Keterampilan proses sains guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul.

(1)

ABSTRAK

Wahyu Prabawati. 2014. Keterampilan Proses Sains Guru IPA Beberapa SMA di Kabupaten Bantul. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui sejauhmana tingkat penguasan keterampilan proses sains guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul dan (2) untuk mengetahui aspek keterampilan proses sains yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2014 di beberapa SMA di Bantul. SMA tersebut adalah SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 2 Bantul, SMA Negeri 1 Bambanglipuro, SMA Negeri 1 Sanden, SMA Negeri Kasihan Bantul, dan SMA Stella Duce Bantul. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25 guru, yang mengampu mata pelajaran biologi, kimia dan fisika. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Keterampilan Proses Sains Terpadu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa(1) tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA beberapa SMA di Bantul adalah baik (70,95%) dan (2) aspek keterampilan proses sains yang sudah dikuasai oleh guru adalah menginterpretasi data, mendefinisikan variabel secara operasional serta merancang eksperimen sedangkan aspek keterampilan proses sains yang cukup dikuasai guru adalah merumuskan hipotesis dan mengidentifikasi variabel.


(2)

ABSTRACT

Wahyu Prabawati. 2014. Science Teacher’s Skills Science Process in Some High Schools In Bantul. Thesis. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, University of Sanata Dharma Yogyakarta.

This study aims (1) to investigate the level of science process skills of science teachers in some senior high schools in Bantul and (2) to investigate about the aspect of science process skills that have been mastered and have not been mastered yet by the science teachers in some of senior high schools in Bantul.

This study was conducted on May-August 2014 in some senior high schools in Bantul. The senior high schools were SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 2 Bantul, SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bambanglipuro, SMA Negeri 1 Sanden and SMA Stella Duce Bantul. There were 25 teachers of biology, chemistry and physics were taken as the sample of this study. The instrument that was used in this study was Integrated Science Process Skill Test.

The result of this study indicated that (1) the level of science process skills mastery by the science teachers of some senior high schools in Bantul were good (70,95%) and (2) aspect of science process skills that have been mastered by teachers were interpreting the data, defining the operational variables, and designing an experiment. On the one hand, the aspect of science process skills that have not been mastered yet by the teachers were formulating hypotheses and identifying variables.


(3)

KETERAMPILAN PROSES SAINS GURU IPA BEBERAPA

SMA DI KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Wahyu Prabawati

NIM : 101424053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

KETERAMPILAN PROSES SAINS GURU IPA BEBERAPA

SMA DI KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Wahyu Prabawati

NIM : 101424053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

vi ABSTRAK

Wahyu Prabawati. 2014. Keterampilan Proses Sains Guru IPA Beberapa SMA di Kabupaten Bantul. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui sejauhmana tingkat penguasan keterampilan proses sains guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul dan (2) untuk mengetahui aspek keterampilan proses sains yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2014 di beberapa SMA di Bantul. SMA tersebut adalah SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 2 Bantul, SMA Negeri 1 Bambanglipuro, SMA Negeri 1 Sanden, SMA Negeri Kasihan Bantul, dan SMA Stella Duce Bantul. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25 guru, yang mengampu mata pelajaran biologi, kimia dan fisika. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Keterampilan Proses Sains Terpadu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa(1) tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA beberapa SMA di Bantul adalah baik (70,95%) dan (2) aspek keterampilan proses sains yang sudah dikuasai oleh guru adalah menginterpretasi data, mendefinisikan variabel secara operasional serta merancang eksperimen sedangkan aspek keterampilan proses sains yang cukup dikuasai guru adalah merumuskan hipotesis dan mengidentifikasi variabel.


(10)

vii ABSTRACT

Wahyu Prabawati. 2014. Science Teacher’s Skills Science Process in Some High Schools In Bantul. Thesis. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, University of Sanata Dharma Yogyakarta.

This study aims (1) to investigate the level of science process skills of science teachers in some senior high schools in Bantul and (2) to investigate about the aspect of science process skills that have been mastered and have not been mastered yet by the science teachers in some of senior high schools in Bantul.

This study was conducted on May-August 2014 in some senior high schools in Bantul. The senior high schools were SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 2 Bantul, SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bambanglipuro, SMA Negeri 1 Sanden and SMA Stella Duce Bantul. There were 25 teachers of biology, chemistry and physics were taken as the sample of this study. The instrument that was used in this study was Integrated Science Process Skill Test.

The result of this study indicated that (1) the level of science process skills mastery by the science teachers of some senior high schools in Bantul were good (70,95%) and (2) aspect of science process skills that have been mastered by teachers were interpreting the data, defining the operational variables, and designing an experiment. On the one hand, the aspect of science process skills that have not been mastered yet by the teachers were formulating hypotheses and identifying variables.


(11)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Keterampilan Proses Sains Guru IPA Beberapa SMA di Kabupaten Bantul.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP USD dan dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Seluruh dosen Pendidikan Fisika dan karyawan Program Studi Pendidikan Fisika yang telah membagi ilmu selama ini serta layanan administrasi dengan baik kepada penulis selama menempuh pendidikan.

3. Kepala SMA Negeri 1 Bambanglipuro, Kepala SMA N 1 Sewon, Kepala SMA N 2 Bantul, Kepala SMA N 1 Sanden, Kepala SMA N 1 Kasihan dan Kepala SMA Stela Duce Bantul yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

4. Guru mata pelajaran fisika, biologi dan kimia di SMA N 1 Bambanglipuro, SMA N 1 Sewon, SMA N 2 Bantul, SMA N 1 Sanden,


(12)

ix

SMA N 1 Kasihan dan SMA Stela Duce yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

5. Bapak, ibu, kakak-kakakku yang banyak memberikan motivasi, dukungan baik doa maupun materi.

6. Kelompok skripsi, Lindra dan Ugik atas bantuan, saran dan kerjasamanya selama menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Setyarini yang selalu memberikan motivasi dan masukan kepada penulis. 8. Seluruh teman-teman di Pendidikan Fisika 2010 yang selalu memberi

inspirasi.

9. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.


(13)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5


(14)

xi

2. Bagi Guru ... 5

BAB II LANDASAN TEORI... 6

A. Kurikulum 2013 dengan Pendekatan Saintifik(Scientific Approach)... 6

B. Keterampilan Proses Sains... 8

C. Pembelajaran IPA ... 12

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 12

2. Pembelajaran IPA... 13

3. Guru IPA ... 16

D. Pentingnya Melatihkan Keterampilan Proses Sains... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 22

A. Jenis Penelitian... 22

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

C. Subyek Penelitian... 22

D. Variabel Penelitian... 22

E. Desain Penelitian ... 23

1. Kegiatan Penelitian ... 23

2. Pengumpulan Data ... 23

F. Instrumen Penelitian ... 23

G. Analisis Data ... 27


(15)

xii

A. Pelaksanaan Penelitian... 32

B. Data ... 33

C. Diskripsi dan Analisis Data ... 33

1. Keterampilan Proses Sains ... 33

2. Keterampilan Proses Sains Setiap Aspek ... 36

D. Implikasi. ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 49

1. Bagi guru ... 49

2. Bagi peneliti selanjutnya ... 49


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Klasifikasi Item Tes TIPS II Berdasarkan Keterampilan Proses Sains

Terpadu... 24

Tabel 3.2. Tujuan dan contoh soal tes pada TIPS II ... 25

Tabel 3.3. Tabel untuk jawaban guru untuk setiap aspek ... 28

Tabel 3.4 Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru IPA SMA di Kabupaten Bantul ... 29

Tabel 3.5. Kualifikasi Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru IP. 30 Tabel 3.6. Jawaban Guru ... 31

Tabel 4.1. Keterampilan Proses Sains Terpadu Pada Guru IPA SMA di Bantul 34 Tabel 4.2. Jawaban Guru pada Aspek Mengidentifikasi Variabel... 36

Tabel 4.3. Jawaban Guru pada Aspek Mendefinisikan Variabel Operasional ... 39

Tabel 4.4. Jawaban Guru pada Aspek Merumuskan Hipotesis ... 41

Tabel 4.5. Jawaban Guru pada Aspek Merancang Eksperimen... 43


(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A1. Soal ... 52

Lampiran A2. Lembar Jawab... 65

Lampiran B1. Contoh Pengisian Lembar Jawab... 66

Lampiran B2. Rekap Jawaban Guru ... 70

Lampiran B3. Rekap Skor Guru pada Aspek Merumuskan Hipotesis dan mendefinisikan Variabel Secara Operasional ... 72

Lampiran B4. Rekap Skor Guru pada Aspek Mengidentifikasi Variabel dan Merancang Eksperimen... 73

Lampiran B5. Rekap Skor Guru pada Aspek Interpretasi Data ... 74

Lampiran C1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 75


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan nasional untuk memcerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai wadah berkembangnya manusia berkualitas agar mampu bersaing di dunia modern saat ini. Untuk tercapainya tujuan tersebut, maka pendidikan dikemas dalam suatu sistem yang disebut sistem pendidikan. Dengan sistem pendidikan yang ada, diharapkan mampu mengembangkan kualitas peserta didik. Salah satu unsur sistem pendidikan untuk mewujudkan harapan tersebut adalah kurikulum pendidikan.

Seiring berkembangnya zaman, perubahan demi perubahan kurikulum di Indonesia pun dilakukan. Perubahan ini dilakukan guna menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang terjadi. Jika kurikulum pendidikan disusun sesuai dengan tuntunan perkembangan zaman, diharapkan siswa sebagai generasi penerus bangsa dapat mempersiapkan diri guna mengahadapi tantangan masa depan. Tahun ajaran 2013/2014 merupakan waktu yang penting di Indonesia pada bidang pendidikan. Karena pemerintah khususnya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud) memilih beberapa sekolah terpilih untuk melaksanakan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013


(19)

sebagai pengganti kurikulum yang lama yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Menurut Kemendikbud, Kurikulum 2013 bertujuan untuk mendorong siswa untuk mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka peroleh selama proses pembelajaran. Pengembangan Kurikulum 2013 mengangkat tema yaitu menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif. Hal ini dilakukan melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) secara terintegrasi. Dalam mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa Kurikulum 2013 mengamanatkan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik (Scientific Approach) mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui tahapan pembelajaran yang dialami, sehingga tidak hanya produk pengetahuan saja yang diterima siswa tetapi juga memahami prosesnya. Dengan pembelajaran yang terjadi diharapkan dapat mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa sebagai modal mereka menghadapi perkembangan zaman.

Pendekatan saintifik (Scientific Approach) dalam pembelajaran IPA dapat diterapkan melalui keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Untuk pembelajaran IPA


(20)

atau sains bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan mengusahakan siswa memahami fenomena, teori dan metode ilmiah. Dengan demikian, pendidikan sains di Indonesia mempunyai peranan penting untuk menumbuhkan dan membina siswa dalam suatu kebudayaan ilmiah (Gie, 1992). Dengan berbudaya ilmiah maka diharapkan lulusan suatu jenjang sekolah memiliki keterampilan dan pemikiran sains.

Salah satu penentu keberhasilan dari pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah guru. Sebab guru lah yang secara langsung mengajar, membimbing dan mendidik siswa. Guru menggunakan kurikulum sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran. Sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013, maka guru harus melaksanakan pembelajaran mengggunakan pendekatan saintifik yang dapat diterapkan melalui keterampilan proses sains. Maka pemahaman dan kemampuan guru terkait dengan keterampilan proses sains menjadi penting untuk diperhatikan.

Terdapat instrument yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains guru secara tidak langsung yaitu Test of Integrated Process Skills(TIPS II). Intrumen ini bersifat pilihan ganda dan pertanyaan-perntanyaannya mencakup keterampilan mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen dan interpretasi data. Berpedoman dengan TIPS II maka peneliti ingin meneliti sejauh mana keterampilan proses sains guru IPA di beberapa SMA di Bantul.


(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diteliti adalah:

1. Sejauh mana tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul?

2. Apa saja aspek pada keterampilan proses sains yang sudah dikuasai oleh guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul?

3. Apa saja aspek pada keterampilan proses sains yang belum dikuasai oleh guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini keterampilan proses sains guru tidak diteliti secara langsung karena untuk meneliti semua aspeknya membutuhkan waktu yang lama. Maka penelitian ini menggunakan tes tertulis supaya lebih efisien. Selain itu yang keterampilan proses yang diteliti bertumpu pada lima aspek yaitu mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen dan interpretasi data.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA SMA di beberapa SMA di Kabupaten Bantul.


(22)

2. Untuk mengetahui aspek keterampilan proses sains yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Memberikan gambaran tentang keterampilan proses sains yang dimiliki guru IPA di beberapa sekolah di Kabupaten Bantul.

2. Bagi Guru

Memberikan informasi tentang kelima aspek yang telah dikuasai dengan baik, maupun yang belum dikuasai, sehingga mereka bisa memperbaiki aspek yang belum dikuasai.


(23)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kurikulum 2013 dengan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) Dimyati dan Mudjiono (2006) menuliskan tentang kurikulum yaitu dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 pasal 1(9) menyebutkan bahwa: ”Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar” (Depdikbud, 1989:3) sedangkan dalam pasal 37 menyebutkan: ”Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuainnya dengan lingkungan kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kesenian sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing suatu pendidikan. Sehingga penyusunan kurikulum menjadi hal yang penting dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, penyusunan kurikulum pendidikan harus sesuai dengan perkembangan zaman.

Menurut Rokhman, Kurikulum 2013 telah dirancang sedemikian rupa agar peserta didik mampu meraih kompetensi utama, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor). Kompetensi tersebut diharapkan dapat menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaianhard skillsdansoft skills. Untuk mencapai hal


(24)

tersebut, pemerintah memandang perubahan kurikulum dari KTSP ke kurikulum 2013 merupakan ikhtiar dalam peningkatan mutu pendidikan Indonesia.

Pengembangan Kurikulum 2013 mengutamakan upaya untuk menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana) dan pengetahuan (tahu apa). Berdasarkan hal ini, pembelajaran diharapkan dapat mendorong siswa untuk aktif mencari tahu dari berbagai sumber, aktif menanya, berpikir untuk mengambil keputusan dan meningkatkan kerjasama untuk menyelesaikan suatu masalah.

Pembelajaran pada Kurikulum 2013 dianjurkan menggunakan pendekatan saintifik/pendekatan ilmiah (Scientific Approach). Pendekatan saintifik ialah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses ilmiah (Fadillah, 2014:175). Dengan mengusung pendekatan saintifik ini, proses pembelajaran diharapkan mampu untuk menciptakan generasi yang berfikir kritis dan berketerampilan. Sebab apa yang dipelajari siswa dilakukan dengan indra dan akal pikiran sendiri sehingga mereka mengalami secara langsung proses mendapatkan pengetahuan.

Menurut Hosnan (2014:34) pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengkalsifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan dan menyimpulkan. Langkah umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu menggali


(25)

informasi melalui pengamatan/observing, bertanya/questioning, percobaan/experimenting, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi dilanjutkan dengan menganalisis, menalar/ associating dan kemudian menyimpulkan dan membentuk jaringan (Hosnan, 2014:37).

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai hasil akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu, pendekatan saintifik menekankan pada keterampilan proses, yaitu pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses secara terpadu. Aspek-aspek pada pendekatan saintifik tersebut terintegrasi atau terpadu pada keterampilan proses sains. Sehingga pembelajaran IPA dengan pendekatan saintifik dapat diterapkan melalui keterampilan proses sains.

B. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran. Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (Indrawati dalam Trianto, 2012:144). Selain itu Kemendikbud mendefinisikan keterampilan proses sains sebagai seperangkat


(26)

keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah.

Menurut American Association for the Advancement Science (dalam Devi, 2010) dan juga Kemendikbud keterampilan proses sains atau IPA di klasifikasi menjadi dua yaitu keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Penelitian ini difokuskan untuk mempelajari sejauhmana tingkat penguasaan guru IPA SMA tentang keterampilan proses terapadu. Sehingga pada kajian ini akan dibahas tentang keterampilan proses sains terpadu.

Keterampilan proses terpadu terdiri dari aspek merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang eksperimen dan interpretasi data. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing aspek pada keterampilan proses terpadu:

1. Mengidentifikasi variabel

Tujuan umum dilakukan ekperimen ataupun percobaan adalah melihat pengaruh besaran-besaran yang diukur. Besaran inilah yang disebut sebagai variabel. Variabel didefinisikan sebagai besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat bervariasi atau berubah pada situasi tertentu (Devi, 2010). Besaran kualitatif adalah besaran yang tidak dinyatakan dalam satuan baku tertentu sedangkan besaran kuantitatif adalah besaran satuan yang dinyatakan dalam satuan pengukuran baku.


(27)

Pengontrolan variabel memiliki tujuan agar seagala sesuatu dalam percobaan tetap sama kecuali satu faktor. Terdapat tiga macam variabel, yaitu:

a. Variabel bebas, adalah variabel yang sengaja diubah atau dimanipulasi dalam suatu situasi. Variabel bebas merupakan faktor yang menjadi sebab atau terjadinya perubahan variabel lain (yaitu variabel terikat). Variabel bebas sering juga disebut sebagai variabel manipulasi. b. Variabel terikat, adalah variabel yang berubah sebagai

akibat dari kegiatan manipulasi atau perubahan variabel manipulasi. Karena perubahan itu sebagai tanggapan dari faktor lain (variabel bebas) maka disebut variabel terikat (variabel respon).

c. Variabel kontrol, adalah variabel yang sengaja dipertahankan konstan agar tidak berpengaruh terhadap variabel respon.

Keterampilan mengidentifikasi variabel (Devi, 2010) dapat diukur berdasarkan tujuan pembelajaran yaitu sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi variabel dari suatu pernyataan tertulis atau dari deskripsi suatu eksperimen.

b. Mengidentifikasi variabel manipulasi dan variabel respon dari deskripsi suatu ekperimen.


(28)

c. Mengidentifikasi variabel kontrol dari pernyataan tertulis atau deskripsi suatu eksperimen.

2. Mendefinisikan Variabel secara Operasional

Mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan bagaimana variabel diukur. Definisi operasional variabel merupakan definisi yang menguraikan bagaimana mengukur suatu variabel. Dari definisi tersebut harus menyatakan tindakan apa yang akan dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat dalam eksperimen.

3. Merumuskan Hipotesis

Trianto (2012:147) menjelaskan bahwa perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang akan dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis dirumuskan atau dibuat pada awal percobaan, dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan. (Nur dalam Devi, 2010). 4. Merancang Ekperimen

Ekperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak harus selalu dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan konsep-konsep didalam kurikulum (Devi, 2010).


(29)

5. Interpretasi Data

Interpretasi data atau penafsiran data biasanya diawali dengan pengumpulan data, analisis data dan mendeskripsikan data. Penyajian data hasil percobaan harus dalam bentuk yang mudah dipahami misalnya dalam bentuk daftar atau tabel dan diagram atau grafik. Data yang diperoleh dari percobaan kemudian dilihat ‘polanya’ sehingga dari pola tersebut dapat dapat ditarik suatu kesimpulan.

C. Pembelajaran IPA

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, benda yang ada di dalam bumi dan luar angkasa, baik yang dapat diamati oleh indera maupun yang tidak dapat diamati oleh indera. Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar yaitu fisika, kimia dan biologi. Dalam Trianto (2012:137) IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Sejalan dengan pernyataan tersebut, menurut Susanto (2013:167-171) ilmu pengetahuan alam dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:

a. IPA sebagai produk, yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah


(30)

dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis (misalnya: fakta, prinsip, hukum dan teori ilmiah).

b. IPA sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan seperti mengamati, mengukur, mengkasifikasi dan menyimpulkan.

c. IPA sebagai sikap, yaitu sikap yang harus dikembangkan dalam pembelajaran sains disebut sikap ilmiah. Sikap ilmiah dapat dikembangkan melalui kegiatan diskusi, percobaan, simulasi dan kegiatan proyek dilapangan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari semesta. Dalam mempelajarinya dibutuhkan sikap ilmiah serta proses-proses ilmiah untuk memahami semesta sehingga terbentuklah suatu produk ilmiah yang biasa kita pelajari misalnya teori, prinsip, hukum,dll.

2. Pembelajaran IPA

Dahulu pembelajaran dengan model klasik yaitu Dengar, Catat dan Hafal. Dengan pembelajaran seperti ini tidak membiasakan siswa untuk belajar secara aktif dan menjadikan siswa terbiasa mengahafal pelajaran. Selain itu, pembelajaran model mengahafal tidak mengembangkan keterampilan proses sains pada siswa. Adanya


(31)

perubahan kurikulum diharapkan mampu mengubah proses pembelajaran yang semula berpusat pada guru menjadi berpusat kepada siswa. Menurut Hosnan (2014:36) pembelajaran dengan pendekatan saintifik atau scientific approach memliki karakteristik yaitu :

a. Berpusat pada siswa.

b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

d. Dapat mengembangkan karakter siswa.

Dalam pembelajaran sains atau IPA dilaksanakan berdasarkan teori konstruktivisme. Konstruktivisme melandasi pemikiran bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang diberikan dari alam karena hasil kontak manusia dengan alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif manusia itu sendiri. Hal ini mengisyaratkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja ditransfer dari guru ke siswa, tetapi siswa sendiri yang membangun pengetahuan tersebut. Menurut Bettencourt dalam Suparno (2007) pengetahuan selalu akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan berpikir seseorang. Maka untuk mengetahui sesuatu, siswa dituntut aktif


(32)

membangun pengetahuannya berdasarkan pengalaman langsung yang dialami peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas terdapat kesesuaian antara karakteristik pembelajaran dengan pendektan saintifik dan teori konstruktivisme. Yaitu bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa dengan melibatkan keterampilan-keterampilan proses. Sehingga siswa mengalami secara langsung proses mendapatkan pengetahuan.

Menurut Trianto (2012:143) tujuan pembelajaran IPA dapat memberikan:

a. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

b. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, hubungan antara sains dan teknnologi.

c. Keterampilan dan kemampuan untuk mengani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi.

d. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis sensitive, objektif, terbuka dan benar dan dapat bekerja sama.


(33)

e. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains.

Dengan demikian jelas bahwa pembelajaran IPA atau sains dapat menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Berdasarkan teori konstruktivisme dan tujuan pendidikan IPA di atas, implikasi bagi guru IPA atau sains adalah menyediakan suatu pembelajaran IPA yang dapat membantu peserta siswa untuk membangun pengetahuannya dan juga membangun pemahaman siswa tentang keterampilan proses sains.

3. Guru IPA

Seorang guru selalu dikatakan sebagai ujung tombak dalam implementasi kurikulum pendidikan. Sebab guru lah yang berhubungan langsung dengan siswa melalui pembelajaran yang ia laksanakan. Maka pengetahuan guru tentang materi pelajaran dan berbagai metode maupun pendekatan dalam pembelajaran sangat diperlukan. Hal itu merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Sehingga sebelum mengajar di kelas, sudah sewajarnya jika guru memiliki pengetahuan luas bidang ajarnya.

Salah satu mata pelajaran IPA yaitu fisika, menurut Trowbridge& Bybee (1996:2-5 dalam Suparno (2007:2-4) ) untuk menjadi seorang guru fisika terdapat beberapa hal yang harus dilatih terus-menerus dan berikut penjelasan singkatnya:


(34)

a. Penguasaan bahan fisika, bertujuan agar tidak menyebabkan miskonspesi saat mengajar. Untuk mendukung penguasaan bahan, seorang guru harus mengembangkan diri dengan cara menambah ilmu melalui sumber belajar seperti buku-buku, seminar, internet maupun bertanya kepada tenaga ahli.

b. Mengerti tujuan pengajaran fisika, agar pembelajaran menjadi lebih terarah dan efektif

c. Guru dapat mengorganisasi pengajaran fisika, guru harus mempersiapkan pengajaran sesuai dengan tujuan. Berkaitan dengan cara mengajar, alat dan sarana pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

d. Mengerti situasi siswa. Agar pembelajaran fisika akan mengena pada siswa dan menyenangkan bagi siswa. Beberapa situasi siswa yang perlu diketahui seperti : konspesi awal, pemikiran siswa, konsep yang telah dipunyai, tingkah laku, dan lain-lain. Dengan mengerti keadaan siswa, guru akan dapat membantu pembelajaran sesuai dengan situasi siswa.

e. Guru dapat berkomunikasi dengan siswa. Hubungan yang akrab dengan siswa perlu dibangun.


(35)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang guru dituntut untuk tidak hanya menguasai materi pelajaran saja tetapi juga berbagai metode pembelajaran dan keterampilan berkomunikasi dengan peserta siswa.

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, bahwa dalam pembelajaran IPA pendekatan saintifik dapat diterapkan melalui keterampilan proses sains, sehingga sebelum mengajar sudah sewajarnya guru terlebih dahulu memahami tentang keterampilan proses sains. Secara umum, jika seorang guru IPA memiliki pengetahuan yang mendalam tentang IPA dan memahami hakekat IPA serta terampil melakukan kerja ilmiah tak dapat diragukan jika guru tersebut akan dapat melaksanakan pembelajaran dengan keterampilan proses. Menurut Radford (1992) jika guru IPA mengaharapkan siswanya untuk mempelajari dan memahami keterampilan proses sains, setidaknya terdapat 3 aspek yang harus dipersiapkan guru yaitu:

a. Guru harus memiliki kecakapan atau menguasai tentang keterampilan proses sains.

b. Siswa harus dibimbing dan diberi kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan tersebut.

c. Kemajuan siswa dalam melaksananakan keterampilan proses tersebut dinilai.


(36)

Guru IPA yang telah menguasai keterampilan proses sains dengan baik diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik pula dikelas. Peran guru IPA adalah membantu dan memfasilitasi siswa untuk memngembangkan keterampilan proses sains.

D. Pentingnya Melatihkan Keterampilan Proses Sains

Dalam pembelajaran IPA yang melatihkan keterampilan proses sains, tidak dituntut bahwa setiap siswa akan menjadi saintis atau ilmuwan. Namun, melalui keterampilan proses siswa dibiasakan untuk aktif berpikir. Selain itu, dengan proses yang dialami oleh siswa, maka siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri pengetahuannya. Disamping itu, keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang digunakan dalam mengumpulkan data dan menganalisa data sehingga dapat memecahkan masalah yang muncul (Lan, 2005). Conny Semiawan dkk (1984:14-16) ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:

a. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat, sehingga tak mungkin para guru mengajarkan semua fakta dan konsep.

b. Anak-anak mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh yang sesuai kondisi dengan mempraktekkan secara langsung.


(37)

c. Untuk menanamkan sikap ilmiah pada anak, perlu dilatih untuk selalu bertanya dan berpikir kritis.

d. Proses pembelajaran seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak.

Menurut Muhammad (dalam Trianto, 2012:150) tujuan melatihkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA adalah:

a. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena siswa dipacu untuk aktif dalam belajar.

b. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik keterampilan produk, proses maupun keterampilan kinerjanya. c. Menemukan dan membangun sendiri konsep .

d. Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian dan fakta yang dipelajari.

e. Mengembangkan pengetahuan atau konsep dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.

f. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam masyarakat, karena siswa telah dilatih keterampilan dan berpikir logis dalam memecahkan masalah dalam kehidupan.

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penting melatihkan keterampilan proses kepada siswa. Siswa akan terbiasa berpikir aktif dan berpikir secara ilmiah. Selain itu dengan pendekatan


(38)

keterampilan proses, siswa akan lebih mengerti bahwa IPA bukan hanya sekedar produk ilmiah, tetapi juga proses di dalamnya.

Peran guru adalah menyediakan kegiatan belajar yang menunjang siswa untuk belajar aktif . Membiasakan siswa belajar dengan pendekatan saintifik, dimana pendekatan saintifik dapat diterapkan melalui keterampilan proses sains. Sehingga dengan melatihkan keterampilan proses kepada siswa, tujuan pendidikan dalam kurikulum 2013 akan tercapai yaitu mengambangkan keterampilan, sikap dan pengetahuan sehingga melahirkan siswa yang produktif, kreatif dan inovatif sebagai modal untuk menghadapi perkembangan zaman.


(39)

22 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian ini terbatas pada beberapa guru-guru IPA di Bantul yang diteliti saja, sehingga hasil dan kesimpulan berdasarkan penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan kepada seluruh guru IPA di Bantul.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2014 di beberapa SMA di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

C. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru IPA yang berjumlah 25 guru dari enam SMA di Bantul.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel yaitu keterampilan proses sains guru IPA di Bantul. Variabel ini diukur melalui


(40)

alat ukur yaitu Test of Integrated Process Skills II (TIPS II) atau Tes Keterampilan Proses Sains Terpadu.

E. Desain Penelitian 1. Kegiatan Penelitian

Kegiatan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Peneliti mengajukan tes kepada beberapa guru IPA SMA untuk menguji keterampilan proses sains terpadu secara tidak langsung. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman guru IPA tentang keterampilan proses sains terpadu. Tes berupa soal pilihan ganda dan tanpa soal hitungan. b. Hasil tes tersebut dianalisis dengan mengoreksi jawaban yang

benar dan jawaban yang salah.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan satu macam instrument yaitu soal berupa pilihan ganda tentang keterampilan proses sains terpadu (TIPS II). Data tentang tingkat keterampilan proses sains guru diperoleh dari hasil jawaban guru.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrument Test of Integrated Process Skills (TIPS II). TIPS II adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk


(41)

menguji sejauhmana tingkat pemahaman dalam keterampilan proses sains terpadu. Tes ini diambil dari jurnal ‘Journal of Research In Science Teaching’yang berjudulDevelopment of an Integrated Process Skill Test : TIPS II. TIPS II ini dikembangkan oleh Dillshaw dan Okey (1985). Soal terdiri dari 3 bidang yaitu fisika, kimia dan biologi. Pertanyaan-pertanyaannya mencakup keterampilan merumuskan hipotesis, menendefinisian variabel secara operasional, mengidentifikasi variabel, merancang eksperimen, dan interpretasi data.

Tes asli yang berupa soal pilihan ganda dalam Bahasa Inggris kemudian dengan bantuan ahli, soal tersebut diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Soal yang sebenarnya terdiri dari 36 item. Namun dalam penelitian ini, peneliti mengurangi jumlah item soal menjadi 25 soal. Pengurangan soal dengan cara memilih soal-soal yang memiliki aspek yang sama. 25 soal tersebut sudah mewakili lima aspek yang ingin diteliti.

Tabel 3.1.Klasifikasi Item Tes TIPS II Berdasarkan Keterampilan Proses Sains Terpadu

Aspek di dalam tes TIPS II No Item

Mengidentifikasi Variabel 1, 3, 10, 11, 12, 21, 22, 23 Mendefinsikan variabel secara

operasional

2, 13, 14, 17, 24 Merumuskan Hipotesis 4, 8, 9, 18, 20, 25 Merancang eksperimen 6, 15


(42)

Tabel 3.2.Tujuan dan contoh soal tes pada TIPS II

Tujuan Contoh soal

Memberikan deskripsi tentang penyelidikan,

mengenali aspek

mendefinisikan opersional secara operasional

Sebuah penelitian tentang efisiensi mobil telah dilakukan. Hipotesa yang diuji adalah penambahan campuran zat additive pada bahan bakar dapat meningkatkan efisiensi mesin. Lima mobil yang identik diisi dengan jumlah dan jenis bensin yang sama tetapi jumlah zat additive (zat tambahan) yang berbeda. Mobil berjalan pada jalur yang sama sampai bahan bakar habis. Peneliti mencatat jarak yang dapat ditempuh setiap mobil. Bagaimana efisiensi mesin diukur dalam penelitian ini?

A) Waktu yang ditempuh mobil hingga kehabisan bensin.

B) Jarak tempuh tiap mobil.

C) Jumlah bahan bakar yang digunakan.

D) Jumlah zat additive (zat tambahan) yang digunakan

Memberikan deskripsi sebuah penyelidikan, mengenali variabel bebas, respon dan variabel control

Rini ingin mengetahui jika suhu mempengaruhi jumlah gula yang akan larut di dalam air. Ia menuangkan 50 mL air yang bersuhu 0°C, 50°C, 75°C, and 95°C kedalam empat botol. Kemudian, ia melarutkan gula sebanyak mungkin di setiap botol dengan mengaduknya. Manakah Hipotesis yang sedang diuji?

A) Semakin sering dilakukan pengadukan, semakin banyak gula yang larut.

B) Semakin banyak gula yang larut, semakin manis larutannya

C) Semakin tinggi suhu air, semakin banyak gula yang larut

D) Semakin banyak air yang digunakan, semakin tinggi suhu air tersebut.


(43)

Tujuan Contoh soal dari variabel yang rumit,

memilih hipotesis yang akan diuji

makanan yang dihasilkan oleh tanaman buncis. Dalam percobaan, peneliti mengubah intensitas cahaya, jumlah karbon dioksida, dan jumlah air yang diterima oleh tanaman. Hipotesis manakah yang dapat diujikan, jika Susan akan melakukan ui tersebut?

A) Semakin banyak tanaman memperoleh karbon dioksida, semakin banyak zat makanan yang dihasilkan.

B) Semakin banyak zat makanan dihasilkan oleh tanaman, semakin banyak cahaya yang dibutuhkan. C) Semakin banyak tanaman buncis

mendapat air, semakin banyak karbon dioksida yang dibutuhkan. D) Semakin banyak tanaman buncis

menerima cahaya, semakin banyak karbon dioksida yang dihasilkan. Memberikan deskripsi

sebuah penyelidikan, memperoleh data, mengenali grafik dari data, dan menjelaskan hubungan antar variabel

Seorang peneliti sedang menguji pupuk baru dengan menggunakan lima lahan yang berukuran sama. Ia memberikan jumlah pupuk yang berbeda di setiap lahan. Satu bulan kemudian, ia mengukur tinggi rata-rata rumput di setiap lahan tersebut. Hasil pengukurannya terdapat pada tabel di bawah ini.

Manakah grafik yang paling tepat untuk menggambarkan data pada tabel?

Jumlah Pupuk (kg) Tinggi rata-rata rumput (cm) 10 7 30 10 50 12 80 14 100 12


(44)

Tujuan Contoh soal

Merencakanan

penyelidikan untuk menguji hipotesis

Seorang ahli Biologi menguji hipotesa berikut: Semakin banyak jumlah vitamin yang diberikan kepada seekor tikus, semakin cepat tikus tersebut tumbuh. Bagaimana ia dapat mengukur pertumbuhan tikus tersebut?

A) Mengukur kecepatan tikus berlari B) Mengukur banyaknya latihan yang

dilakukan oleh tikus

C) Mengukur berat tikus setiap hari D) Mengukur jumlah vitamin yang

dimakan oleh tikus

G. Analisis Data

Melalui hasil jawaban atas tes tersebut maka dapat diketahui tingkat keterampilan proses sains oleh guru IPA. Data akan dianalisis secara kuantitatif untuk tiap aspek sehingga akan diperoleh jawaban benar dan salah untuk masing-masing guru. Untuk setiap jawaban guru, jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Kemudian jawaban guru tersebut dikelompokkan berdasarkan masing-masing aspek dihitung skor setiap guru serta dibuat presentase. Kemudian dihitung rata-rata skor seluruh guru untuk setiap aspek keterampilan proses sains terpadu. Berikut


(45)

adalah tabel yang digunnakan untuk menghitung skor rata-rata guru untuk setiap aspek dalam keterampilan proses sains terpadu.

Tabel 3.3.Tabel untuk jawaban guru untuk setiap aspek Nama

Guru

Aspek Skor Skor (%)

No item No item

Keterangan :

Skor = skor mentah guru

Skor (%) = skor guru dalam bentuk persen

Skor (%) =

100

= rata-rata skor guru setiap aspek

= ∑ (%)

Hasil dari analisis di atas digunakan untuk menganalisis tingkat penguasaan guru IPA SMA pada setiap aspek dalam keterampilan proses sains terpadu dengan melihat kualifikasi berdasarkan tabel 5 Kualifikasi Tingkat Keterampilan Proses Sains Guru IPA.

Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat penguasaan keterampilan proses sains terpadu terhadap keseluruhan aspek maka dilihat nilai rata-rata skor guru dari nilai rata-rata skor guru untuk setiap aspek.


(46)

Kemudian berdasarkan hasil tersebut dapat digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan guru IPA SMA di Kabupaten Bantul terhadap keterampilan proses sains terpadu dengan cara mengklasifikasikan nilainya menggunakan tabel 5 Kualifikasi Tingkat Keterampilan Proses Sains Guru IPA.

Kemudian, berdasarkan rata-rata skor guru untuk setiap aspek dapat digunakan untuk menentukan standar deviasinya. Jika nilai standar deviasi besar terhadap rata-rata skor guru untuk setiap aspek maka dapat dikatakan bahwa tingkat penguasaan keterampilan proses sains terpadu oleh guru IPA SMA di Kabupaten Bantul adalah menyebar. Artinya ada aspek keterampilan yang dikuasai dan ada yang belum dikuasai. Berikut tabel untuk melihat tingkat penguasaan guru IPA SMA terhadap keterampilan proses sains.

Tabel 3.4.Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru IPA SMA di Kabupaten Bantul

Aspek (%) (%) S.D (%)

Keterangan:

(%) = rata-rata skor guru setiap aspek

(%) =rata-rata skor guru seluruh aspek keterampilan proses sains


(47)

(%) =

S.D = Standar deviasi

Tingkat penguasaan guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul terhadap keterampilan proses sains baik setiap aspek maupun keseluruhan dikategorikan dalam 5 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Berikut tabel kategori tingkat penguasaan keterampilan proses sains :

Tabel 3.5.Kualifikasi Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru IPA

Rata-Rata Skor (%) Tingkat Penguasaan

≥ 80 Sangat Baik

68-79 Baik

56-67 Cukup

46-55 Kurang

≤45 Sangat Kurang

Berdasarkan hasilnya dapat digunakan untuk mengetahui aspek apa saja yang sudah dikuasi guru (persentase tinggi) maupun aspek mana saja yang masih lemah oleh guru.

Untuk mengetahui kesalahan jawaban yang banyak terjadi pada guru, maka jawaban guru pada setiap item soal dibuat presentase. Tabel yang digunakan untuk mengetahui jawaban guru adalah sebagai berikut:


(48)

Tabel 3.6.Jawaban Guru

Aspek No item

soal

Jawaban Guru

a (%) b (%) c (%) d (%)

Keterangan:

a = persentase jumlah guru menjawab pilihan a b = persentase jumlah guru menjawab pilihan b c = persentase jumlah guru menjawab pilihan c d = persentase jumlah guru menjawab pilihan d persentase jumlah guru menjawab =

ℎ ℎ


(49)

32 BAB IV

DATA DAN ANALISIS

A. Pelaksanaan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian untuk mengetahui keterampilan proses sains pada guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul di awali dengan kegiatan menyusun instrument berupa soal pilihan ganda tentang keterampilan proses sains serta mencari sekolah (SMA) yang bersedia digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Kegiatan selanjutnya dalam pelaksanaan penelitian ini adalah pengambilan data dengan cara mengetes guru yang dijadikan sampel untuk mengerjakan soal tentang keterampilan proses sains. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Agustus 2014. Sekolah yang menjadi sampel untuk penelitian ini adalah SMA N 1 Bambanglipuro, SMA N 1 Sanden, SMA N 2 Bantul, SMA N 1 Sewon, SMA N 1 Kasihan Bantul dan SMA Stella Duce Bantul. Pengambilan data di SMA Negeri 1 Bambanglipuro dilakukan pada tanggal 26 Mei-2 Juni 2014 dengan jumlah guru yang dites ada 7 orang. Di SMA Negeri 1 Sanden pada 28 Mei-2 Juni 2014 dengan jumlah guru yang dites ada 5 orang. Di SMA Negeri 2 Bantul pada 26 Mei-28 Mei 2014 dengan jumlah guru yang dites ada 3 orang. Di SMA Negeri 1 Sewon pengambilan data dilakukan pada tanggal 3 Juni-5 Juni 2014 dengan jumlah guru yang dites ada 5 orang. Setelah itu penelitian


(50)

dilanjutkan pada bulan Agustus 2014 karena pada bulan Juni-Juli disekolah sedang dilaksanakan ujian semester dan bertepatan dengan libur Ramadhan dan libur Idul Fitri. Di SMA Negeri 1 Kasihan penelitian dilakukan pada tanggal 8 Agustus-12 Agustus 2014 dengan jumlah guru yang dites ada 4 orang. Sekolah yang terakhir yaitu SMA Stela Duce Bantul, penelitian dilakukan pada tanggal 9 Agustus dan 16 Agustus dengan jumlah guru yang dites adalah 2 orang.

B. Data

Tes ini diikuti oleh 25 guru dari beberapa SMA di daerah Bantul. Guru tersebut terdiri dari guru mata pelajaran fisika, biologi dan kimia. Waktu pengerjaan soal tersebut adalah 30 menit.

C. Diskripsi dan Analisis Data

Bagian ini akan didiskripsikan keadaan jawaban guru IPA SMA yaitu guru mata pelajaran fisika, biologi dan kimia atas instrument tentang keterampilan proses sains terpadu yang terbagi dalam beberapa aspek.

1. Keterampilan Proses Sains

Instrument yang digunakan untuk mengukur sejauhmana keterampilan proses sains terpadu pada guru terdiri dari 5 aspek. Oleh karena itu, keterampilan proses sains terpadu yang dimiliki guru dibahas dalam setiap aspek dan secara keseluruhan aspek


(51)

keterampilan proses sains terpadu. Berikut adalah tabel keterampilan proses sains terpadu pada guru:

Tabel 4.1.Keterampilan Proses Sains Terpadu Pada Guru IPA SMA di Bantul

No Aspek (%) (%) S.D (%)

1 Mengidentifikasi variabel 58,00 70,95 9,88 2 Mendefinisikan Variabel Operasional 74,40 3 Merumuskan Hipotesis 67,33 4 Merancang eksperimen 70,00 5 Menginterpretasi data 85,00

Keterangan:

= rata-rata skor guru setiap aspek

= rata-rata skor guru seluruh aspek keterampilan proses sains terpadu

S.D = Standar Deviasi

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, didapatkan rata-rata skor guru terkait keterampilan proses sains adalah 70,95 % dengan standar deviasi 9,88 %. Maka dapat dikatakan bahwa guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul memiliki tingkat penguasaan keterampilan proses sains yang baik. Dengan nilai standar deviasi 9,88 % merupakan nilai yang cukup besar dari rata-rata skor guru. Dapat dikatakan bahwa rata-rata skor guru pada setiap aspek adalah menyebar, yaitu ada perbedaan di setiap aspeknya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keterampilan yang sangat dipahami guru dan cukup dipahami oleh guru. Aspek yang sangat dipahami


(52)

oleh beberapa guru SMA di Bantul adalah interpretasi data dengan rata-rata skor guru paling tinggi. Dan aspek yang cukup dipahami oleh beberapa guru IPA di Bantul adalah aspek mengidentifikasi variabel dengan rata-rata skor paling rendah.

Setelah dilihat keterampilan proses secara keseluruhan, selanjutnya dapat diketahui penguasaan guru pada setiap aspek pada keterampilan proses sains.

Pada aspek mengidentifikasi variabel, rata-rata skor guru adalah 58,00 % maka dapat dikatakan bahwa guru memiliki tingkat keterampilan yang cukup dalam mengidentifikasi variabel. Pada aspek mendefinisikan variabel operasional, rata-rata skor guru adalah 74,40 % maka dapat dikatakan bahwa tingkat keterampilan beberapa guru IPA SMA di Bantul pada aspek mendefinisikan variabel operasional adalah baik. Untuk aspek merumuskan hipotesis, rata-rata skor guru adalah 67,33 %, dapat dikatakan bahwa beberapa guru IPA SMA di Bantul memiliki tingkat keterampilan yang cukup pada aspek merumuskan hipotesis. Pada aspek merancang eksperimen, rata-rata skor guru adalah 70,00 % maka dapat dikatakan bahwa guru memiliki keterampilan yang baik dalam aspek merancang eksperimen. Pada aspek interpretasi data, rata-rata skor guru adalah 85,00% maka dapat dikatakan bahwa dalam aspek interpretasi data guru IPA di Bantul dalam katergori sangat baik.


(53)

2. Keterampilan Proses Sains Setiap Aspek a. Mengidentifikasi Variabel

Tabel 4.2.Jawaban Guru pada Aspek Mengidentifikasi Variabel

Keterangan:

Arsir : Jawaban Benar

Sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya, keterampilan guru dalam mengidentifikasi variabel adalah cukup (58,00%). Tabel 4.2 menunjukkan peta respon guru terhadap persoalan yang diajukan dalam tes. Suatu eksperimen bertujuan untuk melihat pengaruh besaran-besaran yang diukur. Besaran inilah yang disebut sebagai variabel. Maka kemampuan mengidentifikasi atau mengenali besaran-besaran apa saja menjadi hal yang penting sebelum eksperimen dilakukan.

Untuk item nomor 3, berdasarkan tabel di atas, guru menjawab salah (84%) dengan pilihan jawaban D. Pertanyaan

Aspek No

item

Jumlah Guru yang Menjawab (%)

Total

A B C D Kosong

Mengidentifikasi variabel

1 12.00 0.00 12.00 76.00 0.00 100.00 3 0.00 12.00 4.00 84.00 0.00 100.00 10 8.00 52.00 4.00 32.00 4.00 100.00 11 72.00 20.00 0.00 8.00 0.00 100.00 12 32.00 4.00 8.00 56.00 0.00 100.00 21 4.00 36.00 56.00 0.00 4.00 100.00 22 80.00 4.00 12.00 4.00 0.00 100.00 23 12.00 60.00 8.00 20.00 0.00 100.00


(54)

pada item 3 adalah” Sebuah pabrik otomotif hendak membuat mobil dengan biaya operasional rendah. Mereka mempelajari beberapa variabel yang akan mempengaruhi jumlah jarak tempuh per liter bensin dari setiap mobil. Manakah variabel yang nampaknya akan mempengaruhi jumlah jarak tempuh per liter bensin?”. Respon yang tepat terhadap pertanyaan ini adalah opsi B yakni “ukuran mesin” yang dipilih guru sebanyak 12 %. Pernyataan opsi D, yang banyak dipilih guru adalahjawaban A dan B benar (jawaban A adalah berat mobil dan jawaban B adalah ukuran mesin). Banyak guru menjawab opsi D yang menerangkan bahwa berat mobil dan ukuran mesin mempengaruhi jarak tempuh tiap liter bensin. Sebenarnya berat mobil berpengaruh terhadap usaha yang dilakukan mobil untuk bergerak. Dan untuk ukuran mesin berpengaruh terhadap jarak tempuh per liter bensin.

Pada item 10 dan 21 pada soal tes memiliki persoalan yang sama yaitu menentukan variabel kontrol dalam suatu penyelidikan. Berdasarkan tabel 4.2 yang menunjukkan peta respon guru, pada item 10 dan 21 banyak guru yang menjawab pada jawaban yang benar. Tetapi ada beberapa guru yang menjawab salah pada macam jawaban, dan kesalahan tersebut mengumpul di salah satu macam jawaban.


(55)

Item nomor 10 dengan pertanyaan “Ia menuangkan 50 mL air yang bersuhu 0°C, 50°C, 75°C, and 95°C kedalam empat botol. Kemudian, ia melarutkan gula sebanyak mungkin di setiap botol dengan mengaduknya”. Berarti melalui pernyataan tersebut yang menjadi variabel kontrol adalah jumlah air dalam botol, dan beberapa guru salah pada opsi D yaitusuhu air.

Item nomor 21 dengan pernyataan “Tanaman-tanaman tomat ditanam di empat bak yang besar. Setiap bak diisi jenis dan jumlah tanah yang sama. Satu bak diisi 15 kg sampah daun yang dicampur dengan tanah. Bak kedua diisi 10 kg, bak ketiga diisi 5 kg dan bak keempat tidak diisi sampah daun. Semua bak diletakkan diluar rumah agar mendapat sinar matahari dan dilakukan penyiraman. Kemudian, jumlah tomat yang dihasilkan di setiap bak dihitung”. Dari pernyataan tersebut yang menjadi variabel kontrol adalah jenis dan jumlah tanah yang ditambahkan pada bak. Namun beberapa guru memilih pada opsi B yaitu jumlah sampah daun yang ditambahkan dalam bak.

Berdasarkan jawaban guru pada item nomor 10 dan 21, ada kemungkinan persoalan yang dihadapi beberapa guru adalah belum paham mengenai pengertian variabel kontrol. Kemungkinan bahwa guru mengartikan variabel kontrol sebagai variabel yang di ubah-ubah bukan sebagai variabel


(56)

yang dijaga tetap selama percobaan. Sehingga pada item tersebut beberapa guru salah dalam memilih jawaban.

Secara umum pada aspek mengidentifikasi variabel, beberapa guru belum paham mengenai variabel kontrol, variabel bebas dan variabel terikat. Hal ini dapat dilihat bahwa untuk beberapa item yang berkaitan dengan variabel-vaiabel tersebut, masih banyak guru yang menjawab salah. Ada kemungkinan bahwa para guru belum paham mengenai pengertian dari masing-masing variabel, sehingga ketika dihadapkan dengan pernyataan di soal tes tidak sedikit guru yang memilih jawaban salah.

b. Mendefinisikan Variabel Secara Operasional

Tabel 4.3.Jawaban Guru pada Aspek Mendefinisikan Variabel Operasional

Keterangan:

Arsir: Jawaban Benar

Tabel 4.3 menunjukkan peta respon guru terhadap soal yang berkaitan dengan mendefinisikan variabel secara

Aspek No

Item

Jumlah Guru yang menjawab (%)

A B C D Kosong Total

Pendefinisian Variabel

Secara Operasional

2 12.00 28.00 24.00 36.00 0.00 100.00

13 8.00 12.00 0.00 80.00 0.00 100.00

14 72.00 12.00 0.00 16.00 0.00 100.00

17 0.00 0.00 96.00 4.00 0.00 100.00


(57)

operasional. Dalam aspek mendefinisikan variabel secara operasional berkaitan dengan bagaimana sebuah variabel ditentukan/diukur pada penelitian. Dari keseluruhan item soal, guru banyak menjawab salah (36%) pada pilihan jawaban D dalam menjawab permasalahan pada item nomor 2. Pertanyaan Pada item nomor 2 adalah“Sebuah penelitian tentang efisiensi mobil telah dilakukan. Hipotesa yang diuji adalah penambahan campuran zat additive pada bahan bakar dapat meningkatkan efisiensi mesin. Lima mobil yang identik diisi dengan jumlah dan jenis bensin yang sama tetapi jumlah zat additive (zat tambahan) yang berbeda. Mobil berjalan pada jalur yang sama sampai bahan bakar habis. Peneliti mencatat jarak yang dapat ditempuh setiap mobil. Bagaimana efisiensi mesin diukur dalam penelitian ini? “. Respon yang tepat terhadap pertanyaan ini adalah opsi B yakni jarak tempuh mobil, yang hanya dipilih guru sebanyak 28 %. Pernyataan opsi D, yang banyak dipilih guru adalah jumlah zat additive (zat tambahan) yang digunakan.

Item nomor 2 mempersoalkan bagaimana efisiensi mesin mobil diukur. Sebenarnya di dalam pernyataan item nomor 2 sudah disebutkan variabel secara operasionalnya yaitu mencatat jarak tempuh yang dapat ditempuh setiap mobil. Ada kemungkinan bahwa guru banyak menjawab salah karena guru


(58)

kurang cermat dalam mengindentifikasi apa dan bagaimana variabel yang diukur untuk menentukan efisiensi mesin mobil.

Dengan jenis dan jumlah bensin yang sama, tetapi dengan jumlah zat additive yang berbeda, efisiensi mesin mobil dapat diukur berdasarkan jarak tempuh setiap mobil. Pada item soal nomor 2 yang diukur adalah efisiensi mesin mobil dan cara menentukannya adalah dengan mengukur jarak tempuh mobil.

c. Merumuskan Hipotesis

Tabel 4.4.Jawaban Guru pada Aspek Merumuskan Hipotesis

Aspek No

Item

Jumlah Guru yang menjawab (%)

A B C D Kosong Total

Merumuskan Hipotesis

4 4.00 20.00 12.00 64.00 0.00 100.00 8 64.00 16.00 4.00 16.00 0.00 100.00 9 0.00 4.00 92.00 4.00 0.00 100.00 18 16.00 12.00 32.00 40.00 0.00 100.00 20 4.00 0.00 4.00 92.00 0.00 100.00 25 0.00 28.00 4.00 68.00 0.00 100.00 Keterangan:

Arsir: Jawaban Benar

Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, keterampilan guru dalam merumuskan hipotesis adalah cukup (67,33%). Tabel 4.4 menunjukkan peta respon guru terhadap persoalan yang diajukan dalam soal. Merumuskan hipotesis merupakan langkah awal dalam menerapkan keterampilan proses sains terpadu karena dalam tahap ini dirumuskan dugaan yang akan diuji. Dari keseluruhan item soal, guru banyak


(59)

menjawab salah (40%) dengan pilihan D dalam menjawab masalah pada item no 18. Pertanyaan pada item nomor 18 adalah Sekelompok siswa sedang mempertimbangkan variabel-variabel yang mungkin mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan gula. Mereka mengidentifikasi suhu air, banyaknya gula yang akan dilarutkan dan banyaknya air untuk melarutkan sebagai variabel-variabel yang dipertimbangkan. Hipotesa apa yang dapat mereka uji untuk mengetahui pengaruh waktu terhadap proses pelarutan gula?”.Respon yang tepat terhadap pernyataan ini adalah opsi C yakni“semakin hangat air yang digunakan, semakin banyak gula yang akan larut”yang hanya dipilih guru sebanyak 32 %. Pernyataan opsi D yang banyak dipilih guru adalah semakin hangat air, semakin banyak waktu yang digunakan untuk melarutkan gula.

Dalam merumuskan hipotesis, pengenalan akan variabel bebas dan variabel terikat menjadi penting. Hipotesis menyatakan hubungan antara keduanya. Ada kemungkinan persoalan guru adalah kurang cermat mengidentifikasi mana diantara ketiga variabel dalam persoalan yang merupakan variabel bebas dan mana yang merupakan variabel terikat.

Padahal jika air semakin hangat, waktu yang dibutuhkan gula untuk larut menjadi lebih sedikit. Sedangkan pada opsi C


(60)

pernyataannya adalah semakin hangat air yang digunakan, semakin banyak gula yang akan larut. Penjelasannya adalah jika air yang digunakan semakin hangat, maka gula akan larut dalam waktu singkat, sehingga semakin banyak juga gula yang akan larut dalam air tersebut. Sedangkan pada opsi D yang membuat pernyataan tersebut salah adalah ketika suhu air semakin tinggi, waktu yang digunakan untuk melarutkan gula di dalam air adalah semakin singkat bukan semakin banyak waktu atau lama.

d. Merancang Eksperimen

Tabel 4.5.Jawaban Guru pada Aspek Merancang Eksperimen

Aspek No

item

Jumlah Guru yang menjawab (%)

A B C D Kosong Total

Merancang Ekperiman

6 0.00 96.00 4.00 0.00 0.00 100.00 15 52.00 44.00 4.00 0.00 0.00 100.00 Keterangan:

Arsir : Jawaban Benar

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, keterampilan guru pada aspek merancang eksperimen adalah baik (70%). Tabel 4.5 menunjukkan peta respon guru terhadap persoalan tentang merancang eksperimen. Dari kedua item soal, guru banyak menjawab salah (52%) dengan pilihan jawaban A pada item 15. Pertanyaan pada item 15 adalah “Vino sedang menyelidiki pengaruh suhu terhadap kecepatan aliran minyak. Hipotesis dalam penyelidikan ini adalah semakin tinggi suhu


(61)

pada minyak maka semakin cepat minyak tersebut akan mengalir. Bagaimana ia dapat menguji hipotesa tersebut ?” Respon yang tepat terhadap pertanyaan ini adalah opsi b yaitu mengamati kecepatan tertentu dimana minyak dalam suhu yang berbeda-beda mengalir dipermukaan licin. Pernyataan opsi A, yang banyak dipilih oleh guru adalah memanaskan minyak dalam suhu yang berbeda-beda dan menimbangnya setelah minyak tersebut mengalir keluar kaleng.

Eksperimen dilakukan untuk menguji suatu hipotesis. Sebelum dilakukan eksperimen yang harus diketahui terlebih dahulu adalah aspek hipotesis dan variabel-variabel yang akan diukur. Berdasarkan pernyataan pada item 15 sudah diketahui hipotesisnya yaitu semakin tinggi suhu pada minyak maka semakin cepat minyak tersebut akan mengalir. Berdasarkan informasi dari hipotesis tersebut, dapat diketahui bahwa yang menjadi variabel bebas adalah suhu minyak dan yang menjadi variabel terikat adalah kecepatan aliran minyak. Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, rancangan eksperimen yang disiapkan adalah mengamati kecepatan minyak ketika mengalir pada permukaan pada suhu yang berbeda-beda.

Banyak guru menjawab pada pilihan jawaban salah karena ada kemungkinan bahwa guru kurang cermat dalam mengidentifikasi hipotesis yang diajukan. Hipotesis yang


(62)

diajukan tidak disebutkan untuk menimbang minyak setelah minyak mengalir dari kaleng.

e. Interpretasi Data

Tabel 4.6.Jawaban Guru pada Aspek Interpretasi Data

Keterangan:

Arsir: Jawaban Benar

Telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa keterampilan guru pada aspek interpretasi data adalah sangat baik (85%). Aspek interpretasi data merupakan tahap menafsirkan data berdasarkan hasil penyelidikan/eksperimen. Interpretasi data dapat berupa pernyataan, tabel dan grafik. Tabel 4.6 menunjukkan distribusi respon guru terhadap persoalan tentang interpretasi data. Dari keseluruhan item, guru banyak menjawab pada pilihan jawaban yang benar. Misalnya item 5 dan 16, kedua item tersebut identik yaitu dengan menyajikan data dari suatu penyelidikan dan responden diminta untuk memilih grafik yang sesuai berdasarkan data tersebut. Berdasarkan jawaban guru, banyak yang menjawab benar pada

Aspek No

Item

Jumlah Guru yang menjawab (%)

A B C D Kosong Total

Interpretasi Data

5 4.00 84.00 8.00 4.00 0.00 100.00 7 92.00 8.00 0.00 0.00 0.00 100.00 16 8.00 0.00 88.00 4.00 0.00 100.00 19 12.00 8.00 80.00 0.00 0.00 100.00


(63)

kedua item tersebut. Dapat dikatakan bahwa keterampilan guru dalam menginterpretasi data adalah sangat baik.

D. Implikasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan guru IPA beberapa SMA di Bantul terhadap keterampilan proses sains. Berdasarkan hasil anlisa jawaban guru menunjukkan bahwa mereka memiliki tingkat penguasaan yang baik. Jika dilihat setiap aspek pada keterampilan proses sains terpadu, tingkat penguasaan guru pada aspek mengidentifikasi variabel dan tingkat penguasaan guru pada aspek merumuskan hipotesis tergolong cukup. Sedangkan untuk aspek mendefinisikan variabel secara operasional dan merancang eksperimen tergolong baik serta untuk tingkat penguasaan pada aspek interpretasi data tergolong sangat baik.

Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan ilmuwan untuk melakukan penyelidikan ilmiah. Berangkat dari definisi tersebut, berarti aspek-aspek dalam keterampilan proses sains tersebut saling terkait. Dalam pelaksanaannya harus sama, tidak boleh ada yang lebih dipahami maupun kurang dipahami.

Secara keseluruhan, tingkat penguasaan guru IPA beberapa SMA di Bantul terhadap keterampilan proses sains terpadu adalah baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa para guru sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk menerapkan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik (scientific approach) seperti yang diamanatkan


(64)

oleh Kurikulum 2013. Karena pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dapat diterapkan melalui keterampilan proses sains dan beberapa guru IPA SMA di Bantul menguasainya dengan baik. Dalam hal ini, peran guru sebagai fasilitator adalah menyiapkan kegiatan belajar yang memfasilitasi peserta didik untuk membangun pengetahuannya.

Perlu diperhatikan adalah dorongan kepada guru untuk mencoba menerapkan keterampilan tersebut di dalam kelas. Untuk melihat hasil dari penerapan keterampilan tersebut, guru harus melakukan evaluasi. Dengan adanya evaluasi para guru dapat mengetahui keefektifan proses pembelajaran dengan keterampilan proses sains. Adanya penerapan keterampilan proses yang kemudian dievaluasi bertujuan agar guru semakin percaya diri dalam menerapkan kurikulum yang baru yaitu Kurikulum 2013.


(65)

48 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Tingkat penguasaan guru IPA beberapa SMA di Kabupaten Bantul terhadap keterampilan proses sains secara keseluruhan adalah baik dengan rata-rata skor 70,95 %.

2. Tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA beberapa SMA di Bantul pada aspek menginterpretasi data adalah sangat baik, atau dapat dikatakan bahwa guru menguasai aspek menginterpretasi data.

3. Tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA beberapa SMA di Bantul pada aspek mendefinisikan variabel secara operasional dan merancang eksperimen adalah baik, guru menguasai pada aspek ini.

4. Tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA beberapa SMA di Bantul pada aspek mengidentitifkasi variabel dan merumuskan hipotesis adalah cukup, guru belum terlalu menguasai aspek ini.


(66)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran, yaitu:

1. Bagi guru

Para guru mencoba melakukan pembelajaran dikelas dengan keterampilan proses sains. Jika guru terbiasa menggunakan keterampilan ini, guru akan tambah percaya diri dalam menerapkan Kurikulum 2013.

2. Bagi peneliti selanjutnya

a. Penelitian tidak hanya menggunakan soal tes saja, ditambah dengan wawancara kepada guru yang bersangkutan supaya data lebih lengkap.


(67)

50

DAFTAR PUSTAKA

Burns, J.C., Okey, J.R. & Wise K.C, 1985. Development of an Integrated Process Skills Test : TIPS II. Jounal of Research in Science Teaching. (22), 169-177.

Devi, Poppy Kamalia. 2010. Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran IPA untuk Guru SMP. Jakarta : PPPPTK IPA.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta.

Fadlillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs & SMA/MA. Yogyakarta : AR-Ruzz.

Gie, The Liang. 1992. Pendidikan Sains Bagi Pembangunan Nasional Indonesia. Yogyakarta.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor : Ghalia Indonesia.

Lan, Ong Saw. 2005. Assesing Preservice Science Teachers Competency in Integrated Science Process Skills. Sebuah paper yang dipresentasikan dalam Konferensi Nasional dalam Keterampilan dan Kompetensi Pendidikan 2005. Malaysia. Di Unduh pada tanggal 4 Maret 2014 dalam http://eprints.usm.my/5601/1/Assessing_Competency_In_Integrated

Science_Process_Skill_And_Its_Relation_With_Science_Achievement.pdf Radford, D. L dkk. 1992. A Preliminary Assessment of Science Process Skills,


(68)

diperesentasikan dalam National Association for Research in Science Teaching. Boston. Diunduh pada tanggal 1 Mei 2014 dalam

http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED354145.pdf

Rokhman, Fathur. 2013. Harapan Besar Implementasi Kurikulum 2013. Di unduh tanggal 5 Mei 2014 dalam

http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-harapan-kurikulum

Semiawan,Conny dkk .1987. Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?.Jakarta: PT Gramedia

Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivis & Menyenangkan.Yogyakarta :USD.

Suparno, Paul. 2010.Metode Penelitian Pendidikan Fisika.Yogyakarta : USD. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta : Kencana.

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(69)

Lampiran A1. Soal

Tes Keterampilan Proses Sains Terpadu

1. Seorang pelatih sepakbola berpikir bahwa timnya kalah karena stamina menurun. Dia mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi stamina. Manakah variabel yang berdampak pada stamina pemain?

A) Banyaknya vitamin yang diminum per hari.

B) Seberapa sering latihan yang dilakukan dalam satu hari. C) Jumlah waktu untuk berlatih.

D) Jawaban di atas semua benar.

2. Sebuah penelitian tentang efisiensi mobil telah dilakukan. Hipotesa yang diuji adalah penambahan campuran zat additive pada bahan bakar dapat meningkatkan efisiensi mesin. Lima mobil yang identik diisi dengan jumlah dan jenis bensin yang sama tetapi jumlah zat additive (zat tambahan) yang berbeda. Mobil berjalan pada jalur yang sama sampai bahan bakar habis. Peneliti mencatat jarak yang dapat ditempuh setiap mobil. Bagaimana efisiensi mesin diukur dalam penelitian ini?

A) Waktu yang ditempuh mobil hingga kehabisan bensin. B) Jarak tempuh tiap mobil.

C) Jumlah bahan bakar yang digunakan.


(70)

3. Sebuah pabrik otomotif hendak membuat mobil dengan biaya operasional rendah. Mereka mempelajari beberapa variabel yang akan mempengaruhi jumlah jarak tempuh per liter bensin dari setiap mobil. Manakah variabel yang nampaknya akan mempengaruhi jumlah jarak tempuh per liter bensin?

A) Berat mobil. B) Ukuran mesin. C) Warna mobil.

D) Jawaban A dan B benar.

4. Sekelompok siswa sedang mempelajari kecepatan sebuah benda ketika jatuh ke tanah. Mereka merancang sebuah penelitian dimana ada dua buah batu dengan massa dan ukuran yang berbeda akan dijatuhkan dari ketinggian yang sama. Manakah hipotesa yang akan diuji berkaitan dengan kecepatan benda yang jatuh ke tanah?

A) Sebuah batu akan jatuh lebih cepat jika dijatuhkan lebih tinggi B) Semakin tinggi batu, semakin cepat jatuhnya

C) Semakin besar ukuran batu, semakin cepat jatuhnya D) Semakin massa batu, semakin cepat jatuhnya

5. Seorang siswa mempelarjari tentang pengaruh suhu terhadap perkembangan bakteri. Siswa tersebut memperoleh data sebagai berikut:


(71)

Suhu Ruangan (°C)

Jumlah Koloni Bakteri

5 0

10 2

15 6

25 12

50 8

70 1

Grafik manakah yang mewaikili data percobaan tersebut?

6. Jono berpikir bahwa semakin tinggi tekanan udara pada bola basket, semakin tinggi pula bola akan memantul. Untuk meneliti hipotesa ini, dia mengumpulkan beberapa bola basket dan memompanya dengan alat pengukur tekanan udara. Bagaimanakah Jono menguji hipotesanya?

A) Memantulkan bola basket dengan gaya yang berbeda dari ketinggian yang sama

B) Memantulkan bola basket yang memiliki tekanan udara yang berbeda dari ketinggian yang sama

C) Memantulkan bola basket yang memiliki tekanan udara yang sama dari kemiringan dari lantai yang berbeda


(72)

D) Memantulkan bola basket yang memiliki tekanan udara yang sama dari sudut lantai yang berbeda

7. Sebuah penyelidikan sedang dilakukan untuk meneliti berapa banyak air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Satu jenis tanaman ditanam pada lima petak tanah yang berukuran kecil dan diberi air. Setelah dua bulan, masing-masing tanaman diukur ketinggiannya. Data ditampilkan pada grafik dibawah ini:

Bagaimana hubungan antar variabelnya ?

A) Semakin banyak jumlah air yang diberikan, semakin tinggi tanamannya.

B) Kenaikan jumlah air menambah tingginya tanaman. C) Pengurangan jumlah air menambah tinggi tanaman.

D) Penurunan tinggi tanaman disebabkan oleh pengurangan jumlah air yang diberikan.

8. Susan sedang meneliti jumlah zat makanan yang dihasilkan oleh tanaman buncis. Dalam percobaan, peneliti mengubah intensitas cahaya, jumlah


(73)

karbon dioksida, dan jumlah air yang diterima oleh tanaman. Hipotesis manakah yang dapat diujikan, jika Susan akan melakukan ui tersebut?

A) Semakin banyak tanaman memperoleh karbon dioksida, semakin banyak zat makanan yang dihasilkan.

B) Semakin banyak zat makanan dihasilkan oleh tanaman, semakin banyak cahaya yang dibutuhkan.

C) Semakin banyak tanaman buncis mendapat air, semakin banyak karbon dioksida yang dibutuhkan.

D) Semakin banyak tanaman buncis menerima cahaya, semakin banyak karbon dioksida yang dihasilkan.

Bacaan berikut untuk soal nomer 9 sampai nomer 12.

Rini ingin mengetahui jika suhu mempengaruhi jumlah gula yang akan larut di dalam air. Ia menuangkan 50 mL air yang bersuhu 0°C, 50°C, 75°C, and 95°C kedalam empat botol. Kemudian, ia melarutkan gula sebanyak mungkin di setiap botol dengan mengaduknya.

9. Manakah Hipotesis yang sedang diuji?

A) Semakin sering dilakukan pengadukan, semakin banyak gula yang larut.

B) Semakin banyak gula yang larut, semakin manis larutannya C) Semakin tinggi suhu air, semakin banyak gula yang larut

D) Semakin banyak air yang digunakan, semakin tinggi suhu air tersebut


(74)

A) Jumlah gula yang larut di dalam setiap botol B) Jumlah air dalam setiap botol

C) Jumlah botol air yang digunakan D) Suhu air

11. Manakah yang merupakan variabel terikat dalam penelitian tersebut? A) Jumlah gula yang dilarutkan di dalam setiap botol

B) Jumlah air dalam setiap botol C) Jumlah botol air yang digunakan D) Suhu air

12. Manakah yang merupakan variabel bebas dalam kasus tersebut? A) Jumlah gula yang dilarutkan di dalam setiap botol B) Jumlah air dalam setiap botol

C) Jumlah botol air yang digunakan D) Suhu air

13. Seorang tukang kebun menyadari bahwa tanaman labunya terserang hama. Ia harus memusnahkan hama tersebut. Saudaranya mengatakan bahwa obat pembasmi hama berbentuk serbuk yang bermerk “Masagri” adalah yang terbaik untuk membasmi hama. Sedangkan, tetangganya mengatakan bahwa obat bermerk “King-Tonik” berbentuk cairan yang disemprotkan adalah yang paling baik untuk membasmi hama. Tukang kebun ingin mengecek keefektifan obat pembasmi hama dan menggunakan obat serbuk ke dalam 3 tanaman dan cairan ke 3 tanaman yang lain. Seminggu


(75)

kemudian, ia menghitung jumlah hama yang masih hidup di setiap tanaman.

Bagaimana keefektifan pembasmi hama tersebut dapat terukur? A) Mengukur jumlah semprotan atau serbuk yang digunakan

B) Menentukan kondisi tanaman setelah disemprot atau diberi serbuk C) Menimbangberat labu yang dihasilkan setiap tanaman

D) Menghitung jumlah hama yang tersisa di tanaman

14. Lisa ingin mengukur jumlah energi panas yang bisa dihasilkan oleh nyala api dalam waktu tertentu. Sebuah alat pembakar/bunsen akan digunakan untuk memanaskan sebuah beker glass yang berisi satu liter air dingin selama sepuluh menit.

Bagaimana Lisa akan mengukur jumlah energi panas yang dihasilkan oleh nyala api tersebut?

A) Mencatat perubahan suhu air setelah sepuluh menit B) Mengukur volume air setelah sepuluh menit

C) Mengukur suhu nyala api setelah sepuluh menit

D) Menghitung waktu yang dibutuhkan hingga satu liter air mendidih 15. Vino sedang menyelidiki pengaruh suhu terhadap kecepatan aliran

minyak. Hipotesis dalam penyelidikan ini adalah semakin tinggi suhu pada minyak maka semakin cepat minyak tersebut akan mengalir.


(76)

A) Memanaskan minyak dalam suhu yang berbeda-beda dan menimbangnya setelah minyak tersebut mengalir keluar dari kaleng

B) Mengamati kecepatan tertentu dimana minyak dalam suhu yang berbeda-beda mengalir di permukaan yang licin.

C) Mengamati kecepatan minyak mengalir pada permukaan yang licin.

D) Mengukur waktu mengalir minyak dengan berbagai kekentalan yang berbeda.

16. Seorang peneliti sedang menguji pupuk baru dengan menggunakan lima lahan yang berukuran sama. Ia memberikan jumlah pupuk yang berbeda di setiap lahan. Satu bulan kemudian, ia mengukur tinggi rata-rata rumput di setiap lahan tersebut. Hasil pengukurannya terdapat pada tabel di bawah ini.

Jumlah Pupuk (kg)

Tinggi rata-rata rumput (cm)

10 7

30 10

50 12

80 14

100 12


(77)

17. Seorang ahli Biologi menguji hipotesa berikut: Semakin banyak jumlah vitamin yang diberikan kepada seekor tikus, semakin cepat tikus tersebut tumbuh. Bagaimana ia dapat mengukur pertumbuhan tikus tersebut?

A) Mengukur kecepatan tikus berlari

B) Mengukur banyaknya latihan yang dilakukan oleh tikus C) Mengukur berat tikus setiap hari

D) Mengukur jumlah vitamin yang dimakan oleh tikus

18. Sekelompok siswa sedang mempertimbangkan variabel-variabel yang mungkin mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan gula. Mereka mengidentifikasi suhu air, banyaknya gula yang akan dilarutkan dan banyaknya air untuk melarutkan sebagai variabel-variabel yang dipertimbangkan. Hipotesa apa yang dapat mereka uji untuk mengetahui pengaruh waktu terhadap proses pelarutan gula?


(78)

A) Semakin banyak jumlah gula, semakin banyak air yang dibutuhkan untuk melarutkan

B) Semakin dingin air yang digunakan, semakin cepat pengadukan yang harus dilakukan

C) Semakin hangat air yang digunakan, semakin banyak gula yang akan larut

D) Semakin hangat air yang digunakan, semakin banyak waktu yang digunakan untuk melarutkan gula

19. Sekelompok konsumen mengukur jarak tempuh mobil untuk setiap penggunaan satu liter bensin dengan ukuran mesin yang berbeda-beda. Hasilnya adalah sebagai berikut:

Manakah yang menunjukkan hubungan antar variabel?

A) Semakin besar ukuran mesin, semakin jauh jarak tempuh untuk setiap liter bensin yang digunakan.

B) Semakin sedikit jarak tempuh untuk setiap liter bensin, semakin kecil ukuran mesinnya.

C) Semakin kecil ukuran mesin, semakin jauh jarak tempuh untuk setiap liter bensin.


(79)

D) Semakin banyak jarak tempuh setiap liternya, semakin besar ukuran mesin.

Bacaan berikut untuk soal nomer 20 sampai nomer 23.

Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah sampah daun yang dimasukkan ke dalam tanah memberikan pengaruh terhadap buah tomat yang dihasilkan. Tanaman-tanaman tomat ditanam di empat bak yang besar. Setiap bak diisi jenis dan jumlah tanah yang sama. Satu bak diisi 15 kg sampah daun yang dicampur dengan tanah. Bak kedua diisi 10 kg, bak ketiga diisi 5 kg dan bak keempat tidak diisi sampah daun. Semua bak diletakkan diluar rumah agar mendapat sinar matahari dan dilakukan penyiraman. Kemudian, jumlah tomat yang dihasilkan di setiap bak dihitung.

20. Manakah Hipotesa yang sedang diuji ?

A) Semakin banyak sinar matahari, semakin banyak tomat yang dihasilkan

B) Semakin besar bak yang digunakan, semakin banyak sampah daun yang ditambahkan

C) Semakin banyak air yang ditambahkan, semakin cepat sampah daun akan membusuk di dalam bak

D) Semkain banyak sampah daun yang ditambahkan, semakin banyak jumlah tomat yang dihasilkan

21. Manakah yang merupakan variabel kontrol dalam penelitian tersebut ? A) Jumlah tomat yang dihasilkan dalam setiap bak


(1)

80

Lampiran C2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

81

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI