Falsafah ajaran KH. Ahmad Dahlan

  

Falsafah Ajaran K.H. Ahmad Dahlan

Oleh : K.R.H. Hadjid

  Muqoddimah Sejak pulang dari pondok Termas 1916 saya masuk perkumpulan

  Muhammadiyah. Pada waktu itu saya berumur 19 tahun. Kemudian Saya berguru, berteman dengan K.H. Ahmad Dahlan pendiri perkumpulan Muhammadiyah tersebut sehingga beliau wafat pada tahun 1923. Jadi genap 6 tahun saya berkhidmat, berguru dan berteman dengan beliau.

  Dalam waktu 6 tahun itu saya tidak mendapat ilmu apapun dari beliau yang dapat tercatat dalam hati, kecuali hanya 7 perkara. Begitu juga saya yakin, bahwa kesulitan yang timbul dalam masyarakat umum dan dunia internasional akan dapat diatasi dengan 7 perkara, yang akan saya terangkan dalam buku ini.

  Sebelum saya menerangkan wejangan atau pelajaran dari K.H. Ahmad Dahlan yang 7 perkara itu, lebih dahulu perlu saya terangkan disini, kitab – kitab apa yang mengisi jiwa K.H. Ahmad Dahlan.

  Pada mulanya kitab – kitab yang dipelajari atau yang ditela’ah oleh beliau, adalah kitab–kitab yang biasa dipelajari oleh kebanyakan para ulama di Indonesia dan ulama Makkah. Misalnya dalam buku ‘Aqaid ialah kitab yang beraliran Ahlus Sunnah wal Jama’ah, ilmu Fiqh dari Madzhab Syafi’iyyah, dalam ilmu Tasawuf menurut imam Al–Ghozali.

  Kemudian setelah itu beliau mempelajari Tafsir Al–Manar karangan Rasyid Ridho, majalah Al– Manar dan Tafsir Juz ‘Amma karangan Muh. Abduh dan Muthola’ah kitab Al Urwatul Wutsqa karangan Jamaluddin Al Afghani.

  Dalam waktu mengikuti beliau, yang sering saya lihat ialah :

  1. Kitab Tauhid Muh. Abduh

  2. Tafsir Juz ‘Amma Muh. Abduh

  3. Kitab Kanzul ‘Ulum

  4. Dairatul Ma’arif karangan Farid Wadji

  5. Kitab – kitab fil bid’ah karangan Ibnu Tayyimah, sebagaimana kitab attawassul wal wasilah

  6. Kitab Al Islam wan Nashariyyah karangan Muhammad Abduh

  7. Kitab Idharulhaq karangan Rahmatullah Al – Hindi dan kitab – kitab hadits karangan ulama madzhab Hambali dan lain – lainnya yang tidak perlu satu – persatunya saya terangkan disini.

  

Perbedaan K.H. Ahmad Dahlan dengan ulama lainnya

  K.H. Ahmad Dahlan di samping mempunyai sifat dzakak (cerdas akalnya) untuk memahami kitab yang sukar, beliau mempunyai maziyah atau keistimewaan dalam khauf atau rasa takut terhadap ﻢﻴ ﻈﻌ ﻟ ﺍ ﺀ ﺂ (Kabar bahaya ـﺒ ﻧ yang besar) yang tersebut dalam Al Qur’an surat An–Naba’, sehingga nampak dalam kata–katanya, pelajaran yang diberikan dan nasehat–nasehat serta wejangan–wejangan beliau.

  Pada akhir usianya, ketika beliau sakit nampak sedang dakam sifat raja’ yaitu mengharap–harap rahmat tuhan. Seumpama para ulama saya gambarkan sebagai tentara, dan kitab–kitab yang tersimpan dalam perpustakaan–perpustakaan, toko-toko kitab, saya gambarkan sebagai senjata– senjata yang tersimpan dalam gudang, maka K.H. Ahmad Dahlan seperti salah satunya tentara yang tahu mempergunakan bermacam–macam senjata menurut mestinya. Sehingga K.H. Ahmad Dahlan itu mendapat berkah dari Allah SWT. Berguna bagi umat Islam Indonesia dan perkumpulan Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan yang maksudnya untuk patuh mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW mendapat karunia dan dapat hidup dengan suburnya.

  Sekarang tibalah saatnya saya terangkan wujud daripada 7 perkara pelajaran K.H. Ahmad Dahlan yang sangat penting untuk bekal hidup di dunia dan akherat.

  Pelajaran Pertama Fatwa K.H. Ahmad Dahlan r.a :

  Kita manusia ini, hidup di dunia hanya sekali, untuk bertaruh. Sesudah mati akan mendapat kebahagiaankah atau kesengsaraankah? Kerap kali beliau mengutarakan perkataan ulama :

  ﹶ ﻥﻮ ﺼ  ﻠ ﺨ  ﻤ ـ ﻟ ﺍ ﱠﻻ ﺍ ﻞ ﹴ  ﺟ  ﻭ ﻰ ﹶ ﻠ  ﻋ ﻥﻮ ﹶ ﹸﻠ ﻣ ﺎ  ﻌ ﻟ ﺍ ﻭ  ﻥﻮ ﹶ ﹸﻠ ﻣ ﺎ  ﻌ ﻟ ﺍ ﱠﻻ ﺍ ﹶ ﻥﻭ ﺮ  ﻴ  ﺤ  ﺘ  ﻣ ُ ﺀ ﺂ  ﻤ ﹶ ﻠ  ﻌ ﻟ ﺍ  ﻭ ُ ﺀ ﺂ  ﻤ ﹶ ﻠ  ﻌ ﻟ ﺍ ﱠﻻ ﺍ ﻰ  ﺗ ﻮ  ﻣ ﻢ  ﻬ ﱡﻠ ﹸﻛ ﺱﺎ   ﻨ ﻟ ﺍ

  Artinya: “Manusia itu semuanya mati (mati perasaannya) kecuali para ulama, yaitu orang–orang yang berilmu. Dan ulama–ulama itu dalam kebingungan, kecuali mereka yang beramal. Dan mereka yang beramal pun semuanya dalam kekhawatiran kecuali mereka yang ikhlas dan bersih”. Keterangan : Coba buktikanlah. Fikirkanlah dan lihatlah nyata bahwa :

  Tiap–tiap manusia masing–masing tertarik dan merasakan hal–hal yang sedang meliputi dirinya dan disitulah mereka mempunyai kepentingan sendiri– sendiri. Hingga mereka lupa tidak ingat akan nasibnya di kemudian hari.

  Kebanyakan manusia tidak memikirkan nasibnya sesudah mati karena tergila–gila merasakan kesenangan atau tenggelam merasakan kesusahan, hingga mati perasaannya tidak dapat memikirkan dan merasakan bagaimana nasibnya dikemudian hari bahagiakah atau sengsarakah?

  Ada orang yang membuat perumpamaan demikian : Hidup manusia adalah seperti seorang yang berdiri diatas pagar sumur, tanah dibawahnya telah rebah, lagi pula didalam sumur tersebut ada seekor ular yang sangat besar. Orang yang berdiri diatas pagar sumur sumur itu tidak mengetahui bahwa dia dalam keadaan yang demikian itu. Dia berpegang pada tali timba di atas sumur yang hamper putus karena dimakan tikus. Jika akhirnya tali itu putus pasti dia jatuh kedalam sumur menjadi mangsa ular yang sangat besar tadi. Tapi orang tadi mukanya menentang ke atas, lidahnya menjilat madu, dia hanya tertarik merasakan manisnya madu, lengah bahwa tali itu pasti putus, lupa bahwa dia diatas sumur yang didalamnya terdapat seekor ular yang sangat besar.

  Begitulah gambaran manusia hidup didunia, yaitu manusia hanya akan tertarik menrasakan manis dan lezatnya madu yang baru meliputinya, lupa kepada tali yang dipegang bahwa tali itu pasti putus. Artinya : manusia lupa bahwa bertambah hari, makin berkurang umurnya, dan makin dekat dengan kepada saat kematiannya. Keadaan sumur itu menjadi gambaran : didalam sumur ada ularnya yang sangat besar artinya : ada bahaya yang sangat besar.

  Saya ulangi perkataan : hidup didunia hanya sekali buat tebakan, hidup sekali buat pertaruhan. Itu jelasnya demikian : a. Golongan orang–orang yang belum mendapat ajaran agama, atau menolak ajaran agama, tergesa–gesa mengambil keputusan akan menemui kejadian apapun tidak ada pengusutan dan tidak ada pembalasan pahala dan hukuman.

  b. Menurut ajaran para nabi, para Rasul dan terutama ajaran nabi Muhammad saw berganti–ganti, terus–menerus hingga sekarang ini, mereka umat islam mengambil keputusan bahwa manusia itu ada asal usulnya, sesudah mati akan menerima akibat pahala ataupun hukuman. Terhadap orang–orang yang berbuat salah, buruk tingkah lakunya akan mendapatkan hukuman dan siksa yang sangat pedih. Kalau hidupnya yang sekali itu sampai sesat, keliru apalagi sampai salah kepercayaan dan tingkah lakunya pasti akan salah terka, akan rugi, celaka dan sengsara selama – lamanya.

  Bertalian dengan pelajaran pertma ini, didekat meja tulis K.H. Ahmad Dahlan tertpampang papan tulis. Pada papan tersebut suatu peringatan yang khusus untuk beliau yang selalu diperhatikan siang dan malam. Peringatan itu berbunyi demikian :

  ،ﻥﹶ ﻼﺣ ﺩﹶ ﺎﻳ ﺎﻌ ﻈﻔ ﳌ ﺍ ﺭ ﻮﻣ ﻻﺍ ﻭ  ﻢﹶ ﻈﻋﹶ ﺍ ﹶ ﻝﻮ ﻬـﻟ ﺍ ﱠﻥﺍ ﻦﻣ ﻚﻟ ﺪﺑ ﻻﻭ ﻚﻣ ﺎﻣ ﺍ ﺕ ﺎﻣ ﺍ ﻭ ﺓ ﺎﺠﻨ ﻟ ﺎﺑ ﺎﻣ ﺍ ﻚﻟ ﺫ ﺓ ﺪﻫﺎﺸﻣ ﺏ ﺎﻄﻌ ﻟ ﺎﺑ

،ﻥﹶ ﻼﺣ ﺩﹶ ﺎﻳ ﺭ ﺎﻨ ﻟ ﺍ ﻭ ﺔ ﻨ ﳉﺍ ﻭ ﺏ ﺎﺴﳊﺍ ﻭ ﺽﺮ ﻌ ﻟ ﺍ ﻭ ﺕﻮﳌ ﺍ ﻚﻳ ﺪﻳ ﲔﺑ ﻭ ﻙﺪﺣﻭ ﷲﺍ ﻊﻣ ﻚﺴﻔ ﻧ ﺭ ﺪﻗ ﺎﻤﻴ ﻓ ﻞﻣ ﺎﺗ ﺍ ﻭ

  ﻚﻴ ﻧ ﺪﻳ ﻩ ﺍ ﻮﺳﺎﻣ ﻚﻨ ﻋ ﻉﺩﻭ ﻚﻳ ﺪﻳ ﲔﺑ ﺎﳑ

  Artinya: “Hai Dahlan!! Sungguh bahaya yang menyusahkan itu terlalu besar

  demikian pula perkara–perkara yang mengejutkan di depanmu, dan pasti kau akan menemui kenyataan demikian itu, mungkin engkau selamat tetapi juga mungkin tewas menemui bahaya. Hai Dahlan !! coba bayangkanlah seolah–olah badanmu sendiri hanya berhadapan dengan Allah saja dan dihadapanmu ada bahaya maut, peradilan, hisab atay peperiksaan, surga dan neraka. (hitungan yang akhir itulah yang menentukan nasibmu). Dan fikirkanlah, renungkanlah apa–apa yang mendekati kau dari pada sesuatu yang ada dimukamu (bahaya maut) dan tinggalkanlah selain itu”.

  Selanjutnya ada lagi tulisan demikian : “Mereka sangat tertarik kepada dunia karena mendapatkan Ijazah tanpa sekolah, tetapi mereka yang bersekolah karena senang kepada akhirat selalu tidak naik kelas, padal sungguh–sungguh belajarnya. Ini menggambarkan orang yang celaka, sengsara didunia dan diakhirat karena tidak mau mengekang hawa nafsunya.

   ﻩ ﺍ  ﻮ ﻫ  ﻪ  ﻬـﹶ ﻟ ﺇ ﹶ ﺬ ﺨﺗ ﺍ ﹺﻦ ﻣ  ﺖ ﻳ ﺃ  ﺮ ﹶ ﻓ ﺃ ] ﺔ ﻴ ﺛ ﺎﳉﺍ ٢٢ [

  “Mengertikah kau, akan orang yang meng-Tuhan-kan Hawa nafsunya???” Sering setiap teman–teman K.H. Ahmad Dahlan sedang berkumpul, beliau memberikan peringatan demikian : “Lengah, Kalau sampai terlanjur terus–menerus lengah, tentu akan sengsara di dunia dan akhirat. Maka dari itu jangan sampai lengah kita harus berhati–hati. Sedangkan orang yang mencari kemuliaan didunia saja, kalau hanya seenaknya tidak bersungguh–sungguh tidak akan berhasil, apalagi mencari keselamatan dan kemuliaan di akhirat. Kalau hanya seenaknya sungguh tidak akan berhasil”.

  Pada suatu hari K.H. Ahmad Dahlan memberi fatwa demikian : “Bermacam–macam corak–ragamnya mereka mengajukan pertanyaan demikian : harus bagaimanakah supaya diriku selamat dari api neraka? Harus mengerjakan perintah apa? Beramal apa? Menjauhi dan meninggalkan apa? Pernyataan K.H. Ahmad Dahlan :

  “Orang yang sedang tersangkut perkara criminal, dia takut akan dijatuhi hukuman penjara. Menunggu–nunggu putusan hakim pengadilan negeri, karena takut hukuman penjara. Siang dan malam selalu termenung, sampai makan tidak enak, tidur tidak nyenyak. Selalu gelisah dan kesana kemari mencari Advocat atau pokrol.

  Tentu saja orang mukmin yang takut akan bahaya maut, takut akan diusut perbuatannya, takut akan diputus perkaranya, takut akan adanya pembalasan berupa siksa atau hukuman, pasti selalu harus bingung mencari usaha bagaimana caranya mendapat keselamatan, harus kemana–mana bertanya, bagaimana supaya dapat selamat. Tidak cukup hanya kira– kira dan diputusi sendiri. Ingatlah : hanya sekali hidup di dunia untuk bertaruh”.

  

Pelajaran Kedua

  Kebanyakan diantara manusia berwatak angkuh, dan takabur, mereka mengambil keputusan sendiri – sendiri. Keterangan : Sebagaimana orang Yahudi yang menganggap bahwa dirinya akan bahagia, selain orang Yahudi akan sengsara. Begitu juga orang

  Kristen menganggap bahwa hanya golongannya yang akan bahagia mendapat surga, lainnya akan sengsara.

  Begitulah anggapan tiap – tiap golongan agama, sebagaimana golongan Majusi, Shabiah dan lain – lainnya lagi. Mereka mempunyai anggapan sendiri bahwa hanya golongannya saja yang akan selamat, lainnya sengsara. Golongan islam juga menetapkan demikian. Hanya golongan islam yang selamat dari api neraka, selain golongan islam akan sengsara.

  Sekarang bagaimana orang yang tidak beragama ? Adapun Golongan mereka yang tidak berdasar agama ditetapkan oleh golongan – golongan beragama baik golongan Islam, Yahudi, Kristen, Majusi ataupun golongan agama lain – lainnya bahwa golongan yang tidak beragama itu semuanya akan celaka dan sengsara.

  Golongan yang tidak beragama mempunyai anggapan bahwa manusia itu sesudah mati tidak akan celaka dan tidak akan disiksa. Disini teranglah bahwa tiap – tiap golongan melemparkan kecelakaan kepada lainnya. Pernyataan fatwa K.H. Ahmad Dahlan : “Manusia satu sama lain selalu melemparkan pisau cukur, mempunyai anggapan pasti tepat dia melemparkan celaka kepada orang lain”.

  K.H. Ahmad Dahlan heran, mengapa pemimpin – pemimpin agama dan tidak beragama selalu hanya beranggap, mengambil keputusan sendiri tanpa mengadakan pertemuan antara mereka, tidak mau bertukar fikiran memperbincangkan mana yang benar dan mana yang salah? Hanya anggapan

  • – anggapan, disepakatkan dengan isterinya, disepakatkan dengan muridnya, disepakatkan dengan teman gurunya sendiri. Tentu saja dibenarkan. Tetapi marilah mengadakan permusyawaratan dengan golongan lain di luar golongan masing – masing untuk membicarakan manakah sesungguhnya yang benar itu? Dan manakah sesungguhnya yang salah itu?

  Keadan demikian itu banyak terdapat dalam golongan satu macam agama, menganggap salah terhadap sebagian golongan yang lain. Misalnya mereka yang beragama Kristen Katholik menganggap salah terhadap mereka yang beragama Kristen protestan. Sebaliknya yang beragama Kristen protestan menyalahkan kepada mereka yang beragama Kristen Katholik.

  Begitu juga dalam kalangan ummat islam, mereka yang mengaku menjadi Ahlu Sunnah wal Jama’ah menetapkan salah terhadap mereka yang didakwa termasuk golongan Mu’tazilah demikian seterusnya.

  Pendek kata tiap – tiap golongan dari yang besar sampai yang kecil malah sampai kepada perseorangan, mereka menganggap bahwa dirinya yang benar dan sudah benar, kemudian menyalahkan kepada yang lainnya.

  [ / ] ٣٢ ﻡ ﻭﺮ ﻟ ﺍ ﻥﻮ ﹶ ﺣﹺﺮ ﻓ ﹶ ﻢﹺﻬ  ﻳ ﺪﹶ  ﻟ ﺎ ﻤ ﹺﺑ ﺏ  ﹴ ﺰ ﺣ ﱡﻞﹸﻛ

  “Semua golongan bersukaria dengan barang yang ada dalam golongannya” mereka merasa sudah benar tidak memerlukan lagi untuk mengetahui keadaan golongan lain, tidak memerlukan bermusyawarah dengan golongan lain dan mengabaikan terhadap hujjah atau alasan golongan lain. Sudah teguh pendiriannya sengaja tidak mau membanding – banding atau menimbang.

  Tetapi kenyataanya satu sama lain selalu bertengkar, berselisih dan bermusuhan. Padahal sudah menjadi kepastian bahwa barang yang diperselisihkan itu kalau sudah diselidiki, tentu akan terdapat mana yang benar dan mana yang salah. Hanya satu yang benar diantara yang banyak itu.

  Tersebut dalam Al Qur’an :

  [ / ] ٣٢ ﺲﻧ ﻮﻳ ﹸﻝ ﹶ ﻼﻀﻟ ﺍ ﱠﻻﹺﺇ ﻖ ﺤﹾ ﻟ ﺍ  ﺪ ﻌ  ﺑ ﺍ ﹶ ﺫ ﺎ ﻤﹶ ﻓ

  “Maka tidak ada sesudahnya yang benar, kecuali yang salah” Apakah sebanyak perselisihan itu benar semua? Hanya sekali hidup di dunia kalau sampai salah akan celaka. Tetapi bagaimana pun mereka hanya selalu menganggap dirinya sudah benar dan merasa dalam kebenaran dan hanya memutuskan sendirian, merasa sudah memakai alasan yang syah tidak khawatir kalau salah. Hanya sekali hidup di bumi untuk bertaruh.

  K.H. Ahmad Dahlan membacakan surat Al ‘araf : 99 :

  [ / ] ٩٩ ﻑﺍ ﺮ ﻋﻷﺍ ﹶ ﻥﻭ ﺮ ﺳﺎ ﺨﹾ ﻟ ﺍ  ﻡ  ﻮﹶ ﻘ ﹾ ﻟ ﺍ ﱠﻻﹺﺇ ﻪ ﱠﻠ ﻟ ﺍ  ﺮ ﹾ ﻜ ﻣ  ﻦ ﻣ ﹾ ﺄ  ﻳ ﹶ ﻼ ﹶ ﻓ

  “Tidaklah khawatir akan siksa Allah, kecuali mereka golongan yang rugi”.

  Pelajaran Ketiga

  Manusia itu kalau mengerjakan pekerjaan apapun, sekali, dua kali, berulang – ulang maka kemudian jadi biasa. Kalau sudah menjadi kesenangan yang dicintai, maka kebiasaan yang dicintai itu sukar untuk di robah. Sudah menjadi tabi’at, bahwa kebanyakan manusia membela adat kebiasaan yang telah diterima, baik pun dari sudut keyakinan atau I’tiqad, perasaan kehendak mau pun amal perbuatan. Kalau ada yang akan merobah, sanggup membela dengan mengorbankan jiwa raga. Demikian itu karena anggapan bahwa apa yang dimiliki adalah benar.

  Keterangan : hati atau nafsu manusia itulah ada ibarat sebuah botol yang tidak berisi. Mula – mula lahir di dunia suci-bersih, kemudian orang tuanya diberi tuntunan, dari pergaulannya mendapat pendidikan dan pelajaran, baikpun dari teman, guru atau pun dari orang – orang tua di kampong halamannya. Dengan demikian masuklah beberapa pengetahuan yang mempengaruhi kepada akal fikiran, perasaan, kehendak dan perbuatannya, tercetak dalam nafsunya hingga menjadi kesenangan dan kepuasan dan menjadi keteguhan kemudian menganggap hanya itu yang benar. Bilamana apa berbeda dengan dirinya dianggapnya itu salah.

  Manusia tetap seperti botol, selalu menerima sembarang apa yang mengisinya. Umpama keturunan dari seorang yang tidak beragama, tetap akan menolak beragama. Begitu pula anak keturunan yang beragama Kristen diisi pelajaran Kristen sampai dewasa tetap beragama Kristen. Anak – anaka keturnan yang beragama Yahudi mulai kecil dididik, diajar agama Yahudi sampai dewasa teguh menjalankan agama Yahudi. Demikian seterusnya seperti botol, selalu menerima apa saja yang diisikan. Semuanya hanya Taqlid, menirukan tingkah laku orang tuanya dan guru – gurunya, menirukan tingkah laku temannya. Disebutkan dalam Al Qur’an surat Luqman ayat 21 :

  [ / ] ٢١ ﻥﺎﻤﻘ ﻟ ﺎ ﻧ َﺀ ﺎ ﺑ َﺁ ﻪ  ﻴ ﹶ ﻠ  ﻋ ﺎ ﻧ ﺪ  ﺟ ﻭ ﺎ ﻣ ﻊﹺﺒ  ﺘ ﻧ  ﹾ ﻞ ﺑ

  “Bahkan kami menganut apa – apa yang telah kami jumpai (kami terima) dari orang – orang tua kami” Sudah menjadi kebiasaan mereka menganggap terhadap apa yang telah diterima, itu yang benar selainnya yang tidak cocok dianggap salah dan dianggap musuh, sehingga anggapannya itu dibela dengan mencari – cari alasan, mencari – cari dalil untuk membela apa yang telah diterima itu dan menolak tidak memperdulikan alasan – alasan dalil yang bertentangan dengan apa yang telah dipegang teguh. Pernyataan syekh Muh. Abduh r.a :

  ﺪﻘ  ﺘ  ﻌ ﻴ  ﻟ ﱠﻝ ﺪ ﺘ ﺳﺍ ﹺﻦ ﻣ ﱡﻞﹶ ﻗ ﻭ ﻢﹺﻬﺗ  ﺍ ﺩﺎﹶ  ﻘ ﺘ ﻋﺍ  ﻖﻓ ﺍ ﻮ  ﻳ ﺎ ﻤﹺﺑ ﱠﻻﺍ ﹶ ﻥﻮﹸﻟ ﺪ ﺘ ﺴ ﻴ ﹶ ﻓ ﹶ ﻻﻭﹶ ﺍ ﹶ ﻥﻭ ﺪﻘ  ﺘ ﻌ  ﻳ ﻢ ﻫ ﺮ ﹶ ﺜ ﻛﹶ ﺍ “Kebanyakan manusia mula – mula sudah mempunyai pendirian.

  Setelah itu baru mencari dalil dan tidak mau mencari dalil selain yang sudah cocok dengan keyakinannya jarang sekali mereka mencari dalil untuk dipakai dan diyakinkan.”

  Pernyataan K.H. Ahmad Dahlan : “Orang yang mencari barang yang hak itu perumpamaannya demikian : Seumpama ada pertemuan antara orang islam dan orang Kristen, yang beragama islam membawa kitab suci Al Qur’an dan yang beragama Kristen membawa bible (perjanjian lam dan baru), kemudian kedua kitab suci itu diletakan diatas meja. Kemudian kedua orang tadi mengosongkan hatinya kembali kosong sebagaimana asal manusia tidak berkeyakinan apapun. Seterusnya bersama – sama mencari kebenaran mencari tanda bukti yang menunjukkan kebenaran. Lagi pula pembicaraannya denganbaik – baik tidak ada kata kalah dan menang. Begitu seterusnya. Demikianlah kalau memang semua itu membutuhkan barang yang hak. Akan tetapi sebagian besar daripada manusia hanya anggap – anggapan saja, diputuskan sendiri. Mana kebiasaan yang dimilikinya dianggap benar dan menolak mentah–mentah terhadap yang lainnya yang bertentangan dengan miliknya.

  ﺍ ﻮﹸﻠ ﹺﻬ ﺟ ﺎ ﻣ ُ ﺀ ﺍ  ﺪﻋﹶ ﺍ ﺱﺎ  ﻨ ﻟ ﺍ

  “Manusia itu semua benci kepada yang yang tidak diketahui.”

  • ( ) .........

   ﻢ ﻫ  ﻚﺌﹶ ﻟ ﻭﹸﺃ  ﻭ  ﻪ ﱠﻠ ﻟ ﺍ ﻢ  ﻫﺍ ﺪ  ﻫ  ﻦﻳ ﺬﱠﻟ ﺍ  ﻚﺌﹶ ﻟ ﻭﹸﺃ  ﻪ  ﻨ ﺴ  ﺣﹶ ﺃ ﻥﻮ ﹶ ﻌ ﹺﺒ ﺘ ﻴ  ﻓ ﹶ ﹶ ﻝ ﻮﹶ ﻘ ﹾ ﻟ ﺍ ﹶ ﻥﻮ ﻌ ﻤ ﺘ  ﺴ ﻳ  ﻦﻳ ﺬﱠﻟ ﺍ ١٧ ﺩﺎ ﺒ ﻋ  ﺮ ﺸ ﺒ ﹶ ﻓ [ ١٨ ، ١٧ / ﺮ ﻣ ﺰ ﻟ ﺍ ] ( ١٨ ) ﹺﺏ ﺎ ﺒ ﻟ ﹾ ﹶ ﺄ ﹾ ﻟ ﺍ ﻮﹸﻟ ﻭﹸﺃ

  “Maka berilah kabar gembira kepada hambaku yang (mereka itu) mau mendengarkan ucapan, kemudian mereka itu menganut yang lebih baik (benar). Orang–orang yang demikian ialah orang–orang yang mendapat petunjuk dari Allah. Dan orang-orang itulah yang mempunyai hati (akal yang sempurna)”.

  Keterangan: manusia itu perlu sekali mendengarkan segala fatwa ucapan. Dari siapa saja harus didengar. Jangan sampai menolak, tidak mau mendengarkan suara dari pihak lain. Selanjutnya suara–suara tadi harus difikir sedalam–dalamnya dan ditimbang– timbang, disaring dan dpilih mana yang benar.

  Manusia perlu mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Manusia yang tahu caranya mencuri, tidak bisa ditetapkan sebagai pencuri kecuali kalau memang benar–benar dia itu mencuri. Begitu juga Kristen yang faham seluk beluk tentang agama Islam, belum tetap menjadi orang kecuali kalau dia itu benar–benar mengamalkan agama islam. Dan begitu pula sebaliknya orang islam pun yang tahu seluk beluk agama Kristen juga tidak lalu ditetapkan menjadi orang Kristen, kecuali kalau memang mengamalkannya tersebut dalam hadits, nabi Muhammad saw berdo’a demikian :

   ﻪ  ﺑ ﺎ ﻨ ﺘ ﺟﺍ ﺎﻨ ﹶ ﻗ  ﺯ ﺭ ﺍ  ﻭ ﹰ ﻼﻃﺎ ﺑ ﹶ ﻞﻃﺎ ﺒ ﻟ ﺍ ﺎ ﻧ ﹺﺭ ﺍ ﹶ ﻭ   ﻪ ﻋﺎ  ﺒ ﺗ ﺍ ﺎ ﻨ  ﻗ ﺯ  ﺭ ﺍ  ﻭ ﺎ ﻘ ﺣ  ﻖ  ﺤ ـ ﻟ ﺍ ﺎ  ﻧ ﹺﺭ ﹶ ﺍ ﻢ  ﻬ ﱠﻠ ﻟ ﹶ ﺍ

  “Ya Allah, perlihatkanlah kepada kami akan barang yang hak sehingga kami dapat benar–benar mengetahui kebenarannya. Dan kami berharap karunia dari pada engkau supaya dapat kami mengikuti dan menetapi barang yang hak itu. Ya Tuhan Allah, kami mengharap agar engkau memperlihatkan kepada kami akan barang yang batal (salah), sehinga kami dapat benar–benar mengetahui kebathilannya dan kami mengharap karunia dari engkau supaya kami dapat menjauhinya” keterangan: Manusia pada biasanya kalau menerima fatwa orang yang dianggap guru besar, lalu taqlid, menurut tanpa mengetahui dalil dan tergesa– gesa menolak fatwa dari pihak lain. Lebih– lebih kalau pihak lain itu dianggap musuh. Pernyataan sayidina Ali r.a :

  • “Fikirlah apa yang diucapkan, jangan melihat kepada orang yang mengucapkan. Kenalilah kebenaran itu dengan pengetahuan yang benar, jangan dengan memandang orang.”

  ﹺﻝﺎ ﺟﺮ ﻟ ﺎﹺﺑ ﹶ ﻻ ﻖ ﺤ  ـ ﻟ ﺎ ﹺﺑ ﻖ  ﺤ ـ ﻟ ﺍ ﻑ ﹺﺮ ﻋ ﺍ ﹶ ﻝﺎ ﹶ ﹶ ﻗ ﻦ ﻣ  ﻰ ﹶ ﻟ ﺍ ﺮ ﹸﻈﻨ  ﺗ ﹶ ﻻ  ﻭ ﹶ ﻝﺎ ﹶ ﻗ ﺎ  ﻣ ﻰ ﹶ ﻟ ﺍ ﺮ ﹸﻈﻧ ﹸﺍ

  Kesimpulannya demikian: “Apa saja seperti pengetahuan, kepercayaan, perasaan, kehendak, tingkah laku, yang kau miliki, yang tumbuhnya dari kebiasaan jangan tergesa – gesa diputus sendiri lalu dianggap benar. Hendaklah dipikir dahulu dibanding dan dikoreksi, apakah sungguh sudah benar.

  Manusia belum memperoleh barang hak adalah sebab karena masih bodoh akan apa sebenarnya barang yang hak, atau sebab menolak barang yang hak, karena yang membawa yang hak itu dianggap musuh atau bodoh.

  Pelajaran Keempat

  Manusia perlu digolongkan menjadi satu dalam kebenaran, harus bersama – sama mempergunakan akal fikirannya untuk berfikir, bagaimana sebenarnya hakikat dan tujuan manusia hidup di dunia. Apakah perlunya? hidup di dunia harus mengerjakan apa? dan mencari apa? dan apa yang dituju? Manusia harus mempergunakan akal fikirannya untuk mengoreksi soal I’tikad dan kepercayaannya, tujuan hidup dan tingkah lakunya, mencari kebenaran yang sejati, karena kalau hidup di dunia hanya sekali ini sampai sesat, akibatnya akan celaka dan sengsara selama – lamanya.

  

[ / ]

٤٤ ﻥﺎﻗ ﺮ ﻔ ﻟ ﺍ ﻥﻮﹸﻠ ﹶ ﻘ ﻌ   ﻳ  ﻭﹶ ﺃ ﻥﻮ ﹶ ﻌ ﻤ  ﺴ ﻳ  ﻢ ﻫ ﺮ ﺜ ﹶ ﹾ ﻛﹶ ﺃ ﱠﻥﹶ ﺃ  ﺐ ﺴ ﺤ ﺗ  ﻡ ﺃ ﹶ

  “Adakah engkau menyangka, bahwasannya kebanyakan manusia, suka mendengarkan atau memikir– mikir? Mau mencari ilmu yang benar?

  Pelajaran Kelima

  Setelah manusia mendengarkan pelajaran–pelajaran fatwa yang bermacam–macam membaca beberapa tumpuk buku dan sesudah memperbincangkan, memikir–mikir, menimbang, membanding– banding kesana kemari, barulah mereka itu dapat memperoleh keputusan, memperoleh barang yang benar yang sesungguh–sungguhnya. Dengan akal fikirannya sendiri dapat mengetahui dan menetapkan inilah perbuatan yang benar.

  Sekarang, kebiasan manusia tidak berani memegang teguh pendirian dan perbuatan yang benar karena khawatir kalau menempati barang yang benar akan terpisah dari apa–apa yang sudah menjadi kesenangannya khawatir aka terpisah dengan teman–temannya. Pendek kata banyak kekhawatiran itu yang akhirnya tidak berani mengerjakan baran yang benar, kemudian hidupnya seperti makhluk yang tak berakal hidup asal hidup tidak menempati kebenaran.

  [ / ] ٤٤ ﻥﺎﻗ ﺮ ﻔ ﻟ ﺍ ﻼﻴ ﹰ ﹺﺒ  ﺳ ﱡﻞ ﺿﹶ ﺃ ﻢ  ﻫ ﹾ ﻞ ﺑ ﹺﻡ ﺎ ﻌ  ﻧ َﻷﺎﹶ ﻛ ﱠﻻﹺﺇ  ﻢ ﻫ ﹾ ﻥﹺﺇ ﻥﻮﹸﻠ ﹶ ﻘ ﻌ  ﻳ   ﻭﹶ ﺃ ﹶ ﻥﻮ ﻌ ﻤ  ﺴ ﻳ  ﻢ ﻫ ﺮ ﹶ ﺜ ﻛﹶ ﹾ ﺃ ﱠﻥﹶ ﺃ  ﺐ ﺴ ﺤ ﺗ  ﻡ ﺃ ﹶ

  “Adakah engkau kira bahwasannya kebanyakan manusia itu suka mendengarkan (pelajaran yang benar) atau suka memikir – mikir (menetapi perbuatan yang benar)? Sungguh tidak !!! tak lain dan tak bukan mereka itu hanyalah sebagai hewan malah mereka itu lebih sesat lagi jalan yang ditempuh (Q.S Al-Furqon 44).”

  Keterangan : kalau kehidupan hewan berebut dan merampas hak lain tidak tahu peraturan tidak mengerjakan barang benar itu sudah semestinya. Karena hewan tidak tidak mempunyai akal, tidzak dapat berfikir, jadi tidak bersalah. Tetapi kalau manusia bagaimana? Manusia mengerti barang yang benar, mengerti barang yang salah, tetapi perbuatannya selalu tidak menepati kebenaran dan tidak tahu gunanya hidup tidak tahu hikmah dia dijadikan.

  Fatwa K.H. Ahmad Dahlan: “Manusia tidak menuruti, tidak memperdulikan barang yang sudah terang benar bagi dirinya. Artinya diri sendiri, fikirannya sendiri, sudah dapat mengatakan itu benar, tetapi tidak mau menuruti barang yang benar, karena takut mendapat kesukaran takut berat dan macam–macam yang dilhawatirkan karena nafsu dan hatinya sudah terlanjur rusak, berpenyakit akhlak (budi pekerti) hanyut dan tertarik oleh kebiasaan buruk.”

  K.H. Ahmad Dahlan sering berbisik–bisik membaca sya’ir :

  ﺖ  ﻤﻋﺄ ﻓ ﹶ ﺖ ﻤ ﻋ َﺀ ﺍ  ﻮﻫﹶ ﻻﺍ ﻦﻜﹶ ﻟ  ﻭ ﻯ ﺪ ﺘ ﻫﺍ ﹺﻦ ﻤﻟ ﻊﺿﺍ   ﻭ ﻰﻠ ﻴ ﹺﺒ ﺳ   ﺞﺤ ﻧ  ﻭ

  “Dalam agamaku terang benderang bagi orang yang mendapat petunjuk tetapi hawa nafsunya (menuruti kesenangan) merajalela dimana– mana kemudian menjadikan akal mansia menjadi buta.”

  Fatwa K.H. Ahmad Dahlan: “Mula–mula agama islam itu cemerlang, kemudian kelihatan makin suram. Tetapi sesungguhnya yang suram itu adalah manusianya bukanlah agamanya.”

  Agama adalah bukan barang yang kasar, yang harus dimasukan kedalam telinga, akan tetapi agama Islam adalah agama fitrah. Artinya ajaran yang mencocoki kesucian manusia. Sesungguhnya agama bukanlah amal lahir yang dapat dilihat. Amal yang kelihatan itu hanyalah manifestasi dan daya dari ruh agama. Sesungguhnya agama itu ialah :

  

ﻣ ﻲﹺﻧ ﺎ ﺣﻭ ﺭ ﹲ ﻞﻴ  ﻣ  ﻦ ﻨ ﻟ ﺍ ﹺﺲﻔ  ﺗ  ﺮ ﻌ  ﺝ ﺍ ﹶ ﻟ  ﺳ ﻰ  ﻤ ِ ﺀ ﺎ ﹶ ﻜﻟ ﺍ  ﻤ ﹺﻝﺎ ﹶ ﻻﺍ  ﺪﻗ ﹺﺱ ﹶ ﺎﺧ ﻟ ﺼ ﻣ ﺎ ﹶ ﺍ ﻦ ﹺﺮ ﺳ  ﻫ ﺬ ﻩ ﳌ ﺍ ﺂ ﺩ ﺓ ﹶ ﻻﺍ ﺿﺭ ﻴ ﺔ

  “ Condongnya nafsu ruhani naik kepada kesempurnaan tertinggi yang suci dan luhur, bersih dari pengaruh kebendaan.” Jadi orang menetapi agama ialah orang yang condong kepda kesucian iman kepada Allah bersih dari pengaruh yang bermacam– macam. Tersebut dalam Al Qur’an surat Ar ruum ayat 30 :

  ﻟ  ﻚ ﻬ ﺟ ﻭ  ﻢﻗ ﹶ ﺄ ﹶ ﻓ  ﺮ ﹶ ﻄﹶ ﻓ ﻲﺘ ﱠﻟ ﺍ ﻪ ﱠﻠ ﻟ ﺍ ﹶ ﺓ  ﺮ ﹾ ﻄﻓ ﺎﹰ ﻔ ﻴ ﹺﻨ  ﺣ ﹺﻦﻳ ﺪﻠ ﹶ ﻻ ﺎ ﻬ ﻴ ﹶ ﻠ  ﻋ  ﺱﺎﻨ ﻟ ﺍ  ﻢﻴ ﹶ ﻘ ﹾ ﻟ ﺍ  ﻦﻳ ﺪﻟ ﺍ  ﻚﻟ ﹶ ﺫ ﻪ ﱠﻠ ﻟ ﺍ ﹺﻖﹾ ﻠ  ﺨﻟ ﹶ ﻞﻳ ﺪ ﺒ  ﺗ ﻦﻜﹶ ﻟ  ﻭ ﹶ ﻻ ﹺﺱﺎﻨ ﻟ ﺍ  ﺮ ﹶ ﺜ ﹾ ﻛﹶ ﺃ ﹶ ﻥﻮ ﻤﹶ ﻠ  ﻌ  ﻳ ]

  ﻡ ﻭﺮ ﻟ ﺍ / ٣٠ [

  “Luruskanlah mukamu mengahdap agama islam dengan condongnya hati (kepada Allah) yaitu agama ciptaan Allah. Allah yang telah menjadikan manusia bersesuaian dengan kesucian agama itu. Tidak ada bandingan bagi ciptaan Allah itu. Demikian tadi adalah agama yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

  Keterangan :

  1. Manusia asal mulanya suci

  2. Kemudian manusia kemasukan adat atau kebiasaan kotor lalu hatinya mengandung penyakit

  3. Kemudian menolak ajaran – ajaran yang baik yang suci dan yang benar

  4. Manusia harus mengadakan kebersihan diri dari kotoran – kotoran yang ada dalam hati. Setelah hatinya jernih, baru dapat menerima ajaran – ajaran para rasul, kemudian baru dapat meningkat naik ke alam kesucian

  Pelajaran Keenam

  Kebanyakan pemimpin–pemimpin rakyat, belum berani mengorbankan harta benda dan jiwanya untuk berusaha tergolongnya umat manusia dalam kebenaran. Malah pemimpin–pemimpin itu biasanya hanya mempermainkan, memperalat manusia yang bodoh– bodoh dan lemah.

  Pelajaran Ketujuh

  Pelajaran terbagi kepada dua bagian :

  1. Belajar Ilmu (pengetahuan dan teori)

  2. Belajar amal (mengerjakan, memperaktekan) Semua pelajaran harus dengan cara sedikit demi sedikit, setingkat demi setingkat. Misalnya : seorang anak akan mempelajari huruf a, b, c, d kalau belum faham benar – benar tentang 4 huruf a, b, c, d itu, tidak perlu ditambah pelajarannya dengan e, f, g, h.

  Demikian juga belajar beramal, harus dengan cara bertingkat. Kalau setingkat saja belum dapat mengerjakan tidak perlu ditambah.

  Penutup

  Keterangan tentang ajaran K.H. Ahmad Dahlan saya cukupkan sekian saja. Mudah–mudahan menjadi modal, pegangan untuk bangkit dan membangun, mengembalikan perkumpulan Muhammadiyah kepada asal mulanya.

  Dan dalam penutup keterangan saya ini, saya utarakan soal – soal yang perlu kita fikirkan, demikian :

  1. Adakah kita menyangka, bahwa hidup manusia itu dibiarkan begitu saja, merdeka menurut kesenangannya sendiri–sendiri, semau– maunya? Merasa tidak akan bertanggung jawab dan tidak akan ada pertanyaan dan tuntutan?

  2. Adakah manusia dijadikan oleh Allah hanya supaya bermain–main sesuka hati dan hidup semaunya?

  3. Adakah kita mempunyai sangkaan bahwa selama–lamanya akan tetap hidup tidak akan mati? Tak akan kembali kehadirat ilahi, tidak akan diusut dan diadili? Coba jawablah!!

  4. Adakah kita belum mendengar, bahwa pesuruh Ilahi Nabi Muhammad saw adalah seorang pemimpin dunia yang telah datang, membawa agama yang benar yan termasyhur di dunia untuk menunjukkan kepada jalan yang lurus, yang mendatangkan kebahagiaan yang sudah nyata jasanya dalam masyarakat?

  Kalau sudah mendengar, apa sudah kita melaksanakan dengan sungguh-sungguh?

  ﺪ ﻫﺍ  ﻢﻴ ﻘ  ﺘ  ﺴ ﻤﹾ ﻟ ﺍ ﹶ ﻁﺍ  ﺮ ﺼﻟ ﺍ ﺎ ﻧ ) (  ﻴ ﹶ ﻏ  ﻢﹺﻬ ﻴ ﹶ ﻠ  ﻋ  ﺖ  ﻤ ﻌ  ﻧ ﹶ ﺃ  ﻦﻳ ﺬﱠﻟ ﺍ ﹶ ﻁﺍ  ﺮ ﺻ ﹶ ﻻ ﻭ  ﻢﹺﻬ ﻴ ﹶ ﻠ  ﻋ ﹺﺏ ﻮ ﻀ ﻐ  ﻤﹾ ﻟ ﺍ ﹺﺮ ﱢﻟ ﺎﻀﻟ ﺍ  ﲔ ) (

  ] ﺔ ﲢﺎﻔ ﻟ ﺍ / ٧ ٦ ،

  [ “Mudah – mudahan engkau memberi petunjuk kepada kami kepada jalan yang lurus, yaitu jalan yang ditempuh oleh orang – orang yang telah engkau beri kenikmatan, bukan jalannya orang – orang yang dimurkai dan orang – orang yang sesat.”

  Muqoddimah Angggaran Dasar Muhammadiyah

ﹺﻢﻴ ﺣﺮ ﻟ ﺍ ﹺﻦ ﻤ ﺣﺮ ﻟ ﺍ ﻪ ﱠﻠ ﻟ ﺍ ﹺﻢ ﺴﹺﺑ

ﺎ ﻧ ﺪ ﻫﺍ ()  ﲔﻌ ﺘ   ﺴ ﻧ  ﻙﺎﻳ ﹺﺇ  ﻭ  ﺪ ﺒ  ﻌ  ﻧ ﻙﺎﻳ  ﹺﺇ () ﹺﻦﻳ ﺪﻟ ﺍ ﹺﻡ  ﻮ ﻳ ﻚﻟ ﺎ ﻣ () ﹺﻢﻴ ﺣﺮ ﻟ ﺍ ﹺﻦ ﻤ ﺣﺮ ﻟ ﺍ () ﲔﻤﹶ  ﻟ ﺎ ﻌ ﹾ ﻟ ﺍ ﺏ  ﺭ ﻪ ﱠﻠ ﻟ  ﺪ ﻤ ﺤﹾ ﻟ ﺍ

  () ()

ﲔﻣ ﺁ ﲔﱢﻟ  ﺎﻀ ﻟ ﺍ ﻻ ﹶ ﻭ  ﻢﹺﻬ ﻴ ﹶ ﻠ  ﻋ ﹺﺏ ﻮ ﻀ ﻐ  ﻤﹾ ﻟ ﺍ ﹺﺮ ﻴ  ﹶ ﻏ  ﻢﹺﻬ ﻴ ﹶ ﻠ ﻋ   ﺖ  ﻤ ﻌ ﻧ  ﹶ ﺃ  ﻦﻳ ﺬﱠﻟ ﺍ ﹶ ﻁﺍ ﺮ  ﺻ ﻢﻴ  ﻘ  ﺘ  ﺴ ﻤﹾ ﻟ ﺍ ﻁﺍ ﹶ ﺮ  ﺼﻟ ﺍ

  “Dengan nama Allah yang Maha pemurah dan Penyayang. Segala puji bagi

Allah yang mengasuh semua alam; yang maha pemurah dan penyayang; yang

memegang pengadilan pada hari kemudian; hanya kepada engkau kami menyembah dan

hanya kepada engkau kami memohon pertolongan; berilah petunjuk kepada hamba jalan

yang lapang; jalan orang – orang yang telah engkau beri kenikmatan yang tidak

dimurkai dan tidak tersesat lagi.”

  ﹰ ﻻﻮ ﺳ ﺭ  ﻭ ﺎﻴ ﹺﺒ ﻧ  ﺪﻤ  ﺤ ﻤﹺﺑ ﻭ ﺎ  ﻨ ﻳ ﺩ ﹺﻡ ﹶ ﻼﺳﻻﺎﹺﺑ  ﻭ ﺎﺑ ﺭ  ﷲﺍ ِ ﺎﹺﺑ  ﺖ ﻴ ﺿ ﺭ

  “Saya ridho ber-Tuhan kepada ALLAH, beragama kepada ISLAM, bernabi kepada MUHAMMAD rasulullah saw.” Amma ba’du , bahwa sesungguhnya ketuhanan itu adalah hak Allah semata – mata. Bertuhan dan beribadah serta tunduk dan ta’at kepada Allah adalah satu – satunya ketentuan yang wajib atas tiap – tiap makhluk, terutama manusia.

  Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hokum qudrat) Allah atas kehidupan manusia di dunia ini. Masyarakat yang sejahtera, aman, damai, makmur dan bahagia hanyalah dapat diwujudkan diatas dasar keadilan, kejujuran, persaudaraan and gotong – royong bertolong – tolongan dengan bersendikan hokum Allah yang sebenarnya, lepas daripada pengaruh syaitan dan hawanafsu.

  Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian nabi yang bijaksana dan berjiwa suci adalah satu – satunya pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan sebaik – baiknya.

  Menjunjung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum yang mana pun juga, ada kewajiban mutlak bagi tiap – tiap orang yang mengaku bertuhan kepada Allah.

  Agama islam adalah agama Allah yang dibawa oleh sekalian nabi, sejak nabi adam a.s sampai nabi Muhammad saw dan diajarkan kepada umatnya masing – masing untuk mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat.

  SYAHDAN, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentosa sebagai yang tersebut diatas itu, tiap – tiap orang terutama orang islam, umat yang percaya akan Allah dan hari kemudian, wajiblah mengikuti jejak sekalian nabi yang suci; beribadah kepada Allah dan berusaha segiat – giatnya mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk menjelmakan masyarakat itu di dunia ini, dengan niat yang murni, tulus dan ikhlas karena Allah semata – mata dan hanya mengharapkan ridho-Nya belaka, serta mempunyai rasa tanggung jawab di hadirat Allah atas segala perbuatannya; lagi pula harus sabar dan tawakkal bertabah hati menghadapi segala kesukaran atau kesulitan yang menimpa dirinya atau rintangan yang menghalangi pekerjaannya, dengan penuh pengharapan atas perlindungan dan pertolongan Allah yang maha kuasa.

  Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu maka dengan berkat rahmat Allah didorong oleh firman Allah dalam Al Qur’an surat Ali Imron ayat 104 :

  

ﻥﻮ ﹶ ﺤﻠ ﹾ ﻔ  ﻤﹾ ﻟ ﺍ ﻢ  ﻫ  ﻚﺌﹶ ﻟ ﻭﹸﺃ  ﻭ ﹺﺮ ﹶ ﻜ ﻨ  ﻤﹾ ﻟ ﺍ ﹺﻦ ﻋ ﹶ ﻥ ﻮ ﻬ ﻨ ﻳ  ﻭ ﻑﻭ  ﺮ  ﻌ  ﻤﹾ ﻟ ﺎﹺﺑ ﻥﻭ ﹶ ﺮ  ﻣ ﺄ ﹾ  ﻳ ﻭ ﹺﺮ  ﻴ   ﺨﹾ ﻟ ﺍ ﻰﹶ ﻟ ﹺﺇ ﻥﻮ ﹶ ﻋ ﺪ ﻳ ﺔ ﹲ ﻣ ﹸﺃ ﻢﹸﻜ  ﻨ ﻣ ﻦﹸﻜ  ﺘ ﹾ ﻟ  ﻭ

[ / ] ١٠٤ ﻥﺍ ﺮ ﻤﻋ ﻝﺁ

  “Adalakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada ke- islaman, menyruh kepada kebaikan dan mencegah daripada keburukan. Mereka itulah golongan yangb eruntung berbahagia.”

  Pada tanggal 8 dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan dengan 18 November 1912 miladiyah oleh alm. K.H. Ahmad Dahlan didirikanlah suatu persyarikatan sebagai “Gerakan Islam” dengan nama “Muhammadiyah” yang disusun dengan majlis – majlis/bagian–bagiannya mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan “syura” yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau “muktamar”

  Kesemuanya itu perlu untuk menunaikan kewajiban mengamalkan perintah–perintah Allah dan mengikuti sunnah rasulNya Nabi Muhammad saw guna mendapat karunia dan ridhoNya di dunia dan akhirat dan untuk mencapai masyarakat yang sentosa dan bahagia disertai nikmat dan rahmat

   ﺭ ﻮﹸﻔ ﻏ ﺏ ﹶ ﺭ ﻭ ﹲ  ﺔ  ﺒ ﻴ ﻃ ﹲ ﹶ ﺓ ﺪﻠ  ﺑ 

  Allah yang melimpah–limpah sehingga merupakan (negara yang indah, bersih, suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan yang maha

  .

  Pengampun) Maka dengan Muhammadiyah ini mudah–mudahan umat islam dapat diantarkan kepintu gerbang syurga “Jannatun Na’im” dengan keridhoan Allah yang Rahman dan Rahim.

Dokumen yang terkait

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN PENGOLAHAN KOPI LUWAK (Pada Usaha Bapak Efendi Ahmad Di Desa Way Mengaku Kecamatan Liwa Kabupeten Lampung Barat)

5 38 28

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN DENGAN PERUBAHAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANAK SEKOLAH DASAR (SD) (Studi di SDN Jember Kidul 3, SDN Kepatihan 2, SD Shinta dan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif (MIMA) KH. Shiddiq Kelurahan Jember Kidul Kabupaten Jember)

0 24 23

At-tanash pi qoshidah an-nahju al-burdah li Ahmad Syaqi

0 39 111

Pengaruh metode role playing (bermain peran) terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V di SDN Cempaka I Putih Tahun ajaran 2014-2015

0 21 122

Peran KH. Muhammad Khollil dalam mengembangkan Islam di Bangkalan Madura

5 67 88

Pembaruan pendidikan islam KH. A. Wahid Hasyim ( Menteri Agama RI 1949-1952)

8 109 117

Ronggeng dalam kebudayaan Banyumas dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA

9 242 140

Moch Husnullah Pangeran Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate Jl. KH Ahmad Dahlan, Kelurahan Sasa Kecamatan Kota Ternate Selatan, Ternate husnullah_pangeranyahoo.com ABSTRAK - EKSPLORASI PRAKTEK SISTEM

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Penerapan metode eksperimen terhadap pokok bahasan bunyi untuk meningkatkan hasil belajar siswa mtsn 2 palangka raya kelas VIII semester II tahun ajaran 2013/2014 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN Pala

0 0 10

Analisis kualitas butir soal pilihan ganda mata pelajaran biologi Kelas X dan XI pada ulangan akhir semester tahun ajaran 2016/2017 di MAN Kota Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 84