21
kafir. Pernah dia kedatangan seorang tamu guru ngaji dari Magelang yang mengejeknya dengan sebutan kiai kafir, dan kiai palsu karena mengajar dengan
menggunakan alat-alat sekolah milik orang kafir. Kepada guru ngaji yang mengejeknya itu Dahlan sempat bertanya, “Maaf, Saudara, saya ingin bertanya
dulu. Saudara dari Magelang ke sini tadi berjalankah atau memakai kereta api?”
“Pakai kereta api, kiai,” jawab guru ngaji. “Kalau begitu, nanti Saudara pulang sebaiknya dengan berjalan kaki saja,” ujar Dahlan. “Mengapa?” tanya
sang tamu keheranan. “Kalau saudara naik kereta api, bukankah itu perkakasnya orang kafir?” kata Dahlan telak.
Di sin ilah Ahmad Dahlan menerapkan Al Qur‟an surah 96 ayat 1 yang
memberi penekanan arti pentingnya membaca, diterjemahkan dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Ahmad Dahlan berfikir dengan
pendidikan buta huruf diberantas. Apabila umat Islam tidak lagi buta huruf, maka mereka akan mudah menerima informasi lewat tulisan mengenai
agamanya.
39
Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah
Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961.
40
b. TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid
Dalam dakwahnya, TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid menggunakan strategi pengembangkan dakwah dengan pendekatan kultural dan
struktural. Pendekatan kultural ia konsen pada bidang sosial, kesehatan. Pendekatan struktural ia masuk partai politik.
1 Pendekatan kultural
a Bidang sosial Di bidang sosial TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid berupaya
untuk mensejahterakan kehidupan sosial masyarakat dengan kerja-kerja sosial. Kerja-kerja tersebut merupakan respon terhadap problem-problem
sosial yang terjadi di tengah-tengah masyrakat. Pendekatan yang digunakan
39
Fatikul Himami, Implementasi Konsep Pemikiran, Ibid
40
Ibid.
22
adalah mengimplementasikan konsep aktivitas sosial yang berbasis community development pengembangan masyarakat.
Secara kosepsional community development berusaha untuk membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap masalah-masalah yang di
hadapi, dan menumbuh kembangkan partisipasi aktif masyarakat dalam mencari solusi terhadap persoalan yang di hadapi secara mandiri. Pada tahap
berikutnya, berupaya untuk memfasilitasi solusi kreatif masyarakat tersebut, baik secara mandiri maupun kerjasama dengan pihak atau instansi terkait.
Pada akhirnya, sebuah kesejahteraan merupakan hasil dari kemandirian masyarakat untuk mengatasi masalah-masalahnya sendiri.
Menurut Abdullah Syarwani, sekurang-kurangnya, ada empat peran utama dari agen pembangunan dalam melakukan pengembangan masyrakat
yaitu: a sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat agar mau melakukan perubahan; b sebagai pemberi pemecahan persoalan; c sebagai
pembantu proses perubahan, membantu dalam peroses pemecahan masalah dan penyebaran informasi, serta memberi petunjuk bagaimana: a
mengenali dan merumuskan kebutuhan, b mendiagnosa permaslahan dan menetukan tujuan, c mendapatkan sumber-sumber yang relevan, d
memilih atau menciptakan pemecahan masalah, dan 4 sebagai penghubung dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk pemecahan maslah yang
dihadapi. TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid dalam upaya merealisir
program sosialnya, mengajukan beberapa agenda kerja, antara lain mendirikan panti asuhan dan asuhan keluarga di berbagai tempat kedudukan
organisasi, disamping itu mengalokasikan dana bi‟sah untuk program
beasiswa bagi kader-kader yang potensial.
41
Selain itu, kerja-kerja sosial yang dilakukan oleh Nahdlatul Wathan adalah mendirikan klinik-klinik
keluarga sejahterah untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekaligus sebagai mitra pemerintah dalam mensukseskan
program kependudukan dan lingkungan hidup.
41
Bi‟sah adalah sebuah badan kordinasi program beasiswa bagi santri yang berperestasi dan potensial, yang didirikan pada tahun 1951 oleh TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid
23
Dalam membantu masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan, maka TGH Zainuddin Abdul Majid melalui organisasi Nahdlatul Wathan
mendirikan sejumlah panti asuhan dan asuhan keluarga. Panti asuhan merupakan tempat penampungan dan pemberdayaan anak-anak yatim, fakir
miskin, dan anak-anak terlantar. Berdasarkan catatan pada Depertemen Sosial Pengurus Besar Nahdlatul Wathan jumlah panti asuhan yang dikelola
berjumlah 23 buah dengan jumlah anak asuh sebanyak 1896 orang.
42
b Bidang pendidikan
TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid mulai menyebarkan ide- idenya kepada orang-orang sasak setelah ia kembali dari Makkah ke
Lombok. Ia mulai berupaya “memperbaiki” serta mengangkat harkat dan martabat masyarakat Sasak di Lombok dari kebodohan dan
keterbelakangan menuju masyarakat yang maju, bermartabat, serta memilki iman yang kokoh. Bagi Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Majid tentu bukan pekerjaan gampang, segampang membalikkan telapak tangan, tetapi membutuhkan perjuang panjang dan kerja keras.
Dalam merealisasikan obsesinya tersebut, Tuan Guru haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid mendirikan pesantren al-Mujahidin
pada tahun 1934 M, sebagai tempat pembelajaran agama secara langsung bagi kaum muda. Pendirian ini dilator belakangi oleh keinginannya untuk
memberikan pembelajaran
agama yang
lebih bermutu
kepada masyarakat,karena pada saat itu para Tuan Guru daam mengajarkan agama
lebih banyak menggunakan kitab-kitab arab Melayu, seperti Bidayah, Perukunan, dan Sabil al-Muhtadin.
Sebagaimana pesantren pada umumnya, Pesantren al-mujahidin mempergunakan tradisi pembelajaran dengan metode halaqoh. Namun
mengingat metode halaqah tidak begitu efektif,karena pertama, sulit mengukur tingkat keberhasilan perestasi santri , kedua, tidak dapat
mengawasi secara maksimal proses pembelajaran yang efektif, Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid mempergunakan system
42
Muhammad Nur ed., Visi Kebangsaan Religius:Refleksi, 2004, hlm. 222-226.
24
pendidikan semi klasikal, yakni para santri dibagi berdasarkan peringkat kelas yang didasarkan pada tingkat usia. Ruang kelaspun dilengkapi dengan
perangkat kelas, seperti papan tulis, kapur tulis,dan lain-lainnya. Pendidikan system kelasikal ini, Nampak tidak hanya dapat menarik
minat dan perhatian masyarakat setempat, tetapi juga sangat diminati oleh para santri yang dating dari berbagai penjuru tanah Sasak. Hal ini terlihat
bahwa dalam waktu yang tidak begitu lama, tidak kurang dari 200 santri datang menuntut ilmu agama pada pesantren al-Mujahidin.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah santri yang belajar dipesantren ini , mendorong Tuan Guru haji Muhammad Zainuddin Abdul
Majid untuk mendirikan Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam di Lombok. Keinginan Tuan Guru haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid
mendirikan madrasah Nahdhatul Wathan Diniyah Islamiyah NBDI yang dipandangnyalebih efesien dan lebih efektif dalammencapai tujuan
pendidikan. Dalam mendirikan madrasah NBDI, Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid dibantu oleh ayahnya Tuan Guru Haji
Abdul Majid, serta saudaranya Tuan Guru Rifa‟I Abdul Majid dan Tuan Guru haji Faisal Abdul majid. Sementara pengasuhan Madrasah NWDI,
Tuan Guru haji Muhammad zainuddin Abdul Majid dibantu oleh sejumlah Tuan Guru setempat,Seperti uan Guru hajji Muhibuddin Abdul Aziz, tuan
Guru Haji FaisalAbdul Majid dan Tuan Guru Abdurrahim.
2 Pendekatan strktural
Seperti ditunjukkan pada masa hidupnya, TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid menekankan Fleksibilitas dan dinamisme dalam berjuang, namun
tetap dalam bingkai iman dan taqwa. Hal ini dengan jelas dapat kita cermati misalnya pada konsep politik beliau dengan tegas menjadikan al-
qur‟an dan al- Hadits sebagai referensi utama yang menjadi ground norm norma dasar dalam
menyikapi seluruh realitas politik dan kepartaian yang ada. Akan tetapi, apabila dalam implementasi kebijakan-kebijakan politik tersebut ternyata kontra atau
mengalami kendala dengan realitas sosial masyrakat yang ada, maka nash al- Qur‟an dan al-Hadits tersebut harus di-reinterpretasikan agar realitas sosial
masyarakat tersebut bisa direspon dan diakomodir dengan baik.
25
Gaya Pemikiran TGH. Muhammad Zainuddin yang fleksibel dalam memahami suatu teks ternyata membawa efek dalam prilaku dakwahnya dalam
bidang politik. Fleksibelitas itu tercermin dari perubahan kecenderungan sikap politik dan afiliasi politik sepanjang hayatnya. Jika kita tipologikan berdasarkan
kurun waktu, setidaknya ada empat periode yang menandakan kecenderungan politik TGH. Muhammad Zainuddin yang berbeda dari waktu ke waktu.
Periode pertama, pada era 1936-1952 ketika masa awal tumbuh dan berkembangnya NWDI dan NBDI sikap politik beliau bertumpu pada semangat
mengembangkan Islam dalam dimensi pendidikan dan dakwah, termasuk didalamnya anti kolonial, pada periode ini belum muncul hiruk pikuk kepartaian,
sehingga corak dakwah via politik masih berada pada jalur “murni” sebagai “khittah” perjuangannya. Periode kedua, era 1952-1970, beliau memasuki
gelanggang politik pada zaman Orde Lama yang dikenal sebagai era multi partai. Periode ketiga, era 1971-1982, merupakan politik era Orde Baru. TGH.
Muhammad Zainuddin kurang puas dengan partai-partai sebelumnya dipandang kurang bisa memajukan masyarakat. Maka sejak tahun 1970 beliau bersama
tokoh-tokoh muda NW menyusun strategi dan mencari alinasi baru. Beliau bersama tokoh-tokoh penting NW segera hengkang dari Parmusi dan
mendukung Golkar. Periode keempat, tahun 1982-1997, TGH. Muhammad Zainuddin praktis tidak berpolitik kembali, dan tidak lagi berkolaborasi dengan
Golkar karena partai pohon beringin itu dipandang kurang memperjuangkan aspirasi umat Islam. Beliau menetapkan langkah-langkah tertentu guna
menjauhkan usaha-usaha di bidang pendidikan dan sosialnya dari segala macam kegiatan politik. Bahkan pada muktamar NW ke VIII tahun 1986, beliau
mengajak seluruh komponen NW untuk kembali ke Khittah sebagaimana cita- cita awal NW.
Berdasarkan periodesasi tersebut dapat digariskan bahwa pola dakwah via politik yang dihasilkan TGH. Muhammad Zainuddin memiliki pola yang
baku dalam hal standar umum, meskipun kolaborasinya dengan partai politik dapat berubah-ubah. Namun yang pasti tetap ada perinsip yang dipegang, yakni
nilai kemaslahatan dalam berpolitik. Ketika aktif di dalam partai tujuan
26
utamanya adalah kemaslahatan umat, demikian pula ketika tidak lagi aktif, tujuannya pun adalah kemaslahatan umat.
43
3. Organisasi Muhammadiyah dan Nahdlatul Wathan NW a. Organisasi Muhammadiyah