BAB II METHODOLOGI

(1)

BAB II METHODOLOGI 1. LANDASAN TEORI

Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut (intrusi) yang dicirikan oleh vegetasinya yang khas, sedangkan batas wilayah pesisir ke arah laut mencakup bagian atau batas terluar daripada daerah paparan benua (continental shelf), dimana ciri-ciri perairan ini masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Bengen, 2002).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang

Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, wilayah pesisir

didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.

Wilayah pesisir/pantai adalah suatu hal yang lebarnya bervariasi, yang mencakup tepi laut (shore) yang meluas kearah daratan hingga batas pengaruh marin masih dirasakan (Bird, 1969 dalam Sutikno, 1999).

Berdasarkan batasan tersebut di atas, beberapa ekosistem wilayah pesisir yang khas seperti estuaria, delta, laguna, terumbu karang (coral


(2)

reef), padang lamun (seagrass), hutan mangrove, hutan rawa, dan bukit pasir (sand dune) tercakup dalam wilayah ini. Luas suatu wilayah pesisir sangat tergantung pada struktur geologi yang dicirikan oleh topografi dari wilayah yang membentuk tipe-tipe wilayah pesisir tersebut. Wilayah pesisir yang berhubungan dengan tepi benua yang meluas (trailing edge) mempunyai konfigurasi yang landai dan luas. Ke arah darat dari garis pantai terbentang ekosistem payau yang landai dan ke arah laut terdapat paparan benua yang luas. Bagi wilayah pesisir yang berhubungan dengan tepi benua patahan atau tubrukan (collision edge), dataran pesisirnya sempit, curam dan berbukit-bukit, sementara jangkauan paparan benuanya ke arah laut juga sempit.

Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.

Pencemaran laut menurut PP No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut adalah mempunyai pengertian atau definisi sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya.

Komponen-komponen yang menyebabkan pencemaran laut seperti partikel kimia, limbah industri, limbah pertambangan, limbah pertanian


(3)

dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing) di dalam laut yang berpotensi memberi efek samping pada kesehatan.

Beberapa contoh pencemaran laut yang terjadi di Indonesia seperti penangkapan ikan dengan cara pengeboman dan trawl, peluruhan potasium yang dilakukan nelayan asal dalam maupun luar negeri yang selalu meninggalkan kerusakan dan pencemaran di lautan Indonesia. Belum lagi pencemaran minyak dan pembuangan limbah berbahaya jenis lainnya.

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan biasa di bedakan menjadi 2, yaitu lingkungan biotik dan abiotik.

Persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang bersifat sistemik, kompleks, serta memiliki cakupan yang luas. Oleh sebab itu, materi atau isu yang diangkat dalam penelitian pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah juga sangat beragam. Sesuai dengan kesepakatan nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan dalam Indonesian Summit on Sustainable Development (ISSD) di Yogyakarta pada tanggal 21 Januari 2004, telah ditetapkan 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Kehidupan manusia tidak bisa di pisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan social. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. kita makan minum menjaga kesehatan semuannya memerlukan lingkungan.


(4)

Adapun berdasarkan UU No.23 tahun 1997 lingkungan hidup adalah kesesuaian ruang dengan semua benda dan kesatuan mahluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Demikian pengertian lingkungan hidup sebagaimana dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Sampah adalah tempat mengkarantinakan sampah atau menimbun sampah yang diangkut dari sumber sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan.

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.


(5)

1. Adapun dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah yang

tidak dikelola dengan baik adalah sebagai berikut:

a. Gangguan Kesehatan:

Timbunan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat mendorong penularan infeksi dan dapat menimbulkan penyakit yang terkait dengan tikus.

b. Menurunnya kualitas lingkungan

c. Menurunnya estetika lingkungan

Timbunan sampah yang bau, kotor dan berserakan akan menjadikan lingkungan tidak indah untuk dipandang mata.

d. Terhambatnya pembangunan negara

Dengan menurunnya kualitas dan estetika lingkungan, mengakibatkan pengunjung atau wisatawan enggan untuk mengunjungi daerah wisata tersebut karena merasa tidak nyaman, dan daerah wisata tersebut menjadi tidak menarik untuk dikunjungi. Akibatnya jumlah kunjungan wisatawan menurun, yang berarti devisa negara juga menurun.

Sebelum kita melakukan penelitian dan dampaknya terhadap masyarakat pesisir, terlebih dahulu harus dilakukan pencarian lokasi yang sampahnya sangat mempengaruhi lingkungan pada masyarakat pesisir pantai karena suatu Sampah sudah tentu dan pasti akan menimbulkan dampak negatif.


(6)

Lokasi tempat penulis malakukan observasi yaitu di Desa Talake RT.02 RW 03. Observasi tersebut di lakukan pada hari minggu , tanggal 03 november 2013 pada pukul 17.00 s/d selesai.


(7)

C. Prosedur

Adapun prosedur yang di lakukan pada saat pengambilan data yaitu dengan cara sebagai berikut :

a) Teknik observasi ( pengamatan) : teknik ini di lakukan untuk

mendapatkan hasil deskripsi secara umum mengenai keadaan atau kondisi lokasi yang di amati.

b) Teknik interview ( wawancara) : teknik ini di lakukan untuk

mendapatkan data primer maka menggunakan teknik wawancara. wawancara yang pelaksanaanya di lakukan secara bebas dan menggunakan pertanyaan –pertanyaan terbuka yang di lakukan sacara porpusive dengan narasumber atau responden yang dalam hal ini adalah masyarakat di pesisir pantai tempat penumpukan sampah.

Pada hari Minggu, tanggal 03 November 2013 pukul 17.00 WIT penulis berkunjung ke pantai Talake untuk melakukan observasi di tempat pebuangan sampah. Sebelum penulis melakukan observasi dan wawancara di lokasi tersebut terlebih dahulu penulis berkunjung ke rumah salah satu warga setempat yang bernama Ibu Ulen Tiwery dengan tujuan untuk meminta izin melakukan wawancara dengan beliau dan masyarakat sekitar.

Sebelum melakukan wawancara penulis memilih lokasi yang akan di wawancara. Penulis mulai melakukan wawancara kepada salah satu warga di lingkungan pantai Talake. Pada setiap warga yang penulis wawancarai menyambut penulis dengan baik. penulis mewawancarai warga dengan cara berkunjung ke rumah mereka. Hal pertama yang


(8)

penulis lakukan pada saat wawancara yaitu penulis berkenalan dengan warga yang penulis kunjungi, pada saat wawancara penulis menanyakan nama, umur, jumlah anggota keluarga dan pekerjaan. Setelah itu penulis mulai mewancarai dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada warga yaitu sesuai dengan instrument pengamatan lapangan yang penulis amati. Setiap pertanyaan yang penulis ajukan pada setiap warga, tiap kelompok sama dan hampir semua jawaban sama dari setiap warga yang penulis wawancarai. Warga yang penulis wawancarai menjawab setiap pertanyaan yang penulis ajukan dengan bahasa yang baik dan penulis sudah senang karna mereka sudah bisa menjawab pertanyaan yang penulis ajukan.

Pada saat melakukan wawancara penulis juga melakukan kegiatan lain yaitu mengambil gambar ketika penulis sedang melakukan wawancara. Setelah penulis melakukan tinjauan lokasi, penulis pun pulang kerumah.

Setelah penulis melakukan observasi, penulis mulai menyusun laporan yang di tugaskan oleh dosen mata kuliah.

D. Hasil Pengamatan Dan Wawancara Berupa Data Dan Photos a. Hasil pengamatan dan wawancara berupa data

Hasil wawancara pada masyarakat setempat sesi I : Nama : Ibu Ulen Tiwery

Umur : 26 Tahun Pekerjaan : Belum ada Hasil wawancara :


(9)

Mengapa sampai terjadi penumpukan sampah yang begitu padat di tempat ini ibu?. Khususnya pada pantai Talake ini.

Jawab:

Terjadinya penumpukan sampah yang begitu banyak ini karena tidak adanya kesadaran dari masyarakat setempat. Mereka juga menggunakan wc gantung yang pembuangannya langsung kelaut sehingga kadang membuat kita tidak merasa nyaman dan disampingnya ada juga tempat dok untuk kapal laut sehingga kadang kami sering mengeluh karena sangat mengganggu kenyamanan kita disini

Apakah selama ini tidak ada respon dari pemerintah untuk mengatasi hal ini ?

Jawab:

Pada beberapa bulan yang lalu pemerintah kota menjalankan program mereka yaitu mereka melibatkan siswa SMA Untuk membersihkan pantai Talake, namun pemerintah belum juga memberikan bantuan untuk mengubah Wc gantung yang masyarakat pakai sampai saat ini.

Apakah warga setempat juga membuang sampah pada tempat ini?

Jawab :

Ia. Kami warga setempat juga membuang sampah ke laut.

Bagaimana jika terjadi air pasang? Apakah rumah-rumah yang berada


(10)

Jawab:

Jika terjadi air pasang maka rumah-rumah yang berada pada pesisir pantai ini tergenang oleh air dan tumpukan sampah. Karena dulunya warga yang sekarang berada pada pesisir pantai ini jauh dari air laut. Tapi, sekarang ini air laut sudah dekat dengan rumah-rumah yang berada pada masyarakat pesisir pantai ini. Jika pada musim timur, warga masyarakat sangat terganggu dengan sampah yang berserakan di sekeliling rumah mereka.

Hasil wawancara pada masyarakat setempat sesi 2:

2) Nama : Bapak Gerald

Umur : 27 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa Hasil wawancara :

Bagaimana dampaknya bagi kelangsungan hidup masyarakat

setempat setelah terjadinya masalah ini? Jawab:

Jika hal ini terjadi banyak masyarakat yang merasa resah. Karena banyak lalat dan nyamuk dari penumpukan sampah tersebut, dan hal ini terjadi bukan sekarang ini saja, tetapi sudah lama. Sehingga ada sebagian kecil warga yang terserang penyakit, diantaranya Sakit kepala, sakit perut, gatal-gatal.

Apa yang dilakukan warga agar penumpukan Sampah ini tidak berpengaruh bagi kelangsungan hidup warga setempat?


(11)

Jawab:

Sampai saat ini tidak ada warga yang sadar untuk mencegah penumpukan sampah didaerah ini. Mau di cegah juga sulit, karena ketidakadanya kesadaran dari pada masyarakat. Sebab mereka menganggap bahwa laut merupakan tempat pembuangan sampah terbesar. Sehingga hal ini terus menerus terjadi.

Dimana warga setempat membuang sampah?

Jawab :

Kami membuang sampah kelaut.

Bagaimana dampaknya bagi kelangsungan hidup masyarakat

setempat setelah terjadinya masalah tersebut? Jawab:

Merasa tidak nyaman karena banyak lalat. Ketika ada tamu yang datang kerumah, saya sering merasa tidak nyaman karena bau busuk yang tidak menyenangkan.


(12)

Ibu Ulen Tiwery saat diwawancarai.


(13)


(14)

(1)

Mengapa sampai terjadi penumpukan sampah yang begitu padat di tempat ini ibu?. Khususnya pada pantai Talake ini.

Jawab:

Terjadinya penumpukan sampah yang begitu banyak ini karena tidak adanya kesadaran dari masyarakat setempat. Mereka juga menggunakan wc gantung yang pembuangannya langsung kelaut sehingga kadang membuat kita tidak merasa nyaman dan disampingnya ada juga tempat dok untuk kapal laut sehingga kadang kami sering mengeluh karena sangat mengganggu kenyamanan kita disini

Apakah selama ini tidak ada respon dari pemerintah untuk mengatasi hal ini ?

Jawab:

Pada beberapa bulan yang lalu pemerintah kota menjalankan program mereka yaitu mereka melibatkan siswa SMA Untuk membersihkan pantai Talake, namun pemerintah belum juga memberikan bantuan untuk mengubah Wc gantung yang masyarakat pakai sampai saat ini.

Apakah warga setempat juga membuang sampah pada tempat ini?

Jawab :

Ia. Kami warga setempat juga membuang sampah ke laut.

Bagaimana jika terjadi air pasang? Apakah rumah-rumah yang berada


(2)

Jawab:

Jika terjadi air pasang maka rumah-rumah yang berada pada pesisir pantai ini tergenang oleh air dan tumpukan sampah. Karena dulunya warga yang sekarang berada pada pesisir pantai ini jauh dari air laut. Tapi, sekarang ini air laut sudah dekat dengan rumah-rumah yang berada pada masyarakat pesisir pantai ini. Jika pada musim timur, warga masyarakat sangat terganggu dengan sampah yang berserakan di sekeliling rumah mereka.

Hasil wawancara pada masyarakat setempat sesi 2:

2) Nama : Bapak Gerald

Umur : 27 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa Hasil wawancara :

Bagaimana dampaknya bagi kelangsungan hidup masyarakat

setempat setelah terjadinya masalah ini? Jawab:

Jika hal ini terjadi banyak masyarakat yang merasa resah. Karena banyak lalat dan nyamuk dari penumpukan sampah tersebut, dan hal ini terjadi bukan sekarang ini saja, tetapi sudah lama. Sehingga ada sebagian kecil warga yang terserang penyakit, diantaranya Sakit kepala, sakit perut, gatal-gatal.


(3)

Jawab:

Sampai saat ini tidak ada warga yang sadar untuk mencegah penumpukan sampah didaerah ini. Mau di cegah juga sulit, karena ketidakadanya kesadaran dari pada masyarakat. Sebab mereka menganggap bahwa laut merupakan tempat pembuangan sampah terbesar. Sehingga hal ini terus menerus terjadi.

Dimana warga setempat membuang sampah?

Jawab :

Kami membuang sampah kelaut.

Bagaimana dampaknya bagi kelangsungan hidup masyarakat

setempat setelah terjadinya masalah tersebut? Jawab:

Merasa tidak nyaman karena banyak lalat. Ketika ada tamu yang datang kerumah, saya sering merasa tidak nyaman karena bau busuk yang tidak menyenangkan.


(4)

Ibu Ulen Tiwery saat diwawancarai.


(5)


(6)