BAB III PEMBAHASAN
A. Sistem Pembiayaan kesehatan di Indonesia
1. Sistem Kesehatan Nasional
Sumber pembiayaan kesehatan di Indonesia berasal dari pemerintah dan swasta. Pembiayaan yang bersumber dari pemerintah berasal dari pajak umum
dan penjualan,
deficit
,
financial
pinjaman luar negeri serta asuransi sosial yang kemudian menjadi dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN. Dana
tersebut kemudian digunakan untuk pembiayaan program Nasional Kementrian Kesehatan, dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, bantuan operasional
kesehatan, Jamkesmas dan Jampersal. Sedangkan pembiayaan yang bersumber dari swasta berasal dari individual ataupun perusahaan. Harapannya adalah
masyarakat swasta berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun manfaatnya. Contoh sumber dana ini adalah dana
Corporate Social Responsibility
, dana pengeluaran rumah tangga baik yang dibayarkan tunai
out of pocket
maupun melalui sistem asuransi, dana Bantuan Luar Negeri, dana Hibah dan donor dari LSMAnonimous, 2014.
2. Sistem Kesehatan Daerah
Sumber pembiayaan kesehatan di daerah berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN yang di distribusikan ke pemerintah daerah. Dana APBN
yang di distribusikan ada yang melalui Anggaran Kemetrianlembaga, dana perimbangan, dana otonomi khusus Otsus dan dana penyesuaian. Dana APBN
yang melalui Anggaran Kemetrianlembaga ditujukan untuk mendanai Program Nasional Kewenangan Bersama, seperti dana BOS, Jamkesmas, Jampersal dan
PNPM Anonimous, 2014. Dana perimbangan sesuai dengan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbanga
Keuangan bertujuan utuk memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah pusat, Pemerintah
Daerah dan antar Pemerintah Daerah. Dana perimbangan berupa Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK Anonimous, 2014.
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU, adalah dana perimbangan dan bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Landasan hukum pelaksanaan DAU adalah
UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah. Sebagai amanat UU No.33 Tahun 2004, alokasi yang dibagikan kepada
Pemerintah Daerah oleh Pemerintah Pusat minimal 26 persen dari total penerimaan dalam negri netto. Dengan ketentuan tersebut maka, bergantung pada
kondisi APBN dan Fiscal Sustainability Pemerintah Indonesia, alokasi DAU dapat lebih besar dari 26 persen dari total pendapatan dalam negeri netto
Anonimous, 2014. Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana perimbangan
dan bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional Anonimous, 2014. Anggaran tersebut digunakan untuk pengadaan infrastruktur kesehatan, obat
dan perbekalan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan pada pelayanan kesehatan primer. Pengadaan infrastruktur
kesehatan, meliputi Anonimous, 2014 : a.
Pembangunan Puskesmas; b.
Pembangunan Puskesmas Perawatan; c.
Pembangunan Pos Kesehatan Desa; d.
Pengadaan Puskesmas Keliling Perairan; e.
Pengadaan Kendaraan roda dua untuk Bidan Desa. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, dapat dimanfaatkan untuk
peningkatan fasilitas rumah sakit provinsi, kabupatenkota, antara lain: a peningkatan fasilitas tempat tidur kelas III RS; b pemenuhan peralatan unit
transfusi darah RS dan bank darah RS; c peningkatan fasilitas instalasi gawat darurat RS; d peningkatan sarana prasarana dan pengadaan peralatan kesehatan
untuk program pelayanan obstetric neonatal emergency komprehensif PONEK di RS; dan e pengadaan peralatan pemerksaan kultur M.tuberculosis di BLK
provinsi Anonimous, 2014.
Dalam menetapkan daerah yang mendapatkan DAK terdapat beberapa kriteria yaitu Anonimous, 2014:
1. Kriteria umum