METODE SURVEI Metode Survei MT

mengontrol kemunculan manifetasi panas bumi AP Balla dan Cepeng. Terdapat pula sesar mendatar berarah baratdaya-timurlaut yang memotong dan mengakibatkan pergeseran pada batuan dan struktur yang sudah terbentuk sebelumnya. Terdapat dua tipe dari mata air panas AP yang muncul di Bittuang PSDG,2009. Mata air panas Balla bertipe klorida sedangkan Cepeng masuk tipe air bikarbonat. Mata air panas Balla berada pada zona partial equilibrium, sebagai indikasi adanya proses water rock interaction antara fluida panas dan batuan, yang menyebabkan terbentuknya air panas temperatur tinggi 90-96 C dengan temperatur reservoir diperkirakan sebesar 200 C. Kompilasi hasil penyelidikan pada tahun 2009 Gambar 3 memperlihatkan anomali-anomali geofisika. Anomali gaya berat dan magnet rendah berada di bagian tengah. Anomali ini diperkirakan berasosiasi dengan batuan ubahan atau batuan yang sudah terkekarkan secara intensif dan bersifat non magnetik, seperti batuan sedimen atau batuan ubahan. Hasil pemetaan geolistrik menunjukkan bahwa anomali tahanan jenis rendah 100 Ohm-m terdapat di sekitar mata air panas Balla dan di bagian selatan. Posisi anomali yang di bagian selatan yaitu disebelah tenggara dari mata air panas Cepeng. Tahanan jenis rendah dan mata air panas tersebut terletak pada zona depresi yang memanjang dari bagian baratlaut hingga tenggara. Hasil survei MT tahun 2012 Gambar 4 juga menunjukkan daerah prospek melingkupi daerah pemunculan mata air panas Balla dengan tahanan jenis rendah 50 Ohm-m yang diinterpretasikan sebagai lapisan yang berfungsi sebagai batuan penudung. Daerah prospek panas bumi Bittuang berada di sekitar mata air panas Balla dan penyebarannya ke utara dan membuka ke arah puncak Gunung Karua.

2. METODE SURVEI Metode Survei MT

Metode survei magnetotellurik pada daerah panas bumi dilakukan dengan tahapan studi literatur tentang daerah survei, persiapan kerja lapangan seperti kalibrasi peralatan dan desain survei, akuisisi data, pengolahan dan pemodelan data. Akuisisi data pengukuran menggunakan Phoenix System dengan rentang frekuensi yang diukur 312 - 0,1 Hz. Data hasil pengukuran diproses dengan menggunakan algoritma Robust. Setelah dikoreksi, editing dan analisis EM strike maka data dikoreksi statik dengan menggunakan data TDEM. Untuk pemodelannya digunakan teknik inverse 2 D untuk tiap lintasan yang dipilih. Metode MT adalah metode geofisika yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik. Metode ini mengukur respon bumi dalam besaran medan listrik E dan medan magnet H terhadap medan elektromagnetik EM alam. Respon tersebut berupa komponen horizontal medan magnet dan listrik bumi yang diukur pada permukaan bumi pada posisi tertentu. Tahanan jenis dari metode ini dihitung berdasarkan perbandingan besarnya medan listrik dan medan magnet yang dikenal dengan persamaan Cagniard. Persamaan ini dihasilkan dari persamaan Maxwell dengan asumsi gelombang bidang. 2 5 1 H E x f a   ................................... 1 Dimana,  a : tahanan jenis semu Ohm-m f : frekuensi Hz E : Besarnya medan listrik mVkm H : Besarnya medan magnet nT Tahanan jenis semu terdiri dari dua kurva seperti Rho xy dan Rho yx , kemudian dirotasi terhadap sumbu utama, bisa kedalam TE mode medan listrik sejajar dengan strike atau TM Mode medan listrik tegak lurus strike. Penetrasi kedalaman efektif dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan di bawah ini :  = 503 x  f 12 ................................ 2 Dimana  : penetrasi kedalaman efektif m  : tahanan jenis semu Ohm-m f : frekuensi Hz Ketika tahanan jenis berubah terhadap kedalaman, maka tahanan jenis semu akan berubah terhadap frekuensi, karena frekuensi tinggi tidak memiliki penetrasi yang cukup dalam, sedangkan frekuensi rendah memiliki penetrasi lebih dalam. Hal ini menunjukkan bahwa struktur tahanan jenis dari zona dangkal sampai ke zona dalam dapat dianalisis berdasarkan tinggi atau rendahnya frekuensi. Skin depth sebagai fungsi dari frekuensi dan tahanan jenis dapat ditentukan dari persamaan berikut. f    503 2 2 1       .........................3 Dimana  : skin depth m  : = 2  f frekuensi sudut  : konduktivitas Sm  : permeabilitas magnet Hm  : tahanan jenis semu Ohm-m f : frekuensi Hz Metode Gaya Berat Dasar metode gaya berat adalah hukum Newton yang menyatakan bahwa setiap bagian suatu benda akan menimbulkan gaya tarik menarik terhadap bagian lain yang besarnya sama dengan hasil kali massa-massa dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua massa. Besarnya gaya tarik antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2 diberikan oleh persamaan: r m r m F   2 2 1   4 Keterangan: F= gaya tarik menarik antara 2 benda m 1 dan m 2 Newton  = konstanta gaya berat 6.67 x 10-11 m3kgs2 m 1 , m 2 = massa 1 dan 2 kg r  = vektor satuan berarah m 2 ke m 1 r= jarak antara massa 1 dan 2 m Gaya tarik bumi terhadap suatu massa yang berada di luar bumi menyebabkan massa dipercepat secara vertikal ke bawah. Percepatan yang dialami suatu massa m 2 akibat tarikan massa lain, dalam hal ini bumi m 1 dalam jarak r dikenal sebagai percepatan gravitasi yang dinyatakan sebagai: 2 m F g    ms 2 5 Jika persamaan 4 dimasukkan ke dalam persamaan 5 maka akan diperoleh persamaan percepatan gravitasi gaya berat: r r m F   2 1   6 Percepatan g  sebanding dengan gaya gravitasi persatuan massa terhadap m 1 Telford, et.al, 1990. 3. ANALISIS DATA Proses pengolahan data MT dilakukan dengan menggabungkan data tahun 2012 dan 2014 dengan total titik 63 buah. Secara umum kualitas data yang diambil cukup baik, tapi dibeberapa titik terlihat adanya bump pada frekuensi rendah 0.1 Hz. Sebagian besar data MT yang diperoleh juga terdapat efek statik yaitu pergeseran vertikal ke atas dan ke bawah terhadap nilai yang sebenarnya yang disebabkan oleh heterogenitas lokal di permukaan dan juga faktor topografi Analisis arah strike untuk pemilihan arah rotasi menggunakan metode kualitatif. Hasil analisis ini ditentukan arah 0 atau tidak dirotasi. Alasan ini karena pertimbangan analisa kualitatif sesar geologi yang cendrung berarah utara-selatan. Untuk koreksi statik digunakan metode statistik. Metode ini menentukan median nilai tahanan jenis semu dari titik-titik MT yang berada disekitar titik MT yang akan dikoreksi Gambar 4. Hasil pengolahan data berupa nilai tahanan jenis yang ditampilkan dalam bentuk lateral maupun vertikal. Selain model tahanan jenis ditampilkan pula tahanan jenis semu invarian yang merupakan tahanan jenis hasil penggabungan rho xy dan rho yx sebagai acuan awal atau pengontrol hasil pemodelanannya. Pengolahan data gaya berat juga dilakukan penggabungan data tahun 2012. Densitas yang digunakan pada pengolahan adalah 2,67 grcm 3 . Hasil pengolahan data gaya berat berupa nilai anomali gaya berat Bouguer komplit CBA. Nilai CBA ini kemudian difilter dengan menggunakan polinomial orde 2 untuk menghasilkan nilai gaya berat regional dan residual. 4.HASIL Tahanan Jenis Semu Tahanan jenis semu invarian yang dicuplik pada frekuensi 100, 10, 1 dan 0,1 Hz Gambar 5. Pada frekuensi 100 Hz terdapat tahanan jenis semu 50 Ohmm yang muncul di sekitar mata air panas Ballad dan menerus ke arah Gunung Karua sampai dengan mata air panas di lembahkaki selatan Gunung Karua. Tahanan jenis 50 Ohmm ini meluas area penyebarannya pada frekuensi 10 Hz tetapi semakin terisolir dan mengecil areanya pada frekuensi 1 Hz bahkan tidak terdeteksi lagi pada frekuensi rendah 0,1 Hz. Nilai tahanan jenis 50 Ohmm ini diperkirakan berasosiasi dengan batuan lava dan aliran piroklastik produk Gunung Karua yang mengalami proses alterasi hidrotermal. Batuan teralterasi semakin luas penyebarannya pada frekuensi 10 Hz dan mulai berkurang intesitas alterasinya pada frekuensi 1 Hz. Di luar area bertahanan jenis lebih 50 Ohmm, terpetakan tahanan jenis 70-200 Ohmm. Nilai tahanan jenis tinggi ini konsisten tersebar bahkan dengan nilai yang semakin tinggi di atas 500 Ohmm pada frekuensi rendah. Tahanan jenis tinggi ini di bagian tengah ke selatan diperkirakan respon batuan yang lebih kompak dan diperkirakan sebagai batuan basement. Model Tahanan Jenis Model tahanan jenis yang dihasilkan dari inversi 2 dimensi dipotong pada berbagai kedalaman. Kompilasi hasil perpotongan ditampilkan pada Gambar 6. Pada kedalaman 250 -500 meter sebaran batuan bertahanan jenis 50 Ohmm berada di sekitar mata air panas Balla menerus ke arah Gunung Karua yang diperkirakan merupakan batuan produk vulkanik yang teralterasiterubahkan sehingga nilai tahanan jenisnya menjadi rendah. Luas sebaran tahanan jenis 50 Ohmm ini mulai mengecil pada kedalaman 750- 1000 meter dan tergantikan oleh nilai tahanan jenis sekitar 50-100 Ohmm. Di atas kedalaman 1000 meter, sebaran tahanan jenis di lokasi-lokasi mata air panas semakin tinggi nilainya. Diperkirakan pada kedalaman 100-1500 meter ini merupakan zona transisi dari tahanan jenis rendah ke tahanan jenis tinggi ini. Zona transisi ini diduga sebagai zona batas antara lapisan penudung batuan teralterasi dengan lapisan reservoir pada sistem panas bumi Bittuang. Pada kedalaman 2000 meter sebaran tahanan jenis didominasi oleh tahanan jenis tinggi, diperkirakan pada kedalaman ini sudah merupakan batuan dasar. Anomali Gaya Berat Hasil survey gaya berat berupa peta anomali Bouguer, regional dan residual Gambar 8. Anomali Bouguer memperlihatkan kecendrungan nilai tinggi berada di bagian selatan dan rendah di utara Gunung Karua. Liniasi dari anomali Bouguer berarah barat timur dengan pembelokan anomali yang cukup kompleks di bagian tengah. Anomali regional yang diperoleh dengan menggunakan metode polinomial memilki kecendrungan tinggi di bagian selatan dan secara gradasi menurun ke arah utara dengan liniasi kontur berarah barat-timur. Hal ini mengindikasikan struktur batuan dasar di area bagian selatan lebih masif dan berdensitas lebih tinggi dibandingkan penyusun batuan di bagian utara. Anomali residual daerah panas bumi Bittuang memperlihatkan nilai tinggi 10 mGal tersebar dominan di bagian tengah dan membuka ke arah timur. Selain itu terdapat beberapa spot anomali relatif tinggi di bagian tengah dengan nilai sekitar 5-8 mGal. Area bernilai tinggi ini mengindikasikan adanya blok batuan dengan densitas lebih besar dari sekitarnya. Sedangkan anomali rendah -8 mGal di utara ke arah puncak dengan pola setengah melingkar diperkirakan sebagai indikasi sesar geologi berupa rim kaldera. Di luar kedua area tersebut nilai aomali relatif sedang dengan nilai -5 sd 4 mGal menyebar secara tidak beraturan yang mengindikasikan komplesitas struktur sesar yang berkembang di daerah ini.

5. DISKUSI