannya hasil penelitian ini dapat memberikan evaluasi terhadap pengguna LKS yang ada di sekolah
2. Bagi pengembang (penerbit) LKS, harapanya hasil penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan LKS
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk meneliti lebih lanjut mengenai kemampuan keterampilan proses sains yang dapat dikembangkan dalam lembar kerja siswa.
(17)
7 A. Deskripsi Teoritis
1. Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian LKS
Lembaran kerja siswa (LKS) merupakan panduan bagi siswa untuk mengerjakan pekerjaan tertentu yang dapat meningkatkan dan memperkuat hasil belajar. Jenis pekerjaan yang dimasukan ke dalam lembaran kerja siswa dapat berupa pengerjaan soal-soal atau pertanyaan latihan. Perintah untuk mengumpulkan data, membuat sesuatu, dan semacamnya yang bertujuan mendorong kreativitas dan pengembangan imajinasi siswa.1 Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pelajaran apa saja.
Lembar kerja siswa merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, siswa juga akan mendapatkan arahan yang terstuktur untuk memahami materi yang diberikan. 2Sehingga mampu memberi penguatan terhadap hasil belajar siswa dengan kegiatan mengerjakan lembaran kerja siswa. Pengerjaan lembaran kerja siswa bisa dilakukan secara perorangan atau kelompok. Dengan demikian kemampuan siswa dapat diketahui, dan penguatan serta umpan balik pun dapat dirasakan secara perorangan atau kelompok pula. Dengan disediakan lembaran kerja siswa, pemberian umpan balik dapat dilakukan secara terus menerus, sehingga dorongan untuk belajar yang
1
Abdul Madjid, perencanaan pembelajaraan, ( Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2009), h. 171.
2
(18)
bersifat intristik dapat terpelihara pada diri siswa, hal ini sangat penting dalam upaya meningkatkan keefektifan belajar. Dalam LKS memuat materi pokok yang harus dipelajari, difahami, dan dikuasai oleh siswa. Penggunaan LKS dalam proses belajar dapat melatih siswa dalam menemukan konsep, mengaktifkan siswa dalam memacu pemahaman dan daya nalar dalam menguasai materi dalam suatu pelajaran serta mengembangkan keterampilan proses sains Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Izzaak H Wenno bahwa LKS yang disusun dengan baik, dan mengembangkan keterampilan proses sains siswa memperoleh hasil belajar yang baik. selain itu sebuah LKS dapat membantu guru dalam mencapai kompetensi yang ingin dicapai dalam kurikulum dan dapat mengembangkan keterampilan proses sains dengan tuntutan kurikulum dan karakteristik dari materi yang diajarkan.
b. Fungsi LKS
Berdasarkan pengertian dan penjelasan awal mengenai LKS pada bagian sebelumnya, dapat diketahui bahwa LKS memiliki setidaknya empat fungsi sebagai berikut: 3
1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik;
2) Sebagai bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk memahami materi yang diberikan;
3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih ; serta 4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik
Dengan demikian fungsi LKS untuk siswa adalah sebagai sarana belajar baik di kelas, di ruang praktek maupun di luar kelas sehingga siswa berpeluang besar untuk mengembangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan, dan melatih keterampilan.
3
(19)
Mengenai kegunaan LKS bagi kegiatan pembelajaran, tentu saja ada cukup banyak kegunaan untuk guru salah satunya melalui LKS guru mendapatkan kesempatan untuk memancing peserta didik agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas. 4
LKS juga merupakan media pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. LKS menjadi sumber belajar dan media pembelajaran tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dirancang.
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.5 Menurut Briggs bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.6 Buku, film, majalah, LKS, dan sejenisnya yang dapat digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran dalam menyajikan atau menyerap mata pelajaran. Belajar dengan menggunakan media memungkinkan siswa belajar dengan panca inderanya. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis. Dalam menyiapkanya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai /tidaknya sebuah kompetensi dasar dikuasai oleh peserta didik. 7 Selain itu seorang guru yang profesional akan berupaya agar siswanya belajar secara bermakna, Belajar secara bermakna baru akan dialami siswa apabila siswa terlibat secara aktif.
4 Andi Prastowo, panduan kreatif…( Jogjakarta : Diva press, 2011), Cet. 1. h. 206
5
Arief sadiman,dkk, media pendidikan, ( Jakarta : pustekkom dikbud dan CV rajawali, 1986), h 7
6
Ibid, h. 6
7
(20)
Umumnya kerangka LKS terdiri dari: judul kegiatan, tujuan kegiatan, alat dan bahan yang digunakan, langkah kerja dan sejumlah pertanyaan. Adapun ciri ciri yang dimiliki oleh suatu LKS menurut Rustaman adalah:
1) Memuat semua petunjuk yang perlu bagi siswa
2) Petunjuk ditulis dalam bentuk sederhana dengan kalimat singkat dan penggunaan kalimat dan kosakata yang sesuai dengan umur dan kemampuan penggunaan
3) Berisi pertanyaan pertanyaan yang harus diisi oleh siswa
4) Adanya ruang kosong untuk menulis jawaban serta penemuan siswa 5) Member catatan yang jelas bagi siswa atas apa yang dilakukan 6) Membuat gambar yang sederhana dan jelas
Syarat-syarat LKS yang baik menurut darmojo dan kaligis (1992) Adalah Syarat- syarat didaktik, konstruksi, dan teknis. Adapun Syarat- syarat didaktik yang mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa. Syarat konstruksi yaitu dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS dan Syarat teknis menekankan pada tulisan, gambar, penampilan dalam LKS. 8
Kualitas LKS biologi yang disusun juga harus memenuhi aspek- aspek penilaian diadaptasi dari Endang Widjajanti yang meliputi :
Aspek Pendekatan Penulisan yaitu: Menekankan keterampilan proses, Menghubungkan ilmu pengetahuan, teknologi dengan
8
Eli Rohaeti, Endang Widjajanti LFX,dan Regina Tutik Padmaningrum, pengembangan lembar kerja siswa (lks) mata pelajaran sains kimia untuk smp kelas vii, viii, dan ix 1), artikel penelitian,
(21)
kehidupan, mengajak siswa aktif dalam pembelajaran. Aspek kebenaran lonsep biologi yaitu : Kesesuaian konsep dengan konsep yang dikemukakan oleh ahli biologi, kebenaran susunan materi tiap bab dan prasyarat yang digunakan. Aspek kedalaman lonsep yaitu : Muatan latar belakang sejarah penemuan konsep, hukum, atau fakta, kedalaman materi sesuai dengan kompetensi siswa berdasarkan kurikulum KTSP. Aspek keluasan konsep : Kesesuaian konsep dengan materi pokok dalam kurikulum KTSP, hubungan konsep dengan kehidupan sehari-hari, informasi yang dikemukakan mengikuti perkembangan zaman. Aspek kejelasan kalimat yaitu: Kalimat tidak menimbulkan makna ganda, kalimat yang digunakan mudah dipahami.
Aspek kebahasaan yaitu: Bahasa yang digunakan mengajak siswa interaktif, Bahasa yang digunakan baku dan menarik, aspek penilaian hasil belajar yaitu: Mengukur kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, mengukur kemampuan siswa secara mendalam dan berdasarkan standar kompetensi yang ditentukan oleh kurikulum KTSP. Aspek kegiatan siswa / percobaan biologi yaitu : Memberikan pengalaman langsung, mendorong siswa menyimpulkan konsep, hukum atau fakta, kesesuaian kegiatan siswa / percobaan biologi dengan materi pelajaran dalam kurikulum KTSP SMP. Aspek keterlaksanaan: Materi pokok sesuai dengan alokasi waktu di sekolah, kegiatan siswa / percobaan biologi dapat dilaksanakan. Aspek penampilan fisik: Desain yang meliputi konsistensi, format, organisasi, dan daya tarik buku baik, kejelasan tulisan dan gambar, penampilan fisik buku dapat mendorong minat baca siswa.
Apabila LKS disusun secara rapi, sistematis, mudah difahami, akan menumbukan kepercayaan diri, meningkatkan motivasi, dan rasa ingin tahu siswa, mempermudah penyelesaian tugas perseorangan, kelompok, karena siswa dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kecepatan belajarnya. Kualitas LKS yang baik sangat penting untuk peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
c. Tujuan penyusunan lembaran kerja siswa
Adapun tujuan penyusunan lembaran kerja siswa, antara lain: 9
1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan;
9
(22)
2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan;
3) Melatih kemandirian belajar siswa;
4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa.
Sejumlah LKS telah dikembangkan dalam rangka memberi kemudahan guru untuk menerapkan prinsip-prinsip IPA.10 Peranan LKS sangat besar dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga mempengaruhi hasil belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran biologi dapat membantu guru untuk mengarahkan siswanya menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri.
Sesuai dengan pendapat Purwanto yang dukutip oleh A.Rusmiyati (1999) adalah kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah kesempatan siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, misalnya kesempatan untuk melakukan percobaan. Penyelidikan atau percobaan dapat melatih siswa untuk memperoleh keterampilan proses sains.11 LKS juga dapat mengembangkan ketrampilan proses, meningkatkan kreativitas siswa dan dapat mengoptimalkan hasil belajar.
d. Cara menggunakan lembaran kerja siswa
Cara atau langkah-langkah dalam menggunakan lembaran kerja siswa adalah sebagai berikut:
1) Cara menggunakan lembaran kerja siswa sebelum proses pembelajaran adalah guru menetapkan bahwa lembaran kerja siswa itu bisa dikerjakan secara individual, berpasangan, atau berkelompok. Materi
10
Elok sudibyo, Respon siswa sltp khodijah surabaya terhadap kegiatan ujicoba perangkat
pembelajaran ipa terpadu, jurnal pendidikan dasar, vol. 6, NO. 2, 2005: 61 - 118 11
A. Rusmiyati , A. Yulianto, peningkatan keterampilan proses sains dengan menerapkan model problem based-instruction, jurnal pendidikan fisika Indonesia, 2009
(23)
pembelajaran untuk setiap kegiatan siswa dipilih dan ditentukan oleh guru sesuai dengan kekhasan dan tingkat kesulitan materi.
2) Guru memberikan arahan tentang cara mengerjakan lembaran kerja siswa lalu menugaskan kepada siswa untuk mengerjakan lembaran kerja siswa sesuai dengan pokok bahasan/sub pokok bahasan yang akan dipelajarinya.
3) Pada saat siswa mengerjakan tugas, latihan, kegiatan lembaran kerja siswa, hendaknya guru memberikan bimbingan dan tuntunan (bukan menunjukan) sehingga siswa dapat menemukan konsep hasil belajarnya secara mandiri.
4) Pada akhir proses pembelajaran, guru bersama siswa membahas hasil pengerjaan lembaran kerja siswa.
5) Agar pengerjaan lembaran kerja siswa lebih bermakna, diharapkan guru memberikan komentar atau tanggapan yang positif terhadap hasil kerja siswa. jika siswa melakukan kesalahan dalam mengerjakan lembaran kerja siswa akan segera diperbaiki. Sebaiknya jika benar dalam mengerjakan lembaran kerja siswa akan mendorong semangat untuk mengerjakan kegiatan yang berikutnya.
LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan.
2. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains merupakan kemampuan berpikir untuk membangun pengetahuan dalam memecahkan masalah sehingga merumuskan hasil.12 Proses pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses adalah proses belajar mengajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, dan teori-teori. Dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa itu
12 Sinan Ozgelen, Students’ Science process skills within a cognitive domain framework, Journal of mathematics, science & Technology education, 2012, 8(4), 283-2-92
(24)
sendiri, siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan dan /atau pengalaman-pengalaman ilmiah yang tak berbeda dengan apa yang dialami oleh ilmuan, Berpikir dan bersifat seperti halnya ilmuan bersikap.13 menekankan sikap seperti kejujuran, pikiran terbuka dan kritis, rasa ingin tahu yang mencirikan para ilmuan.14
Menurut Sagala, pendekatan keterampilan proses merupakan suatu pendekatan pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa dalam ikut serta menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. 15
Guru memiliki posisi sentral dalam mengembangkan keterampilan proses sains. Desain pembelajaran yang melibatkan keterampilan proses sains berarti memberi kesempatan siswa untuk mengobservasi, interpretasi, klasifikasi, menggeneralisasi sebelum konsep baru diterimanya atau memperkuat konsep yang telah diyakini siswa. dengan demikian pembelajaran siswa melalui keterampilan proses sains ini dapat meningkatkan pemahaman siswa lebih bermakna. Belajar sains atau biologi secara bermakna baru akan dialami siswa apabila siswa terlibat aktif secara intelektual, manual, dan sosial. Pengembangan keterampilan proses sains sangat ideal dikembangkan apabila guru memahami hakikat belajar sains, yaitu sains sebagai proses dan produk. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung, sebagai pengalaman belajar, dan disadari ketika kegiatannya sedang berlangsung. Namun apabila dia sekedar melaksanakan tanpa menyadari apa yang sedang dikerjakannya, maka perolehannya kurang bermakna dan memerlukan waktu lama untuk menguasainnya. Kesadaran tentang apa yang sedang dilakukanya, serta keinginan untuk melakukannya dengan tujuan untuk menguasainya adalah hal
13
Izaak h weno, praktikum fisika dengan menggunakan LKS competence based process skills sebagai alat evaluasi, jurnal pendidikan tahunXXXVIII, nomor 1, tahun 2008
14
Akinyemi Olufunminiyi akinbobola dan folashade afolabi, analysis of science process skills in west african senior secondary school certificate physics practical examinations in Nigeria, Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Volume 4, Number 1, 2010
(25)
yang sangat penting. 16 Oleh karena itu, guru harus mahir dalam keterampilan proses sains pada banyak tingkat, dan harus memiliki pengetahuan dan pemahaman untuk mengajarkan keterampilan proses sains.
Keterampilan proses melibatkan keterampilan- keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan, atau perakitan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan. 17
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses memberi kesempatan kepada siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga dengan adanya interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep, serta prinsip ilmu pengetahuan, akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuan pada diri siswa.
a. Perlunya pembelajaran keterampilan proses sains
1) Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga para guru tidak munkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep kepada anak didiknya.
2) Siswa mudah memahami konsep – konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh – contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan cara mempraktekan sendiri
3) Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak namun penemuannya bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu
16 Nuryani Y Rustaman, dkk. Strategi belajar mengajar biologi, cetakan 1 ( malang: universitas negeri malang, 2005) h. 86
(26)
membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Muncul lagi teori baru yang prinsipnya mengandung kebenaran relatif.
4) Proses pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dari diri anak didik.18
Beberapa alasan keterampilan proses sains diperlukan dalam pendidikan dasar dan menengah ialah:
1) Memiliki manfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan
2) Memberi bekal siswa untuk membentuk konsep sendiri dan cara bagaimana mempelajari sesuatu
3) Membantu siswa mengembangkan dirinya sendiri
4) Sangat membantu siswa yang masih berada pada taraf perkembangan berpikir konkret
5) Mengembangkan kreativitas siswa
Keterampilan proses sains dibangun dari tiga keterampilan manual, intelektual, dan sosial. Sesuai dengan karakteristik sains yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya fakta, konsep, prinsip saja namun menekankan pada penemuan. Kemampuan siswa dalam menemukan konsep perlu dibekalkan dengan kegiatan pembelajaran yang berorientasi proses (student centered). Dalam hal ini guru dapat mengembangkan keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains. 19
b. Jenis – Jenis keterampilan proses sains
Jenis – jenis keterampilan proses sains dan karakteristiknya terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain tidak bisa dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masing masing keterampilan proses tersebut.
18Conny Semiawan, dkk. Pendekatan Keterampilan Proses Sains, Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar, ( Jakarta : Gramedia, 1992), h. 17
19Zulfiani, dkk , Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2009, hl 57
(27)
Menurut Mary L. Ango keterampilan proses sains terdiri dari sebelas keterampilan yaitu, observing (observasi), classifiying (klasifikasi), inferring (menafsirkan), predicting (prediksi), communicating (komunikasi), interpreting data ( interpretasi data) , making operational definitions (menerapkan konsep), posing questions (mengajukan pertanyaan), hypothesizing (hipotesis), experimenting ( bereksperimen) dan formulating models ( membuat ekperimen).20
Menurut Zulfiani, dkk keterampilan proses sains terdiri dari sepuluh keterampilan yaitu, observasi, Menafsirkan hasil pengamatan, mengelompokan, meramalkan, keterampilan berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep, mengajukan pertanyaan, keterampilan menyimpulkan. 21
Menurut Nuryani Y. Rustaman keterampilan proses sains terdiri dari Sembilan keterampilan yaitu, observasi, menafsirkan, klasifikasi, meramalkan, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep, dan mengajukan pertanyaan. 22
Menurut Conny Semiawan keterampilan proses sains terdiri dari Sembilan keterampilan yaitu, observasi, berhipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkan, menyusun kesimpulan, meramalkan, menerapkan konsep, dan berkomunikasi.23
Menurut Wynne Harlen keterampilan proses sains terdiri dari enam keterampilan yaitu , observasi, berhipotesis, prediksi, investigasi, menarik kesimpulan, komunikasi.24
20
Mary L. Ango, Mastery of Science process Skills and their effective use in the Teaching of Science : An Educology of Science Education in the Nigerian Context, ( international Journal of Educology, Volume 16, N0 1, 2002), h 15
21
Zulfiani, dkk, Op cit .h 53
22
Nuryani Y Rustaman, dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi, Cetakan 1 ( Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), h 80
23
Conny Semiawan, dkk. Op cit h. 17
24
Whynne Harlen, Teaching and Learning: Primary Science, (London, paul Champan Publishing Ltd, 1993), h. 58
(28)
Berdasarkan yang telah diuraikan oleh para ahli diatas, maka penulis tertarik untuk memilih pendapat Zulfiani, dkk yang terdiri dari sepuluh keterampilan proses yaitu:
1) Melakukan observasi
Mengamati (observasi) merupakan keterampilan dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Keterampilan ini berhubungan dengan penggunaan secara optimal dan proporsional seluruh alat indra untuk menggambarkan obyek dan hubungan ruang waktu atau mengukur karakteristik fisik benda-benda yang diamati. Pengamatan dilakukan secara langsung dan tidak langsung (misalnya melalui perhitungan dengan menggunakan fakta-fakta hasil pengamatan). Pengamatan juga dapat dilakukan dengan alat bantu maupun tidak. penggunaan mikroskop merupakan observasi langsung dengan menggunakan alat bantu.
Dalam pendidikan IPA, pengembangan keterampilan proses sains harus memunkinkan siswa dapat melakukan pengamatan dengan menggunakan seluruh panca indra. Menggunakan indra penglihatan, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba pada waktu mengamati cirri cirri kupu kupu, semut, dan hewan lainnya yang termasuk serangga yang sangat dituntut dalam belajar IPA. Dalam kegiatan ilmiah mengamati berarti memilih fakta-fakta yang relevan dengan tugas tertentu dari hal-hal yang diamati, atau memilih fakta-fakta untuk menafsirkan peristiwa tertentu. Dengan membandingkan hal-hal yang diamati, berkembang kemampuan untuk mencari persamaan dan perbedaan. 25
2) Menafsirkan hasil pengamatan
Interpretasi meliputi keterampilan mencatat hasil pengamatan dengan bentuk angka-angka, menghubung-hubungkan hasil
25
Susiwi,dkk. Analisis keterampilan proses sains siswa SMA pada model pembelajaran praktikum D-Ei- Hd, Jurnal Pengajaran MIPA Volume 14 No.2 Oktober 2009” Diterbitkan oleh FPMIPA UPI
(29)
pengamatan, menemukan pola keteraturan dari satu seri pengamatan hingga memperoleh kesimpulan. Sedangkan inferensi adalah kesimpulan sementara terhadap data hasil observasi. Bahkan, merupakan penjelasan sederhana terhadap hasil observasi.
3) Menggelompokan
Dasar keterampilan mengklasifiksi adalah kemampuan mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara berbagai obyek yang diamati. Termasuk ke dalam jenis keterampilan ini adalah menggolong-golongkan, membandingkan, mengkontraskan, dan mengurutkan. Jadi, klasifikasi merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khusus dari objek yang dimaksud.
4) Meramalkan
Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola data yang sudah ada. Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi, membuat perkiraan atau membuat ramalan pada waktu yang akan datang pada pola atau kecenderungan tertentu atau berhubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.
5) Keterampilan berkomunikasi
Menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi atau hasil percobaan kepada orang lain termasuk keterampilan berkomunikasi. Bentuk komunikasi ini bisa dalam bentuk lisan, tulisan, grafik, tabel, diagram atau gambar. Mengkomunikasikan dapat diartikan menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk visual, verbal, dan voice.
6) Hipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Bila prediksi inferensi dan interpretasi didasarkan pada data atau pola data dan kecenderungan
(30)
dengan metode induktif, maka hipotesis didasarkan pada pemahaman suatu teori atau konsep dengan metode deduktif. Umpamanya, apabila ingin diketahui faktor faktor kecepatan tumbuh, dapat dibuat hipotesis: “ Jika diberi perlakuan pupuk, maka tanaman A akan lebih cepat tumbuh”. Dalam hipotesis tersebut terdapat dua variabel (faktor pupuk dan cepat tumbuh), ada perkiraan meningkatnya penyebabnya (meningkatkan), serta mengandung cara untuk mengujinya (diberi pupuk). Keterampilan berhipotesis dapat diartikan suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian.
7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan
Termasuk ke dalam jenis keterampilan ini adalah keterampilan menentukan alat bahan yang diperlukan untuk menguji atau menyelidiki sesuatu. Apabila dalam LKS tidak dituliskan alat dan bahan secara khusus tetapi tersirat dalam masalah yang dikemukakan, berarti siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat dan bahan untuk penyelidikan tersebut.
8) Menerapkan konsep atau prinsip
Keterampilan ini meliputi antara lain keterampilan menggunakan konsep-konsep yang telah difahami untuk menjelaskan peristiwa baru, menerapkan konsep yang dikuasai pada situasi baru atau menerapkan rumus-rumus pada pemecahan soal-soal baru. Umpamanya setelah memahami konsep pembakaran zat makanan menghasilkan kalori, barulah seorang siswa dapat menghitung jumlah kalori yang dihasilkan sejumlah gram bahan makanan yang mengandung zat makanan, apabila seorang siswa mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki, berarti ia menerapkan prinsip yang telah dipelajarinya.
9) Mengajukan pertanyaan
Keterampilan ini sebenarnya merupakan keterampilan mendasar yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut. keterampilan bertanya yang dimaksud adalah kecakapan atau
(31)
kemampuan seorang siswa dalam memperoleh pengetahuan dan mampu meningkatkan kemampuan berfikir.
10) Keterampilan menyimpulkan
Keterampilan-keterampilan proses yang dipaparkan di atas menjadi kurang begitu bermakna bagi hasil belajar siswa, terutama dalam hal penguasaan konsep, apabila tidak ditunjang dengan keterampilan menarik suatu generalisasi dari serangkaian hasil kegiatan percobaan atau penyelidikan. 26
Tabel 2.1 Aspek keterampilan proses sains dan indikatornya menurut Harlen (1992) dan Rustaman (2005)
Observasi Menggunakan sebanyak munkin indra
Menggunakan fakta relevan Klasifikasi Mencatat setiap pengamatan
Mencari perbedaan dan persamaan
Mengontraskan ciri-ciri
Membandingkan
Mencari dasar pengelompokan
Menghubungkan hasil pengamatan Interpretasi Menghubungkan hasil pengamatan
Menemukan pola dalam 1 seri pengamatan
Menyimpulkan
Prediksi Menggunakan pola/hasil pengamatan
Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati
Mengajukan pertanyaan
Bertanya apa, bagaimana, mengapa
Bertanya untuk meminta penjelasan
Berhipotesis Mengetahui bahwa ada lebih dari 1 kemunkinan
26
Zulfiani, dkk , Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2009,hl 55
(32)
penjelasan perlu diuji kebenaranya dengan memperoleh bukti
Merencanakan percobaan
Menentukan alat/bahan yang digunakan
Menentukan variabel / faktor penentu
Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat.
Menggunakan alat/bahan
Memakai alat/bahan
Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat /bahan
Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan Menerapkan
konsep
Menerapkan konsep pada situasi baru
Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi Berkomunikasi Memberikan data empiris hasil percobaan dengan
tabel /grafik/diagram
Menyampaikan laporan sistematis
Menjelaskan hasil percobaan
Membaca grafik
Mendiskusikan hasil kegiatan Eksperimentasi -
Pembelajaran berdasarkan keterampilan proses sains perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Keaktifan peserta didik didorong oleh kemampuan untuk belajar karena adanya tujuan yang ingin dicapai
2) Keaktifan peserta didik akan berkembang jika landasi dengan pendayagunaan potensi yang dimiliki
3) Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi aktivitas peserta didik. Suasana kelas harus dikelola agar dapat merangsang aktivitas dan kreativitas belajar peserta didik.
(33)
4) Dalam kegiatan pembelajaran, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar melalui bimbingan dan motivasi untuk mencapai tujuan.
c. Keterampilan Proses Sains dalam Praktikum
1) Kegiatan praktikum merupakan suatu sarana yang dapat digunakan untuk melatih peserta didik dalam melakukan keterampilan kerja laboratorium.
2) Kegiatan praktikum merupakan cara yang sesuai untuk memenuhi
tuntutan belajar sains berdasarkan hakekat sains dan melatihkan keterampilan proses sains dan inkuiri ilmiah.
3) Keterampilan yang ditampilkan dapat segera diamati dan dapat secara tepat dan reliabel dapat diukur.27
Dengan melakukan praktikum, siswa akan menjadi yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, pengembangan sikap ilmiah, mengembangkan keterampilan proses dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan peserta didik.
d. Peranan guru dalam mengembangkan keterampilan proses sains Dalam hal ini Keterampilan intelektual, dan keterampilan fisik sangat diperlukan ketika siswa berupaya untuk menerapkan gagasan mereka pada situasi baru. Tentunya hal ini perlu didukung oleh guru, atau guru berperan dalam mengembangkan keterampilan proses.
1) Dalam mengembangkan keterampilan proses peran guru dapat berupa memberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses sains pada saat melakukan ekplorasi,
2) memberi kesempatan siswa dalam berdiskusi baik dalam kelompok besar maupun kelompok kecil,
3) mendengarkan pembicaraan siswa,
27
Yusuf Hilmi Adisendjaja, Peranan praktikum dalam mengembangkan keterampilan
(34)
4) mendorong siswa untuk berpikir kritis terkait kegiatan yang mereka lakukan,
5) memberikan strategi atau teknik pembelajaran yang meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
e. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa pendekatan keterampilan proses memiliki keunggulan diantaranya:28
1) Memberikan bekal cara memperoleh pengetahuan,
2) Keterampilan proses merupakan hal yang sangat penting untuk pengembangan pengetahuan masa depan,
3) Keterampilan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berpikir dan cara memperoleh pengetahuan.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan keterampilan proses diantaranya:
1) Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan bahan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum,
2) Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakan,
3) Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancang suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan sulit, tidak setiap siswa mampu melaksanakanya.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam jurnal Susiwi telah melakukan penelitian tentang analisis keterampilan proses sains siswa SMA pada pembelajaran praktikum. Hasil yang diperoleh dikategorikan baik. Dalam penelitian tersebut untuk mengukur
28
(35)
keterampilan proses sains digunakan lembar kerja siswa (LKS) yang berisi kemampuan yang dikembangkan dalam praktikum. 29
Dalam jurnal Yanti Hamdiyanti telah melakukan penelitian tentang profil keterampilan proses sains mahasiswa melalui pembelajaran kerja ilmiah. Hasil yang diperoleh masuk kedalam kategori sedang. Dalam penelitian tersebut setiap mahasiswa diobservasi keterampilan menggunakan alat dan keterampilan mengobservasi oleh observer dengan menggunakan lembar observasi kinerja. 30
Pratiwi Pujiastuti telah melakukan penelitian tentang analisis dan studi komparatif muatan keterampilan proses sains antara buku sekolah elektronik sains dengan buku non BSE. Hasil yang diperoleh pada buku 1 Memenuhi 22 kriteria dari 41 kriteria dan buku 2 Memenuhi 34 kriteria dari 41 kriteria yang harus dipenuhi menurut kurikulum.31
Dalam jurnal Izaak H Wenno telah melakukan penelitian tentang pengembangan LKS keterampilan proses yang dikembangkan oleh siswa kelas X SMU Negeri 1 ambon. Hasil yang diperoleh dikategorikan baik. Hal ini disebabkan karena cara belajar yang diberikan guru kepada siswa sangat mempengaruhi respon dan minat dalam belajar, selanjutnya disarankan agar guru dapat menggunakan LKS keterampilan proses sebagai salah satu strategi pembelajaran di kelas dan labolatorium.32
C. Kerangka Berpikir
Mengembangkan keterampilan proses yang dimiliki siswa dapat dilakukan melalui kegiatan praktikum. Alat bantu dalam kegiatan tersebut adalah lembar kerja siswa. Lembar kerja siswa dapat dibuat dan disusun oleh guru yang
29
Susiwi,dkk. Analisis keterampilan proses sains siswa SMA pada model pembelajaran praktikum D-Ei- Hd, Jurnal Pengajaran MIPA Volume 14 No.2 Oktober 2009” Diterbitkan oleh FPMIPA UPI
30
Yanti Hamdiyati profil keterampilan proses sains mahasiswa melalui pembelajaran berbasis kerja ilmiah pada matakuliah biologi , jurnal pendidikan biologi FPMIPA UPI, 2006).
31
Pratiwi pujiastuti, Analisis dan studi komparatif muatan science process skills antara buku sekolah elektronik sains dengan buku sains non, laporan penelitian program dia bermutu. 2010
32
Izaak h weno, praktikum fisika dengan menggunakan LKS competence based process skills sebagai alat evaluasi, jurnal pendidikan tahunXXXVIII, nomor 1, tahun 2008
(36)
bersangkutan, maupun oleh penerbit. Lembar kerja siswa sebagai media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan praktikum, harus memiliki kemampuan dalam meningkatkan pemahaman siswa setelah pembelajaran berlangsung. Selain itu, sebuah lembar kerja siswa dapat membantu guru dalam mencapai kompetensi yang ingin dicapai dalam kurikulum dan dapat mengembangkan keterampilan proses sains dengan tuntutan kurikulum dan karakteristik dari materi yang diajarkan. Lembar kerja siswa keterampilan proses sains sebagai salah satu strategi pembelajaran biologi dikelas dan dilabolatorium. Hal ini merupakan salah satu bentuk proses pembelajaran biologi yang menghendaki siswa melakukan action (tindakan ) nyata dalam kehidupan sehari-hari. Komponen-komponen isi LKS tersebut haruslah sesuai dengan kriteria LKS yang baik, LKS yang baik yang digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar harus membuat siswa aktif dalam belajar aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar bisa ditingkatkan baik melalui interaksi guru/siswa atau pendayagunaan sumber belajar yang memadai.
(37)
27 A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian yang akan di teliti adalah MAN Se-Jakarta Selatan. Sedangkan waktu penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini terhitung mulai bulan Oktober - November 2012
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan melakukan survai.1
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah LKS Biologi MAN Se-Jakarta Selatan. Diantaranya LKS MAN 19 Jakarta, LKS MAN 11 Jakarta, LKS MAN 7 Jakarta, LKS MA Pembangunan UIN, LKS MAN 13 Jakarta, dan LKS MAN 4 model Jakarta.
2. Sampel
Jenis pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini purposive sampling dengan cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan pertimbangan tertentu.2 Subyek penelitian adalah LKS buatan guru dan penerbit yang digunakan Madrasah Aliyah Negeri se Jakarta selatan Yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS) yang mengandung praktikum dan konsep yang disesuaikan pada pembelajaran di bulan Oktober-November 2012. Didapatkan enam sampel yaitu LKS A, LKS B, LKS C, LKS D, LKS E, dan LKS F.
1
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, 2009, Bumi Aksara : Yogyakarta, h. 193
2
(38)
D. Rancangan Penelitian
Proses Penelitian ini direncanakan terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1. Persiapan
Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah observasi untuk mendapatkan data LKS biologi MAN Se- Jakarta Selatan kelas XI IPA
Tabel 3.1 Data LKS biologi yang digunakan Madrasah Aliyah Negeri Se-Jakarta Selatan
No Nama LKS Konsep pada
LKS Penyusun Nama Sekolah
1 LKS A Alat Gerak Penerbit MA A
2 LKS B Pertumbuhan dan
Perkembangan Penerbit MA B
3 LKS C Sistem Respirasi Guru Biologi MA C
4 LKS D Jaringan Hewan Guru Biologi MA D
5 LKS E Sistem Indera Guru Biologi MA E
6 LKS F Sistem Eksresi Guru Biologi MA F
2. Pelaksanaan
a. Menentukan LKS yang akan dianalisis.
b. Mencocokan/mencari kalimat yang sesuai dengan kriteria yang dijadikan tolok ukur untuk kesesuaian dengan keterampilan proses sains. c. Menuliskan kalimat/paragraph yang sesuai dengan indikator KPS. d. Hasil observasi oleh pengamat 1 kemudian diberikan ke pengamat II dan
pengamat III untuk diobservasi kembali. Untuk mengetahui dan menentukan hasil kesepakatan antar pengamat berdasarkan hasil pengamat. Pengamat I adalah peneliti, pengamat II adalah dosen pembimbing, dan pengamat III adalah guru biologi.
(39)
3. Pemaparan
Masing – masing hasil analisis penelitian dibuat kesimpulan, kemudian dibuat deskriptif kualitas LKS biologi yang digunakan MAN Se- Jakarta Selatan kelas XI IPA.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan beberapa metode diantaranya:
1. Survai merupakan kegiatan penelitian yang mengumpulkan data pada saat tertentu dengan tujuan penting yaitu mendeskripsikan keadaan alami, mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang untuk dibandingkan.3 2. Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. 4
3. Dokumentasi adalah ditunjukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi LKS, modul, RPP, foto-foto, dan rekaman. 4. Wawancara yaitu pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.5
F. Instrumen Penelitian
1. Rubrik penilaian untuk mengukur LKS yang memuat pengembangan keterampilan proses sains
Rubrik penilaian untuk mengukur tingkat kesesuaian isi LKS diambil berdasarkan kriteria keterampilan proses sains. Seluruh alat ukur yang digunakan dalam penelitian telah di validasi oleh tim pakar (dosen).
Instrumen yang digunakan memiliki 9 aspek yang dirangkum dari berbagai sumber, khususnya dari Winne Harlen dengan modifikasi hasil
3
Sukardi, loc.cit 4
Riduwan, Ibid, h.76
5
(40)
penelitian. Berikut disajikan aspek-aspek keterampilan proses sains yang perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung (eksperimen).
Tabel 3.2 Instrumen untuk mengukur keterampilan proses sains
No Aspek KPS No Item Instrumen
1 Observasi 1
2 Klasifikasi 2, 3, 4
3 Interpretasi 5, 6
4 Mengajukan pertanyaan 7
5 Berhipotesis 8
6 Merencanakan percobaan 9
7 Menggunakan alat dan bahan 10
8 Menerapkan konsep 11
9 Berkomunikasi 12, 13, 14
2. Kalibrasi Instrumen Validitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas instrument yang akan diungkap berupa validitas isi. Validitas isi ialah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan subtansi yang ingin diukur.6 validitas instrument pada penelitian ini diperoleh dari konsultasi dengan dosen pembimbing.
6
(41)
G. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
1. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menjumlahkan kemunculan indikator keterampilan proses sains untuk setiap kategori pada LKS yang dianalisis
b. Menghitung persentase kemunculan indikator keterampilan proses sains untuk setiap kategori pada setiap LKS yang dianalisis
Persentase kategori keterampilan proses sains
Persentase = X 100%
Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Skor7
No Interval Skor (%) Kategori
1 90-100 Sangat Tinggi
2 75-89 Tinggi
3 55-74 Sedang
4 31-54 Rendah
5 <30 Sangat Rendah
2. Menentukan Reliabilitas Pengamatan
Dari berbagai metode pengumpulan data, pengamatan merupakan metode yang dapat dikatakan tingkat kemantapannya paling rendah, walaupun pengamat sudah bersikap netral, subjektivitas diri tentu masih mengiringi kegiatan sehingga hasil tidak 100% objektif. Maka dari itu perlu adanya pengamat lain untuk menekan sedikit mungkin unsur subjektifitas peneliti. Lembar penilaian LKS yang sudah dibuat oleh peneliti diisi oleh pengamat 1 kemudian diserahkan ke pengamat
7
Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional 1986), cet 4, h. 118
(42)
2 dan 3 untuk diteliti kembali kemudian hasil yang didapat dimasukan kedalam tabel kontigensi kesepakatan.
Tabel 3.4 Tabel Kontigensi Kesepakatan
Pengamat LKS
A B C D E F
I dan II I dan III KK Rata-rata
3. Menentukan Koefisien Kesepakatan Pengamat
Untuk menentukan koefisien kesepakatan pengamat dihitung dengan rumus: 8
= 2S
1 + 2
Keterangan :
KK = Koefisien Kesepakatan
S = Sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama N1 = Jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I
N2 = Jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II
Chiappeta dalam penelitian Yusup Hilmi Adisendjaja menginterpretasikan koefisien kesepakatan sebagai berikut:
Kurang dari 0,40 = Sangat buruk 0,40 – 0,75 = Bagus
Lebih dari 0,75 = Sangat Bagus
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka cipta, 2010) hl. 244
(43)
33 A. Temuan Penelitian
Di Jakarta Selatan terdapat Madrasah Aliyah Negeri yang terdiri dari 5 diantaranya MA A, MA B, MA C, MA D, MA E, dan MA F, dalam hal ini MA D diikut sertakan dengan alasan madrasah ini terakreditasi unggul dan setara dengan negeri. Guru biologi di masing-masing sekolah tersebut menggunakan lembar kerja siswa (LKS) yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 6 sekolah, di dapatkan sampel sebanyak 6 macam LKS biologi kelas XI yang digunakan sekolah tersebut.
Analisis Data Tingkat Kesesuaian Isi LKS dengan Keterampilan Proses Sains
Lembar kerja siswa (LKS) biologi kelas XI IPA yang digunakan oleh Madrasah Aliyah Negeri Se-Jakarta Selatan tahun pelajaran 2012/2013 terdapat dua jenis yaitu LKS dari penerbit dan LKS buatan guru biologi. Dari dua jenis LKS tersebut yang paling banyak digunakan adalah LKS buatan guru biologi sendiri dengan beranggapan LKS yang dibuat sendiri lebih kontektual dengan situasi dan kondisi sekolah dan peserta didik. Semua LKS akan dianalisis baik dari LKS penerbit maupun LKS buatan guru biologi untuk menggambarkan keterampilan proses sains yang ada pada LKS tersebut. Berikut hasil analisis dari pengamat 1, 2, dan 3.
Tabel 4.1 Hasil Analisis LKS antar Pengamat 1, 2, dan 3
No Aspek KPS
LKS A LKS B LKS C LKS D LKS E LKS F
Pengamat pengamat Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Observasi
a Menggunakan
panca indera √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Klasifikasi
(44)
persamaan b Merumuskan
perbedaan √ √ √ √ - √ √ √ - √ √ - √ √ √ √ √ √ c Melakukan
pengelompokan √ - √ √ - √ √ - - √ - √ √ - - √ - √
3 Interpretasi
a Menjelaskan kesimpulan yang diamati
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ -
b Menemukan pola yang diamati
- - - - √ √ √ √ √ - - - √ - √ - - -
4 Mengajukan
Pertanyaan a Merumuskan
pertanyaan yang akan dijawab
- - - -
5 Berhipotesis
a Mengemukakan perkiraan sebelum penyelidikan
- - √ - - √ - - - √ - -
6 Merencanakan
percobaan a Adanya
petunjuk langkah demi langkah
√ - √ √ - √ √ - √ √ - √ √ - √ √ - √
7 Menggunakan
alat dan bahan a Mengetahui
menggunakan alat dan bahan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 Menerapkan
konsep a Menerapkan
konsep yang sudah dipelajari
√ √ √ - √ - - √ √ √ √ - √ √ - - √ -
9 Berkomunikasi
a Membuat hasil penyelidikan dengan tabel
- - - √ √ √ √ √ √ √ - √ √ - √ √ - √ b Menjelaskan
dalam bentuk lisan atau tulisan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
c Ikut
berpartisipasi dalam diskusi
(45)
Berikut ini akan disajikan masing masing jumlah kemunculan indikator keterampilan proses sains pada setiap LKS yang digunakan MA Se-Jakarta Selatan
1. Jumlah kemunculan indikator keterampilan proses sains pada LKS A, B, C, D, E, dan F pada setiap kategori KPS
a. Observasi
Gambar 4. 1 Grafik Hasil Analisis LKS pada Aspek Observasi Keterangan Indikator :
- Menggunakan panca indera penglihatan
Dari grafik 4.1 diketahui bahwa dalam LKS A, B, C, D, E, dan F adanya keterampilan proses sains dalam indikator mengunakan panca indera yang dijelaskan secara tertulis dalam LKS.
b. Klasifikasi
Gambar 4.2 Grafik Hasil Analisis LKS pada Aspek Klasifikasi
Keterangan Indikator:
- Merumuskan persamaan
0% 100%
LKS A LKS B LKS C LKS D LKS E LKS F
Observasi
0% 50% 100%
LKS A LKS B
LKS C LKS D LKS E LKS F
(46)
- Merumuskan perbedaan
- Melakukan pengelompokan
Dari grafik 4.2 diketahui bahwa pada LKS A terdapat indikator klasifikasi yaitu merumuskan persamaan, merumuskan perbedaan, dan melakukan pengelompokan. kemudian pada LKS B dan C yaitu indikator melakukan pengelompokan, LKS D yaitu merumuskan perbedaan dan melakukan pengelompokan, Kemudian LKS E dan LKS F yaitu merumuskan perbedaan dan melakukan pengelompokan, indikator-indikator tersebut dituliskan dan dijelaskan dalam lks.
c. Interpretasi
Gambar 4.3 Grafik Hasil Analisis LKS pada Aspek Interpretasi
Keterangan Indikator :
- Menjelaskan kesimpulan yang diamati
- Menemukan pola yang diamati
Dari grafik 4.3 diketahui terdapat aspek interpretasi pada LKS A dan B, yaitu menjelaskan kesimpulan yang diamati, pada LKS C yaitu
menjelaskan kesimpulan yang diamati dan menemukan pola yang
diamati, selanjutnya LKS D tidak ditemukan aspek interpretasi pada lks tersebut, kemudian pada LKS E dan F yaitu menjelaskan kesimpulan yang diamati dan menemukan pola yang diamati.
0% 50% 100%
LKS A LKS B LKS C LKS D LKS E LKS F
(47)
d. Mengajukan pertanyaan
Gambar 4.4 Grafik Hasil Analisis LKS pada Aspek Mengajukan pertanyaan
Keterangan Indikator :
- Merumuskan pertanyaan yang akan dijawab
Dari grafik 4.4 diketahui Keterampilan proses sains dalam indikator mengajukan pertanyaan tidak terdapat dalam LKS A, B, C, D, E, dan F yaitu merumuskan pertanyaan yang akan dijawab. pada LKS , A, B, C, D, E, dan F tidak dituliskan bahwa siswa diperintahkan untuk mengajukan pertanyaan pada lks tersebut.
e. Berhipotesis
Gambar 4.5 Grafik Hasil Analisis LKS pada Aspek Berhipotesis
Keterangan Indikator :
- Mengemukakan perkiraan sebelum penyelidikan
Dari grafik 4.5 diketahui dalam LKS A, B, C, D, dan E tidak dituliskan dan dijelaskan indikator untuk “ mengemukakan perkiraan dalam penyelidikan, selanjutnya pada LKS F terdapat aspek berhipotesis yaitu mengemukakan perkiraan dalam penyelidikan.
0% 100%
LKS ALKS BLKS CLKS DLKS ELKS F
M engajukan Pert anyaan
0% 100%
LKS A LKS B LKS C LKS D LKS E LKS F
(48)
f. Merencanakan percobaan
Gambar 4.6 Grafik Hasil Analisis LKS pada Aspek Merencanakan percobaan Keterangan indikator:
- Adanya petunjuk langkah demi langkah
- Merancang sendiri langkah penyelidikan
- Penilaian sendiri pada rancangan penyelidikan
- Menyempurnakan kesesuaian prosedur penelitian
Dari grafik 4.6 diketahui keterampilan proses sains yang muncul dalam LKS A yaitu dalam indikator “adanya petunjuk langkah demi langkah” kemudian pada LKS B tidak ditemukan indikator dalam aspek merencanakan percobaan. Selanjutnya pada LKS C, D, dan F yaitu indikator “ adanya petunjuk langkah demi langkah” kemudian pada LKS E yaitu “ adanya petunjuk langkah demi langkah” dan “ penilaian sendiri pada rancangan percobaan, yang ditulis dan dijelaskan dalam lks.
g. Menggunakan alat dan bahan
Gambar 4.7 Grafik Hasil Analisis LKS pada Aspek Menggunakan alat dan bahan
0% 50% 100%
LKS A LKS B LKS C LKS D LKS E LKS F
M erencanakan Percobaan
0% 100%
LKS ALKS BLKS CLKS DLKS ELKS F
M enggunakan alat dan bahan
(49)
Keterangan:
- Mengetahui menggunakan alat dan bahan
Dari grafik 4.7 diketahui pada LKS A, B, C, D, E, dan F terdapat keterampilan proses sains yaitu dalam indikator “mengetahui menggunakan alat dan bahan”, dalam hal ini siswa mengetahui penggunaan alat dan bahan dalam praktikum, bukan hanya mengetahui tapi mampu menggunakan alat dan bahan secara baik.
h. Menerapkan konsep
Gambar 4.8 Grafik Hasil Analisis LKS pada Aspek Menerapkan konsep
Keterangan Indikator :
- Menerapkan konsep pelajaran yang sudah dipelajari
Dari grafik 4.8 diketahui Terdapat satu indikator dalam menerapkan konsep yaitu “ menerapkan konsep yang sudah dipelajari” dalam LKS A dan F yaitu terdapat indikator tersebut, kemudian pada LKS B, C, D, dan F tidak ditulis dan dijelaskan dalam lks indikator menerapkan konsep pelajaran yang sudah dipelajari.
0% 100%
LKS ALKS BLKS CLKS DLKS ELKS F
(50)
i. Berkomunikasi
Gambar 4.9 Grafik Hasil Analisis LKS pada Aspek Berkomunikasi Keterangan Indikator :
- Membuat hasil penyelidikan dengan tabel
- Membuat data hasil penyelidikan dengan grafik
- Menyampaikan laporan penyelidikan
- Menjelaskan hasil penyelidikan dalam bentuk lisan dan tulisan - Ikut berpartisipasi dalam diskusi
Dari grafik 4.9 diketahui bahwa dalam LKS A terdapat keterampilan proses sains yaitu dalam indikator “ menjelaskan hasil penyelidikan dalam bentuk lisan atau tulisan, dan ikut berpartisipasi dalam diskusi, pada LKS B yaitu membuat hasil penyelidikan dengan tabel, membuat data hasil penyelidikan dengan grafik, menjelaskan hasil penyelidikan dalam bentuk lisan atau tulisan, kemudian pada LKS C yaitu membuat hasil penyelidikan dengan tabel, menyampaikan
laporan penyelidikan, pada LKS D dan E yaitu membuat hasil
penyelidikan dengan tabel, “ menjelaskan hasil penyelidikan dalam bentuk lisan atau tulisan, pada LKS F yaitu membuat hasil penyelidikan dengan tabel, menyampaikan laporan penyelidikan.
0% 50% 100%
LKS A LKS B LKS C LKS D LKS E LKS F
(51)
Tabel 4.2 Persentase kemunculan keterampilan proses sains untuk setiap LKS yang dianalisis
No Nama LKS Skor
Maksimum Skor Persentase (%)
1 LKS A 14 10 71,42
2 LKS B 14 9 64,28
3 LKS C 14 9 64,28
4 LKS D 14 9 64,28
5 LKS E 14 10 71,42
6 LKS F 14 9 64,28
Rata- rata 66,66
Keterangan:
Tingkat kesesuaian isi LKS dengan keterampilan proses sains
LKS A : Kategori sedang karena persentase kesesuaian dengan keterampilan proses sains antara 55% s.d 74 %
LKS B : Kategori sedang karena persentase kesesuaian dengan keterampilan proses sains 55% s.d 74 %
LKS C : Kategori sedang karena persentase kesesuaian dengan keterampilan proses sains 55% s.d 74 %
LKS D : Kategori sedang karena persentase kesesuaian dengan keterampilan proses sains 55% s.d 74 %
LKS E : Kategori sedang karena persentase kesesuaian dengan keterampilan proses sains 55 % s.d 74%
LKS F : Kategori sedang karena persentase kesesuaian dengan keterampilan proses sains 55 % s.d 74 %.
Menurut data yang terdapat pada tabel 4.5 yang memiliki peringkat sedang untuk tingkat kesesuaian dengan keterampilan proses sains adalah LKS A, LKS B, LKS C, LKS D, LKS E, dan LKS F karena memiliki persentase 55 % s.d 74%.
(52)
Tabel 4.3 Persentase pada setiap Aspek Keterampilan Proses Sains
No Aspek KPS Skor
Maksimum
Skor Persentase (%)
1 Observasi 6 6 100
2 Klasifikasi 18 11 61,1
3 Interpretasi 12 8 66,66
4 Mengajukan Pertanyaan 6 0 0
5 Berhipotesis 6 1 16,66
6 Merencanakan Percobaan 6 6 100
7 Menggunakan alat dan
bahan 6 6 100
8 Menerapkan Konsep 6 3 50
9 Berkomunikasi 18 13 72,22
a. Data Hasil Observasi pada Tiap Sekolah
Dalam observasi yang dilakukan pada tiap MA Se-Jakarta selatan, terdapat 3 sekolah yang peneliti amati pada saat praktikum diantaranya MA B, MA D, dan MA E, sedangkan MA A, MA C, dan MA F sudah melakukan praktikum sebelumnya. Hal tersebut disebabkan karena disesuaikan dengan jadwal praktikum yang ada pada masing-masing sekolah. berikut hasil observasi pada MA B, D, dan E:
Tabel 4.4 Hasil observasi pada MA B, D, dan E
No Aspek KPS
LKS
B D E
1 Observasi
A Menggunakan panca indera √ √ √
2 Klasifikasi
A Merumuskan persamaan - - -
B Merumuskan perbedaan √ √
C Melakukan pengelompokan √ √ √
3 Interpretasi
A Menjelaskan kesimpulan yang
diamati √ √ √
(53)
4 Mengajukan Pertanyaan A Merumuskan pertanyaan yang
akan dijawab - - -
5 Berhipotesis
A Mengemukakan perkiraan
sebelum penyelidikan - - -
6 Merencanakan percobaan A Adanya petunjuk langkah demi
langkah √ √ √
7 Menggunakan alat dan bahan A Mengetahui menggunakan alat
dan bahan √ √ √
8 Menerapkan konsep
A Menerapkan konsep pelajaran
yang sudah dipelajari √ √ √
9 Berkomunikasi
A Membuat hasil penyelidikan
dengan table √ √ √
B Menjelaskan hasil penyelidikan
dalam bentuk lisan atau tulisan √ √ √
C Ikut berpartisipasi dalam diskusi √ - √
Jumlah 9 9 10
Berikut hasil kesepakatan antara pengamat 1 dengan pengamat 2 : Tabel 4.5 Kesepakatan pengamat 1 dan pengamat 2
No Nama LKS Hasil Kriteria
1 LKS A 0,86 Sangat Bagus
2 LKS B 0,78 Sangat Bagus
3 LKS C 0, 69 Bagus
4 LKS D 0, 69 Bagus
5 LKS E 0, 69 Bagus
(54)
Hasil kesepakatan antara pengamat 1 dengan pengamat 3 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Kesepakatan pengamat 1 dan pengamat 3
No Nama LKS Hasil Kriteria
1 LKS A 0,91 Sangat Bagus
2 LKS B 0,78 Sangat Bagus
3 LKS C 0,78 Sangat Bagus
4 LKS D 0,95 Sangat Bagus
5 LKS E 0,86 Sangat Bagus
6 LKS F 0,78 Sangat Bagus
Hasil kesepakatan antara pengamat 2 dengan pengamat 3 sebagai berikut:
Tabel 4.7 Kesepakatan pengamat 2 dan pengamat 3
No Nama LKS Hasil Kriteria
1 LKS A 0,86 Sangat Bagus
2 LKS B 0,73 Bagus
3 LKS C 0,82 Sangat Bagus
4 LKS D 0,78 Sangat Bagus
5 LKS E 0,73 Bagus
(55)
B.Pembahasan
1. Kesesuaian isi LKS dengan keterampilan proses sains
LKS dapat membantu guru dan siswa dalam proses belajar mengajar terutama dalam praktikum sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep pada peserta didik, untuk itu LKS harus sesuai dengan keterampilan proses sains. Dalam keterampilan proses sains ada 14 indikator sebagai parameter yang harus dicapai dalam LKS sebagai media pembelajaran oleh siswa siswi MA kelas XI IPA. Untuk memenuhi indikator tersebut meliputi ringkasan materi, petunjuk kegiatan dan soal latihan.
Berikut hasil analisis LKS berdasarkan aspek keterampilan proses sains yang digunakan MA Se-Jakarta Selatan
a. LKS A
Menurut data yang terdapat pada tabel 4.2 LKS A memiliki persentase kesesuaian isi LKS dengan keterampilan proses sains sebesar 71,42 %, LKS A dapat dikategorikan sedang. Dari 14 indikator dalam keterampilan proses sains yang harus dipenuhi, ada 10 indikator yang dapat dipenuhi LKS A dan 4 indikator yang belum dapat dipenuhi yaitu indikator ke 2, 7, 8, dan 13 yang berbunyi “ merumusakan persamaan, merumuskan pertanyaan, melakukan perkiraan sebelum penyelidikan, dan menjelaskan hasil penyelidikan dalam bentuk tulisan atau lisan.
Pada aspek observasi menggunakan indera penglihatan, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba pada saat mengamati merupakan kegiatan yang sangat dituntut dalam belajar IPA, pada LKS A terdapat aspek observasi yang tertulis dalam LKS “siswa mengamati rangka manusia dari tulang-tulang penyusunnya”. Dengan demikian, bagian ini memuat keterampilan proses sains mengamati. LKS A menekankan siswa menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan yang juga merupakan keterampilan proses. Pada LKS A terdapat lembar pengamatan yang sudah dirancang dengan mempertimbangkan
(56)
aspek-aspek penting yang harus diamati sangat membantu siswa untuk mengungkap hasil pengamatan siswa.
LKS A pada konsep alat gerak sudah sesuai dengan aspek klasifikasi dalam keterampilan proses sains. Ini dibuktikan dengan penjelasan yang tertulis pada LKS A di latihan soal yaitu “Apa persamaan tulang-tulang tersebut, Apa perbedaan tulang – tulang tersebut”, keterampilan mengklasifikasikan atau menggolong-golongkan adalah salah satu kemampuan yang penting dalam kerja ilmiah. Dalam membuat klasifikasi perlu diperhatikan dasar dari klasifikasi, misalnya menurut ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu. Mengklasifikasikan adalah keterampilan proses untuk memilah berbagai objek dan berdasarkan sifat-sifat kuhusus, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek yang dimaksud. LKS A mampu melatih siswa agar trampil dalam membuat klasifikasi, misalnya menggolongkan tulang-tulang pada rangka manusia. Dengan demikian latihan soal yang ada pada LKS A memuat keterampilan proses klasifikasi. Meskipun tidak semua indikator klasifikasi dapat di penuhi oleh LKS A.
Pada aspek interpretasi yaitu “ buatlah kesimpulan dari hasil pengamatan kalian!” kemampuan menginterpretasikan atau menafsirkan data adalah salah satu keterampilan penting yang umumnya dikuasai oleh ilmuwan. Menurut Saminan cara melatih siswa agar menginterpretasi dengan baik adalah dengan membiarkan mereka melatih diri menarik kesimpulan hanya berdasarkan petunjuk-petunjuk atau bukti-bukti yang tidak langsung. Setelah melalui tahap observasi, mengklasifikasikan, kemudian dicatat dan siswa mampu mengartikan maksud atau maknanya, dengan menarik kesimpulan.
Pada aspek mengajukan pertanyaan LKS A belum mampu memunculkan hal ini dibuktikan dengan tidak adanya stimulus atau perintah untuk siwa mengajukan atau menuliskan hal-hal yang ingin diketahui lebih lanjut. Kemudian pada aspek berhipotesis LKS A belum
(57)
mampu memunculkan hal ini dibuktikan dengan tidak adanya perkiraan sebelum penyelidikan.
Pada LKS A terdapat keterampilan proses menerapkan konsep. siswa dituntut untuk menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru dan mampu menjelaskan apa yang sedang terjadi seperti latihan soal yang terdapat pada LKS A yaitu stuktur mana yang Menopang badan saat duduk dikursi, Berperan dalam gerakan melempar, Melindungi organ-organ dalam.
Pada LKS A, siswa diminta mendiskusikan hasil pengamatan dengan teman satu kelompok, kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan menggunakan model rangka. Dengan demikian bagian ini meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil pengamatan sehingga memuat keterampilan proses sains berkomunikasi. Meskipun semua indikator berkomunikasi belum dapat terpenuhi.
Secara umum LKS A pada konsep alat gerak memiliki kategori sedang dengan keterampilan proses sains. Indikator keterampilan proses sains belum terdapat pada seluruh bagian LKS A, yang meliputi ringkasan materi, petunjuk kegiatan, dan soal-soal latihan. Misalnya untuk indikator “ menemukan pola yang diamati” belum dapat dipenuhi dalam ringkasan materi, petunjuk kegiatan, maupun soal latihan. Jadi, ada indikator yang hanya dapat dipenuhi oleh satu bagian saja misalnya ringkasan materi saja, dua bagian misalnya petunjuk kegiatan dan soal-soal latihan saja, atau tiga bagian yaitu ringkasan materi, petunjuk kegiatan, dan soal soal latihan.
LKS memiliki beberapa manfaat, salah satunya yaitu untuk mengaktifkan siswa, bagian – bagian yang perlu mendapat perhatian mengenai tingkat pengaktifanya adalah petunjuk kegiatan, gambar yang ada dalam LKS dan soal soal latihan. Petunjuk kegiatan yang ada pada LKS A merupakan petunjuk kegiatan yang meminta siswa untuk melakukan percobaan atau kegiatan dengan rancangan eksperimen yang sudah ditentukan, menyajikan data dengan adanya arahan untuk
(58)
mengkomunikasikan yaitu memerintahkan siswa untuk mempersentasikan hasil diskusi. Petunjuk kegiatan ini belum sepenuhnya memenuhi prinsip keterampilan proses sains menurut Rustaman secara khusus berkomunikasi harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah kebentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik.
Tuntutan yang paling besar bagi siswa pada keterampilan proses sains memiliki kompetensi untuk melakukan penyelidikan/penelitian, bertanya, mengamati, serta menemukan fakta dan konsep sendiri. Penjelasan bagi siswa pada LKS mengenai bagaimana melakukan sebuah penyelidikan atau penelitian sangat berpengaruh terhadap kesesuaian LKS tersebut dengan keterampilan proses sains.
Menurut Darmojo persyaratan LKS yang baik meliputi 3 aspek, yaitu syarat-syarat didaktik, syarat-syarat kontruksi, dan syarat-syarat teknik. LKS A memenuhi syarat didaktik dan kontruksi yaitu pada jenjang soal-soal latihan yang lebih menekankan pada proses dan menemukan konsep dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. Syarat-syarat kontruksi, LKS A telah menggunakan bahasa susunan kalimat dan kejelasan yang tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pemakai atau siswa. Akan tetapi LKS A sedikit sekali memuat gambar yang memudahkan siswa dalam belajar dan melakukan kegiatan. Selain itu untuk syarat-syarat teknis LKS A masih menggunakan huruf yang ukurannya terlalu kecil, kombinasi antar gambar dengan tulisan juga tidak ada.
LKS A secara umum memiliki kualitas dengan kategori sedang dalam keterampilan proses sains, masih ada kekurangan yang perlu mendapatkan perhatian dari penyusun untuk diperbaiki. Apalagi LKS A adalah LKS yang disusun oleh penerbit, yang digunakan oleh sekolah-sekolah. Kelebihan LKS A terletak pada soal-soal latihannya yang banyak menerapkan konsep dengan kehidupan sehari hari.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)