Konsep Diri Orang Tua Bertato di Kota Bandung (Studi Deskriptif Konsep Diri Orang Tua Bertato di Kota Bandung)

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana S1 (Strata Satu) Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh,

PRAHA INDRAPURA NIM.418097894

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Praha Indrapura

Kelahiran : Bandung, 13 November 1991 Jenis Kelamin : Laki - Laki

Umur : 22 Tahun

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Titiran dalam 1 No.22A RT08/RW05 Kec.

Coblong Kel.Sadang Serang, Bandung

Nama Ayah : Ir. Suprayitno, IAP

Pekerjaan : Swasta

Nama Ibu : Hastuti

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Titiran dalam 1 No.22A RT08/RW05 Kec. Coblong Kel.Sadang Serang, Bandung


(3)

PENDIDIKAN FORMAL

1. 1997 – 2003 : SD Negeri Tikukur 3 Bandung 2. 2003 – 2006 : SMP Negeri 27 Bandung 3. 2006 – 2009 : SMA Pasundan 2 Bandung

4. 2009 s.d Sekarang : Sedang Menjalani Pendidikan Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Komputer Indonesia Bandung

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Tahun 2003 – 2005 : OSIS SMP 27 Bandung 2. Tahun 2003 – 2005 : PKS SMP 27 Bandung

SEMINAR & PELATIHAN

1. Tanggal 12 September 2009, sebagai peserta dalam kegiatan Mentoring Manajemen Informatika yang bertempat di Universitas Komputer Indonesia (bersertifikat)

2. Tanggal 03 Maret 2010, sebagai peserta Table Manner yang diselenggarakan oleh Universitas komputer Indonesia Bandung, di Hotel Amaroossa Bandung; Bersertifikat. (bersertifikat)


(4)

146

3. Tanggal 29 Desember 2010, sebagai peserta Seminar Budaya Preneurship “Mengankat Budaya Bangsa Melalui Jiwa Enterpreneurship” yang Diadakan oleh Pusat Inkubator Bisnis mahasiswa UNIKOM (bersertifikat) 4. Tanggal 18 Juni 2011, mengikuti pelatihan “ONE DAY WORKSHOP MC

& RADIO ANNOUNCER” Unikom Bandung. (bersertifikat)

5. Tanggal 8 Desember 2011, sebagai peserta Islam dan Moralitas Pembangunan diselenggarakan oleh Universitas komputer Indonesia Bandung, di Auditorium UNIKOM Bandung. (bersertifikat)

6. Tanggal 29 September 2012, Sebagai peserta “ Public Speaking HIMAKAPS 2012 yang diselenggarakan oleh Polban. (bersertifikat) 7. Tanggal 16 Desember 2012, sebagai peserta Training Public Speaking

And Professional Master Of Ceremony, yang diselenggarakan oleh DPD PDI Perjuangan Jawa Barat. (bersertifikat)

8. Tanggal 30 November 2012, mengikuti Study Tour Mass Media Tahun Akademik 2012 yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi UNIKOM Bandung. (bersertifikat)

9. Tanggal 9 Juli 2013, mengikuti lomba fotografi yang bekerjasama dengan PT.SAGHAY SOLUSINDO yang di selenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informasi Jawa Barat. (bersertifikat)

10.Tanggal 16-21 juni 2014, sebagai peserta “cepat dan mudah membuat website online dalam 30 menit” yang diselenggarakan oleh Laboratorium Hardware computer - UNIKOM. (bersertifikat)


(5)

11.Tanggal 13 mei 2014, sebagai peserta “English Department” yang diselenggarakan oleh UNIKOM. (bersertifikat)

Bandung, Agustus 2014

Hormatsaya,

Praha Indrapura NIM. 41809794


(6)

ix DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN………..

LEMBAR PERNYATAAN……….. LEMBAR PERSEMBAHAN……….. ABSTRAK...……….. ABSTRACT...……….. KATA PENGANTAR………... DAFTAR ISI………..

DAFTAR TABEL………. DAFTAR GAMBAR………. DAFTAR LAMPIRAN………

BAB I PENDAHULUAN……….. 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1.2 Rumusan Masalah ...

1.2.1 Rumusan masalah Makro ………..………. 1.2.1 Rumusan masalah Mikro……….………. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………..……….. 1.3.1 Maksud Penelitian……….………....

i ii iii iv v vi ix xiv xv xvi 1 1 8 8 8 9 9


(7)

x

1.4 Kegunaan Penelitian……….………...

1.4.1 Kegunaan Teoritis………. 1.4.2 Kegunaan Praktis……….. BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 2.1 Tinjauan Pustaka………... 2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu………... 2.1.2 Tinjauan Komunikasi……….… 2.1.2.1 Pengertian Komunikasi……….. 2.1.2.2 Tujuan Komunikasi……..………..

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi……….………

2.1.2.4 Bentuk-Bentuk Komunikasi .……… 2.1.3 Tinjauan Komunikasi Antarpribadi……… 2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi………. 2.1.3.2 Ciri – Ciri Komunikasi Antarpribadi……….. 2.1.3.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi………... 2.1.3.4 Sifat Komunikasi Antarpribadi………... 2.1.4 Tinjauan Psikologi Komunikasi……….

2.1.4.1 Definisi Psikologi Komunikasi ………..………….. 2.1.4.2 Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi ………. 2.1.4.3 Penggunaan Psikologi Komunikasi………

9 10 10 12 12 12 14 14 16 16 18 21 21 22 23 25 26 26 26 27


(8)

xi

2.1.5 Tinjauan Mengenai Interaksi simbolik ………. 2.1.6 Tinjauan Konsep Diri……….

2.1.6.1 Pengertian Konsep Diri ………... 2.1.6.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ……….. 2.1.7 Tinjauan Tentang Orang Tua ……….……. 2.2 Kerangka Pemikiran………

2.2.1 Kerangka Teoritis……….……….

2.2.2 Kerangka Konseptual ……….……….. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN……… 3.1 Sejarah dan Perkembangan Tato ………

3.1.1 Prosesi Penatoan ……… 3.1.1.1 prapenatoan……… 3.1.1.2 Teknis Penatoan ……… 3.1.1.3 Pasca Penatoan ………

3.3 Metode Penelitian……….……….

3.3.1 Desain Penelitian……….………….

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ……….. 3.3.2.1 Studi Kepustakaan……… 3.3.2.2 Studi Lapangan ………

3.3.3 Teknik Penentuan Informan ……….

3.3.4 Teknik Analisis Data ………

29 32 32 34 36 37 37 39 42 42 52 52 55 57 59 59 60 60 62 64 65


(9)

xii

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ………...……..

3.4.1 Lokasi Penelitian ………..………….

3.4.2 Waktu Penelitian ………...………….

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...……… 4.1 Deskripsi Informan………..

4.2 Hasil Penelitian………

4.2.1 Penilaian Diri Orang Tua Bertato Di Kota Bandung memaknai dirinya sendiri (self)………... 4.2.2 Significant Other Memaknai Orang Tua Bertato Di Kota

Bandung……….……….

4.2.3 Reference Group Memaknai Orang Tua Bertato Di Kota Bandung ……….……… 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian………...

4.3.1 Penilaian Diri Orang Tua Bertato Di Kota Bandung memaknai

dirinya sendiri (self) ………

4.3.2 Significant Other Memaknai Orang Tua Bertato Di Kota Bandung … 4.3.3 Reference Groups Memaknai Orang Tua Bertato Di Kota Bandung…

BAB V PENUTUP………... 5.1 Kesimpulan………..… 5.2 Saran………..….. 70 70 70 72 75 83 83 92 95 97 98 100 101 102 102 104


(10)

xiii

5.2.1 Saran Bagi Orang Tua bertato………..……….. 5.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya………. DAFTAR PUSTAKA………... LAMPIRAN………... DAFTAR RIWAYAT HIDUP………...

104 105 106 108 144


(11)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 12

Tabel 3.1 Data Informan Penelitian ... 64

Tabel 3.2 Waktu Penelitian ... 71


(12)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 37

Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data ... 66

Gambar 4.1 Informan Penelitian (Bapak Edih) ………...75

Gambar 4.2 Informan Penelitian (Bapak Rochendi) ………...76

Gambar 4.3 Informan Penelitian (Emba Dina) ………78

Gambar 4.4 Informan (Kerry) ………. 79

Gambar 4.5 Informan (Bagas) ………. 81


(13)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Hal Lampiran 1 Surat Persetujuan Pembimbing Skripsi………

Lampiran 2 Lembar Revisi Skripsi ………….……… Lampiran 3 Berita Acara Bimbingan……….……….. Lampiran 4 Surat Rekomendasi Pembimbing………. Lampiran 5 Surat Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang ………..……….. Lampiran 6 Pedoman Wawancara ……….……… Lampiran 7 Pedoman Observasi ………... Lampiran 8 Transkrip Wawancara………. Lampiran 9 Data Informan……….. Lampiran 10 Dokumentasi ……….

108 109 110 111 112 113 115 118 132 138


(14)

107

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku

Bungin, Burhan.2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif,Jakarta, Raja Grafindo. Bungin, Burhan, H.M. 2008. Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya). Jakarta : Kencana.

Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2003, Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

---. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

---. 2012. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Olong, Hatib Abdul Kadir. 2006. Tato. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara. Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi . Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

---. 2008. Psikologi Komunikasi: Edisi Revisi (Cetakan keduapuluh enam). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Graha ilmu.

Sendjaja, Sasa Duarsa dkk, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.


(15)

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alphabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Wiryanto, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana. Wulansari, C. Dewi. 2009. Sosiologi: Konsep dan Teori. PT Refika Aditama.

Karya Ilmiah : Skripsi

Hendra Yana. Konsep Diri Pengguna Tato Dikalangan Mahasiswa Kota Bandung Sebagai Gaya Hidupnya. Tahun 2012.

Konsep Diri Pengguna Narkoba Di Komunitas Futsal Cimuncang Kota Bandung (Studi Fenomenologi Konsep Diri Pengguna Narkoba Di Komunitas Futsal Cimuncang Kota Bandung ). Tahun 2012.

Sumber Internet

http://kompasiana.com/Budaya-Pop-The-Art-of-Self-Injury.html Senin 03/03/2014 pukul 20:54

http:// WartaNews.com/lifestyle/ingin-tubuh-bertato-baca-dulu-tips-ini.html Senin 03/03/2014 pukul 21:24

http://MedhyHidayat.com/Tubuh-Bertato-Budaya-Populer-dan-Identitas-Anak-Muda.html Senin 03/03/2014 pukul 20:55

http://shvoong.com/Ilmu Sosial/Pengertian-Orang-Tua.html Sabtu 08/03/2014 pukul 11:34

https://archive.org/details/PublicLectureScreeningBookletMentawaiTattooRevival minggu 09/04/2014 pukul 21:22


(16)

vi

KATA PENGANTAR Asalamu’allaikumWrWb,

Tiada kata yang terbayang saat ini selain ucapan syukur yang begitu mendalam dan sepenu h hati kepada penguasa alam semesta, penguasa siang dan malam hari, Sang Pengasih yaitu Allah SWT. Dengan limpahan karunia, rizqi, rahmat serta hidayah-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan Usulan Penelitian dengan judul “KONSEP DIRI ORANG TUA BERTATO DI KOTA BANDUNG (Study Deskriptif Konsep Diri Orang Tua Bertato Di Kota Bandung). Tak lupa penulis juga mengucapkan shalawat serta salam pada pimpinan besar revolusi, Nabi serta Rasul kita Muhammad SAW.

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang telah memberikan semangat terutama Ayahanda Ir. Suprayitno. IAP. dan Ibunda Hastuti tercinta atas semua doanya karena penulis percaya bahwa doa kedua orang tua tidak akan terputus sampai kapanpun dan dimanapun itu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

Serta dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Atas perijinannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini


(17)

vii

Pembimbing yang telah memberi pengarahan dan motivasi kepada penulis. 3. Yth. Bapak Inggar Prayoga S.Ikom selaku dosen wali yang telah

member motivasi dan telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis.

4. Yth. Bapak/Ibu dosen Ilmu Komunikasi Konsentarasi Humas. Yang telah memberikan ilmu sehingga penulis bisa menyusun penulisan ini. 5. Yth. Sekertariat Dekan Ibu Ratna Widiastuti Amd.kom Terimakasih

untuk segala bantuan adimistrasi yang di perlukan selama penulisan skripsi.

6. Yth. Sekretariat Prodi Ilmu Komunikasi UNIKOM Ibu Asri Ikawati Amd.kom yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman penulis yang telah membantu dan memudahkan penulis pada saat melakukan penulisan yaitu Bayu Rizal D, Meidi Triyadi Surya, Diki Januar N, rekan-rekan IK 6, IK- Humas-2 dan rekan-rekan semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu mudah-mudahan Allah SWT dapat membalas semuanya.


(18)

viii

9. Serta semua pihak yang telah membantu dan member dukungan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kebaikannya dapat di balas oleh Allah Swt.

Untuk kesempuranaan dari penulisan ini, maka kritik saran yang membangun sangat peulis nanti. Akhir kata penulis mengharapkan semoga penulisan Skripsi Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak lain pada umumnya rekan-rekan di UNIKOM pada khususnya yang akan melakukan skripsi pada bidang yang sama dengan penulis

Bandung, Agustus 2014 Penulis

Praha Indrapura 41809794


(19)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Tato pada zaman modern ini adalah sebuah mediasi baru bagi seseorang untuk kembali memunculkan pro dan kontra yang selalu menjadi topik bahasan. Perkembangan dunia tato pada saat ini dapat dikatakan besar animo konsumen tato untuk melakukan seni rajah tersebut. Tato yang selalu dikaitkan dengan deviant berhaviour oleh beberapa masyarakat saat ini beralih fungsi menjadi kebutuhan akan fashion seseorang. Tato adalah sebuah lukisan yang dibubuhkan dalam tubuh manusia menggunakan jarum dan tinta yang menjadi bahan dasar pembuatan tato tersebut. Maraknya tato dikalangan masyarakat telah menjadikan tato sebagai sarana baru untuk mempermak diri atau menutupi bagian tubuh yang dirasa kurang menarik. Hadirnya beberapa studio tato yang terdapat di beberapa tempat strategis kota dan pertokoan besar mempermudah seseorang untuk mentato tubuhnya.

Seni tattoo memiliki banyak macam jenis aliran seperti Realis, new school, old school, tribal, biomechanical dan masih banyak lagi. Banyaknya jenis aliran tato ini membuat semakin semarak dunia pertatoan, cara membuat tatopun kini sudah berkembang dengan lebih modern, lebih steril dan di buat dengan tehnik yang lebih bervariasi.1

1


(20)

2

Sebagian masyarakat Indonesia masih memandang tato identik dengan kejahatan. Pandangan sinis tertuju pada orang yang tubuhnya menggunakan seni rajah tersebut.Penilaian ini memang bukan berarti tanpa alasan sama sekali. Sekedar menengok ke belakang, Dalam perjalanan sejarah, makna tato di Indonesia mengalami disartikulasi ketika muncul fenomena ”Petrus” (kependekan dari penembak misterius) pada 1983 sampai 1984 3).2

Menariknya, tato kini tak hanya diminati kaum muda melainkan pula orang tua tanpa mengenal batas usia. Banyak masyarakat yang melihat orang tua yang bertato dengan pandangan yang negatif. Seorang yang berstatus sebagai orang tua dimana harus memberikan contoh baik kepada anak-anak mereka masih berkeinginan memiliki tato di badannya. Bila masyarakat mulai dapat menerima anak muda bertato sebagai bentuk sebuah seni, bagaimana halnya dengan orang tua yang memiliki tato di tubuhnya, pasti akan menuai berbagai pertanyaan dari anaknya sendiri dan masyarakat.

Proses komodifikasi tato modern tak lepas dari ditemukannya tato mesin elektrik yang beredar pada tahun 1870-1890, khususnya di Amerika. Tato mesin bukan hanya berguna mempercepat proses penatoan, tapi sekaligus mengurangi rasa sakit, memperkaya warna, dan bayangan tato. Ketika terjadi proses

minggu 09/04/2014 pukul 21:22

2

http:// MedhyHidayat.com/Tubuh-Bertato-Budaya-Populer-dan-Identitas-Anak-Muda.html Senin 03/03/2014 pukul 20:55


(21)

mekanisasi, proses penatoan yang singkat dan hilangnya sakit pada tubuh mengakibatkan menguapnya sakralisasi dan spiritualitas selama proses penatoan.3

Kebutuhan akan seseorang untuk menato juga bervariasi yaitu, eksistensi yang mengarah pada sikap dan perilaku seseorang dalam lingkungannya, sehingga orang tersebut diberikan label oleh masyarakat lingkungannya sebagai orang yang, garang, “ditakuti” atau jagoan. Selain itu ada juga yang mengatakan tato sebagai art atau sebuah seni yang terdapat nilai-nilai didalamnya dan seorang yang menyukai akan bidang yang digemari seperti melukis atau menggambar/design. Ada juga beberapa person yang memaknai tato sebagai kebutuhan akan fesyen karena pengaruh media cetak dan non cetak memberikan sebuah gambaran tato pada kalangan artis top, sehingga terjadi proses peniruan yang untuk memperias diri.

Tubuh-tubuh bertato di berbagai belahan dunia hadir tersaji di hadapan mata, entah lewat film layar lebar, keping VCD, layar televisi atau lembar-lembar halaman majalah. Tattoo kembali mengeliat dalam sejarah modern lewat penampilan “Kelompok Gitar Rancak” Guns and Roses di penghujung tahun 80-an. Gaya tattoo dari Axel Rose dan kawan-kawannya segera menginspirasi kaum muda urban untuk menirunya. Selain Guns and Roses, kelompok musik lain

3

https://archive.org/details/PublicLectureScreeningBookletMentawaiTattooRevival.html minggu 09/04/2014 pukul 21:22


(22)

4

macam Mutley Cruel, Megadeth, Poison, Sepultura hingga White Lion, para personelnya menghiasi tubuhnya dengan tato.4

Jika dulu budaya tato hanya menjadi simbol bagi kalangan tertentu, antara lain orang yang hendak masuk menjadi dewasa dengan melalui proses ritual yang bersifat magis dan berbelit, maka kini tato menjadi konsumsi bagi banyak kalangan tanpa melihat dan merasa bahwa individu tersebut sedang memasuki suatu keadaan tertentu dengan tato sebagai simbolnya. Hal tersebut juga merupakan bukti penguat bahwa tato menjelma dari tradisi dengan budaya tinggi (high culture) menjadi budaya pop (pop culture), dimana dari kalangan artis hingga preman merasa nyaman mengunakannya. (Olong, 2006:12)

Segenap aktivitas pemberitaan membuat media telah menempatkan tattoo dalam jagad budaya populer, secara sederhana budaya populer lebih sering disebut budaya pop, merupakan fenomena yang menyangkut apapun yang terjadi di sekeliling kita setiap harinya. Apakah itu gaya berpakaianm film, musik, makanan, semuanya termasuk bagian dari budaya pop. Definisi sederhana dari populer sendiri adalah sesuatu yang dapat diterima, disukai, atau disetujui oleh masyarakat banyak. Sementara, definisi sederhana dari budaya adalah salah satu pola yang merupakan kesatuan dari pengetahuan, kepercayaam, serta kebiasaan yang tergantung kepada kemampuan manusia untuk belajar dan menyebarkannya ke generasi selanjutnya. (Olong, 2006:8)

4


(23)

Sebelum seseorang memutuskan untuk memiliki tato juga harus mempertimbangkan faktor terkena infeksi, Seperti yang di beritakan di wartanews.com :

Tato dan tindik merupakan salah satu cara penularan virus hepatitis. Kondisi ini disebabkan terutama oleh penggunaan alat yang tidak steril atau dipakai secara bergantian. Selain hepatitis A dan C, jarum yang tidak steril juga sumber penularan HIV. Infeksi lain yang mungkin terjadi adalah infeksi kulit. Waspadai pula risiko alergi. Orang yang memiliki pigmen tertentu biasanya rentan alergi tinta tato. Alergi yang ditimbulkan bisa berupa gatal, bengkak, atau kulit melepuh akibat peradangan. Pihak FDA (Food and Drug Administration) AS, melarang penggunaan henna untuk tato karena bisa menyebabkan reaksi alergi. Di AS, henna hanya diijinkan untuk pewarnaan rambut.5

Konsep diri menjadi sangat mempengaruhi kepribadian seseorang, dengan konsep diri yang dimiliki seseorang, dia akan bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya. Setiap perbuatan atau tingkah laku seseorang berdasarkan konsep yang dibentuknya untuk menampilkan seseorang yang dia bentuk. Setiap orang mempunyai konsep dirinya masing-masing saat melakukan interaksi sosial, apa yang mereka pikirkan tentang dirinya akan tercermin dari bagaimana mereka berbicara dan bagaimana cara mereka berpenampilan dan bersikap. Citra yang mereka buat mengenai diri sendiri dengan sendirinya tampil melalui cara-cara tersebut. Bagaimana mereka mengapresiasi diri sendiri dan tingkat penghargaan terhadap dirinya sendiri akan tercermin dari tingkah laku dan kepribadian yang mereka tunjukan kepada masyarakat.

5

http:// WartaNews.com/lifestyle/ingin-tubuh-bertato-baca-dulu-tips-ini.html Senin 03/03/2014 pukul 21:24


(24)

6

Pemahaman akan diri mencakup pengungkapan diri dan kesadaran diri yang berlangsung sepanjang hayat manusia melalui segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Setiap individu akan belajar dari setiap pengalamannya, mencakup bagaimana dia menyikapi suatu permasalahan dan apa tindakan yang akan dia ambil untuk menyelesaikan masalah tersebut, menunjukan seberapa dalam dia mengetahui dan memahami dirinya. Identitas dibentuk oleh diri kita sendiri dan melekat dalam sikap dan tingkah laku kita. Identitas tersebut akan mempengaruhi bagaimana orang lain memperlakukan kita, juga mempengaruhi kita dalam mempresepsikan diri kita.

“Konsep diri juga dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Definisi lain menyebutkan bahwa konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Menurut Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita (Mulyana, 2012:8).

Konsep diri seseorang terbentuk dari komponen kognitif yang disebut self image atau citra diri dan komponen afektif yang disebut self esteem atau harga diri, yang dipengaruhi oleh significant other (orang lain), orang lain disini adalah orang lain yang sangat penting yang memiliki hubungan darah yang bisa jadi masih hidup ataupun sudah meninggal misalnya saja orang tua, saudara-saudara, kakak, adik. Orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah secara perlahan-lahan terbentuk konsep diri. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan menyebabkan kita menilai diri kita secara positif, sebaliknya ejekan, cemoohan, dan hardikan membuat kita memandang diri kita secara negatif. Konsep ini juga berasal dari George Heber Mead, memandang diri


(25)

kita seperti orang-orang lain memandangnya, berarti mencoba menempatkan diri kita sebagai orang lain. Yang mempengaruhi konsep diri selanjutnya adalah kelompok rujukan (reference group), orang orang dekat yang tidak ada ikatan darah, misalnya teman kantor, lingkungan bermain baik di rumah atau di sekolah. Kelompok rujukan yaitu kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap konsep diri kita, kelompok ini adalah orang yang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya (Rakhmat, 2008:104). Seperti yang dibahas Mead, mengatakan setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi (Mulyana, 2012:11).

Orang tua mempunyai konsep dirinya saat berada di lingkungan masyarakat dan keluarga, apa yang mereka pikirkan tentang dirinya akan tercermin dari bagaimana mereka berbicara dan bagaimana cara mereka bersikap. Citra yang mereka buat mengenai diri sendiri dengan sendirinya tampil melalui cara-cara tersebut.Bagaimana mereka mengapresiasi diri sendiri dan tingkat penghargaan terhadap dirinya sendiri akan tercermin dari tingkah laku dan kepribadian yang mereka tunjukan kepada masyarakat. Orang tua yang selalu dikaitkan dengan sosok bijaksana dan image baik, memunculkan sebuah persepsi baru ketika terdapat bayak tato yang menyelimuti tubuhnya.

Peneliti tertarik mengkaji konsep diri orang tua bertato berdasarkan adanya para orang tua yang memiliki banyak tato di tubuhmya. Seseorang bisa mengekspresikan dirinya dimana tubuhnya sendiri dipakai sebagai media seni itu


(26)

8

sendiri, walaupun ada pendapat-pendapat yang menganggap bahwa pemilik tattoo seperti penjahat, pergaulan bebas, masa lalu yang kelam, dan masih banyak lagi.

Sehingga peneliti tertarik dalam melihat bagaimana konsep diri yang ada pada orang tua bertato di kota Bandung.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengambil rumusan masalah melalui pertanyaan makro dan mikro.

1.2.1. Rumusan masalah Makro

Bagaimana Konsep Diri Orang Tua Bertato Di Kota Bandung 1.2.2. Rumusan masalah Mikro

Berdasarkan pertanyaan makro diatas, maka peneliti dapat merusmuskan pertanyaan mikro sebagai berikut:

1. Bagaimana Penilaian Diri Orang Tua Bertato Di Kota Bandung memaknai dirinya sendiri (self)?

2. Bagaimana significant other memaknai Konsep Diri Orang Tua Bertato Di Kota Bandung?

3. Bagaimana reference group memaknai Konsep Diri Orang Tua Bertato Di Kota Bandung?


(27)

1.3. Maksud dan Tujuan penelitian

1.3.1. Maksud penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa “Bagaimana Konsep Diri Orang Tua Bertato Di Kota Bandung (Studi Deskriptif Konsep Diri Orang Tua Bertato)”

1.3.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Penilaian Diri Orang Tua Bertato Di Kota Bandung memaknai dirinya sendiri (self)

2. Untuk mengetahui significant other memaknai Konsep Diri Orang Tua Bertato Di Kota Bandung

3. Untuk mengetahui reference group memaknai Konsep Diri Orang Tua Bertato Di Kota Bandung

4. Bagaimana Konsep Diri Orang Tua Bertato Di Kota Bandung

1.4. Kegunaan penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna secara teoritis maupun praktis.


(28)

10

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Kegiatan penelitian ini diharapkam dapat menjadi sarana untuk pengembangan Ilmu Komunikasi khususnya komunikasi antarpersonal yaitu konsep diri.

1.4.2. Kegunaan praktis

1. Kegunaan bagi peneliti

Penelitian yang dilakukan berguna bagi peneliti yaitu sebagai aplikasi dari keilmuan yang selama dalam masa perkuliahan hanya diterima secara teori. Penelitian ini diharapkan dapat member pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti, khususnya dalam memahami kehidupan.

2. Kegunaan bagi universitas

Bagi universitas, khususnya program studi Ilmu Komunikasi, diharapkan hasil penelitian ini berguna sebagai literature bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian yang sama, serta diharapkan dapat berguna untuk seluruh mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan memberikan pengetahuan tentang konsep diri orang tua bertato.

3. Kegunaan bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru kepada masyarakat mengenai keberadaan orang tua bertato di sekitar


(29)

lingkungannya, khususnya mengenai konsep diri orang tua bertato di kota Bandung.


(30)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Studi Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang tengah peneliti lakukan sekarang ini dapat menjadi sumber referensi yang menunjang pengembangan penelitian. Untuk itu peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang disajikan dalam bentuk tabel, sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian Tahun Identitas

Penyusun Metode Yang Di gunakan Hasil Penelitian 1. Konsep Diri

Pengguna Tato Dikalangan Mahasiswa Kota Bandung Sebagai

Gaya Hidupnya.

2012 Hendra Yana (Universitas Komputer Indonesia) Kualitatif dengan metode penelitian deskriptif

1) Pandangan Pengguna Tato Dikalangan Mahasiswa Kota Bandung Sebagai Gaya

Hidupnya mereka memandang tato sebagai

suatu seni, cara mengekspresikan diri, sebagai jati diri, pembeda

antara diri mereka dan orang lain. 2) Perasaan

Pengguna Tato Dikalangan Mahasiswa Kota Bandung Sebagai Gaya Hidupnya mereka mempunyai kepuasaan tersendiri atas dirinya yang mempunyai tato


(31)

terlepas dari persepsi yang negatif dari

orang-orang sekitarnya. 3) Konsep Diri Pengguna

Tato Dikalangan Mahasiswa Kota Bandung Sebagai Gaya

Hidupnya pengaruh perilaku yang mereka kaitkan dengan tato lebih

kepada motivasi, mereka menilai tato bisa membuat lebih percaya

diri. 2. Konsep Diri

Pengguna Narkoba Di Komunitas Futsal Cimuncang Kota Bandung (Studi Fenomenologi Konsep Diri Pengguna Narkoba Di Komunitas Futsal Cimuncang Kota Bandung )

2012 Rengga Reksapati NIM. 41807839 (Skripsi) Program Studi Ilmu Komunikasi Bidang Kajian Humas Unikom Kualitatif Metode fenomenol ogi Hasil penelitian menunjukan bahwa Jumlah penyalahgunaan narkoba yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa mencapai 1.6 juta jiwa yang berarti hampir dari jumlah penyalahgunaan

narkoba yang ada di Indonesia yaitu 3,2 juta

jiwa..

3 Konsep Diri Seorang Indigo Di

Kota Bandung (Studi Fenomenologi

Konsep Diri Seorang Indigo Di

Kota Bandung)

2012 Christhy Simon NIM. 41807090 (Skripsi) Program Studi Ilmu Komunikasi Bidang Kajian Humas Unikom Kualitatif Metode fenomenol ogi Hasil penelitian menunjukan bahwa Dalam lingkungannya

dengan orang – orang yang non-Indigo, para Indigo selalu mengolah

emosi mereka secara berbeda dengan non-Indigo karena mereka memiliki harga diri yang tinggi dan integritas yang

kuat. Seorang Indigo memiliki determinasi bawaan yang kuat untuk

mengerjakan segala sesuatu untuk diri mereka

sendiri dan hanya menginginkan bimbingan


(32)

14

seorang Indigo lebih suka menyelesaikan persoalan untuk diri mereka sendiri.

Sumber : Catatan Peneliti 2014

2.1.2 Tinjauan Komunikasi

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam Bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.

Carl. I. Hovland mengemukakan bahwa :

“Communication is the process to modify the behavior of other individuals”. “Komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain”.(Effendy, 2007 : 10).

Akan tetapi, seseorang dapat mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif seperti yang diuraikan diatas.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi seringkali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell


(33)

dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut :

“Who says what in which channel to whom with what effect?”

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu :

- Komunikator - Pesan

- Media - Komunikan - Efek

Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Lasswell menghendaki agar komunikasi dijadikan objek studi ilmiah, bahwa setiap unsur diteliti secara khusus. Studi mengenai komunikator dinamakan control analysis; penelitian mengenai pers, radio, televisi film dan media lainnya disebut media analysis; penyelidikan mengenai pesan dinamakan content


(34)

16

analysis; audience analysis adalah studi khusus tentang komunikan; sedangkan effect analysis merupakan penelitian mengenai efek atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi. Demikian kelengkapan unsur komunikasi menurut Harold Lasswell yang mutlak harus ada dalam setiap prosesnya.

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, fungsi komunikasi yaitu :

- Perubahan sikap (attitude change) - Perubahan pendapat (opinion change) - Perubahan perilaku (behavior change)

- Perubahan sosial (social change) (Effendy, 2007 : 8)

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi menurut Riswandi dalam bukunya Ilmu Komunikasi, dijelaskan bahwa :

1. Fungsi komunikasi sosial

o Membangun konsep diri. Konsep diri ialah pandangan kita tentang siapa diri kita yang diperoleh dari informasi yang diberikan orang lain kepada kita.

o Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi menunjukkan bahwa dirinya eksis. Ketika kita berbicara


(35)

atau berkomunikasi dengan orang lain, baik verbal maupun nonverbal, ini menunjukkan bahwa diri kita eksis atau ada.

o Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan mencapai kebahagiaan. (Riswandi, 2009 : 13-16)

2. Fungsi komunikasi ekspresif

Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. (Riswandi, 2009 : 18)

3. Fungsi komunikasi ritual

Komunikasi ritual biasanya dilakukan secara kolektif. Seringkali komunikasi bersifat ekspresif, artinya menyatakan perasaan terdalam seseorang. Adakalanya pula bersifat mistik dan seringkali perilaku orang-orang dalam komunitas tersebut sulit dimengerti dan dipahami oleh orang-orang yang ada diluar komunitas.

Komunikasi ritual ini bisa jadi akan tetap ada sepanjang zaman, karena ia merupakan kebutuhan manusia, meskipun bentuknya berubah-ubah demi pemenuhan kebutuhan dirinya sebagai makhluk individu, makhluk sosial


(36)

18

dan salah satu bagian dari alam semesta. (Riswandi, 2009 : 19-21)

4. Fungsi komunikasi instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu:

o Menginformasikan. o Mengajar.

o Mendorong.

o Mengubah sikap, keyakinan dan perilaku. o Menggerakkan tindakan.

o Menghibur. (Riswandi, 2009 : 21)

2.1.2.4 Bentuk-Bentuk Komunikasi

Bentuk-bentuk komunikasi menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, diantaranya :

1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)

“Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik disadari atau tidak. Contohnya berpikir. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya, meskipun dalam disiplin ilmu komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata lain, komunikasi intrapribadi ini inheren dalam komunikasi dua orang, tiga orang dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan


(37)

orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri” (Mulyana, 2003 : 72)

2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) “Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi atar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi” (Mulyana, 2003 : 73)

3. Komunikasi Kelompok (Group Communication)

“Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecah masalah atau suatu komite yang tengah rapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian,


(38)

20

komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut” (Mulyana, 2003 : 74)

4. Komunikasi Publik (Public Communication)

“Komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak) yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau kuliah umum. Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. Komunikasi publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan atau membujuk” (Mulyana, 2003 : 74)

5. Komunikasi Organisasi (Organizational Communication)

“Komunikasi organisasi adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yaitu : komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal. Sedangka


(39)

komunikasi antarsejawat, juga termasuk gosip” (Mulyana, 2003 : 75)

6. Komunikasi Massa (Mass Communication)

“Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media baik cetak (suratkabar, majalah), maupun elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya berifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik)” (Mulyana, 2003 : 75)

2.1.3 Tinjauan Komunikasi Antarpribadi

2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi atau interpersonal communication merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Komunikasi antarpribadi berlangsung apabila komunikator menyampaikan informasi dengan menggunakan medium suara. Sementara Barnlund mendefinisikan bahwa komunikasi antarpribadi sebagai pertemuan antara dua orang atau lebih yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Trenholm dan Jensen


(40)

22

yang dikutip dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi mengatakan bahwa :

Komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka. Nama lain dari komunikasi ini adalah komunikasi diadik yang biasanya bersifat spontan dan informal. (Wiryanto,2004:33)

2.1.3.2 Ciri – Ciri Komunikasi Antarpribadi

Adapun ciri – ciri komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut :

1. Bersifat spontan

2. Tidak mempunyai struktur 3. Terjadi secara kebetulan

4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan 5. Identitas keanggotaannya tidak jelas

6. Dapat terjadi hanya sambil berlalu. (Wiryanto,2004:33)

Sedangkang Everett M. Rogers mengartikan bahwa komunikasi antarpribadi memiliki ciri – ciri sebagai berikut : 1. Arus pesan cenderung searah.

2. Konteks komunikasi dua arah. 3. Tingkat umpan balik terjadi tinggi.

4. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas keterpaan tinggi.

5. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relative lambat.


(41)

6. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap. (Wiryanto, 2004:36).

2.1.3.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi memiliki beberapa tujuan diantaranya :

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk mengenal diri sendiri dan orang lain. Komunikasi antarpribadi membantu kita untuk mengenal lebih jauh mengenai diri kita sendiri, yaitu sejauhmana kita membuka diri dengan orang lain. Selain itu, komunikasi antarpribadi juga membantu kita mengenal sikap, perilaku dan juga tingka laku orang lain.

2. Mengetahui dunia luar

Komunikasi antarpribadi membantu kita untuk mengenal lingkungan di sekitar baik berkaitan dengan objek maupun kejadian yang berada di sekitar. Dengan komunikasi antarpribadi kita mampu melakukan interasi dengan orang – orang yang berada di lingkungan kita. Sehingga dengan komunikasi antarpribadi kita bisa mengetahui keadaan di luar dunia.

3. Menciptakan dan memelihara hubugan menjadi bermakna

Manusia diciptakan sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial. Manusia sering melakukan interaksi dengan


(42)

24

manusia lainnya. Komunikasi antarpribadi mampu memelihara dan menciptakan hubungan dengan sesama. Selain itu, komunikasi antarpribadi mampu membantu mengurangi kesepian dan juga menciptakan suasana baru.

4. Mengubah sikap dan perilaku

Dalam komunikasi antarpribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Mealalui pesa yang persuasif maka kita bisa mempengaruhi orang lain.

5. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan. Melalui komunikasi antarpribadi kita bisa memperoleh hiburan. Karena komunikasi antarpribadi bisa memberikan suasana yang lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan dan sebagainya.

6. Membantu

Komunikasi antarpribadi bisa membantu seseorang untuk melepaskan kesedihan. Komunikasi antarpribadi yang sering dilakukan adalah dengan menasehati. (Sedjaja, 2004: 5-13)


(43)

2.1.3.4 Sifat Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi memiliki sifat yaitu sebagai berikut :

1. Komunikasi Diadik

Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka dan mencakup hubungan antar manusia yang paling erat. Beberapa yang termasuk komunikasi diadik adalah percakapan, dialog, dan wawancara.

2. Komunikasi kelompok kecil / triadic

Komunikasi kelompok kecil adal proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi. Selain itu, anggota- anggotaya terlibat dalam suatu pembicaraan yang terpotong -potong karena semua anggota berinteraksi dan berkomunikasi.

2.1.4 Tinjauan Psikologi Komunikasi

2.1.4.1 Definisi Psikologi Komunikasi

George A.Miller membuat definisi psikologi yang mencakup semuanya : Psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental and behavioral event. Dengan


(44)

26

demikian, psikologi komunikasi adalah imu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan persistiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah ”internal meditation of stimuli”, sebagai akibat berlangsungya komunikasi. (Rakhmat, 2008:9)

2.1.4.2 Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi

Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi Hovland, Janis, dan Kelly, semuanya psikolog, mendefinisikan komunikasi sebagai “the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience).”Dance mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha “menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal.”

Kamus psikologi,menyebutkan enam pengertian komunikasi:

1. Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.

2. Penyampaian atau penerimaan sinyal atau pesan oleh organisme.

3. Pesan yang disampaikan

4. (Teori Komunikasi) Proses yang dilakukan satu sistem yang lain melalui pengaturan sinyal-sinyal yang disampaikan.


(45)

5. (K.Lewin) Pengaruh suatu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan peribahan yang berkaitan pada wilayah lain. 6. Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.

(Rakhmat, 2008:4)

2.1.4.3 Penggunaan Psikologi Komunikasi

Tanda-tanda komunikasi efektif menimbulkan lima hal :

1. Pengertian : Penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator

2. Kesenangan : Komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan.

3. Mempengaruhi sikap : Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan menimbulkan efek pada komunikate. Persuasi didefiniksikan sebagai “proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.”

4. Hubungan sosial yang baik : manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan


(46)

28

orang lain secara positif. Abraham Maslow menyebutnya dengan ”kebutuhan akan cinta” atau ”belongingness”. William Schutz merinci kebuthan dalam tiga hal : kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengar orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), cinta serta rasa kasih sayang (affection).

5. Tindakan : Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dihendaki. Menimbukan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tidakan, kita harus berhasil lebih dulu menanamkan pengertian, membentuk dan menguhan sikap, atau menumbukan hubungan yang baik. (Rakhmat, 2008:13-15).

2.1.5 Tinjauan Mengenai Interaksi simbolik

Mead dianggap sebagai bapak interaksionisme simbolik, karena pemikirannya yang luar biasa. Dia mengatakan bahwa pikiran manusia mengartikan dan menafsirkan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang dialaminya, menerangkan asalmulanya dan meramalkannya. Bagi Mead tidak ada pikiran yang lepas bebas dari situasi sosial. Berpikir adalah hasil internalisasi proses interaksi dengan orang lain. Berlainan dengan reaksi binatang yang bersifat naluriah dan langsung, prilaku manusia diawali oleh


(47)

proses pengertian dan penafsiran. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengaturperilaku proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek, dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. (Mulyana, 2008:70)

Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik padacara manusia menggunakan simbol-simbol yang menginterpretasikan apa yangmereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan jugapengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi social. Penganut interaksionisme simbolik berpandangan, perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia disekeliling mereka. Secara ringkas, interaksi simbolik didasarkan premis-premis berikut: pertama, individu merespons suatu situasi simbolik. Mereka merespons lingkungan, termasuk objek fisik, (benda) dan objek social (perilaku manusia) berdasar kanmakna yang


(48)

30

dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Ketika mereka menghadapi suatu situasi, respons mereka tidak bersifat mekanis, tidak pula ditentukan oleh faktor-faktor eksternal, alih-alih respons mereka bergantung pada bagaimana mereka mendefinisikan situasi yang dihadapi dalam interaksi sosial. jadi, individulah yang dipandang aktif untuk menentukan lingkungan mereka sendiri. Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau peristiwa itu), namun juga gagasan yang abstrak. Akan tetapi nama atau symbol yang digunakan untuk menandai objek, tindakan, peristiwa atau gagasan itu bersifat arbitrer (sembarang). Artinya, apa saja dijadikan bisa simbol dan karena itutidak ada hubungan logis. Melalui penggunaan simbol itulah manusia dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang dunia. Ketiga, makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu , sejalan dengan peruban situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Manusia membayangkan atau merencanakan apa yang akan mereka lakukan. Dalam proses ini, individu mengantisipasi reaksi orang lain, mencari alternatif-alternatif ucapan atau tindakan yang akan ia


(49)

lakukan. Individu membayangkan bagaimana orang lain akan merespons ucapan atau tindakan mereka. (Mulyana, 2008:71-73)

Konsep tentang self atau diri merupakan inti dari teori interaksi simbolik. Mead menganggap konsep diri adalah suatu proses yang berasal dariinteraksi sosial individu dengan orang lain. (D. Mulyana, 2001:73). Konsep dirimemberikan motif yang penting untuk perilaku, Mead berpendapat bahwa manusia memiliki diri, mereka memiliki mekanisme untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri. Mekanisme ini digunakan untuk menuntun perilaku dan sikap. Konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu self concept; merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan-tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut. Pandangan Mead tentang diriterletak terletak pada konsep pengambilan peran orang lain (taking the role of the other). Konsep Mead tentang diri merupakan penjabaran diri sosial (social self) yang dikemukakan William James dan pengembangan dari teori Cooley tentang diri. Cooley mendefinisikan diri sebagai sesuatu yang dirujukdalam pembicaraan biasa melalui kata ganti orang pertama tunggal, yaituaku , daku (me), milikku (mine), dan diriku (myself). Ia mengatakan bahwa segala sesuatu yang dikaitkan dengan diri menciptakan emosi lebih kuat dari pada yang tidak dikaitkan dengan diri, bahwa diri dapat dikenal hanya melalui perasaan subjektif. (Mulyana, 2008:73-74) Bagi Mead dan pengikutnya,individu bersifat aktif, inovatif yang tidak saja tercipta secara


(50)

32

sosial, namun juga menciptakan masyarakat baru yang perilakunya tidak dapat diramalkan.

2.1.6 Tinjauan Mengenai Konsep Diri

2.1.6.1 Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain pada kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. Kita sadar bahwa kita manusia karena orang-orang di sekeliling kita menunjukan kepada kita lewat perilaku verbal dan nonverbal mereka bahwa kita manusia.

Konsep-diri kita yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang-orang dekat lainnya di sekitar kita, termasuk kerabat. Mereka itulah yang disebut dengan significant others. Orang tua kita, atau siapa pun yang memelihara kita pertama kalinya, mengatakan kepada kita lewat ucapan dan tindakan mereka bahwa kita baik, bodoh, cerdas, nakal, rajin, ganteng, cantik, dan sebagainya, merekalah yang mengajari kita kata-kata pertama. (Mulyana, 2012 :8-9)

Namun, dalam menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya individu tersebut


(51)

ada yang mempunyai konsep diri negatif dan konsep diri positif seperti yang diungkapkan oleh William D. Brooks dan Philip Emmert. (Rakhmat, 2003:105)

Adapun ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri negatif adalah:

1. Ia peka terhadap kritik, orang ini sangat tidak tahan terhadap kritik yang diterimanya, dan mudah marah. Bagi orang ini koreksi seringkali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam komunikasi, orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi atau logika yang keliru.

2. Orang yang memiliki konsep diri negatif responsif terhadap pujian.

3. Tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. 4. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain, ia merasa

tidak.(Rakhmat, 2008: 105)

5. Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.


(52)

34

Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu:

1. Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah. 2. Ia merasa setara dengan orang lain.

3. Ia menerima pujian tanpa rasa malu.

4. Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.

5. Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha untuk mengubahnya. (Rakhmat, 2008: 105)

2.1.6.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri

George Herbert Mead mengatakan setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi. (Mulyana, 2002:10) Akan tetapi konsep diri yang terbentuk sejak usia dini dipengaruhi oleh significant others dan kelompok rujukan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri yaitu :


(53)

1. Orang lain (significant others)

Konsep diri seseorang terbentuk dari bagaimana penilaian orang terhadap dirinya dan bagaimana ia memandang dirinya sendiri. Pandangan ini bisa dilakukan dengan mencoba menempatkan diri pada posisi orang lain. Konsep diri sangat dipengaruhi oleh orang – orang yang berada disekitar kita. Akan tetapi, tidak semua orang lain bisa mempengaruhi dan membentuk konsep diri seseorang. Ada orang-orang yang paling mempengaruhi terbentuknya konsep diri seseorang. Adapun orang-orang ini disebut significant others. Orang-orang ini akan mendorong dan mengiring kita tindakan kita, mempengaruhi perilaku, pikiran dan membentuk pikiran kita. Mereka menyentuh kita secara emosional. Menurut George H.Mead bahwa significant others ini adalah orang-orang yang penting dalam kehidupan kita. Mereka ini adalah orang tua, saudara-saudara dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Sedangkan Richard Dewey dan W.J Humber menamai orang – orang penting ini adalah affective others. Affective others ini adalah orang lain yang memiliki ikatan emosional dengan kita. Dari merekalah kita mendapat senyuman, pujian, penghargaan, semangat, motivasi dan lain sebagainya. Ketika kita beranjak dewasa, maka kita akan menghimpun segala bentuk penilaian yang diberikan orang lain terhadap kita.


(54)

36

Penilaian-penilaian tersebut akan mempengaruhi bagaimana kita berperilaku.

2. Kelompok rujukan (reference group)

Dalam kehidupan sehari – hari , setiap orang akan melakukan interaksi sosial baik dengan kelompok maupun dengan organisasi. Orang-orang yang berada dalam kolompok atau organisasi ini disebut kelompok rujukan (reference group) yaitu orang – orang yang ikut membantu mengarahkan dan menilai diri kita. Adapun kelompok rujukan ini adalah orang-orang yang berada disekitar lingkungan kita misalnya guru, teman-teman, masyarakat dan lain sebagainya. Dengan adanya kelompok rujukan ini, orang akan meniru perilaku yang ada dalam kelompok rujukan. Jadi, bisa dikatakan kelompok rujukan juga ikut mengarahkan perilaku dan juga tindakan kita.

2.1.7 Tinjauan Tentang Orang Tua

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian


(55)

keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu.1

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Kerangka Teoritis

Dalam buku Ilmu Komunikasi suatu pengantar, Konsep diri adalah pandangan kita mengenai diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat

11


(56)

38

informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkiin mempunyai kesadaran bahwa dirinya manusia. Kita sadar bahwa kita manusia karena orang-orang disekeliling kita menunjukan kepada kita lewat perilaku verbal dan nonverbal mereka bahwa kita manusia. (Mulyana, 2012 :8)

Faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri adalah significant others, Jalaluddin Rakhmat mengatakan, “significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan kita” (Rakhmat, 2007:103). Sedangkan reference group merupakan kelompok rujukan tempat seseorang berinteraksi. “orang mengarahkan prilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya” (Rakhmat, 2007:104).

Konsep diri bisa kita ketahui dari proses interaksi antara seseorang dengan orang lain. Pemaknaan simbol dan penggunaan simbol tersebut dalam berinteraksi menjadi kajian yang di amati dari sebuah fenomena, maka interaksi tersebut disebut interaksi simbolik. Deddy Mulyana dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif mendefinisikan interaksi simbolik, “suatu aktifitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni berkomunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna” (Mulyana, 2010:68). Interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial yang hakikatnya adalah timbal balik beberapa bidang kehidupan. Ada tiga ide


(57)

dasar interaksi simbolik. Pertama adalah mind (pikiran), George Herbert melukiskan mind, “cara bertindak manusia yang berlangsung di dalam diri individu” (Wulansari, 2009:196).

Kemampuan seorang individu untuk memaknai simbol-simbol yang tersebar di lingkungannya. Kedua adalah self, Dalam buku Sosioligi-Konsep dan teori mendefinisikan, “self merupakan hasil proses-proses interaksional yang bertahap-tahap” (Wulansari, 2009:197). Pada bagian ini menjelaskan kemampuan manusia dalam menggunakan simbol-simbol yang telah dimaknai dalam berinteraksi. Ketiga Society, hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan di konstruksikan individu di tengah masyarakat dan kesepakatan penggunaan simbol tersebut di kalangan masyarakat.

Dari pembahasan tersebut pembagian utama dari interaksi simbolik adalah diri dan masyarakat, maka pembahasan diri merupakan fokus dari pengamatannya. Bagaimana diri seseorang bisa terbentuk menjadi baik atau buruk, menyenangkan atau tidak, tegas atau santai. Itulah yang di sebut pembentukan konsep diri.

2.2.2 Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teoritis yang sudah dipaparkan diatas, maka tergambar beberapa konsep yang akan dijadikan sebagai acauan peneliti dalam mengaplikasikan penelitian ini. Untuk mengungkapkan Konsep Diri


(58)

40

Orang Tua Bertato Di Kota Bandung dapat digambarkan dalam suatu kerangka pemikiran sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Peneliti, 2014

Pada penelitian ini peneliti mencoba melihat masalah sosial yang terjadi di dalam lingkungan sekitar dengan menggunakan metode deskriptif. Dimana peneliti ingin melihat bagaimana konsep diri orang tua bertato di Kota Bandung.

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang dikeluarkan orang lain, demikian pula perilaku orang lain tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, kita mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan orang lain, kita menangkap pikiran, perasaan orang lain tersebut. Interaksi di antara beberapa pihak tersebut akan tetap berjalan

TATO

SELF

SIGNIFICANT OTHER REFERENCE

GROUP

KONSEP DIRI ORANG TUA

BERTATO KONSEP DIRI INTERAKSI SIMBOLIK


(59)

lancar tanpa gangguan apa pun manakala simbol yang dikeluarkan oleh masing-masing pihak dimaknakan bersama sehingga semua pihak mampu mengartikannya dengan baik.

Konsep diri seseorang terbentuk dari bagaimana penilaian orang terhadap dirinya dan bagaimana ia memandang dirinya sendiri. Pandangan ini bisa dilakukan dengan mencoba menempatkan diri pada posisi orang lain.

Seni tato yang telah berkembang dimasyarakat menyebabkan timbulnya berbagai persepsi atau penilaian masyarakat terhadap tato, peneliti ingin mengetaui bagaimana orang tua bertato ini memaknai dirinya sendiri sebagai orang tua bertato. Seperti apa mereka memandang dan menilai dirinya sendiri berdasarkan informasi yang diberikan orang lain baik significant others atau reference group.

Kemudian bagaimana significant others yaitu pihak keluarga menilai dan memaknai konsep diri orang tua bertato tersebut. Keluarga dapat terdiri dari orang tua, kakak dan adik, keluarga adalah orang-orang yang paling memahami konsep diri seseorang seperti apa. disamping significant others ada juga reference group, reference group terdiri dari sahabat, teman, dan masyarakat. Bagaimana dan seperti apa reference group ini memaknai tentang orang tua bertato sehingga terbentuk konsep diri orang tua bertato di kota Bandung.


(60)

42

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Sejarah dan Perkembangan Tato

Layaknya kebutuhan sandang, pangan dan papan, identitas merupakan bagian dari kebutuhan yang tak dapat dielakkan. Tato menjadi kebudayaan yang menyebar ke seluruh dunia karena tato menjadi wahana identitas, berupa tanda pada tubuh, yang dibutuhkan sebagai eksistensi oleh setiap manusia di berbagai belahan bumi. Sejarah mengenai tato ini dipaparkan secara cukup terperinci oleh Hatib Abdul kadir Olong dalam bukunya yang berjudul “Tato”.

Di Amerika, banyak suku Indian yang mempunyai tradisi menato bagian wajah dan beberapa anggota tubuh. Teknik yang digunakan biasanya dengan tusukan-tusukan yang sederhana. Beberapa suku di California memperkenalkan warna pada bagian yang dilukai. Banyak juga suku di daerak arktik dan Subarktik, yang ditempati orang-orang Eskimo, melakukan penatoan dengan tulang binatang yang diperuncing sebagai jarum dan jelaga sebagai tinta.

Orang Polynesia, mengembangkan tato untuk menandakan komunitas tribal, keluarga, dan status. Mereka membawa seni mereka ke New Zealand dan mengembangkan tato dibagian muka yang disebut “moko”, masih ada yang mempraktikannya sampai sekarang. Suku Maori di New Zealand membuat tato dengan ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat. Menurut mereka, ini adalah tanda


(61)

mengalami perubahan design dari semula garis yang berbentuk lurus menjadi melengkung. Hal ini mengindikasikan terdapat perubahan pada peralatan tato dari penggunaan pahat yang semula bermata lebar menjadi pahat yang bermata sempit dan tajam.

Pada abad 300-900 SM, tato dan berbagai perhiasan tubuh (body adornment) lainnya berkembang pesat pada suku Maya, Inca dan Aztec. Perhiasan tubuh ini pada umumnya berfungsi sebagai ritual. Bayi di suku Maya akan dicetak keningnya jetika ia lahir, kemudian akan dilanjutkan pada bagian batang hidung dan kepala bagian belakang. Pada masyarakat Berber dan Samoa tato berfungsi sebagai alat medis dalam mengatasi pegal linu dan encok.

Selain itu, tato sebagai alat medis (medical tattoo) juga dapat ditemui pada masyarakat Mesir dan Afrika Selatan. Suku Nuer di Sudan menggunakan tato untuk menandai ritus inisiasi pada anak laki-laki. Pada perempuan masyarakat suku bangsa Kirdi dan Lobi, Afrika Tengah, terdapat tato berukuran kecil di bagian wajah, tepatnya di mulut membentuk design segitiga yang disebut wobaade. Tato ini bertujuan menghindarkan diri dari gangguan setan. Penatoan pada bibir atas bertujuan untuk menghindarkan diri dari perdagangan budak.

Pada suku Nubian di Sudan dan beberapa Negara disekitarnya, tato tidak hanya berfungsi sebagai dekorasi tubuh, tetapi juga bentuk dari vaksinasi kulit.


(62)

44

Masyarakat disana mempercayai bahwa dengan melukai beberapa kulit merupakan sistem imun dalam mengurangi resiko infeksi selama masa mengandung dan melahirkan.

Tekni penatoan dalam bentuk sikartis (scanfication san cicatrifision) juga terdapat pada suku Bantu di wilayak Kongo. Teknik ini dengan cara menusuk kulit pada bagian titik (spot) yang telah ditentukan hingga meninggalkan bekas luka yang menonjol pada permukaan kulit dan membentuk desain tertentu.

Di Cina, tepatnya pada suku Drung dan Dai, perajahan tubuh khususnya tangan dan wajah merupakan hal yang biasa. Tato digunakan sebagai pelambang dewasa pada perempuan yang memasuku usia 12-13 tahun, dan juga digunakan sebagai alat pelindung diri ketika mereka hendak ditangkap dan dijadikan budak. Hal ini, karena perempuan yang menjadi budak beresiko menjadi korban perkosaan. Drung merupakan suku minoritas pada dinasti Ming. Suku ini diperkirakan ada pada abad 17. Disana perempuan yang lebih tua berkewajiban merajah perempuan yang lebih muda. Tekniknya menggunakan sebilah bambu yang dicelupkan ke cairan hitam dan dilukiskan kepada wajah hingga terbentuk goresan jajaran genjang, terletak diantara alis mata dan mulut.

Suku Dai kuno percaya bahwa warna hitam dapat menghindarkan mereka dari serangan berbagai macam serangan mahluk asing, sehingga mereka menempatkan warna tersebut sebagai rajah. Rajah pada laki-laki dianggap sebagai simbol


(63)

dilakukan di bagian lengan, punggung tangan, dengan desain bunga persegi delapan, dan untuk kecantikan ditempatkan pada alis mata.

Dengan rajah ini memudahkan mereka mengenali identitas rekan sesuku, meskipun mereka memakai pakaian adat sebagai identitas. Sementara itu, kaum Budha yang menempati kaum Shaolin menggunakan gentong tembaga yang telah dipanaskan untuk mencetak gambarnaga pada kulit tubuh, yang melakukan adalah yang dianggap telah memenuhi syarat yang mendapatkan simbol tersebut.

Pada masyarakat Indocina seperti Thailand, Kamboja dan Burma, tato mempunyai kemiripan pola desain layaknya pemahatan dan penyisiran pada tubuh. Desain rata-rata berbentuk titik-titikyang membentuk garis memanjang berpola sejajar, spiral, dan vertical, berwarna mokromatik, yakni gambar naga, burung dan singa. Mereka meyakini mampu menambahkan keelokan tubuh mereka dan memiliki kemampuan luar biasa.

Pola tato itu terdapat juga di Eropa Kuno. Kini dijumpai di masyarakat Indian di Amerika Utara. Secara historis, tato telah menjadi sebuah seni merajah tubuh yang umum di kawasan Asia Tenggara pada kurun zaman niaga, sekitar 1450-1680 M.

Praktik penatoan mulai menyusut setelah berbagai agama masuk, seperti Islam dan Kristen khususnya abad 17. Pada suku Dhani tato layaknya sebuah totem. Di India menghias tubuh menggunakan heena yang terdapat dari tumbuhan semak


(64)

46

yang bersifat temporer (sementara) dan dilakukan sampai sekarang dalam upacara keagamaan. Heena meninggalkan warna oren-merah yang akan hilang dalam beberapa minggu.

Di Burma tato identik dengan nilain-nilai religiusitas dan spiritualitas (jimat) yang dianut. Misalnya pada bangsa minoritas Karens yang melawan penindasan rezim militer Burma. Setelah merajah, bangsa Karens seakan tak terkalahkan dan tidak takut menghadapi kematian. Tato sebagai jimat juga tumbuh di kalangan pasukan Khmer Merah di Kamboja. Di Filipina tato ada pada tiga suku bangsa yakni Igirots, Kalingan dan Ifugao.

Di kepulauan Solomon, tato ditandai di wajah perempuan sebagai tanda tahapan baru pada kehidupan mereka. Di Indian tato dilukiskan untuk kecantikan dan status sosial tertentu. Hingga abad 20 tato bergambar segitiga berwarna pink digunakan oleh komunitas gay di Amerika. Pada masyarat Gypsi, tato digunakan sebagai pelindung dari setan dan sihir jahat.

Pada umumnya, tato tradisional menggunakan alat pahat dan tulang gading yang dipertajam ujungnya. Ketika dilakukan penatoan, tatois memegang alat pahat pada satu tangan, sedangkan tangan satunya memegang martil pemukul. Desain tato tradisional rata-rata berbentuk garis dan titik hitam yang terajah dalam bentuk tubuh recipient.


(65)

motivasi dalam stimulus tato tradisional ke dalam empat tema besar yang kemudian dikutip oleh Olong dan menjelaskannya sebagai berikut:

1. Tato bertujuan sebagai fungsi kamuflase selama masa pemburuan. Dalam perkambangannya, tato digambarkan sebagai prestasi dan hasil berburu binatang, kemudian berlanjut kepada manusia sebagai objek pemburuan. Dari sinilah kemudian tato mengalami perubahan imej sebagai hasil dari pemenggalan kepala manusi. Tipekalitas tato ini ada pada masyarajat Dayak, Kayan dan Iban.

2. Tato merupakan perintah religius masyarakat yang diyakinkan dengan iming-iming surga atau dikatakan perintah Dewa/Tuhan.

3. Tato sebagai inisiasi dalam masa-masa krisi dan fase kehidupan dari anak-anak ke remaja, dari gadis ke perempuan dewasa, perempuan dewasa ke ibu.

4. Tato sebagai jimat mujarab, simbol kusuburan dan kekuatan dalam melawan berbagai penyakit, kecelakaan, bencana alam, dan gangguan setan. (Olong, 2006: 96)

Kebudayaan tradisional merubah tubuh pada dasarnya mempunyai kemiripan tujuan, yakni membuat ketertarikan pada lawan jenis, ekspresi diri, penangkal dari kejahatan, menunjukan status sosial, hingga menunjukan kesetiaan pada komunitas


(66)

48

tertentu. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki stimulus, dorongan yang sama meski cuaca, iklim, bahkan kebudayaan dan religi yang berbeda.

Charles Darwin (1809-1882) pernah mengungkapkan bahwa there is no nation on earth that does not know this phenomenon. Melalui kajian budaya material (dalam bahasa arkeologi), eksistensi tato dapat dicermati pada jasad manusi yang terkubur atau jasad yang telah dimumikan. Dalam sejarah tato pada awalnya dapat ditemukan di Mesir pada pembangunan The Great Pyramids. Eksistensi tato dapat dikatakan pertama kali muncul di Mesir kemudian menyebar ke seluruh dunia. Ketika dinasti ketiga dan keempat Gizeh berkuasa, saat piramida besar sedang dibangun sekitar 2800-2600 SM,

Saat itu orang-orang mesir memperluas kerajaan mereka sehingga seni tato ikut menyebar. Berkisar pada 4000-2000 SM, peradaban Kreta, Yunani, Persia dan Arabia mengambil dan memperluas bentuk seni tersebut. Dari hubungan tersebutlah diperkirakan tato mulai diperkenalkan dan muncul di daerah tersebut. Menjelang abad 2000 SM, seni tato mengembang hingga Asia Selatan, khususnya di daerah Yang Tze Kiang. Masyarakat Ainu, yang diperkirakan imigran dari Asia Barat, juga telah mengadopsi tato karena ketika mereka menyebrang laut menuju Jepang, tato secara luas digunakan oleh mereka.

Seorang arkeolog, Professor Konrad Spindler dari Innsbruck University, mengatakan bahwa peletakan tato tersebut mengandung unsur-unsur pengobatan


(67)

diatas Paleolithicum (10.000 SM hingga 38.000 SM.), sebagaimana ditemukan pada beberapa situs di Eropa. Alat tato tersebut berbentuk piringan tanah liat yang berwarna merah tua kekuningan, ditambah tulang tajam yang berbentuk jarum dan dimasukkan ke dalam lubang pada bagian ujung piringan. Piringan tersebut berfungsi menampung cairan pewarna, dan tulang jarum digunakan sebagai penusuk kulit. Tanah liat dan batu merupakan alat utama untuk mengukir dan melukis bagian tubuh.

Menjelang tahun 1000 SM, keberadaan tato semakin menunjukan taringnya. Hal ini kemungkinan karena adanya difusi kebudayaan akibat migrasi penduduk. Difusi tato menyebar ke Timur dan laut Pasifik.

Pasca datangnya agama Kristen, tato menjadi larangan di sepanjang dataran Eropa, namun tato tetap hidup di kawasan Timur Tengah dan negara lainnya. Pada tahun 787 M. Paus Adrian I melarang adanya penggunaan tato larangan tersebut berkembang pesat hingga penyerbuan Norman pada tahun 1066. Akibatnya tak ada penggunaan tato pada kebudayaan barat dari abad 12 sampai abad 16.

Ketika Perang Salib, banyak serdadu Protestan menato tubuhnya dengan simbol keagamaan, contohnya salib. Hal ini bertujuan jika mereka gugur dalam pertempuran, jenasahnya agar mudah dikenali sehingga agar dikebumikan sesuai agama yang diyakininya.


(68)

50

Larangan tato juga diberlakukan oleh Kaisar Konstatin yang beragama Kristen. Ia memandang bahwa tato merusak tubuh yang dikaruniakan oleh tuhan. Timbulnya larangan tersebut juga dihubungkan dengan banyaknya serdadu Romawi yang tertarik melihat berbagai gambar pada tubuh masyarakat yang mereka taklukan.

Satu hal yang perlu dicatat dan diperhatikan adalah kebanyakan para pelaut yang berlayar menuju berbagai penjuru duian akan mengalami bias cultural ketika mereka menemui berbagai fenomena yang baru. Mereka menemukan hal baru cenderung sebagai hal yang aneh, ganjil, menakutkan, dan identik dengan perbuatan setan. Hal ini karena mereka membandingkan dengan kebudayaan yang ada pada tanah mereka. Keheranan dan kekaguman merupakan cikal bakal darilahirnya ilmu-ilmu antropologi yang memang pada awalnya dikembangkan oleh para petualang dan pelaut.

Tato orang-orang Polynesia di Pasifik Selatan telah eksis sebelum kedatangan orang-orang eropa. Tato pada masyarakat tersebut merupakan salah satu tato tertua dan terindah di dunia. Pada masyarakat Polynesia tato dianggap sebagai parameter kecantikan. Selain itu, Marcopolo dalam perjalanannya melaporkan bahwa ia menemukan banyak orang Asia, yakni laki-laki Yunan di Cina Selatan, merajah tubuh mereka di bagian lengan dan kaki. Tato itu dianggap sebagai lambang kejantanan.


(69)

pelayarannya pernah bertemu dengan seorang perempuan Eskimo yang mempunyai tato di bagian dagu dan kening.

Wiliam Dampher (1652-1715) adalah salah satu orang yang pertama kali memperkenalkan tato di daerah barat di amerupakan pelaut dan wisatawan yang mengadakan perjalana ke laut selatan. Pada tanggal 16 September 1691 ia membawa seorang bertato dari Polynesia yang bernama Prince Giolo.

Pada tahun 1760 Raja George III dari Inggris memberi sebuah restu dan rekomendasi untuk sebuah ekspedisi ke daerah pasifik yang tak dikenal. Dalam pelayaran tersebut terdapat dua orang seniman bernama Sydney Parkinson dan Alexander Buchan, yang bertugas menggambar daerah-daerah yang dikunjungi. Selama perjalanan, Sydney Parkinson menggambar orang pribumi yang bertato.

Dalam kertas kerjanya yang dipublikasikan tahun 1773, ia menggambar sangat detail sesuatu hal yang berkaitan dengan tato mulai instrumen, diagram, maupun motif.

Di daerah Laos dan Birma hampir seluruh tubuh masyarakat mereka mempunyai tato. Semakin besar gambar tersebut semakin anggun. Masyarakat Birma menggunakan tato dengan bahan berujung lancip yang terbuat dari kuningan. Hal ini menyerupai tato yang digunakan pada masyarakat Tunisia, orang Ainu di Jepang, dan orang Igbo di Nigeria.


(1)

menerima karena bagaimanapun juga itu adalah keluarga sendiri sehingga bisa menerima pada akhirnya, ada yang merasa malu juga karena mempunyai orang tua bertato. Umumnya keluarga memang tidak sejutu dan protes jika mereka memutuskan untuk mentato tubuhnya, tetapi ada pula yang mengerti dan sudah terbiasa dengan tato, dan keluarga pun pada akhirnya tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.

Reference Group memaknai Orang Tua Bertato Di Kota Bandung

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang akan melakukan interaksi sosial baik dengan kelompok maupun dengan organisasi. Orang-orang yang berada dalam kolompok atau organisasi ini disebut kelompok rujukan (reference group) yaitu orang – orang yang ikut membantu mengarahkan dan menilai diri kita. Adapun kelompok rujukan ini adalah orang-orang yang berada disekitar lingkungan kita misalnya guru, teman-teman, masyarakat dan lain sebagainya. Dengan adanya kelompok rujukan ini, orang akan meniru perilaku yang ada dalam kelompok rujukan. Jadi, bisa dikatakan kelompok rujukan juga ikut mengarahkan perilaku dan juga tindakan kita.


(2)

masyarakat masih menilai aneh saat melihat ada orang tua yang mempunyai tato karena faktor usia yang sudah tidak lagi muda sehingga tidak pantas.


(3)

BAB IV

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dari bab sebelumnnya, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Orang tua bertato memaknai dirinya sebagai orang tua yang macho dan gagah dengan tato yang ada oada tubuhnya. Mereka menjalani hari-hari dan menjadi orang tua bagi anak-anak sama dengan orang tua pada umumnya, hanya perbedaan pada jalan hidup dengan memilih bertato dan kesukaan mereka pada seni tato itu sediri mereka memandang tato sebagai sebuah seni dan identitas diri, dengan keindahannya tersendiri. Sebelum mentato tubuhnya perlu ada pertimbangan yang matang dan kesiapan mental karena tato yang akan terus ada, dengan mentato tubuhnya harus siap bertanggung jawab dengan segala resiko dan perkataan tidak mengenakan karena masih banyak tanggapan bahwa tato itu menunjukan sesuatu yang negatif seperti tato yang biasa digunakan oleh kriminal, sehingga jika sudah dipikirkan secara matang akan merasa puas dengan hasil tato tersebut


(4)

dan merasa malu karena merasa mempunyai orang tua yang berbeda dengan orang tua lainya karena tato yang ada pada tubuhnya, namun seiring berjalannya waktu significant other dari masing-masing orang tua bertato bisa menerima tato yang ada pada tubuh mereka bahkan menjadi menyukainya setelah mulai menganal tato karena tato yang mulai bisa di terima di masyarakat, bagaimanapun juga dengan bertato di keluarga mereka tetap menjadi orang tua. Significant other tidak merasa ada perbedaan antara orang tua bertato dengan orang tua pada umumnya karena tato hanya sebuah gambar bukan sesuatu yang menjadikan orang tua bertato menjadi orang lain bagi keluarganya 3. Reference Group orang tua bertato memaknai orang tua bertato sebagai

hak seseorang, karena kesukaan seseorang terhadap seni tato dan menjadikan tato sebagai salah satu bagian dari hidupnya, ketika seseorang akan mentato tubuhnya pasti sudah terpikirkan dengan matang dengan segala resiko yang nanti akan di hadapi pasca pentatoan, sehingga reference group memandang tato tersebut sebagai salah satu jalan hidup yang sudah dipilih, orang tua bertato tetap menjadi ayah dan ibu bagi anak-anaknya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku

Bungin, Burhan.2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta, Raja Grafindo. Bungin, Burhan, H.M. 2008. Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya). Jakarta : Kencana.

Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2003, Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

---. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

---. 2012. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Olong, Hatib Abdul Kadir. 2006. Tato. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara. Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi . Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

---. 2008. Psikologi Komunikasi: Edisi Revisi (Cetakan keduapuluh enam). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Graha ilmu.


(6)

Karya Ilmiah : Skripsi

Hendra Yana. Konsep Diri Pengguna Tato Dikalangan Mahasiswa Kota Bandung Sebagai Gaya Hidupnya. Tahun 2012.

Konsep Diri Pengguna Narkoba Di Komunitas Futsal Cimuncang Kota Bandung (Studi Fenomenologi Konsep Diri Pengguna Narkoba Di Komunitas Futsal Cimuncang Kota Bandung ). Tahun 2012.

Sumber Internet

http://kompasiana.com/Budaya-Pop-The-Art-of-Self-Injury.html Senin 03/03/2014 pukul 20:54

http:// WartaNews.com/lifestyle/ingin-tubuh-bertato-baca-dulu-tips-ini.html Senin 03/03/2014 pukul 21:24

http://MedhyHidayat.com/Tubuh-Bertato-Budaya-Populer-dan-Identitas-Anak-Muda.html Senin 03/03/2014 pukul 20:55

http://shvoong.com/Ilmu Sosial/Pengertian-Orang-Tua.html Sabtu 08/03/2014 pukul 11:34

https://archive.org/details/PublicLectureScreeningBookletMentawaiTattooRevival minggu 09/04/2014 pukul 21:22