PERATURAN PRESIDEN NOMOR 66 TAHUN 2017 P (1)

PERATURAN PRESIDEN NOMOR 66
TAHUN 2017 (PERPRES NO. 66/2017)
SEBAGAI KEBIJAKAN KOORDINASI
DALAM PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN

0

Pendahuluan
Koordinasi saat ini menjadi kata kunci dalam seluruh lini pembangunan.
Dewasa ini tantangan utama yang dihadapi oleh instansi pemerintah
adalah minimnya komunikasi antar lembaga yang mengakibatkan
terhambatnya program strategis pemerintah. Selain itu, dinamika serta
permasalahan

yang

dihadapi

kementerian/lembaga

pemerintah


sangatlah beragam, salah satunya adalah masih seringnya tumpang
tindih kewenangan dan masih lemahnya relasi antar lembaga negara.
Untuk menjawab tantangan tersebut, komunikasi antar lembaga perlu
lebih dioptimalkan untuk menyamakan persepsi terkait visi dan misi
pembangunan yang tertuang dalam program Nawacita.
Pembangunan

kepemudaan

yang

diwujudkan

melalui

pelayanan

kepemudaan merupakan ujung tombak bagi pembangunan nasional
mengingat pentingnya kualitas sumber daya manusia bagi masa depan

bangsa. Pembangunan kepemudaan memegang peran strategis dalam
pembangunan ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi,
politik serta wawasan kebangsaan, dan etika bangsa. Oleh karenanya,
hampir seluruh Kementerian yang ada dalam pemerintahan saat ini
turut memiliki program-program bagi pembangunan kepemudaan.
Koordinasi
amanat

dalam

dari

pembangunan

Undang

Undang

kepemudaan
Nomor


40

selain

Tahun

merupakan

2009

tentang

Kepemudaan (UU No. 40/2009), juga menjadi hal yang penting untuk
dilakukan mengingat kompleksitas masalah kepemudaan.

Adapun

Arah Kebijakan Nasional Bidang Kepemudaan seperti yang tercantum
dalam Buku I RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Memperluas kesempatan memperoleh pendidikan dan ketrampilan;.
2. Meningkatkan peran serta pemuda dalam pembangunan sosial,
politik, ekonomi, budaya dan agama.
3. Meningkatkan potensi pemuda dalam kewirausahaan, kepeloporan,
dan kepemimpinan dalam pembangunan.

1

4. Melindungi segenap generasi muda dari bahaya penyalahgunaan
napza, minuman keras, penyebaran penyakit HIV/AIDS, dan penyakit
menular seksual di kalangan pemuda.
Melihat pentingnya pembangunan kepemudaan serta arah kebijakan
nasional bidang kepemudaan seperti di atas, Peraturan Presiden Nomor
66

Tahun

2017

penyelenggaraan


ditetapkan

dengan

pembangunan

pertimbangan

kepemudaan

dalam bentuk Koordinasi Lintas

perlu

bahwa

dilaksanakan

Sektor Pelayanan Kepemudaan.


Koordinasi Strategis Lintas Sektor Pelayanan Kepemudaan bertujuan
untuk

meningkatkan

program,

kegiatan,

efektivitas,
dan

kajian

Kepemudaan.

2

sinkronisasi,


dan

penyelenggaraan

harmonisasi
pelayanan

Analisa Situasi Kepemudaan
Di Indonesia, Jumlah pemuda diproyeksikan terus meningkat dari
waktu-ke waktu dengan proporsi yang terus meningkat.

Potensi ini

harus dimanfaatkan dengan intervensi yang tepat, apalagi mengingat
Indonesia sedang memasuki Bonus Demografi yang bermata dua, yaitu
bisa sebagai peluang maupun ancaman.

Sebagai peluang apabila


dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan menjadi ancaman bila jumlah
pemuda yang besar tidak termanfaatkan dengan maksimal.

Gambar 1. Piramida Penduduk Indonesia, 1971-2035
Menurut BPS, pada tahun 2015 pemuda yang masih bersekolah
persentasenya sebesar 23,34 persen. Sementara itu, pemuda yang
tidak bersekolah lagi sebesar 75,51 persen dan sebesar 1,14 persen
pemuda sama sekali tidak pernah bersekolah. Persentase pemuda di
perdesaan yang tidak pernah sekolah (1,90 persen) lebih besar
dibanding pemuda di perkotaan (0,47 persen).
Tingkat

Partisipasi

Pendidikan

Pemuda

di


Hal ini menunjukkan
desa

masih

rendah.

Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pemuda di setiap

3

provinsi tidak mencapai 75 persen.

Artinya pemuda yang terlibat

dalam kegiatan ekonomi di tiap provinsi tidak mencapai 75 persen.
Dilihat dari permasalahan sosial yang dihadapi oleh pemuda, beberapa
persoalan penting yang dianggap krusial adalah penyalahgunaan
narkoba dan zat adiktif lainnya, tawuran, pornografi, kriminalitas,
premanisme, dan HIV/AIDS.

Data BPS pada tahun 2016 menunjukkan, 27,32 persen pengguna
narkoba

di

Indonesia

berasal

dari

kalangan

pelajar

dan

mahasiswa. Rata-rata pecandu narkoba adalah pelajar dan generasi
muda, persentasenya sekitar 75 persen dari total pecandu yang
mencapai 4,5 juta jiwa di seluruh Indonesia. Sementara itu data

Kementerian Kesehatan menyebutkan dari Januari sampai Maret 2016
jumlah kasus infeksi HIV yang dilaporkan sejumlah 7.146 orang.
Kelompok usia 20-24 tahun yang terinfeksi mencapai 16,6 persen.

4

Koordinasi Pelayanan Kepemudaan
Koordinasi dibutuhkan untuk memberikan layanan yang lebih baik
kepada konstituen.

Koordinasi merupakan suatu proses rangkaian

kegiatan yang bertujuan untuk menyelaraskan tiap langkah dan
kegiatan dalam organisasi agar tercapai gerak yang tepat dalam
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Selain sebagai
suatu proses, koordinasi itu dapat juga diartikan sebagai suatu
pengaturan

yang

tertib

dari

kumpulan/gabungan

usaha

untuk

menciptakan kesatuan tindakan.
Lingkup koordinasi lintas sektor pelayanan kepemudaan seperti yang
tercantum dalam Perpres No. 66/2017 meliputi:
 Pogram sinergis antarsektor dalam hal penyadaran, pemberdayaan,
serta

pengembangan

kepemimpinan,

kewirausahaan,

dan

kepeloporan pemuda;
 Kajian dan penelitian bersama tentang persoalan pemuda; dan
 Kegiatan mengatasi dekadensi moral, pengangguran, kemiskinan,
dan kekerasan, serta narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
Beberapa Kementerian dan Lembaga yang memiliki program-program
kepemudaan antara lain:














Kementerian Agama;
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
Kementerian Ketenagakerjaan;
Kementerianan Kesehatan;
Kementerianan Sosial;
Kementerianan Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi;
Kementerianan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
Kementerianan Kelautan dan Perikanan;
Kementerianan Pariwisata;
Kementerianan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
Kementerianan Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; dan
Kementerianan Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
5




Badan Narkotika Nasional
Perpustakaan Nasional

Dalam melaksanakan Koordinasi Strategis Lintas Sektor Pelayanan
Kepemudaan sebagaimana Pemerintah Pusat melakukan strategi
sebagai berikut:
a. meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi program dan
kegiatan pelayanan Kepemudaan antar kementerian/lembaga;
b. meningkatkan

koordinasi

pelaksanaan

program

dan

kegiatan

pelayanan Kepemudaan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah;
c. mengidentifikasi

peran

masing-masing

pihak

dalam

penyelenggaraan pelayanan Kepemudaan; dan
d. membangun

komunikasi

dan

kemitraan

antar

kementerian/lembaga.
Untuk mendukung pelaksanaan Koordinasi Strategis Lintas Sektor
Pelayanan Kepemudaan Pemerintah Pusat menyusun Rencana Aksi
Nasional Pelayanan Kepemudaan dan Pemerintah Daerah menyusun
Rencana Aksi Daerah Pelayanan Kepemudaan dengan mengacu pada
Rencana Aksi Nasional.
Sedangkan guna mendukung kelancaran pelaksanaan Koordinasi
Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Pelayanan Kepemudaan,
dibentuk

Tim

Koordinasi,

kelompok

kerja

dan

sekretariat

yang

dilakukan baik pada tingkat nasional maupun tingkat daerah, seperti
terlihat pada gambar di bawah.
Hubungan kerja Tim Koordinasi bersifat koordinatif dan konsultatif
dalam rangka sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi kebijakan dan
program

masing-masing

kementerian/

lembaga

dalam

penyelenggaraan pelayanan Kepemudaan. Sedangkan hubungan kerja
Tim Koordinasi, Tim Koordinasi tingkat provinsi, dan Tim Koordinasi

6

tingkat kabupaten/kota bersifat koordinatif dan konsultatif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7

*Ex-officio unit kerja
kemitraan
kepemudaan
*SEKRETARIAT:
dukungan teknis &
admin
Tugas Pengarah:
• memberikan arahan dan
pembinaan kepada
pelaksana;
• melakukan evaluasi kinerja
terhadap pelaksana

Tugas Pelaksana:

Pemerintah
pusat
Masyarakat
Akademisi
Praktisi
Dunia usaha

• Mengoordinasikan kebijakan, program,
kegiatan
• Mengoordinasikan perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
• Melakukan sinergi melalui
sinkronisasi, harmonisasi dan integrasi
• Menetapkan langkah strategis
menghadapi hambatan
• Melapor kepada pengarah

8

PRESIDEN
TIM
KOORDINASI
PENGARA
H
Ketua:
Wakil
Presiden
Wakil
Ketua:
Menko
PMK

PELAKSAN
A
Sekretaris
:
Sesmenpo
ra

Ketua:
Menpora
Pokja

Sekretaris
: Menpora

Pokja

Anggota:
Menteri
KL

Pokja

Pokja
Gambar 2. Bagan Tim Koordinasi Tingkat
Nasional

9

Anggota:
Pejabat Eselon
I/Pimpinan
Tinggi Madya
pd KL/non-KL
terkait

Rencana Tindak Lanjut
Sejak ditetapkannya Perpres No. 66/2017 telah dilakukan beberapa
kali workshop dan diskusi baik internal Kementerian Pemuda dan
Olahraga maupun antar Kementerian dan Lembaga.
Kementerian/Lembaga
kepemudaan

sangat

yang

memiliki

mendukung

Pada intinya

program-program

diterbitkannya

Perpres

ini.

Kementerian/Lembaga terkait juga diminta untuk mengisi Form
Konfirmasi Kegiatan Kepemudaan yang berisi tentang program dan
kegiatan yang dilakukan selama satu tahun ke depan. Tujuannya
agar dapat dilakukan sinkronisasi dan koordinasi sehingga progamprogram kepemudaan dapat berjalan efektif dan efisien.
Dari berbagai gagasan yang disampaikan selama workshop dan
diskusi bersama Kementerian/Lembaga terkait, dapat dirumuskan
sejumlah rekomendasi sebagai berikut:
1. Kementerian/Lembaga sepakat untuk menyerahkan dokumen
terkait koordinasi lintas sektor pelayanan kepemudaan kepada
sekretariat Kemenpora. Dokumen dimaksud antara lain:
a) Surat Keputusan Menteri setiap K/L tentang Penunjukan
Pejabat yang bergabung dalam Tim Pelaksana Koordinasi
Strategis Lintas Sektor Pelayanan Kepemudaan.
b) Surat Keputusan Menteri setiap K/L tentang Penunjukan
Pejabat yang bergabung dalam Kelompok kerja (Pokja)
Koordinasi Strategis Lintas Sektor Pelayanan Kepemudaan.
c) Daftar Program/Kegiatan Kepemudaan beserta anggaran
setiap K/L tahun 2018.
2. Terkait dengan penugasan pejabat sebagai Pelaksana dan Pokja
di setiap K/L, pejabat yang bersangkutan berfungsi sebagai
koordinator

dan

program/kegiatan

penggerak
kepemudaan

masing-masing.
10

percepatan
di

lingkungan

koordinasi
instansinya

3. Penerapan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pelayanan Kepemudaan
pada tahun 2018 dilaksanakan dengan beberapa langkah
sebagai berikut:
a) Melakukan kompilasi program/kegiatan untuk mengetahui
sumber daya pelayanan kepemudaan.
b) Melakukan uji coba monitoring dan evaluasi kinerja koordinasi
lintas sektor dengan menggunakan perspektif balance score
card.
c) Merumuskan isu strategis kepemudaan untuk merancang
program/kegiatan dalam rangka penerapan RAN Pelayanan
Kepemudaan tahun 2019 yang lebih sinergis.
4. Pada
tahun
2018
diupayakan
terlaksana

minimal

1

program/kegiatan percontohan (pilot project) yang melibatkan
lintas K/L sebagai wujud komitmen implementasi koordinasi
strategis lintas sektor pelayanan kepemudaan.

========================================

11

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI EKS KARESIDENAN BESUKI TAHUN 2004-2012

13 284 6

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

ANALISIS PROSES PENYUSUNAN PLAN OF ACTION (POA) PADA TINGKAT PUSKESMAS DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2007

6 120 23

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN OLEH OKNUM POLISI DALAM PUTUSAN NOMOR 136/PID.B/2012/PN.MR (PUTUSAN NOMOR 136/PID.B/2012/PN.MR)

3 64 17

ERBANDINGAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS DAN TABEL SITEPU PADA PASIEN USIA 8-10 TAHUN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONSIA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS JEMBER

2 124 18

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

INTENSI ORANG TUA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAHKAN ANAK PEREMPUAN DI BAWAH USIA 20 TAHUN DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

10 104 107

82725 maths specimen paper 1 2014 2017

0 6 16

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 34 50

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58