Landasan Teoritis Hukum mengatur dan menguasai kehidupan didalam berbangsa dan

17 1.6.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapakan dapat dijadikan bahan kajian atau bahan penelitian lebih lanjut serta sebagai tambahan pengetahuan mengenai pelaku usaha toko modern jenis minimarket. 1.6.2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dan dasar pelaksanaan pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol golongan A bagi pengecer, agar mengetahui hak dan kewajiban pemasok maupun pengecer berdasarkan ketentuan – ketentuan dan asas – asas yang berlaku terhadap pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol golongan A.

1.7. Landasan Teoritis Hukum mengatur dan menguasai kehidupan didalam berbangsa dan

bernegara. Ilmu hukum mempunyai hakikat interdisipliner. Hakikat ini kita ketahui dari digunakannya berbagai disiplin ilmu pengetahuan untuk membantu menerangkan berbagai aspek yang berhubungan dengan kehadiran hukum di masyarakat. 6 Adanya landasan teoritis sangat diperlukan dalam suatu penulisan karya ilmiah yang bertujuan untuk membantu penelitian dalam menentukan tujuan dan arah penelitian, memilih konsep yang tepat dalam pokok permasalahan yang dikaji. Untuk dapat menjual minuman beralkohol, pelaku usaha wajib memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol yang selanjutnya disingkat disingkat SIUP-MB adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha 6 Satjipto Raharjo, 2012, Ilmu Hukum, Cet.7, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 7. 18 perdagangan khusus minuman beralkohol. Pelaku usaha yang memperdagangkan minuman beralkohol golongan A wajib memiliki SIUP-MB, dan apabila sekaligus sebagai pengecer juga wajib memiliki Surat Keterangan Penjual Langsung Minuman Beralkohol golongan A yang selanjutnya disebut SKPL-A. Bahwa minimarket sebagai pengecer minuman beralkohol golongan A wajib memiliki kedua izin tersebut. Menurut ahli hukum Belanda N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, 7 izin merupakan suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang – undang atau peraturan pemerintah untuk keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundang – undangan, pengertian izin dalam arti sempit. Berdasarkan pendapat ini, izin tidak dapat melakukan usaha kecuali diizinkan. Jadi, kegiatan terhadap suatu objek tertentu pada dasarnya dilarang. Seseorang atau badan hukum dapat melakukan usaha atau kegiatan atas objek tersebut jika mendapat dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang mengikatkan perannya dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang atau pihak yang bersangkutan. Menurut Prajudi Atmosudirdjo, 8 izin atau vergunning adalah suatu penetapan yang merupakan dispensasi pada suatu larangan oleh undang – undang. Selanjutnya larangan tersebut diikuti dengan perincian syarat – syarat, kriteria, dan sebagainya yang perlu dipenuhi oleh pemohon untuk mendapat izin, disertai dengan penetapan prosedur dan petunjuk pelaksanaan kepada pejabat – pejabat administrasi negara yang bersangkutan. Ketentuan tentang perizinan mempunyai fungsi, yaitu sebagai 7 Philipus M. Hadjon, 1993, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Surabaya, h.2-3. 8 Ibid. 19 penertib dan sebagai pengatur. Penertib maksudnya agar usaha atau kegiatan tidak bertentangan satu sama lain, sehingga ketertiban dapat terwujud. Adrian Sutedi menyatakan, sebagai pengatur dimaksudkan agar usaha atau kegiatan yang dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukkan. 9 Perizinan adalah intsrumen yang manfaatnya ditentukan oleh tujuan dan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah. Jika perizinan hanya dimaksudkan sebagai sumber pendapatan, akan memberikan dapat negatif atau disinsentif bagi pembangunan. Secara teoretis, perizinan memiliki beberapa fungsi; 10 Pertama, sebagai instrumen rekayasa pembangunan. Pemerintah dapat membuat regulasi dan keputusan yang memberikan insentif bagi pertumbuhan sosial ekonomi. Kedua, fungsi keuangan atau budgetering, yaitu menjadi sumber pendapatan bagi negara. Pemberian izin dilakukan dengan kontraprestasi berupa retribusi perizinan. Ketiga, fungsi pengaturan atau reguleren, yaitu menjadi instrumen pengaturan tindakan dan perilaku masyarakat. Adanya penghapusan bagi toko modern jenis minimarket sebagai pengecer jenis barang minuman beralkohol golongan A, dapat menimbulkan kerugian bagi pelaku usaha minimarket yang tidak memiliki perjanjian distribusi terhadap pengembalian barang yang tidak dapat diperjual belikan. Bagi pelaku usaha toko modern jenis minimarket untuk menjadi pengecer dapat ditunjuk langsung oleh distributor atau pemasok hanya dengan menandatangani pakta integritas penjualan minuman beralkohol golongan A, tanpa membuat perjanjian yang memberikan perlindungan hukum bagi kedua belah pihak. Pakta integritas penjualan minuman beralkohol golongan A tersebut merupakan kebijakan dari pemerintah, yang 9 Adrian Sutedi, 2010, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta, h. 193. 10 Ibid. h.198. 20 formatnya sudah diatur melalui lampiran Permendag mengatur tentang sanksi yang akan diberikan kepada pengecer apabila melanggar ketentuan di dalam melakukan penjualan minuman beralkohol golongan A. Pakta integritas tidak mengatur mengenai hak yang bagi pelaku usaha minimarket, hanya kewajiban yang harus dijalankan dalam melakukan penjualan minuman beralkohol golongan A. Jadi, sangat jelas bahwa Pakta integritas bukan perikatan atau perjanjian yang dibuat oleh distributor sebagai pemasok dan pelaku usaha minimarket sebagai penjual eceran minuman beralkohol golongan A. Dalam teori hukum, perjanjian dengan perikatan adalah dua hal yang berbeda, meskipun keduanya memiliki ciri yang hampir sama. Perbedaannya tersebut sebagai berikut: 11 1. Perjanjian a. menimbulkan perikatan atau melahirkan perikatan b. perjanjian lebih konkret daripada perikatan, artinya perjanjian itu dapat dilihat dan didengar c. pada umumnya perjanjian merupakan hubungan hukum bersegi dua, artinya akibat hukum dikehendaki oleh kedua belah pihak. Hal ini bermakna bahwa hak dan kewajiban dapat dipaksakan. Pihak – pihak berjumlah lebih dari atau sama dengan 2 sehingga bukan pernyataan sepihak, dan merupakan perbuatan hukum. sedangkan, 2. Perikatan 11 R.Subekti, 1987, Hukum Perjanjian, Cet.XI, Intermasa, Jakarta, h. 3. 21 a. perikatan adalah isi perjanjian b. perikatan merupakan pengertian yang abstrak c. bersegi satu, hal ini berarti belum tentu menimbulkan akibat hukum karena hak salah satu pihak tidak dapat dituntut, tidak dapat dipaksa pemenuhannya dan merupakan perbuatan hukum biasa. Dalam mengkaji lebih lanjut mengenai fakta integritas dengan menggolongkannya sebagai perjanjian sepihak dalam tulisan ini, bahwa terdapat beberapa asas – asas yang penting dalam hukum perjanjian yaitu: 12 a. Asas kebebasan berkontrak Setiap orang bebas mengadakan perjanjian apa saja, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur dalam undang – undang. Akan tetapi, kebebasan tersebut dibatsai oleh tiga hal, yaitu tidak dilarang undang – undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan. b. Asas pelengkap Asas ini mempunyai arti bahwa ketentuan undang – undang boleh tidak diikuti apabila pihak – pihak menghendaki dan membuat ketentuan sendiri yang menyimpang dari ketentuan undang – undang. Asas ini hanya mengenai rumusan hak dan kewajiban para pihak. c. Asas konsensual Asas ini mempunyai arti bahwa perjanjian itu terjadi sejak saat tercapai kata sepakat konsensus antara pihak – pihak mengenai pokok perjanjian. Sejak saat itu perjanjian mengikat dan mempunyai akibat hukum. d. Asas obligatoir Asas ini mempunyai arti bahwa perjanjian yang dibuat oleh pihak – pihak itu baru dalam taraf menimbulkan hak dan kewajiban saja, belum mengalihkan hak milik. Hak milik baru beralih apabila dilakukan dengan perjanjian yang bersifat kebendaan zakelijke overeenkomst, yaitu melalui penyerahan levering. Dengan pengertian perusahaan yang tercantum pada Permendag Nomor 20 M- DAG PER 4 2014, bahwa perusahaan adalah setiap bentuk usaha perseorangan 12 Abdulkadir Muhammad I, op.cit, h. 295. 22 atau badan usaha yang dimiliki oleh warga negara Indonesia dan berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang melakukan kegiatan usaha perdagangan minuman beralkohol, dalam penelitian ini penulis menggunakan teori – teori badan hukum untuk mengetahui hakikat badan hukum yang mempunyai hak – hak dan kewajiban – kewajiban. Menurut Titik Triwulan Tutik, teori – teori badan hukum sebagai berikut: 13 • Teori Fictie Menurut teori ini badan hukum itu semata – semata buatan negara saja. Hanyalah fictie yakni sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, tetapi orang menghidupkannya dalam bayangan sebagai subjek hukum yang dapat melakukan perbuatan hukum seperti orang. • Teori Harta Kekayaan Bertujuan doel vermogenstheorie Menurut teori ini hanya manusia saja yang dapat menjadi subjek hukum. Namun teori ini, ada kekayaan vermogen yang bukan merupakan kekayaan seseorang, tetapi kekayaan itu terikat pada tujuan tertentu. • Teori Organ Organnen Theory dari Otto’van Gierke Badan hukum menurut teori ini bukan abstrak fiksi dan bukan kekayaan hak yang tidak bersubjek. Tetapi badan hukum adalah suatu organisme yang riil, yang menjelma sungguh – sungguh dalam pergaulan hukum, yang dapat membentuk kemauan sendiri dengan perantaraan alat – alat yang ada padanya. • Teori Pemilikan Bersama Propriete Collectief Theory Propriete Collectief Theory disebut juga Gezammenlijke Eigendoms Theori. Menurut teori ini hak dan kewajiban badan hukum pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban orang – orang didalam badan tersebut secara bersama – sama. Kekayaan badan hukum adalah kepunyaan bersama – sama anggotanya. • Teori Kenyataan Yuridis Juridische Realiteitsleer Theorie Teori ini menyatakan bahwa badan hukum itu merupakan suatu realiteit, konkret, riil, walaupun tidak bisa diraba, bukan khayal, tetapi merupakan kenyataan yuridis. Teori ini mengutamakan bahwa hendaknya dalam mempersamakan badan hukum dengan manusia terbatas sampai pada bidang hukum saja. 13 Titik Triwulan Tutik, 2006, Pengantar Hukum Perdata Di Indonesia, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, h. 45. 23

1.8. Metode Penelitian