Sitologi Impresi Tes Sekresi Air Mata .1

2.2.3 Tes Schirmer

Tes Schirmer dilakukan dengan menempatkan strip tipis kertas filter pada forniks inferior. Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan kuantitas produksi air mata. Tes sekresi dasar dilakukan setelah pemberian anestesi topikal, diikuti dengan pengeringan ringan sisa air mata dari forniks inferior. Kertas filter tipis ditempatkan pada pertemuan antara tengah dan sepertiga lateral kelopak mata inferior untuk mengurangi iritasi kornea selama dilakukan tes. Tes dapat dilakukan dengan mata terbuka atau tertutup, walaupun beberapa ahli merekomendasikan dengan mata tertutup untuk membatasi efek berkedip AAO, 2011-2012a; Dry eye workshop, 2007. Tes Schirmer I hampir sama dengan tes sekresi dasar tetapi tanpa penggunaan anestesi topikal. Hasil pengukuran kurang dari 10 mm selama pemeriksaan 5 menit dapat didiagnosa sebagai ATD. Level sensitivitas tes Schirmer I adalah rendah walaupun relatif spesifik AAO, 2011-2012a. Tes Schirmer II mengukur refleks sekresi, dilakukan serupa yaitu tanpa anestesi topikal. Setelah kertas saring diletakkan pada forniks inferior, kapas aplikator dipakai untuk mengiritasi mukosa nasal. Apabila kertas saring basah kurang dari 15 mm setelah 5 menit menyatakan adanya defek refleks sekresi AAO, 2011-2012a; Dry eye workshop, 2007.

2.2.4 Sitologi Impresi

Prosedur sitologi impresi pertama kali dikenalkan oleh Larmande dan Timsit untuk mendiagnosis neoplasia skuamosa permukaan okular pada tahun 1954. Penggunaan sitologi impresi konjungtiva telah didokumentasikan untuk memeriksa gangguan permukaan okular dan kepadatan sel goblet Schober, et al., 2006; Singh, et al., 2005. Sistem penilaian pertama kali diterbitkan oleh Nelson berdasarkan penampakan morfologi epitel konjungtiva dan sel goblet. Penilaian sistem memiliki skala 0-3 berdasarkan morfologi sel epitel, perilaku pewarnaan, rasio nukleoplasmik, serta kepadatan dan pewarnaan PAS sel goblet Schober, et al., 2006; Shrestha, et al., 2011; Sood, 2006. Tabel 2.1 Kriteria Sitologi Impresi Nelson Singh, et al., 2005 Derajat Gambaran 500 sel gobletmm 2 Sel epitel kecil, bulat dengan nukleus besar 1 350-500 sel gobletmm 2 Sel epitel sedikit besar, bentuk lebih poligonal dengan nukleus kecil 2 100-350 sel gobletmm 2 Sel epitel besar dan poligonal, multinucleated, dengan variasi pewarnaan sitoplasma, nukleus kecil 3 100 sel gobletmm 2 Sel epitel besar, poligonal dengan nukleus piknotik kecil Gambar 2.2 Gambaran sitologi impresi. A Sitologi impresi permukaan kornea normal. B Sitologi impresi zona transisi normal dari kornea ke limbus Singh, et al., 2005 Metode sitologi impresi memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi 78- 87, dapat mendeteksi perubahan awal yang tidak terdeteksi oleh tes fungsi air mata rutin. Kelemahan terutama terdapat pada hilangnya detail morfologi dan hasil sel yang buruk dalam kasus keratinisasi Bhargava, et al., 2014; Kane, 2007. Sitologi impresi memberikan alternatif terhadap diagnostik eksisi biopsi atau smears konjungtiva yang terbuat dari usapan yang diambil dengan spatula tumpul. Usapan konjungtiva menghancurkan banyak informasi morfologi dan sebagai perbandingan, biopsi konjungtiva menyediakan informasi dari sampel yang relatif kecil dari epitel permukaan. Sitologi impresi oleh karena itu merupakan teknik pilihan pengambilan sampel epitel permukaan sebagai jaringan target dan bukan epitel basal atau membran basement Shresta, et al., 2011. Teknik sitologi impresi menggunakan sepotong kertas saring Millipore yang ditekan secara ringan pada area tertentu dari permukaan konjungtiva atau dalam kasus yang jarang terjadi, kornea untuk mengangkat 1-3 lapis sel-sel epitel permukaan, selanjutnya lakukan fiksasi dan pewarnaan dengan HE atau PAS atau Papanicolaou untuk menunjukkan sel-sel goblet dan sel epitel. Kertas saring Millipore memiliki keuntungan metode menjadi cepat, mudah diterapkan dan mudah ditransportasikan dengan alat mekanis yang stabil. Perlekatan sel epitel yang baik juga terjamin, spesimen yang memadai dapat diperoleh dari kasus. Setiap spesimen diperiksa di bawah mikroskop dengan 10 x high power field HPF. Setidaknya pembacaan dengan 10 HPF digunakan untuk sel goblet dan sel epitel. Hasil sitologi impresi biasanya berhubungan dengan tes fungsi sekresi air mata seperti TBUT, pewarnaan kornea, Schirmer tanpa anestesi, dan rose bengal AAO, 2011-2012a; Shrestha, et al., 2011; Kumar, et al., 2014; Singh, et al., 2005. Gambar 2.3 Gambaran hasil sitologi impresi pewarnaan PAS dan hematoksilin, pembesaran 100x pada pasien dengan dry eye syndrome. A Derajat 0, normal. B Derajat 1, kehilangan sel goblet awal. C Derajat 2, kehilangan sel goblet total. D Derajat 3, keratinisasi awal. E Derajat 4, keratinisasi sedang. F Derajat 5, keratinisasi berat Kim E.C., et al., 2009

2.3 Small Incision Cataract Surgery SICS