INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL LOGAM DI DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA DAN KABUPATEN
ENREKANG PROPINSI SULAWESI SELATAN, TA. 2002
Oleh : Sukmana dan Simpwee
SUB DIT. MINERAL LOGAM
S A R I
Lokasi kegiatan inventarisasi dan evaluasi bahan galian mineral logam ini meliputi Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Litologi utama yang menempati daerah uji petik ini
adalah Formasi Toraja berumur Oligo-Miosen yang berbatasan dengan Formasi Latimojong berumur Kapur Akhir
yang cukup prospek bagi tempat kedudukan mineralisasi bahan galian logam, sehingga menarik untuk dilakukan eksplorasi.
Zona-zona mineralisasi logam yang telah diketahui di Kab. Tana Toraja diantaranya adalah
mineralisasi tembaga porfiri di Sassak, mineralisasi logam dasar tipe urat Pariwara dan di Patotong, mineralisasi logam tipe kontak metasomatik di Talimbangan, mineralisasi tembaga murni diUluwai dan
mineralisasi logam dasar tipe volkanogenik yang mirip dengan endapan sulfida logam tipe Kuroko Jepang di Sangkaropi dan di Rumanga serta Bilolo, Kabupaten Luwu, selain mieralisasi barit dalam jumlah kecil di
Bilolo. Di Kab. Enrekang indikasi mineralisasi tembaga murni terdapat berupa malakit dan azurit di dalam batuan serpih Formasi Toraja di Desa Curio, sedangkan mineralisasi emas letakan ditemui di daerah S.
Bungin dan Barakka yang hanya prospek untuk pertambangan rakyat.
Pekerjaan inventarisasi dan evaluasi bahan galian mineral di kedua kabupaten ini dilakukan dengan
pengumpulan data sekunder baik yang telah maupun yang belum diketahui cadanganya, termasuk yang masih berupa indikasi yang diperoleh dari Dinas Pertambangan Daerah KabupatenKota maupun Propinsi,
termasuk dari Bappeda dan BPS dan data primer yang diperoleh dari daerah uji petik dan daerah endapan bahan galian yang belum didata.
Himpunan data ini merupakan gambaran awal kondisi potensi sumber daya mineral dari tiap pemerintah daerah KabupatenKota. Selain itu data ini akan melengkapi Neraca Sumber daya Mineral
Spasial Nasional dan Daerah yang akan diterbitkan oleh Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.
Data tersebut dapat dipakai sebagai dasar untuk investasi di bidang pengusahaan bahan galian mineral di daerah tersebut.
Hasil penyelidikan mineralisasi logam di daerah Uji petik desa Poton, Kab. Tana Toraja dan di aliran S. Noron, Kab. Enrekang, baik yang berasal dari conto endapan sungai maupun batuan nilai analisisnya
sangat rendah, sehingga kurang prospek untuk dilakukan eksplorasi tindak lanjut. Lain halnya dengan endapan bahan galian non logam seperti pasir, kerikil dan sirtu di sungai ternyata telah merupakan
komoditi penghasil pendapatan asli daerah terbesar disektor pertambangan, sehingga perlu dikelola dengan baik, namun dijaga agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
Potensi bahan galian yang prospek untuk di kembangkan dalam waktu dekat atau sebagai komoditi bahan galian unggulan di Kabupaten Tana Toraja adalah batugamping-marmer, zeolit dan mungkin kaolin
serta toseki. Sedangkan untuk Kabupaten Enrekang adalah batugamping-marmer, kaolin dan batubara.
1. PENDAHULUAN
Lokasi kegiatan inventarisasi dan evaluasi bahan galian mineral ini meliputi Kabupaten Tana
Toraja dan Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan terletak di bagian lereng barat dari
Pegunungan Latimojong. Di daerah ini S. Sa’dan adalah sungai utama yang mengalir melalui kedua
kabupaten tersebut. Sebagian besar kabupaten Tana Toraja dan
Kabupaten Enrekang ditempati morfologi perbukitan yang dilalui cabang-cabang sungai dari
DAS Sa’dan. Kesampaian ke daerah kegiatan di kedua
kabupaten ini dari Jakarta ke Makassar dengan penerbangan reguler setiap hari. Dari Makassar ke
Enrekang ibu kota Kab. Enrekang dan selanjutnya ke Makale ibu kota Kab. Tana
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral DIM TA. 2002 19 - 1
Toraja menggunakan jalan negara poros Makassar-Parepare-Palopo yang cukup baik.
Dua daerah uji petik yaitu daerah uji petik S. Toke dan S. Poton terletak di Desa Poton, Kec.
Bonggakaradeng untuk Kab. Tana Toraja dan daerah uji petik S. Noron dan hilir S. Malua
terletak di Desa Curio, Kec. Alla Timur, untuk Kabupaten Enrekang.
Banyak penyelidikan mineralisasi logam yang telah dilakukan di daerah Sulawesi Selatan,
baik oleh ahli geologi Belanda maupun Pemerintah. Pemetaan bahan galian golongan C di
Daerah Tingkat II Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Enrekang oleh Dinas Pertambangan
Pemda Tingkat I Sulawesi Selatan
dan PT. Adco Murino
dan penyelidikan geologi terpadu di daerah Kab. Tana Toraja dan Kab. Enrekang
oleh Kanwil DPE Sulsel, merupakan sumber informasi yang paling dominan dibahas.
2. GEOLOGI UMUM
Daerah penyelidikan termasuk ke dalam Peta Geologi lembar Majene dan bagian barat
lembar Palopo, yang disusun oleh Djuri dan Sudjatmilo, 1974 Gb. 1.
Batuan tertua di daerah ini adalah batuan malihan berderajat sedang, terdiri dari serpih, filit,
rijang, marmer dan breksi terkersikan Formasi Latimojong berumur Kapur yang sudah
mengalami perlipatan sangat kuat. Sebaran formasi batuan ini terutama menempati
Pegunungan Latimojong.
Berikutnya diendapkan batuan yang terdiri atas serpih, berwarna coklat kemerah-merahan,
serpih napalan, batupasir kuarsa dan konglomerat, termasuk pula lensa batugamping abu-abu.
Formasi batuan ini dinamakan pula koperlei formatie formasi serpih tembaga, KONING
KNIJFF,1914, karena dalam batuan serpih merah tersebut ditemukan tembaga murni, sedang oleh
Djuri dan Sudjatmiko disebut sebagai Formasi Toraja berumur dari Eosen tengah hingga
Oligosen tengah. Sebaran formasi ini luas sekali. Kontak antara formasi ini dengan formasi yang
lebih tua maupun muda, pada umumnya berupa patahan, baik patahan normal maupun sesar naik.
Batuan terobosan granodiorit menyebar setempat, mengintrusi Formasi Latimojong dan
Formasi Toraja, diantaranya di daerah mineralisasi logam Sangkaropi dan tersingkap di
sebelah utara bukit Pompangaro. Umumnya mengalami pelapukan kuat dan gejala ubahan
mineral seperti epidotisasi dan serisitisasi, kadang bersifat granitik. Formasi Makale berumur antara
Miosen bawah – Miosen tengah, diendapkan kemudian, disusun oleh batugamping dan napal.
Batu gamping ini membentuk topografi karst. Selanjutnya ke arah barat diendapkan satuan
batuan Tersier sampai Kuarter, masing-masing belum diberi nama formasi, diantaranya satuan
batupasir, batu lanau, konglomerat dan breksi. Satuan batuan ini menunjukkan adanya gejala
endapan turbidity current, berumur tidak lebih tua dari pada Miosen Tengah.
Berikutnya adalah berupa endapan gunungapi, terdiri atas aliran lava bersusunan
basal hingga andesit, lava bantal, breksi andesit piroksen, andesit trakhit dan feldspatoid. Satuan
batuan ini diperkirakan berumur antara Miosen atas sampai Pliosen.
Satuan batugamping terumbu berumur Miosen tengah hingga Pliosen, tidak mempunyai
sebaran yang luas di daerah ini. Satuan batuan yang seumur dengan batuan ini yaitu satuan
batupasir bersusunan andesit, konglomerat, batulanau, serpih dan tuf, mengandung sisipan
aliran lava bersusunan basal andesit.
Endapan batuan termuda yang berumur Kwarter adalah endapan permukaan, berupa pasir,
sirtu, konglomerat, lanau dan lempung. Endapan batuan ini mempunyai nilai ekonomis sebagai
bahan galian golongan C.
Struktur Geologi
Struktur geologi regional yang berkembang di daerah ini adalah struktur lipatan yang berupa
sinklin dan antiklin serta struktur patahan yang berupa sesar. Struktur lipatan pada umumnya
mempunyai pola berarah hampir utara selatan. Dengan adanya struktur lipatan tersebut
diperkirakan bahwa gaya kompresi yang bekerja terhadap pembentukan struktur geologi yang
berkembang, berasal dari arah barat dan timur.
Struktur sesar di daerah ini secara umum membentuk dua pola arah yaitu sesar naik pada
umumnya berarah utara-selatan, blok bagian timur merupakan blok yang naik dan sesar
mendatar pada umumnya berarah barat-timur yang ditandai dengan adanya offset litologi yang
disebakan oleh pergeseran. Sedangkan sesar normal hampir seluruhnya berpola utara-selatan,
sebagian dari jenis sesar ini merupakan batas litologi kontak tektonik.
Mineralisasi Indikasi Bahan Galian
Daerah Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Enrekang didominasi oleh batuan
sedimen dan batuan gunungapi. Beberapa lokasi mineralisasi logam mulia dan logam dasar terjadi
di sekitar Granit Mamassa. Secara geologis daerah wilayah KP. Aneka Tambang
Sangkaropi itu cukup menarik, karena ada kemiripan dengan geologi endapan bijih logam
sulfida tipe Kuroko di Jepang yang didefinisikan
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, TA. 2002 19 - 2
sebagai suatu endapan Stratabound polymetallic sulphide-sulphate deposits yang
pembentukannya erat sekali hubungannya dengan kegiatan vulkanisma felsik bawah laut
MATSUKUMAdan MORIKOSHI, 1970 . A. Machali Muchsin dkk DSM, 1983 telah
menyelidiki zona mineralisasi tembaga alam di daerah S. Leme, daerah hulu sungai Malua, Kab.
Enrekang yang ditandai dengan adanya komponen konglomerat mengandung malakhit. Penyelidikan
ini sebagai lanjutan dari hasil kegiatan prospeksi yang menemukan native copper di dalam batuan
serpih yang tersingkap di S. Leme, Kab. Tana Toraja Djumhani, 1974 dan KONING KNIJFF,
1914
Selain mineralisasi tembaga juga dijumpai emas dalam konsentrat dulang di S. Tonggo, S
Rante, S. Liangpia. Mineralisasi ini terdapat di desa Uluwai, Kecamatan Mengkendek,
Kabupaten Tana Toraja yang berbatasan dengan desa Rantelimbong, Kecamatan Alla Timur,
Kabupaten Enrekang.
Namun demikian potensi bahan galian tambang yang dapat diharapkan dapat
dikembangkan dalam waktu dekat adalah bahan galian non logammineral industri dan batubara,
selain emas letakan yang pernah dikembangkan oleh KUD Pertambangan Emas di S. Bungin
Sassak. Endapan bahan bangunan sirtu banyak ditambang di sungai-sungai besar, seperti S.
Sa’dan, Kab. Enrekang, sedangkan hasil eksplorasi endapan batubara di daerah Kec.
Barakka, Kab. Enrekang oleh Direktorat Sumber Daya Mineral diperoleh total sumber daya
batubara sebesar 6.825 ton. Geologi lapisan batubara yang tipis dengan kemiringan yang
tinggi dan cadangan yang kecil tersebut untuk saat ini dianggap kurang ekonomis untuk
dikembangkan.
HASIL PENYELIDIKAN
Daerah kerja uji petik untuk Kabupaten Tana Toraja dilakukan di sekitar daerah
mineralisasi Maruang – Poton, karena adanya indikasi baru mineralisasi tembaga mirip tipe
Uluwai yang belum diteliti secara seksama. Sedangkan untuk Kabupaten Enrekang adalah di
aliran S. Noron dan sekitar muara dengan S. Malua dan cabang-cabangnya.
Geologi Daerah Uji petik. 1.
Kab. Tana Toraja
Daerah uji petik Kab. Tana Toraja adalah di desa Poton, Kec. Bongakaradeng, terletak di
sebelah utara kota Kecamatan Bonggakaradeng. Daerah ini diapit DAS Masuppu dan DAS Sa’dan.
Secara umum daerah Poton ditempati oleh batuan gunungapi Talaya dan batuan sedimen Adang
yang menutup tidak selaras Formasi Toraja dan dibatasi struktur berupa patahan.
Temuan mineralisasi tembaga thn 1992 oleh Kanwil Departemen Pertambangan dan Energi
dilaporkan terletak di daerah Maruang-Poton ini menurut informasi dari laporan tersebut
mineralisasi logamnya ditemukan di bekas galian jalan. Namun ketika tim melacak daerah
mineralisasi tersebut tidak berhasil ditemukan, karena dinding jalan telah diperlebar.
Pengamatan di daerah uji petik di Desa Poton yang meliputi aliran Salutoke dan S. Posong,
ternyata gejala mineralisasi hanya berupa pirit dan urat kuarsa-silika tipis. Dari batuan yang
tersingkap tidak nampak ada mineralisasi logam.
Geologi daerah uji petik di desa Poton ini secara umum tersusun oleh batuan sedimen laut
dan batuan gunungapi Miosen Gb. 2, dengan urutan stratigrafi sebagai berikut :
Satuan lanau, serpih sisipan lempung Formasi Toraja Tet yang berwarna coklat
keunguan, kemudian Satuan batuan breksi aneka bahan anggota gunungapi Talaya Tmt terdiri
dari breksi polimik bersusunan andesit – dasitik, yang dapat disebandingkan dengan Tmpv Djuri
dan Sudjatmiko, 1974 atau Tnv Rab. Sukamto, 1975, berwarna kelabu, setempat terdapat urat
kuarsa halus tidak termineralisasi, ubahan terkloritkan dan epidotisasi serta argilitisasi,
berkembang urat kuarsa barrent. Gejala mineralisasi hanya berupa pirit semi diseminasi
yang sebagian menjadi limonit. Secara mikroskopik batuan ini nampak sebagai batuan
riolit dan vitriktuf.
Pengamatan mikroskopis terhadap conto batuan zeolit yang masih segar dari Sa’dan
Balusu, bagian dari formasi Lamasi adalah batuan riolit yang alterasinya kurang kuat, sehingga
belum menjadi zeolit yang sempurna., menunjukan tekstur porfiritik yang disusun oleh
fenokris sanidin dalam masa dasar mikrokristalin felspar dan kuarsa.
Kemudian satuan batupasir hijau anggota
Formasi Adang Tma, dapat disebandingkan dengan Tmpss Djuri dan Sudjatmiko, 1974 atau
Tms Rab. Sukamto,1975. Tidak termineralisasi, kecuali bercak pirit menyebar setempat. Mineral
ubahan yang teramati adalah klorit.
Gejala struktur geologi tidak dijumpai, kecuali kekar-retakan yang cukup intensif dan
sebagian kecil diisi urat kuarsa N 50° E68°. Adanya struktur sesar di daerah ini
diintepretasikan dari arah slicken side dan ketidak beraturan jurus dan kemiringan lapisan.
Hasil analisis conto di Laboratorium
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, TA. 2002 19 - 3
Dalam conto endapan sungai aktif sebanyak 10 buah dari daerah Poton, hampir
semua unsur tidak menunjukkan nilai yang berarti. Angka maximal 0,018 ppm Au, 2 ppm Ag
dan Cu 81 ppm, Pb 44 ppm dan Zn 201 ppm, terlalu rendah untuk dipakai sebagai alasan
penyelidikan selanjutnya.
Demikian juga analisa terhadap 3 conto
batuan yang dianalisis kimia dari daerah ini kisaran angka minimim-maximumnya hanya 18-
68ppm Cu, 50-72 ppm Pb, 45-87 ppm Zn, 6-16 ppb Au dan 4 –9 ppm Ag.
Analisis
mineragrafi conto batuan dari
daerah sample no. TT. 05R diambil dari Salu Toke, berwarna putih keabuan, kaya akan mineral
argilik, sebagian tertutup limonit staining, ada pirit tersebar dengan mineral ubahan klorit dan
epidot serta urat-urat halus silika. Genesa pemineralannya diinterpretasikan adalah pirit,
kalkopirit, malakhit dan oksida besi. Mineral pirit sangat halus, sebagian mengisi retakan. Sedang
kalkopirit ukurannya lebih halus lagi, sebagian berubah jadi malakit dan azurit.
Dari 25 conto konsentrat dulang dapat diidentifikasi 5 jenis mineral berat yaitu epidot,
zirkon, barit, garnet dan pirit. Ada lima kelompok mineral berat. Kelompok logam langka
yang teramati adalah zirkon dan barit. Zirkon hanya sebagai trace, mungkin berasal dari
rombakan batuan sedimen Fm. Toraja. Barit ada pada 2 conto berupa trace, biasanya berasal dari
proses hidrotermal, mungkin ada kaitannya dengan mineralisasi malakit pada urat kuarsa
yang ditemukan di daerah ini.
Analisis PIMA dan kimia batuan zeolit dari
Sa’dan Balusu diambil di 4 lokasi yang berlainan sample no TT 043R, TT 044R, TT 045R dan TT
046R, diantaranya 3 conto sudah lapuk yang satu masih segar. Dua conto lapuk ubahan mineralnya
adalah haloysite dan montmorilonite. Haloysite adalah mineral lempung hasil ubahan dari mineral
plagioklas, sedangkan montmorilonit adalah lempung yang sensitif terhadap lingkungan,
sehingga dapat mengindikasikan perbedaan temperatur komposisi kimia aliran hidrotermal.
Analisis kimia terhadap 4 conto zeolit menunjukkan ada perbedaan prosentase yang
cukup mencolok antara yang sudah lapuk dan segar untuk komposisi SiO
2.
Zeolit yang lapuk berkisar antara mengandung 51,50 – 57,80
SiO
2
, sedangkan zeolit yang segar lebih tinggi = 70,70 , sementara untuk senyawa oksida
lainnya lebih rendah, kecuali unsur Na
2
O dan H
2
O – HD.
2. Kab. Enrekang