KONTRIBUSI POWER OTOT TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN MAWASI GERY DI RANTING KARATE BUSHIDO BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

KONTRIBUSI POWER OTOT TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN TERHADAP KECEPATAN

TENDANGAN MAWASI GERY DI RANTING KARATE BUSHIDO BANDAR LAMPUNG

Oleh

JANTER IGNATIUS SIMATUPANG

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kontribusi power otot tungkai, panjang tungkai dan keseimbangan terhadap kecepatan tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan one shot model. Sampel dari penelitian ini berjumlah 16 atlet. Data dikumpulkan melalui tes power otot tungkai dengan standing broad jump, panjang tungkai dengan antrophometer, keseimbangan dengan balance one, kecepatan tendangan mawasi gery dengan stopwatch.

Hasil penelitian menunjukan bahwa power otot tungkai memiliki koefisien korelasi 0,413 dengan kontribusi sebesar 41,3%, panjang tungkai memiliki koefisien korelasi 0,201 dengan kontribusi sebesar 20,1%, keseimbangan memiliki koefisien korelasi 0,362 dengan kontribusi sebesar 36,2%.

Kesimpulan penelitian ini menunjukan bahwa power otot tungkai memberikan kontribusi lebih besar terhadap kecepatan tendangan mawasi gery dibandingkan dengan variabel lainnya. Rekomendasi dari hasil penelitian ini bahwa untuk memperoleh kecepatan tendangan mawasi gery perlu memperhatikan semua unsur fisik terutama power otot tungkai.

Kata Kunci : Panjang Tungkai, Power Otot Tungkai, Keseimbangan, Kontribusi, Mawasi Gery.


(2)

KONTRIBUSI POWER OTOT TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN TERHADAP KECEPATAN

TENDANGAN MAWASI GERY DI RANTING KARATE BUSHIDO BANDAR LAMPUNG

Oleh

JANTER IGNATIUSS SIMATUPANG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 27 Januari 1992, anak ketiga dari keluarga Bapak R.Simatupang dan Ibu Darma Rajaguguk.

Pendidikan yang ditempuh adalah, Sekolah Dasar (SD) Fransiskus II Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Xaverius II Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

Demikian riwayat hidup penulis sampaikan dan mudah-mudahan penulis dapat menjadi orang yang berguna bagi agama, keluarga, masyarakat, Bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia.


(7)

PERSEMBAHAN

SYALOM

Puji syukur penulis ucapakan ke pada Tuhan Yang Maha Esa atas semua anugerah yang telah diberikan kepadaku, karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada: Amangku R.Simatupang dan Inangku Darma Rajaguguk terkasih dan tercinta yang telah memberikan segalanya untukku, membesarkanku, mendidikku dengan

penuh kesabaran dan kasih sayang serta tak pernah henti me ndoakan keberhasilanku dan kebahagiaanku.

Iboto ku Ineng Restianingsih Simatupang, Maria Agustina Simatupang yang ku sayangi yang telah memberikan ku semangat serta mendoakan ku dalam

menyelesaikan skripsi ini

Almamaterku Tercinta

(Janter Ignatius Simatupang)


(8)

SANWACANA

Puji Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Kontribusi Power Otot Tungkai, Panjang Tungkai dan Keseimbangan Terhadap Kecepatan Tendangan Mawasi Gery di Ranting Karate Bushido Bandar Lampung” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam proses penulisan skripsi ini terjadi banyak hambatan baik yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Frans Nurseto, M.Psi, selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis

2. Drs.Suranto, M.Kes., selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

3. Drs. Wiyono, M.Pd, selaku pembahas dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan, saran dan kritik kepada penulis.

4. Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.


(9)

6. Ketua Program Studi Penjaskes beserta teman- teman yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Bapak dan ibu dosen Penjaskes yang telah membantu dalam proses perkuliahan, pembimbingan, pembinaan dan atas segala ilmu yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila yang telah membantu proses terselesaikannya skripsi ini.

9. Kepada keluarga besar angkatan 2011, terutama Mbah Sofyan, Imam Toplek, Binar Kliwon, Roy, Rudi Kimcil, Thomas, Pandu, Aal, yang selalu menemani penulisan ini dan teman-teman yang lainnya terimakasih banyak.

10. Kepada Keluarga Besar Lemkari Lampung terutama SenpaiGhana yang telah melatih dan mendukung Janter sampai sekarang.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS A. Karate ... 9

B. Power Otot Tungkai ... 18

C. Panjang Tungkai ... 21

D. Keseimbangan ... 22

E. Kecepatan Tendangan Mawasi Gery ... 22

F. Penelitian Yang Relevan... 23

G. Kerangka Pikir ... 26

H .Hipotesis ... 27

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 30

C. Variabel Penelitian ... 31

D. Desain Penelitian... ... 32


(11)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 41

B. Uji Hipotesis ... 51

C. Pembahasan ... 54

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(12)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Deskripsi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai, Panjang Tungkai dan Keseimbangan Terhadap Kecepatan Tendangan Mawasi Gery di Ranting Bushido Bandar Lampung ... 42 2. Hasil rangkuman output spss for windows release 16 dari pengujian

Normalitas ... 46 3. Hasil rangkuman output spss for windows release 16 dari pengujian

Homogenitas ... 47 4. Hasil rangkuman output spss for windows release 16 dari pengujian

Linieritas ... 47 5. Rangkuman Hasil Perhitungan SPSS Data Tes Power Otot Tungkai,

Panjang Tungkai dan Keseimbangan Terhadap Kecepatan


(13)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabulasi Data Hasil Penelitian Power Otot Tungkai, Panjang Tungkai

dan Keseimbangan Terhadap Kecepatan Tendangan Mawasi Gery .... 63

2. Perhitungan Data Z-score Dan T-score Power Otot Tungkai ... 64

3. Perhitungan Data Z-score Dan T-score Panjang Tungkai... 65

4. Perhitungan Data Z-score Dan T-score Keseimbangan ... 66

5. Perhitungan Data Z-score Dan T-score Kecepatan Tendangan Mawasi Gery ... 67

6. Deskripsi Data ... 68

7. Uji Persyaratan Analisis ... 69

8. Regresi Power Otot Tungkai (X1) Terhadap Kecepatan Tendangan Mwasi Gery (Y)... 72

9. Regresi Power Tungkai (X2) Terhadap Kecepatan Tendangan Mwasi Gery (Y) (Y) ... 74

10. Regresi Lingkar Paha (X3) Terhadap Kecepatan Tendangan Mwasi Gery (Y) (Y) ... 76

11. Nilai Uji T ... 78

12. Tabel F ... 78

13. Foto Dokumentasi ... 79


(14)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pengelompokan Teknik-Teknik karate ... 15

2. Struktur Otot Tungkai Atas ... 20

3. Struktur Otot Tungkai Bawah ... 21

4. Peta Konsep Kerangka Berfikir ... 27

5. Desain Penelitian ... 33

6. Satnding Broad Jump ... 37

7. Antrophometer ... 38

8. Kecepatan Tendangan Mawasi Gery ... 39

9. Diagram Batang Hasil Pengukuran Power Otot Tungkai ... 43

10. Diagram Batang Hasil Pengukuran Panjang Tungkai ... 44

11. Diagram Batang Hasil Pengukuran Keseimbangan ... 45


(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga adalah proses sistematis yang berupa segala bentuk kegiatan atau usaha yang dapat mendorong membangkitkan, mengembangkan dan membina potensi jasmani dan rohani seseorang sebagai perseorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh kesehatan, rekreasi, kemenangan dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Perkembangan olahraga di Indonesia dari tahun ke tahun semakin menampakkan kemajuannya, keadaan ini sejalan pula dengan apa yang telah diprogramkan oleh pemerintah untuk menggalakkan kegiatan olahraga dengan semboyan “Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat”.

Olahraga merupakan salah satu cara untuk mengembangkan dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani. Dengan berolahraga, sistem sirkulasi dan kerja jantung akan meningkat, peningkatan kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan kondisi fisik lainnya, sedangkan dari segi rohani, tubuh yang bugar tentu akan menumbuhkan rasa percaya diri,


(16)

2

bersemangat, dan optimis. Saat tubuh sedang mengalami pertumbuhan fisik, pikiran (mental) harus dibelajarkan dan dikembangkan, hal tersebut akan berdampak pada perkembangan sosial anak. Oleh karena itu, dibutuhkan pendidikan melalui aktivitas fisik yang tujuannya mencakup semua aspek perkembangan kependidikan,

Pendidikan melalui aktivitas fisik yang dibutuhkan dalam perkembangan kependidikan ini adalah pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani dapat diartikan pula sebagai pendidikan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot besar (gross motorik), memusatkan diri pada gerak fisik dalam permainan, olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia.

Dewasa ini banyak sekali olahraga yang dikenal dimasyarakat salah satunya adalah beladiri. Karate merupakan salah cabang seni beladiri yang sangat di gemari oleh setiap kalangan umur, tidak kenal usia baik dari usia dini, dewasa, hingga lanjut usia pun menggemari cabang olah raga ini. Didalam memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat, karate merupakan cabang olah raga yang diprioritaskan untuk dibina, maka untuk mendapatkan atlet yang baik, sebaiknya sejak usia dini telah di bina dengan teknik, pola latihan dengan benar.


(17)

Di era sekarang karate bukan hanya sekedar untuk belajar bela diri saja akan tetapi telah di jadikan tempat untuk berprestasi setinggi tingginya. Menyadari adanya kepentingan atlet untuk mencapai prestasi tersebut ada beberapa usaha yang dilakukan salah satunya yaitu dengan membuat atau membentuk tempat latihan atau yang sering disebut ranting karate. Ranting karate ini bertujuan untuk membentuk atlet yang mempunyai kemampuan yang baik baik dari segi teknik, taktik maupun mental guna mencapai prestasi yang diinginkan.

Ranting Bushido merupakan salah satu ranting perguruan Lemkari terbaik di Bandar Lampung karena sudah banyak mencetak banyak atlet yang berprestasi, baik ditingkat daerah, provinsi maupun nasional. Untuk mendapatkan prestasi yang diinginkan seorang atlet, ada beberapa aspek yang harus dikembangkan melalui latihan, aspek-aspek tersebut adalah : 1). persiapan fisik, 2). persiapan teknik, 3). persiapan taktik dan, 4). persiapan mental dan dibawah pengawasan dan bimbingan pelatih.

Ranting Bushido mempunyai atlet yang beragam umurnya, dari tingkat usia dini, remaja, maupun dewasa mereka berlatih diranting ini. Intensitas latihan para atlet dalam ranting ini adalah enam kali dalam seminggu. Karena semakin sering seorang atlet mengasah kemampuannya maka teknik-teknik yang dimiliki semakin bagus dan gerakan-gerakannya dengan sendirinya menjadi semakin kuat. Program latihan dasar yang diterapkan dalam ranting ini adalah pelatihan fisik dan teknik, tiga hari latihan fisik dan tiga hari latihan teknik. Mendekati kejuaraan program latihan ditingkatkan 3 bulan sebelum


(18)

4

kejuaran, pemberian latihan fisik dan teknik dilakukan bertahap dengan intensitas bertambah setiap minggunya sampai mendekati kejuaraan.

Pelatihan teknik yang diajarkan meliputi 1) kuda-kuda atau Dachi, 2) teknik pukulan atau Zuki 3) teknik tendangan atau Geri 4) teknik tangkisan atau Uke. Salah satu teknik yang sudah diajarkan adalah teknik tendangan. Beberapa macam teknik tendangan yang telah diberikan diantaranya adalah : 1) Mae-Geri atau tendangan kearah perut atau kepala dengan arah kedepan, 2) Mawasi-Geri atau tendangan kearah kepala dengan punggung kaki, 3) Geri-Kekome atau tendangan dengan kaki bagian samping (disodok), 4) Yoko-Geri-Keange atau tendangan dengan kaki bagian samping (disnap atau di tarik dengan cepat seperti menampar), dan 5) Usiro-Geri atau tendangan dengan telapak kaki ke arah muka.

Dari sekian banyak teknik tendangan yang diberikan pelatih di ranting karate Bushido, salah satunya yaitu tendangan mawasi gery. Atlet sering kali menggunakan tendangan ini dalam pertandingan satu lawaan satu (kumite), karena jika mengenai sasaran (kepala) dengan benar akan menghasilkan angka yang tinggi yaitu 3 angka. Dalam pelaksanaan melakukan tendangan mawasai gery, atlet dituntut untuk memiliki komponen kondisi fisik yang baik agar dapat menendang dengan benar dan juga efisien sehingga resiko cedera dapat dihindari. Sesuai dengan karakteristik tendangan mawasi gery yaitu menendang ke arah kepala dengan punggung kaki dengan cepat dan tepat


(19)

maka unsur fisik yang dominan adalah komponen power otot tungkai, panjang tungkai dan keseimbangan.

Berdasarkan hasil observasi di ranting karate Bushido Bandar Lampung, sebagian besar atlet memiliki kemampuan fisik terutama dalam teknik tendangan mawasi gery masih bervariasi. Hasil pengamatan pada saat melakukan observasi ada atlet yang dapat menendang dengan cepat tetapi tidak di imbangi dengan power dan keseimbangan yang baik, ada atlet yang mempunyai power yang kuat tetapi tidak di imbangi dengan kecepatan dan keseimbangan yang baik, dan ada juga atlet yang mempunyai power dan kecepatan yang baik tetapi tidak di imbangi dengan keseimbangan yang baik.

Penulis mengidentifikasi penyebab rendahnya kemampuan tendangan mawasi gery adalah masih berbeda kondisi fisik antara satu atlet dengan yang lainnya dan masih kurangnya unsur kondisi fisik siswa, seperti power otot tungkai yang lemah, panjang tungkai yang bervariasi maupun keseimbangan yang belum stabil. Dengan demikian kemampuan yang dimiliki siswa dalam melakukan tendangan mawasi gery dengan cepat beragam pula.

Berdasarkan hal-hal diatas maka penulis menyusun sebuah karya ilmiah dengan judul, “Kontribusi Power Otot Tungkai, Panjang Tungkai dan Keseimbangan Terhadap Kecepatan Tendangan Mawasi Gery di Ranting Bushido Bandar Lampung”.


(20)

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Minimnya kemampuan atlet serta kurang akuratnya atlet dalam melakukan tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung.

2. Kondisi fisik atlet seperti power otot tungkai, panjang tungkai, dan keseimbangan belum memungkinkan dalam melakukan tendangan mawasi gery.

3. Belum diketahuinya seberapa besar kontribusi aspek-aspek fisik yang mempengaruhi kecepatan tendangan mawasi gery.

C. Batasan Masalah

Dari banyaknya masalah yang muncul, maka perlu diadakan pembatasan masalah, agar penelitian ini lebih mendalam pengkajiannya. Adapun pembatasan masalahnya yaitu:

1. Power otot tungkai yang berkontribusi dengan kecepatan tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar lampung.

2. Panjang tungkai yang berkontribusi dengan kecepatan tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar lampung.

3. Keseimbangan yang berkontribusi dengan kecepatan tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar lampung .


(21)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang di kemukakan, maka dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :

1. Berapa besar kemampuan power otot tungkai dalam melakukan tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung ?

2. Berapa besar kontribusi panjang tungkai terhadap kecepatan tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung ?

3. Seberapa besar kontribusi keseimbangan terhadap kecepatan tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui dan memberikan informasi tentang besarnya kontribusi power otot tungkai terhadap kecepatan tendangan mawasi gery diranting karate Bushido Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui dan memberikan informasi tentang besarnya kontribusi panjang tungkai terhadap kecepatan tendangan mawasi gery diranting karate Bushido Bandar Lampung.

3. Untuk mengetahui dan memberikan informasi tentang besarnya kontribusi keseimbangan terhadap kecepatan tendangan mawasi gery diranting karate Bushido Bandar Lampung.


(22)

8

F. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini penulis berharap antara lain : 1. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu sarana untuk menambah ilmu pengetahuan pada cabang olah raga karate khusunya untuk tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung.

2. Bagi Pelatih dan Atlet Karate

a. Sebagai informasi dalam pelaksanaan evaluasi program latihan yang telah dilakukan serta dapat dijadikan acuan dalam perancangan program latihan yang akan diberikan berikutnya.

b. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi dan untuk mengetahui berbagai komponen kondisi fisik yang mendukung dan bermanfaat untuk menunjang keberhasilan dalam melakukan tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung. 3. Bagi Program Studi Penjaskes

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya penelitian yang lebih luas. Dan mampu memberikan atau menyajikan penelitian yang lebih baik guna menunjang keberhasilan tendangan mawasi gery pada atlet karate.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karate

a. Pengertian Karate

Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji, yaitu „Kara‟ yang berarti „kosong‟, dan „te‟ yang berarti „tangan‟. Kedua kanji tersebut bermakna “tangan kosong” (pinyin : kongshou). Karate berarti sebuah seni bela diri yang memungkinkan seseorang mempertahankan diri tanpa senjata. Selain itu, makna Karate adalah suatu cara menjalankan hidup yang tujuannya adalah memberikan kemungkinan bagi seseorang agar mampu menyadari daya potensinya, baik secara fisik maupun spiritual. Kalau segi spiritual karate diabaikan, segi fisik tidak ada artinya (Sujoto J.B, 1996 : 1).

b. Teknik-Teknik Karate

Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata (jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku). (Phang Victorianus, 2012 : 45).


(24)

10

1. Kihon

Menurut Sujoto J.B (1996:53) kihon berarti pondasi / awal / akar dalam bahasa Jepang. Dari sudut pandang diartikan sebagai unsur terkecil yang menjadi dasar pembentuk sebuah teknik yang biasanya berupa rangkaian dari beberapa buah teknik besar. Dalam Pencak Silat mungkin kihon bisa dianggap sama dengan jurus tunggal, Sedangkan dalam Karate sendiri kihon lebih berarti sebagai bentuk – bentuk baku yang menjadi acuan dasar gerakan dari semua teknik atau gerakan yang mungkin dilakukan dalam jurus (Kata) maupun pertarungan (Kumite) .

Kihon dalam karate haruslah bermula dari pinggul pada saat akan memulai sebuah kihon apapun seluruh anggota tubuh haruslah dalam posisi dan kondisi Shizentai tanpa ketegangan sedikit pun juga. Bersamaan dengan memulai gerakan harus dilakukan pengambilan nafas lewat hidung yang kemudian dimampatkan secara terfokus ke arah dengan jalan pengerasan daerah perut bagian bawah secara cepat dan pada saat gerakan sudah sempurna bentuk dan arahnya nafas dikeluarkan lewat mulut sambil mengeraskan anggota tubuh yang berkaitan dengan bentuk kihon yang dilakukan.

2. Kata

Kata adalah gabungan atau perpaduan dari rangkaian gerak dasar pukulan, tangkisan, dan tendangan menjadi satu kesatuan bentuk yang nyata (Sujoto J.B, 1996 : 137).


(25)

Dalam Kata tersimpan bentuk-bentuk sikap dalam karate yang wajib dimiliki, seperti kontrol (diri), tenaga (power), kecepatan, juga bentuk penghayatan karate dalam realitas sebenarnya (Phang Victorianus, 2012 : 45).

Kata memainkan peranan yang penting dalam latihan karate. Setiap kata memiliki embusen (pola dan arah) dan bunkai (praktik) yang berbeda-beda tergantung dari kata yang sedang dikerjakan. Kata dalam karate memiliki makna dan arti yang berbeda.

3. Kumite

Kumite secara harfiah berarti “pertemuan tangan”. Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Pertandingan atau Kumite Shiai.

Kumite adalah suatu metode latihan yang menggunakan teknik serangan dan teknik bertahan di dalam kata diaplikasikan melalui pertarungan dengan lawan yang saling berhadapan (Prihastono Arief, 1995 : 46). Menurut Sujoto J.B (1996 : 152), kumite adalah suatu metode latihan – latihan teknik dasar pukulan, tangkisan, dan tendangan. Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat diartikan bahwa kumite merupakan suatu metode latihan yang bertujuan untuk melatih


(26)

12

teknik-teknik karate baik teknik menyerang dan teknik bertahan yang dilakukan secara berpasangan.

Latihan kumite terdiri dari tiga bentuk yaitu : pertarungan dasar (kihon kumite), pertarungan satu teknik (kihon ippon kumite), dan pertarungan bebas (jiyu kumite) (Nakayama, 1979 : 112). Pada latihan kihon kumite dan latihan kihon ippon kumite semua teknik serangan, teknik tangkisan, dan teknik serangan balasan telah ditentukan sebelumnya. Namun, latihan jiyu kumite tidak ada pengaturan teknik sebelumnya, hal ini dikarenakan setiap karateka bebas menggunakan kemampuan teknik yang dimiliki. Pertandingan kumite (kumite shiai) yang saat ini resmi dipertandingkan merupakan salah satu bentuk latihan kumite dalam bentuk latihan pertarungan bebas (jiyu kumite).

Pertandingan kumite yang lebih mengutamakan pada aspek olahraga, teknik-teknik yang dilancarkan oleh atlet yang bertanding bukan untuk mencederai lawan, tetapi untuk mendapatkan nilai. Kemenangan pada pertandingan kumite bukan ditentukan dengan membuat lawan terjatuh akibat teknik pukulan, teknik sentakan dan teknik tendangan yang cepat dan tidak terkontrol. Kemenangan pada pertandingan kumite ditentukan oleh kemampuan seseorang menunjukan atau menampilkan teknik-teknik yang benar, cepat tetapi mampu dikontrol dengan baik, sehingga dia mendapatkan nilai yang maksimal.


(27)

c. Nilai Pertandingan Kumite

Nilai pada petandingan kumite dapat didefinisikan sebagai suatu hasil yang diperoleh jika atlet yang bertanding mampu memasukkan pukulan atau tendangan sasaran pada tubuh lawan dengan teknik yang benar. Bagian tubuh lawan yang menjadi sasaran adalah kepala, muka, leher, perut, dada, punggung tubuh dan tubuh bagian samping.

Nilai terdiri atas nilai sanbon (tiga poin), nihon (dua poin) dan ippon (satu poin). Satu nilai Sanbon sebanding dengan tiga nilai ippon. Suatu teknik akan mendapatkan nilai sanbon apabila memenuhi kriteria-kriteria penilaian seperti : bentuk yang baik, sikap yang benar, pelaksanaan dengan penuh semangat, zanshin, waktu yang tepat dan jarak yang benar.

Nilai sanbon diberikan pada saat karateka melancarkan suatu teknik yang mengena pada jodan (kepala, leher dan muka lawan yang tak terjaga, sapuan kaki yang diikuti dengan teknik memukul dengan benar dan waktu yang tepat).

Nilai nihon diberikan untuk suatu teknik tendangan chudan (perut, dada, dan punggung). Kombinasi pukulan (tsuki) strike (uchi) dimana setiap pukulan bernilai skor dilancarkan di tujuh area skor.

Nilai ippon diberikan untuk semua teknik pukulan (tsuki) yang mengenai sasaran jodan maupun cgudan tetapi tidak termasuk punggung, kepala dan leher belakang.


(28)

14

Pada pertandingan kumite, teknik yang berperan langsung untuk mendapatkan nilai adalah teknik pukulan, teknik sentakan, dan teknik tendangan.

Gambar I. Pengelompokan Teknik-teknik Karate (Nakayama, 1979)

a. Teknik Pukulan (tsuki waza)

Teknik pukulan adalah salah satu bentuk teknik tangan. Teknik tangan dilakukan dengan meluruskan siku dan merentangkan lengan bawah ke depan (Phang Victorianus, 2012 : 23). Tergantung dari sasaran : muka, ulu hati atau perut, untuk masing-masing sasaran teknik tangan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : pukulan lurus ke depan atas (jodan cokhu zuki), pukulan lurus ke depan tengah (chudan choku zuki), dan pukulan lurus ke depan bawah (gedan choku zuki)

Teknik Kumite

Teknik Tangkisan

Teknik Bantingan

Teknik Tendangan Teknik Sentakan


(29)

b. Teknik Sentakan (Uchi Waza)

Teknik sentakan adalah bentuk teknik tangan yang lainnya. Teknik-teknik sentakan dapat dilakukan dengan posisi siku tertekuk ataupun posisi siku lurus. Teknik-teknik sentakan dilakukan dengan melentingkan siku yang akan digunakan untuk menyentak (Phang Victorianus, 2012 : 32).

Bagian tangan yang membentur pada sasaran (striking point) ialah : punggung kepalan (uraken ), tangan pedang (shuto) punggung pedang (haito), punggung tangan (haishu), dan siku (empi). Penggunaan bagian tangan yang membentur terhadap sasaran tergantung dari karate-ka yang menggunakannya, arah sasaran sentakan dan keefektifan sentakan terhadap sasaran yang di tuju.

Teknik-teknik sentakan yang dilakukan dengan posisi siku tertekuk terdiri atas : sentakan siku ke depan (chudan empi uchi), sentakan siku ke atas (jodan empi uchi), sentakan siku ke samping (yoko chudan ernpl uchi), sentakan siku ke belakang (ushiro chudan empi uchi), dan sentakan siku ke belakang atas (ushiro jodan empi uchi).

Teknik-teknik sentakan yang dilakukan dengan posisi siku lurus terdiri atas adalah: sentakan punggung tangan (uraken uchi), sentakan tangan terbuka (haishu uchi), sentakan punggung pedang (haito uchi), dan sentakan tangan pedang (shuto uchi)


(30)

16

c. Teknik tendangan (Keri Waza)

Teknik tendangan adalah bentuk dari teknik kaki. Dilakukan dengan mengangkat lutut setinggi mungkin dan sedekat mungkin dengan dada, kemudian melentingkan atau menyodokkan kaki yang akan digunakan untuk menendang (Sujoto J.B, 1996 : 98). Ada dua cara dalam melakukan teknik tendangan. Cara pertama ialah dengan melentingkan lutut (snap), sedang cara kedua ialah dengan menyodok (thrust). Di dalam bela diri karate, teknik- teknik tendangan sama pentingnya dengan teknik-teknik pukulan (Phang Victorianus, 2012 : 62). Teknik tendangan bahkan memiliki keunggulan yaitu : memiliki jarak jangkauan lebih panjang dan mempunyai kekuatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan teknik pukulan.

Teknik tendangan yang dilakukan dengan melentingkan kaki terdiri atas tendangan ke depan (mae geri), tendangan mengangkat ke samping (yoko geri keage), tendangan memutar (mawashi geri), tendangan melompat ke depan (mae tobi geri), tendangan memutar ke belakang (usiro geri), tendangan bulan sabit ke dalam (mika zuku geri), dan tendangan bulan sabit ke luar (ura mika zuku geri).

Teknik tendangan dengan cara menyodokkan kaki terdiri atas : tendangan menyodok ke samping (yoko geri kekomi), dan tendangan melompat ke samping (tobi yoko geri). Bagian kaki yang membentur terhadap sasaran (striking point) adalah sebagai berikut : kaki macan (koshi), kaki pedang (shuto), tumit (kakato), punggung kaki (haisoku) dan ujung jari kaki (tsumasaki). Penggunaan bagian kaki yang


(31)

membentur terhadap sasaran (striking point) tergantung dari kebutuhan setiap karateka yang menggunakannya, arah sasaran tendangan dan keefektifan tendangan terhadap sasaran yang di tuju.

d. Tendangan Mawasi Gery

Mawasi gery adalah tendangan lurus yang dilakukan memutar pinggul dari samping mengarah ke arah kepala. Menurut Sujoto J.B (1996:103) cara melakukan tendangan mawasi gery adalah pertama angkat lutut (dari sisi luar) setinggi tinggi nya kemudian diayunkan dari luar melingkar ke dalam dengan cepat dan keras. Terkadang dalam sebuah pertandingan banyak karateka yang menggunakan tendangan ini , agar bisa memperoleh nilai ippon atau 3 poin.

Mawasi gery akan mendapatkan nilai ippon jika dilakukan dengan benar sesuai dengan kriteria yang sudah di buat Federasi Olahraga Karateka Indonesia (FORKI). Salah satu kriteria yang dimaksud adalah baik bentuk artinya dalam saat mengangkat, mengayun, dan saat pelepasan tendangan bentuknya harus baik . Pada pertandingan kumite tendangan mawasi gery banyak mencetak KO lawan nya dikarenakan mereka tidak mengontrol powernya ketika mengenai sasaran (kepala).

Hal penting yang harus diperhatikan dalam melakukan tendangan mawasi gery adalah menendang dengan keras, cepat dan ditarik kembali keposisi semula. Harus selalu dicegah badan condong ke depan atau ke belakang akan kehilangan keseimbangan dan kekuatan tendangan berkurang (Sujoto J.B, 1996:98)


(32)

18

B. Power Otot Tungkai

Power sering disebut dengan daya ledak adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan atau pengerahan gaya otot maksimum dengan kecepatan maksimum (Dwikusworo Eri P, 2010:2). Sedangkan menurut Sajoto. M (1990:17) power merupakan kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya.

otot merupakan suatu organ atau alat yang penting sekali memungkinkan tubuh dapat begerak, dalam menjalankan sistem otot ini tidak bisa dilepaskan dengan kerja saraf. Jadi otot, khususnya otot rangka merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh.

Power merupakan hasil dari gabungan dua komponen kondisi fisik, yaitu kekuatan dan kecepatan. Ini sesuai dengan pendapat Pear,Bill and more, Gary T (1986 : 57) yang mengemukakan “Power is something different. Power = strength + speed”. Begitu pula Rushall dan Pyke (1990 : 252) mengatakan “power is usually described as function of both the force (strength) and speed movent”. Maksudnya adalah power biasanya dinyatakan sebagai gabungan dari dua bentuk gerakan yaitu kekuatan dan kecepatan.

Berdasarkan kedua pendapat diatas penulis menyimpulkan kemampuan otot untuk melakukan aktivitas secara cepat dan kuat untuk menghasilkan tenaga. Setiap jenis gerakan dalam olahraga karate dilakukan oleh sekelompok otot, terutama dalam tungkai.


(33)

1. Otot Tungkai Atas

Otot tungkai atas meliputi :

M. abduktor maldanus,M. abduktor brevis, M. abduktor longus. Ketiga otot ini menjadi satu yang disebut M. abduktor femoralis dan berfungsi menyelenggarakan gerakan abduksi dari femur,M. rektus femuralis, M. vastus lateralis eksternal, M. vastus medialis internal, M. vastus inter medial, Biseps femoris, berfungsi membengkokkan paha dan meluruskan tungkai bawah, M. semi membranosus, berfungsi tungkai bawah, M. semi tendinosus (seperti urat), berfungsi membengkokkan urat bawah serta memutar ke dalam, M. sartorius, berfungsi eksorotasi femur, memutar keluar waktu lutut fleksi, serta membantu gerakan fleksi femur dan membengkokkan keluar.

Untuk lebih jelas dapat diliat pada gambar:

Gambar. 2 : Struktur otot tungkai atas (Evelyn C.P, 1999: 113)

Spina iliaka

iliakus

Otot tensor fasia lata

Otot sartorius

Otot vastus lateratis

Otot rektusfemoris Vastus medialis


(34)

20

1. Otot Tungkai Bawah

Otot tungkai bawah meliputi :

Otot tulang kering, depan M. tibialis anterior, berfungsi mengangkut pinggir kakisebelah tengah dan membengkokkan kaki, M. ekstensor talangus longus, berfungsi meluruskan jari telunjuk ke jari tengah, jari manis dan kelingking jari, Otot ekstensi jempol, berfungsi dapat meluruskan ibu jari kaki, Tendo achilles, berfungsi meluruskan kaki di sendi tumit dan membengkokkan tungkai bawah lutut (M. popliteus), M. falangus longus, berfungsi membengkokkan empu kaki, M. tibialis posterior, berfungsi membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak kaki disebelah ke dalam.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar. 3 : Otot tungkai bawah (Evelyn C.P, 2012 :135-136)


(35)

C. Panjang Tungkai

Salah satu kondisi fisik yang penting dalam mencapai prestasi olahraga karate yaitu ukuran tubuh, struktur tubuh atau kualitas biometrik. Menurut Bompa (1990:342), bahwa. “ kualitas biometrik adalah mencakup somatotipe dan pengukuran-pengukuran anthropometrik”. Prestasi olahraga memerlukan kualitas biometrik tertentu dengan nomor atau cabang olahraga yang dikembangkan.

Postur tubuh anthropometrik sering dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan cabang olahraga yang ditekuni oleh atlet tertentu. Anthropometrik merupakan pengukuran lebih jauh mengenai bagian-bagian luar dari tubuh (Verducci, 1980:215). Lebih lanjut Veducci mengemukakan mengenai dua tipe instrumen pengukuran anthropometrik yang meliputi bagian-bagian tubuh yang mana itu berkaitan dengan besarnya tubuh dan itu berhubungan dengan somatotipe. Anthropometrik tubuh dapat diukur melalui pengukuran bagian-bagian tubuh dan bentuk tubuh secara keseluruhan.

Postur tubuh merupakan salah satu komponen yang penting dalam prestasi olahraga. Sajoto. M (1995:2) mengemukakan bahwa “salah satu aspek biologis yang ikut menentukan pencapaian prestasi dalam olahraga yaitu struktur dan postur tubuh”. Lebih lanjut Sajoto. M (1995:2) mengemukakan bahwa struktur dan postur tersebut meliputi:

a. Ukuran tinggi dan panjang tubuh b. Ukuran besar, lebar dan berat tubuh c. Somatotype (bentuk tubuh)


(36)

22

Tungkai sangat menentukan seorang karteka dalam melakukan tendangan . Semakin panjang tungakai seorang karateka maka jangkauan tendangan maupun pukulan nya sangat jauh.

D. Keseimbangan

Keseimbangan menurut Sajoto. M (1990:18) adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot. Sedangkan menurut Nurhasan (1986:2.47) keseimbangan adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol alat-alat tubuhnyaseperti melakukan kegiatan berjalan, berdiri dan berbagai jenis kegiatan dalam cabang olahraga

Pada olahraga karate, keseimbangan memberikan sumbangan keberhasilan dalam mencapai prestasi, baik di nomor kata maupun kumite. Pada nomor kumite, keseimbangan sangat diperlukan pada saat atlet melakukan tangkisan, dan serangan, terutama dalam melakukan serangan beruntun.

Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan keseimbangan dalam karate adalah bagaimana atlet tersebut selalu dalam keadaan seimbang namun tetap mudah dalam melakukan gerakan yang di kehendaki dan diperlukan baik dalam kumite maupun kata..

E. Kecepatan Tendangan Mawasi Gery

Kecepatan menurut Sajoto. M (1990:17), adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat singkatnya. Sedangkan menurut Soeharno HP (dalam Prihastono Arief 1994:67), menyatakan bahwa kecepatan adalah kualitas


(37)

kondisi olahragawan yang memberikan kemungkinan untuk bereaksi secepat mungkin terhadap suatu rangsang, dan kemudian mampu menampilkan dalam bentuk gerak secepat mungkin.

Berdasarkan pada beberapa pengertian tentang kecepatan yang disampaikan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan merupakan suatu komponen kondisi fisik yang dibutuhkan untuk melakukan gerakan secara berturut-turut atau memindahkan tubuh dari posisi tertentu ke posisi yang lain pada jarak tertentu pada waktu yang sesingkat-singkatnya.

Tendangan mawasi gery adalah tendangan lurus menggunakan punggung kaki yang mengarah pada bagian atas yaitu bagian kepala.

Berdasarkan pengertian diatas yang dimaksud dengan kecepatan tendangan mawasi gery adalah gerakan menendang kearah kepala yang dilakukan berturut-turut pada jarak tertentu dan dengan waktu sesingkat-singkatnya.

F. Penelitian yang Relevan

Berikut ini merupakan contoh penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini, antara lain :

a. Sumantri Riyan Jaya (2014). “Kontribusi kekuatan otot lengan,panjang lengan, power otot tungkai, panjang tungkai, dan kelentukan dengan keterampilan gerak dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Metro.”

1. Kekuatan lengan memberikan kontribusi terhadap keterampilan gerak dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP N 1 Metro sebesar 68,8%.


(38)

24

2. Panjang lengan memberikan kontribusi terhadap keterampilan gerak dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP N 1 Metro sebesar 9,7%

3. Power tungkai memberikan kontribusi terhadap keterampilan gerak dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP N 1 Metro sebesar 32,5 %.

4. Panjang tungkai memberikan kontribusi terhadap keterampilan gerak dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP N 1 Metro sebesar 14,4%.

5. Kelentukan memberikan kontribusi terhadap keterampilan gerak dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP N 1 Metro sebesar 51,4%.

b. Afiana Adrian (2013). “Kontribusi panjang tungkai, kelentukan, dan daya ledak otot tungkai terhadap tendangan sabit pencak silat pada mahasiswa UKM Universitas Lampung”.

1. Ada hubungan yang signifikan panjang tungkai tendangan sabit pada pencak silat, dengan nilai r0 = 0,625. 2).

2. Ada hubungan yang signifikan kelentukan terhadap tendangan sabit pada pencak silat, dengan nilai r0= 0,666. 3).

3. Ada hubungan yang signifikan daya ledak otot tungkai dengan tendangan sabit pada pencak silat, dengan nilai r0 = 0,662.


(39)

c. Subagio Septo Wega (2014).”kontribusi kekuatan otot lengan, power otot tungkai, keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki terhadap keterampilan meroda pada siswa kelas X SMK Bandar Lampung”.

1. kekuatan otot lengan memberikan kontribusi terhadap keterampilan meroda pada siswa kelas X SMK Gajah Mada Bandar Lampung sebesar 33,1%,

2. power otot tungkai memberikan kontribusi terhadap keterampilan meroda pada siswa kelas X SMK Gajah Mada Bandar Lampung sebesar 31,3%,

3. keseimbangan memberikan kontribusi terhadap keterampilan meroda pada siswa kelas X SMK Gajah Mada Bandar Lampung sebesar 21,3%, 4. koordinasi mata-tangan-kaki memberikan kontribusi terhadap keterampilan meroda pada siswa kelas X SMK Gajah Mada Bandar Lampung sebesar 10,5%,


(40)

26

G. Kerangka Pikir

Atas dasar tinjaun pustaka yang dikemukakan sebelumnya, maka kerangka berpikir yang dapat dikemukakan oleh peneliti sebagi berikut :

Gambar 11. Peta Konsep Kerangka Berpikir

1. Kontrubusi power otot tungkai terhadap kecepatan tendangan mawasi gery.

Power otot tungkai sangat berpengaruh terhadap kecepatan tendangan mawasi gery. Power otot tungkai merupakan pondasi bagi atlet karate karena setiap melakukan gerakan menendang maupun memukul selalu bertumpu pada tungkai. Semakin kuat power otot tungkai seorang atlet karate, akan memberikan kontribusi yang baik pula ketika seorang karateka. Ketika melakukan tendangan mawasi gery power otot tungkai sangat berpengaruh karena dapat menentukan keberhasilan dalam melakukan tendangan mawasi gery.

Power Otot Tungkai

Panjang Tungkai

Keseimbangan

TENDANGAN MAWASI


(41)

2. Kontribusi Panjang tungkai terhadap kecepatan tendangan mawasi gery. Panjang tungkai bagi atlet karate merupakan unsur yang berpengaruh, karena semakin panjang tungkai seorang karateka maka akan memudahkan dia dalam melakukan pukulan maupun tendangan.

Seorang karateka yang mempunyai panjang tungkai yang panjang sangat diuntungkan dalam melakukan tendangan mawasi gery karena karateka yang mempunyai tungkai yang panjang dia memiliki jangkaun tendangan yang jauh pula.

3. Kontribusi keseimbangan terhadap kecepatan tendangan mawasi gery Keseimbangan sangat menentukan seorang atlet karate dalam memalakukan pukula maupun tendangan , karena jika seoarng karateka melakukan pukulan dan tendangan yang cepat tetapi dia tidak memiliki keseimbangan yang baik maka kuda-kuda dia akan goyang.

4. Kontribusi keseimbangan terhadap kecepatan tendangan mawasi gery Keseimbangan sangat diperlukan terhadap kecepatan tendangan mawasi gery, karena tendangan ini bertumpu pada satu kaki yang kuat. Maka diperlukan keseimbangan yang baik pula dlam menunjang keberhasilan tendangan mawasi gery

H. Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul


(42)

28

(Arikunto Suharsimi, 20010:110 ). Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

i. Ha1 :. Ada kontribusi yang signifikan antara power otot tungkai terhadap hasil tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung.

Ho : Tidak ada kontribusi yang signifikan antara power otot tungkai terhadap hasil tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung.

ii. Ha2 : Ada kontribusi yang signifikan antara panjang tungkai terhadap hasil tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung.

Ho : Tidak ada kontribusi yang signifikan antara panjang tungkai terhadap hasil tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung.

iii.Ha3 : Ada kontribusi yang signifikan antara keseimbangan terhadap hasil tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung.

Ho : Tidak ada kontribusi yang signifikan antara keseimbangan terhadap hasil tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung.


(43)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, karena metode merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan suatu penelitian. Menurut Arikunto Suharsimi (2010:203) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode metode deskriptif korelasional, yaitu studi yang bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung pada saat penelitian tanpa menghiraukan sebelum dan sesudahnya. Dianalisis menggunakan analisis regresi linier sederhana atau regresi linier tunggal. Membahas hubungan variabel terikat dengan dua atau lebih variabel bebas. Sesuai dengan judul penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar kontribusi power otot tungkai, panjang tungkai dan keseimbangan terhadap kecepatan tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung.


(44)

30

B. Popolasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2010 : 17 ) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Arikunto Suharsimi (2010:173) populasi adalah keseluruhan objek penelitian.

Menurut Sugiyono (2008:116) “sample adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan menurut Arikunto Suharsimi (2010:174) sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Menurut Arikunto Suharsimi (2008:116) “Penentuan pengambilan Sample sebagai berikut :

Apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-55% .

Jadi kesimpulan penelitian ini adalah penelitian populasi karena jumlah populasi atlet karate di ranting karate Bushido Bandar Lampung adalah sebanyak 16 atlet.


(45)

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian penelitian (Arikunto Suharsimi, 2002 : 96). Variabel dalam penelitian ini menggunakan 3 (tiga) variabel bebas dan 1 (satu) variabel terikat.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lainnya, dalam penelitian ini ada empat variabel bebas, yaitu :

1. Power otot tungkai (X1) 2. Panjang tungkai (X2) 3. Keseimbangan (X3)

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya bergantung pada variabel lainnya, dalam penelitian ini variabel terikat adalah kecepatan tendangan mawashi gery (Y).


(46)

32

D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 5. Desain Penelitian (Sumber: Sugiyono, 2008)

Keterangan :

X1 : power otot tungkai X2 : panajng tungkai X3 : keseimbangan

Y : kecepatan tendangan mawashi gery

E. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari terjadinya pengertian yang keliru tentang konsep variabel yang terlibat dalam penelitian ini, maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional sebagai berikut :

1. Power tungkai dimaksud adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya memadukan antara kecepatan dan kekuatan. Power

X2

X3

Y X1


(47)

seseorang dapat diketahui dengan tes standing broad jump dengan satuan centimeter.

2. Panjang tungkai merupakan alah satu aspek biologis yang ikut menentukan pencapaian prestasi dalam olahraga yaitu struktur dan postur tubuh”. Panjang tungkai dapat diukur dengan atrophometer.

3. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan selama isitrahat (berhenti) dan pada waktu melakukan satu seri gerakan tertentu. Keseimbangan seseorang dapat diketahui dengan melakukan pengukuran menggunakan balance one.

4. Kecepatan tendangan mawasi gery adalah tendangan yang dilakukan dengan menendang kearah kepal dengan menggunakan punggung kaki dengan waktu sesingkat singkat nya. Kecepatan tendangan mawasi gery dapat diukur dengan stopwatch.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto Suharsimi (2002 : 136) “instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah”. Tes dan pengukuran yang diukur meliputi :

a. Instrumen pengukuran power otot tungkai 1) Standing board jump


(48)

34

3) Alat tulis

b. Instrumen pengukuran panjang tungkai 1) Antrophometer

2) Blangko pengukuran panjang tungkai 3) Alat tulis

c. Instrumen pengukuran keseimbangan 1) Balance one

1) Blangko pengukuran keseimbangan 2) Alat tulis

G. Teknik Pengambilan Data

Menurut Arikunto Suharsimi (2010:265) dijelaskan bahwa metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Lebih lanjut dikatakan oleh Arikunto Suharsimi (2010:265) bahwa untuk memperoleh data yang diinginkan sesuai dengan tujuan peneliti sebagai bagian dari langkah pengumpulan data merupakan langkah yang sukar karena data yang salah akan menyebabkan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik akan salah pula.

Pengambilan data dilakukan dengan pemberian tes dan pengukuran melalui metode deskriptif korelasional dengan pendekatan one shot medel , yaitu peneliti mengamati secara langsung pelaksanaan tes dan pengukuran dilapangan.


(49)

1. Instrumen pengambilan data power otot tungkai

Untuk mengukur power otot tungkai dengan cara standing broad jump. Alat yang digunakan antara lain :

a. Standing broad jump b. Pita ukur

c. Bak pasir/ matras

d. Blanko pengukuran power otot tungkai e. Alat tulis

Pelaksanaan standing broad jump:

Orang yang dites berdiri pada papan tolakan dengan lutut di tekuk sampai membentuk sudut 45 derajat kedua lengan lurus kebelakang. Kemudian menolak kedepan dengan kedua kaki sekuat-kuatnya dan mendarat dengan kedua kaki. Jarak lompatan diukur mulai dari tepi dalam papan tolak sampai batas tumpuan kaki atau badan yang terdekat dengan papan tolak.

Gambar 6. Standing Broad Jump Test Sumber : Dwikusworo Eri. P ( 2010 : 33 )


(50)

36

2. Instrumen Pengambilan Data Panjang Tungkai

Untuk mengukur panjang tungkai peneliti menggunakan alat antrophometer.

Alat yang digunakan :

1. Anthrophometer atau penggaris ukur

2. Blanko pengukuran panjang tungkai

3. Alat tulis

Pelaksanaan tes :

Siswa berdiri tegak lurus dan menempel di tembok, tubuh tetap tegak lurus ke depan. Panjang tungkai mula di ukur dari spina iliaca anterior superior (pangkal paha) sampai malleolus lateral (mata kaki). Apabila penggaris sudah menunjukkan pada bawah mata kaki dan ujung pangkal paha maka baca angka dalam satuan cm.


(51)

3. Intsrumen Pengambilan data Keseimbangan

Untuk mengukur keseimbangan menggunakan alat Balance one. Alat yang difunakan :

1. Balance one

2. Blangko pengukuran keseimbangan 3. Alat tulis

Pelaksanaan tes :

Peserta menaruh sebelah kaki (kanan atau kiri) dilantai dan sebelah kaki diatas reaction stand. Kemudian peserta mengangkat sebelah kaki yang tadi berada dilantai, meletakkan tangan dipinggang, dan menutup mata ketika mendengar suara buzzer. Tekan tombol start, perintahkan peserta bersiap begitu buzzer berbunyi peseta mengangkat satu kaki, meletakkan tangan dipinggang dan menutup mata kemudian menahan posisi tersebut selama mungkin. Jika peserta meletakkan sebelah kaki yang tadi diangkat, maka alat akan berhenti menghitung. Catatlah hasil yang muncul di display, tekan reset untuk mengembalikan display ke posisi “0”. Tes dilakukan sebanyak dua kali pengukuran dan diambil nilai yang terbaik.


(52)

38

4. Kecepatan Tendangan Mawasi Gery Alat yang digunakan :

1. Lapangan / matras 2. Samsak

3. Stopwatch

4. Blanko pengukuran kecepatan tendangan mawasi gery 5. Alat tulis

Pelaksanaan tes :

Siswa berdiri tegap dengan kaki kanan didepan dan lutut sedikit ditekuk. Setelah diberi aba-aba “ya” siswa langsung melakukan tendangan mawasi gery dengan kaki kiri sebanyak sepuluh kali. Penghitungan pertama dilakukan ketika siswa menendang mengenai sasaran dan penghitungan terakhir dihitung setelah mengenai sasaran juga. Setelah kaki kiri selesai siswa kembali melanjutkan tendangan dengan menggunakan kaki kanan sebanyak sepuluh kali. Tendangan yang dilakukan harus mengenai sasaran yaitu bagian kepala. Tes dilakukan sebanyak dua kali pengulangan dan sebagai hasil akhir dicatat waktu tercepat dengan penghitungan stopwatch.


(53)

H. Teknik Analisis Data

Analisis data ditujukan untuk mengetahui jawaban akan pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian. Mengingat data yang ada adalah data yang masih mentah dan memiliki satuan yang berbeda, maka perlu disamakan satuan ukurannya sehingga lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya. Dengan demikian data mentah diubah menjadi data yang standart ( TSkor ). Kemudian data tersebut dianalisis menggunakan analisis regresi linier sederhana.

Data yang dianalisis adalah data variabel bebas yaitu (X1) power otot tungkai, (X2) panjang tungkai, (X3) keseimbangan serta variabel terikat (Y) kecepatan tendangan mawasi gery. Analisis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan, yaitu untuk mengetahui apakah ada kontribusi yang diberikan oleh masing-masing variabel bebas pada variabel terikat, X1 terhadap Y, X2 terhadap Y, dan X3 terhadap Y. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana. Untuk perhitungan statistic menggunakan program SPSS for windows release 16.

Rumus untuk Regresi linear sederhana :

Keterangan :

Ŷ = Variabel Terikat ( Dependent ) X = Variabel Bebas


(54)

40

a = Nilai Konstanta

b = Koefesien Arah Regresi

Agar memenuhi persyaratan analisis dalam menguji hipotesis penelitian, akan dilakukan beberapa langkah uji persyaratan, meliputi : uji normalitas data, uji homogenitas varians data dan uji linieritas data.


(55)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, mengenai Kontribusi Power Otot Tungkai, Panjang Tungkai dan Keseimbangan Terhadap Kecepatan Tendangan Mawasi Gery di Ranting Bushido Bandar Lampung yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Ada kontribusi yang signifikan antara power otot tungkai terhadap hasil tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung. 2. Ada kontribusi yang signifikan antara panjang tungkai terhadap hasil

tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung. 3. Ada kontribusi yang signifikan antara keseimbangan terhadap hasil

tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, adapun saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Upaya mengajarkan dan meningkatkan hasil tendangan mawasi gery hendaknya memperhatikan pada aspek komponen fisik yang meliputi


(56)

58

power otot tungkai, panjang tungkai, kekuatan otot perut dan keseimbangan serta melatih tendangan mawasi gery secara berkesinambungan dan saling terkoordinasi dan menguasai tendangan mawasi gery dengan benar sehingga tendangan mawasi gery menjadi lebih baik.

2. Pentingnya penelitian lebih lanjut dengan memperbanyak sampel yang lebih besar dan variabel yang lebih luas, agar diperoleh gambaran secara komperhensif dan mendalam tentang tendangan mawasi gery. 3. Bagi pelatih karate, beban latihan untuk tiap unsur kondisi fisik

disesuaikan dengan nilai sumbangan tiap variabel terhadap kecepatanS tendangan mawasi gery.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Afiana, Andria : 2013.Kontribusi panjang tungkai, kelentukan, dan daya ledak otot tungkai terhadap tendangan sabit pencak silat pada mahasiswa UKM universitas Lampung. (Skripsi). Lampung FKIP Penjaskesrek. Unila Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian . Yogyakarta : PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi

Revisi 2010 . Rineka Cipta.Yogyakarta.

Bompa, Tudor O. (1990). Theory and Methodology of Training. Lowa: Kendal/Hunt Publishing.

Dwikusworo, Eri P. 2010. Tes Pengukuran Dan Evaluasi Olahraga. Semarang. Widya Karya.

Evelyin C. P. 1993. Anatomi & Fisiology Untuk Paramedis. Alih Bahasa Sri Yuliani Handoyo. Jakarta. PT. Gramedia.

Nakayama. 1979. Best Karate 4. Tokyo. Kodansha International.

Nurhasan. 1986. Tes dan pengukuran. Jakarta. Karunika Jakarta Universitas Terbuka.

Pear, bill and more, Gary T. 1986. Weight Training For Men And Women, Getting Stronger. Shelter Publications. Inc, Bolinas California.

Phang, Victorianus. 2012. Karate-Do Shotokan Kata. Bogor. PT.Gramedia Prihastono, Arief. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Karate. CV Aneka. Rushall, Brent S. And Pyke, Frank S. 1990. Training For Sport And Fitnes.

TheMacmillan Company Of Australia. Pty Ltd.


(58)

60

Subagio, Septowega : 2014. Kontribusi Kekuatan Otot Lengan, Power Tungkai, Keseimbangan, Dan Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Terhadap

Keterampilan Gerak Dasar Meroda Pada Siswa Kelas X SMK Gajah Mada Bandar Lampung. (Skripsi). Lampung FKIP Penjaskesrek. Unila Sujoto, J. B. 1996. Teknik-Teknik Karate. PT.Gramedia Pustaka

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D / Sugiyono. Alfabeta. Bandung.

Sumantri, Ryanjaya : 2014 Kontribusi Kekuatan Otot Lengan, Panjang Lengan, Power Otot Tungkai Panjang Tungkai, Dan Kelentukan Terhadap

Keterampilan Gerak Dasar Loncat Harimau Pada Siswa Kelas Viii Smp N 1 Metro. (Skripsi). Lampung FKIP Penjaskesrek. Unila

Verduci, F. N. Measurement Concept Of Physical Education.www.nsca-lift.org. volume 7 issue2. Diakses 25 Januari 2014, 20.32 WIB.


(1)

H. Teknik Analisis Data

Analisis data ditujukan untuk mengetahui jawaban akan pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian. Mengingat data yang ada adalah data yang masih mentah dan memiliki satuan yang berbeda, maka perlu disamakan satuan ukurannya sehingga lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya. Dengan demikian data mentah diubah menjadi data yang standart ( TSkor ). Kemudian data tersebut dianalisis menggunakan analisis regresi linier sederhana.

Data yang dianalisis adalah data variabel bebas yaitu (X1) power otot tungkai, (X2) panjang tungkai, (X3) keseimbangan serta variabel terikat (Y) kecepatan tendangan mawasi gery. Analisis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan, yaitu untuk mengetahui apakah ada kontribusi yang diberikan oleh masing-masing variabel bebas pada variabel terikat, X1 terhadap Y, X2 terhadap Y, dan X3 terhadap Y. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana. Untuk perhitungan statistic menggunakan program SPSS for windows release 16.

Rumus untuk Regresi linear sederhana :

Keterangan :

Ŷ = Variabel Terikat ( Dependent ) X = Variabel Bebas


(2)

40

a = Nilai Konstanta

b = Koefesien Arah Regresi

Agar memenuhi persyaratan analisis dalam menguji hipotesis penelitian, akan dilakukan beberapa langkah uji persyaratan, meliputi : uji normalitas data, uji homogenitas varians data dan uji linieritas data.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, mengenai Kontribusi Power Otot Tungkai, Panjang Tungkai dan Keseimbangan Terhadap Kecepatan Tendangan Mawasi Gery di Ranting Bushido Bandar Lampung yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Ada kontribusi yang signifikan antara power otot tungkai terhadap hasil tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung. 2. Ada kontribusi yang signifikan antara panjang tungkai terhadap hasil

tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung. 3. Ada kontribusi yang signifikan antara keseimbangan terhadap hasil

tendangan mawasi gery di ranting karate Bushido Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, adapun saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Upaya mengajarkan dan meningkatkan hasil tendangan mawasi gery hendaknya memperhatikan pada aspek komponen fisik yang meliputi


(4)

58

power otot tungkai, panjang tungkai, kekuatan otot perut dan keseimbangan serta melatih tendangan mawasi gery secara berkesinambungan dan saling terkoordinasi dan menguasai tendangan mawasi gery dengan benar sehingga tendangan mawasi gery menjadi lebih baik.

2. Pentingnya penelitian lebih lanjut dengan memperbanyak sampel yang lebih besar dan variabel yang lebih luas, agar diperoleh gambaran secara komperhensif dan mendalam tentang tendangan mawasi gery. 3. Bagi pelatih karate, beban latihan untuk tiap unsur kondisi fisik

disesuaikan dengan nilai sumbangan tiap variabel terhadap kecepatanS tendangan mawasi gery.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Afiana, Andria : 2013.Kontribusi panjang tungkai, kelentukan, dan daya ledak otot tungkai terhadap tendangan sabit pencak silat pada mahasiswa UKM universitas Lampung. (Skripsi). Lampung FKIP Penjaskesrek. Unila Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian . Yogyakarta : PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi

Revisi 2010 . Rineka Cipta.Yogyakarta.

Bompa, Tudor O. (1990). Theory and Methodology of Training. Lowa: Kendal/Hunt Publishing.

Dwikusworo, Eri P. 2010. Tes Pengukuran Dan Evaluasi Olahraga. Semarang. Widya Karya.

Evelyin C. P. 1993. Anatomi & Fisiology Untuk Paramedis. Alih Bahasa Sri Yuliani Handoyo. Jakarta. PT. Gramedia.

Nakayama. 1979. Best Karate 4. Tokyo. Kodansha International.

Nurhasan. 1986. Tes dan pengukuran. Jakarta. Karunika Jakarta Universitas Terbuka.

Pear, bill and more, Gary T. 1986. Weight Training For Men And Women, Getting Stronger. Shelter Publications. Inc, Bolinas California.

Phang, Victorianus. 2012. Karate-Do Shotokan Kata. Bogor. PT.Gramedia Prihastono, Arief. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Karate. CV Aneka. Rushall, Brent S. And Pyke, Frank S. 1990. Training For Sport And Fitnes.

TheMacmillan Company Of Australia. Pty Ltd.


(6)

60

Subagio, Septowega : 2014. Kontribusi Kekuatan Otot Lengan, Power Tungkai, Keseimbangan, Dan Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Terhadap

Keterampilan Gerak Dasar Meroda Pada Siswa Kelas X SMK Gajah

Mada Bandar Lampung. (Skripsi). Lampung FKIP Penjaskesrek. Unila

Sujoto, J. B. 1996. Teknik-Teknik Karate. PT.Gramedia Pustaka Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D / Sugiyono. Alfabeta. Bandung.

Sumantri, Ryanjaya : 2014 Kontribusi Kekuatan Otot Lengan, Panjang Lengan, Power Otot Tungkai Panjang Tungkai, Dan Kelentukan Terhadap

Keterampilan Gerak Dasar Loncat Harimau Pada Siswa Kelas Viii Smp N 1 Metro. (Skripsi). Lampung FKIP Penjaskesrek. Unila

Verduci, F. N. Measurement Concept Of Physical Education.www.nsca-lift.org. volume 7 issue2. Diakses 25 Januari 2014, 20.32 WIB.


Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN LINGKAR PAHA DENGAN HASIL TENDANGAN PENALTY SEPAKBOLA PADA SEKOLAH SEPAKBOLA BINTANG UTARA PRATAMA BANDAR LAMPUNG

0 47 60

KONTRIBUSI KECEPATAN AWALAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG

0 15 57

KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT LENGAN, POWER TUNGKAI, KELENTUKAN TUNGKAI, DAN KESEIMBANGAN TERHADAP HASIL LOMPAT KANGKANG PADA SISWA SISWI KELAS VIII SMPN 3 NATAR LAMPUNG SELATAN

2 24 65

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI, POWER OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT PERUT TERHADAP HASIL TENDANGAN JARAK JAUH PADA SSB PUTRA PERKASA MANDIRI

1 7 121

Hubungan Panjang Tungkai, Kekuatan Otot Tungkai, dan Kelentukan Tungkai Terhadap Tendangan Jarak Jauh pada pemain SSB APAC INTI Tahun 2011

0 9 96

KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN LONG PASS DALAM SEPAKBOLA PADA MAHASISWA IKOR ANGKATAN 2013 FPOK UPI BANDUNG.

3 15 38

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASL KETEPATAN TENDANGAN KE GAWANG PADA MAHASISWA UKM FUTSAL UNNES TAHUN 2010.

0 0 2

Sumbangan Panjang Tungkai, Kekuatan Otot Tungkai,dan Daya Ledak Otot Tungkai terhadap Jauhnya Tendangan Voli pada Peserta Ekstrakurikuler Sepakbola Di SMAN 2 Ungaran Tahun 2009.

0 0 69

(ABSTRAK) KORELASI PANJANG TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN, DAN DAYA LEDAK TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER.

0 1 2

Pengaruh Panjang Tungkai dan Daya Ledak Otot Terhadap Kecepatan Lari

2 28 49