Kitin Pemanfaatan Limbah Cair Ekstraksi Kitin Dari Kulit Udang Produk Proses Kimiawi Dan Biologis Sebagai Imbuhan Pakan Dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Ayam Broiler.

mikroba. Kandungan protein, kalsium karbonat dan kitin pada kulit dan kepala udang ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Kulit dan Kepala Udang Berdasarkan Proses Pengupasan Komposisi berat kering Sumber Protein Khitin Kalsium karbonat Pengupasan tangan 27,2 57,4 15,3 Pengupasan mekanis 22,0 42,3 35,7 Sumber: Angka dan Suhartono 2000. Pemanfaatan limbah cair hasil ekstraksi kitin dari limbah udang cangkang, kerapas, dan kepala merupakan alternatif penanganan dampak lingkungan, dan kemudian dapat dijadikan sebagai imbuhan pakan untuk ransum unggas, khususnya ayam broiler. Hal ini dikarenakan limbah udang akhir-akhir ini dijadikan sebagai bahan baku pada pembuatan kitin dan kitosan sebagai bahan pengawet, dan dapat diproduksi secara komersial Knorr, 1984.

3.2. Kitin

Kitin merupakan senyawa biopolimer berantai panjang dan tidak bercabang. Tiap rantai polimer pada umumnya terdiri dari 2000 hingga 5000 unit monomer N-asetil-D- Glukosamin 2-acetamido-2-deoksi-D- Glukosa yang terpaut melalui ikatan β 1-4 glukosa. Unit monomer kitin mempunyai rumus molekul C 8 H 12 NO 5 dengan kadar C, H, N dan O berturut-turut 47, 6, 7 dan 40 Bastaman, 1989. Struktur kitin dan kitosan sama dengan selulosa, dengan ikatan yang terjadi antara monomernya terangkai dengan glukosida pada pos isi β 1-4. Perbedaan dengan selulosa adalah gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon nomor dua, digantikan oleh gugus asetamina -NHCOCH 3 pada kitin sehingga kitin menjadi sebuah polimer berunit N-Asetil glukosamin sedangkan pada kitosan digantikan oleh gugus amin NH 2 . Struktur kimia kitin, kitosaan dan selulosa dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur Kimia Kitin, Kitosan dan Sellulosa Muzzarelli dan Joles, 1999. Kitin dapat dibedakan berdasarkan susunan rantai N-Asetil- Glukosamin yaitu α, β, γ, derajat deasetilasi, adanya ikatan silang seperti dengan protein dan glukan. Kitin dalam tubuh organisme terdapat dalam tiga bentuk kristal dan dibedakan atas susunan rantai molekul yang membangun kristalnya, yaitu α-kitin rantai antipararel, β-kitin rantai parael dan γ-kitin rantai campuran, dan ditampilkan pada Gambar 2. α-kitin β-kitin γ-kitin Gambar 2. Bentuk α-khitin, β-hkitin,dan γ-khitin Angka dan Suhartono, 2000. Menurut Stephen 1995, kitin merupakan makromolekul berbentuk padatan amorf atau kristal dengan panas spesifik 0,373 kalg o C, berwarna putih, dan dapat terurai secara kimia dan hayati biodegradable, terutama oleh bakteri penghasil enzim lisozim dan kitinase. Kitin bersifat tidak larut dalam air, asam anorganik encer, asam organik, alkali pekat dan pelarut organik tetapi larut dalam asam pekat seperti asam sulfat, asam nitrit, asam fosfat dan asam formiat anhidrous. Menurut Austin 1981, kitin yang larut dalam asam pekat dapat terdegradasi menjadi monomernya dan memutuskan gugus asetil.

3.3. Ekstraksi Kitin