Peningkatan Kualitas Guru Kompetensi-kompetensi Guru

tunjangan pensiun, memiliki asuransi. 3. Kebutuhan akan rasa memiliki- dimiliki dan akan kasih sayang Social needs, love needs, belonging needs, affection needs selanjutnya Maslow berpendapat bahwa “akan mendambakan hubungan penuh kasih sayang terhadap orang lain pada umumnya, khususnya kebutuhan rasa memiliki tempat ditengah kelompoknya, dan ia akan berusaha keras mencapai tujuan yang satu ini”. Contoh kebutuhan ini antara lain membina keluarga, bersahabat, bergaul, bercinta, menikah dan mempunyai anak, bekerja sama dan menjadi anggota organisasi. Untuk memenuhi kebutuhan ini, manusia biasanya berdoa dan berusaha memenuhinya. 4. Kebutuhan akan penghargaan Esteem needs, egoistic needs Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan, yaitu: harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompensasi, penguasaan, kecukupan prestasi, ketidakbergantungan dan kebebasan. Adapun penghargaaan dari orang lain meliputi: prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan. 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri Self actualization needs Kebutuhan ini muncul sesudah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan. Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan ini berarti kebutuhan akan realisasi diri atau pemenuhan kepuasan atau ingin berprestise. Contoh kebutuhan ini antara lain: mengoptimalkan potensi dirinya secara kreatif dan inovatif, melakukan pekerjaan yang kreatif dan ingin pekerjaan yang menantang. A. Dale Timpe 1986: 25-28 juga menjelaskan ada beberapa cara memotivasi pegawai, yaitu: 1. Penerimaan pegawai Pencarian dan penerimaan pegawai sangat penting dalam membangun dan memelihara tenaga kerja yang produktif. Perusahaan harus memperlakukan pegawai dengan adil, menyediakan penggajian dan mengembangkan suasana kerja yang positif. 2. Pelatihan Program-program pelatihan yang membantu para pekerja beradaptasi dengan perubahan yang terus terjadi akan meningkatkan kemampuan organisasi untuk terus berfungsi secara efektif. 3. Tata usaha gaji dan upah Tujuan utama program gaji dan upah yang efektif adalah lebih untuk menarik dan menahan jenis pegawai yang mampu yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan produktivitas perusahaan. Pegawai dimotivasi oleh kepuasan yang mereka dapat dari melaksanakan pekerjaan mereka, dan dari peningkatan performa serta keterampilan. 4. Komunikasi Komunikasi yang efektif antara manajer dan pegawai sangat penting untuk motivasi pegawai.Sikap manajer, umpan balik dan mampu mendengarkan sangat diperlukan untuk komunikasi yang baik. Menurut Habirson dan Myers 1964 dalam buku Inovasi Pendidikan Sudarwan Danim, 2002: 123, ada empat jalur pengembangan SDM, yaitu: 1. Jalur pendidikan formal menurut jenjang dan jenisnya. 2. Jalur pelatihan dalam jabatan pelatihan informal yang dilembagakan. 3. Jalur pengembangan diri self development untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan kapasitas kerja yang lebih besar. 4. Melalui peningkatan mutu kesehatan populasi, seperti program layanan medis, layanan kesehatan publik, perbaikan nutrisi dan sebagainya. Selain itu pengembangan profesionalitas guru dapat dilakukan melalui program pre-service education seperti lembaga pengadaan tenaga kependidikan, in-service education pendidikan lanjutan, dan in-service training, seperti: penataran, ada tiga macam penataran, yaitu: Suhertian, 1994: 68-70. Pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan diklat maupun bukan diklat, antara lain sebagai berikut Sudarwan Danim, 2010: 30-33. Wujud nyata pemerintah dalam usaha meningkatkan kualitas guru salah satunya dengan sertifikasi guru. Tujuan utama dalam mengikuti sertifikasi bukan untuk mendapatkan tunjangan profesi melainkan untuk menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam kompetensi guru. Berdasarkan hal tersebut, sertifikasi akan membawa dampak positif bagi peningkatan kualitas guru Suyanto dan Asep Djihad, 2012: 41. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan field research, yang bersifat deskriptif kualitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diperlukan yang dapat diamati yang dilakukan dalam kehidupan yang nyata dan sebenarnya Moleong, 2007: 4. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenalogis Moleong, 1993: 9. Yaitu menggambarkan data dengan apa adanya. Sedangkan metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu 1 metode wawancara, metode wawancara dalam penelitian ini dipakai penulis untuk mengambil informasi dan data yang berhubungan dengan fungsi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta, yaitu langkah-langkahupaya apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta. Wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah, waka kurikulum dan guru. 2 Metode observasi, Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang letak geografis, struktur organisasi, sarana dan prasarana, serta kondisi umum yang ada di SMA Al- Islam 3 Surakarta. 3 metode dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan data-data dokumentasi tentang sejarah berdirinya, visi, misi sekolah, prestasi sekolah dan hal-hal yang berkaitan dengan fungsi kepala sekolah Dalam menganalisis hasil penelitian ini, digunakan analisis deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan verifikasi Milles dan Hiberman, 1992: 16. Informan dalam penelitian ini yakni Kepala sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum, guru tetap yayasan, dan guru PNS. HASIL PENELITIAN A. Fungsi Kepala Sekolah 1. Educator Fungsi kepala sekolah sebagai educator di SMA ini yaitu: mampu menciptakan suasana sekolah yang kondusif, rasa kekeluargaan yang terjalin antara warga sekolah baik kepala sekolah, guru, staff, karyawan dan siswasiswi, sehingga warga sekolah merasa nyaman dalam lingkungan sekolah tersebut. Kepala sekolah selalu berusaha menjaga keharmonisan hubungan dengan memberi nasehat dan bimbingan untuk staff, guru, karyawan dan siswasiswa apabila mendapati suatu masalah serta menganjurkan untuk menggunakan metode active learning dalam proses pembelajaran agar siswa menjadi tidak bosan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyasa 2009: 98-121, bahwa salah satu dari fungsi kepala sekolah yaitu sebagai educatorpendidik harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, mampu menciptakan suasana atau iklim yang kondusif bagi warga di sekolah dan memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. 2. Motivator Mulyasa 2009: 98-121 telah menjelaskan dalam teorinya tentang fungsi kepala sekolah sebagai motivator yaitu berfungsi memberikan motivasi kepada seluruh tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas masing- masing. Motivasi bertujuan untuk meningkatkan semangat kerja, dispilin kerja yang tinggi sehingga setiap pekerjaan dan tugasnya akan terselesaikan dengan baik. Hal yang demikian itu telah dilaksanakan oleh kepala sekolah di SMA Al-Islam 3 Surakarta. Bahwa kepala sekolah memberikan motivasi kepada staff, guru dan karyawan untuk mengerahkan potensi dan kemampuan yang dimiliki setiap individu. Selain itu kepala sekolah di SMA ini berusaha memberi arahan dalam setiap pekerjaan dan membuat lingkungan kerja agar terasa nyaman serta selalu berdisiplin dalam bekerja agar memperoleh hasil pekerjaan yang maksimal. 3. Manager Kepala sekolah berusaha mendayagunakan sumber daya yang ada di sekolah dengan memberikan arahan kepada staff, guru dan tenaga kependidikan. Selain itu, kepala sekolah membuat perencanaan melalui program- program sekolah yang akan dilaksanakan dan melakukan supervisi terhadap setiap kegiatan yang telah dilakukan. Seperti halnya yang dijelaskan oleh teorinya Mulyasa 2009: 98-121 dan teori dari Husaini Usman 2010: 278- 279, tentang fungsi kepala sekolah sebagai manager di sekolah. Manajerial kepala sekolah digunakan untuk membuat perencanaan sampai dengan evaluasi program-program sekolah. Hal tersebut mempermudah kepala sekolah dalam mengawasi setiap kegiatan yang diadakan di sekolah. 4. Leader Kepala sekolah di SMA ini telah mampu membuka komunikasi dua arah atau mampu berkomunikasi dengan baik serta mampu mengambil keputusan secara tepat. Adapun pengambilan keputusan terkadang melalui musyawarah tetapi terkadang juga dari kepala sekolah sendiri. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari teori Wahjosumidjo dalam Mulyasa, 2003: 115, bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Komunikasi yang terjalin dengan baik akan dapat memberikan contoh yang baik bagi tenaga kependidikan lain dan dapat berpengaruh pada hubungan kerja yang harmonis antara kepala sekolah dengan seluruh warga di sekolah. 5. Inovator Inovasi yang telah dilakukan di SMA ini, diantaranya bagaimana guru dapat menciptakan iklim mengajar yang menyenangkan, maka dari itu saya berupaya melakukan perbaikan- perbaikan di segala bidang dengan mengadakan seminar yang di isi oleh pakar-pakar dalam bidangnya. Hal tersebut sudah hampir sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyasa 2009: 98-121 dan teori dari Husaini Usman 2010: 278-279, tentang fungsi kepala sekolah sebagai inovatorwirausaha. Inovasi-inovasi baru dan maju yaang dilakukan secara terus- menerus oleh kepala sekolah akan berdampak positif bagi perkembangan sekolah ke depannya. Sekolah yang baik akan lebih diminati warga. 6. Supervisor Menurut Mulyasa 2009: 98- 121 dan Husaini Usman 2010: 278-279, kepala sekolah mempunyai fungsi sebagai supervisor. Terkait dengan fungsi ini kepala sekolah di SMA ini telah melakukan supervisi semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan agar ke depannya bisa lebih baik. Dan setiap program kerja tiap bidang yang di rencanakan serta telah dilaksanakanoleh guru dan tenaga kependidikan juga di supervisi oleh kepala sekolah beserta yayasan. Supervisi berguna untuk perbaikan program-program kerja yang akan datang dan akan mempermudah dalam pelaksanaannya. 7. Administrator Kepala sekolah di SMA ini dibantu oleh bagian tata usaha dan wakilnya melakukan pencatatan kersipan dengan baik serta menatanya dan memilah milah data arsip dengan rapi agar mempermudah setiap kegiatan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa 2009: 98-121, tentang fungsi kepala sekolah sebagai administrator, yang berhubungan erat dengan kegiatan pencataanpengarsipan setiap program sekolah. Mulai dari program yang diadakan oleh kurikulum, peserta didik, keuangan, personalia, dan sarana prasarana sekolah.

B. Kompetensi Guru

Secara kuantitas guru-guru di SMA ini berjumlah 27 guru dan sudah dapat mencukupi kebutuhan akan guru, sedangkan dari segi kualifikasi pendidikan guru yang ada di SMA Al- Islam 3 Surakarta dapat diketahui bahwa tugas mengajar guru sudah disesuaikan dengan ijazah masing- masing atau kualifikasi pendidikan guru tersebut. 1. Kompetensi personal dan kinerja guru Guru di SMA ini memiliki kinerja yang cukup baik serta secara personal guru di sini bisa menjadi contoh dan teladan bagi peserta didik di SMA Al-Islam 3 Surakarta. Pribadinya ramah dan baik. Karena pribadi guru yang baik dapat mempengaruhi terhadap perilaku keseharian guru tersebut, maka apabila pribadi guru sudah baik akan menghasilkan dampak positif bagi pekerjaannya dan lingkungan sekitar akan merasa nyaman. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kunandar 2010: 51 bahwa standar kompetensi guru salah satunya yaitu memiliki kompetensi kepribadian. Kepribadian yang baik akan dapat memberikan contoh yang baik bagi personel lain di sekolah. Mengenai kinerja guru di SMA ini sudah dapat dikatakan cukup baik, setiap guru menampilkan yang terbaik dalam pekerjaannya dan telah melakukannya dengan usaha yang maksimal. Hal ini sependapat dengan Usman Husaini, 2009: 497, menyatakan bahwa kinerja guru merupakan prestasi yang dapat ditunjukkan oleh guru dalam pelaksanaan tugas-tugas yang diembankan kepadanya berdasarkan kecakapan, pengalaman dan kesungguhan. 2. Kompetensi pedagogik Sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas, guru dianjurkan untuk mempersiapkan segala sesuatu sebelum mengajar seperti: program tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, melaksanakan pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode active learning. Kaitannya dengan fasilitas di SMA ini sudah ada sebagian yang difasilitasi tetapi ada juga yang masih belum terfasilitasi dengan baik. Hal tersebut menjelaskan bahwa guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta telah memiliki standar kompetensi pedagogik yang dikemukakan oleh Kunandar 2010: 51. Tetapi masih perlu disempurnakan mengenai fasilitas yang belum disediakan untuk menunjang akademik peserta didik. 3. Kompetensi profesional Kunandar 2010: 51 dalam teorinya tentang kompetensi profesional menjelaskan bahwa guru selain memiliki beberapa kompetensi di atas, untuk menjadi guru berkualitas juga harus memiliki kompetensi profesional. Terkait dengan profesionalisme yang harus dimiliki setiap guru di sini sudah disesuaikan antara ijazah yang dimiliki tiap guru dengan mata pelajaran yang harus diampu. Sehingga setiap guru telah menguasai materi berdasarkan latar belakang pendidikan masing- masing, karena penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam akan mempermudah dalam melaksanakan bimbingan belajar kepada peserta didik. 4. Kompetensi sosial Hubungan yang terjalin antara kepala sekolah dan guru sangat baik, dan dekat. Menggunakan asas kekeluargaan dan tidak ada istilah bawahan di sini. Hal tersebut menjelaskan bahwa guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta sudah memiliki standar kompetensi sosial yang dikemukakan oleh Kunandar dalam kompetensi guru 2010: 51, yang menjelaskan bahwa dampak dari hubungan yang baik akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran di sekolah. Kepala sekolah yang dapat menjalin kerja sama dan sosial yang baik akan dapat mempermudah dalam setiap pelaksanaan tugasnya.

C. Usaha Peningkatan Kualitas Guru di

SMA Al-Islam 3 Surakarta Kepala sekolah sebagai manajer sekolah mempunyai tugas dalam memberdayakan guru dan tenaga kependidikan lainnya agar benar-benar berkualitas. Upayacara yang dilakukan kepala sekolah untuk dapat meningkatkan kualitas guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Menjaga dan meningkatkan kedisiplinan dimulai dari individu kepala sekolah, guru serta pegawai. Ada teguran dan hukuman bagi yang melanggar aturan kedisiplinan dan ada apresiasi bagi yang tepat waktu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa 2007 bahwa upaya untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan diantaranya melalui pembinaan disiplin tenaga kependidikan. Disiplin kerja yang baik dapat mempermudah penyelesaian pekerjaan dan tugas tepat waktu serta dapat menimbulkan rasa hormat terhadap orang lain. 2. Kepala sekolah di SMA Al-Islam 3 Surakarta menganjurkan serta mendorong untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar, workshop, penataran, diklat, pembinaan karier serta pernah juga mengadakan seminar dan diklat sendiri. Ada beberapa bukti sertifikat seminar, workshop dan foto dokumentasi terlampir. Hal ini sependapat juga dengan Habirson dan Myers 1964 dalam buku Inovasi Pendidikan Sudarwan Danim, 2002: 123 tentang pengembangan sumber daya manusia melalui jalur pelatihan dalam jabatan pelatihan informal yang dilembagakan. Suhertian 1994 tentang usaha pengembangan profesionalitas guru melalui pelatihan, loka karya dan penataran, pendapat dari A. Dale Timpe 1986 mengenai pengembangan SDM melaui pelatihan, dan pendapat dari Sudarwan Danim 2010 tentang pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan diklat maupun bukan diklat serta pendapat dari Balit bang Diknas dalam Suyanto dan Asep Djihad, 2012 tentang peningkatan kualitas guru melalui revitalisasi pelatihan untuk meningkatkan kinerja guru. Mengikuti pelatihan-pelatihan akan dapat membantu bagi guru untuk beradaptasi dengan perubahan- perubahan yang terjadi serta dapat meningkatkan pengalaman dan wawasan akan sesuatu yang baru. 3. Mengikuti perkumpulan MGMP. Hal ini sependapat juga dengan Habirson dan Myers dalam Sudarwan Danim, 2002: 123 tentang jalur pengembangan SDM yaitu melalui pengembangan diri untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan kapasitas kerja yang lebih besar. Dan Sudarwan Danim 2010 tentang pendidikan dan pelatihan seperti: in-house training yang dilakukan secara internal di kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan serta pembinaan internal sekolah tersebut. 4. Kepala sekolah memberi kebebasan dan mendorong secara moral untuk mengikuti pendidikan lanjut. Hal ini sependapat juga dengan Habirson dan Myers dalam Sudarwan Danim, 2002: 123 tentang jalur pengembangan SDM yaitu melalui pendidikan formal menurut jenjang dan jenisnya dan pendapat Sudarwan Danim, 2010 mengenai pendidikan lanjut, kemudian pendapat dari Suhertian 1994 tentang in-service education pendidikan lanjutan, serta pendapat lain dari Balit bang Diknas dalam Suyanto dan Asep Djihad, 2012, tentang usaha peningkatan kualitas guru melalui dorongan para guru untuk bersikap kritis dan selalu berusaha meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan. 5. Kepala sekolah merekomendasikan tiap guru untuk mengikuti program sertifikasi untuk menunjang kualitas diri dan kinerjanya. Bahkan di SMA Al-Islam 3 Surakarta telah banyak guru baik PNS ataupun GTY yang sudah mengikuti program sertifikasi guru. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suyanto dan Asep Djihad, 2012 dalam usaha peningkatan kualitas guru melalui salah satunya program sertifikasi. Sertifikasi yang dilakukan bertujuan untuk menunjukkan bahwa guru telah memiliki kompetensi yang dipersyaratkan oleh guru agar berkualitas. 6. Pemberian motivasi kepada guru untuk selalu berusaha selalu semangat dan meningkatkan kualitas kerja demi tujuan bersama. Hal tersebut sesuai dengan pendapat