Konsep Diri Gay Di Padasuka Kota Bandung (Studi Fenomenologi Konsep Diri Gay Di Padasuka Bandung)

(1)

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

DWI ASRI YULIANA NIM. 41807105

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

iii

(Studi Fenomenologi Konsep Diri Gay Di Padasuka Bandung)

Penyusun : Dwi Asri Yuliana

NIM. 41807105

Skripsi ini dibawah bimbingan Yadi Supriadi, S.Sos,.M.Phil

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui Konsep Diri Gay di Padasuka Bandung. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gay memaknai dirinya sebagai seorang gay, bagaimana significant other dan reference group memaknai gay serta untuk mengetahui konsep diri gay di Padasuka Bandung.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kalitatif dengan informan yang berjumlah 3 orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi kepustakaan, dan internet searching. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan evalusi.

Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi. Yang dimana diharuskan peneliti masuk ke dalam dunia gay tanpa membawa persepsi apapun, melihat sendiri bagaimana kehidupan gay yang sebenarnya. Serta mengharuskan peneliti menjadi bagian dari komunitas gay tersebut. Lalu peneliti keluar lagi dari komunitas itu dan memaparkan bagaimana kehidupan gay yang sebenarnya.Hasil penelitian menunjukan bahwa konsep diri gay di Padasuka Bandung dipengaruhi oleh lingkungan, pandangan sikap significant other dan reference group dapat mempengaruhi konsep diri seorang gay tersebut. Informan Rio memandang dirinya sebagai seorang gay yang baik dan tidak mengganggu masyarakat.Saran yang dapat peneliti berikan adalah untuk seorang gay Untuk seorang gay agar tidak untuk bermesraan di depan umum dan menguatkan pandangan masyarakat bahwa gay itu negatif. Dan untuk teman-teman sebaya agar tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulan. Sedangkan untuk peneliti selanjutnya agar mempersiapkan segala sesuatunya lebih teliti berhubungan dengan penelitian yang akan diambil, apalagi yang berhubungan dengan fenomenologi.


(5)

iv

(Phenomenology Gay self-concept in Padasuka Bandung) Editors :

Dwi Asri Yuliana NIM. 41807105

The research is under guidance of : Yadi Supriadi, S.Sos,.M.Phil

This study intends to find out the Gay Self-concept in Padasuka Bandung. The purpose of this research is to find gay interpret him as a gay, how significant other gay and interpret the reference group and to learn about the concept of self Padasuka gay in Bandung.

This study uses the approach to the informant, amounting kualitatif 3 people. Data were obtained through in-depth interviews, observation, library research, and internet searching. The data analysis techniques used are data reduction, data collection, data representation, inference and evaluation.

This study uses a phenomenological approach to the study. That supposed to be researchers into the gay world without bringing any kind of perception, see for yourself how a real gay life. And requires the researcher to be part of the gay community. Then researchers came out of the community and explain how gay life really are.

The results showed that the concept of self in the gay Padasuka Bandung influenced by the environment, views of other significant attitude and reference group can affect self-concept is a gay. Rio informant sees it self as a good gay and can not interfere of public. Suggestions researchers give is for a gay to immediately stop the romantic activity in public. Not to mention the social sanctions that must be received from the public because of this behavior. And to peers that are not easily influenced by social environment. And for the next research immendeiatlly prefere more than anything about fenomenology.


(6)

v

Puji dan syukur seraya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan ridho-nya, penulis diberikan kekuatan, kemudahan, kelancaran, petunjuk dan ketabahan dalam menyelesaikan proposal ini. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW.

Penyusunan penelitian ini yaitu berjudul : “KONSEP DIRI GAY DI PADASUKA KOTA BANDUNG (Study fenomenologikonsepdiri gay di PadasukaKota Bandung)”, dan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna mendapat nilai akhir bagi kelulusan di tingkat srata satu (S1).

Dalam penelitian ini tidak sedikit peneliti menghadapi kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non-teknis. Namun atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang peneliti terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya dan setulus-tulusnya peneliti tujukan kepada kedua orang tua yang selalu membantu dan memberikan dukungan baik moral, spiritual dan material serta doa kepada peneliti hingga detik ini. Doa


(7)

vi

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar – besarnya kepada kedua Orang tua dan Kakak beserta Adik saya, dan kepada para dosen dan staf UNIKOM Bandug Yth :

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung.

2. Manaf Solihat Drs. M.Si selakuketua jurusun Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations UNIKOM Bandung.

3. Melly MaulinS.Sos.,M.Si. sebagai sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations UNIKOM Bandung.

4. Rismawaty S.Sos., M.Si sebagai dosen walisekaliguspengajar Pengantar Ilmu Komunikasi UNIKOM Bandung.

5. YadiSupriadiS.Sos., M.Phil selaku dosen pembimbing peneliti yang telah memberikan arahan, dukungan, kesabarandan semangat kepada peneliti.

6. Desayu Eka Surya, S.Sos., Msi sebagai dosen pengajar Metode Penelitian Kuantitatif UNIKOM Bandung.


(8)

vii

8. Astri Ikawati, A.Md.Kom, IntanFajariniselaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations Universitas Komputer Indonesia Bandung, yang telah membantu penulis dalam hal administrasi perkuliahan.

9. Untukkeluargaku, mama, papa, kakakDiana

NoviantikadankeduaadikpenelitiRaisadanFaisal. Terusmenjadiadik yang baik yah. Penelitianini pun sayapersembahkanuntukAlm. Ompeneliti yang karenasemangatnyadulusemasahiduppenelitidapatmenyelesaikanpendidikan di bangkukuliah..

10.Seluruhinforman yang telahmemberikaninformasi yang bergunabagipeneliti.

11.Terimakasih juga sayaucapkankepadasahabat-sahabatpenelitiGilangKancana, KemasSalfiya, PentyCamella, Nabila Louhanapessy, AgustinaMahardika, Faulana Akbar, Arif Randy, Faizulaetsi, NicoOcto Van Roy Siagian, Mita, ZufliFauzi, Maria Magdalenadan Philip Lasamahu.Terimakasihataspersahabatanselamaini

12.Teman – teman IK Jurnaldanteman-teman IK Humasserta pihak lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, semoga persahabatan dan persaudaraan kita tetap abadi selamanya.


(9)

viii

lumayan sempurna, oleh karena itu koreksi dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan, sehingga dimasa yang akan datang dapat menjadi bahan yang lebih menarik dan lebih bermanfaat. Semoga penelitian ini bermanfaat

bagi pembaca pada umumnya dan bagi peneliti pada khususnya. AMIN… Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bandung, Februari 2012


(10)

ix

SURAT PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12


(11)

x

1.6 Daftar Pertanyaan Penelitian ... 24

1.7 Subjek dan Informan Penelitian ... 26

1.7.1 Subjek Penelitian ... 26

1.7.2 Informan Penelitian ... 26

1.8 Metode Penelitian ... 27

1.9 Teknik Pengumpulan Data ... 29

1.10 Teknik Analisa Data ... 31

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

1.11.1 Lokasi Penelitian ... 32

1.11.2 Waktu Penelitian ... 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 34

2.1 Tinjauan Komunikasi ... 34

2.1.1 Pengertian Komunikasi ... 34

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi ... 38

2.1.3 Sifat Komunikasi... 39

2.1.4 Tujuan Komunikasi ... 40

2.2 Tinjauan Komunikasi Antarpribadi ... 41

2.2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 41


(12)

xi

2.3 Tinjauan Mengenai Fenomenologi ... 46

2.4 Tinjauan Tentang Konsep Diri ... 49

2.4.1 Pengertian Konsep Diri ... 49

2.4.2 Komponen Konsep Diri ... 51

2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 54

2.4.5 Pengaruh Konsep Diri Pada Komunikasi Interpersonal ... 55

BAB III OBJEK PENELITIAN ... 57

3.1 Sejarah Gay di Dunia ... 57

3.1.1 Sejarah Gay Pada Zaman Nabi Luth ... 57

3.1.2 Sejarah Homoseksual di Barat ... 62

3.1.3 OrganisasiKaumHomoseksual di Barat ... 65

3.2 Sejarah Homoseksual di Indonesia ... 68

3.3 Organisasi Kaum Homoseksual di Indonesia ... 72

3.4 Sejarah Komunitas Gay di Padasuka Bandung ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

4.1 Profil Informan ... 78


(13)

xii

4.2.4 KonsepDiri Gay di Padasuka Bandung. ... 90

4.3 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 91

4.3.1 Significant Other Mendorong Terbentuknya Gay di Padasuka Bandung 92 4.3.2 Reference Group Memaknai Gay di Padasuka Bandung. ... 94

4.3.3 Gay Padasuka Bandung Memaknai diri (self) nya Sebagai Seorang Gay. ... 92

4.3.4 Konsep Diri Gay di Padasuka Bandung ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 104


(14)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Gay hingga saat ini masih menjadi issue yang kontradiktif di masyarakat. Tetapi sampai pada perdebatan itu masih berlangsung, apakah kaum gaybisa di terima di masyarakat atau tidak.

Sebuah pemandangan yang sudah tidak asing lagi mewabah terutama di kota-kota besar, walaupun di masa sekarang bukan menjadi suatu hal yang tidak aneh lagi gay tetap menimbulkan pemikiran baru. Konsep bahwa seorang gay itu selalu tertutup dan main belakang dari pandangan publik, sekarang sudah lain. Bukan hal yang tabu lagi jika kita sekarang sering melihat para pria bermesraan dengan sesama jenisnya. Popoulasi pria sesuka jenis tidak hanya menjangkiti kota-kota besar, bahkan sekarang populasi ini mewabah ke pelosok kecil, walaupun jumlahnya tidak sebanyak kota-kota besar.

Sampai pada saat ini masyarakat masih saja mendefinisikan sesuatu yang belum pernah mereka ketahui latar belakangnya, pandangan buruk terhadap gay terkesan bahwa mereka adalah pria yang tidak normal dan melenceng dari aturan yang ada.Kaum gay tidak ingin di pandang sebelah mata oleh masyarakat.


(15)

Setiap orang berharap bahwa dirinya berhak dihormati orang lain, namun agaknya bagi seorang gay masih mendapat tanggapan yang kurang baik dari masyarakat. Tanggapan yang kurang baik ini mempengaruhi konsep diri dalam kehidupannya. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Pudjijogyanto bahwa konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi ini, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan tersebut akan jadi cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Cooley (Burns:1993) bahwa konsep diri seseorang seperti kaca cermin, dengan pemikiran bahwa konsep diri seseorang dipengaruhi oleh pandangan orang lain terhadap individu yang bersangkutan.1

Maka dari itu kaum gay melahirkan konsep-konsep dalam dirinya sendiri.Konsep diri (self consept)merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia.Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai makhluk yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan


(16)

dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.Konsep diri juga didefinisikan secara umum sebagai kenyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. Dan konsep diri seorang gay, mereka sadar akan perbedaan kalangannya dengan kalangan normal, tetapi mereka selalu menekankan pada diri mereka sendiri kalau mereka berbeda karena faktor biologis dan mereka merasa mereka telah dipilih untuk ada di kalangan tersebut. Mereka menyebut ini dengan seleksi alam.

Setelah melakukan wawancara pra penelitian dengan kaum gay di Padasuka Bandung, bahwa zaman dahulu sulit sekali menemukan gay.Menurut mereka tidak semua gay secara terbuka berani menyatakan bahwa dirinya adalah gay ataupun lesbi terutama kaum gay yang hidup di tengah-tengah masyarakat.Para gay ini lebih memilih untuk menutupi identitas mereka sebagai seorang gay ataupun lesbidengan tampil selayaknya kaum heteroseksual.Tetapi dengan seiring berjalannya waktu pada zaman modern sekarang, kaum gay dengan berani mereka sudah tidak malu lagi bermesraan dengan sesama jenisnya di muka umum.Dengan penuh percaya diri mereka mulai memperlihatkan identitas dirinya.Mereka tidak memperdulikan lagi tanggapan negatif masyarakat tentang dirinya.Mereka menganggap bahwa ini adalah zaman demokrasi, zaman dimana masyarakat bebas memilih yang menurutnya nyaman.


(17)

Rasa ketertarikan romantis atau perilaku antara individu berjenis kelamin yang sama disebut dengan homoseksual. Sebagai orientasi seksual, homoseksual mengacu pada pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis, terutama pada orang yang berjenis kelamin sama. Homoseksual juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku dan ekspresi.

Homoseksual adalahsatu dari tiga kategori utama orientasi seksual, bersama dengan biseksualitas dan heteroseksualitas. Konsensus ilmu-ilmu perilaku dan sosial, profesi kesehatan dan kesehatan kejiwaan menyatakan bahwa homoseksual adalah aspek normal dalam orientasi seksual manusia. Meskipun begitu banyak sekte-sekte agama yang memandang bahwa kegiatan homoseksual adalah dosa atau kelainan, bertentangan dengan ajaran Tuhan.

Istilah umum dalam homoseksual yang sering digunakan adalah lesbian untuk perempuan pecinta sesama jenis dan gay untuk laki-laki pecinta sesama jenis, meskipun gay dapat merujuk pada laki-laki atau perempuan. Bagi para peneliti jumlah individu yangdiidentifikasikan sebagai gay atau lesbiandan perbandingan individu yang memiliki pengalaman seksual sesama jenissulit diperkirakan atas berbagai alasan. Banyak individu gay dan lesbian memiliki komitmen hubungan sesama jenis.


(18)

Homoseksual mengacu pada interaksi antara pribadi yang berjenis kelaminsama secara situasional dan berkelanjutan. Saat ini, kata sifat homoseks digunakan untuk hubungan intim atau hubungan seksual di antara orang-orang berjenis kelamin yang sama.Homoseksual dapat mengacu kepadaorientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang lain yang mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama. Perilaku seksual dengan seseorang atau gender yang sama tidak peduli orientasi seksual atau identitas gender. Homoseksual dilihat dari aspek ini mengandung pengertian perilaku seksual yang dilakukan antara dua orang yang berjenis kelamin sama.Identitas seksual atau identifikasi diri, yang mungkin dapat mengacu kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual.Tetapi tidak semua homoseksual secara terbuka berani menyatakan bahwa dirinya adalah gay ataupun lesbian terutama kaum homoseksual yang hidup di tengah-tengah masyarakat atau negara yang melarang keras, mengucilkan, dan menghukum para homoseksual.

Terdapat tiga garis besar kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya homoseksual yaitu faktor biologis, faktor lingkungan dan kombinasi faktor biologis dan lingkungan.

Seorang pria menjadi gay atau wanita menjadi lesbian karena ada gen tertentu dalam tubuhnya yang menentukan orientasi seksual orang tersebut.


(19)

Seseorang yang menjadi homoseksual karena faktor ini biasanya sulit disembuhkan karena gen tersebut sudah melekat dalam tubuhnya.

Kaum homoseksual pada umumnya merasa lebih nyaman menerima penjelasan bahwa faktor biologis yang mempengaruhi mereka dibandingkan menerima bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi. Dengan menerima bahwa faktor biologis yang berperan dalam membentuk homoseksual maka dapat dinyatakan bahwa kaum homoseksual memang terlahir sebagai homoseksual, mereka dipilih sebagai homoseksual dan bukannya memilih menjadi homoseksual.

Selain faktor biologis, faktor lingkungan juga sangat berperan dalam terbentuknya homoseksual.Lingkungan turut mempengaruhi terbentuknya homoseksual.Dalam budaya dan adat istiadat masyarakat tertentu terdapat ritual-ritual yang mengandung unsur homoseksualitas, seperti dalam budaya suku Etoro yaitu suku pedalaman Papua New Guinea, terdapat ritual keyakinan dimana laki-laki muda harus memakan sperma dari pria yang lebih tua (dewasa) untuk memperoleh status sebagai pria dewasa dan menjadi dewasa secara benar serta bertumbuh menjadi pria kuat.

Karena pada dasarnya budaya dan adat istiadat yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu sedikit banyak mempengaruhi pribadi masing-masing orang dalam kelompok masyarakat tersebut, maka demikian pula budaya


(20)

dan adat istiadat yang mengandung unsur homoseksualitas dapat mempengaruhi seseorang. Mulai dari cara berinteraksi dengan lingkungan, nilai-nilai yang dianut, sikap, pandangan, maupun pola pemikiran tertentu terutama sekaitan dengan orientasi, tindakan, dan identitas seksual seseorang.

Dan yang terakhir adalah faktor kombinasi dari faktor biologis dan faktor lingkungan.Selain karena sudah ada gen tertentu dalam tubuh yang menentukan orientasi seksual, orang tersebut juga punya pengalaman dan lingkungan yang semakin mendorongnya menjadi gay.

2 Menurut Deborah Zera, ada 6 tahapan yang di lalui oleh seorang Homoseksual sebelum dirinya sadar akan orientasi seksualnya itu.Tahapan pertama dimulai dengan Identity Awareness. Dimana dalam tahap ini orang mulai sadar akan orientasi seksual dirinya. Selain sadar, di satu sisi orang tersebut juga mengalami kebingungan soal kelainannya itu.Tahapan selanjutnya adalah Identity Comparison, yang berarti orang yang berada dalam tahapan kedua ini masih menyangkal ke-homoseksualannya.Ia berpura-pura sebagai seorang heteroseksual.Tahap yang ketiga adalah tahap Identity Tolerance, pada tahap ini orang mulai sadar dan menerima dirinya sebagai gay atau lesbian.Ia sudah menyadari kalau dirinya memang homoseksual dan tidak menyukai perempuan.Tahapan ke empat adalah tahapan Identity Acceptance, dimana


(21)

setelah menerima, di tahapan ini orang mulai mengenal lebih dalam soal orientasi seksualnya itu.Ia mulai masuk ke dalam komunitas gay atau lesbian. Tahapan kelima adalah Identity Pride, pada tahap ini rasa percaya diri sebagai seorang homoseksual mulai muncul di tahap kelima.Orang tersebut juga lebih aktif di komunitas homoseksual. Dan tahapan terakhir adalah tahapan Synthesis, dimana selain menerima dirinya secara utuh sebagai seorang gay atau lesbian, orang yang berada dalam tahap terakhir ini juga sudah menerima sepenuhnya orang-orang lain yang juga berorientasi seksual sama. Ia juga sudah tidak lagi peduli apakah masyarakat menerima atau tidak.

Kaum homoseksual, terutama kaum gay memiliki ciri-ciri yang membantu mereka untuk mengenali dan dikenali dengan sesama gay dan di dalam masyarakat.Ciri-ciri tersebut terkadang sengaja dibentuk oleh mereka, tapi ada juga yang dilakukan secara tidak sengaja atau pembawaan secara naluri.Gay lebih menyukai mengenakan pakaian ketat, karena dapat memperlihatkan lekuk tubuh si pemakai.Bagi gay, lekukan tubuh merupakan daya jual tersendiri.Gay lebih senang memakai warna mencolok. Dalam berkomunikasi gayabicaranya pun lebih feminim dan perhiasan yang dikenakannya pun cenderung ramai.

Bila diperhatikan kaum gay dikota Bandung cukup banyak. Tetapi kebanyakan dari mereka berasal dari luar kota Bandung. Pria gay di daerah ini


(22)

cukup banyak, ada yang terang-terangan mengakui dan tak sedikit juga dari mereka yang menutupinya.

Mengenai kehidupan gay semua orang sudah pasti tahu ada yang memang feminim dan tak sedikit juga yang tampil layaknya lelaki normal.Kebanyakan dari mereka sangat peduli terhadap penampilan sehingga mereka terkesan lebih keren daripada cowok-cowok normal.

Dengan adanya situs jejaring sosial facebook mereka dengan mudah mendapatkan kenalan baru,mencari pacar,atau sekedar bersenang-senang.Padahal semua itu beresiko tinggi terhadap perkembangan penyakit kelamin.Dari wawancara pra penelitian, bahwa 90% dari mereka pernah mengalami yang namanya penyakit gonorhoe alias kencing nanah alias rajasinga.Dan penyakit rajasinga biasanya menyerang gay atau kebanyakan dari mereka terkena kutu kelamin.

Banyak juga terjadi sebuah kejahatan di dunia gay. Misalkan diiming-imingi akan di bayar mahal bila mau berhubungan badan dengannya,akan diberi sebuah pekerjaan,tapi yang ada setelah bertemu kebanyakan dari mereka tertipu dan kehilang uang serta barang-barang berharga mereka.


(23)

Berbeda dengan kaum waria yang merasa sangat didiskriminasikan oleh pemerintah, pada umumnya pemerintah jarang sekali membuat pernyataan melecehkan atau mendiskriminasi kaum gay, walau tetap ada beberapa pengecualian, salah satunya adalah perkawinan sejenis.Namun, untuk masalah yang satu ini, kaum gay terus melobi pemerintah supaya pemerintah mau melegalkan perkawinan sesama jenis.Seperti diketahui, Indonesia hanya memperbolehkan perkawinan antar lawan jenis.Demi terwujudnya tujuan itu, banyak hal yang mereka lakukan, seperti menggelar seminar sampai menerbitkan buku yang berjudul “Indahnya kawin sejenis”.

Bertolak dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut, yaitu “Bagaimana Konsep Diri Gaydi Padasuka Bandung.”

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana significant other mendorong terbentuknya gay di Padasuka Bandung?

2. Bagaimana reference group memaknai gay di Padasuka Bandung? 3. Bagaimana kaum gay di Padasuka Bandung memaknai dirinya sendiri? 4. Bagaimana konsep diri gay di Padasuka Bandung?


(24)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian adalah untuk mengetahui dan menggambarkan “Bagaimana Konsep Diri Gay Padasuka Bandung (studi fenomenologi tentang konsep diri homoseksual Padasuka Bandung)”

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui significant other mendorong terbentuknya gay di Padasuka Bandung

2. Untuk mengetahui reference group memaknai gay di Padasuka Bandung 3. Untuk mengetahui kaum gay di Padasuka Bandung memaknai dirinya sendiri 4. Untuk mengetahui konsep diri gay di Padasuka Bandung

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat menunjang perkembangan dibidang Ilmu Komunikasi, khususnya dalam perkembangan kehidupan sosial yang sama pada masa kini.


(25)

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Kegunaan bagi peneliti

Penelitian yang dilakukan berguna bagi peneliti yaitu sebagai aplikasi dari keilmuan yang selama perkuliahan hanya diterima secara teori.Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti, khususnya dalam memahamikehidupan yang sama.

2. Kegunaan Bagi Universitas

Bagi universitas, khususnya Program Studi IlmuKomunikasi, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ilmu untuk pengembangan disiplin ilmu yang bersangkutan.

3. Kegunaan Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan juga bisa menjadi pengetahuan baru bagi masyarakat luas berkenaan dengan perbedaan dan keebebasan memilih, termasuk pilihan menjadi seorang gay yang sekarang menjangkit kota Bandung.


(26)

1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Definisi mengenai konsep diri cukup beragam dan bervariasi dari beberapa ahli dan pengarangnya.Para ahli merumuskan definisi konsep diriseperti menurut Burns (1993:8) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan dan orang-orang lain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan.

Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya.

Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak.

Lalu seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58.) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki


(27)

individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.³

Sedangkan menurut William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with other” (1999:40).Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita terhadap diri kita.Persepsi tentang diri kita ini boleh bersifat psikologi, sosial dan. (Rahmat : 1999)

Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep diri adalahcara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya dan pandangan orang lain.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri seseorang yaitu:

1. Orang lain

Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita di terima orang lain, dihormati dan disenangi karena keberadaan kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita,


(28)

sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita cenderung tidak akan menyenangi diri kita.

S. Frank Miyamoto dan Sanford M. Dornbusch (1956) mencoba mengkorelasikan penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri dengan skala lima angka dari yang paling jelek sampai yang paling baik. Tidak semua orang mempunyai pangaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang dekat dengan diri kita. George Herbert Mead (1934) menyebutkaan mereka sigifikan other- orang lain yang sangat penting. Ketika masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita.

2. Kelompok Rujukan (reference group)

Dalam perkembangan, reference group meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan kita.Mereka mengarahkan tindakan kita, membentuk pikiran kita dan menyentuh kita secara emosional.Kita menghimpun penilaian dari semua orang yang pernah berhubungan dengan kita. (Rahmat, 1999)


(29)

Fokus penelitian ini mengambil tema Konsep Diri Komunitas Gay. Penelitian ini untuk mencari alasan seseorang menjadi gay, mencari latar belakang seseorang menjadi gay, serta mengetahui aktivitas dan peranan yang dimainkan seorang gay di luar dan di dalam komunitasnya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yakni sebuah pendekatan bagaimana dunia di dalam pengalaman pelaku.Fenomenologi mempelajari struktur pengalaman sadar (dari sudut pandang orang pertama), bersama dengan kondisi-kondisi yang relevan.

“Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku kata phainomenon yang berarti menampak. Menurut Husserl, dengan fenomenologi, kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang lain yang mengalaminya langsung, seolah-olah kita mengalaminya sendiri.” (Kusworo, 2009:10)

Adapun studi fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalamn beserta maknanya.Sedangkan pengertian fenomena dalam studi fenomenologi adalah pengalaman atau peristiwa yang masuk ke dalam kesadaran subjek. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang di


(30)

kembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dan kehidupannya sehari-hari.(Meleong, 2006)

Seperti yang disebutkan dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang ditekankan oleh kaum fenomenologi adalah aspek subjektif dari perilaku orang.

Suatu tesis yang fundamental tentang pendekatan fenomenologi adalah bahwa tingkah laku tidak hanya dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lalu dan saat ini tetapi oleh makna-makna pribadi yang masing-masing individu melekatkannya pada persepsinya mengenai pengalaman tersebut.

Tak seorang pun pernah dapat mengamati dirinya sendiri secara langsung.Hal ini dapat didekati oleh persepsi seseorang, persepsi-persepsi yang didasarkan pada interpretasi-interpretasi dari tingkah laku yang diamati.Sudah memadai bahwa cara-cara di mana individu yang diamati itu bisa dipelajari, karena persepsi-persepsi ini yang merupakan salah satu dari penentu-penentu (determinants) yang paling penting dari tingkah laku adalah konsep diri dan studinya didalam fenomenologi. (Burns : 1993)

Objek penelitian adalah kaum gay yang berada di daerah Padasuka Bandung.Para informan yang diteliti berasal dari latar belakang, pekerjaan, suku dan agama yang berbeda sehingga penelitian ini cukup menarik dan


(31)

menantang untuk dilakukan.Setelah melakukan observasi yang cukup, maka data serta analisis yang disajikan adalah berupa pengalaman dari para informan. Peneliti berusaha masuk ke dalam dunia informan dan memandang persoalan yang mereka hadapi seperti merasakannya terhadap diri sendiri, lalu peneliti keluar kembali dan melihat melalui bird angle yakni suatu sudut pandang dimana realita yang sesungguhnya terjadi adalah hasil dari konstruksi pengalaman dan intrepretasi sang peneliti.

1.5.2 Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teori yang sudah dipaparkan di atas, maka tergambar beberapa konsep yang akan dijadikan sebagai acuan peneliti dalam mengaplikasikan penelitian ini.

Seperti yang dikatakan Stephen W. Little John, bahwa : -fenomenology makes actual lived experience the basic data of reality (1996 : 24). Jadi fenomenologi menjadikan pengalaman hidup yang sesungguhnya sebagai data dasar dari relaita.Oleh sebab itu dalam penelitian ini, peneliti mengangkat konsep diri gay adalah sebuah fakta dari pengalamn hidup yang sangat memungkinkan dialami oleh segelintir pria di Indonesia.

Fenomenologi tidak pernah berusaha mencari pendapat dari informan apakah hal ini benar atau salah, akan tetapi fenomenologi akan berusaha “mereduksi” kesadaran informan dalam memahami fenomena itu. Studi fenomenologi ini di gunakan peneliti untuk menjelaskan konsep diri kaum


(32)

gay di Padasuka Bandung berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan hal ini menjadi data penting dalam penelitian.

Significant other yaitu orang lain yang di wakilkan oleh orang tua dan kaka kandung dalam penelitian ini, bagaimana penerimaan dari keluarga pada perilaku gay dan bagaimana significant other memandang kaum gay, sehinggaanak laki-laki nya menjadi seorang gay. Apakah akibat dari lingkungan, atau sikap orang tua yang tidak acuh kepada anaknya sehingga dia merasa ingin di akui keberadaannya didalam keluarga tersebut, itu semua kembali kepada individu masing-masing.

Kelompok rujukan (reference group) juga salah satu faktor yang mempengruhi konsep dikelompok rujukan disini adalah teman sebaya.Teman sebaya mempunyai peran yang sangat berarti, karena pada masa tersebut mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai bergabung pada kelompok sebaya atau teman sebaya. Pengaruh kuat teman sebaya yang ada di sekitar memungkinkan juga seorang laki-laki menjadi seorang gay dan memiliki pandangan baru bahwa menjadi seorang gay itu wajar dan tidak merugikan orang lain, apalagi di zaman modern ini dimana gay di pengaruhi oleh perkembangan zaman yang menuntut hak yang sama bagi wanita ataupun pria.

Dan pada kenyataannya kaum gay saat ini sudah mulai terbuka, tapi mereka tetap merupakan kelompok yang eksklusif jika berada dalam masyarakat luas, karena itulah mereka mengidentifikasikan dirinya melalui


(33)

sinyal-sinyal, simbol-simbol, serta bahasa tersendiri ketika mereka berinteraksi dengan kalangannya sendiri.

Konsep diri seorang gay muncul sejak mereka merasa berbeda dari kaum normal. Ada berbagai cabang penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, namun semua berpendapat samatentang tujuan pengertian subyek penelitian, yaitu melihatnya dari sudut pandang mereka. Jika ditelaah secara teliti, frase dari segi pandang mereka menjadi persoalan. Persoalannya adalah dari segi pandang mereka bukanlah merupakan ekspresi yang digunakan oleh subyek itu sendiri dan belum tentu mewakili cara mereka berpikir. Dari segi pandangan mereka adalah cara peneliti menggunakannya sebagai pendekatan dalam pekerjaannya. Jadi, dari segi pandangan mereka merupakan penelitian. Melihat subyek dari segi ini hasilnya barangkali akan memaksa subyek tersebut mengalami dunia yang asing baginya.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui fenomena gay di Padasuka Bandung serta konsep diri yang terbentuk dari kalangan tersebut. Bagaimana juga masyarakat turut menilai kalangan gay yang berada di sekitar mereka. Studi fenomena itu sendiri bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para gay mengenai pengalaman beserta maknanya.


(34)

1.6Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana significant other mendorong di Padasuka Bandung?

1) Bagaimana pendapat anda ketika mengetahui bahwa anak anda atau adik anda adalah seorang gay?

2) Bagaimana anda sebagai orang tua atau kakak menyikapi pandangan negatif pada gay?

3) Seberapa dekatkah anda dengan anak atau adik anda?

2. Bagaimana reference group memaknai gay di Padasuka Bandung?

1) Bagaimana sikap anda sebagai sahabat menyikapi pandangan negatif pada gay?

2) Bagaimana sikap anda sebagai sahabat menyikapi pandangan negatif pada gay khususnya teman anda sendiri?

3) Bagaimana pandangan anda ketika mengetahui bahwa teman anda seorang gay?

4) Jika sedang berkumpul, apakah anda sering menasehati teman anda supaya berhenti menjadi gay?

5) Seberapa besarkah pengaruh anda sehingga teman anda memutuskan untuk berhenti menjadi seorang gay?


(35)

3. Bagaimana gay di Padasuka Bandung memaknai dirinya sendiri?

1) Bagaimana proses yang melatarbelakangi anda sehingga menjadi seorang gay?

2) Apakah alasan utama anda menjadi seorang gay?

3) Apakah orangtua anda tahu anda seorang gay, dan bagaimana tanggapannya?

4) Bagaimana anda menanggapi pandangan negative pada kalangan gay? 5) Bagaimana sikap dan kebiasaan anda, sebelum dan sesudah menjadi

seorang gay, apakah ada perubahanya?

6) Apakah anda berminat berhenti menjadi seorang gay?

4. Bagaimana konsep diri pria kaum gay di Padasuka Bandung?

1) Bagaimana anda memandang diri anda sebagai seorang gay? 2) Apakah kepuasan anda sebagai seorang gay?

3) Seberapa dekat hubungan anda dengan significant other dan reference groups?


(36)

1.7Subjek dan Informan Penelitian

Dalam hal ini peneliti melakukan penelitiannya untuk memperoleh data yang diperlukan, dengan begitu peneliti mencari subjek penelitian dan informan yang akurat yang dapat memberikan informasi dan melengkapi penelitian.

1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda atau lembaga (organisasi), yang keadaannya akan diteliti. Dengan kata lain subjek penellitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terdapat objek untuk di teliti..

Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitiannya adalah kaum gay yang berada di daerah Padasuka Bandung.

1.7.2 Informan Penelitian

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut.Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah kaum gay yang berada di daerah Padasuka Bandung, orang tua/kakak dari seorang dari seorang gay dan teman-teman yang berada di lingkungan gay.


(37)

Pemilihan informan dilakukan dengan teknik sampling yang peneliti gunakan dalam penelitian adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono teknik purposive sampling adalah “Teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2009 : 300).

Tabel 1.1 Informan Penelitian Key informan

No Nama Keterangan

1. Rio Mahasiswa/Pegawai Restoran

Informan Tambahan

No Nama Keterangan

1 Nina Significant other

2 Putra Bekerja di salah satu restoran di

Bandung.(reference group)

1.8 Metode Penelitian

Dalam satu penelitian, agar masalah dapat berjalan sesuai dengan yang digunakan, maka perlu didukung oleh suatu metode penelitian yang sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Penelitian ini menggunakan motode kualitatif, penelitian kualitatif sendiri berarti penelitian yang bersifat interpretif (menggunakan penafsiran).Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, sebagaimana diungkapkan oleh Deddy Mulyana yang dikutip dari bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif.


(38)

“Metode penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik.Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas kualitatif”.(Mulyana, 2007:150)

Kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi dilapangan dan datanya dianalisa dengan cara nonstatistik. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sebanyak-banyaknya.Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi.Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.

Bogdan dan Taylor (1975:5) sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya “Metode Penelitian Kualitatif” menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif di definisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati.


(39)

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Wawancara

Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya mengadakan tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan baik secara tertulis maupun lisan guna memperoleh keterangan atau masalah yang diteliti. Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan data-data yang benar-benar aktual.Seperti juga dalam metode penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data di lapangan dengan melihat fakta-fakta yang ada.Data yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul di lapangan, kemudian terus-menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung.

Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai orang-orang/informan yang terlibat langsung dan masih menjadi seorang gay.

Observasi

Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.Observasi menjadi


(40)

bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksak maupun ilmu-ilmu social.Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik.Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes.

Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.Dokumentasi digunakan untuk memperkuat pada saat waktu wawancara.

Studi Pustaka

Peneliti juga melakukan pencarian data melalui sumber-sumber tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini, sebagai data sekunder.

Yang dimaksud dengan studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.Baik dari buku ataupun dari catatan lainnya.


(41)

Internet Searching

Proses pencarian data yang dilakukan dengan menggunakan Internet sebagai media.

1.10 Teknis Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah aktivitas intensif yang memerlukan pengertian yang mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, dan pekerjaan berat.Analisa kualitatif tidak berproses dalam suatu pertunjukan linier dan lebih sulit dan kompleks dibanding analisis kuantitatif sebab tidak diformulasi dan distandardisasi.Walaupun tujuan utama dari kedua data kualitatif dan kuantitatif adalah untuk mengorganisir, menyediakan struktur, dan memperoleh arti dari data riset.Satu perbedaan penting adalah, didalam studi-studi kualitatif, pengumpulan data dan analisis data pada umumnya terjadi secara serempak, pencarian konsep-konsep dan tema-tema penting dari pengumpulan data dimulai.

Menurut Bogdan & Biklen bahwa :

“Analisis data kalitatif adalah upaya yang di lakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat di kelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang di pelajari, dan memutuskan apa yang dapat di ceritakan kepada orang lain” (Bodgan dan Biklen dalam Meleong, 2006:248)


(42)

Suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan bagian dengan keseluruhan. Menurut Bodgan & Biklen bahwa:

“Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memmutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain” (Bodgan dan Biklen dalam Moleong, 2005:248)

Logika yang dilakukan dalam penarikan kesimpulan penelitian kualitatif bersifat induktif (dari yang khusus kepada yang umum), seperti dikemukakan Faisal (dalam Bungin, 2003: 68-69):

Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif. Suatu logika yang bertitik tolak dari ”khusus ke umum”; bukan dari ”umum ke khusus” sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif. Karenanya, antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung serempak. Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier.


(43)

Huberman dan Miles melukiskan siklusnya seperti terlihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1.3

Komponen-Komponen Analisa Data Model Kualitatif

Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data reduction) : Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya data dikelompokkan sesuai topik masalah. 2. Pengumpulan Data (Data collection): Data yang dikelompokkan

selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.

DATA COLLECTION

CONCLUTION DRAWING, &

VERIFYING DATA

REDUCTION

DATA DISPLAY


(44)

3. Penyajian Data (Data Display): Melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan apa yang telah diinterpretasikan informan terhadap masalah yang diteliti.

4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification): Pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat memberi jawaban atas masalah penelitian.

5. Evaluasi: Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan yang dapat mengaburkan makna persoalan sebenarnya dari fokus penelitian.

1.11 Uji Keabsahan Data

Logika yang dilakuakan dalam penarikan kesimpulan penelitian kualitatif bersifat induktif (dari yang khusus kepada yang umum).

Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian menurut Sugiyono dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. (2005:270)


(45)

1. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.

2. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Teknik Triangulasi dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi,atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiyono, 2005:270-274). Pada penelitian ini triangualasi data dilakukan dengan cara membandingan jawaban yang disampaikan oleh informan utama dengan infroman kunci untuk mendapatkan data yang cocok dan sesuai.

4. Diskusi dengan teman sejawat, teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Pemeriksaan sejawat berarti pemerikasaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki


(46)

pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. (Moleong, 2007:334)

5. Analisis kasus negatif, peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

6. Membercheck, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Sehingga informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.(Sugiyono, 2005:275-276).


(47)

1.12 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.12.1 Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penelitian ini dilakukan yaitu di daerah Padasuka Bandung.

1.12.2 Waktu Penelitian

Waktu yang di lakukan untuk penelitian ini adalah selama 4 bulan.Terhitung dari bulan November 2011 sampai dengan bulan Februari 2012.


(48)

Tabel 1.3

Waktu dan Kegiatan Penelitian

Sumber :Peneliti, November 2011-Februari 2012

No Kegiatan

Septemb er 2011 Oktober 2011 Novembe r2011 Desembe r 2011 Januari 2011 Februari 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul

2 Penulisan Bab 1

Bimbingan

3 Seminar UP

4 Penulisan Bab II

Bimbingan

5 Penulisan Bab III

Bimbingan

6 Pengumpulan Data

Wawancara

Bimbingan

7 Pengolahan Data

Penulisan Bab IV

Bimbingan

8 Penulisan Bab V

Bimbingan

9 Penyusunan Bab I-IV


(49)

1.13 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran tentang penulisan dari skripsi ini, maka ringkasan secara sistematis dijelaskan pada beberapa bab yang akan dibuat sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian (kegunaan teoritis dan kegunaan praktis), kerangka pemikiran, pertanyaan penelitian, metode penelitian dan teknik pengumpulan data, subjek dan informan, teknik analisis data, sistematika penulisan, lokasi dan waktu penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini peneliti mencoba meninjau permasalahan dari aspek teoritis dalam mengkaji tinjauan komunikasi meliputi: Definisi komunikasi, unsur-unsur komunikasi, fungsi dan tujuan komunikasi, tinjauan tentang komunikasi antar pribadi, tinjauan tentang perilaku, tinjauan tentang dramaturgi.

BAB III : OBJEK PENELITIAN

Pada bab ini peneliti memberikan gambaran secara singkat tentang jumlah penyanyi wanita club malam di New Tropicana Karaoke & Cafe Bandung, tinjauan tentang perilaku penyanyi wanita club malam dalam proses kehidupannya dan juga sebagainya.


(50)

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisikan tentang uraian dari hasil penelitian berdasarkan wawancara data yang terkumpul, yang meliputi analisis deskriptif, identitas respon dan analisis deskriptif hasil penelitian dan rangkuman.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini, Peneliti menguraikan mengenai kesimpulan dan saran yang diperoleh dari keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan.


(51)

34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Dalam Mulyana dijelaskan, kata komunikasi atau communications dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communicatio, communications atau communicare yang berati “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2007:46)

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communications berasal dari bahasa latin atau communicatio dan bersumber dari communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu. (Effendy, 2002:9)

Banyak definisi komunikasi di ungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang diungkapkan oleh Carl I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi


(52)

Teori dan Praktek, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi secara pembentukan pendapat dan sikap. (Effendy, 2002:10)

Hovland juga mengungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan hanya penyampaian informasi melainkan juga pembentukan pendapat umum (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang sangat penting. Dalam pengertian khusus komunikasi, Hovland yang dikutip oleh Onong Uchana Effendy dalam bukuIlmu Komunikasi Teori dan Praktek mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communications is the procces to modify the behaviour of other individuals). Jadi, dalam berkomunikasi bukan sekedar mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan dan tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain, hal ini bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikan bersikap komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan harus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif. (Effendy, 2002:10)

Menurut Willbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan dalam karyanya Communication Research In The United States menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of


(53)

reference) yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experience and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh seorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain.

Dalam prosesnya, Mitchall N. Charmley memperkenalkan lima komponen yang melandasi komunikasi yang dikutip dari buku Astrid P. Susanto yang berjudul Komunikasi Dalam Praktek dan Teori, yaitu sebagai berikut :

Sumber (source)

Komunikator (encoder) Pesan (message)

Komunikan (decoder) Tujuan (destination)

Roger dalam Mulyana berpendapat bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Mulyana, 2007:69)

Harold Lasswell menjelaskan bahwa cara yang baik untuk mengagambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? (Mulyana, 2007:69)


(54)

Pendapat para ahli tersebut memberikan gambaran bahwa komponen-komponen pendukung komunikasi termasuk efek yang ditimbulkan, antara lain adalah :

1. Komunikator (source, sender) 2. Pesan (message)

3. Media (channel) 4. Komunikan (receiver) 5. Efek (effect)

Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna/pesan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain.

Unsur-unsur dari proses komunikasi di atas merupakan faktor penting dalam komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut oleh para ahli komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus. Menurut Deddy Mulyana, proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Komuniaksi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja yaitu usaha-usaha yang dilakuakan secara


(55)

sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal. 2. Komunikasi Non Verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu, dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Mulyana, 2005:237)

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus dipahami. Menurut Onong Uchana Effendy dalam bukunya yang berjudul “Dinamika Komuniaksi” dahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut menurut Onong Uchana Effendy adalah sebagai berikut :

Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan. Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang. Komunikan : Orang yang menerima pesan.


(56)

bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan. (Effendy, 2002:6)

2.1.3 Sifat Komunikasi

Onong Uchana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek menjelaskan bahwa komunikasi memiliki sifat-sifat. Adapun beberapa sifat komunikasi tersebut yakni :

1. Tatap Muka (face to face) 2. Bermedia (mediated) 3. Verbal (verbal)

- Lisan - Tulisan

4. Non Verbal (Non-verbal)

- Gerakan/isyarat badaniah (gestural) - Bergambar (pictural). (Effendy, 2002:7)

Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari si komunikan itu sendiri. Dalam penyampaian pesan, komunikator bisa secara langsung atau face to face tanpa menggunakan media apapun. Komunikator juga bisa menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi


(57)

bermedia kepada komunikan fungsi media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya. Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan nonverbal. Verbal dibagi menjadi dua macam, yaitu lisan (oral) dan tulisan (written/printed). Semantara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gesturial) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata, dan sebagainnya ataupun menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasan.

2.1.4 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan bicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Onong Uchana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mengemukakan beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu :

1. Setiap gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak. 2. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan

harus mengatahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka inginkan arah ke barat tapi kita memberikan jalur ke timur.


(58)

3. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

2.2 Tinjauan Komunikasi Antarpribadi

Sebagaimana kita tahu bahwa konsep diri adalah salah satu cabang dari Komunikasi Antar Pribadi. Selanjutnya peneliti akan meninjau terlebih dahulu tentang Komunikasi Antar Pribadi itu sendiri.

2.2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Menurut Devito (1997:22) bahwa komunikasi antarpribadi adalah pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Menurut Effendy (2002:41) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seseorang komunikator dengan komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis.

Dean C. Barnlund (1968) mengemukakan komunikasi antarpribadi selalu dihubungkan dengan pertemuan antara dua, tiga atau empat yang mungkin terjadi secara spontan dan tidak berstruktur.


(59)

Roger dalam Depari (1988) mengemukakan komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Tan (1981) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka dua atau lebih orang. (Burns, 1993:109)

2.2.2 Ciri-ciri Komunikasi Antarpribadi

Menurut Barnlund (1968) ada beberapa ciri Komunikasi Antarpribadi yaitu komunikasi antarpribadi selalu :

1. Terjadi secara spontan

2. Tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur. 3. Terjadi secara kebetulan

4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu. 5. Dilakukan oleh orang-orang yang identitas keanggotaannya

yang kadang-kadang kurang jelas. 6. Bisa terjadi sambil lalu.

Menurut Evert M. Rogers Depari (1988) menyebutkan beberapa ciri komunikasi antarpribadi sebagai berikut :

1. Arus pesan cenderung dua arah.

2. Konteks komunikasi adalah tatap muka. 3. Tingkat umpan balik yang tinggi.


(60)

5. Kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban.

6. Efek yang terjadi antara lain perubahan sikap.

Berdasarkan ciri-ciri komunikasi antarpribadi di atas, dapat dirumuskan beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yaitu :

1. Spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap muka.

2. Tidak mempunyai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu. 3. Terjadi secara kebetulan di antara peserta yang identitasnya

kurang jelas.

4. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan tidak disengaja. 5. Kerap kali berbalas-balasan.

6. Mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan. 7. Harus membuahkan hasil.

8. Menggunakan lambang-lambang bermakna.

Duck (1976), Bythe (1971), Rawlins (1959), Argyle dan Furnham (1983) juga Siliars dan Scott (1983), Olson dan Cronwel (1975) mengemukakan ada enam jenis atau tahap hubungan komunikasi antarpribadi, yaitu :

1. Tahap perkenalan. 2. Tahap persahabatan.


(61)

4. Hubungan suami dan istri. 5. Hubungan orangtua dan anak.

6. Hubungan persaudaraan. (Devito, 1997:167-169)

2.2.3 Faktor-faktor Pembentuk Komunikasi Antarpribadi.

Setiap kegiatan yang dijalankan oleh manusia dikarenakan timbul faktor-faktor yang mendorong manusia tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan. Begitu pula dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat, didorong oleh faktor-faktor tertentu. Mengapa manusia ingin melakukan komunikasi dengan yang lainnya, khususnya jenis komunikasi antarpribadi yang sifatnya langsung dan tatap muka antar pihak yang melaksanakan kegiatan komunikasi tersebut.

Cassagrande berpendapat, manusia berkomunikasi karena :

1. Memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kebahagiaan.

2. Dia ingin terlibat dalam proses perubahan.

3. Dia ingin berinteraksi untuk hari ini dan memahami pengalaman masa lalu dan mengantisipasi masa depan.

4. Dia ingin menciptakan hubungan baru. (Liliweri, 1994:45) Setiap orang selalu berusaha untuk melengkapi kekurangan atas perbedaan-perbedaan yang dia miliki. Perubahan tersebut terus berlangsung seiring dengan perubahan masyarakat. Manusia mencatat berbagai pengalaman relasi dengan orang lain di masa lalu, memperkirakan apakah komunikasi yang dia lakuakan masih relevan


(62)

untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Jadi, minat komunikasi antarpribadi di dorong oleh pemenuhan kebutuhan yang belum atau bahkan tidak dimiliki oleh manusia. Setiap manusia mempunyai motif yang mendorong dia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya.

2.2.4 Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi

Seperti komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi pun mempunyai jenis-jenisnya yang berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain. Menurut Onong Uchana Effendy bahwa “Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni :

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antar dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Oleh karena pelaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens, komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada diri komunikan itu.

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication)

Komunikasi Triadik adalah komunikasi antrapribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator


(63)

dan dua orang yang lainnya adalah komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif. Karena komunikator memusatkan perhatiannya hanya kepada seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference communican, sepenuhnya juga umpan balik yang berlangsung, merupakan dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektif atau tidaknya proses komunikasi. (1993:62)

2.2.5 Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpribadi

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi menurut Allo Liliweri terdiri atas :

1. Fungsi Sosial

Komunikasi antarpribadi secara otomatis mempunyai fungsi sosial, karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks sosial yang orang-orangnya berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian, maka fungsi sosial komunikasi antarpribadi mengandung aspek-aspek :

a. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan biologis dan psikologis.

b. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial.

c. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik.


(64)

d. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri sendiri.

e. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik. 2. Fungsi Pengambilan Keputusan

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal sebagai sarana berpikir yang tidak dimiliki oleh semua makhluk hidup di muka bumi ini. Karenanya ia mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan dalam setiap hal yang harus di laluinya. Pengambilan keputusan meliputi penggunaan informasi dan pengaruh yang kuat dari orang lain. Ada dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi, yaitu :

a. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi.

b. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain. (1994:87)

2.3 Tinjauan Mengenai Fenomenologi

Fenomenologi mempelajari struktur pengalaman sadar (dari sudut pandang orang pertama), bersama dengan kondisi-kondisi yang relevan. Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan suku kata phainomenon yang berarti “yang menampak”. Menurut Husserl, dengan fenomenologi kita akan dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang


(65)

yang mengalaminya langsung, seolah-olah kita mengalamainya sendiri. (Kusworo, 2009:10)

Lebih lanjut dikatakan oleh Alfred Schutz, salah satu tokoh fenomenologi yang menonjol bahwa inti pemikiran Schutz adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran. Schutz meletakan hakikat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap terhadap dunia kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Schuzt mengikuti pemikiran Husserl, yaitu proses pemahaman aktual kegiatan kita, dan pemberian makna terhadapnya, sehingga ter-refleksi dalam tingkah laku. (Kuswarno, 2009:18).

“Adapun studi fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya. Sedangkan pengertian fenomena dalam Studi Fenomenologi sendiri adalah pengalaman atau peristiwa yang masuk ke dalam kesadaran subjek. Wawasan utama fenomenologi adalah pengertian dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala realitas itu sendiri” (Amminuddin, 1990:108).

Seperti yang disebutkan dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang ditekankan oleh kaum fenomenologis adalah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dan kehidupannya sehari-hari. (Meleong, 2001:9)

Keterlibatan subjek peneliti di lapangan dan penghayatan fenomena yang dialami menjadi salah satu ciri utama. Hal tersebut juga seperti dikatakan Meleong bahwa pendekatan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa


(66)

dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. (2001:7-8)

Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang mereka kembangkan di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Makhluk hidup tersedia berbagai cara untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa pengertian pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan.

“Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang di dasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakuakan dalam situsi yang dialalmi, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.” (Creswell, 1998:54)

Mulyana menyebutkan pendekatan fenomenologi termasuk pada pendekatan subjektif dan interpretif (Mulyana, 2001:59). Lebih lanjut Marice Natanson mengatakan bahwa inti fenomenologi dapat digunakan sebagai istilah generik untuk merajuk kepada semua pandangan ilmu sosial yang menempatkan kesadaran manusia dan makna objektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial (Mulyana, 2001:20-21).

Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang dialami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti


(67)

menyusun dan mengelompokan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.

Fokus penelitian fenomenologi :

a. Textural description : apa yang dialami subjek penelitian tentang sebuah fenomena.

b. Structural despription : bagaimana subjek mengalami dan memaknai pengalamannya.

2.4 Tinjauan Tentang Konsep Diri 2.4.1 Pengertian Konsep Diri

Konsep diri merupakan gambaran yang bersifat individu dan sangat pribadi, dinamis dan evaluatif yang masing-masing orang mengembangkannya di dalam transaksi dengan lingkungan kejiwaannya dan yang dia bawa di dalam perjalanan hidupnya. Konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, pendapat orang mengenai diri kita dan seperti apa diri kita yang kita inginkan.

Menurut George Herbert Mead, cara manusia mengartikan dunia dan dirinya sendiri berkaitan erat dengan masyarakatnya. Mead melihat pikiran (mind) dan dirinya (self) menjadi bagian dari perilaku manusia yaitu bagian interaksinya dengan orang lain. Mead menambahkan bahwa sebelum seseorang bertindak, ia membayangkan dirinya dalam posisi


(68)

orang lain dengan harapan-harapan orang lain mencoba dan memahami apa yang diharapkan orang itu. (Mulyana, 2007)

Secara umum disepakati bahwa konsep diri belum ada sejak lahir, konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain terhadap dirinya. Konsep diri merupakan konsep dasar dan aspek kritikal dari individu.

Tingkah laku tidak hanya dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lalu dan saat ini, tetapi oleh makna-makna pribadi yang masing-masing individu pada persepsinya mengenai pengalaman tersebut. Dunia individu yang sangat berarti ini yang dengan kuatnya mempengaruhi tingkah laku.

Tingkah laku seseorang merupakan hasil bagaimana dia mengamati situasi dan dirinya sendiri. Konsep diri merupakan sebuah organisasi yang stabil dan berkarakter yang disusun dari persepsi-persepsi yang tampak bagi individu-individu yang bersangkutan.

William D. Brooks dalam buku Jalaludin Rakhmat yang berjudul “Psikologi Komunikasi” mendefinisikan konsep diri sebagai those physical social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with other. (Rakhmat, 2005:99).


(69)

Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikolog ataupun sosial.

2.4.2 Komponen Konsep Diri

Konsep diri memiliki lima komponen, yaitu : - Gambaran diri (body image)

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi saat ini dan masa lalu. Gambaran diri berhubungan erat dengan kepribadian. Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Pandangan diri yang realistik terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Individu yang stabil, realistik dan konsisten terhadap gambaran, dinyatakan memperlihatkan kemampuan mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses di dalam kehidupannya.

- Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standar pribadi (Stuart & Sundeen, 1991:375). Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang


(70)

diinginkannya atau sejumlah aspirasi, cita-cita, dan nilai yang ingin dicapai. Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat di capai. Ideal diri masing-masing individu perlu di tetapkan, apa yang ingin di capai atau di cita-citakan baik ditinjau dari pribadi maupun masyarakat. - Harga diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku mengetahui ideal diri (Stuart & Sundeen, 1991:376). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri jika individu selalu sukses maka cenderung harga diri akan tinggi, jika individu sering gagal maka cenderung harga diri akan rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Sebagai makhluk sosial sikap negatif harus dikontrol sehingga setiap orang yang bertemu dengan diri kita dengan sikap yang positif yang merasa dirinya berharga. Harga diri akan rendah apabila kehilangan rasa kasih sayang dan penghargaan dari orang lain. - Peran

Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran


(71)

yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi atau status di masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran. Stressor peran terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai dan peran yang terlalu banyak. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang dilakukan yaitu kejelasan prilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran, konsistensi respon orang yang berarti pernah dilakukan, kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban, keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran dan pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran.

- Identitas diri

Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan utuh (Stuart & Sundeen ,1991:378). Seseorang yang mempunyai perasaaan identitas diri yang kuat maka akan memandang dirinya dengan orang lain beda, unik, dan tidak ada duanya. Individu yang memiliki indentits diri yang kuat akan memandang dirinya sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpisah dari orang lain dan individu tersebut akan


(1)

5.2 Saran

Dalamsebuahpenelitian, seorang peneliti harus mampu memberikan sesuatu yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan, pribadi, instansi atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini. Ada pun saran-saran yang peneliti berikan setelah meneliti fenomena ini adalah:

1. Untuk seorang gay agar tidak untuk bermesraan di depan umum dan menguatkan pandangan masyarakat bahwa gay itu negatif. 2. Masyarakat agar dapat melihat bahwa seorang gay, belum tentu

negatif meskipun pada umumnya seorang gay masih di pandangan negatif. Masyarakat jangan menilai seseorang hanya dari luarnya saja. Dengan interaksi yang dilakukan yang bernilai positif maka masyarakat pun dapat menghargai dan tidak meragukanakan seorang gay khususnya pada gay di kota Bandung ini.

3. Untuk Penelitian Selanjutnya, agar mempersiapkan segala sesuatunya lebih teliti berhubungan dengan penelitian yang akan diambil, apalagi yang berhubungan dengan fenomenologi.


(2)

101

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku

Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Radja Grapindo Persada

Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Proffesional Books: Jakarta.

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

__________________ . 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Citra Aditya Bakti

Foucault, Michel. (2000). Seks dan Kekuasaan, Sejarah Seksualitas. Jakarta: Gramedia.

Kosworo, Engkus. 2009. Fenomenologi. Bandung: Widya Padjajaran.

Liliweri, Alo. (1994) a. Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Moleong , Lexy. J. 2001. ”Metode Penelitian Kualitatif”. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


(3)

______________. 2006. ”Metode Penelitian Kualitatif”. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy & Jalaluddin Rakhmat. (1998). Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Oetomo, Dede. (2001). Memberi Suara Pada yang Bisu. Yogyakarta: Galang

Press.

Rakhmat, Jalaludin. 1999. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

. 2005. “Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi).” Bandung : Remaja Rosdakarya.

R.B, Burns. 1993. “Konsep Diri : teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku.” Jakarta : Arcan.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta


(4)

103

Sumber lain: Skripsi

Hudiandy, Dicky. Interaksi Simbolik Pria Metroseksual Pada Sosok Sales Promotion Boy Di Kota Bandung. Universitas Komputer Indonesia (naskah tidak diterbitkan)

Yulianti, Linda. Konsep Diri Mahasiswi Perokok di Bandung. 2007. Universitas Komputer Indonesia (naskah tidak di terbitkan.

Internet Searching :

http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/

http://albertindanis.blogspot.com/2011/08/studi-fenomenologi-interaksi-kaum-gay_313.html

http://meiliemma.wordpress.com/2008/02/12/johari-window/

http://ebdosama.blogspot.com/2009/02/analisis-data-kualitatif-pengenalan.html http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2206665-teori-fenomenologi/ http://massofa.wordpress.com/2008/03/28/teori-teori-umum-tentang-perilaku-menyimpang/


(5)

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Dwi Asri Yuliana

Nama Panggilan : Echi

Tempat, Tanggal Lahir : Garut, 06 Januari 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. Sadang Serang Dalam no.

18 Bandung.

Telepon : 085624133588

E-mail : echi_babloh@yahoo.com

Motto :

Prinsip dalam hidup itu sangat penting bagi seorang manusia dalam menjalankan hidupnya. Tanpa Motto atau Prinsip hidup manusia akan sulit

untuk menentukan sikap bahkan pilihan dalam hidupnya. “PANTANG MUNDUR SEBELUM MENCOBA”


(6)

DATA ORANG TUA/WALI

I. Nama Lengkap Ayah : Opa Mustofa, BA

Tempat, Tanggal Lahir : Garut, 20 Agustus 1958

Alamat : Jl. Raya Banyongbong no.333

RT/RW 09/01 Desa Mulyasari, Bayongbong Garut.

Pekerjaan : Wiraswasta

II. NamaLengkapIbu : EuisDewiKartika

Tempat, TanggalLahir : Garut, 20 Agustus 1960

Alamat : Jl. Raya Banyongbong no.333

RT/RW 09/01 Desa Mulyasari, Bayongbong Garut.