Tinjauan Yuridis terhadap Larangan Perizinan Penjualan Minuman Beralkohol di Minimarket Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Atmosudirjo S. Prajudi, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1994

Basah Sjachran, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi, Makalah pada penataran hukum administrasi dan lingkungan di fakultas hukum Unair, Surabaya, 1995

E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, Jakarta : Ichtiar, 1957 Effendi Luffi, Pokok Pokok Hukum Adminstrasi, Jawa Timur : Bayumedia

Publishing, 2004

Hadjon Philippus M., Pengantar Hukum Administrasi, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2001

--- , Pengantar Hukum perizinan, (Surabaya : Yuridika, 1993), HR Ridwan , Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta : UII Press Indonesia,

2002

--- , Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Rajawali Pers, 2011 I. Nyoman Sumaryadi, Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah,

Jakarta : Citra Utama , 2005

Joeniarto, Selayang Pandang Tentang Sumber-Sumber Hukum Tatanegara Di Indonesia, Yogyakarta : Liberty, 1974

Koentjoro, Diana Halim, Hukum Administrasi Negara, Bogor : Ghalia Indonesia, 2004


(2)

M. Makhfudz, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013 Masters, S.B. (2002), Alkohol. Dalam Katzung, B. (2002), Farmakologi Dasar

dan Klinik (edisi 4), Jakarta (buku asli diterbitkan pada tahun 1995) Muchsan, Beberapa Catatan Tentang Hukum Adminstrasi Negara Di Indonesia,

Yogyakarta : Liberty, 1981

Mustafa Bachsan, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001

Poerwadarminta W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi ke tiga, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003

Ridwan Juniarso dan Sudrajat, M.H.Ahmad Sodik, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, Bandung : Nuansa, 2010 Ronny Soemitro Hanitijo , Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta : Ghalia

Indonesia, 1990

Suharto Edi , Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, Bandung : Alfabeta, 2007

Sunggono Bambang , Metodologi Penulisan Hukum, Jakarta : PT Grafindo Persada, 2003)

Sutedi Adrian , Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta : Sinar Grafika, 2011

Syahrizal Darda , Hukum Administrasi Negara & Pengadilan Tata Usaha Negara, Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2012

Sunindhia Y.W. Dan Widiyanti Ninik, Administrasi Negara Dan Peradilan Administrasi, Jakarta, PT Rineka Cipta, 1990


(3)

Wahab, Solichin Abdul , Analisis Kebijaksanaan, Jakarta : Bumi Aksara, 1997 Voll, Willy D.S , Dasar-Dasar Ilmu Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Sinar

Grafika, 2013

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai

Keputusan Presiden Nomor 3 TAHUN 1997 Tentang Pengawasan Dan Pengendalian Minuman Beralkohol

Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Dan Pengawasan Minuman Beralkohol

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran Dan Penjualan Minuman Beralkohol

Peraturan Walikota Medan Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 1998 Tentang Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol


(4)

C. Internet

www.wikipedia.com www.sindonews.com www.kompas.com www.liputan6.com www.tempo.com www.meredeka.com www.kompasiana.com www.sumutpos.com


(5)

BAB III

ALASAN - ALASAN DIBERLAKUKANNYA LARANGAN PERIZINAN

PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DI MINIMARKET

Mengkonsumsi minuman beralkohol kini seperti menjadi bagian gaya hidup dari sebagian masyarakat Indonesia. Berawal dari sekedar coba-coba, banyak yang kemudian akhirnya ketagihan dengan jenis minuman yang satu ini. Minuman beralkohol memiliki kadar yang berbeda-beda. Misalnya, bir dan soda alkohol (1-7 % alkohol), anggur (10-15 % alkohol), dan minuman keras atau biasa disebut dengan spirit (35-55 % alkohol). Konsentrasi alkohol dalam darah dicapai dalam 30-90 menit setelah diminum. Selama ini dampak negatif dari konsumsi alkohol berlebih yang paling banyak diketahui orang adalah mabuk semata, dan itupun dapat hilang dengan sendirinya. Tapi ternyata efek negatifnya tidak berhenti sampai disitu saja. Bukan hanya menyebabkan mabuk, namun alkohol juga memiliki dampak negatif lain bagi tubuh seperti merusak sistem metabolis tubuh manusia yang kemudian menimbulkan ketagihan dan merusak sebagian unsur otak.

Mengkonsumsi alkohol tidak hanya berefek terhadap diri sendiri, tapi juga orang-orang disekitarnya seperti anak-anak. Karenanya kekerasan rumah tangga seringkali terjadi pada orang yang menyalahgunakan alkohol dan anak-anak mungkin menderita trauma jangka panjang akibat kebiasaan minum orangtuanya tersebut. Dalam jangka pendek alkohol bisa memberikan efek rileksasi, tapi tanpa disadari alkohol justru memberikan kontribusi terhadap perkembangan depresi.


(6)

Sekitar 40 persen peminum berat menunjukkan tanda-tanda depresi. Semakin sering seseorang minum alkohol, maka semakin berkurang pemikirannya tentang tanggung jawab termasuk pekerjaan. Hal ini akan menurunkan produktivitas bekerja dan nantinya berujung pada pengangguran. Mengonsumsi alkohol bisa memicu terjadinya masalah hukum, seperti ditangkap akibat perilaku tidak tertib atau mengemudi dibawah pengaruh alkohol.

Orang mabuk karena alkohol itu jika tidak terkontrol ternyata banyak yang menyebabkan masalah sosial dan kamtibmas. Orang mabuk cenderungnya memiliki emosi yang tidak terkontrol. Perasaan pemabuk mudah tersinggung, kita sering mendengar dan melihatnya pada konser-konser musik di saat mereka mabuk, tersenggol sedikit saja bisa memicu keributan. Di bawah pengaruh alkohol, orang cenderung menjadi berani dan agresif, bahkan tidak takut mati. Beberapa kekerasan masal terjadi karena sebelum mereka ricuh, rusuh atau melakukan aksi brutal, mereka meneguk minuman beralkohol.

Pemabuk menjadi kurang memberi perhatian terhadap lingkungan terdekat dan sekitar, bakhan untuk dapat memperoleh seteguk alkohol (kecanduan) dan bila tidak terkontrol akan memicu tindakan-tindakan nekad yang melanggar norma-norma dan sikap moral yang lebih parah lagi akan dapat menimbulkan tindakan pidana atau kriminal. Menimbulkan beban ekonomi yang tinggi bagi program pencegahan, penegeakan hukum dan perawatan serta pemulihan pecandu minuman keras (beralkohol). Menimbulkan gangguan terhadap ketertiban, ketentraman, dan keamanan masyarakat. Menghancurkan kualitas dan daya saing


(7)

bangsa serta membunuh masa depan dan kejayaan bangsa. Berkaitan dengan peningkatan tindak kejahatan termasuk kerusuhan,separatisme dan terorisme.

Di sisi lain, penjualan minuman beralkohol saat ini cukup meningkat mengikuti pertumbuhan industri pariwisata yang menjadikan konsumsi oleh wisatawan asing yang meningkat. Seperti di Provinsi Bali sebagai salah satu daerah penghasil devisa terbesar, penjualan food and beverages di Bali mencapai 7 Triliun Rupiah per tahunnya dan 30% berasal dari penjualan minuman beralkohol. Keberadaan minuman beralkohol di Bali sudah menjadi bagian penting dari pariwisata di Bali.

Minuman beralkohol merupakan barang yang memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, karena Indonesia merupakan salah satu penghasil minuman beralkohol dengan jenis-jenis minuman beralkohol tradisionalnya seperti Arak, Ciu, Tuak, hingga Cap Tikus. Bahan bakunya pun beragam, mulai dari beras, singkong, aren/enau, siwalan/lontar, hingga beragam jenis buah. Fermentasi karbohidrat, menjadi unsur utama dalam pembuatan minuman beralkohol nusantara.

Tempat penjualan minuman beralkohol cukup mudah terjangkau termasuk oleh anak remaja yang belum dewasa seperti di minimarket atau swalayan, sehingga banyak anak remaja di bawah 21 tahun yang membeli minuman beralkohol tanpa memperdulikan lagi dampaknya bagi kesehatan melainkan untuk pergaulan. Hal ini diperlukan pengaturan yang lebih lanjut terutama agar pihak yang menjual minuman beralkohol tidak pada tempatnya atau kepada orang yang belum dewasa dapat dikenakan sanksi yang lebih tepat sehingga menimbulkan


(8)

efek jera.60 Sehingga Pemerintah memberlakukan larangan perizinan penjualan minuman beralkohol di minimarket melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015, dimana terdapat alasan-alasan mengapa perlu diberlakukan larangan perizinan penjualan minuman beralkohol, diantaranya :

A. Ditinjau Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun

2015

kebijakan larangan penjualan minuman beralkohol alias minuman keras di minimarket-minimarket di Indonesia berlaku efektif. Larangan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol. Permendagri tersebut melarang penjualan minuman beralkohol golongan A yakni yang memiliki kadar alkohol di bawah 5 persen antara lain jenis bir, dilarang dilakukan di minimarket. Penjualan hanya boleh di supermarket atau hipermarket namun hanya boleh dikonsumsi di lokasi. 61 Sebelumnya Permendag Nomor 20/M-DAGPER/4/2014 tentang pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran, dan penjualan minuman beralkohol Dalam aturan tersebut, penjualan minuman beralkohol secara eceran hanya dapat dilakukan oleh pengecer pada toko bebas bea (TBB) dan tempat tertentu lainnya

60 Naskah Akademik Rancangan Undang Undang Tentang Larangan Minuman Beralkohol

61

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/15/093633626/Mulai.Besok.Minimark et.Dilarang.Jual.Minuman.Beralkohol , Diakses terkahir pada hari jumat, 4 Desember 2015


(9)

yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk daerah khusus ibukota Jakarta.

Khusus pengecer berupa minimarket, supermarket, hypermarket atau toko pengecer lainnya yang mau menjual minuman beralkohol harus mempunyai luas lantai penjualan paling sedikit 12 meter persegi. Itupun jenis minuman beralkohol yang dapat dijual hanya golongan A yakni minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar sampai dengan 5 persen. Adapun sembilan jenis minuman beralkohol golongan A yang beredar di Indonesia, yakni shandi, bir, lager, ale, bir hitam atau stout, low alcohol wine, minuman beralkohol berkarbonasi dan anggur brem Bali.

Selain itu, dalam aturan tersebut, penjual ritel diwajibkan mengatur mengenai tata letak produk minuman beralkohol yang diperjualbelikan di tokonya. Minuman beralkohol yang dijual harus diletakkan pada tempat khusus atau tersendiri dan tidak bersamaan dengan produk lain. Dalam transaksi jual beli minuman beralkohol pun, toko ritel hanya diizinkan menjual kepada konsumen berusia lebih dari 21 tahun. Selain itu, pengecer berkewajiban melarang pembeli minuman beralkohol meminum langsung di lokasi penjualan. Pengecer dan penjual langsung minuman beralkohol, hanya yang berasal dari distributor atau sub distributor. Perusahaan importir (IT-MB) juga wajib melaporkan realisasi impor dan pendistribusian minuman beralkohol setiap tiga bulan kepada Dirjen Daglu, Kementerian Perdagangan.62

62http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/04/24/2102089/Minimarket.Ingin.Jual.Mi numan.Beralkohol.Ini.Syaratnya Diakses pada hari minggu, tanggal 8 Desember 2015


(10)

Tetapi setelah setahun berselang Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran, dan penjualan minuman beralkohol. Aturan ini menggantikan Permendag Nomor 20/M-DAG/PER/2014. Beberapa alasan-alasan atau faktor-faktor mengapa ia memberlakukan larangan perizinan penjualan minuman beralkohol, diantaranya :

1. Lokasi Minimarket Yang Berdekatan Dengan Perumahan, Sekolah Dan

Tempat Ibadah

Menurut Bapak Harmaini Selaku Kepala Seksi Pengawasan Perdagangan Disperindag Kota Medan, Minimarket yang semakin menjamur dan semakin pesat perkembangannya, dimana sudah banyak minimarket yang berdekatan dengan perumahan, sekolah dan tempat ibadah. Sehingga pemerintah perlu meregulasi peraturan yang memberikan izin terhadap minimarket untuk menjual minuman beralkohol, dimana pemberian izin tersebut sebelumnya diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2014 sebagai pelaksana Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 yang secara terang-terangan memberikan izin kepada minimarket untuk menjual minuman beralkohol walaupun sebenarnya terdapat larangan tempat menjual minuman beralkohol yang berdekatan dengan rumah ibadah, sekolah dan perumahan. Sehingga melihat keberadaan minimarket yang semakin pesat perkembangannya di Indonesia, maka pemerintah perlu


(11)

meregulasi peraturan yang memberi izin kepada minimarket untuk menjual minuman beralkohol.63 Menteri Perdagangan sebelumnya, Rachmat Gobel mengatakan, dalam era globalisasi ini kunci dari sumber daya manusia terletak pada generasi muda. Maka pereintah perlu menjaga generasi muda, Salah satu dengan menjauhkan anak-anak dari minuman beralkohol. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi penyalahgunaan miras oleh anak-anak. Selain dinilai merusak moral, Gobel juga meyakini dampak miras juga akan berimbas kepada daya saing suatu bangsa. Pasalnya, apabila anak muga suatu bangsa sudah biasa minum miras, maka faktor kesehatan dan pola pikir bisa terganggu. 64

2. Pelanggaran-Pelanggaran yang dilakukan oleh minimarket

Selain faktor minimarket yang sudah menjamur di perumahan, sekolah dan tempat ibadah. Terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh minimarket yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku, diantaranya adalah :

a. Pihak minimarket menjual minuman beralkohol kepada remaja dibawah umur 21 bahakan anak-anak.65

Dimana sebelumnya Gerakan Anti Miras (GENAM) memutarkan sebuah video dihadapan Menteri Perdagangan, Dalam Video itu terlihat ada dua orang anak dengan menggunakan baju sekolah dengan mudah mendapatkan bir. Aksi kedua anak SMP itu dibiarkan begitu saja oleh kasir minimarket. Ketua Gerakan Anti Minuman Keras (Genam) Fahira Idris meyakini, larangan ini bakal menjaga

63 Hasil wawancara dengan Bapak Harmaini, SH selaku Kepala Seksi Pengawasan Perdagangan Disperindag Kota Medan

64

http//bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/15/093633626/Mulai.Besok.Minimarke t.Dilarang.Jual.Minuman.Beralkohol diakses pada hari minggu, tanggal 8 Desember 2015

65 http://ekbis.sindonews.com/read/990155/34/jual-miras-mendag-sebut-minimarket-langgar-aturan-1429171657 Diakses pada hari minggu, Tanggal 8 Desember 2015


(12)

mental generasi muda sebagai penerus bangsa yang berkarakter, sehat badan dan pikiran. Dari data Genam 18.000 nyawa melayang tiap tahun karena miras. Mayoritas itu remaja, baik meninggal akibat faktor kesehatan penurunan moral, seks bebas, prostitusi, maupun korban yang meninggal akibat tindakan kriminal yang dilakukan orang di bawah pengaruh alkohol. Mulai dari pencurian, penjambretan, perampokan, perkosaan, kekerasan seksual, KDRT, perkelahian, tawuran, hingga pembunuhan maupun kecelakaan. Dapat disimpulkan miras merupakan mesin pembunuh dan punya dampak yang tidak kalah dari narkoba karena bukan hanya membunuh si peminum tetapi juga membunuh orang lain. Selanjutnya Fahira mengatakan Sudah begitu banyak anak dan remaja yang kehilangan masa depannya akibat miras. Sehingga dapat dibayangkan nasib bangsa ini ke depan jika dipimpin oleh orang-orang yang sudah terkontaminasi minol/ miras akan jadi bangsa yg lemah. Indonesia terancam kehilangan satu generasi akibat minol (minuman beralkohol)/miras (minuman keras).66 Menurut Menteri Perdagangan Rachmat Gobel Di berbagai negara anak-anak yang belum cukup umur tak diperbolehkan membeli miras seenaknya. Bahkan, disetiap supermarket sang kasir selalu menanyakan kepada pembeli miras terkait kartu identitasnya dan Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi penyalahgunaan miras oleh anak-anak.67 Dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura tidak boleh jual minuman beralkohol lebih dari jam 10.30 (malam), dan juga Bahkan di Malaysia larangan penjualan minol ini lebih ketat lagi, terutama bagi pemeluk

66

http://www.merdeka.com/uang/larangan-jual-minuman-alkohol-di-minimarket-dianggap-revolusi-mental.html Diakses pada hari Rabu, tanggal 10 Desember 2015

67 http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/31/183500426/.Andaikan.Pengusaha. Bir.Anaknya.Disuruh.Minum.Miras.Mau.Gak. Diakses pada hari rabu, tanggal 10 Desember 2015


(13)

agama Islam. Sebagai negara dengan mayoritas beragama Islam seharusnya Indonesia dapat bercermin dari kedua negara tersebut. Melihat kedua aturan tersebut, peraturan yang dikeluarkan oleh Kemendag ini dinilai masih lebih longgar. Akan tetapi setidaknya penjualan minol akan lebih ketat dari sebelumnya.68

b. Minimarket menjual minuman beralkohol ditempat terbuka

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan bahwa Penjualan minuman beralkohol seharusnya dilakukan secara tertutup di dalam kulkas dan tidak boleh terlihat dan dikunci, tetapi dalam prakteknya minimarket menaruhnya di depan pintu.69 Menurutnya seharusnya penempatan minuman beralkohol tidak boleh dibarengin dengan produk lain, apabila ada konsumen yang ingin membeli maka akan diambilkan oleh petugas minimarket, lalu tidak boleh diminum langsung di depan toko dan sudah berumur 21 tahun dengan menunjukkan kartu identitas. 70

3. Harga minuman beralkohol yang dijual di Indonesia khususnya

minimarket terlalu murah sehingga dengan mudah dijangkau oleh

masyarakat bahkan anak-anak

Menurut Menteri Perdagangan Rachmat Gobel harga miras di Malaysia dan Singapura justru lebih mahal dibanding Indonesia. Peredaran miras di kedua

68

http://bisnis.liputan6.com/read/2169113/ri-belajar-dari-singapura-dan-malaysia-soal-minuman-keras diakses pada hari rabu, tanggal 10 desember 2015

69

http://ekbis.sindonews.com/read/990155/34/jual-miras-mendag-sebut-minimarket-langgar-aturan-1429171657 diakses pada hari rabu, tanggal 10 Desember 2015

70http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/29/080857826/Larangan.Penjualan.M


(14)

negara tersebut jauh lebih ketat, padahal jika dikaitkan dengan jumlah wisatawan, Indonesia masih kalah dibanding negara tetangga tersebut. Harga miras di

Singapura mencapai USD7,28 atau sekitar Rp94.523. Sementara di Malaysia harganya mencapai USD5,92 atau sekitar Rp 70.373. Sedangkan di Indonesia, harganya hanya berkisar antara Rp33.000 hingga Rp37.000 untuk ukuran 330 mililiter (ml).71 Dimana menurutnya Malaysia dan Singapura lebih ketat aturan peredaran minuman alkohol. Dan Indonesia menjual lebih murah. Minuman beralkohol harganya cuma Rp 19.000-Rp 20.000 di minimarket sehingga dapat dengan mudah dijangkau masyarakat dikarenakan Kalau beli di minimarket tidak ada pajaknya sehingga konsumen akan pergi minum di kafe, restoran atau hotel dimana kena pajak 21 persen sehingga dapat menjadi pemasukan lain bagi negara.72

4. Untuk melindungi konsumen nasional, menjaga keamanan dan

kesehatan terutama bagi Generasi muda

Menurut Menteri Perdagangan Rachmat Gobel melindungi konsumen nasional merupakan salah satu tugas Kementerian Perdagangan, Menurutnya Indonesia terlampau bebas dalam hal penjualan minuman keras. Menteri Rachmat Gobel berpendapat bahwa Minuman beralkohol berbahaya bagi kesehatan dimana akan ada dampak atau efek samping apabila mengkonsumsi minuman beralkohol.

71 http://ekbis.sindonews.com/read/990117/34/ini-alasan-mendag-larang-minimarket-jual-miras-1429167084 Diakses pada hari rabu tanggal 10 Desember 2015

72

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/15/093633626/Mulai.Besok.Minimark et.Dilarang.Jual.Minuman.Beralkohol Diakses pada hari rabu, 10 desember 2015


(15)

Ia menyebut, peraturan sebelumnya yang membatasi penjualan minuman beralkohol di bawah 5 persen terlalu lemah, Dimana ia menyatakan Sebelumnya minuman beralkohol tidak boleh dibeli dibawah umur 21 tahun. Tapi banyak yang melanggar. Oleh karena itu membuat aturan baru, daripada cuma 5 persen lemah, lebih baik ditiadakan sekalian di sektor minimarket. 73

B. Ditinjau Berdasarkan Ketentuan-Ketentuan Yang Melarang Penjualan

Minuman Beralkohol

Alasan-alasan lain yang dapat dikaitkan terhadap perlunya Larangan Perizinan Penjualan Minuman Beralkohol Di Minimarket, diantaranya adalah :

1. Bahwa semua agama yang diakui di indonesia melarang umatnya

mengkonsumsi minuman beralkohol

Artinya bahwa pernjualannya saja sudah termasuk melanggar, apalagi apabila dikonsumsi. Dimana dalam pasal 29 ayat 1 amandemen ke-4 UUD

1945 yang berbunyi “ Negara Berdasarkan Atas Ketuhanan Yang Maha Esa

” dan juga dalam sila pertama pancasila yang berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa ” , yang artinya kita sebagai negara yang memiliki Agama harus

mengikuti ajarannya dengan baik.74

2. Bahwa Penjualan minuman beralkohol di minimarket bertentangan

dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan

73

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/29/0913592/Mulai.16.April.2015.Minu man.Beralkohol.Haram.Dijual.di.Minimarket Diakses pada hari minggu, pada tanggal 8 Desember 2015

74


(16)

Dimana dalam pasal 46 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan tujuannya adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakannya upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang selanjutnya

dalam pasal 47 berbunyi “ upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk

kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan ”. Artinya bahwa apabila penjualan minuman beralkohol di minimarket masih di izinkan maka hal itu bertentangan dengan Undang-Undang kesehatan tersebut karena dengan adanya minuman beralkohol di minimarket yang sudah sangat mudah dijangkau oleh masyarakat maka tujuan dari Undang-Undang Kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya menjadi tidak tercapai.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur ketentuan mengenai minuman beralkohol dalam Pasal 160. Ketentuan Pasal 160 ayat (1) dan ayat (2) tersebut menjelaskan bahwa Pemerintah, pemerintah daerah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi yang benar tentang faktor risiko penyakit tidak menular yang mencakup seluruh fase kehidupan. Faktor risiko tersebut antara lain meliputi diet tidak seimbang, kurang aktivitas fisik, merokok, mengkonsumsi alkohol, dan perilaku berlalu lintas yang tidak benar.


(17)

Undang-Undang tentang Kesehatan juga telah mengatur ketentuan tentang standar dan/atau persyaratan makanan dan minuman bagi masyarakat sebagaimana tercantum didalam Pasal 111 dan Pasal 112 yang mengatur bahwa makanan dan minuman yang dipergunakan untuk masyarakat harus berdasarkan pada standar dan/atau persyaratan kesehatan. Selain itu, makanan dan minuman hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Secara sosiologis perizinan penjualan minuman beralkohol di

minimarket bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Sebelumnya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2014 2014 tentang Pengendalian Dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, Dan Penjualan Minuman Beralkohol memberikan izin menjual minuman beralkohol di Minimarket, Supermarket, Hypermarket dan Toko pengecer lainnya dimana tujuan dari penjualan tersebut adalah untuk dikonsumsi oleh konsumen, dimana konsumen tersebut kemungkinan besar adalah rakyat indonesia sehingga hal ini bertentangan dengan azas dan tujuan perlindungan konsumen dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen pasal 2 yang berbunyi :

“ perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum ”


(18)

“ Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk

memberikan jaminan atas kemanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan ”

“ Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun

konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian

hukum ”

Bahwa dengan berdasarkan azas di atas dan dibandingkan dengan adanya pengaturan yang mengizinkan peredaran dan penjualan minuman beralkohol di minimarket, dimana minimarket sudah berada di sekitar masyarakat, yang sangat mudah dijangkau oleh masyarakat baik pemuda, remaja maupun anak-anak maka hal itu sangat bertentangan dengan jaminan kepastian hukum dan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

4. Perizinan penjualan minuman beralkohol di minimarket bertentangan

dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan

Dalam ketentuan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan, memberikan defenisi pangan yang layak dikonsumsi oleh warga negara Republik Indonesia, yaitu :

Pasal 1 : “ Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan


(19)

pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan dan minuman ”

Ayat 4 : “ Kemanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan

untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan

kesehatan manusia ”.

Selain itu tujuan dibentuknya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan adalah sebagai berikut :

"Bahwa pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam, dan tersedia secara cukup merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat"

Sehingga apabila perizinan penjualan minuman beralkohol di minimarket tidak dilarang atau tidak dicabut maka artinya pemerintah melanggar tujuan dibentuknya Undang-Undang Tentang Pangan tersebut, selain itu Minuman beralkohol bukanlah termasuk pangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pangan karena mengandung ethanol yang secara kimia telah terbukti berbahaya (tidak aman, tidak bermutu, dan tidak bergizi) bagi kesehatan manusia apabila dinkonsumsi, karena apabila minimarket masih diberikan izin untuk menjual minuman beralkohol dimana seperti yang kita ketahui Toko Retail modern (Minimarket) sudah sangat ramai dan dekat dengan perumahan dimana terdapat berbagai


(20)

kebutuhan pokok masyarakat, salah satunya adalah kebutuhan pangan yang bisa di dapatkan di minimarket. Sehingga apabila pemerintah tidak melarang minimarket menjual minuman beralkohol artinya kebijakan pemerintah tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Pangan, sehingga larangan Perizinan penjualan minuman beralkohol merupakan langkah yang tepat.


(21)

BAB IV

IMPLEMENTASI PERATURAN PERDAGANGAN NOMOR 6

TAHUN 2015 DI KOTA MEDAN

A. Usaha Yang Dilakukan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota

Medan Dalam Mengimplementasikan Peraturan Perdagangan Nomor 6

Tahun 2015

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Pengendalian Dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, Dan Penjualan Minuman Beralkohol Kementerian Perdagangan diimplementasikan di seluruh indonesia mulai mulai 16 April 2015, sebenarnya dimana peraturan ini sudah mulai dikeluarkan sejak 16 Januari 2015 dan disampaikan sendiri oleh pemerintah.75

Hal ini senada dengan pernyataan Bapak Harmaini Selaku Kepala Seksi Pengawasan Perdagangan Disperindag Kota Medan yang menyatakan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 sebenarnya telah dikeluarkan tanggal 16 januari 2015 dan akan diberalkukan mulai 16 April 2015 sehingga kementerian perdagangan mempunyai waktu 3 bulan untuk menyosialisasikan peraturan tersebut. dalam amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri diberikan waktu 40 hari

75http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/10/085053526/Larangan.Minimarket.J

ual.Minuman.Beralkohol.Tetap.Berlaku.16.April Diakses pada hari selasa, tanggal 15 desember 2015


(22)

untuk sosialiasi, baik dari menteri langsung, lewat media elektronik, maupun surat kabar yang telah berakhir pada 16 April 2015.

Dalam menyosialisasikan Peraturan tersebut, pihak Disperindag Kota Medan tidak menemui banyak kesusahan, karena menurutnya pihak pusat yakni Kementerian Perdagangan telah menyosialisasikannya dengan baik melalui media elektronik ataupun media cetak, dimana berita nya sudah banyak dimuat, sehingga pihak pengusaha minimarket ataupun para pengusaha toko penjual minuman beralkohol dapat mengetahuinya. Menurut Bapak Harmaini sebelumnya Kementerian Perdagangan dalam hal ini sudahlah melakukan sosialiasi terlebih dahulu dengan para pengusaha baik pemasok minuman beralkohol ataupun para pengusaha minimarket sehingga cabang-cabang minimarket yang ada diseluruh Indonesia hanya mengikuti perintah dari atasan nya, dan apabila masih ada minimarket yang masih memajang minuman beralkohol (minol) golongan A yang berada di area publik segera dikenakan sanksi pencabutan izin usaha.

Selain itu Menurut Bapak Harmaini cara Disperindag Kota Medan melakukan sosialiasi juga dengan melakukan Sidak kebeberapa tempat, dimana lokasi sidak yang dilakukan yakni pada kawasan-kawasan tertentu yang berada di ruang publik yang dekat dengan area perguruan tinggi, sekolah, atau pasar tradisional, diantaranya Tanjung Rejo, kawasan Universitas Sumatera Utara, Jalan Jamnin Ginting, Jalan Setiabudi, Jalan dr Mansyur dan Jalan Iskandar Muda.76 Hal ini sesuai dengan liputan Sumut Pos yang memberitakan Petugas Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Medan melakukan inspeksi

76 Hasil wawancara dengan Bapak Harmaini, SH selaku Kepala Seksi Pengawasan


(23)

mendadak (Sidak) ke sejumlah minimarket dan toko (ritel) yang menjual minuman beralkohol di kawasan Jalan Setia Budi dan Jalan Dr Mansyur, Medan Baru, Hari Senin tanggal 20 April 2015 siang. Hasilnya, petugas mendapati sejumlah minimarket dan toko menjual minuman beralkohol di atas 5 persen. Awalnya, petugas mendatangi Minimarket Pondok Indah Pasar Buah di Jalan Setia Budi. Petugas memeriksa lemari pendingin yang digunakan untuk menjajakan minuman kaleng maupun botol. Namun, tak satupun produk minuman yang mengandung alkohol ditemukan. Sidak kemudian berlanjut ke K3 Mart di Jalan Setia Budi, samping Sekolah Syafiyatul. Di situ, petugas menemukan beberapa produk minuman beralkohol di bawah 5 persen dari lemari pendingin. Mengetahui itu, petugas meminta karyawan minimarket untuk memindahkannya lantaran sudah dilarang diperjualbelikan. Selain itu, petugas juga meminta kepada pegawai minimarket itu agar dipisahkan produk minuman zero alkohol dengan nonalkohol. Artinya, ada tempat khusus untuk minuman tersebut. Selanjutnya petugas bergerak ke Indomaret di Jalan Dr Mansyur dan Toko Lipo. Di Indomaret petugas tak menemukan produk minuman beralkohol. Sementara, di Toko Lipo yang berada persis di seberangnya, petugas mendapati produk minuman beralkohol, baik kemasan kaleng maupun botol. Petugas meminta pemilik toko untuk menarik produk tersebut untuk tidak diperjualbelikan. Setelah itu, petugas melanjutkan ke Alfamart Jamin Ginting 2, Jalan Jamin Ginting, samping kantor BRI dan Toko Sudi. Dari kedua gerai ini tak ditemukan minuman beralkohol. Kemudian beranjak ke Toko Opung di Jalan Iskandar Muda Nomor 83, kawasan Pasar Pringgan. Di toko ini petugas mendapati sejumlah produk minuman


(24)

beralkohol di atas 5 persen. Petugas pun meminta agar produk tersebut ditarik dan tidak diperjualbelikan. Kepala Disperindag Kota Medan Syahrizal Arif mengatakan, sidak ini dilakukan dalam rangka mensosialisasikan sekaligus penerapan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 6 Tahun 2015 tentang larangan menjual minuman beralkohol golongan A atau dengan kadar alkohol 5 persen, Sidak ini dilakukan sesuai Permendag Nomor 6. Jadi, setiap minuman beralkohol 5 persen atau di bawahnya yang diperjualbelikan di minimarket ataupun toko tidak lagi dibenarkan. Syahrizal menuturkan, beberapa minimarket dan toko yang telah dicek ternyata tidak ada. Meskipun masih ada tetapi hanya satu atau dua toko saja. Disperindag Kota Medan sudah meminta untuk ditarik kembali. Jadi, dihimbau untuk tidak dijual lagi. Karena, apabila di cek lagi ternyata masih ada, maka akan diberikan tindakan. Ia menyebutkan, apabila minimarket atau toko tersebut masih memperjualbelikan produk minuman yang sudah dilarang maka nantinya akan diberikan sanksi.77

Adapun sanksi-sanksi yang diberikan oleh Pemerintah apabila Terdapat minimarket yang melanggar Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 adalah Dengan memberikan peringatan lisan atau tulisan sebanyak 3 kali terlebih dahulu, tetapi apabila masih tetap melanggar dan tidak mematuhi peraturan maka akan dicabut izin usaha nya, dan pencabutan izin usaha ini dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, walaupun sebenarnya Surat izin usaha perdagangan (SIUP) merupakan wewenang dari Menteri Perdagangan namun jika

77 http://sumutpos.co/disperindag-sidak-minimarket-dan-toko-minuman-beralkohol-masih-banyak-dijual/ Diakses pada Hari Rabu, 27 Januari 2016


(25)

harus melakukan pencabutan akan direkomendasikan ke daerah-daerah masing-masing untuk melakukan eksekusi.78

B. Hambatan – Hambatan Dalam Mengimplementasikan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 Di Kota Medan

Menurut Bapak Harmaini selaku Kepala Seksi Pengawasan Perdagangan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Medan dalam mengimplementasikan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 Di Kota Medan hanya menemukan kendala dalam menyosialisasikan peraturan tersebut, dimana sebelumnya Diserindag kota Medan hanya melakukan sidak kebeberapa minimarket untuk dijadikan sampel. Akan tetapi melihat banyaknya minimarket di kota Medan, Disperindag Kota Medan tidak akan dapat melakukan sidak kesemua tempat sehinga hal itulah yang menjadi kendala dalam mengimplementasikana Peraturan tersebut. Walaupun sebenarnya, sebagian besar para pengusaha mematuhi aturan tersebut, terutama pihak-pihak minimarket yang bertindak kooperatif, karena minimarket kebanyakan adalah milik beberapa Perusahaan Besar yang bergerak di bidang toko retail modern, sehingga Pemerintah Pusat lah yang lebih berperan aktif dalam mengimplementasikan Peraturan tersebut, dalam hal ini Menteri Perdagangan pada saat itu Bapak Rachmat Gobel telah mengumpulkan semua pengusaha-pengusaha yang terkait untuk memberitahukan akan diberlakukannya peraturan tersebut. Sehingga Disperindag sebagai

78 Hasil wawancara dengan Bapak Harmaini, SH selaku Kepala Seksi Pengawasan Perdagangan Disperindag Kota Medan


(26)

pelaksana peraturan tersebut di Kota Medan hanya bertugas untuk mensosialisasikan peraturan tersebut.79

Namun Peraturan Menteri Perdagangan ini nyatanya mendapat hambatan atau penolakan dari daerah-daerah lain khususnya daerah wisata dan juga pihak-pihak yang terkait yang mengakibatkan Direlaksasikannya Permendag Nomor 6 Tahun 2015 dalam Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 04/PDN/PER/4/2015 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengendalian Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol Golongan A.

Pada awal pelaksanaan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015, Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel mengaku pihaknya mendapat banyak keluhan dari para pedagang miras yang biasa melayani turis mancanegara, lantaran peraturan tersebut membuat mereka terancam kehilangan pekerjaan. Sebab itu, pemerintah akhirnya memutuskan untuk mengizinkan mereka menjual miras dengan syarat mereka tercatat dalam sebuah kelompok atau koperasi yang memiliki izin untuk menjual minuman beralkohol. Menurut Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Kementerian Perdagangan akan mengatur caranya, prinsipnya bahwa para pedagang akan dibuat seperti restoran yang dikoordinasi dan Harus ada izinnya. misalnya para pedagang membuat koperasi yang di data.

Menurut Direktur Jenderal Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Srie Agustina mengungkapkan, pihaknya telah membuat petunjuk pelaksanaan

79 Hasil wawancara dengan Bapak Harmaini, SH selaku Kepala Seksi Pengawasan


(27)

juklak mengenai tata cara suatu kawasan yang diperbolehkan menjual miras. Dia menjelaskan, kawasan tersebut harus memiliki peraturan daerah (perda) yang menunjukkan bahwa lokasi itu merupakan lokasi wisata. Selain itu, pedagang juga harus terkumpul dalam wadah kelompok usaha bersama baik berbentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ataupun swasta. Sebagai penjual langsung harus terdaftar di dalam kelompok tersebut dimana dalam pelaksanaannya mereka bisa kerja sama dengan hotel, bar, restoran, supermarket atau hypermarket untuk pengadaan barangnya. Menurutnya, peraturan tersebut tidak hanya diberlakukan untuk kawasan Bali. Namun selama memegang Perda yang menunjukkan bahwa lokasi tersebut adalah kawasan wisata, hukum tersebut berlaku di daerah itu. Dalam satu regulasi itu sifatnya harus komprehensif. Jadi Kementerian Perdagangan mengatur untuk keseluruhan. Sepanjang Pemerintah Daerah punya Peraturan Daerah yang menetapkan bahwa di daerah mereka ada lokasi wisata berdasarkan perda, maka berlaku peraturan tersebut. Dia menambahkan, penjualan miras di lokasi wisata pun tetap dengan catatan hanya untuk masyarakat di atas umur 21 tahun. Peraturan ini diberlakukan untuk turis asing dan turis lokal.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Srie Agustina mengatakan intinya, peraturan dirjen dalam negeri yang mengatur khusus daerah wisata yang ada peraturan daerahnya itu akan direvisi dan dikembalikan ke kabupaten/kota untuk lokasi mana saja yang boleh (menjual) dan tidak melanggar permendag yang ada.

Aturan Dirjen Dagri No. 04/2015 tersebut mengatur tata cara penjualan minuman beralkohol golongan A, khususnya untuk daerah wisata. Namun dengan


(28)

direvisinya aturan tersebut, pemerintah daerah akan memiliki wewenang untuk menetapkan daerah mana saja yang bisa menjual bir dan minuman sejenisnya. Menurut Srie Agustina pemerintah daerah yang menentukan lokasi mana yang bisa menjual minuman beralkohol tersebut. Karena pemerintah daerah yang paling paham terhadap masyarakatnya, apakah memerlukan minuman beralkohol atau tidak,

Namun, Srie menegaskan, revisi tersebut bukan berarti minuman beralkohol golongan A bisa dijual kembali di minimarket. Sebab, pelarangan penjualan bir masih diatur dalam Permendag No 06/2015 tentang perubahan kedua atas Permendag No. 20/M-DAG/4/2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol. perdirjen itu hanya memperbolehkan penjualan minuman beralkohol di kawasan wisata. dimana Nantinya di luar kawasan wisata juga boleh sepanjang bupati atau wali kota yang menetapkan, tetapi tetap non-minimarket. Srie mengatakan dengan adanya rencana relaksasi tersebut, pemerintah daerah yang akan menentukan. Namun beberapa kota di Jawa Barat, seperti Bandung dan Depok, menyatakan mereka tidak memerlukan minuman beralkohol golongan A untuk warga. Dengan adanya revisi perdirjen, artinya bupati atau wali kota yang paling paham mengenai masyarakatnya, butuh atau tidak. Seperti Jawa Barat, Bandung, Depok mengatakan tetap melarang penjualan minuman beralkohol. Rencana revisi tersebut merupakan salah satu yang masuk dalam paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah pada 9 September 2015. Dalam paket tersebut rencana untuk revisi masuk ke dalam Daftar Kebijakan Deregulasi


(29)

September 2015 dan direncanakan selesai pada bulan yang sama. Tujuan dari adanya deregulasi tersebut secara garis besar diarahkan untuk memulihkan dan meningkatkan kegiatan industri atau utilisasi kapasitas industri dan menghilangkan distorsi industri yang membebani konsumen dengan melepas tambahan beban regulasi dan birokrasi bagi industri.80

Mengenai Relaksasi tersebut, menurut Bapak Harmaini Relaksasi Peraturan tersebut tidak berpengaruh di Medan, hal ini disebabkan Peraturan Walikota Medan Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 15 Tahun 1990 Tentang Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol dalam pasal 16 mengenai lokasi usaha yang dapat diberikan izin tempat penjualan minuman beralkohol di Kota Medan, adalah khusus pada : 1) Hotel berbintang 3 (tiga) sampai dengan Hotel berbintang 5 (lima)

2) Bar, Discotique, Karaoke, Pub dan Club Malam.

Dan lebih lanjut dalam pasal 7 menyebutkan dilarangnya berjualan minuman beralkohol diluar lokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dan dilarang memberikan izin tempat penjualan minuman beralkohol pada lokasi sebagaiman dimaksud dalam pasal 6 yang untuk lokasi usahanya kurang dari 100 (seratus) meter dari rumah ibadah, rumah sakit, dan kantor pemerintahan. Artinya walaupun Peraturan Menteri Perdagangan direlaksasikan sebagaimana dalam Aturan Dirjen Dagri No. 04/2015, akan tetapi sesuai dengan Peraturan Walikota

80

http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/09/23/090703135/pemerintah-akan-revisi-regulasi-batasi-penjualan-miras diakses pada hari rabu, 3 Februari 2016


(30)

tersebut tetap melarang minimarket maupun toko pengecer lainnya menjual minuman beralkohol.

C. Upaya Yang Dilakukan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota

Medan Dalam Mengatasi Hambatan-Hambatan Dalam

Mengimplementasikan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6

Tahun 2015

Dalam mengatasi kendala yang dihadapi, Dinas Perindustrian Dan Perdagangan bersama-sama dengan Pemerintah Kota Medan melayangkan surat edaran ke semua outlet modern (minimarket) dan pelaku usaha eceran se-kota Medan. Dimana surat edaran tersebut diterbitkan 5 Maret 2015 oleh Kepala Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Medan pada saat itu Bapak Syafrizal Arif yang berisi :

1. Dasar : Peraturan menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 06/M.DAG/PER/1/2015. Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/ M.DAG/PER/4/2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap pengadaan, peredaran, dan penjualan minuman beralkohol.

2. Memperhatiakan :

a. Salah satu hal yang diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan ini adalah terkait dilarangnya Minimarket dan Pengecer menjual minuman beralkohol dengan kadar alkohol dibawah 5 % atau jenis Bir. (termasuk warung-warung yang luasnya 12 meter persegi).


(31)

b. pasal 2 yang mengatur Pengecer Minuman Beralkohol seperti minimarket dan pengecer lainnya diberi waktu paling lambat 3 bulan untuk menarik stok Bir mereka terhitung dari tanggal 16 Januari 2015.

c. Untuk pembelian Bir di Hypermarket dan Supermarket usia pembeli yang diperbolehkan membeli Bir diatas usia 21 tahun dan dengan menunjukkan kartu identitas (KTP) serta konsumen tidak boleh mengambil langsung tetapi diambil langsung oleh Petugas (SPG).

d. dan tidak boleh dibawa pulang atau keluar. Penjualan minuman beralkohol di Restoran, Cafe dan Rumah makan, maka harus diminum langsung ditempat dan tidak boleh dibawa keluar.

e. menyampaikan laporan ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan tentang Realisasi Penjualan Minuman Beralkohol pada setiap bulannya.

D. Pengawasan Penjualan Minuman Beralkohol Di Minimarket

Sesuai Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan menyebutkan bahwa pengawasan merupakan salah satu unsur penting dalam rangka peningkatan pendayagunaan aparatur negara dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan menuju terwujudnya pemerintahan yang besih dan beriwbawa. Dimana tujuan pengawasan adalah mendukung kelancaran dan ketetapan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan.


(32)

Pengawasan adalah proses kegiatan-kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan. Hasil pengawasan harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan atau ketidakcocokan, dan apakah sebab-sebabnya. Ketujuh syarat tersebut diatas, baik secara masing-masing maupun dalam kombinasi dua atau lebih, dijadikan tujuan atau sasaran dari pengawasan. Sistem pengawasan yang efektif adalah sarana terbaik untuk membuat segala sesuatunya berjalan dengan baik dalam Administrasi Negara terutama Pengawasan Preventif. Pengawasan Represif hanya berguna bilamana dilakukan secara kompherensif dan cukup intensif, bilamana laporannya bersifat cukup obyektif dan analitis, dan bilamana laporannya disampaikan cukup cepat.81

Menurut Harmaini selaku Kepala Seksi Pengawasan Perdagangan Disperindag Kota Medan, terdapat dua macam pengawasan, yaitu

1. Pengawasan secara Intern

Yaitu pengawasan yang dilakukan dengan cara mengadakan razia keliling seperti sidak yang dilakukan pada saat mengimplementasikan peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015, walaupun sebenarnya Polisi yang lebih sering melakukan razia terhadap minuman-minuman beralkohol yang dijual secara ilegal, akan tetapi Disperindag dapat melakukannya apabila diperlukan.

2. Pengawasan secara Ekstern

81 S.Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, ( Jakarta, Ghalia Indonesia, 1994), Halaman 84


(33)

Yaitu pengawasan yang dilakukan dengan cara menerima laporan dari masyarakat tentang minimarket yang masih menjual minuman beralkohol, dan akan segera melakukan razia terhadap minimarket tersebut.

Selain itu terdapat 2 macam pengawasan yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan, diantaranya :

1. Pengawasan yang bersifat Preventif

Yaitu pengawasan yang dilakukan sebelum tindakan dalam pelaksanaan kegiatan itu dilakukan. Kegiatan preventif dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan.

Dalam rangka menciptakan Pemerintah yang kuat dan bersih pemerintah akan selalu berusaha untuk menekan seminimal mungkin terjadinya perbuatan pemerintahan yang tendensinya merugikan pihak administrabele. Usaha yang paling tepat dalam hal ini adalah mengadakan pengawasan yang ketat terhadap perbuatan alat administrasi negara.

Lebih baik mencegah daripada mengobati, demikian lah kira-kira semboyan dalam ilmu kedokteran. Demikian pula dalam Hukum Administrasi Negara, lebih baik mencegah timbulnya perbuatan yang dapat merugikanpihak individu daripada mengadili serta menghukum perbuatan yang nyata-nyata merugikan pihak lain. Pencegahan tersebut lebih banyak tergantung pada alat pemerintahan itu sendiri untuk tidak melakukan perbuatan yang sekiranya dapat merugikan pihak lain, disamping kejelian aparat tingkat atas dalam melaksanakan pengawasan. Apabila dalam diri aparat Pemerintah tertanam niat tersebut niscaya


(34)

akan diteruskan dalam bentuk usaha agar tindakannya benar-benar memenuhi rasa keadilan dan kedamaian.82

2. Pengawasan yang bersifat Represif

Yaitu pengawasan yang dilakukan dengan meneliti dan mengawasi dokumen-dokumen. Pengawasan itu dilakukan setelah tindakan terjadi untuk membandingkan dengan apa yang telah terjadi dan usaha apa yang dilakukan.

Menjadi suatu ketentuan dalam ilmu hukum, apabila terjadi sesuatu yang menggoncangkan tata hidup bermasyarakat, haruslah dilakukan tindakan terhadap pelaku perbuatan yang menyebabkan goncangannya tersebut, sehingga keseimbangan dapat dipulihkan. Ini berarti bahwa aparat Pemerintah sebagai wakil negara, harus diperiksa dan diadili, sampai seberapa jauh kebenaran dari perbuatannya serta kerugian yang ditimbulkannya. Pemeriksaan dalam peradilan merupakan suatu usaha untuk memulihkan ketertiban yang goncang akibat perbuatan yang merugikan tadi. Jelasnya kiranya bahwa proses peradilan merupakan suatu cara untuk melaksanakan pengawasan yang bersifat represif terhadap perbuatan pemerintah. Adanya proses yang memriksa perbuatan pemerintah merupakan persyaratan mutlak dalam menciptakan pemerintahan yang bersih. Perlu diketahui, bahwa biasanya perbuatan pemerintahan tidak semata-mata hanya berlandaskan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku saja (landasan yuridis) akan tetapi juga berlandaskan faktor-faktor yang bersifat politis dan sosiologis (landasan politis dan sosiologis). Oleh karenanya harus dibentuk suatu peradilanm yang dapat memeriksa dan menguji perbuatan-perbuatan aparat

82 Muchsan, Beberapa Catatan Tentang Hukum Adminstrasi Negara Di Indonesia, (Yogyakarta : Liberty, 1981), Halaman 37


(35)

pemerintah baik secara yuridis, politis maupun sosiologis. Untuk ini perlu dibentuk peradilan Administrasi Negara yang mandiri.83

maka pengawasannya dapat bersifat :

a. politik, bilamana yang menjadi ukuran atau sasaran adalah efektivitas dan atau legitimas,

b. yuridis (hukum), bilamana tujuannya adalah menegakkan yuridikitas dan atau legalitas

c. ekonomis, bilamana yang menjadi sasaran adalah efisiensi dan teknologi

d. moril dan susila, bilamana yangmenjadi sasaran atau tujuan adalah mengetahui keadaan = moralitas (moral = morals ; moril = morale).84

Didalam pasal 33 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2014 disebutkan pelaksanaan dan pengawasan dilakukan sebagai berikut :

a. Menteri dalam melaksanakan pengendalian dan pengawasan peredaran dan penjualan minuman beralkohol dapat berkoordinasi dengan menteri tekhnis/lembaga terkait

b. Pengendalian dan pengawasan peredaran dan penjualan minuman beralkohol dilaksanakan oleh Dirjen Daglu, Dirjen PDN, Dirjen SPK dan/atau Pemerintah Daerah sesuai tugas pokok dan fungsinya

c. Dalam melakukan pengawasan peredaran dan penjualan minuman beralkohol dibentuk tim terpadu oleh bupati/walikota di daerah kabupaten/kota dan Gubernur untuk daerah khusus ibukota Jakarta

d. Tim terpadu sebagaimana dimaksud pada huruf c terdiri dari unsur-unsur :

83 Ibid, Halaman 40-41 84


(36)

1) Dinas yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perdagangan 2) Dinas yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perindustrian 3) Dinas yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan 4) Dinas yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pariwisata

5) Dinas yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang keamanan dan ketertiban

6) Balai pengawasan obat dan makanan sesuai wilayah kerjanya 7) Dinas terkait lainnya.

e. Tim terpadu sebagaimana dimaksud pada huruf c diketuai oleh kepala dinas yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perdagangan.

f. Dalam melakkan pengawasan sebagaiman dimaksud pada huruf c, tim terpadu dapat mengikutsertakan aparat kepolisian sebagai unsur pendukung

g. Bupati/Walikota, atau Gubernur untuk DKI Jakarta mengkoordinasikan pelaksananaan pengawasan peredaran dan penjualaan minuman beralkohol yang dilakukan oleh tim terpadu sebagaimana dimaksud pada huruf c sesuai wilayah kerjanya.

h. Pembiayaan kegiatan tim terpadu dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah setempat.

Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Medan dalam melakukan pengawasan minuman beralkohol di minimarket mengatakan pihak-pihaknya sudah melakukan sidak untuk mengimplementasikan peraturan menteri perdagangan nomor 6 tahun 2015, akan tetapi dalam melakukan pengawasan lebih lanjut maka Dinas Perindustrian Kota Medan bekerja sama dengan pemerintah


(37)

kota Medan, Polisi, Satuan Pamong Praja (SATPOL-PP) dan BPOM ( Badan Pengawasan Obat dan Makanan), Sesuai dengan pasal 33 huruf d diatas Dinas Perindustrian dan Perdagangan merupakan tim terpadu dalam mengawasi penjualan minuman beralkohol, dalam hal ini khusus bagian pengawasan perdagangan Disperindag Kota Medan. Menurut bapak Harmaini pihak nya sudah melakukan pengawasan maksimal terhadap minimarket mengenai larangan penjualan minuman beralkohol, yaitu dengan melakukan sidak pada saat Peraturan tersebut diberlakukan, sehingga pada saat ini pihaknya tidak memiliki agenda khusus yang dibuat untuk melakukan sidak kembali, hal ini disebabkan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan merasa tidak perlu melakukan pengawasan rutin kepada minimarket-minimarket karena sampai saat ini tidak ditemukan adanya pelanggaran maupun penolakan yang dilakukan minimarket-minimarket di Kota Medan. terlebih tidak ada laporan-laporan baik dari masyrakat ataupun pihak lain yang melaporkan adanya minimarket yang masih menjual minuman beralkohol.85

85 Hasil wawancara dengan Bapak Harmaini, SH selaku Kepala Seksi Pengawasan


(38)

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan penjualan minuman beralkohol terdapat dalam beberapa Undang-Undang, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Peraturan walikota dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dimana peraturan perundang-undangan mengatur hal-hal yang berbeda satu sama lain, dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal mengatur Pemerintah untuk menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, dan berdasarkan Peraturan Presiden Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2010 ketentuan mengenai Industri Minuman Mengandung Alkohol (Minuman Keras, Anggur, dan Minuman Mengandung Malt) merupakan bidang industri yang tertutup untuk penanaman modal, dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan memuat tanggung jawab pemerintah untuk melakukan komunikasi, informasi dan edukasi terkait mengkonsumsi minuman beralkohol kepada masyarakat, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan mengatur pemberian label pada minuman beralkohol guna untuk memberikan informasi yang benar dan jelas kepada masyarakat, dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 mengatur tentang pembayaran cukai


(39)

minuman beralkohol oleh pengusaha, importir, ataupun penyalur, dalam Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 diatur mengenai tempat-tempat yang di izinkan dan tidak di izinkan menjual minuman beralkohol yang berbeda denfan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 dimana Perpres mengizinkan minimarket untuk menjual minuman beralkohol Golongan A Sedangakan Permendag tidak mengizinkan, dalam Peraturan Walikota Medan Nomor 11 Tahun 2012 diatur mengenai tata cara memperoleh izin untuk menjual minuman beralkohol, dan peraturan sanksi pidana umum perihal penyalahgunaan minuman beralkohol diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

2. Alasan-alasan diberlakukannya ketentuan larangan perizinan penjualan minuman beralkohol di minimarket sudah tepat, dimana minimarket yang semakin pesat perkembangannya hingga berdekatan dengan perumahan, sekolah dan bahakan tempat ibadah sudah melanggar ketentuan lokasi yang di izinkan untuk menjual minuman beralkohol, ditambah minimarket yang tidak meminta kartu identitas konsumen dengan menjual minuman beralkohol yang relatif murah akan mengakibatkan masyarakat bahkan pemuda dan anak-anak yang dibawah umur dapat dengan mudah membeli minuman beralkohol di minimarket, hal ini akan mengakibatkan kegagalan pemerintah dalam melindungi masyarakatnya dari pengaruh buruk minuman beralkohol. Selain itu terdapat juga ketentuan-ketentuan lain yang bertentangan dengan penjualan minuman beralkohol, diantaranya menjualan dan mengkonsumsi minuman beralkohol bertentangan dengan ajaran semua Agama yang diakui


(40)

di Indonesia, Undang-Undang Tentang Kesehatan, Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Tentang Pangan

3. Implementasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 di Kota

Medan meliputi usaha yang dilakukan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Medan dalam menyosialisasikan peraturan tersebut yakni dengan melakukan sidak ke minimarket dimana hambatan-hambatan yang dialami Disperindag Kota Medan dalam mengimplementasikannya hanya karena jumlah minimarket yang sangat banyak di kota Medan sehingga tidak dapat dilakukan sidak ke setiap minimarket sehingga dalam mengatasi masalah tersebut Disperindag Kota Medan menyebarkan surat edaran ke setiap minimarket yang ada di kota Medan, pengawasan minuman beralkohol di minimarket dilakukan secara intern dan ekstern, pengawasan intern yaitu dengan cara melakukan sidak atau razia ke minimarket dan pengawasan ekstern dengan cara menerima laporan atau aduan dari masyrakat apabila terdapat minimarket yang masih menjual minuman beralkohol.

B. SARAN

1. Mengingat semakin maraknya minuman beralkohol di Indonesia, Pemerintah sebaiknya lebih giat memberikan edukasi mengenai bahaya minuman beralkohol baik melalui media-media elektronik maupun cetak ataupun diberikan tuisan pada kemasan minuman beralkohol mengenai efek samping minuman beralkohol pada tubuh manusia. Karena masih banyak


(41)

masyarakat yang tidak mengetahui dampak minuman beralkohol baik dalam waktu dekat ataupun panjang.

2. Pemerintah harus segera menerbitkan Undang-Undang tentang Minuman beralkohol, supaya terdapat suatu aturan tertinggi yang dapat di terapkan untuk seluruh wilayah Indonesia agar tidak terdapat Peraturan yang bertabrakan satu sama lain mengenai peizinan minuman beralkohol, akan tetapi juga memperhatikan kawasan wisata demi menjaga wisatawan asing datang ke Indonesia. dimana didalamnya diatur juga mengenai sanksi tegas apabila terdapat pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang ada supaya dapat memberikan efek jera.

3. Masyarakat juga dinilai perlu berperan aktif dalam membantu pemerintah melakukan pengawasan minuman beralkohol dengan melakukan laporan kepada pihak berwajib apabila ditemukan pelanggaran-pelanggaran.


(42)

BAB II

PENGATURAN HUKUM YANG BERKAITAN TERHADAP PENJUALAN

MINUMAN BERALKOHOL

A. Tinjauan Umum Tentang Minuman Beralkohol

1. Pengertian Minuman Beralkohol

Minuman Beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol (C2 H5OH) yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung etanol.

Alkohol dikenal dalam sejarah umat manusia sekitar 8.000 tahun. Hingga saat ini, alkohol dikonsumsi secara luas, utamanya alkohol dalam bentuk etil alkohol (etanol). Fungsi alkohol sama seperti obat- obat sedatif- hipnotik lainnya, alkohol dalam jumlah rendah sampai sedang dapat menghilangkan kecemasan dan membantu menimbulkan rasa tenang atau bahkan euforia. Akan tetapi, alkohol juga dikenal sebagai obat yang paling banyak disalahgunakan di dunia, suatu alasan yang tepat atas kerugian besar yang mesti ditanggung masyarakat dan dunia medis.37

37 Masters, S.B. (2002), Alkohol. Dalam Katzung, B. (2002), Farmakologi Dasar dan Klinik (edisi 4), Jakarta (buku asli diterbitkan pada tahun 1995)


(43)

Terkait dengan etanol atau jenis alkohol yang biasa terkandung dalam minuman alkohol bisa diproduksi dari proses fermentasian. Mengingat Etanol adalah jenis alkohol yang bisa diciptakan secara alami, maka harus dibedakan antara alkohol sebagai senyawa kimia dan minuman beralkohol. Alkohol yang biasa digunakan dalam minuman keras adalah etanol (C2H5OH), sedangkan minuman beralkohol (alkoholic beverage) adalah minuman yang mengandung alkohol (etanol) yang dibuat secara fermentasi dari jenis bahan baku nabati yang mengandung karbohidrat, seperti biji-bijian, buah-buahan, dan nira, atau yang dibuat dengan cara distilasi hasil fermentasi yang termasuk di dalamnya adalah minuman keras klasifikasi A, B, dan C (Per. Menkes No. 86/ 1977).

Secara lengkap dalam Wikipedia, mendefenisikan minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol.38 Perlu dipahami bahwa minuman beralkohol dengan alkohol adalah dua hal yang berbeda, sehingga terkesan yang dilarang/dikendalikan penggunaan adalah alkohol. Padahal tidak ada orang yang akan sanggup meminum alkohol dalam bentuk murni, karena akan menyebabkan kematian.

38


(44)

Alkohol merupakan komponen kimia yang terbesar setelah air yang terdapat pada minuman keras, akan tetapi alkohol bukan satu-satunya senyawa kimia yang dapat menyebabkan mabuk, karena banyak senyawa-senyawa lain yang terdapat pada minuman keras yang juga bersifat memabukkan, jika diminum pada konsentrasi cukup tinggi. Secara umum, golongan alkohol bersifat narcosis (memabukkan), demikian juga komponen-komponen lain yang terdapat pada minuman keras seperti aseton, beberapa ester, dan lain-lain. Disebabkan karena minuman beralkohol berstatus minuman memabukkan dan berimplikasi pada gangguan kesehatan, jiwa dan mental, maka penggunaannya perlu dikendalikan. Namun persoalan minuman beralkohol dan senyawa melindungi beberapa organ terhadap penyakit kardiovaskuler. Akan tetapi, sekitar 10% dari populasi umum di Amerika Serikat tidak mampu membatasi konsumsi etanol mereka, suatu kondisi yang dikenal penyalahgunaan alkohol. Individu-individu yang terus menerus meminum alkohol tanpa memperdulikan adanya konsekuensi yang merugikan secara medis dan sosial yang berkaitan langsung dengan konsumsi alkohol mereka tersebut menderita alkoholisme, suatu gangguan kompleks yang tampaknya ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan. Alkoholisme sulit untuk menentukan jumlah alkohol yang dikonsumsi tetapi dapat diketahui jika kebiasaan tersebut dalam beberapa cara mempengaruhi kehidupan seseorang secara bertolak belakang. Alkoholisme menyebabkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan, meningkatkan toleransi terhadap efek alkohol dan ketergantungan fisiologik.39

39


(45)

Dalam Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Dan Pengawasan Minuman Beralkohol, minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol ( C2H505 ) yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi.

Minuman beralkohol terdiri dari minuman beralkohol yang berasal dari produksi dalam negeri atau asal impor, yang juga dikelompokkan lagi kedalam 3 golongan, yakni :

a. Minuman beralkohol golongan A adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (CH250H) .

Contoh : Shandy, Minuman ringan beralkohol, Bir/Beer, Larger, Ale, Bir hitam/Stout, Low Alcohol Wine, Minuman beralkohol berkarbonasi, dan Anggur brem bali

b. Minuman beralkohol golongan B adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen)

Contoh : Reduced Alcohol Wine, Anggur/Wine, Minuman Fermentasi Pancar/ Sparkling Wine/Champagne, Carbonated Wine, Koktail Anggur/Wine Cocktail, Anggut Tonikum Kinina/ Quinine Tonic Wine, Meat Wine atau Beaf Wine, Malt Wine, Anggur Buah Apel/Cider, Anggur Sari Buah Pir/Perry, Anggur Beras/Sake/Rice Wine, Anggur Sari Sayuran/Vegetable Wine, Honey Wine/ Mead, Koktail Anggur/Wine


(46)

Cocktail, Tuak/Toddy, Anggur Brem Bali, Minuman Beralkohol Beraroma, Beras Kencur dan Anggur Ginseng

c. Minuman beralkohol golongan C adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55% ( lima puluh lima persen )

Contoh : Koktail Anggur/ Wine Cocktail, Brendi/Brandy, Brendi Buah/Fruit Brendy, Wisk/Whiskies, Rum, Gin, Benevea, Vodka, Sopi Manis/Liqueurs, Cordial/Cordials, Samsu/Medicated Samsu, Arak/Arrack, Cognac, Tequila, dan Aperitif .40

2. Dampak Minuman Beralkohol Bagi Orang Yang Mengkonsumsinya

Dampak atau efek samping yang di timbulkan bagi orang yang mengkonsumsi minuman beralkohol di bagi menjadi 2, yaitu berdasarkan jangka waktu dan kuantitas (jumlah pemakaian).

1. Bahwa berdasarkan jangka waktu pemakaian terdapat juga terbagi menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut ini :

a) Dalam jangka pendek :

Mulut akan terasa kering, Pupil mata membesar, Jantung berdegup lebih kencang, Timbul rasa mual, Pada awal nya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar), Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal, Segala perasaan malu akan menjadi hilang,

40 Lampiran Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Pengendalian Dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, Dan Penjualan Minuman Beralkohol


(47)

Kepala terasa kosong, rileks dan “asyik/fly”, Dalam waktu 4 sampai 6 jam setelah

itu kita akan merasa sangat lebih tertekan. b) Dalam Jangka Panjang

1) Kerusakan hati

Kerusakan organis yang disebabkan oleh penggunaan alkohol secara terus menerus seringkali bersifar fatal. Organ tubuh yang paling sering mengalami perubahan struktural akibat alkohol adalah hati.Secara normal, hati memiliki kemampuan untuk menahan zat aktif dalam bagian selularnya.Dalam kasus keracunan berbagai senyawa beracun, kami menganalisis seolah-olah hati merupakan sentral dari benda-benda asing. Hal ini sama halnya dengan alkohol.

Hati seorang pecandu alkohol tidak pernah terbebas dari pengaruh alkohol dan seringkali dipenuhi olehnya.Stuktur kapsular atau selaput yang kecil dari hati terkena dampak dari alkohol sehingga mencegah dialisis dan sekresi yang seharusnya. Hati menjadi besar karena dilatasi pembuluh pembuluhnya, tambahan zat cair dan penebalan jaringan. Hal ini diikuti dengan kontraksi selaput dan penyusutan bagian-bagian selular dari keseluruhan organ.Kemudian bagian bawah pecandu alkohol menjadi dropsikal dikarenakan gangguan pada pembuluh darah yang membawa arus balik darah. Struktur hati dipenuhi sel-sel lemak dan mengalami apa yang secara teknis ditunjuk sebagai lemak hati.

2) Kerusakan ginjal

Ginjal juga menderita akibat konsumsi alkohol yang berlebihan.Pembuluh darah ginjal kehilangan elastisitas dan kekuatan untuk kontraksi.Struktur-struktur yang kecil di dalam ginjal pergi melalui modifikasi lemak.Albumin dari darah


(48)

mudah melewati selaput mereka.Hal ini menyebabkan tubuh kehilangan kekuatannya seperti seolah-olah tubuh kehabisan darah secara bertahap.

3) Kemampatan paru-paru

Alkohol menenangkan pembuluh darah paru-paru dengan mudah karena mereka yang paling terkena fluktuasi panas dan dingin.Ketika mengalami efek dari variasi suhu atmosfer yang cepat berubah, mereka menjadi mudah sesak.Selama musim dingin yang parah, kemampatan paru-paru yang fatal dengan mudah mempengaruhi seorang pecandu alkohol.

4) Gangguan jantung

Konsumsi alkohol sangat mempengaruhi jantung.Kualitas struktur selaput yang menyelubungi dan melapisi jantung berubah dan menebal menjadi seperti tulang rawan atau berkapur.Kemudian katup kehilangan keluwesan mereka sehingga yang disebut dengan gangguan katup menjadi permanen. Struktur lapisan pembuluh darah besar dari jantung juga mengalami perubahan struktur yang sama sehingga pembuluhnya kehilangan elastisitas dan kekuatan untuk menyuplai jantung dengan kemunduran dari proses menggelembung-nya, setelah jantung lewat denyutannya, telah mengisinya dengan darah. Sekali lagi, struktur otot jantung gagal karena perubahan degeneratif dalam jaringannya.

Unsur-unsur dari serat otot diganti oleh sel lemak atau jika tidak jadi diganti, merupakan diri mereka sendiri yang ditransfer ke dalam tekstur otot yang telah dimodifikasi sehingga kekuatan kontraksinya berkurang drastis. Mereka yang menderita kerusakan organis dari organ pusat dan organ pengaturan sirkulasi darah menyadarinya secara diam-diam, hal tersebut sulit terlihat sampai pada


(49)

kerusakan yang lebih parah. Mereka menyadari kegagalan pusat kekuatan dari penyebab-penyebab ringan seperti kelelahan, kesulitan istirahat yang cukup dan dapat terlalu lama tidak menyentuh makanan. Mereka merasakan apa yang mereka sebut dengan istilah "tenggelam", namun mereka tahu bahwa anggur atau stimulan jenis lain akan meredakan sensasi tersebut dengan cepat. Jadi mereka berusaha menghilangkan hal tersebut sampai akhirnya mereka menemukan bahwa cara tersebut telah gagal. Jantung yang setia, telah bekerja terlalu keras dan menjadi payah sehingga tidak dapat bekerja lagi.Jantung tersebut telah habis masanya dan pengatur aliran darah telah rusak.Arus balik bisa membanjiri jaringan secara bertahap membendung jalannya atau berhenti sepenuhnya di pusat hanya dengan kejutan ringan atau dengan gerakan berlebihan.

2. Berdasarkan kuantitas pemakaian terdapat juga terbagi 2 (dua) yaitu sebagai berikut ini:

a) Dalam jumlah yang kecil : 1) Menimbulkan rasa rileks

2) Cepat timbul rasa senang, rasa sedih dan kemarahan

b) Bahwa jika dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek merasa lebih bebas mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih emosional (sedih, senang, marah secara berlebihan ) muncul akibat fungsi fisik motorik yaitu :

cara berbicara menjadi cadel, pandangan menjadi kabur, Sempoyongan, Inkoordinasi motorik,t idak sadarkan diri, kemampuan mental mengalami


(50)

hambatan, gangguan untuk memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu.

2. Gangguan Bagi wanita

Minuman beralkohol selama ini memang identik dengan minuman pria tapi saat ini semakin banyak kaum wanita yang mulai keranjingan menenggak alkohol. Padahal, dalam konsumsi berlebih minuman beralkohol lebih berdampak buruk untuk kaum hawa. Kenyataan penelitian menyebutkan bahwa kaum wanita ternyata lebih cepat mabuk, para dokter mengingatkan bahwa penyakit-penyakit yang berkaitan dengan alkohol lebih cepat muncul pada wanita.

Otak perempuan alkoholik dapat mengalami kerusakan, terutama pada fungsi syaraf kognitifnya.Namun bukan berarti pria alkoholik terbebas dari masalah. Perempuan alkoholik memiliki hasil tes yang buruk dalam hal memori visual, fleksibilitas kemampuan kognitif, penyelesaian masalah dan perencanaan. Selain merusak syaraf otak, alkohol juga merusak bagian liver. Lagi-lagi dampak kerusakannya lebih cepat terjadi pada perempuan dibanding pria. Komposisi air dalam tubuh wanita lebih sedikit dibanding pria.Pada tubuh pria terdapat 65 persen air, sedangkan wanita hanya 55 persen sehingga wanita lebih mudah mabuk. Alkohol diserap ke dalam darah kemudian dibawa oleh air ke dalam sel. Nah karena air dalam tubuh wanita lebih sedikit, maka konsenstrasi alkohol dalam darah lebih tinggi meski mereka minum dalam jumlah yang sama dengan pria. Walaupun organ hati kaum wanita tidak sensitif pada alkohol, namun konsentrasi alkohol dalam tubuh wanita yang tinggi itu akan membuat liver wanita lebih cepat


(51)

rusak dibanding pria. Dampak alkohol pada metabolisme wanita berbeda dengan pria. Selain itu, tubuh pria lebih banyak memiliki kandungan air sehingga dapat mengurangi dampak alkohol. Alasan lain yang dikemukakan adalah enzim yang mengubah alkohol menjadi materi inaktif lebih sedikit pada perempuan. Jika wanita dan pria yang berat badannya sama diberikan alkohol dalam jumlah yang sama, kadar alkohol dalam darah wanita tiga kali lebih tinggi. Selain itu, penyalahgunaan alkohol juga dapat menyebabkan kekurangan gizi dan menurunkan ketahanan terhadap penyakit, sekaligus memberikan dampak yang buruk pada penampilan Anda. Tidak seorang pun dapat mengatakan dengan pasti, tetapi pantang minum alkohol mungkin menjadi salah satu cara seorang wanita dapat tetap sehat dan tampak lebih muda lagi. Konsumsi minuman beralkohol bagi wanita yang sedang hamil akan merusak sang jabang bayi. Konsumsi itu akan berdampak pada kemampuan kognitif anak dikemudian hari. Selain masalah koginitif anak yang lahir dari seorang ibu yang mengkonsumsi minuman beralkohol saat hamil juga akan mengalami masalah dengan rendahnya perhatian dan reaksi.

3. Dampak Psikologis

Dapat merusak secara permanen jaringan otak sehingga menimbulkan gangguan daya ingatan, kemampuan penilaian, kemampuan belajar dan gangguan jiwa tertentu.


(52)

Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal don menonjol pada demensia, khususnya pada demensia yang mengenai korteks, seperti demensia tipe Alzheimer. Pada awal perjalanan demensia, gangguan daya ingat adalah ringan dan paling jelas untuk peristiwa yang baru terjadi.

b. Orientasi

Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, waktu dan tempat, orientasi dapat terganggu secara progresif selama perialanan penyaki Demensia. Sebagai contohnya, pasien dengan Demensia mungkin lupa bagaimana kembali ke ruangannya setelah pergi ke kamar mandi. tetapi, tidak masalah bagaimana beratnya disorientasi, pasien tidak menunjukkan gangguan pada tingkat kesadaran.

c. Gangguan Bahasa

Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe Alzheimer dan demensia vaskular, dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien. Kesulitan berbahasa ditandai oleh cara berkata yang samarsamar, stereotipik tidak tepat, atau berputar-putar.

d. Perubahan Kepribadian

Perubahan kepribadian merupakan gambaran yang paling mengganggu bagi keluarga pasien yang terkena. Pasien demensia mempunyai waham paranoid. Gangguan frontal dan temporal kemungkinan mengalami perubahan keperibadian yang jelas, mudah marah dan meledak – ledak.


(53)

Diperkirakan 20 -30% pasien demensia tipe Alzheimer, memiliki halusinasi, dan 30 – 40 % memiliki waham, terutama dengan sifat paranoid atau persekutorik dan tidak sistematik.

4. Dampak Terhadap Orangtua dan Keluarga

a) Menimbulkan beban mental, emosional, dan sosial yang sangat berat.

b) Menimbulkan beban biaya yang sangat tinggi yang dapat membuat bangkrutnya ekonomi keluarga.

c) Menimbulkan beban penderitaan berkepanjangan dan hancurnya harapan tentang masa depan anak.

d) Memicu proses penelantaran keluarga.

e) Memicu kekerasan dalam rumahtangga (KDRT) dan memicu perceraian.

5. Dampak Sosial (Gangguan Kamtibmas, Keresahan Masyarakat dan Beban Negara)

a. Orang mabuk karena alkohol itu jika tidak terkontrol ternyata banyak yang menyebabkan masalah sosial dan kamtibmas. Orang mabuk cenderungnya memiliki emosi yang tidak terkontrol. Perasaan pemabuk mudah tersinggung, kita sering mendengar dan melihatnya pada konser-konser musik di saat mereka mabuk, tersenggol sedikit saja bisa memicu keributan. Di bawah pengaruh alkohol, orang cenderung menjadi berani dan agresif, bahkan tidak takut mati. Beberapa kekerasan masal terjadi


(54)

karena sebelum mereka ricuh, rusuh atau melakukan aksi brutal, mereka meneguk minuman beralkohol.

b. Pemabuk menjadi kurang memberi perhatian terhadap lingkungan terdekat dan sekitar, bakhan untuk dapat memperoleh seteguk alkohol (kecanduan) dan bila tidak terkontrol akan memicu tindakan-tindakan nekad yang melanggar norma-norma dan sikap moral yang lebih parah lagi akan dapat menimbulkan tindakan pidana atau kriminal.

c. Menimbulkan beban ekonomi yang tinggi bagi program pencegahan, penegeakan hukum dan perawatan serta pemulihan pecandu minuman keras (beralkohol)

d. Menimbulkan gangguan terhadap ketertiban, ketentraman, dan keamanan masyarakt.

e. Menghancurkan kualitas dan daya saing bangsa serta membunuh masa depan dan kejayaan bangsa.

f. Berkaitan dengan peningkatan tindak kejahatan termasuk kerusuhan, separatisme dan terorisme.41

B. Tinjauan Umum Tentang Larangan Perizinan Penjualan Minuman

Beralkohol Di Minimarket Menurut Hukum Administrasi Negara

Minimarket dalam Peraturan Perundang-undangan termasuk dalam

pengertian “toko modern”. Peraturan mengenai toko modern diatur dalam

41


(1)

ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP LARANGAN PERIZINAN

PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DI MINIMARKET

BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 6

TAHUN 2015

*Sandro Pandiangan

** Suria Ningsih, SH., M.Hum

***Amsali Sembiring SH, M. Hum

Penjualan minuman beralkohol merupakan suatu hal yang diatur oleh pemerintah mengenai perizinan ataupun larangan perizinannya. Larangan Perizinan Penjualan Minuman Beralkohol Di Minimarket dipilih peneliti untuk dijadikan Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum baik bagi Pemerintah maupun Masyrakat.

Adapun perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penjualan minuman beralkohol. Mengapa diberlakukan ketentuan larangan perizinan penjualan minuman beralkohol di minimarket. Bagaimana implementasi peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015?. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan perpustakaan atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama bahan sekunder dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum. Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan penjualan minuman beralkohol, yaitu UUD 1945; UU No. 25 Tahun 2007; UU No. 36 Tahun 2009;UU No.18 Tahun 2012; UU NO. 39 Tahun 2007, Kepres No. 3 Tahun 1997; Perpres No. 74 Tahun 2013; Permendag No. 20 Tahun 2014; Permendag No. 6 Tahun 2015; KUHP. Alasan-alasan diberlakukannya ketentuan larangan perizinan penjualan minuman beralkohol di minimarket yaitu ditinjau berdasarkan Permendag No.6 Tahun 2015, Landasan Pembentukan RUU Tentang larangan minuman beralkohol dan Putusan MA No. 42 Tahun 2012. Implementasi Permendag No.6 Tahun 2015 memiliki hambatan yang mengakibatkan direlaksasikannya larangan di daerah wisata dan daerah tertentu.

Kata kunci : Perizinan Minuman Beralkohol, Larangan Minuman Beralkohol

* Sandro Pandiangan, Mahasiswa

** Suria Ningsih, SH., M.Hum, Dosen Pembimbing I ***Amsali Sembiring SH, M. Hum, Dosen Pembimbing II


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat, kasih dan karunianya penulis diberikan kesabaran dan kekuatan

sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Tinj

auan Yuridis

Terhadap Larangan Perizinan Penjualan Minuman Beralkohol Di Minimarket

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015”

Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua

tercinta Ayahanda Haposan Pandiangan dan Ibunda Julinar Sinaga, serta

saudara-saudara tercinta Darwin Leonardo Pandiangan, Arjuna Alex Rinaldi Pandiangan

dan Eko Ardiansyah Pandiangan yang banyak membantu penulis baik dalam hal

materi, dukungan, doa dan kasih sayang.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang

telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun

pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM, selaku wakil Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum, selaku wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.


(3)

5. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum

Administrasi Negara dan sekaligus Dosen Pembimbing I penulis yang

telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Bapak Amsali Sembiring SH, M. Hum, selaku Dosen Pembimbing II Penulis

yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam proses

pengerjaaan skripsi ini.

7. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

8. Seluruh pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Medan yang telah banyak membantu dalam proses administrasi mulai dari

penulis masuk kuliah hingga penulis menyelesaikan studi.

9. Imelda Apriani Barus, SE yang selalu mensupport penulis dari awal hingga

terselesaikannya skripsi ini.

10. Teman-teman stambuk 2011 Recky Barus, Ervin Barus, Deddy Siagian, Hans

Nadapdap, Andana Limbeng, Kardopa Nababan, Boby Asyer Simangunsong,

Jhonny Hutabarat, Dedy Lubis, Rahmad Kharisman, Pranto Situmorang,

Hengky Simanjuntak, Jackson Pakpahan, Arnold Sihombing, Irryn Bukit,

Restika Capriana, Endha Sembiring. dan mitra-mitra lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang telah mendukung dan memberikan motivasi

kepada penulis selama masa perkuliahan sampai selesainya penulisan skripsi

ini.


(4)

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan

mahasiswa dan bagi para pembaca sekalian. Akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih.

Medan, Februari 2016

Penulis

Sandro Pandiangan

Nim : 110200583


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Keaslian Penulisan ... 10

E. Tinjauan Kepustakaan ... 11

F. Metode Penelitian ... 27

G. Sistematika Penulisan ... 29

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERKAITAN DENGAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL ... 31

A. Tinjauan Umum Tentang Minuman Beralkohol ... 31

B. Tinjauan Umum Tentang Larangan Perizinan Penjualan Minuman Beralkohol Di Minimarket Menurut Hukum Administrasi Negara ... 43

C. Peraturan Perundang-undangan Yang Berkaitan Dengan Penjualan Minuman Beralkohol ... 49


(6)

BAB III ALASAN-ALASAN DIBERLAKUKANNYA LARANGAN PERIZINAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DI

MINIMARKET ... 67 A. Ditinjau Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 6 Tahun 2015 ... 70 B. Ditinjau Berdasarkan Ketentuan-Ketentuan Yang Melarang

Penjualan Minuman Beralkohol ... 77

BAB IV IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI

PERDAGANGAN NOMOR 6 TAHUN 2015 ... 83

A. Usaha Yang Dilakukan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Medan Mengimplementasikan Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 ... 83 B. Hambatan-Hambatan Dalam Mengimplementasikan Peraturan

Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015

Di Kota Medan ... 87 C. Upaya Yang Dilakukan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan

Kota Medan Dalam Mengatasi Hambatan-Hambatan

Dalam Mengimplementasikan Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 6 Tahun 2015 ... 92 D. Pengawasan Penjualan Minuman Beralkohol

Di Minimarket ... 93 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

DAFTAR PUSTAKA