Konsep diri Mahasiswa Perokok Di Kota Bandung (Studi Fenomenologi Konsep Diri Mahasiswa Perokok Di Kota Bandung)

(1)

KONSEP DIRI MAHASISWI PEROKOK DI KOTA BANDUNG (Studi Fenomenologi Konsep Diri Mahasiswi Perokok Di Kota Bandung )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Sidang Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

LINDA YULIANTI NIM. 41807036

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

iv

ABSTRAK

KONSEP DIRI MAHASISWI PEROKOK DI KOTA BANDUNG (StudiFenomenologiKonsepDiriMahasiswiPerokok Di Kota Bandung)

Penyusun: Linda Yulianti NIM. 41807036 Skripsiinidibawahbimbingan,

Drs. Manap Solihat, M.Si

Penelitianinibermaksuduntukmengetahuikonsepdirimahasiswiperokok di kota Bandung. Tujuandaripenelitianiniyaituuntukmengetahuimahasiswiperokokmemaknaidirinyasebagaiseorangperok ok di kota Bandung. Untukmengetahuibagaimanasiginificant othersmemaknaimahasiswiperokok di kota Bandung, bagaimanareference groupsmemaknaimahasiswiperokok di kota Bandung, danuntukmengetahuikonsepdirimahasiswiperokok di kota Bandung,

Penelitianinimenggunakanpendekatankualitatifdenganmetodefenomenologi, informan yang

digunakandalampenelitianiniberjumlah 9 (sembilan) orang. Data

diperolehmelaluiwawancaramendalam, observasi, studikepustakaan, internet searching, dokumentasi.Adapunteknikanalisis data yang digunakanadalahreduksi data, pengumpulan data,

penyajian data, penarikankesimpulan, danevaluasi.danujikeabsahannya data

melaluiperpanjanganpengamatan, peningkatanketekunan, triangulasi,diskusidengantemansejawat, .membercheck.analisiskasusnegative

Hasilpenelitianmenunjukanbahwamahasiswiperokokmemaknaidirinyasebagaiseorangperokokyaitume

mandangbahwaperempuanperokok di kalanganmahasiswiadalahsesuatuhal yang

wajardansudahumumdilakukan.Significant othersmemaknaimahasiswiperokokyaitutidakada orang tua yang menginginkananaknyamerokok, tetapikarenasituasikondisimerekaterpaksamengizinkannya .Reference groupsmemaknaimahasiswiperokokyaitukhususuntuktemansebaya

yangperokokmerekamemandangperempuanperokokitubiasasajadansudahwajar di

lakukankarenamereka pun adalahseorangperokok, sedangkantemansebaya yang

bukanperokokmemandangperempuanperokok di

kalanganmahasiswiprilakumerokokbukanlahsuatujalanuntukmenyelesaikanmasalah

Hasilpenelitiandapatdisimpulkanbahwakonsepdirimahasiswiperokokdi pengaruhiolehsignificant othersdanreference groups ,pandangansikapsignificant othersdanreference groupsdapatmempengaruhikonsepdirimahasiswiperokoktersebut.Konsepdiripadamahasiswiperokokcen

derungmasih di pandang negative,

meskipunpadakenyataanyatidaksemuaperokokitunakalatauburukterbuktidarikeduasubjekpenelitimeski

punmerekaadalahseorangperokokakantetapimerekatidakmerokok di

sembarangtempatselainitumerekamempunyaiprestasi di bidangakademikmaupun non akademik

Saran yang dapatpenelitiberikanadalahuntukwanitaperokok


(3)

v

orang tuasebaiknyatmemberikanketeladanan yang baikdengancaratidakmerokokdi depananak, danuntuktemantemansebaya agar tidakmudahterpengaruholehlingkunganpergaulan

ABSTRACT

Self-Concept In The City Of Bandung Student Smokers

(Phenomenology of Self-Concept Studies Student Smokers in Bandung) Editors:

Linda Yulianti Nim 41807036

This research is under the guidanceof Drs. Manap Solihat, M.Si

This study intends to find out the concept of student self-smokers in the city of Bandung. The purpose of this research is to determine the student smokers interpret its self as a smoker in the city of Bandung. To find out how others interpret siginificant student smokers in the city of Bandung, how to interpret student reference groups of smokers in the city of Bandung, and to know the concept of student self-smokers in the city of Bandung,

This study used a qualitative approach with the phenomenological method, informants are used in this study amounted to 9 (nine). Data obtained through in-depth interviews, observation, library research, internet searching, documentation. The data analysis techniques used are data reduction, data collection, data presentation, drawing conclusions, and evaluasi.dan test the validity of data through the extension of the observation, increasing persistence, triangulation, discussions with colleagues,. Membercheck.analisis negative cases

The results showed that student smokers interpret its self as a smoker that is the view that women smokers among female students is something that is reasonable and is commonly done. Significant others interpret the student smokers are no parents who want their children to smoke, but because the situation they were forced to let his condition. Reference groups interpret a student smoker that is specific to the peers who they viewed women smokers were regular smokers only and are reasonable in doing because they also is a smoker, while peers who are not smokers see smokers among female college student smoking behavior is in fact not a way to solve the problem

The results can be concluded that the concept of student self-smokers is influenced by significant others and reference groups, view the attitude of significant others and reference groups can influence self concept of student smokers. Self-concept on student smokers tend to still view negative, although in fact not all the smokers were naughty or bad is evident from the two subjects the researchers even though they are a smoker but they do not smoke in any place other than that they have achievements in academic and non academic

The advice can give is for women researchers in the college student smokers smoking should reduce its activity because it is not good for health, and for the parents should tmemberikan a good example by not smoking in front of children, and to friends of peers that are not easily affected by environmental association


(4)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Manusia bukan semata mata organisme yang bergerak di bawah pengaruh perangsang perangsang , baik dari dalam maupun dari luar .melainkan organisme yang sadar akan dirinya , oleh karena ia seorang diri, maka ia mampu memandang dirinya sebagai objek pikirannya sendiri dan berinteraksi dengan dirinya sendiri ia mengarahkan dirinya kepada berbagai objek, termasuk dirinya sendiri berunding dan berwawancara dengan dirinya sendiri. ia mempermasalahkan mempertimbangkan, menguraikan dan menilai hal hal tertentu yang telah ditarik ke dalam lapangan kesadarannya, dan akhirnya ia merencanakan dan

mengorganisasikan perilakunya.

Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya kebutuhan hidup manusia, semakin menuntut pula terjadinya peningkatan gaya hidup (lifestyle). Sebagai dampaknya, hal ini menuntut setiap orang untuk selalu uptudate.

Jika diamati dari tahun ke tahun telah terjadi peningkatan dalam tuntutan pada gaya hidup baik pada laki laki maupun perempuan, salah satunya adalah merokok. Menurut Center for The Advancement of Health (dalam Wulandari, 2007) merokok adalah faktor yang dapat menyebabkan dan mempercepat


(5)

2

kematian. Beberapa contoh penyakit yang disebabkan oleh merokok adalah kanker paru-paru, bronkhitis, penyakit-penyakit kardiovaskular, berat badan lahir rendah, dan keterbelakangan

Merokok adalah perilaku yang membahayakan bagi kesehatan karena dapat memicu berbagai macam penyakit yang mengakibatkan kematian, tapi sayangnya masih saja banyak orang yang memilih untuk menghisapnya. Dalam asap rokok terdapat 4.000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik (Baha, 2002).1

Merokok adalah kegiatan yang sudah umum dilakukan oleh kaum laki laki, dalam konteks laki laki mungkin bukan sesuatu yang dipermasalahkan karena laki laki pada umumnya adalah seorang perokok dan bukan sesuatu yang menarik untuk dipermasalahkan, namun yang jadi masalah adalah jika perempuan perokok akan menimbulkan sesuatu persepsi lain yang menimbulkan tanda tanya besar

1


(6)

Sebu kota-kota sesuatu h pemikira dibawah yang tab yang tert ini tidak kota-kota kecil

Men dengan s

buah pemand ota besar dise

hal yang tidak ran baru, ko

h gender pria abu lagi jika ertutup lagi ba

k hanya menj

kota kecil, meskipun populasi nya tidak sebanyak di kota kota besar enurut penelit

sifat mudah

( Sumber : ndangan yang

iseluruh dunia tidak aneh lag

onsep bahwa ia kini mulai a kita melihat

bahkan di tem njangkiti ,kot

, meskipun populasi nya tidak sebanyak di kota kota besar liti Mayo Cli

h depresi, sen

Gambar 1 Perempuan

( Sumber :http://www.lintasberita.com) ng sudah tida

nia, walaupun agi, perempua

wa merokok ai memasuki g hat banyak pe empat terbuka kota-kota besar

, meskipun populasi nya tidak sebanyak di kota kota besar linic, dari sis

sensitif, mudah Gambar 1.1 PerempuanPerokok

http://www.lintasberita.com) idak asing lag

un di masa uan merokok

k yang selam i gender perempuan

perempuan merokok ka.Populasi ka ar lainnya bah

, meskipun populasi nya tidak sebanyak di kota kota besar sisi psikologi

dah marah. Pe http://www.lintasberita.com)

lagi mewabah a sekarang bu

k tetap menim lama ini seo perempuan, Buka

merokok, buk kaum peremp ahkan sampai , meskipun populasi nya tidak sebanyak di kota kota besar

is perempua Perasaan-pera

ah terutama bukan menja imbulkan sua eolah bernaun

kan sesuatu h ukan di temp

puan merokok ai mewabah k , meskipun populasi nya tidak sebanyak di kota kota besar

uan lebih dek rasaan itu aka

3 di jadi uatu ung hal pat merokok h ke ekat kan


(7)

4

menyebabkan perempuan perokok akan terus mengambil sebatang rokok jika dihinggapi perasaan tersebut (Croghan, 2008).2

Bila diperhatikan dengan seksama kebiasaan merokok di kalangan perempuan terlihat jelas pada mahasiswi dan sudah menjadi semacam trend atau bukan merupakan suatu pemandangan yang mengherankan lagi. Dari hasil pengamatan peneliti terhadap mahasiswi pada jam-jam menunggu jeda kuliah dan pulang kuliah banyak diantaranya mahasiswi dengan terbuka merokok baik di kantin atau warung warung sekitar kampus dan tempat-tempat mereka berkumpul.

Pada saat ini penelitian mengenai perilaku merokok tersebut menemukan bahwa jumlah perempuan dewasa dan remaja yang merokok mengalami peningkatan. Hal ini membuat banyak pihak baik pemerintah, LSM (lembaga sosial masyarakat), maupun masyarakat sadar bahwa diperlukan berbagai macam tindakan untuk menanganinya, karena perilaku merokok dapat mengakibatkan dampak negatif pada tubuh.

Perilaku merokok secara aktif ini cenderung dilatar belakangi oleh faktor psikologis, yaitu merokok dapat membuat tenang. Selain itu, mereka mengakui bahwa menjadi perokok karena sudah merupakan kebiasaan, Pernyataan tentang kebiasaan ini memang menjadi rancu dengan pengaruh faktor kecanduan. Artinya, kebiasaan yang disadari atau tidak disadari tiba-tiba terbiasa

2


(8)

5

Disamping faktor psikologis, ada pula faktor sosiologis yang ternyata ikut mempengaruhi mengapa mahasiswi merokok, yaitu faktor pergaulan. Dalam hal ini para mahasiswi ternyata juga perokok aktif. Dengan demikian, rokok barangkali juga menjadi simbol atau atribut yang melengkapi dalam pergaulan mereka sehari-hari. Mungkin, untuk diakui dalam pergaulan teman-temannya, ada dorongan untuk melakukan perilaku yang sama pula, yaitu ikut menjadi perokok aktif.

Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh para ahli mengapa seseorang merokok, hal ini disebabkan oleh faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya, kelas social, gengsi, dan tingkat pendidikan (Levy, 2004). Alasan lain juga mengungkapkan bahwa remaja merokok, diantaranya karena pengaruh orang tua,pengaruh teman, faktor kepribadian, dan pengaruh iklan (Mu tadin, 2002). Rokok merupakan kebiasaan yang sangat merugikan apalagi bagi kaum perempuan, adapun dampak negatif dari merokok bagi kaum perempuan adalah 1. Gangguan kesuburan

Perempuan pecandu rokok mempunyai resiko hormonal, karena rokok akan merusak sel telur dan menyebabkan rahim menjadi abnormal sehingga tingkat kesuburannya menurun 30 % dibandingkan perempuan yang bukan perokok 2. Gangguan kehamilan dan janin

Jika perempuan yang sedang hamil menjadi perokok aktif atau pasif ( hanya terpapar asap rokok), maka kecepatan jantung nya akan bertambah 25 % melebihi kecepatan semula, selain itu senyawa kimia berbahaya yang


(9)

6

terkandung di dalam asap rokok, akan masuk ke dalam aliran darah ibu, yang selanjutnya akan membawa pengaruh buruk kapada janin yang di kandung nya. Zat karbon monoksida akan mengurangi persediaan zat asam bagi janin, sehingga bisa mengakibatkan kelahiran prematur, bobot bayi kurang, bahkan cacat fisik bagi bayi

3. Risiko keguguran

Fakta membuktikan bahwa kasus keguguran kehamilan banyak dialami oleh perempuan pencandu rokok yang tidak mau berhenti merokok selama kehamilan berlangsung

4. Risiko menopause dini

Perempuan pencandu rokok akan mengalami masa menopause yang lebih awal jika dibandingkan dengan perempuan bukan perokok.(Satiti.2009: 55) Itulah dampak negatif merokok yang harus diwaspadai. Merokok adalah tindakan bodoh karena hanya akan merusak diri sendiri dan mempercepat kematian.Beribu ribu orang pada dewasa ini menjadi perokok perokok berat, bukannya karena pilihan melainkan karena mereka tidak mempunyai jalan keluar,mereka terus menerus merokok karena mereka sudah terikat dalam suatu kebiasaan ( Anderson,1975:210)

Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari merokok tetapi kegiatan merokok bagi kehidupan manusia merupakan kehidupan yang fenomenal.artinya meskipun sudah di ketahui dampak negatif merokok tetapi


(10)

7

jumlah perokok khususnya pada perempuan bukan semakin menurun tetapi semakin meningkat.

Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal dan Clearly (dalam cahyana 1995) terdapat empat tahap dalam prilaku merokok sehingga menjadi perokok adalah 1. Tahap preparatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan

mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan.Hal hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

2. Tahap initation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan ataukah tidak terhadap prilaku merokok.

3. Tahap becoming a smoker.Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang perhari maka mempunyai kecendrungan menjadi perokok. 4. Tahap maintenance of smoking sudah menjadi salah satu bagian dari cara

pengaturan diri (self-regulating) merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologi yang menyenangkan3.

Sampai saat ini masyarakat masih saja mendefinisikan sesuatu yang belum pernah mereka ketahui latar belakang nya, pandangan buruk terhadap perempuan perokok, terkesan bahwa mereka adalah wanita nakal atau orang yang tidak baik, mereka tidak ingin dipandang sebelah mata oleh masyarakat, karena tidak semua perempuan perokok ini adalah perempuan nakal.

Setelah melakukan wawancara pra penelitian bahwa pada zaman dahulu sulit kita temui perempuan merokok, tetapi dengan berjalannya waktu perlahan lahan.

3


(11)

8

dan pada zaman modern sekarang ini,bahkan dengan berani mereka sudah tidak malu lagi jika merokok di tempat umum.dengan penuh rasa percaya diri mereka merokok di mana saja, mereka tidak memperdulikan lagi dengan pandangan orang atau masyarakat yang berada di sekitarnya mereka mengganggap di zaman yang semakin modern ini perempuan merokok sudah menjadi hal yang wajar dan tidak perlu di perdebatkan lagi

Setiap orang berharap bahwa dirinya dihormati oleh orang lain, namun agaknya perempuan perokok khususnya di kalangan mahasiswi masih mendapat tanggapan yang kurang baik dari sebagian masyarakat. Tanggapan yang kurang baik ini akan mempengaruhi konsep diri mahasiswi perokok tersebut. Sebagaimana diungkapkan Pudjijogyanti (1995) bahwa konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi ini, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan tersebut akan jadi cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Cooley (Burns, 1993) bahwa konsep diri seseorang seperti kaca cermin, dengan pemikiran bahwa konsep diri seseorang dipengaruhi oleh pandangan orang lain terhadap individu yang bersangkutan.

. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti dapat merumuskan masalah, yaitu : Bagaimana Konsep Diri Mahasiswi Perokok Di Kota Bandung (Studi Fenomenologi Konsep Diri Mahasiswi Perokok Di Kota Bandung )


(12)

9

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana mahasiswi perokok memaknai diri (self) nya sebagai seorang perokok di kota Bandung ?

2. Bagaimana significant other memaknai mahasiswi perokok di kota Bandung ? 3. Bagaimana reference groups memaknai mahasiswi perokok di kota Bandung? 4. Bagaimana konsep diri mahasiswi perokok di kota Bandung ?

I.3 Maksud dan tujuan penelitian 3.1 Maksud penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana konsep diri mahasiswi perokok di kota Bandung (studi fenomenologi konsep diri mahasiswi perokok di kota Bandung )

3.2 Tujuan peneltian

1. Untuk mengetahui mahasiswi perokok memaknai diri (self) nya sebagai seorang perokok di kota Bandung .

2. Untuk mengetahui significant other memaknai mahasiswi perokok di kota Bandung.

3. Untuk mengetahui reference groups memaknai mahasiswi perokok di kota Bandung.


(13)

10

4. Untuk mengetahui konsep diri mahasiswi perokok di kota Bandung

I.4 Kegunaan Penelitian 1. 4.1 Kegunaan Teoritis

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menguji pengembangan keilmuan yang berhubungan dengan masalah penelitian tentang konsep diri mahasiswi perokok di kota Bandung yang saat ini semakin banyak keberadaannya.

1. 4.2 kegunaan Praktis 1. Kegunaan Peneliti

Kegunaan penelitian ini untuk peneliti adalah Penelitian ini memberikan wawasan baru bagi peneliti akan berbagai macam perilaku sosial yang ada di dalam masyarakat.

2. Kegunaan Bagi Universitas

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara umum, program Ilmu Komunikasi secara khusus sebagai literatur atau untuk sumber tambahan dalam memperoleh informasi bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang sama.

3. Kegunaan Untuk Masyarakat

Kegunaan penelitian ini bagi masyarakat umum adalah untuk mengetahui tentang Mahasiswi perokok dikota-kota besar, khususnya kota Bandung


(14)

11

1. 5. Kerangka Pemikiran

1. 5.1 Kerangka Teoritis

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir penulis yang dijadikan sebagai skema pemikiran yang melatar belakangi penelitian ini. Mengingat fungsinya sangat penting dalam penelitian ini, peneliti mengemukakan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut:

Adapun paradigma dan teori yang memberi arahan untuk dapat menjelaskan konsep diri mahasiswi perokok sebagai berikut : fenomenologi, interaksionisme simbolik

1. Fenomenologi

Fenomenologi mempelajari struktur pengalaman sadar (dari sudut pandang orang pertama), bersama dengan kondisi-kondisi yang relevan.

Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku kata phainomenon yang berarti yang menampak. Menurut Husserl, dengan fenomenologi, kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminya langsung, seolah-olah kita mengalaminya sendiri. (Kuswarno, 2009:10)

Lebih lanjut dikatakan oleh Alfred Schutz, Salah satu tokoh fenomenologi yang menonjol bahwa inti pemikiran Schutz adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran. Schutz meletakan hakikat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika menambil tindakan dan mengambil sikap terhadap dunia kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Schutz mengikuti pemikiran Husserl, yaitu proses pemahaman aktual kegiatan kita, dan pemberian makna terhadapnya, sehingga ter-refleksi dalam tingkah laku. (Kuswarno, 2009:18)


(15)

12

Adapun studi fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya. Sedangkan pengertian fenomena dalam Studi Fenomenologi sendiri adalah pengalaman atau peristiwa yang masuk ke dalam kesadaran subjek.

Wawasan utama fenomenologi adalah - pengertian dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala realitas itu sendiri (Aminuddin, 1990:108).

Seperti yang disebutkan dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang ditekankan oleh kaum fenomenologis adalah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dan kehidupannya sehari-hari. (Moleong, 2001:9)

Keterlibatan subyek peneliti di lapangan dan penghayatan fenomena yang dialami menjadi salah satu ciri utama. Hal tersebut juga seperti dikatakan Moleong bahwa pendekatan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. (1988:7-8).

Mereka berusaha untuk masuk ke dunia konseptual para subyek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang mereka kembangkan di sekitar peristiwa dalam


(16)

13

kehidupannya sehari-hari. Makhluk hidup tersedia berbagai cara untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa pengertian pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan.

Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. (Creswell, 1998:54).

Mulyana menyebutkan pendekatan fenomenologi termasuk pada pendekatan subjektif atau interpretif (Mulyana, 2001:59) Lebih lanjut Marice Natanson mengatakan bahwa istilah fenomenologi dapat digunakan sebagai istilah generik untuk merujuk kepada semua pandangan ilmu sosial yang menempatkan kesadaran manusia dan makna objektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial (Mulyana, 2001:20-21) Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.

Fokus Penelitian Fenomenologi:

a. Textural description: apa yang dialami subjek penelitian tentang sebuah fenomena.


(17)

14

b. Structural description: bagaimana subjek mengalami dan memaknai pengalamannya.

2. Interaksionisme Simbolik

Menurut teoritisi Interaksi simbolik, kehidupan pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan symbol symbol .mereka tertarik pada cara manusia menggunakan symbol symbol yang mempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas symbol symbol ini terhadap prilaku pihak pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.(mulyana.2004 :71) Interaksi manusia dimediasi oleh penggunaan simbol-simbol, oleh

interpretasi, atau oleh penetapan makna dari tindakan orang lain. Mediasi ini ekuivalen dengan pelibatan proses interpretasi antara stimulus dan respon dalam kasus perilaku manusia. Pendekatan interaksionisme simbolik memberikan banyak penekanan pada individu yang aktif dan kreatif ketimbang pendekatan-pendekatan teoritis lainnya.

Pendekatan interaksionisme simbolik berkembang dari sebuah perhatian ke arah dengan bahasa, namun Mead mengembangkan hal itu dalam arah yang berbeda dan cukup unik. Pendekatan interaksionisme simbolik menganggap bahwa segala sesuatu tersebut adalah virtual.

Semua interaksi antarindividu manusia melibatkan suatu pertukaran simbol. Ketika kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita secara konstan


(18)

15

mencari petunjuk mengenai tipe perilaku apakah yang cocok dalam konteks itu dan mengenai bagaimana menginterpretasikan apa yang dimaksudkan oleh orang lain. Interaksionisme simbolik mengarahkan perhatian kita pada interaksi antarindividu, dan bagaimana hal ini bisa dipergunakan untuk mengerti apa yang orang lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu.

Ralph LaRossa dan Donald C.Reitzes mencatat tujuh asumsi yang mendasari teori interaksionisme simbolik, yang memperlihatkan tiga tema besar, yakni: (1) pentingnya makna bagi perilaku manusia, (2) pentingnya konsep mengenai diri, dan (3) hubungan antara individu dan masyarakat. (West dan Turner, 2007: 96)

Tentang relevansi dan urgensi makna, Blumer memiliki asumsi bahwa: a. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang

diberikan orang lain pada mereka.

b. Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia c. Makna dimodifikasi dalam proses interpretif.

Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self) dan hubungannya ditengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, dan menginterpretasi makna ditengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas dalam Ardianto (2007:136), makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk


(19)

16

membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.

Definisi singkat dari ketiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain : 1. Mind (pikiran), yaitu kemampuan untuk menggunakan simbol yang

mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.

2. Self (Diri), yaitu kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolik adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya.

3. Society (Masyarakat), yaitu jejaring hubungan yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran ditengah masyarakatnya.

Inti dari teori interaksi simbolik adalah teori tentang diri (self ) dari George Herbert Mead. Mead menganggap bahwa konsep diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang lain. Cooley mendefinisikan diri sebagai sesuatu yang dirujuk dalam


(20)

17

pembicaraan biasa melalui kata ganti orang pertama tunggal, yaitu aku , daku (me), milikku (mine), dan diriku (myself). Ia mengatakan bahwa segala sesuatu yang dikaitkan dengan diri menciptakan emosi lebih kuat daripada yang tidak dikaitkan dengan diri, bahwa diri dapat dikenal hanya melalui perasaan subjektif.(Mulyana, 2008:73-74) Mead menolak anggapan bahwa seseorang bisa mengetahui siapa dirinya melalui introspeksi. Ia menyatakan bahwa untuk mengetahui siapa diri kita maka kita harus melukis potret diri kita melalui sapuan kuas yang datang dari proses taking the role of the other membayangkan apa yang dipikirkan orang lain tentang kita. Para interaksionis menyebut gambaran mental ini sebagai the looking glass self4 Adapun Faktor faktor yang mempengaruhi terbentuk nya konsep diri seseorang yaitu :

1. Orang lain

Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, di hormati dan disenangi karena keberdaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita, sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita,kita akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita.

S.Frank Miyamoto dan Sanford M.Dornbusch (1956) mencoba mengkorelasikan penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri dengan skala lima angka dari yang paling jelek sampai yang paling baik Tidak semua

4


(21)

18

orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang orang yang paling dekat dengan diri kita.George Herbert Mead (1934) Menyebut mereka significant others orang lain yang sangat penting.ketika masih kecil, mereka adalah orang tua kita , saudara saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita

Richard Dewey dan W.J . Humber (1996:105) menamainya affective others , orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional dari merekalah secara perlahan lahan kita membentuk konsep diri kita. Senyuman pujian ,penghargaan,pelukan mereka ,menyebaban kita menilai diri kita secara positif, ejekan , cemoohan dan hardikan, membuat kita memandang diri kita secara negatif.dalam perkembangannya significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi prilaku, pikiran, dan perasaan kita.

Pandangan diri anda tentang keseluruhan pandangan orang lain terhadap anda disebut generalized others . konsep ini juga berasal dari George Herbert Mead. Memandang diri kita seperti orang lain memandangnya, berarti berani coba mendapatkaan diri kita sebagai orang lain

2. Kelompok Rujukan ( reference group )

Kelompok rujukan ( reference group ) yaitu sebagai kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.jika anda menggunakan kelompok itu sebagai teladan


(22)

19

bagaimana seharusnya bersikap, kelompok itu menjadi kelompok rujukan positif ,dan jika anda menggunakannya sebagai teladan bagimana seharusnya kita bersikap, kelompok itu menjadi kelopok rujukkan negatif .kelompok yang terikat dengan kita secara nominal adalah kelompok rujukan kita ,sedangkan yang memberikan kepada kita identifikasi psikologis adalah kelompok rujukan. (Rakhmat 2007 : 99)

1.5.2 Kerangka praktis

Berdasarkan landasan teoritis yang sudah dipaparkan di atas maka tergambar beberapa konsep yang akan dijadikan sebagai acuan peneliti dalam mengaplikaskan penelitian ini.

1. Fenomenologi

Seperti yang dikatakan Stephen W. Little John, bahwa: - fenomenology makes actual lived experience the basic data of reality (1996:204). Jadi fenomenologi menjadikan pengalaman hidup yang sesungguhnya sebagai data dasar dari realita. Oleh sebab itu dalam penelitian ini, peneliti mengangkat konsep diri mahasiswi perokok di kota Bandung sebagai bagian dari masalah penelitian.Karena mahasiswi perokok adalah sebuah fakta dari pengalaman hidup yang sangat memungkinkan di alami oleh sebagian mahasiswi.

Studi fenomenologi menurut Creswell (1998:51) Whereas a biography reports the life of a single individual, a phenomenological study describes the meaning of the live experience for several individuals about a concept or the


(23)

20

phenomenon. Dengan demikian, studi fenomenologi berupaya untuk menjelaskan makna pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala, yang dalam hal ini adalah mahasiswi perokok

Fenomenologi tidak pernah berusaha mencari pendapat dari informan apakah hal ini benar atau salah, akan tetapi fenomenologi akan berusaha

mereduksi kesadaran informan dalam memahami fenomena itu. Studi fenomenologi ini digunakan peneliti untuk menjelaskan konsep diri mahasiswi perokok di kota Bandung berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan hal ini menjadi data penting dalam penelitian.

2. Interaksionisme Simbolik

Ketika perempuan perokok khususnya di kalangan mahasiswi yang merokok di tempat umum,orang orang yang berada di sekeliling mahasiswi tersebut khususnya pada masyarakat yang tidak merokok akan menimbulkan persepsi yang berbeda , karena dengan interaksi perempuan perokok tersebut dengan gaya nya merokok, jauh dengan identik perempuan yang anggun dan terkesan perempuan nakal.Cara pandang masyarakat tersebut pada mahasiswi yang perokok, merupakan proses pemaknaan.

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang dikeluarkan orang lain, demikian pula perilaku orang lain tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, kita mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan orang lain, kita menangkap pikiran,


(24)

21

perasaan orang lain tersebut. Interaksi di antara beberapa pihak tersebut akan tetap berjalan lancar tanpa gangguan apa pun manakala simbol yang dikeluarkan oleh masing-masing pihak dimaknakan bersama sehingga semua pihak mampu mengartikannya dengan baik

Significant others yaitu orang lain yang diwakilkan oleh orang tua dan kakak kandung dalam penelitian ini , bagaimana penerimaan dari keluarga pada perilaku merokok dan bagaimana significant others memandang mahasiswi perokok, sehingga anak perempuannya menjadi seorang perokok, apakah akibat dari anak yang di kekang atau sikap orang tua yang tidak acuh pada anak nya, atau sikap permisif orang tua yang perokok.sehingga dia ingin diakui keberadaanya di dalam keluarga tersebut, itu semua kembali kepada individu masing masing.

Kelompok rujukan ( reference groups ) juga salah satu faktor yang mempengaruhi konsep di.kelompok rujukan disini adalah teman sebaya teman sebaya mempunyai peran yang sangat berarti , karena pada masa tersebut mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai bergabung pada kelompok sebaya atau teman sebaya. pengaruh kuat teman sebaya yang ada di sekitar nya membuat mahasiswi tersebut merokok dan memiliki pandangan baru bahwa menjadi seorang perokok itu wajar dan tidak merugikan orang lain apalagi di zaman modern ini dimana dipengaruhi oleh perkembangan zaman yang menuntut kesetaraan antara laki laki dan perempuan


(25)

22

1.6 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu konsep diri mahasiswi perokok di kota Bandung (studi fenomenologi konsep diri mahasiswi perokok di kota Bandung ) , maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Pertanyaan tentang diri (self)

a. Bagaimana proses yang melatarbelakangi anda sehingga menjadi seorang perokok ?

b. Apakah alasan utama anda merokok ?

c. Bagaimana anda memandang perempuan perokok di kalangan mahasiswi ?

c. Apakah orang tua anda tahu anda merokok , dan bagaimana tanggapannya ?

e. Berapa bungkus anda biasanya menghabiskan rokok dalam sehari? f. Bagaimana anda menyikapi pandangan negatif pada perempuan

perokok?

g. Apakah pernah ada tanggapan yang miring dari masyarakat selama anda menjadi perokok ?

h. Bagaimana sikap dan kebiasaan anda, sebelum dan sesudah menjadi perokok, apakah ada perubahannya?

i. Jika di sekitar kampus, dimana tempat biasa nya anda merokok? j. Selama anda merokok di sekitar kampus, apa pernah ketahuan


(26)

23

k. Bagaimana perasaan anda jika merokok di tempat umum ?

l. Apakah dengan merokok, anda merasa lebih percaya diri dan gaya? m. Apakah anda mempunyai sebutan lain dari rokok ketika bersama

teman teman anda?

n. Apakah dampak negative dan positif yang anda rasakan menjadi seorang perokok?

o. Seberapa besarkah peran significant others dan reference groups sehingga anda menjadi seorang perokok ?

p. Apakah anda berniat untuk berhenti merokok ? 2. Pertanyaan tentang significant others

a. Apakah anda seorang perokok ?

b. Bagaimana pendapat anda ketika mengetahui bahwa anak atau adik anda adalah seorang perokok ?

c. Bagaimana pandangan anda mengenai perempuan perokok khususnya di kalangan mahasiswi ?

d. Bagaimana anda sebagai orang tua atau kakak menyikapi pandangan negatif pada mahasiwi perokok ?

e. Bagaimana perasaan anda ketika anak atau adik anda merokok di depan anda ?

f. Apakah anak atau adik anda lebih sering merokok secara terbuka atau sembunyi sembunyi di hadapan anda ?


(27)

24

3. Pertanyaan tentang Reference groups a. Apakah anda seorang perokok ?

b. Bagaimana pandangan anda mengenai perempuan perokok, khususnya pada mahasiswi ?

c. Bagaimana sikap anda sebagai sahabat menyikapi pandangan negatif pada perempuan perokok khususnya teman anda sendiri ? d. Bagaimana pandangan anda ketika mengetahui bahwa teman anda

seorang perokok?

e. Bagaimana anda bisa tidak merokok , sedangkan teman anda sendiri merokok ? ( teman sebaya yang tidak perokok)

f. Apa yang anda rasakan sebagai perokok pasif ? ( teman sebaya yang tidak perokok)

g. Jika sedang kumpul, apakah anda sering menasehati teman anda supaya mengurangi merokok ? ( teman sebaya yang tidak perokok) h. Seberapa besarkah pengaruh anda sehingga teman anda

memutuskan menjadi seorang perokok ? 4. Pertanyaan tentang konsep diri

a. Bagaimana anda memandang diri anda sebagai seorang perempuan perokok ?

b. Apakah kepuasan anda sebagai seorang perempuan perokok ? c. Bagaimana penilaian significant others pada anak atau adiknya


(28)

25

d. Bagaimana penilaian reference groups pada sahabat anda sebagai perokok aktif ?

e. Bagaimana significant others mempengaruhi mahasiswi perokok? f. Bagaimana reference groups mempengaruhi mahasiswi perokok ?

1.7 Subjek Penelitian dan Informan Penelitian

1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi) ,yang sifat-keadaannya ( atributt -nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian (Tatang M,2009).5 Peneliti menentukan kriteria dasar orang-orang yang dijadikan responden yaitu para mahasiswi perokok di kota Bandung.

1.7.2 Informan Penelitian

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Menurut AM Huberman & MB Miles dalam Bungin mengemukakan bahwa informan juga berfungsi sebagai umpan balik terhadap data penelitian dalam ruang cross check data. (Bungin, 2001)

5

Tatang M. Amirin (2009), Subjek penelitian, responden penelitian, dan informan (narasumber) penelitian


(29)

26

Untuk lebih jelas, Informan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut Tabel 1.1

INFORMAN PENELITIAN

NAMA UMUR KETERANGAN

RARA 22 MAHASISWI

BUNGA 22 MAHASISWI

CACA 23 MAHASISWI

IBU SILY 48 SIGNIFICANT OTHERS

FALLENT 25 SIGNIFICANT OTHERS

IBU TINY 50 SIGNIFICANT OTHERS

LOLA 22 REFERENCE GROUPS

RIA 23 REFERENCE GROUPS

NIA 22 REFERENCE GROUPS

Sumber : Peneliti 2011

1.8 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, sebagaimana diungkapkan oleh Deddy Mulyana yang di kutip dari bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif.

Metode penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas kuantitatif . (Mulyana, 2003:150)


(30)

27

Furchan (1992:21-22), menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif, penulis dapat mengenali subjek dan merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Miles dan Huberman (1994:6), penelitian kualitatif adalah Conducted through an intense and or prolonged contact with a field or life situation. These situation are typically banal or normal ones, reflective of the everyday life individuals, groups, societies and organizations. .

Maka penelitian kualitatif selalu mengandalkan adanya suatu kegiatan proses berpikir induktif untuk memahami suatu realitas, peneliti yang terlibat langsung dalam situasi dan latar belakang fenomena yang diteliti serta memusatkan perhatian pada suatu peristiwa kehidupan sesuai dengan konteks penelitian. Thomas Lindlof dengan bukunya Qualitative communication research methods dalam Kuswarno menyebutkan bahwa metode kualitatif dalam penelitian komunikasi dengan paradigma fenomenologi, etnometodologi, interaksi simbolik, etnografi, dan studi budaya, sering disebut sebagai paradigma interpretif. (Lindlof, 1995:27-28).

Bagi peneliti kualitatif, satu-satunya realita adalah situasi yang diciptakan oleh individu-individu yang terlibat dalam penelitian. penulis melaporkan fakta di lapangan secara jujur dan mengandalkan pada suara dan penafsiran informan.


(31)

28

Sebagaimana diungkapkan beberapa ahli (Bogdan dan Taylor, 1975:5) Bogdan dan Biglen, 1990:2; Miles dan Huberman, 1993:15; Brannen, 1997:1) bahwa metode penelitian kualitatif ini sangat bergantung pada pengamatan mendalam terhadap , dan perilaku manusia dan lingkungannya. Orientasi kualitatif penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan konsep diri mahasiswi perokok di kota Bandung dan apa yang melatar belakangi mahasiswi tersebut merokok.

Pendekatan kualitatif dipandang lebih relevan dan cocok karena bertujuan menggali dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena mahasiswi perokok dan bagaimana konsep diri mahasiwi perokok di kota Bandung. Seperti dikatakan Denzin dan Lincoln (dalam Creswell, 1998:15), bahwa :

Penelitian kualitatif memiliki fokus pada banyak metode, meliputi pendekatan interpretif dan naturalistic terhadap pokok persoalannya. Ini berarti bahwa para peneliti kualitatif mempelajari segala sesuatu di lingkungannya yang alami, mencoba untuk memahami atau menafsirkan fenomena menurut makna-makna yang diberikan kepada fenomena tersebut oleh orang-orang. Penelitian kualitatif meliputi penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris yang diteliti penelitian kasus, pengalaman pribadi, introspektif, kisah pekerjaan, wawancara, pengamatan, sejarah, interaksi, dan naskah-naskah visual-yang menggambarkan momen-momen problematic dan pekerjaan sehari-hari serta makna yang ada di dalam pekerjaan individu .

1.9Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu a. Wawancara Mendalam ( in depth interview )

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2001:135). Wawancara merupakan suatu proses transmisi data dari


(32)

29

seseorang (nara sumber/informan) kepada pewawancara sebagai bahan untuk melengkapi bidang yang diteliti oleh si pewawancara

b. Observasi

Cara observasi dilakukan peneliti untuk menunjang data yang telah ada. Observasi penting dilakukan agar dalam penelitian tersebut data-data yang diperoleh dari wawancara dan sumber tertulis dapat di analisis nantinya dengan melihat kecenderungan yang terjadi melalui proses dilapangan. Observasi penelitian dilakukan dengan cara mendatangi dan melihat langsung perempuan perempuan perokok di kota Bandung khususnya di kalangan mahasiswi.

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yang di lakukan dengan menelaah teori, opini, dan buku buku,yang relevan dengan masalah yang penulis teliti

d. Internet Searching

Disini penulis mencari bahan materi penelitian di internet yang sesuai dengan masalah yang penulis teliti.

e. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya karya monumental dari seseorang


(33)

30

1.10 Teknik Analisa Data

Suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan bagian dengan keseluruhan. Menurut Bodgan & Biklen bahwa:

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memmutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bodgan dan Biklen dalam Moleong, 2005:248)

Logika yang dilakukan dalam penarikan kesimpulan penelitian kualitatif bersifat induktif (dari yang khusus kepada yang umum), seperti dikemukakan Faisal (dalam Bungin, 2003: 68-69):

Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif. Suatu logika yang bertitik tolak dari khusus ke umum bukan dari umum ke khusus sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif. Karenanya, antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung serempak. Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier. Huberman dan Miles melukiskan siklusnya seperti terlihat pada gambar berikut ini:


(34)

31

Gambar 1.1

Komponen-Komponen Analisa Data Model Kualitatif

Sumber: Faisal (dalam Bungin, 2003: 69)

1. Reduksi Data ( Data reduction ) : Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya data dikelompokkan sesuai topik masalah. 2. Pengumpulan Data ( Data collection ): Data yang dikelompokkan

selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.

3. Penyajian Data ( Data Display ): Melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan apa yang telah diinterpretasikan informan terhadap masalah yang diteliti.

DATA COLLECTION

DATA DISPLAY

DATA REDUCTION

CONCLUTION DRAWING, &


(35)

32

4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification): Pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat memberi jawaban atas masalah penelitian.

5. Evaluasi: Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan yang dapat mengaburkan makna persoalan sebenarnya dari fokus penelitian.

Dari kelima tahap analisis data diatas setiap bagian-bagian yang ada di dalamnya berkaitan satu sama lainnya, sehingga saling berhubungan antara tahap yang satu dengan tahap yang lainnya. Analisis dilakukan secara kontinu dari pertama sampai akhir penelitian, untuk mengetahui konsep diri mahasiswi perokok di kota Bandung

1.11 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility (validitas interbal) atau uji kepercayaam terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan.


(36)

33

Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian menurut Sugiyono dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. (2005:270)

1. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.

2. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi,atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiyono, 2005:270-274)

4. Diskusi dengan teman sejawat, teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Pemeriksaan sejawat berarti pemerikasaan yang


(37)

34

dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. (Moleong, 2007:334)

5. Analisis kasus negatif, peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

6. Membercheck, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Sehingga informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.(Sugiyono, 2005:275-276)

11. Lokasi Dan Penelitian

11.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Bandung. Penelitian yang dilakukan tidak terfokus pada satu tempat, tetapi dilakukan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan informan.


(38)

35

11.2 Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini kurang lebih selama 4 bulan, yaitu mulai dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Juni 2011. Tahapan penilitian ini meliputi persiapan, pelaksanaan, penelitian lapangan dan sidang kelulusan Adapun wktu penelitian ditampilkan dalam tabel:


(39)

36

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

Sumber: Peneliti 2011

No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul

2 Penulisan Bab 1

Bimbingan

3 Seminar UP

4 Penulisan Bab II

Bimbingan

5 Penulisan Bab III

Bimbingan

6 Pengumpulan Data

Wawancara

Bimbingan

7 Pengolahan Data

Penulisan Bab IV

Bimbingan

8 Penulisan Bab V

Bimbingan

9 Penyusunan Bab

10 Sidang kelulusan


(40)

37

1.12 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Pertanyaan Penelitian,Subyek Penelitian dan Informan, Metode Penelitian,Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data, Uji keabsahan data, Lokasi dan Waktu Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan tentang Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi, Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi, Tinjauan tentang fenomenologi, Tinjauan tentang interaksi sombolik, Tinjauan Tentang Konsep Diri ,

BAB III OBJEK PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang Sejarah Rokok di Dunia, Rokok di Indonesia,bahan bahan rokok , jenis jenis rokok , Dampak Merokok, Ciri-ciri Perokok,Macam Macam perokok, Mahasiswi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tentang Deskripsi Identitas Informan, Hasil Penelitian dan Pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


(41)

38 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi

Dalam Mulyana dijelaskan, kata komunikasi atau communications dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti sama , communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2007:46)

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa latin atau communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang di komunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy, 2002: 9)

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang diungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi teori dan Praktek , ilmu komunikasi adalah Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas


(42)

39

asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Effendy, 2001: 10)

Hovland juga mengungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan hanya penyampaian informasi melainkan juga pembentukan pendapat umum (Public Opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.Dalam pengertian khusus komunikasi, Hovland yang dikutip dari Onong Uchana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mengatakan bahwa komunikasi Adalah

Proses mengubah perilaku orang lain (communication is the procces to modify the behaviour of other individuals) Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain, hal ini bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikan bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif. (Effendy, 2001:10)

Menurut Willbur Schramn, seorang ahli ilmu komunikasi kenamaan dalam karyanya Communication Research In The United States menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (Frame of Reference) yakni panduan pengalaaman dan pengertian (collection of experience and meanings)


(43)

40

yang pernah diperoleh komunikan.Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain.

Dalam prosesnya Mitchall. N. Charmley memperkenalkan 5 (lima) komponen yang melandasi komunikasi yang dikutip dari buku Astrid P. Susanto yang berjudul Komunikasi Dalam Praktek dan Teori , yaitu sebagai berikut:

- Sumber (source)

- Komunikator (encoder)

- Pertanyaan/pesan (messege)

- Komunikan (decoder)

- Tujuan (destination)

Roger dalam Mulyana berpendapat bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Mulyana, 2007:69) Harold Lasswell menjelaskan bahwa (Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh bagaimana? (Mulyana, 2007: 69)


(44)

41

Pendapat para ahli tersebut memberikan gambaran bahwa komponen-komponen pendukung komunikasi termasuk efek yang ditimbulkan, antara lain adalah:

1. Komunikator (komunikator,source,sender) 2. Pesan (message)

3. Media (channel)

4. Komunikan (komunikan,receiver) 5. Efek (effect)

Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna/pesan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain.

Unsur-unsur dari proses komunikasi diatas merupakan faktor penting dalam komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut oleh para ahli ilmu komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus. menurut Deddy Mulyana, Proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian yaitu:

1. Komunikasi verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal


(45)

42

2. Komunikasi non verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata Menurut Larry A. Samovar dan Richard E Porter komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima (Mulyana, 2000: 237)

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus di pahami,menurut Onong Uchana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada tampak adanya sejumlah kommponen atau unsur yang di cakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut menurut Onong Uchana Effendy adalah sebagai berikut:

Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan. Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang. Komunikan : Orang yang menerima pesan.

Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bilakomunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.


(46)

43

2.1.3Sifat Komunikasi

Onong Uchana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek menjelaskan bahwa komunikasi memiliki sifat-sifat. Adapun beberaapa sifat komunikasi tersebut yakni:

1. Tatap muka (face-to-face)

2. Bermedia (mediated)

3. Verbal (verbal)

- Lisan

- Tulisan

4. Non verbal (non-verbal)

- Gerakan/isyarat badaniah (gestural)

- Bergambar (picturial) (Effendy, 2002: 7)

Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari si komunikan itu sendiri, dalam penyampaian pesan komunikator bisa secara langsung atau face-to-face tanpa menggunakan media apapun. Komunikator juga bisa menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan fungsi media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan


(47)

non-44

verbal. Verbal dibagi menjadi dua macam yaitu lisan (oral) dan tulisan (written/printed) Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau istarat badaniah (gesturial) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata, dan sebagainya ataupun menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasan.

2.1.3 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan bicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Onong Uchana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mengemukakan beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu:

a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak

b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka inginkan arah kebarat tapi kita memberikan jakur ke timur.

c. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun


(48)

45

yang penting harus di ingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti. Sebagai pejabat atau komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.(Effendy. 1993: 18) Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang sama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.

2.2 Tinjauan Komunikasi Antarpribadi

2.2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Menurut Devito (1976) bahwa komunikasi antarpribadi adalah pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpn balik yang langsung

Menurut Effendy (1986) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau prilaku manusia berhubung prosesesnya yang dialogis

Dean. C. Barnlund (1968) mengemukakan ,komunikasi antarpribadi selalu dihubungkan dengan pertemuan antara dua ,tiga atau empat yang mungkin terjadi secara spontan dan tidak berstruktur


(49)

46

Roger dalam Depari (1988) mengemukakan komunikasi antarpribadi merupakan komuniksi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Tan (1981) menegmukakan bahwa komunikasi anatrpribadi adalah komunikasi tatap muka dua atau lebih orang.

2.2.2 Ciri ciri Komunikasi Antarpribadi

Menurut Barnlund (1968) ada beberapa ciri Komunikasi Antarpribadi yaitu komunikasi antarpribadi selalu

1. Terjadi secara spontan

2. Tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur 3. Terjadi secara kebetulan

4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu 5. Dilakukan oleh orang orang yang identitas keanggotan yang

kadang kadang kurang jelas 6. Bisa terjadi sambil lalu

Menurut Evert M. Rogers depari (1988) menyebutkan beberapa ciri komunikasi antarpribadi sebagai berikut :

1. Arus pesan cenderung dua arah 2. Konteks komunikasi adalah tatap muka 3. Tingkat umpan balik yang tinggi

4. Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas sangat tinggi 5. Kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban


(50)

47

6. Efek yang terjadi antar lain perubahan sikap

Berdasarkan ciri ciri komunikasi antarpribadi diatas dapat dirumuskan beberapa ciri komunikasi antarpribadi yaitu

1.Spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap muka

2. Tidak mempunyai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu

3. Terjadi secara kebetulan di antara peserta yang identitasnya kurang jelas

4. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan tidak disengaja 5. Kerap kali berbalas balasan

6. Mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan yang bebas dan bervariasi , ada keterpengaruhan

7. Harus membuahkan hasil

8. Menggunakan lambang lambang yang bermakna

Duck (1976),Bythe (19710, Rawlins (1959) argyle dan furnham (983) juga siliars dan scott (19830 olson dan Crormwel (1975) mengemukakan ada enam jenis atau tahap hubungan antrpribadi yaitu:

1. Tahap perkenalan 2. Tahap persahabatan

3. Tahap keakrabatan dan keintiman 4. Hubungan suami dan istri


(51)

48

6. Hubungan persaudaraan

2.2.3 Faktor faktor Pembentuk Komunikasi Antarpribadi

Setiap kegiatan yang dijalankan oleh manusia dikarenakan timbul faktor-faktor yang mendorong manusia tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan. Begitu pula dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat, didorong oleh faktor-faktor tertentu. Mengapa manusia ingin melaksanakan komunikasi dengan yang lainnya, khususnya jenis komunikasi antarpribadi yang sifatnya langsung dan tatap muka antar pihak yang melaksanakan kegiatan komunikasi tersebut.

Cassagrande berpendapat, manusia berkomunikasi karena:

a. Memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kebahagiaan.

b. Dia ingin terlibat dalam proses perubahan. c. Dia ingin berinteraksi hari ini memahami pengalaman mas alalu, dan mengantisipasi masa depan. d. Dia ingin menciptakan hubungan baru. (Liliweri, 197:45)

Setiap orang selalu berusaha untuk melengkapi kekurangan atas perbedaan-perbedaan yang dia miliki. Perubahan tersebbut terus berlangsung seiring dengan perubahan masyarakat. Manusia mencatat berbagai pengalaman relasi dengan orang lain di masa lalu, memperkirakan apakah komunikasi yang dia lakukan masih relevan untuk memenuhi kebutuhan di masa datang. Jadi, minat komunikasi antarpribadi didorong oleh pemenuhan kebutuhan yang belum atau bahkan tidak dimiliki oleh manusia. Setiap


(52)

49

manusia mempunyai motif yang mendorong dia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya.

2.2.4 Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi

Seperti komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadipun mempunyai jenis-jenisnya yang berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain. Menurut Onong Uchjana Effendy bahwa Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni:

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antar dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi yang menerima pesan. Oleh karena pelaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens, komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada diri komunikan itu.

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication) adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, Karena komunikator memusatkan perhatiaanya hanya pada seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan, sepenuhnya juga umpan balik yang berlangsung, merupakan kedua factor yang sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi. (1993:62)


(53)

50

2.2.5 Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpribadi

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi menurut Allo Liliweri terdiri atas: a. Fungsi sosial

Komunikasi antar pribadi secara otomatis mempunyai fungsi social, karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks social yang orang-orangnya berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian, maka fungsi social komunikasi antarpribadi mengandung aspek-aspek:

1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan biologis dan psikologis 2. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial.

3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik. 4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri

sendiri.

5. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik. b. Fungsi pengambilan keputusan

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal sebagai sarana berpikir yang tidak dimiliki oleh semua makhluk di muka bumi. Karenanya ia mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan dalam setiap hal yang harus dilaluinya. Pengambilan keputusan meliputi penggunaan informasidan pengaruh yang kuat dari orang lain. Ada dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi yaitu:

1. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi 2. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain


(54)

51

2.3 Tinjauan mengenai Fenomenologi

Fenomenologi mempelajari struktur pengalaman sadar (dari sudut pandang orang pertama), bersama dengan kondisi-kondisi yang relevan. Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku kata phainomenon yang berarti yang menampak. Menurut Husserl, dengan fenomenologi, kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminya langsung, seolah-olah kita mengalaminya sendiri. (Kuswarno, 2009:10)

Lebih lanjut dikatakan oleh Alfred Schutz, Salah satu tokoh fenomenologi yang menonjol bahwa inti pemikiran Schutz adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran. Schutz meletakan hakikat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap terhadap dunia kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Schutz mengikuti pemikiran Husserl, yaitu proses pemahaman aktual kegiatan kita, dan pemberian makna terhadapnya, sehingga ter-refleksi dalam tingkah laku . (Kuswarno, 2009:18)

Adapun studi fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya. Sedangkan pengertian fenomena dalam Studi Fenomenologi sendiri adalah pengalaman atau peristiwa yang masuk ke dalam kesadaran subjek. Wawasan utama fenomenologi adalah pengertian dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala realitas itu sendiri (Aminuddin, 1990:108). Seperti yang disebutkan dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang ditekankan


(55)

52

oleh kaum fenomenologis adalah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dan kehidupannya sehari-hari. (Moleong, 2001:9)

Keterlibatan subyek peneliti di lapangan dan penghayatan fenomena yang dialami menjadi salah satu ciri utama. Hal tersebut juga seperti dikatakan Moleong bahwa pendekatan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. (1988:7-8)

Mereka berusaha untuk masuk ke dunia konseptual para subyek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang mereka kembangkan di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Makhluk hidup tersedia berbagai cara untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa pengertian pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan.

Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji . (Creswell, 1998:54).

Mulyana menyebutkan pendekatan fenomenologi termasuk pada pendekatan subjektif atau interpretif (Mulyana, 2001:59) Lebih lanjut Marice Natanson mengatakan bahwa istilah fenomenologi dapat digunakan sebagai istilah generik untuk merujuk kepada semua pandangan ilmu sosial


(56)

53

yang menempatkan kesadaran manusia dan makna objektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial (Mulyana, 2001:20-21) Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.

Fokus Penelitian Fenomenologi:

a. Textural description: apa yang dialami subjek penelitian tentang sebuah fenomena.

b. Structural description: bagaimana subjek mengalami dan memaknai pengalamannya

2.5 Tinjauan Mengenai Interaksi simbolik

Mead dianggap sebagai bapak interaksionisme simbolik, karena pemikirannya yang luar biasa. Dia mengatakan bahwa pikiran manusia mengartikan dan menafsirkan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang dialaminya, menerangkan asalmulanya dan meramalkannya. Bagi Mead tidak ada pikiran yang lepas bebas dari situasi sosial. Berpikir adalah hasil internalisasi proses interaksi dengan orang lain. Berlainan dengan reaksi binatang yang bersifat naluriah dan langsung, prilaku manusia diawali oleh proses pengertian dan penafsiran.


(57)

54

Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran symbol yang diberi makna. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek, dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. (Mulyana, 2008:70)

Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol . Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang menginterpretasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas symbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi social. Penganut interaksionisme simbolik berpandangan, perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia disekeliling mereka. Secara ringkas, interaksi simbolik didasarkan premis-premis berikut : pertama, individu merespons suatu situasi simbolik. Mereka merespons lingkungan, termasuk objek fisik, (benda) dan objek social (perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Ketika mereka menghadapi suatu situasi, respons mereka tidak bersifat


(58)

55

mekanis, tidak pula ditentukan oleh factor-faktor eksternal, alih-alih respons mereka bergantung pada bagaimana mereka mendefinisikan situasi yang dihadapi dalam interaksi sosial.jadi, individulah yang dipandang aktif untuk menentukan lingkungan mereka sendiri. Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau peristiwa itu), namun juga gagasan yang abstrak. Akan tetapi nama atau symbol yang digunakan untuk menandai objek, tindakan, peristiwa atau gagasan itu bersifat arbitrer (sembarang). Artinya, apa saja dijadikan bisa symbol dan karena itu tidak ada hubungan logis. Melalui penggunaan symbol itulah manusia dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang dunia. Ketiga, makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu , sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Manusia membayangkan atau merencanakan apa yang akan mereka lakukan. Dalam proses ini, individu mengantisipasi reaksi orang lain, mencari alternatif-alternatif ucapan atau tindakan yang akan ia lakukan. Individu membayangkan bagaimana orang lain akan merespons ucapan atau tindakan mereka. (Mulyana, 2008:71-73)

Konsep tentang self atau diri merupakan inti dari teori interaksi simbolik. Mead menganggap konsep diri adalah suatu proses yang berasal dari


(1)

151

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku

Anderson, Clifford R. 1975.Petunjuk Modern Kepada Kesehatan .Bandung :Indonesia Publishing House

Budyatna. M ,Mutmainnah . Nina. 2004. Materi Pokok Komunikasi Antar Pribadi Jakarta : Universitas Terbuka

Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada

Daymon, Christine., dan Immy Holloway. 2008. Metode-metode Riset Kualitatif: dalam Public Relations dan Marketing Communications. Yogyakarta: Penerbit Bentang

Desmita 2010.Psikologi Perkembangan Anak.Bandung : Rosdakarya

D. Triswanto, Sugeng 2007 . Stop Smoking . Yogyakarta : progressif books

Husaini , Aiman 2007 . Tobat Merokok Rahasia dan Cara Empatik Berhenti merokok.Depok ; Pustaka Iman

Jallaludin, Rakhmat. 2007. Psikologi Komunikasi ..Bandung : PT remaja Rosdakarya Kuswarno, Engkus. 2009 . Fenomenologi .Bandung: widya padjajaran


(2)

152

Lindlof, Thomas R. 1995. Qualitative Communication Research Methodes. California USA : Sage Publications.

Muchtar .2005 Matikan Rokok Hidupkan Semangat Bandung : Amanah publishing House

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

______________. 2007 .Metode Penelitian Kualitatif. Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Moleong, Lexy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Mutmainah.,Nina dkk .2002. Materi Pokok Psikologi. Komunikasi 1-9 Skom

4317/3SKS/.Jakarta :Universitas Terbuka

Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Rakhmat, Jalaluddin. 1997. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Satiti, Alfa.2009. Strategi berhenti merokok.Yogyakarta: Datamedia

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung ; Alfabeta

Sukendro, S. 2007. Filosofi Rokok, Sehat Tanpa Berhenti Merokok. Yogyakarta: Pinus Book Publisher


(3)

153

West.R dan Turner H.Lynn. 2007. Introducing Communication Theory. Analysis and Application. New York : Mc Graw Hill

Sumber lain

Skripsi

Hudiandy,Dicky Interaksi simbolik Pria Metroseksual Pada Sosok Sales Promotion Boys Di Kota Bandung .Universitas Komputer Indonesia

Sarah,Zakiah komunikasi remaja dan orang tua keluarga broken home di kota bandung .Universitas Komputer Indonesia

Internet searching

http://www.idonbiu.com/2009/07/metode-analisis-data-penelitian.html. 11 april 20.00 http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-julindarri-5530-2-babi.pdf

11 april 20:15

http:/sikap-dan-perilaku-perokok-tidak.html 10 april 17:35

Tatang M. Amirin (2009), Subjek penelitian, responden penelitian, dan informan (narasumber) penelitian diakses: http://tatangmanguny.wordpress.com.11 april 19:25


(4)

204

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1.

IDENTITAS DIRI

Nama : Linda Yulianti Nama kecil : Linda

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 13-07-1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Mahasiswa Agama : Islam

Hobi : Mendengarkan musik, Shooping. Travelling

Alamat : Jl. Terusan Cimuncang Pasir Leutik Rt 01/Rw 13Bandung

No Hp : 085314091086

Email : Lindayuliantitoepak@yahoo.com


(5)

205

II. Pendidikan Formal

NO TAHUN URAIAN KETERANGAN

1 1995-2001 SDN PADASUKA II LULUS 2 2001-2004 SMPN 16 BANDUNG LULUS 3 2004-2007 SMAN 16 BANDUNG LULUS 4 2007-2011 UNIVERSITAS KOMPUTER

INDONESIA

MAHASISWA

III. Pendidikan Non Formal

NO

TAHUN

URAIAN

KETERANGAN

1

2011

English Proficiency Test (EPT) UNIKOM

BERSETIFIKAT

IV. Pelatihan Seminar atau Workshop

NO TAHUN URAIAN KETERANGAN

1 2009 Peserta Study Tour Mass Media Berseifikat 2 2009 Peserta Mentoring Agama Islam Bersetifikat 3 2009 Peserta Kebudayaan Film dan Sensor

Film

Bersetifikat


(6)

206

5 2010 Peserta Mulimah Exhibition Bersetifikat 6 2011 Peserta Trend Cyberpreneurship Bersetifikat 7 2011 Peserta Talkshow Penyiaran Bersetifikat 8 2011 Peserta Road To Succes Of a

Movie Maker

Bersetifikat

V. Pengalaman Organisasi

NO TAHUN URAIAN

1 2001 PRAMUKA

2 2002 PMR ( Palang Merah Remaja)

VII. Pengalaman Kerja

NO TAHUN URAIAN KETERANGAN

1 2007-2010 Mengikuti SPG Event ( Sales Promotion girls )

-

2

Juli-Agustus 2010

Praktek Kerja Lapangan di PT Pos Indonesia

-